Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA

“DEMOGRAFI DAN ANGKATAN KERJA”

DOSEN PENGAMPU :

Fauzan Ramli S.E., M.E.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

Nola Putri Elwanda (501200598)

Nurhudatul Jannah (501200487)

Afrian Wira Pratama (501200485)

KELAS 4-E
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil „Alamin, Atas segala karunia nikmatnya sehingga


kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul
“Demografi dan Angkatan kerja” yang disusun dalam rangka memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia yang diampu oleh Bapak Fauzan
Ramli, S,E., M.E.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan


makalah ini, baik dari segi ejaan, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Meski
telah disusun secara maksimal, namun sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya kelompok kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sekalian.

Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga amal dan kebaikan yang
telah diberikan, mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT, akhir kata
penulis berharap semoga hasil makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Jambi, 20 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penuliasan ....................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. DEMOGRAFI ............................................................................................. 4
1. Pengertian Penduduk ............................................................................. 4
2. Pengertian Fertilitas (Kelahiran) ........................................................... 4
3. Pengertian Mortalitas ............................................................................ 5
4. Pengertian Migrasi ................................................................................ 6
5. Pengertian Mobilitas Sosial .................................................................. 8
6. Pengertian Perkawinan ........................................................................ 11
B. ANGKATAN KERJA............................................................................... 13
1. Pengertian Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja .................................... 13
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja .................................................... 14
3. Dasar Hukum Angkatan Kerja dan Ketenagakerjaan ......................... 15
4. Jenis-jenis Angkatan Kerja ................................................................. 16
5. Manfaat Angkatan Kerja ..................................................................... 17
6. Hubungan Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja dan Pengangguran .... 18

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 21
B. Saran ....................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan jumlah penduduk yang banyak. Dapat dilihat
dari hasil sensus penduduk yang semakin tahun semakin meningkat.
Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal sebagai istilah
karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses
demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk.
Pertumbuhan penduduk yang meningkat berkaitan dengan kemiskinan
dan kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan
komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas, migrasi, mobilitas
sosial, dan perkawinan akan membantu para penentu kebijakan dan
perencana program untuk dapat mengembangkan program pembangunan
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tepat pada sasarannya.
Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 273 juta jiwa,
menjadikan negara ini negara dengan penduduk terpadat ke-4 di dunia.
Masalah angkatan kerja dan ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini
sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan
jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar, pendapatan yang
relatif rendah dan kurang merata.
Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai
permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada
negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti
Indonesia. Masalah angkatan kerja, ketenagakerjaan, pengangguran, dan
kemiskinan Indonesia sudah menjadi salah satu masalah pokok bangsa ini
dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan
menghalangi langkah Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju dan
terus berkembang.
Karena pada umumnya di negara-negara berkembang memiliki tingkat
angkatan kerja yang rendah sedangkan pengangguran yang jauh lebih
tinggi, dari angka resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini terjadi

1
karena ukuran sektor informal masih cukup besar sebagai salah satu
lapangan nafkah bagi tenaga kerja tidak terdidik. Sektor informal tersebut
dianggap sebagai katup pengaman bagi pengangguran.
Oleh karena itu, harus adanya pembahasan yang mendasar dan dapat
memberikan solusi yang nyata terhadap permasalahan ketenagakerjaan dan
angkatan kerja di Indonesia saat ini. Karena masalah ketenagakerjaan di
Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup
memprihatinkan ditandai dengan jumlah pengangguran dan setengah
penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata.
Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi
merupakan pemborosan-pemborosan sumber daya dan potensi yang ada,
menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat
mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal dan dapat
menghambat pembangunan dalam jangka panjang.

B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang dibahas adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan penduduk?
2. Apa yang dimaksud dengan fertilitas (kelahiran)?
3. Apa yang dimaksud dengan mortalitas?
4. Apa yang dimaksud dengan migrasi?
5. Apa yang dimaksud dengar mobilitas sosial?
6. Apa yang dimaksud dengan perkawinan?
7. Apa yang dimaksud dengan angkatan kerja dan tenaga kerja?
8. Bagaimana tingkat partisipasi angkatan kerja?
9. Bagaimana dasar hukum angkatan kerja dan ketenagakerjaan?
10. Apa saja jenis-jenis dari angkatan kerja?
11. Apa saja manfaat angkatan kerja?
12. Bagaimana hubungan jumlah penduduk, angkatan kerja dan
pengangguran?

