Anda di halaman 1dari 12

PROSES PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN

KARAKTER BANGSA
Dosen
MARILIN KRISTINA, M.Pd

Penyusun
1. Gio Efendi
2. M. Nuril Iskandar
3. Irgo Holly Maulana
4. Lulu Luthfia

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN


INFORMASI DAN KOMPUTER PRINGSEWU
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya pada
akhirnya bisa menyelesaikan laporan Praktikum Biologi tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Guru Pembimbing yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga Laporan Praktikum Biologi ini
dapat disusun dengan baik.

Semoga Laporan Praktikum Biologi yang telah kami susun ini turut memperkaya
khazanah ilmu biologi serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para
pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami
juga menyadari bahwa Laporan Praktikum Biologi ini juga masih memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca
sekalian demi penyusunan Laporan Praktikum Biologi dengan tema serupa yang lebih
baik lagi.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................   i

KATA PENGANTAR ..........................................................................................   ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................   iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang .............................................................................................  1 

I.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1

I.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2

2.1.Konsep Pembudayaan Karakter Bangsa .....................................................  2

2.1.1 Pengertian Pembudayaan…....................................................................2

2.1.2.pengertian karakter bangsa.....................................................................3

2.2. nilai yang terkandung dalam pancasila........................................................4

2.2.1. butir butir pancasila..............................................................................4

2.3.strategi dalam pembudayaan karakter bangsas berddasarkan nilai pancasila.5

2.4. tantangan dalam pembudayaan karakter bangsa berdasarkan nilai

pancasila………………………………………………………………………...6

BAB III PENUTUP..................................................................................................8

3.1 Kesimpulan....................................................................................................8

3.2 Saran .............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pancasila merupakan warisan bangsa dari para pendahulu yang wajib dijaga dan
diterapkan dalam kehidupan berbangsa. Secara yuridis-konstitusional kedudukan
Pancasila sudah jelas, bahwa Pancasila adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara
Republik Indonesia, dan sebagai ideologi nasional. Sebagai pandangan hidup bangsa,
Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang kebenarannya diakui, dan
menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Sejarah telah
mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi
kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur. Suatu kenyataan bahwa kemerosotan akhlak serta penghayatan pada nilai-nilai
pancasila akhir-akhir ini ini tidak hanya menimpa kalangan orang dewasa, tetapi telah
merembet pada kalangan pelajar tunas-tunas bangsa. Terlihat tidak adanya kebanggaan
sebagai orang Indonesia dengan pancasilanya.
Menurut Singal Tambunan (2015) dalam Artikelnya yang berjudul Membangun
Karakter Bangsa Berlandaskan Pancasila, Beliau berpendapat, bahwa Pembangunan
karakter bangsa yang sudah diupayakan dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum
terlaksana dengan optimal. Hal ini tercermin dari kesenjangan sosial-ekonomi yang
masih besar, kerusakan lingkungan yang terjadi diberbagai pelosok negeri dan masih
terjadinya ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di
kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan, korupsi yang akhirnya merambah pada
semua sektor kehidupan masyarakat. Semua itu terjadi itu terjadi karena belum
dihayatinya nilai-nilai pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep pembudayaan karakter bangsa?
2.      Bagaimana Strategi dalam pembudayaan karakter bangsa berdasarkan nilai-nilai
pancasila?
3.      Apa tantangan dalam pembudayaan karakter bangsa yang bersumber pada
pancasila?

C.  Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah dipaparkan diatas, Tujuan penulisan
dalam makalah ini adalah.
1.      Memaparkan konsep pembudayaan karakter bangsa.
2.      Memaparkan Strategi dalam pembudayaan karakter bangsa berdasarkan nilai-nilai
pancasila.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pembudayaan Karakter Bangsa
            Ketika bangsa Indonesia bersepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, para bapak pendiri bangsa menyadari bahwa
paling tidak ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi. Pertama, adalah mendirikan
negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun bangsa, dan ketiga adalah
membangun karakter. Pada implementasinya kemudian upaya mendirikan negara relatif
lebih cepat jika dibandingkan dengan upaya untuk membangun bangsa dan membangun
karakter.

