Anda di halaman 1dari 11

MAKNA KEMISKINAN DAN KORELASI

DENGAN SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN


BERADAB

MATKUL : PENDIDIKAN PANCASILA

DOSEN PENGAMPU : KIKI AMALIAH S.H., M.H.

DISUSUN OLEH :

NAMA : LAUREN TIARA

NPM : G1B021090

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 3
B. Tujuan dan Manfaat ................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 7
A. Pemecahan Masalah .................................................................. 7
B. Khalayak Sasaran ...................................................................... 7
C. Metode Kegiatan ....................................................................... 7
D. Keterkaitan ................................................................................ 7
E. Jadwal Pelaksanaan ................................................................... 8
F. Dokumentasi ............................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemiskinan menjadi masalah yang cukup pelik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dan masalah ini bukan menjadi masalah baru bagi bangsa Indonesia.
Kemiskinan menurut World Bank adalah kehilangan kesejahteraan (depivation of
well being). Dan kemiskinan memiliki inti permasalahan yaitu batasan-batasan
tentang kesejahteraan itu sendiri. Bangsa Indonesia sendiri memiliki tujuan
memajukan kesejahteraan umum. Dan tujuan ini juga berbanding lurus dengan pilar
utama negara kita, yaitu Pancasila. Karena dalam Pancasila pada sila kelima berisikan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu setiap pembangunan
yang dilakukan pemerintah Indonesia harus memiliki visi dengan arah seperti ini.
Pembangunan yang dilakukan harus menjadi upaya untuk proses perubahan menuju
arah yang lebih baik. Transformasi ini juga harus berlangsung secara terus menerus
hingga tercapailah keadilan sosial dan kesejahteraan yang dirasakan setiap manusia di
bumi Indonesia.
Maka dari itu salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan nasional
adalah turunnya tingkat kemiskinan. Namun indikator ini masih menjadi masalah sulit
yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi
setiap negara dimuka bumi, terutama negara bagian ketiga atau lebih terkenal dengan
nama negara sedang berkembang. Indonesia merupakan negara yang 2 masuk dalam
negara sedang berkembang, dan seperti halnya negara sedang berkembang lainnya.
Kemiskinan masih menjadi permasalahan yang sering dikeluhkan rakyat dan tentunya
dijanjikan pemberantasannya oleh setiap calon-calon pemimpin dalam pemilihan
umum. Karena memang Bapak Ekonomi yaitu Adam Smith pernah berkata tidak ada
masyarakat yang makmur dan bahagia, jika sebagian besar penduduknya berada
dalam kemiskinan dan kesengsaraan. (Todaro dan Smith, 2008).
Dan menariknya kemiskinan adalah masalah yang sulit diselesaikan dan sangat
kompleks. Ia dipengaruhi banyak faktor, antara lain tingkat pendapatan masyarakat,
pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi,
geografi, gender, dan lokasi lingkungan (Sukmaraga, 2011). Karena dipengaruhi
banyak faktor, kemiskinan juga dapat menjadi pangkal masalah dari berbagai masalah

1
pelik di suatu negara, seperti kekurangan gizi, faktor lingkungan, kriminal dan
berbagai yang pada dasarnya bisa saling menjadi sebab akibat.
Kemiskinan banyak dikatakan bermuara pada lingkaran kemiskinan (vicious
circke of poverty) dari Nurkse. Ketertinggalan sumberdaya manusia, ketidak
sempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas.
Rendahnya produktifitas ini juga berdampak akan banyak hal, diantaranya
mengakibatkan rendahnya pendapatan yang didapatkan. Rendahnya pendapatan ini
memiliki dampak menjadikan tabungan dan investasi berkurang. Investasi yang
berkurang ini berimplikasi kepada akumulasi modal yang tersendat. Sehingga
menyebabkan lapangan kerja yang menurun. Dan ini akan terus berputar hingga
lingkaran kemiskinan ini terus berlanjut (Kuncoro, 2006).
Untuk menumbuhkan rasa empati dan memperkuat pemahaman tentang sila
kemanusiaan yang adil dan beradab yang terkandung dalam pancasila maka dilakukan
sebuah kunjungan. Kunjungan ini juga dilakukan untuk memberikan gambaran
kepada mahasiswa akan pentingnya rasa kepedulian, rasa cinta kasih antara sesama,
dan pentingnya rasa menghormati dan membantu sesama sebagai umat manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana nilai dan makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab?
2. Bagaimana cara kita menerapkan sila ke-2 dalam kehidupan?

3. Bagaimana keadaan masyarakat yang kurang beruntung dalam bidang


ekonomi?