2
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitiannya adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penduduk
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fertilitas (kelahiran)
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mortalitas
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan migrasi
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengar mobilitas sosial
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkawinan
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan angkatan kerja dan
tenaga kerja
8. Untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi angkatan kerja
9. Untuk mengetahui bagaimana dasar hukum angkatan kerja dan
ketenagakerjaan
10. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari angkatan kerja
11. Untuk mengetahui apa saja manfaat angkatan kerja
12. Untuk mengetahui bagaimana hubungan jumlah penduduk, angkatan
kerja dan pengangguran.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEMOGRAFI
1. Pengertian Penduduk
a. Pengertian Kependudukan
Penduduk adalah Mereka yang berada di dalam dan bertempat
tinggal atau berdomisili di dalam suatu wilayah Negara ( Menetap ) –
Lahir secara turun temurun & besar di Negara itu. Penduduk atau
warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
1) Orang yang tinggal di daerah tersebut.
2) Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.
Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal
di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di
daerah lain.
Ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan adalah
Demografi. Istilah Demografi pertama sekali ditemukan oleh Achille
Guillard. John Graunt adalah seorang pedagang di London yang
menganalisis data kalahiran dan kematian, migrasi dan perkawinan
yang berkaitan dalam proses pertumbuhan penduduk. Sehinnga John
Graunt dianggap sebagai bapak Demografi.
2. Pengertian Fertilitas (Kelahiran)
b. Pengertian fertilitas
Fertilitas merupakan kemampuan berproduksi yang sebenarnya
dari penduduk (actual reproduction performance). Atau jumlah
kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang atau sekelompok
perempuan.
Kelahiran yang dimaksud disini hanya mencakup kelahiran hidup,
jadi bayi yang dilahirkan menunjukan tanda-tanda hidup meskipun
hanya sebentar dan terlepas dari lamanya bayi itu dikandung.
Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth),
yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-

4
tanda kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung
berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas merupakan jumlah
anak yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada
tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live) yang
di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran.
b. Pengaruh Fertilitas
Menurut Ida Bagus Mantra (1985), terdapat sejumlah factor yang
dapat mempengaruhi fertilitas yang dibedakan atas factor-faktor
demografi dan factor-faktor non demografi.
1) Factor-faktor demografi antara lain:
Struktur atau komposisi umur, status perkawinan, umur kawin
pertama, kepribadian atau fekunditas, dan proporsi penduduk yang
kawin.
2) Factor-faktor non demografi antaranya:
Keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan
status wanita, urbanisasi dan industrialisasi.
Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh secara langsung ataupun
tidak langsung terhadap fertilitas
3. Pengertian Mortalitas
a. Pengertian Mortalitas (kematian)
Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-
tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah
kelahiran hidup. Still birth dan keguguran tidak termasuk dalam
pengertian kematian. Perubahan jumlah kematian (naik turunnya) di
tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai macam faktor
keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat merupakan
petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan
penduduk di suatu wilayah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian dibagi menjadi dua yaitu:
1) Faktor langsung (faktor dari dalam)
 Umur
 Jenis kelamin

5
 Penyakit
 Kecelakaan, kekerasan, bunuh diri
2) Faktor tidak langsung (faktor dari luar)
 Tekanan, baik psikis maupun fisik,
 Kedudukan dalam perkawinan
 Kedudukan sosial-ekonomi,
 Tingkat pendidikan,
 Pekerjaan,
 Beban anak yang dilahirkan,
 Tempat tinggal dan lingkungan,
 Tingkat pencemaran lingkungan,
 Fasilitas kesehatan dan kemampuan mencegah penyakit,
 Politik dan bencana alam.
4. Pengertian Migrasi
a. Pengertian Migrasi (Perpindahan)
Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang
satu ke tempat yang lain. Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi
internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang melewati
batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang
merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah
satu negara saja.
Adapun pengertian lain Migrasi adalah perpindahan penduduk dari
suatu tempat ke tempat lain dengan melewati batas negara atau batas
administrasi dengan tujuan untuk menetap.
b. Jenis-jenis Migrasi
Migrasi dapat terjadi di dalam satu negara maupun antarnegara.
Berdasarkan hal tersebut, migrasi dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
1) Migrasi Internasional, yaitu perpindahan penduduk dari suatu
negara ke negara lainnya. Migrasi internasional dapat dibedakan
atas tiga macam yaitu :

