Dosen Pengampu:
Hapsari Wiji Utami, M.SE
Kelompok 3:
1. Anik Mawarti (08020120031)
2. Ayu Dyah Paramita (08020120032)
3. Dila Aryanti (08020120035)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan Rahmat-Nya yang
telah memberikan kesehatan hingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang sederhana ini.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah menunjukkan
kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang yakni agama Islam.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Hapsari Wiji Utami, M.SE selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan penulis waktu untuk
menyusun makalah yang banyak kekurangan ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah yang sederhana ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
penulis membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
(Kelompok 3)
ii
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
4. Strategi dan Rekomendasi Kebijakan Dalam Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja .... 7
PENUTUP................................................................................................................................ 11
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total
(pertumbuhan ekonomi) di suatu negara dengan memperhitungkan adanya
pertambahan jumlah penduduk, perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dan
pemerataan pendapatan. Dengan demikian, pembangunan ekonomi tidak dapat
dipisahkan dari pertumbuhan ekonomi (economic growth).
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Penduduk
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan
jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan,
kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut
politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Menurut para ahli ilmu kependudukan
(demografi) berasal dari bahasaYunani demos: penduduk dan Grafien: tulisan atau
dapat diartikan tulisan tentang kependudukan adalah studi ilmiah tentang jumlah,
persebaran dan komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga faktor tersebut
berubah dari waktu ke waktu.1
Pertumbuhan penduduk merupakan bertambahnya jumlah penduduk secara
kuantitas, sedangkan perkembangan penduduk adalah bertambahnya kemampuan
atau kualitas penduduk. Pertumbuhan penduduk meningkat seiring dengan
meningkatnya pemenuhan kebutuhan penduduk tersebut yang berasal dari sumber
daya alam. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan penduduk dapat menjadi
acuan dalam memperkirakan peningkatan kebutuhan akan sumber daya alam dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Penduduk pada suatu wilayah atau negara pada dasarnya merupakan suatu
modal bagi pembangunan, namun terkadang dapat juga menjadi beban.
Pernyataan ini didasarkan atas kenyataan bahwa jumlah penduduk yang besar dan
disertai dengan kualitas yang baik dalam hal kesehatan, pendidikan, maupun
kemampuan beradaptasi dengan perkembangan teknologi, maka akan mampu
berkarya dan berpartisipasi dalam pembangunan, sehingga akan sangat
mendukung proses pembangunan dalam sebuah negara. Namun, jika kondisi yang
terjadi sebaliknya yaitu apabila penduduk pada suatu negara berjumlah besar dan
tidak mampu berkarya serta berpartisipasi dalam pembangunan maka mereka akan
menambah beban ekonomi yang pada akhirnya menjadi suatu hambatan bagi
pembangunan dan lajunya roda pertumbuhan ekonomi pada negara tersebut.
1
Imelda Hutasoit, “Pengantar Ilmu Kependudukan”, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 6.
2
b. Pengertian Tenaga Kerja
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang disebut
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.2 Sedangkan menurut pendapat Sumitro
Djojohadikusumo tentang arti tenaga kerja ialah seluruh orang yang bersedia dan
mampu bekerja, termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan
sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak
mendapatkan kesempatan kerja.3
Apabila ditinjau secara umum pengertian tenaga kerja adalah menyangkut
manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang atau jasa dan
mempunyai nilai ekonomis yang dapat berguna bagi kebutuhan masyarakat.
Secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain orang
dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Biasanya batasan umur yang
digunakan berbeda-beda untuk tiap Negara, tetapi yang sering dijadikan
pertimbangan adalah tingkat perekonomian dan situasi tenaga kerja. Semakin
maju perekonomian di suatu daerah atau Negara, batas umur yang ditentukan
untuk usia kerja minimum semakin tinngi. Lalu menurut BPS, tenaga kerja di
Indonesi adalah penduduk usia kerja yang berusia 15 tahun dan lebih. Meliputi
mereka yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun sementara tidak bekerja
dan pengangguran.
2
Ostinasia Tindaon, Skripsi: “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Di Jawa Tengah (Pendekatan
Demometrik)” (Semarang: UNDIP, 2010), hlm.18.