2
C. TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai suatu dasar filsafat negara, maka sila-sila Pancasila merupakan suatu
sistem nilai. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan
antara satu dengan lainnya, namun kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu
kesatuan yang sistematis.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab secara sistematis didasari dan dijiwai
oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila
berikutnya. Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan
kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada
dasar filosofis antropologis bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat rohani
(jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk
pribadi berdiri sendiri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran
sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani
manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik
terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungannya.
Dalam kehidupan kenegaraan harus senantiasa dilandasi oleh moral
kemanusiaan antara lain dalam kehidupan pemerintahan negara, politik, ekonomi,
hukum, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta dalam kehidupan keagamaan.
Oleh karena itu, dalam kehidupan bersama dalam negara harus dijiwai oleh moral
kemanusiaan untuk saling menghargai sekalipun terdapat suatu perbedaan karena hal
itu merupakan suatu bawaan kodrat manusia untuk saling menjaga keharmonisan
dalam kehidupan bersama.
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini
mengandung suatu pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan
dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan
negara, adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4
Konsekuensinya nilai yang terkandung dalam Kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas
kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial
3
maupun agama. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang
rasa, tidak semena-mena terhadap manusia, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
(Darmodihardjo, 1996).
Nilai dasar dari sila kedua mencakup peningkatan martabat, hak, dan kewajiban
asasi warga negara, penghapusan penjajahan, kesengsaraan dan ketidak adilan dari
muka bumi. Harkat dan martabat manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak semena-mena terhadap orang lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian.
Gemar melakukan kegiatan kemanusian. Berani membela kebenaran dan keadilan
hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa 2 lain.
Masyarakat miskin sesuai karakteristiknya menurut Kartasasmita (1993:4),
umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya pada kegiatan
ekonomi, sehingga semakin tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai
potensi lebih tinggi. Sementara itu Soemardjan (dalam Sumodingrat 1999:81),
mendeskripsikan berabagai cara pengukuran kemiskinan dengan standar yang
berbeda-beda, dengan tetap memperhatikan dua kategori tingkat kemiskinan, sebagai
berikut:
Pertama, kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana tingkat pendapatan
seseorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya seperti pangan, sandang,
papan, kesehatan dan pedidikan; Kedua, kemiskinan relatif adalah penghitungan
kemisikinan berdasarkan proporsi distribusi pendapatan dalam suatu daerah.
Kemiskinan jenis ini dikatakan relatif kerena berkaitan dengan distribusi pendapatan
antar lapisan sosial.
Chamber (1983:109) mengemukakan lima karakteristik sebagai ketidak
beruntungan (disadventages) yang melingkupi orang miskin atau keluarga miskin
antara lain: (a) poverty, (b) physical weakness, (c) isolation, (d) powerlessness.
Moeljarto (1995:98) mengemukakan tentang Poverty Profile sebagaimana
berikut: Masalah kemiskinan bukan saja masalah welfare akan tetapi mengandung
enam buah alasan antara lain : (a) Masalah kemiskinan adalah masalah kerentanan. (b)
Kemiskinan berarti tertutupnya akses kepada berbagai peluang kerja karena hubungan
produksi dalam masyarakat tidak memberi peluang kepada mereka untuk
berpartisipasi dalam proses produksi. (c) Masalah ketidakpercayaan, perasaan
impotensi, emosional dan sosial dalam menghadapi elit desa dan para birokrat yang
menentukan keputusan menyangkut dirinya tanpa memberi kesempatan untuk
mengaktualisasikan diri, sehingga membuatnya tidak berdaya. (d) Kemiskinan juga
4
berarti menghabiskan sebagian besar penghasilannya untuk konsumsi pangan dalam
kualitas dan kuantitas terbatas. (e) Tingginya rasio ketergantungan, karena jumlah
keluarga yang besar. (f) Adanya kemiskinan yang diwariskan secara terus menerus.
Selanjutnya Supriatna (1997:82) mengemukakan lima karakteristik penduduk
miskin, antara lain:
1. Tidak memiliki faktor produksi sendiri.
2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan
sendiri.
3. Tingkat pendidikan pada umunya rendah.
4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas .
5. Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau
pendidikan yang memadai.
Pemahaman terhadap karakteristik kemiskinan dimaksudkan agar dapat pula
mengetahui strategi program yang bagaimana yang relevan dengan upaya
penanggulangan kemiskinan tersebut.
Adapun faktor-faktor penyebab kemiskinan-kemiskinan banyak
dihubungkan dengan berbagai penyebab sebagai berikut:
1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat
dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku
dan pilihan adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan
keluarga. Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang
tidak sebanding dengan pemasukan keuangan keluarga.
3. Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan
dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan
sekitar. Individu atau keluarga yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga
adalah contohnya.
4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,
termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain
lainnya adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain.
Contoh lainnya adalah perbudakan.
5. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan
hasil dari struktur social

