Dosen Pengampu :
Ns. Retno Winarti, M.Kep.,Sp.Kep.Mat
Disusun Oleh :
Casudi
Akademi Keperawatan
Hermina Manggala Husada
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan karunia-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah “Peran Pancasila Dalam Keperawatan” tepat pada waktunya.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila dengan
dosen pengampu Ns. Retno Winarti, M.Kep.,Sp.Kep.Mat. Tidak lupa saya sampaikan terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pancasila, serta semua pihak yang telah berbagi
pengetahuannya.
Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari spenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya
miliki. Untuk itu saya mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik untuk
semua pihak kehususnya dosen pengampu demi penyempurnaan malah ini. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 3
1.3 Tujuan...................................................................................................... 3
1.4 Manfaat.................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peran Pancasila dalam Keperawatan....................................................... 4
2.2 Peran Perawat dalam Bela Negara.......................................................... 9
2.3 Perawat Jenaja......................................................................................... 13
BAB II PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran............................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
semangat kerja keras serta berani menghadapi segala tantangan. Persoalan karakter
terjadi di setiap lini kehidupan dimulai dari masa pendidikan awal. Realita dan
fenomena yang ada pada saat sekarang ini adalah bangsa Indonesia mengalami
penurunan nilai moral seperti konflik, pelecehan, budaya berbohong, kenakalan remaja,
hingga korupsi. Dari hal tersebut yang menyebabkan terjadinya kemunduran dan
Krisis moral yang melanda bangsa Indonesia diungkapkan oleh Winataputra dan
agama, pemalsuan ijazah, konflik buruh dengan majikan, konflik antar partai, konflik
antara rakyat dengan penguasa, demonstrasi yang cenderung merusak, otonomi daerah
Jika melihat dari hal-hal tersebut maka pantaslah bangsa Indonesia perlu mengatasi
dengan menanamkan nilai-nilai positif melalui pendidikan karakter yang berbasis pada
Pancasila sebagai sumber etika dan moral dalam berbagai bidang kehidupan terutama
dikembangkan dan ditanamkan kepada anak anak bangsa sejak dini, agar bangsa ini
memiliki generasi yang memiliki karakter yang positif dan mampu bersaing dengan
1
Gagasan pembangunan bangsa unggul sebenarnya telah ada semenjak
Sukarno, telah menyatkan perlunya nation and character building sebagai integral dari
pembangunan bangsa. Beliau menyadari bahwa karakter suatu bangsa berperan besar
yang membuktikan bahwa karakter bangsa yang kuat berperan besar dalam mencapai
Melalui Pendidikan Pancasila sebagai sumber etika dan moral dapat membentuk
tertanam dan terimplementasi agar segala krisis moral yang menjadi tantangan bangsa
dapat terkikis dengan menguatnya nilai-nilai Pancasila dan nilai nasionalisme kepada
para peserta didik, demi terwujudnya gerasi penerus selalu warga masyarakat bangsa
dan Negara, agar berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari depan yang
senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa dan
realita kehidupan yang menggelobal yang digambarkan sebagai perubahan yang penuh
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 yang
Undang-Undang Dasar republic Indonesia 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
2
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Berikut tujuan penelitian yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah diharapkan dapat mengembangkan ilmu
3
BAB II
PEMBAHASAN
Nilai Pancasila yang digali dari bumi Indonesia sendiri merupakan pandangan
Negara yang secara yuridis formal ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu
sehari setelah Indonesia merdeka. Secara spesifik, nilai Pancasila telah tercermin dalam
norma seperti norma agama, kesusilaan, kesopanan, kebiasaan, serta norma hukum.