6
 Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari suatu negara ke negara
lain dengan tujuan menetap. Orang yang melakukan imigrasi
disebut imigran.
 Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke
negara lain. Orang yang melakukan emigrasi disebut
emigran.
 Remigrasi atau repatriasi, yaitu kembalinya imigran ke negara
asalnya.
2) Migrasi Nasional, yaitu perpindahan penduduk dari daerah ke
daerah lain pada Negara tersebut. dibagi menjadi empat, yaitu :
 Urbanisasi => Dari Desa ke Kota
 Transmigrasi => Dari Pulau ke Pulau
 Ruralisasi => Dari Kota ke Desa
 Evakuasi => Dari tempat yang tidak aman ke tempat yang
aman
c. Pengaruh Migrasi
Pada dasarnya faktor-faktor orang yang melakukan migrasi dibagi
menjadi dua, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik.
1) Contoh faktor pendorong:
 Berkurangnya lapangan pekerjaaan di tempat asal
 Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus dll
 Adanya wabah penyakit berbahaya
 Makin berkurangnya sumber-sumber alam ditempat asal
 Adanya tekanan atau diskriminasi politik, agama atau suku di
daerah asal
 Alasan perkawinan atau pekerjaan yang mengharuskan pindah
dari daerah asal
2) Contoh faktor penarik:
 Adanya rasa kecocokan di tempat yang baru atau kesempatan
untuk memasuki lapangan pekerjaan yang cocok
 Kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik
 Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi

7
 Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang dianggap
menyenangkan misalnya iklim, perumahan, sekolah dan
fasilitas-fasilitas umum lainnya
 Banyak terdapat tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan
sebagai daya tarik bagi penduduk-penduduk pedesaan atau kota
kecil.
5. Pengertian Mobilitas Sosial
a. Pengertian Mobilitas Sosial
Gerak sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran,
peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya.
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah
dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang
lain. Kata sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna
gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam
kelompok sosial. Jadi, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi
seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan
yang lain. Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu
departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil
dengan gemilang.
b. Bentuk-bentuk mobilitas sosial
Dilihat dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas
sosial , yaitu mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal.
Mobilitas sosial vertical dapat dibedakan lagi menjadi sosial sinking
dan sosial climbing. Sedangkan mobilitas horizontal dibedakan
menjadi mobilitas sosial antar wilayah (geografis) dan mobilitas antar
generasi.

1) Mobilitas vertikal
Mobilitas Vertikal : adalah perpindahan status sosial yang
dialami seseorang atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang
berbeda.
Mobilitas vertikal mempunyai dua bentuk yang utama :

8
 Mobilitas vertikal keatas
 Mobilitas vertikal ke bawah
 Mobilitas vertical ke atas (Sosial Climbing)
2) Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
Sosial sinking merupakan proses penurunan status atau
kedudukan seseorang. Proses sosial sinking sering kali
menimbulkan gejolak psikis bagi seseorang karena ada perubahan
pada hak dan kewajibannya.
Penyebab sosial sinking adalah sebagai berikut.:
 Berhalangan tetap atau sementara.
 Memasuki masa pensiun.
 Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di
pecat dari jabatannya.
c. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
1) Faktor Pendorong Mobilitas Sosial :
 Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi
yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk
memperolehnya.
 Faktor Individu
Faktor individu adalah kualitas seseorang, baik ditinjau dari
segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan
pribadi.
 Status Sosial
 Keadaan Ekonomi
 Situasi Politik
 Kependudukan (Demografi)

d. Dampak Mobilitas Sosial


Setiap mobilitas sosial akan menimbulkan peluang terjadinya
penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik.

9
Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif
dari adanya mobilitas sosial vertikal, di antara nya:
1) Adanya kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi
mobilitas menurun.
2) Timbulnya ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status
jabatan yang meningkat.
3) Keterangan hubungan antar anggota kelompok primer, yang
semula karena seseorang berpindah ke status yang lebih tinggi atau
ke status yang lebih rendah.
Adapun dampak mobilitas sosial bagi masyarakat, baik yang
bersifat positif maupun negatif antara lain sebagai berikut.
1) Dampak Positif :
 Mendorong Seseorang untuk lebih maju terbukanya
kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain
menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk
maju dalam berprestasi agar memperoleh status yang lebih
tinggi.
 Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah
yang lebih baik.
 Meningkatkan Intergrasi Sosial Terjadi nya mobilitas sosial
dalam suatu masyarakat.
2) Dampak Negatif :
Timbulnya Konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial
dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut :
 Konflik Antarkelas Dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan.
Kelompok dalam lapisan tersebut disebut kelas sosial.
 Konflik Antar kelompok sosial Konflik yang menyangkut
antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya.
 Konflik Antar generasi Konflik yang terjadi karena adanya
benturan nilai dan kepentingan antara generasi yang satu
dengan generasi yang lain dalam mempertahankan nilai-nilai
dengan nilai-nilai baru yang ingin mengadakan perubahan.

