Anda di halaman 1dari 7

Nama : Iqbal Ramadhan

Kelas : 65.8A
NIM : 65160086
Tugas Etika Bisnis

1. Tiga teori dalam tanggung jawab perusahaan sebagai berikut :


A. Teori kontrak
Menurut pandangan ini hubungan antara produsen dan konsumen
sebaiknya dilihat sebagai kontrak dan kewajiban produsen terhadap
konsumen didasarkan atas kontrak itu. Supaya menjadi sah kontrak harus
memenuhi beberapa syarat yaitu : pertama, kedua belah pihak harus
mengetahui betul baik arti kontrak atau sifat-sifat produk. Kedua, kedua
belah pihak harus melukiskan benar fakta yang menjadi objek kontrak.
Ketiga, tidak boleh terjadi jika kedua belah pihak mengadakan kontrak
karena dipaksa atau karena di paksa pengaruh yang kurang wajar seperti
ancaman.
Bisnis berkewajiban juga menjamin agar produk mempunyai ciri-ciri yang
diharapkan konsumen, yang paling penting ialah bahwa produk.
1) bisa diandalkan, berarti akan berfungsi sesuai semestinya;
2) dapat digunakan sesuai periode waktu yang diharapkan;
3) dapat dipellihara atau di perbaiki, bila rusak;
4) aman dan tidak membahayakan kesehatan atau keselamatan si
pemakai.
Tidak disangkal pandangan kontrak ini pasti megandung unsur
kebenaran.tetapi ada beberapa keberatan dalam pandangan kontrak ini, yaitu
:
a. Teori kontrak mengandaikan bahwa produsen dan konsumen berada
pada taraf yang sama.
b. Teori kontrak mengandaikan hubungan langsung antara produsen dan
konsumen.
c. Konsepsi kontrak tidak cukup untuk melindungi konsumen dengan baik.
B. Teori perhatian semestinya
Pandangan “perhatian semestinya” ini tidak memfokuskan kontrak
atau persetujuan antara konsumen dan produsen, melainkan terutama
kualitas produk serta tanggung jawab produsen, dikarenakan produsen lebih
tahu banyak mengenai produk dan bagaimana produsen untuk menjaga agar
konsumen tidak mengalami kerugian ketika membelinya. Norma dasar yang
melandasi pandangan ini adalah bahwa seseorang tidak boleh merugikan
orang lain dalam kegiatannya. Teori perhatian semestinya ini lebih
memuaskan dari teori kontrak namun bukan berarti pada pandangan ini
tidak mempunyai kelemahan juga. Kesulitan yang muncul di sini; pertama,
tidak gampang untuk menentukan apa arti “semestinya” bila kita katakana
bahwa produsen harus memberikan “perhatian semestinya”. Kedua,
produsen memang tahu lebih banyak tentang suatu produk dari pada
konsumen, tetapi pada akhirnya pengetahhuannya terbatas juga.
Produsenpun tidak mengetahui semua akibat negative semua produk.
Kadang-kadang akibat negative sebuah produk baru tampak setelah lama
terpakai.
C. Teori biaya social
Teori biaya social menegaskan bahwa produsen bertanggung jawab
atas semua kekurangan produk dan setiap kerugian yang dialami konsumen
dalam memakai produk tersebut. Teori ini merupakan versi paling ekstrim,
walaupun teori ini paling menguntungkan untuk konsumen, rupanya sulit
untuk dipertahakan juga. Kritik yang dikemukakan dalam teori ini, bisa
disingkat sebagai berikut. Pertama, teori biaya social tampaknya kurang
adil, karena menganggap orang bertanggung jawab atas hal-hal yang tidk
diketahui atau tidak bisa dihindarkan. Kedua, teori biaya social membawa
kerugian ekonomis. Bila teori ini dipraktekkan produsen terpaksa
mengambil asuransi terhadap klaim kerugian dan biaya asuransi itu menjadi
begitu tinggi, sehingga tidak terpikul lagi oleh banyak perusahaan. Ketiga,
teori biaya social paling baik melindungi konsumen, namun demikian jika
teori ini dipraktekkan akibatnya akan banyak ganti rugi dan produk akan
lebik mahal dengan kualitas yang terus diperbaiki sehingga juga dapat
merugikan konsumen.