2.1.1 Pengertian Pembudayaan


            Pembudayaan mempunyai arti setingkat lebih tinggi dari Pemsyarakatan.
Pemsyarakatan adalah mensosialisasikan kepada seluruh warga masyarakat tentang
nilai-nilai yang perlu diketahui, sekaligus sebagai masalah yang mungkin muncul
dalam melaksanakan nilai-nilai yang demikian fundamental bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara .
 Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa
Indonesia (Wiyono, 2016:121).
Sementara definisi Kebudayaan yang cukup lama dikenal adalah dari Menurut
Edward Burnett Tylor (Wiyono, 2016:122) menjelaskan bahwa Kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat (Wiyono, 2016:122)  kebudayaan ialah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan melalui belajar.
Berdasarkan pengertian di atas maka bila kita berbicara tentang pembudayaan nilai-
nilai pancasila yang merupakan sumber dari karakter bangsa, berarti kita berbicara
tentang perwujudan nilai-nilai pancasila itu (1) dalam gagasan nilai, norma dan
peraturan, (2) dalam aktivitas serta tindakan terpola dari manusia, dan (3) wujud hasil
cipta manusia.

2
Pembudayaan nilai-nilai Pancasila merupakan peningkatan secara kualitatif dari
pemsyarakatan, sehingga mencakup pengertian yang dalam, karena tidak sekedar
memahami belaka. akan tetapi juga harus dihayati dan diwujudkan dalam
pengamalannya oleh setiap diri pribadi dan seluruh lapisan masyarakat sehingga
menumbuhkan kesadaran dan kebutuhan, mempertajam perasaan, meningkatkan daya
tahan, daya tangkap dan daya saing bangsa yang kesemuannya tercermin pada sikap
tanggap dan sikap perilaku.

Pembudayaan berarti mengusahakan agar sesuatu itu menjadi budaya di masyarakat


luas. Hal ini berarti diharapkan adanya peningkatan, dimana orientasinya tidak lagi
sekedar supaya bisa dipahami, akan tetapi diharapkan sudah merupakan bagian dari
budaya masyarakat. Sehubungan dengan hal itu, pembudayaan dimakudkan agar
lebih mengakarkan nilai-nilai luhur pancasila.

2.1.2 Pengertian Karakter Bangsa


            Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak
pada hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang
memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam
kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebajikan dan kebaikan.
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan
melalui pikiran dan perbuatan.
   Menurut Wyne (Muchlas & Hariyanto, 2016:41) Mengungkapkan bahwa kata
karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to mark” yaitu menandai
atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam
bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak
jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara
orang yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang
berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality
(kepribadian) seseorang.
Sedangkan menurut Scerenko (Muchlas & Hariyanto, 2016:41)
mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan
membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan komplesitas mental dari seseorang, suatu
kelompok atau bangsa. Sementara itu The Free Dictionary  dalam situs online-nya
yang dapat diunduh secara bebas mendefinisikan karakter sebagai suatu kombinasi
kualitas atau ciri-ciri yang membedakan seseorang atau kelompok atau suatu benda
dengan yang lain.
Berdasarkan uraian diatas tentang definisi Karakter maka bila kita berbicara
tentang Karakter bangsaberarti  kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik
yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku  berbangsa dan
bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah dari raga
seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia haruslah berdasarkan
nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka
Tunggal Ika, dan komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3
2.2 Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
Menurut Fauzi Ahmad (2014) menjelaskan bahwa Nilai (value) termasuk dalam
pokok bahasan filsafat. Nilai biasa digunakan untuk menunjuk kata benda yang
abstrak. Pengertian nilai dapat kita temukan dalam salah satu cabang filsafat, yaitu
aksiologi (filsafat nilai). Nilai dijadikan landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap
dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak. Nilai dapat dijuga diartikan sebagai
sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir
maupun batin. 
Menurut Robert Mz Lawang (Ahmad, 2014) Nilai adalah gambaran apa yang
diinginkan, yang pantas, berharga dan dapat memengaruhi perilaku sosial dari orang
yang bernilai tersebut.
Ciri-ciri nilai, yaitu:
w       Suatu realitas yang abstrak (tidak dapat ditangkap melalui panca indra, tetapi ada).
w       Normatif (yang seharusnya).
w       Berfungsi sebagai daya dorong manusia .