10
6. Pengertian Perkawinan
a. Pengertian Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (Rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
b. Jenis-Jenis Perkawinan
Ada beberapa jeis-jenis perkawinan yang dapat kita cermti secara
universal, diantaranya:
1) Perkawinan poligami
Suatu perkawinan dimana seorang suami mempunyai istri lebih
dari satu, dan ada banyak alasan yang mendasari bentuk
perkawinan ini diantaranya: anak, jenis kelamin anak, ekonomi,
status sosial,dll.
2) Perkawinan eugenis
Suatu bentuk perkawinan yang bertujuan untuk memperbaiki
atau memuliakan ras.
3) Perkawinan periodik atau term marriage
Yaitu merencanakan adanya suatu kontrak tahap pertama
selama 3-5 tahun, dan kontrak tahap kedua ditempuh selama 10
tahun, dan perpanjangan kontrak dapat dilakukan untuk
perpanjangan tahap ketiga yang memberikan hak pada kedua
pasangan “untuk saling memilki” secara permanen.
4) Perkawinan percobaan atau trial marriage
Dua orang akan melibatan diri dalam suatu relasi atau
hubungan yang sangat intim dan mencobanya terlebih dahulu
selama satu perode tertentu, jika dalam periode itu kedua belah
pihak bisa saling menyesuaikan atau merasa cocok barulah
dilakukan ikatan pernikahan yang permanen.
5) Perkawinan persekutuan

11
Yaitu pola perkawinan yang menganjurkan dilaksanakannya
perkawinan tanpa anak, dengan melegalisasi keluarga berencana
atau KB atas dasar kesepakatan kedua belah pihak.
c. Bentuk-bentuk Perkawinan/ Pernikahan
Perkawinan atau pernikahan merupakan legalisasi penyatuan antara
laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri oleh institusi agama,
pemerintah atau kemasyarakatan. Berikut ini merupakan bentuk-
bentuk perkawinan beserta pengertian / arti definisi :
1) Bentuk Perkawinan Menurut Jumlah Istri / Suami
 Monogami
Monogami adalah suatu bentuk perkawinan / pernikahan di
mana si suami tidak menikah dengan perempuan lain dan si
isteri tidak menikah dengan lelaki lain. Jadi singkatnya
monogami merupakan nikah antara seorang laki dengan
seorang wanita tanpa ada ikatan penikahan lain.
 Poligami
Poligami adalah bentuk perkawinan di mana seorang pria
menikahi beberapa wanita atau seorang perempuan menikah
dengan beberapa laki-laki.
Berikut ini poligami akan kita golongkan menjadi dua jenis :
 Poligini : Satu orang laki-laki memiliki banyak isteri.
Disebut poligini sororat jika istrinya kakak beradik
kandung dan disebut non-sororat jika para istri bukan kakak
adik.
 Poliandri : Satu orang perempuan memiliki banyak suami.
Disebut poliandri fraternal jika si suami beradik kakak dan
disebut non-fraternal bila suami-suami tidak ada hubungan
kakak adik kandung.

12
B. ANGKATAN KERJA
1. Pengertian Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja
a. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik
sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena
suatu sebab, seperti petani yang sedang menunggu panen/hujan,
pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya. Di samping itu
mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari
pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan atau bekerja secara tidak
optimal disebut pengangguran.
Menurut ketentuan pemerintah Indonesia, penduduk yang sudah
memasuki usia kerja adalah mereka yang berusia minimal 15 tahun
sampai 65 tahun. Namun, tidak semua penduduk yang memasuki usia
tadi disebut angkatan kerja. Sebab penduduk yang tidak aktif dalam
kegiatan ekonomi tidak termasuk dalam kelompok angkatan kerja,
seperti ibu rumah tangga, pelajar dan mahasiswa, serta penerima
pendapatan (pensiunan).
b. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap
melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka
yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka
yang mengurus rumah tangga.
Sedangkan menurut pendapat Sumitro Djojohadikusumo (1987)
mengenai arti tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan
sanggup bekerja, termasuk mereka yang menganggur meskipun
bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa
akibat tidak ada kesempatan kerja.
Untuk mengetahui banyaknya jumlah angkatan kerja yang dapat
diserap oleh pasar kerja, biasanya dipakai suatu ukuran yang
dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Besarnya TPAK
dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
TPAK = Jumlah Angkatan Kerja / Jumlah Tenaga Kerja × 100%