2. Kewajiban moral sebagai berikut :


A. Kualitas produk
Kualitas produk yang di maksud bahwa produk sesuai dengan apa
yang dijanjikan ileh produsen (melalui iklan atau informasi lainnya)
dan apa yang secara wajar boleh diharapkan oleh konsumen.
Konsumen berhak atas produk yang berkualitas dan bisnis
berkewajiban untuk menyampaikan produk yang berkualitas.
Salah satu cara yang biasanya ditempuh untuk menjamin kualitas
produk adalah memberikan garansi. Ada dua macam garansi, yaitu
garansi eksplisit yang bersifat terjamin dalam keterangan yang
menyertai produk menyangkut ciri-ciri produk, masa pemakaian,
kemampuan dan sebagainya. Garansi implisit yang bersifat dapat
diandaikan sekalipun tidak dirumuskan secara terang-terangan
B. Harga
Harga merupakan buah hasil perhitungan factor-faktor seperti biaya
produksi, biaya investasi, promosi, pajak dan tentu laba yang wajar.
Harga yang adil merupakan hasil dari penerapan dua prinsip;
pengaruh pasar dan stabilitas harga.
Harga menjadi tidak adil setidak-tidaknya karena empat factor ini;
penipuan, ketidaktahuan, penyalahgunaan kuasa, manipulasi emosi
menurut Garret dan Klonoski.
1. Penipuan
Hal ini terjadi bila beberapa produsen atau distributor berkolusi untuk
menentukan harga. Biasanya penipuan ini dilakukan dengan maksud
menacari untung yang tidak wajar. tetapi juga dapat dilakukan dengan
maksud baik yaitu melindungi pengusaha kecil.
2. Ketidaktahuan
Pihak konsumen tidak bebas dalam membeli barang tertentu,
seandainya ida tidak tahu factor-faktor yang menentukan harga. Salah
satu contoh dimana harga bisa menjadi kurang adil arena factor
ketidaktahuan, yaitu toko memberikan harga discount atau potongan
harga banyak untuk barang tertentu, padahal sebelumnya harga
dinaikkan dulu.
3. Penyalahgunaan kuasa
Hal ini terjadi dengan banyak cara misalkan pengusaha besar
memberikan harga yang lebih murah, sehingga pengusaha kecil yang
tidak mampu bertahan dapat tergeser dalam persaingan pasar.
4. Manipulasi emosi
Factor lain yang dapat mengakibatkan harga menjadi tidak adil adalah
memanipulasi emosi atau mempermainkan orang itu sendiri.
C. Pengemasan dan pemberian label
Pengemasan produk dan label yang ditempelkan pada produk
merupakan aspek penting, selain bertujuan untuk melindungi produk
dan memungkinkan mempergunakan produk dengan mudah, kemasan
berfungsi juga untuk mempromosikan produk terutama di era toko
swalayan. Pengemasan tidak boleh menyesatkan konsumen dalam
informasi yang diberikan di setiap produk yang dibuat.

3. Tanggung jawab terhadap konsumen

Konsepsi kontrak tidak cukup untuk melindungi konsumen dengan baik.


Perjalanan obat nyamuk bermula pada tahun 1996, diproduksi oleh PT
Megasari Makmur yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa
Barat. PT Megasari Makmur juga memproduksi banyak produk seperti
tisu basah, dan berbagai jenis pengharum ruangan. Obat nyamuk HIT
juga mengenalkan dirinya sebagai obat nyamuk yang murah dan lebih
tangguh untuk kelasnya. Selain di Indonesia HIT juga mengekspor
produknya ke luar Indonesia.

Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur


dinyatakan ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur
dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap
manusia. Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi Pestisida, telah
melakukan inspeksi di pabrik HIT dan menemukan penggunaan pestisida
yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah,
gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada
tubuh, kanker hati dan kanker lambung.

HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah


ternyata sangat berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur
tetapi juga Diklorvos (zat turunan Chlorine yang sejak puluhan tahun
dilarang penggunaannya di dunia). Obat anti-nyamuk HIT yang
dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17
L (cair isi ulang). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan
melaporkan PT Megarsari Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta
Raya pada tanggal 11 Juni 2006. Korbannya yaitu seorang pembantu
rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan muntah akibat
keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat
anti-nyamuk HIT.

ANALISIS :

Dalam perusahaan modern, tanggung jawab atas tindakan perusahaan


sering didistribusikan kepada sejumlah pihak yang bekerja sama.
Tindakan perusahaan biasanya terdiri atas tindakan atau kelalaian orang-
orang berbeda yang bekerja sama sehingga tindakan atau kelalaian
mereka bersama-sama menghasilkan tindakan perusahaan. Jadi, siapakah
yang bertanggung jawab atas tindakan yang dihasilkan bersama-sama
itu?

Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka yang melakukan


secara sadar dan bebas apa yang diperlukan perusahaan, masing-masing
secara moral bertanggung jawab.

Lain halnya pendapat para kritikus pada pandangan tradisional, yang


menyatakan bahwa ketika sebuah kelompok terorganisasi seperti
perusahaan bertindak bersama-sama, tindakan perusahaan mereka dapat
dideskripsikan sebagai tindakan kelompok, dan konsekuensinya tindakan
kelompoklah, bukan tindakan individu, yang mengharuskan kelompok
bertanggung jawab atas tindakan tersebut.

Kaum tradisional membantah bahwa, meskipun kita kadang


membebankan tindakan kepada kelompok perusahaan, fakta legal
tersebut tidak mengubah realitas moral dibalik semua tindakan
perusahaan itu. Individu manapun yang bergabung secara sukarela dan
bebas dalam tindakan bersama dengan orang lain, yang bermaksud
menghasilkan tindakan perusahaan, secara moral akan bertanggung
jawab atas tindakan itu.

Namun demikian, karyawan perusahaan besar tidak dapat dikatakan


“dengan sengaja dan dengan bebas turut dalam tindakan bersama itu”
untuk menghasilkan tindakan perusahaan atau untuk mengejar tujuan
perusahaan. Seseorang yang bekerja dalam struktur birokrasi organisasi
besar tidak harus bertanggung jawab secara moral atas setiap tindakan
perusahaan yang turut dia bantu, seperti seorang sekretaris, juru tulis,
atau tukang bersih-bersih di sebuah perusahaan. Faktor ketidaktahuan
dan ketidakmampuan yang meringankan dalam organisasi perusahaan
birokrasi berskala besar, sepenuhnya akan menghilangkan tanggung
jawab moral orang itu.

Kita mengetahui bahwa Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan


mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada
standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan
perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan
bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang
digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan
barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam
organisasi.

Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran


etika bisnis terhadap prinsip kejujuran perusahaan besarpun berani untuk
mmengambil tindakan kecurangan untuk menekan biaya produksi
produk. Mereka hanya untuk mendapatkan laba yang besar dan ongkos
produksi yang minimal. Mengenyampingkan aspek kesehatan konsumen
dan membiarkan penggunaan zat berbahaya dalam produknya . dalam
kasus HIT sengaja menambahkan zat diklorvos untuk membunuh
serangga padahal bila dilihat dari segi kesehatan manusia, zat tersebut
bila dihisap oleh saluran pernafasan dapat menimbulkan kanker hati dan
lambung.

Dan walaupun perusahaan sudah meminta maaf dan juga mengganti


barang dengan memproduksi barang baru yang tidak mengandung zat
berbahaya tapi seharusnya perusahaan jugamemikirkan efek buruk apa
saja yang akan konsumen rasakan bila dalam penggunaan jangka
panjang. Sebagai produsen memberikan kualitas produk yang baik dan
aman bagi kesehatan konsumen selain memberikan harga yang murah
yang dapat bersaing dengan produk sejenis lainnya.

Anda mungkin juga menyukai