3
Gatiningsih dan Eko Sutrisno, “Kependudukan Dan Ketenagakerjaan”, (Jatinangor: Fakultas Manajemen
Pemerintahan IPDN, 2017), hlm.3.
3
menyerap hasil produksinya. Jadi, pertumbuhan penduduk akan berdampak positif
bagi pembangunan ekonomi, jika penduduk tersebut merupakan sumber daya
yang berkualitas dan handal.
Kenyataan yang terjadi di negara-negara maju memperlihatkan bahwa
kenaikan jumlah penduduk dapat meningkatkan pendapatan riil perkapita suatu
negara. Hal tersebut dapat terjadi, karena pertumbuhan penduduk diikuti dengan
meningkatnya jumlah tabungan yang nantinya akan menambah jumlah investasi
dan akumulasi modal. Dengan demikian, pertambahan jumlah penduduk, berarti
bertambahnya potensi untuk mengenai stagnasi keluar (secular stagnation), yang
mengatakan bahwa bertambahnya jumlah penduduk justru akan
menciptakan/memperbesar permintaan agregatif, terutama investasi.
Para ilmuwan pengikut Keynes melihat bahwa pertambahan jumlah
penduduk bukan hanya sekedar bertambahnya penduduk, namun lebih dari itu
pertambahan penduduk berarti juga terdapat kenaikan daya beli (purchasing
power). Mereka juga beranggapan bahwa adanya kemajuan dan bertambahnya
produktvitas tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja, akan sejalan dengan
kenaikan jumlah penduduk. Kenyataan yang terlihat di negara-negara sedang
berkembang justru bertentangan dengan pendapat-pendapat tersebut, bahwa
pertambahan jumlah penduduk di negara berkembang lebih sebagai faktor
penghambat jalannya pembangunan ekonomi.
Kaum klasik seperti Adam Smith, Ricardo, dan Robert Malthus (Irawan dan
Suparmoko, 1992) mengatakan bahwa selalu akan saling berkejaran antara
pertumbuhan output dengan pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan
dimenangkan oleh pertumbuhan penduduk. Dalam hal ini penduduk berfungsi
juga sebagai tenaga kerja, maka akan terdapat kesulitan dalam hal penyediaan
lapangan pekerjaan. Bila negara dapat menyediakan lapangan kerja yang
mencukupi jumlah penduduk produktif, maka akan menaikkan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Namun sebaliknya, ketidakmampuan untuk
menyediakan lapangan pekerjaan akan menambah jumlah pengangguran dan
menurunkan kualitas hidup suatu bangsa.
2. Struktur Umur dan Penyebaran Penduduk
Negara-negara berkembang menghadapi permasalahan yang lebih rumit
dalam hal struktur umur penduduknya dibandingkan kondisi sebelum Perang
Dunia II. Hal tersebut dapat terjadi, karena pertambahan jumlah penduduk yang
4
sangat pesat di negara-negara berkembang tidak dapat diimbangi dengan
kemampuan untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup untuk menjamin
kesejahteraan dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Tingkat pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi di negara-negara berkembang akan menyebabkan
bertambahnya jumlah penduduk yang belum dewasa dan juga anggota keluarga.
Pada umumnya di negara maju, komposisi penduduk yang berumur di bawah 15
tahun sekitar 20-30% dari keseluruhan jumlah penduduk, sedangkan di negara-
negara berkembang jumlahnya sekitar 40-45% dari keseluruhan jumlah penduduk.
Sedangkan penduduk yang tergolong produktif, yaitu penduduk yang berumur 15-
64 tahun, di negara-negara maju menurut World Bank, kelompok umur tersebut
jumlahnya sekitar 67% dari keseluruhan penduduk. Di negara-negara berkembang
yaitu negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah, penduduk dengan
usia produktif jumlahnya sekitar 64% dan 54%.4
3. Pengangguran Usia Muda
Meningkatnya jumlah pengangguran kaum muda akan berdampak pada
masalah sosial dan ekonomi yang dapat menjadi tantangan kemajuan suatu
negara. Dalam jangka panjang, pengangguran akan berdampak langsung pada
kehidupan individu, keluarga, dan komunitas. Ketika individu tidak bekerja, maka
kemampuan dan keterampilan yang didapatkan, baik melalui pembelajaran
formal, informal, dan nonformal akan terkikis karena tidak terdayagunakan.