13
TPAK dinyatakan dalam ukuran persen. Untuk kepentingan
analisis lebih lanjut, TPAK dapat dipilah berdasarkan kepentingannya.
Misalnya, berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, dan lapangan
pekerjaan.
Jadi kesimpulan angkatan kerja dan tenaga kerja dapat dilihat
perbedaannya, yakni angkatan kerja adalah penduduk yang sudah
memasuki usia kerja (berusia 15-65 tahun), baik yang sudah bekerja,
belum bekerja, atau sedang mencari pekerjaan. Tenaga kerja adalah
penduduk yang telah memasuki usia kerja, baik yang sudah bekerja
maupun aktif mencari kerja, yang masih mau dan mampu untuk
melakukan pekerjaan. Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003, tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun masyarakat. Berikut ini pembahasan tentang angkatan
kerja, tenaga kerja, masalah tenaga kerja, dan peran pemerintah dalam
permasalahan tenaga kerja.
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah salah satu ukuran
ketenagakerjaan yang banyak digunakan. Pengukuran TPAK dilakukan
dengan cara menghitung jumlah absolut seluruh angkatan kerja dibagi
dengan seluruh tenaga kerja atau penduduk usia kerja kemudian dikalikan
100. Jika TPAK 75 persen, artinya terdapat 75 orang angkatan kerja, yaitu
mereka yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan, setiap 100 orang
tenaga kerja. Berdasarkan TPAK kita dapat melakukan perkiraan, berapa
besar penduduk usia kerja yang berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi.
Lebih tingginya TPAK pedesaan dibandingkan dengan perkotaan,
paling tidak dapat ditafsirkan dari dua sisi. Pertama, dilihat dari etos kerja,
mungkin masyarakat desa lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk
perkotaan, sehingga mereka kebanyakan bergiat dalam aktivitas ekonomi.
Kedua, bisa pula mereka masuk ke dunia kerja karena terpaksa, akibat
adanya himpitan kehidupan yang begitu kuat, sehingga mau tidak mau
mereka harus bekerja agar dapat bertahan hidup.

14
3. Dasar Hukum Angkatan Kerja dan Ketenagakerjaan
Hukum ketenagakerjaan kalau dipelajari lebih jauh cakupannya cukup
luas. Hukum ketenagakerjaan bukan hanya mengatur hubungan antara
pekerja/buruh dengan pengusaha dalam pelaksanaan hubungan kerja tetapi
juga termasuk seorang yang akan mencari kerja melalui proses yang benar
ataupun lembaga-lembaga pelaksana yang terkait.
Hukum ketenagakerjaan adalah merupakan suatu peraturan-peraturan
tertulis atau tidak tertulis yang mengatur seseorang mulai dari sebelum,
selama, dan sesudah tenaga kerja berhubungan dalam ruang lingkup di
bidang ketenagakerjaan dan apabila di langgar dapat terkena sanksi
perdata atau pidana termasuk lembaga-lembaga penyelenggara swasta
yang terkait di bidang tenaga kerja.
Pengertian ketenagakerjaan berdasarkan ketentuan UU No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:
Pasal 1 (1) Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.
Pasal 1 (2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Pengertian tenaga kerja menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja, tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Undang-undang lainnya yang masih berhubungan dengan
ketenagakerjaan dalam arti selama bekerja adalah UU No. 3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Definisi Jaminan sosial tenaga kerja
menurut Pasal 1 (1) Undang-undang ini: Jaminan Sosial Tenaga Kerja
adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa
uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh
tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, hari tua, dan meninggal
dunia.
Undang-undang yang berhubungan dengan ketenagakerjaan dalam arti
sesudah bekerja diatur dalam UU No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial. Pengertian menurut ketentuan Pasal 1
(1) perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan pendapat antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena
adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antara serikat pekerja / serikat
buruh dalam satu perusahaan. Sebagai peraturan pelaksana dari Undang-