2.2.1 Butir-butir Pancasila


Menurut Amanoto (2014) Sejak tahun 2003, berdasarkan Tap MPR no. I/MPR/2003,
36 butir pedoman pengamalan Pancasila telah diganti menjadi 45 butir
butir Pancasila. Dan berikut ini 45 butir butir Pancasila yang baru sesuai dengan Tap
MPR no. I/MPR/2003.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

4
3. Persatuan Indonesia
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

2.3 Strategi dalam pembudayaan karakter bangsa berdasarkan nilai-


nilai Pancasila
Media (sarana, alat) untuk pembudayaan Pancasila secara garis besar dapat
digolongkan menjadi dua macam: formal dan non-formal. Formal melalui jalur
pendidikan formal (sekolah) dari tingkat terendah sampai yang tertinggi. Non-formal
melalui jalur apa saja di luar pendidikan formal—media massa, jejaring sosial, seni,
lembaga sosial, lembaga adat, dan lembaga keagamaan.
a.       Pembudayaan Pancasila melalu media Pendidikan Formal
Pembudayaan Pancasila melalui lembaga pendidikan formal, bagaimanapun juga,
sebagai sarana yang paling efektif, karena pendidikan lah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perubahan perilaku manusia. Pendidikan formal sejauh ini
sebagai satu sistem organisasi yang lebih teratur dibandingkan dengan lembaga lain
yang bersentuhan dengan pengubahan perulaku manusia. Pendidikan formal, entah yang
dikelola oleh negara maupun oleh lembaga swasta, tentu memiliki organisasi,
kurikulum, guru, tenaga administratif yang merupakan satu sistem yang bersentuhan
langsung dengan anak didik. Pancasila sejauh ini sudah dibudayakan lewat pendidikan
formal, yaitu melalui PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), namun mata
pelajaran PPKN ini dirasa masih sangat kurang untuk penanaman nilai-nilai Pancasila
lewat jalur pendidikan formal.

5
b.      Pembudayaan Pancasila melalui Media di Luar Pendidikan Formal
Generasi muda sekarang sangat akrab dengan teknologi komunikasi: internet dan
handphone. Banyak sekali keuntungan positif yang diperoleh dengan pemakaian dua
alat komunikasi tersebut: informasi dapat diakses dengan mudah kapan saja dan di mana
saja. Namun alat tetaplah alat, yang penting adalah “the man behind the gun”. Internet
dan handphone dengan segala fungsinya, tidak diragukan, dapat digunakan sebagai
sarana yang efektif bagi pembudayaan nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda. Di
samping kedua alat tersebut di atas, masih ada alat komunikasi lain yang relatif lebih
tua: koran, majalah, tabloid, jurnal, radio, televisi, pertunjukan seni live, yang lebih
cenderung ke “one way traffic communication”, komunikasi satu arah. Mereka masing-
masing dapat diikutsertakan di dalam pembudayaan Pancasila untuk generasi muda

2.4 Tantangan dalam Pembudayaan Karakter Bangsa berdasarkan


Nilai-nilai Pancasila
1.      Konflik Horizontal
Keanekaragaman bangsa Indonesia tersebut sangat rawan menimbulkan konflik
horizontal. Konflik horizontal tentu saja bertentangan dengan sila kedua pada
kekerasan. Namun bangsa Indonesia telah mempunyai pedoman yakni Pancasila.
Pancasila merupakan sarana yang ampuh sekali untuk mempersatukan bangsa, sehingga
peran Pancasila sangat strategis untuk menjaga kesatuan bangsa. 
2.      Paham Radikal
Munculnya ideologi-ideologi baru yang tidak sesuai dengan Pancasila Terutama
ideologi-ideologi radikal yang mengatasnamakan agama. Padahal dalam kenyataanya
ideologi-ideologi radikal tersebut hanya menggunakan agama sebagai alat. Karena
kebanyakan paham-paham di atas menggunakan penafsiran yang salah dan cenderung
memaksakan. Contoh saja adalah terorisme. Tentu saja terorisme sangat bertentangan
dengan Pancasila dan semua sila-silanya.
3.      Westernisasi
Arus Westernisasi masuk begitu saja tanpa di filter atau disaring terlebih dahulu.
Generasi muda lebih tertarik dengan budaya barat yang menurutnya lebih unggul
daripada budaya sendiri. Mereka tidak peduli terhadap budaya sendiri yang
dianggapnya telah ketinggalan jaman. Ditambah lagi, semakin majunya teknologi
informasi yang semakin menggerus batas-batas kebangsaan.
4.      Modernisasi
Berbagai arus modernisasi begitu mudah masuk tanpa disaring terlebih dahulu.
Bukan saja westernisasi yang masuk di Indonesia. Budaya Asia Timur, sebut saja
budaya Korea dan Jepang juga masuk di Indonesia serta menjadi trendi di kalangan
masyarakat, khususnya para remaja. Sebenarnya tidak masalah jika menerapkan budaya
Barat maupun budaya Asia Timur (Korea dan Jepang), namun yang diterapkan adalah
budaya positifnya.