Dengan demikian, nilai Pancasila secara individu hendaknya dimaknai sebagai cermin
perilaku hidup sehari-hari yang terwujud dalam cara bersikap dan dalam cara
kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang mengakui adanya nilai material dan nilai
vital. Dengan demikian, nilai- nilai lain secara lengkap dan harmonis,baik nilai
material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau nilai estetis, nilai kebaikan
atau nilai moral, maupun nilai kesucian yang sistematika– hirarkhis, yang dimulai dari
sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai „dasar‟ sampai dengan sila keadilan sosial bagi
tolok ukur/alat untuk mengukur benar salahnya suatu sikap dan tindakan manusia.
Norma juga bisa diartikan sebagai aturan yang berisi rambu-rambu yang
Dalam bahasa Inggris, norma diartikan sebagai standar. Di samping itu, norma juga bisa
diartikan kaidah atau petunjuk hidup yang digunakan untuk mengatur perilaku manusia
4
dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Jika norma dipahami sebagai
standar (ukuran) perilaku manusia, yang dapat dijadikan “alat” untuk menghakimi
(justifikasi) suatu perilaku manusia (benar atau salah), maka dalam realitas kehidupan
sehari-hari terdapat palng tidak 5 norma, yaitu (1) norma agama, (2) norma hukum, (3)
norma moral atau susila, (4) norma kebiasaan, dan (5) norma kesopanan. Norma agama
adalah tolok ukur benar salah yang mendasarkan diri pada ajaran-ajaran agama. Dalam
agama-agama selalu ada perintah dan larangan. Ada halal haram lengkap dengan
sanksi-sanksi bagi pelanggar ajaranajaran agama. Norma agama itu tentunya berlaku
Norma hukum adalah norma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat dan
dianggap perlu demi kemaslahatan dan kesejahteraan umum.Norma moral atau susila
adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat untukmengukur kebaikan seseorang. Tolok
ukur penilaiannya adalah ukuran baik dan buruk berdasarkan nilai-nilai yang dijunjung
tinggi atau yang dianggap rendah masyarakat tempat manusia yang bersangkutan itu
berada. Dengan norma moral itu, seseorang benar-benar dinilai perilakunya. Norma
kebiasaan adalah tolok ukur perilaku manusia yang berdasarkan pada hal-hal yang telah
berlangsung dalam masyarakat sebagai suatu adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
hukuman di pengadilan atau penjara. Sanksi dari norma agama lebih ditentukan oleh
Tuhan. Oleh karena itu, hukumannya berupa siksaan di akhirat, atau di dunia atas
Penyimpangan norma kesopanan dan norma kebiasaan, seperti sopan santun dan
etika yang berlaku di lingkugannya, juga mendapat sanksi moral dari masyarakat,
misalnya berupa gunjingan atau cemoohan. Begitu pula norma hukum, biasanya berupa
5
aturan-aturan atau undang-undang yang berlaku di masyarakat dan disepakati bersama.
atau kelompok tertentu dan menjadi panduan, tatanan, padanan dan pengendali sikap
dan tingkah laku manusia. Agar manusia mempunyai harga, moral mengandung
ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya, maka makna moral yang terkandung
dalam kepribadian seseorang tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Oleh karena
itu, norma sebagai penuntun, panduan atau pengendali sikap dan tingkah laku manusia.
Pada mulanya norma berarti alat tukang batu atau tukang kayu yang berupa segitiga.
Dalam perkembangannya norma berarti ukuran, garis pengarah, atau aturan, dan
Nilai yang menjadi milik bersama didalam satu masyarakat dan telah
bersama.Segala hal yang kita beri nilai baik, cantik atau berguna akan kita usahakan
supaya diwujudkan kembali di dalam perbuatan kita. Sebagai hasil usaha itu maka
timbul ukuran perbuatan atau norma tindakan. Norma yang diterima oleh anggota
2. Dilakukan sesuai dengan norma pujian; balas jasa dan sebagainya. Jadi skemanya
6
Ada banyak macam norma. Ada norma-norma khusus, yaitu norma yang hanya
berlaku dalam bidang dan situasi yang khusus,. Agar nilai menjadi lebih berguna dalam
menuntun sikap dan tingkah laku manusia terutama dikalangan remaja, maka ia perlu
Dari berbagai macam norma tersebut norma hukumlah yang paling kuat
keberlakuannya, karena dapat dipaksakan oleh kekuatan eksternal seperti penguasa atau
penegak hukum. Selanjutnya nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika.