15
undang terebut di atas diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan
Menteri Tenaga Kerja (Permenaker), dan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja.
4. Jenis-jenis Angkatan Kerja
Angkatan kerja atau labour force adalah jumlah penduduk dengan usia
produktif, yaitu 15-64 tahun yang sedang bekerja maupun mencari
pekerjaan. Usia produktif tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a. Bukan Angkatan Kerja
Bukan angkatan kerja adalah sekelompok penduduk usia
produktif yang tidak bersedia bekerja atau belum bekerja. Misal,
pelajar dan mahasiswa yang masih bersekolah.
b. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah sekelompok penduduk usia produktif
yang sudah mempunyai pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan.
Artinya sekelompok penduduk ini dalam usia kerja yang siap
melakukan pekerjaan, yaitu mereka yang sudah bekerja, mereka
yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan
mereka yang mengurus rumah tangga. Pertumbuhan angkatan kerja
dipengaruhi pula oleh struktur penduduk berdasarkan jenis
kelamin, usia penduduk, dan tingkat pendidikan.
Makin banyak komposisi jumlah penduduk laki-laki dalam suatu
negara, semakin tinggi pula angkatan kerja di negara tersebut. Karena ibu
rumah tangga tidak digolongkan sebagai tenaga kerja. Sementara, usia
penduduk berpengaruh terhadap jumlah angkatan kerja dalam suatu
negara. Semakin besar jumlah penduduk yang berusia produktif, maka
semakin tinggi pula angkatan kerjanya. Semakin rendah tingkat
pendidikan penduduk suatu negara, maka akan makin rendah pula
angkatan kerjanya, karena saat ini tingkat pendidikan merupakan salah
satu syarat untuk memasuki dunia kerja.
Selain tingkat pendidikan terdapat kriteria lain yang ditetapkan oleh
perusahaan atau instansi dalam menerima calon tenaga kerja, seperti jenis
pendidikan, keahlian khusus, pengalaman kerja, kesehatan, serta sikap dan
kejujuran. Agar dapat menyatukan keinginan perusahaan atau instansi
yang membuka kesempatan kerja dengan pencari kerja, maka dibutuhkan
media yang dapat mempertemukan mereka.
Media ini umumnya disebut bursa tenaga kerja. Di bursa tenaga kerja
akan diperoleh informasi mengenai lowongan kerja dari beberapa
perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja, seperti jabatan yang tersedia,
spesialisasi, kualifikasi, dan keahlian yang dibutuhkan. Di Indonesia,
badan atau lembaga yang bertindak sebagai bursa tenaga kerja ialah
Kementerian Tenaga Kerja dan perusahaan penggerak tenaga kerja.

16
5. Manfaat Angkatan Kerja
Dalam kehidupan sehari-hari angkatan kerja dan tenaga kerja memiliki
peran dan manfaat yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari.
Karena manfaat angkatan kerja dan tenaga kerja dapat dibagi menjadi 3
karakteristik, yakni:
a. Manfaat bagi Diri Sendiri
Dapat memberikan penghasilan bagi diri sendiri. Karena
apabila seseorang dapat bekerja tentunya dia akan mendapatkan
penghasilan dan tentunya dia juga akan bisa memenuhi
kebutuhannya baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk
keluarganya.
Dapat mengoptimalkan kemampuan dan skill yang dimiliki
oleh seseorang yang ingin bekerja. Artinya seseorang dapat
memanfaatkan keahliannya yang dimiliki untuk dapat bekerja di
dalam suatu perusahaan.
Memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk terus
berkembang. Artinya seseorang yang sudah dapat bekerja dalam
suatu perusahaan, pastinya dirinya akan terus berkembang agar
suatu saat bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, di mana
dapat kembali bekerja untuk perusahaan, atau membuka
perusahaan dan memberikan pekerjaan kepada orang lain.
Menurunkan tingkat pengangguran yang ada. Karena apabila
seseorang dapat bekerja baik untuk dirinya sendiri atau orang lain,
maka secara otomatis dapat menurunkan tingkat pengangguran,
dan secara otomatis dapat meningkatkan tingkat produksi baik
untuk diri sendiri ataupun perusahaan, selain itu juga dapat
meningkatkan perekonomian secara nasional.
b. Manfaat bagi Perusahaan
Memberikan kemudahan bagi perusahaan dalam kegiatan
memproduksinya. Artinya dengan dibantu oleh para pekerja,
kegiatan produksi perusahaan dapat lebih mudah dikerjakan dan
dapat lebih cepat diselesaikan.
Dapat memberikan tingkat produksi yang lebih banyak. Di
mana dengan adanya tenaga kerja, tingkat produksi perusahaan
menjadi lebih meningkat.
Memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk terus
memberikan pelayanan yang baik dengan dibantu oleh tenaga
kerja.
Membantu perusahaan untuk terus berkembang dengan lebih
baik. Artinya ketika perusahaan mencoba untuk mengembangkan
bisnisnya, maka secara otomatis tenaga kerja akan membantu
perusahaan untuk berkembang ke arah yang lebih baik pula.