Kondisi tersebut akan mengakibatkan:
a. Menurunnya modal manusia (human capital)
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa dampak dari pengangguran usia
muda dalam jangka panjang akan menurunkan modal manusia dan sosial.
Pengertian modal manusia menurut OECD adalah pendidikan, keterampilan,
dan kemampuan suatu individu yang dapat dijadikan sebagai modal untuk
pengembangan diri.5 Menurut The United States General Accounting Office
(GAO), prinsip utama modal manusia adalah aset yang memiliki nilai untuk
meningkatkan investasi. Aset tersebut dapat diperoleh dari jenjang pendidikan,
pelatihan, dan pengalaman yang diterimanya. Meskipun beberapa argumen
dalam penelitian menyatakan bahwa pendidikan sangat menentukan kaum
4
Sulfi Purnamasari, “Ekonomi Pembangunan”, (Banten: Unpam Press, 2019), hlm. 80-81.
5
Nils Ivar Lahlum, “Urban Youth Unemployment and Human Capital Development in Iran, Master Thesis”,
(University of Oslo, 2007)
5
muda untuk masuk dalam pasar kerja, karena dengan pendidikan maka
kualifikasi dalam pasar kerja dapat dipenuhi (De Goede, 2000 dan Breen,
2005), tetapi penelitian yang lebih klasik menyatakan bahwa tingkat
pendidikan bukanlah hal yang paling penting dalam menentukan kualifikasi
kaum muda untuk masuk ke pasar kerja (Carle, 1986 dan Beker & Merens,
1994). Mereka berargumen bahwa pengangguran kaum muda terjadi bukan
hanya karena tingkat pendidikan yang dimiliki, melainkan juga karena
kualifikasi kerja yang dibutuhkan tidak sesuai dengan keterampilan dan
pendidikan yang dimiliki kaum muda tersebut (Carle, 1986). Hal ini terlihat
dari data pengangguran usia muda di Indonesia yang relatif meningkat
jumlahnya meskipun secara rata-rata memiliki jenjang pendidikan yang lebih
tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Di sisi lain, penduduk usia muda
yang telah selesai menempuh pendidikan tetapi tidak memiliki kesempatan
untuk bekerja akan mengalami degradasi kemampuan yang telah diperolehnya
di dalam pendidikan karena kemampuan tersebut tidak dapat digunakan.
b. Menurunnya modal sosial (social capital)
6
Vanda Ningrum, “Tantangan Sosial-Ekonomi Pengangguran Usia Muda di Indonesia”, Jurnal Kependudukan
Indonesia Vol. 8 No. 2 , Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2013, hlm. 121-123.
6
3. Hubungan Antara Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi
Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan
tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.
Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada umumnya pengertian
tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat homogen. Menurut Lewis
dalam Todaro angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil dianggap bisa
bergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara lancar dan dalam
jumlah terbatas. Keadaan demikian, penawaran tenaga kerja mengandung elastisitas
yang tinggi. Meningkatnya permintaan atas tenaga kerja (dari sektor tradisional)
bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern. Dengan demikian salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja.7
7
Dwi Suryanto, Skripsi: “Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Dan Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Subosukawonosraten Tahun 2004-2008” (Semarang: UNDIP, 2011),
hlm.27-28.
7
a. Harmonisasi, standarisasi dan sertifikasi kompetensi melalui kerja sama lintas
sektor, daerah dan negara dalam kerangka keterbukaan pasar dengan beberapa
strategi;
1) Penetapan standar kompetensi seluruh sektor.
2) Peningkatan daya saing tenaga kerja nasional
3) Peningkatan produktivitas dan kompetensi nasional
4) Peningkatan sumber pendanaan dalam rangka peningkatan kerahlian tenaga
kerja (penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja (skilled based industries)
5) Peningkatan kualitas dan kuantitas penyelenggara pelatihan (mutu dan
standarisasi)
b. Pengembangan program kemitraan antara pemerintah dengan dunia usaha
(baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah)
c. Pengembangan pola pendanaan pelatihan
d. Penataan lembaga berbasis kompetensi
e. Peningkatan kualitas sistim tata kelola program pelatihan untuk mempercepat
sertifikasi pekerja.
f. Identifikasi dan memilih sektor yang mempunyai nilai tambah dan
penyerapatan tenaga kerja yang tinggi
2. Peningkatan kualitas pelayanan penempatan dan pemberdayaan tenaga kerja
Rekomendasi Kebijakan Melalui:
a. Penataan lembaga berbasis kompetensi
b. Peningkatan kualitas sistem tata kelola program pelatihan untuk mempercepat
sertifikasi pekerja.
c. Identifikasi dan memilih sektor yang mempunyai nilai tambah dan
penyerapatan tenaga kerja yang tinggi
3. Peningkatan kualitas pelayanan penempatan dan pemberdayaan tenaga kerja
Rekomendasi Kebijakan melalui :
a. Peningkatan akses angkatan kerja pada sumber daya produktif dalam rangka
peningkatan keterampilan pekerja melalui:
1) Penciptaan lapangan kerja
2) Pengembangan kredit mikro untuk UKM
3) Meningkatkan kegiatan yang bersifat padat karya
4) Mendorong pekerja setengah penganggur untuk melaksanakan usaha
produktif dengan memamnfaatkan SDA, SDM dan teknologi tepat guna.
8
b. Mendorong pengembangan ekonomi produktif berbasis masyarakat melalui :
1) Pemberdayaan dan pendampingan untuk usaha mandiri
2) Peningakatan sarana dan prasarana perekonomian
3) Perluasan akses kredit bagi pelaku ekonomi
4) Perbaikan iklim usaha melalui penyediaan informasi yang lengkap
c. Fasilitasi mobilitas teanga kerja internal dan eksternal, serta memfungsikan
pasar tenaga kerja melalui:
1) Meningkatakan efektivitas dan efisiensi pasar teanga kerja
2) Mengintegresikan sistem informasi pasar tenaga kerja untuk merespon
kebutuhan informasi dari perusahaan
3) Kerjasama dengan lembaga pendidikan, pelatihan serta pemberi kerja
sehingga terbangun dengan kerjasama berkelanjutan
4) Membangunan jejaringan kemitraan dengan berbasis instansi atau
organisasi baik pemerintah maupun non pemerintah
d. Perlindungan pekerja migran dilakukan melalui :
1) Memperluas kerjasama dalam rangka meningkatkan perlindungan
2) Meningkatkan tata kelola penyelenggaraan penempatan
3) Membekali pekera migran dengan pengetahuan pendidikan dan keahlian
4) Memperbesar pemanfaatan jasa keuangan bagi pekerja
4. Penciptaan hubungan industrial yang harmonis dan memperbaiki iklim
ketenagakerjaan
Rekomendasi Kebijakan melalui:
a. Meningkatkan tata kelola kelembagaan dan kerjasama hubungan industrial
b. Mewujudkan sistim pengupahan yang adil
c. Meningkatkan perlindungan sosial bagi pekerja/buruh
d. Menerapkan prinsip hubungan industrial dalam pencegahan dan penyelesaian
hubungan industrial
e. Meningakatkan tata kelola persyaratan kerja, kesejahteranaan dan analisis
diskriminasi
9
b. Meningkatkan kualitas teknik pemeriksaan dan penyidikan norma
ketenagakerjaan dan K3
c. Meningkatkan kualitas penerapan norma kerja dan jamsostek8
8
Hendra Wijayanto dan Samsul Ode, “Dinamika Permasalahan Ketenagakerjaan Dan Pengangguran Di
Indonesia”, Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol. 10 No. 1, tahun 2019, hlm. 6-7
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Lahlum, Nils Ivar. 2007. “Urban Youth Unemployment and Human Capital Development in
Iran, Master Thesis”. University of Oslo.
Suryanto, Dwi. 2011. Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Subosukawonosraten
Tahun 2004-2008” (Hal.27-28). Semarang: UNDIP.
Tindaon, Ostinasia. 2010. “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Di Jawa Tengah
(Pendekatan Demometrik)” (Hal.18). Semarang: UNDIP.
Wijayanto, Hendra dan Samsul Ode. 2019. Dinamika Permasalahan Ketenagakerjaan Dan
Pengangguran Di Indonesia. “Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan”.
Vol. 10, No. 1, tahun 2019.
12