Istilah moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat kepribadian
seseorang amat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Makna moral yang terkandung
dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Dalam
pengertian inilah maka kita memasuki wilayah norma sebagai penuntun sikap dan
Menurut Aryaning A., Agus Riyanto dan Hendar Putranto untuk melaksanakan
Pancasila perlu usaha yang dilakukan secara berencana dan terarah berdasarkan suatu
pola. Tujuannya adalah agar Pancasila sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh
segenap warga Negara, baik dalam kehidupan orang seorang maupun dalam kehidupan
Kedua hal tersebut di atas, tidaklah dapat dipisahkan satu sama lain, melainkan
saling mempengaruhi dan saling mendukung. Masalah pembinaan insan Pancasila lebih
7
didik menyerap nila-nilai moral Pancasila. Penyerapan nilai-nilai moral Pancasila
diarahkan berjalan secara manusiawi dan alamiah tidak saja lewat pengalaman secara
pribadi. Nilai-nilai moral Pancasila tidak untuk sekadar dipahami melainkan untuk
dihayati, oleh karena itu penyerapan nilai-nilai- moral Pancasila bukan lewat proses
yang langsung bersifat normative atau praktis melainkan merupakan suatu system nilai
etika yang merupakan sumber norma baik meliputi norma moral maupun norma
hukum, yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika,
moral maupun norma hukum dalam kehidupan sehari hari terutama dalam penerapan
Penerapan Pacasila sila 1 (pertama) oleh tenaga perawat adalah mengenai Truth
(kebenaran), dalam segala hal diawali dengan memohon kesembuhan untuk pasien, sila
pasien, sila ke 3 (ketiga) Altruism (mengutamakan orang lain) memberikan arahan dan
motivasi kepada pasien agar tetap semangat, sila 4 (keempat) Hukum Dignity (martabat
artinya, karena merupakan proses awal pembentukan karakter bagi manusia di mana
Magnis-Suseno berpendapat bahwa Para peserta didik akan memiliki perilaku dan
tingkah laku yang terpuji, jika di dalam dirinya tertanam nilai-nilai luhur dan ajaran-
8
ajaran moral yang kesemuanya itu ada dalam Pancasila Peserta didik di perguruan
Tinggi merupakan calon generasi penerus sekaligus alon pemimpin masa depan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu materi tentang Pancasila sudah menjadi sebuah kewajiban
Pancasila.
Kadang kala nilai-nilai luhur yang ada dalam Pancasila yang merupakan
penjelmaan dari seluruh bangsa Indonesia tidak dipraktekan dalam kehidupan sehari-
hari, tetaipi diabaikan sehingga akibat dari itu nilai-nila luhur tersebut dengan
sendirinya akan hilang. Menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai Pancasila itu
perlu diusahakan secara nyata dan terus-menerus pengahayatan dan pengamalan nila-
nilai luhur yang terkandung di dalamnya, oleh sebab itu setiap warga Negara Indonesia,
kelestarianya.
Oleh karena itu sebagai upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur Pancasila,
perlu ditanamkan dan atau perlu ada pemahaman kepada generasi penerus bangsa, salah
Agustus 1945 berkat usaha, doa dan kerja keras dari para pahlawan dan pejuang di
9
masa lalu yang rela mengorbankan apapun untuk mendapatkan kemerdekaan, maka dari
itu saat ini peran dari generasi penerus untuk mempertahankan dan mencegah negara
Indonesia dari ancaman baik pihak luar maupun perpecahan didalam negara ini sendiri
perlu diperkuat kembali. Dewasa ini banyak konflik yang mengatas namakan
kepentingan golongan tertentu menggunakan penyebaran isu Suku, Agama, Ras dan
tertentu, maka peran kita sebagai penerus bangsa harus lebih memahami dan memaknai
konteks dalam berbela negara yang baik dan selalu berlandaskan hukum.