17
c. Manfaat bagi Negara
Membantu negara dalam menurunkan tingkat pengangguran
dan menaikkan perekonomian negara. Karena apabila tenaga kerja
semakin banyak maka secara otomatis pendapatan negara melalui
pajak akan bertambah dan dengan pajak tersebut dapat membangun
infrastruktur, pendidikan, perekonomian secara nasional.
Menaikkan pendapatan per kapita dan pendapatan nasional.
Artinya apabila para pekerja dapat meningkatkan produktivitasnya,
maka secara otomatis konsumsinya akan meningkat pula dan
dengan penilaian itu maka pendapatan per kapitanya pun
meningkat.
Membantu negara dalam menciptakan lapangan kerja bagi
angkatan kerja yang belum bekerja. Karena angkatan kerja yang
dapat menciptakan pekerjaan, sangat dibutuhkan oleh negara dalam
menurunkan tingkat pengangguran.
Menurunnya tingkat pengangguran, kemiskinan, dan
kriminalitas bagi negara. Dengan penduduk yang cukup banyak
bekerja, maka pengangguran yang dapat menciptakan kemiskinan
yang berdampak negatif bagi kehidupan sosial seperti pencurian,
kriminalitas, dll, dapat diturunkan dan dimimalisir jumlahnya.
6. Hubungan Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja, dan Pengangguran
Jumlah penduduk adalah banyaknya orang yang mendiami suatu
wilayah negara. Dari sisi tenaga kerja, penduduk suatu negara dapat dibagi
dalam dua kelompok, yakni kelompok penduduk usia kerja dan kelompok
bukan usia kerja. Penduduk usia kerja adalah mereka yang berumur 10
hingga 65 tahun. Namun dewasa ini usia kerja tersebut telah diubah
menjadi yang berumur 15 hingga 65 tahun.
Penduduk usia kerja dapat pula kita bagi dalam dua kelompok, yakni
kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan angkatan kerja. Angkatan
kerja adalah semua orang yang siap bekerja di suatu negara. Kelompok
tersebut biasanya disebut sebagai kelompok usia produktif. Dari seluruh
angkatan kerja dalam suatu negara tidak semuanya mendapat kesempatan
bekerja. Di antaranya ada pula yang tidak bekerja. Mereka inilah yang
disebut pengangguran. Pengangguran adalah angkatan kerja atau
kelompok usia produktif yang tidak bekerja.
Angkatan kerja banyak yang membutuhkan lapangan pekerjaan,
namun umumnya baik di negara berkembang maupun negara maju, laju
pertumbuhan penduduknya lebih besar dari pada laju pertumbuhan
lapangan kerjanya. Oleh karena itu, dari sekian banyak angkatan kerja
tersebut, sebagian tidak bekerja atau menganggur. Dengan demikian,
kesempatan kerja dan pengangguran berhubungan erat dengan
ketersediaannya lapangan kerja bagi masyarakat. Semakin banyak

18
lapangan kerja yang tersedia di suatu negara, semakin besar pula
kesempatan kerja bagi penduduk usia produktifnya, sehingga semakin
kecil tingkat penganggurannya. Sebaliknya, semakin sedikit lapangan
kerja di suatu negara, semakin kecil pula kesempatan kerja bagi penduduk
usia produktifnya. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat
penganggurannya.
a. Tingkat Pengangguran yang Tinggi
Pengangguran merupakan salah satu masalah tenaga kerja yang
berpengaruh besar bagi perekonomian Indonesia. Di Indonesia
jumlah angka pengangguran selalu mengalami peningkatan. Hal ini
karena disebabkan oleh beberapa faktor. Pengangguran dapat
terjadi pada saat pertambahan jumlah penduduk lebih besar
daripada pertambahan lapangan kerja. Akibatnya tidak semua
penduduk produktif dapat ditampung oleh lapangan kerja yang ada.
Orang-orang yang tidak bisa bekerja ini akan menjadi
pengangguran.
Terjadinya pengangguran juga disebabkan karena rendahnya
kualitas tenaga kerja. Mereka tidak mampu bersaing dengan tenaga
kerja yang memiliki kualitas yang lebih baik. Akibatnya orang-
orang yang mempunyai kualitas rendah akan menganggur. Selain
itu masalah pengangguran juga dapat disebabkan karena lowongan
kerja yang ada tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan.
Orang-orang yang mempunyai latar belakang berbeda dengan yang
diharapkan perusahaan, tidak dapat bekerja dan akibatnya
pengangguran bertambah. Kondisi perekonomian yang tidak baik
juga dapat menjadi pemicu terjadinya pengangguran.
Terjadinya krisis ekonomi menyebabkan banyak perusahaan-
perusahaan atau industri yang gulung tikar (bangkrut). Banyak
tenaga kerja yang diberhentikan dari pekerjaannya. Orang-orang
inilah yang kemudian menambah jumlah angka pengangguran.
Tingginya jumlah pengangguran di Indonesia dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif baik bagi masyarakat maupun bagi
negara. Berikut ini beberapa dampak dari pengangguran:
 Tingkat kesejahteraan menurun.
 Angka kriminalitas (kejahatan) meningkat, misalnya pencurian,
penjambretan, dan penodongan.
 Kualitas hidup menurun, dengan ditandai lingkungan yang
kotor (tidak sehat).
 Produktivitas masyarakat menurun.
 Menurunnya tingkat kesehatan dan kekurangan pangan.
 Peningkatan jumlah anak jalanan, kaum gelandangan,
pengamen di tempat-tempat umum, dan lain sebagainya.