6
5.      Globalisasi
Di abad ke 21 ini memang terjadi perubahan yang mendasar pada setiap negara.
Sekaligus seolah-olah memaksa negara untuk bersikap terbuka jika ingin maju dan tidak
tertinggal. Oleh karena itu negara-negara tertutup yang umumnya merupakan negara
Komunis banyak yang membuka diri (kecuali Korea Utara). Hal tersebut dilakukan agar
dapat menyesuaikan diri kehidupan global dan bertujuan juga agar tidak tertinggal
dalam pergaulan global.
6.      Liberalisme
Sebagai ideologi bangsa, Pancasila haruslah adaptif, jadi agar tidak terombang-
ambing dalam gempuran berbagai paham asing. Semangat Pancasila harus dibangkitkan
guna mengimbangi kebebasan yang lebih condong ke Liberalisme. Kebebasan dalam
Liberalisme tentu saja tidak sesuai dengan Pancasila. Kebebasan dalam Pancasila adalah
kebebasan yang bertanggung jawab. Sedangkan kebebasan Liberalisme hanya sekedar
kebebasan saja. Jadi dalam Liberalisme tidak masalah jika terjadi penghinaan suku, ras,
maupun agama. Padahal dalam masyarakat Indonesia sendiri sangat sensitif bila terjadi
penghinaan suku, ras dan agama. Yang artinya Liberalisme bertentangan dengan
kepribadian bangsa.
7.      Separatisme
Separatisme tentu saja sangat bertentangan dengan Pancasila terutama sila kedua
dan ketiga karena selain menggunakan kekerasan, separatisme juga mengancam
persatuan bangsa. Jika kita lihat sejak awal reformasi, banyak sekali gerakan
Separatisme yang mengancam persatuan bangsa. Bahkan ada gerakan separatisme yang
berhasil memerdekakan wilayah mereka dari NKRI. Separatisme yang dimaksud adalah
Fretilin yang berhasil memisahkan Timor-Timur (sekarang Timor Leste) dari Republik
Indonesia.
Dapat disimpulkan bahwa pada masa pasca reformasi seperti saat ini Pancasila
mengalami berbagai tantangan mulai dari arus globalisasi, westernisasi, modernisasi,
Liberalisme-Kapitalisme, paham radikal yang mengatasnamakan agama, konflik
horizontal hingga gerakan separatisme. Sebagai pandangan hidup bangsa, kekokohan
Pancasila kembali di uji. Dan bangsa Indonesia diharapkan lebih bijak dalam
melaksanakan Pancasila. Karena tanpa Pancasila, bangsa Indonesia  tak mampu
mengahadapi berbagai tantangan global dan akan kehilangan arah serta jati diri. Oleh
karena itu perlu dibangkitkan kembali semangat Pancasila demi kokohnya bangsa
Indonesia.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada Bab II dipaparkan secara rinci penjelasan tentang (1) Konsep pembudayaan
karakter bangsa (2) Implementasi Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila (3)
Strategi dalam pembudayaan karakter bangsa berdasarkan nilai-nilai pancasila (4)
Tantangan dalam pembudayaan karakter bangsa yang bersumber pada nilai-nilai
pancasila.
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut:
:: Pembudayaan nilai-nilai Pancasila adalah memahami pancasila, menghayati serta
mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap individu dan seluruh lapisan
masyarakat.
:: Karakter bangsa berarti  kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang
tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku  berbangsa dan
bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah dari raga
seseorang atau sekelompok orang.
:: Strategi Pembudayaan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Formal dan non-
Formal. Formal melalui jalur pendidikan formal (sekolah) dari tingkat terendah sampai
yang tertinggi. Non-formal melalui jalur apa saja di luar pendidikan formal—media
massa, jejaring sosial, seni, lembaga sosial, lembaga adat, dan lembaga keagamaan.
:: Tantangan Pembudayaan Karakter Bangsa yaitu arus globalisasi, westernisasi,
modernisasi, Liberalisme-Kapitalisme, paham radikal yang mengatasnamakan agama,
konflik horizontal hingga gerakan separatisme.

3.2 Saran
            Berdasarkan pada simpulan yang telah dikemukakan diatas, ada beberapa saran
yang ditujukan. Upaya mewujudkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara memang tidak mudah. Sehubungan dengan hal itu seluruh
lapisan masyarakat diharapkan ikut andil berpartisipasi dalam upaya Pembudayaan
niali-nilai Pancasila. Sebab keberhasilan Pembudayaan nilai-nilai Pancasila sebagai
sumber karakter bangsa, sangat diitentukan oleh para orang tua, totkoh-tokoh
masyarakat, tokoh nasional, baik yang formal maupun non-formal.

8
Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai