Anda di halaman 1dari 3

Penyebaran Karakteristik Manifestasii Klinik dari jenis penyakit menular ada tiga

kategori, namun yang akan di jelaskan oleh kelompok kami yakni kategori ketiga Jenis
penyakit dalam kategori penyakit menular sedikit/tanpa gejala klinis yang berakhir dengan
kecacatan atau kematian
3 penyakit menular berdasarkan kategori tersebut, antara lain:
1) Tetanus Neonatorum
2) Xx
3) xxx
TETANUS NEONATARUM
Penyakit Tetanus Neonatorum adalah salah satu penyakit menular yang paling
beresiko menyebabkan kematian pada bayi baru lahir. Penyakit ini disebabkan oleh basil
Clostridium tetani. Pada tahun 1980 penyakit ini menjadi penyebab pertama kematian bayi
di bawah usia satu bulan. Pada umumnya penyakit ini ditularkan melalui penggunaan alatalat persalinan yang tidak steril. Misalnya saja ketika memotong tali pusar bayi yang baru
lahir menggunakan gunting yang berkarat dan tidak steril.
Sejak 1989, WHO memang mentargetkan eliminasi tetanus neonatorum. Sebanyak
104 dari 161 negara berkembang telah mencapai keberhasilan itu. Tapi, karena tetanus
neonatorum masih merupakan persoalan signifikan di 57 negara berkembang lain, UNICEF,
WHO dan UNFPA pada Desember 1999 setuju mengulur eliminasi hingga 2005. Target
eliminasi tetanus neonatorum adalah satu kasus per seribu kelahiran di masing-masing
wilayah dari setiap negara.
A. Pengertian
Tetanus berasal dari kata eflex (Yunani) yang berarti peregangan. Tetanus
Neonatorum adalah Penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas,
setelah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan menyusu secara normal, pada hari ketiga
atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka mulut
dan menetek, disusul dengan kejangkejang (WHO, 1989).
Kejang yang sering di jumpai pada BBL, yang bukan karena trauma kelahiran atau
asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi
sebagai akibat pemotongan tali pusat atau perawatannya yang tidak bersih (Ngastijah,
1997).
B. Etiologi
Penyebab tetanus adalah clostridium tetani yang infeksi biasanya terjadi melalui luka
pada tali pusat. Ini dapat terjadi karena pemotongan tali pusat tidak menggunakan alat-alat
yang steril hanya memakai alat sederhana seperti bilah bambu atau pisau/ gunting yang

tidak disteril dahulu. Dapat juga karena perawatan tali pusat yang menggunakan obat
tradiasional seperti abu dan kapur sirih, daun-daunan dan sebagainya.
Kebanyakan tetanus neonatorum terdapat pada bayi yang lahir dengan dukun peraji
yang belum mengikuti penataran dari depkes.Dermatol yang dahulu dipakai sebagai obat
pusar sekarang tidak dibenarkan lagi untuk di pakai karena ternyata pada dermatol dapat
dihinggapi spora clostridium tetani. Massa inkubasi penyakit ini adalah 5-14 hari.
Pada umumnya tetanus neonatorum lebih cepat dan penyakit ini berlangsung lebih
berat dari tetanus pada anak.
C. Patofisiologis
Spora yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobic berubah menjadi bentuk
flex dan berbiak sambil menghasilkan toxin. Dalam jaringan yang anaerobic ini terdapat
penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan eflex jaringan akibat
adanya nanah, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra axonal
toxin disalurkan ke sel saraf (cel body) yang memakan waktu sesuai dengan panjang
axonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel saraf
walaupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam sungsum belakang toksin menjalar dari
sel saraf lower motorneuron ke lekuk sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps dari spinal
inhibitory neurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada inhibitory
transmitter dan menimbulkan kekakuan
Efek Toxin pada :
a. Ganglion pra sumsum tulang belakang :
Memblok sinaps jalur antagonist, mengubah keseimbangan dan koordinasi
impuls sehingga tonus ototnya meningkat dan otot menjadi kaku. Terjadi
penekanan pada hiperpolarisasi eflexe dari neurons yang merupakan mekanisme
yang umum terjadi bila jalur penghambat terangsang. Depolarisasi yang
berkaitan dengan jalur rangsangan tidak terganggu. Toksin menyebabkan
hambatan pengeluaran inhibitory transmitter dan menekan pengaruh bahan ini
pada eflexe neuron motorik.
b. Otak
Toxin yang menempel pada cerebral gangliosides diduga menyebabkan gejala
kekakuan dan kejang yang khas pada tetanus. Hambatan antidromik akibat
rangsangan kortikal menurun.
c. Saraf otonom
Terutama mengenai saraf simpatis dan menimbulkan gejala keringat yang
berlebihan, eflexeea, hypotensi, hypertensi, arytmia cardiac block atau
takhikardia. Sekalipun otot yang terkena adalah otot bergaris terutama otot

penampang dan penggerak tubuh yang besar-besar, pada tetanus berat otot polos
juga ikut terkena, sehingga timbul manifestasi klinik seperti disebutkan diatas.
d.

Anda mungkin juga menyukai