19
 Menurunnya pendapatan negara dari penerimaan pajak
penghasilan.
 Bertambahnya biaya sosial negara.
b. Meningkatnya Angkatan Kerja
Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk. Semakin besar jumlah
penduduk maka angkatan kerja jadi semakin besar. Hal itu dapat
menjadi beban tersendiri bagi perekonomian. Karena jika
meningkatnya angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan
bertambahnya lapangan kerja akan menyebabkan masalah
pengangguran. Orang-orang yang menganggur ini secara otomatis
tidak akan memperoleh penghasilan. Akibatnya untuk memenuhi
kebutuhan pun mereka tidak bisa. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan kesejahteraannya menurun. Hal tersebut sangat
berlawanan dengan harapan pemerintah, yaitu semakin banyaknya
jumlah angkatan kerja diharapkan dapat menjadi pendorong
pembangunan ekonomi.
c. Mutu Tenaga Kerja yang Rendah
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berpendidikan rendah
dengan keterampilan dan keahlian yang kurang memadai, sehingga
belum memiliki keterampilan dan pengalaman untuk memasuki
dunia kerja. Dengan demikian mutu tenaga kerja di Indonesia
tergolong rendah. Mutu tenaga kerja yang rendah mengakibatkan
kesempatan kerja semakin kecil dan terbatas. Keterampilan dan
pendidikan yang terbatas akan membatasi ragam dan jumlah
pekerjaan.
d. Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata
Persebaran tenaga kerja di Indonesia tidak merata. Di daerah
Pulau Jawa tenaga kerja menumpuk sementara di luar Pulau Jawa
kekurangan tenaga kerja. Kondisi tersebut dapat menimbulkan
dampak bahwa di Pulau Jawa banyak pengangguran, sedangkan di
luar Pulau Jawa pembangunan akan terhambat karena kekurangan
tenaga kerja untuk mengolah sumber daya alam yang ada.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari beberapa pengertian yang telah dibahas diatas yaitu :
 Pengertian Fertilitas
Fertilitas merupakan kemampuan berproduksi yang sebenarnya dari
penduduk (actual reproduction performance). Atau jumlah kelahiran hidup
yang dimiliki oleh seorang atau sekelompok perempuan.
 Pengertian Mortalitas (kematian)
Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup.
 Pengertian Migrasi (Perpindahan)
Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke
tempat yang lain.
 Pengertian Mobilitas Sosial
Gerak sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan,
ataupun penurunan status dan peran anggotanya.
 Pengertian Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (Rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
 Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang
bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab,
seperti petani yang sedang menunggu panen/hujan, pegawai yang sedang
cuti, sakit, dan sebagainya. Di samping itu mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan
atau bekerja secara tidak optimal disebut pengangguran. Sedangkan,
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang

21
mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus
rumah tangga.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan materi tentang Demografi dan Angkatan kerja
ini, diharapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut tentang materi ini dan
dapat menjadikannya pedoman atau bahan acuan bagi diri sendiri maupun orang
lain kedepannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ali, 2001. Dasar-dasar Demografi. Depok : Raflesia Press.Lembaga


Demografi FE UI. 2007. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Penerbit
FE UI
Lazuardi. Khoirul. 2014. Pengertian Angkatan Kerja, Tenaga Kerja,
Kesempatan Kerja, dan Pengangguran. https://khoirullazuardi.wordpress.com.

Mankiw, Gregory, dkk. 2012. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta:


Salemba Empat.

Mastugino. 2013. Angkatan dan Tenaga Kerja.


http://mastugino.blogspot.co.id.

Muawanah. 2013. Pengertian Tenaga Kerja dan Angkatan Kerja.


http://muawanahcius.blogspot.co.id.

Sukirno, Sadono. 2015. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta:


Rajagrafindo Persada.

Sule, Epol. 2015. Dampak Angkatan Kerja. http://sule-epol.blogspot.co.id


.

23

Anda mungkin juga menyukai