5
D. TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN
1. Tujuan
Kegiatan kunjungan terhadap masyarakat yang kurang mampu ini bertujuan
untuk:

1. Mengetahui nilai dan makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab
2. Mengetahui secara langsung keadaan dan kondisi masyarakat yang kurang
beruntung dalam bidang ekonomi sekaligus menumbuhkan rasa empati
dan kepedulian kepada sesama
3. Menganalisis korelasi dan makna sila kemanusiaan yang adil dan beradab
terhadap kemiskinan sekaligus sebagai wujud penghayatan sila kedua
yakni kemanusiaan yang adil dan beradab
2. Manfaat
Manfaat penelitian diantara lain yaitu :

1. Untuk diri saya dan pembaca penelitian ini agar tercapai pemahaman akan
hubungan indeks pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi dan
pengangguran terhadap kemiskinan.

2. Untuk pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau evaluasi
dalam membuat perencanaan pembangunan daerah atau membuat program
kebijakan perekonomian.

3. Serta dengan melakukan kunjungan ini diharapkan dapat mengambil hikmah


dan manfaat betapa indahnya hidup saling berbagi antara satu dan lainnya,
serta memberikan kita kesadaran akan pentingnya penegakkan keadilan, baik
kepada orang lain ataupun diri sendiri dan memperluas hubungan silaturahmi
antar sesama.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMECAHAN MASALAH

Objek pengimplikasian Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dalam


kehidupan sehari-hari terhadap orang yang kurang mampu adalah objek pengamatan.
Dalam pelaksanaannya, mahasiswa melakukan kunjungan ke salah satu Panti
Asuahan yaitu Panti Asuhan Bumi Raflesia. Di Panti Asuhan tersebut ada 35 orang
yang terdapat di panti asuhan yang diasuh oleh bapak sutami dan ibu azzizah, ada
beberapa anak yang SD, TK, PAUD, SMP, SMA dan ada yang kuliah. Dalam
pengamatan ini, dapat ditemukan bahwa sila kedua dalam lingkungan panti asuhan
ini sangat terlihat . Keadilan yang didapat dipanti asuhan ini terlihat dari semua anak
panti bersekolah tidak ada satupun yang tidak bersekolah.

B.KHAYALAK SASARAN
Dalam observasi yang saya lakukan, khalayak sasaran yang dituju adalah Panti
Asuhan Bumi Raflesia, masyarakat yang membutuhkan.Dalam hal ini, pokok
pengamatannnya adalah pelaksanaan nilai-nilai Pancasila terutama sila kedua dalam
kehidupan bermasyarakat disekitar.

C. METODE KEGIATAN
Metode pengamatan yang saya lakukan adalah metode survey yaitu dilakukan
dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk mencari data. Tujuannya adalah
mendaptkan informasi sesuai variabel yang dicari dalam pengamatannnya kami
melakukan wawancara dengan panti asuahan bumi raflesia tersebut tenttang
bagaimana kondisi ekonominya.

D. KETERKAITAN
Manusia adalah makhluk sosial sekaligus makhlum individu. Atas dasar inilah
pelaksanaan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab harus diperhatikan.. Karena
setiap manusia mempunyai haknya sebagai Individu dan Sosial. Hak untuk
mendapatkan keadilan dan diperlakukan dengan beradab. Hubungan pengamatan
kehidupan masyarakat rendah dengan pelaksanaan sila Kemanusiaan Yang Adil dan
beradab adalah masyarakat rendah dijadikan sebagai salah satu tolak ukur aau contoh
berjalan atau tidakny

7
E. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan pengamatan dilakukan pada 13 - November – 2021

F. DOKUMENTASI

8
DAFTAR PUSTAKA

Maftuh, B., 2008. Internalisasi nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme melalui pendidikan
kewarganegaraan. Jurnal Educationist, 2(2), pp.134-144.

Sugiharto, A., 2012. Makna Pancasila menurut pemikiran Abdurahman Wahid (Doctoral
dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).

Asatawa, I. and Ari, P., 2017. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Syawie, M., 2011. Kemiskinan dan kesenjangan sosial. Sosio Informa, 16(3).

iii

Anda mungkin juga menyukai