Bela Negara merupakan suatu sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan
negara yang seutuhnya. Bela negara sering dikaitkan dengan kemiliteran, sehingga bela
negara menjadi tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Seiring dengan perjalanan bangsa Indonesia, maka upaya
bela negara bukan berarti harus mengangkat senjata namun sebenarnya wujud cinta
tanah air, yaitu mengisi kemerdekaan dengan pengabdian yang tulus ikhlas kepada
bangsa dan negara demi seluruh bangsa Indonesia. Sebagai warga negara yang baik
sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara dengan mewaspadai berbagai
Indonesia (NKRI) seperti pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan dan kesatuan
NKRI.
Wujud dari usaha bela negara diantaranya melalui pendidikan baik di sekolah
maupun lingkungan rumah, maka peran orang tua sebagai salah satu tugasnya yaitu
dapat mendidik anaknya terutama mengenai pentingnya belajar tentang Bela Negara
10
Orang tua mempunyai peran penting sebagai pendidik pertama dan utama serta
menjadi tulang punggung dalam pembentukan karakter anak. Anak sudah memiliki 2
potensi sejak lahir dan mengenal lingkungan yaitu, menjadi baik karena pendidikan
yang benar dan bisa juga menjadi jahat akibat salah asuhan (Imam Musbikin, 2009).
Dibutuhkan pendidik yang tangguh dan bermental kuat untuk dapat menghadapi
berbagai sikap anak dan pembentukan karakter anak. Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya
dan adat istiadat (Balai Pendidikan dan Pelatihan Kegamaan Padang, 2016).
Pendidikan karakter ini hendaknya dilakukan sejak usia sekolah yaitu pada usia
6-12 tahun, dimana anak mulai memiliki lingkungan lain selain keluarga (Supartini,
2004), karena usia sekolah merupakan masa emas perkembangan (golden age) yang
perkembangan pada anak pada tahap ini memang memasuki tahap atau periode yang
sangat peka. Terdapat tiga tahapan perkembangan anak usia sekolah menurut teori
ini dapat dilihat dari sisi kognitif anak yaitu anak dalam dapat berfikir logis dan dapat
menyelesaikan masalah dan akan terus berkembang sampai remaja (Hurlock, 2004).
Kedua adalah perkembangan psikoseksual , dalam fase ini anak akan menunjukkan
kepuasan terhadap diri sendiri dan sudah mulai masuk masa pubertas, pada tahap ini
juga anak mulai membentuk kelompok dengan teman sebaya (Wong, 2009). Ketiga
adalah perkembangan psikososial, pada tahap ini anak akan menjadi rajin dan akan
11
Beberapa masalah sudah dapat mereka atasi dan sudah menunjukkan penyesuaian
diri dengan lingkungan yang ada. Rasa pecaya diri dalam menghadapi tugas dan rasa
tanggung jawab sudah mulai terbentuk, sehingga ketika mengalami kegagalan sering
kali dijumpai reaksi kemarahan dan penolakan (Hidayat, 2008). Maka dari itu
pembentukan karakter pada anak usia dalam konteks berbela negara sangat penting
Dalam hal ni pelaksanakan bela negara untuk anak sekolah dasar dapat berupa
penanaman nilai nasionalisme dan hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
diluar pembelajaran dapat dilakukan oleh orang tua dengan memberikan pelaksanaan
mengajarkan anak untuk gotong royong, saling tolong menolong, mengajarkan anak
untuk jujur dal adil dan masih banyak contoh lainnya. Dalam sistem pendidikan
Nasional terutama pada pendidikan formal, pendidikan karakter sudah ditetapkan oleh
menjadi lima, yaitu; nilai-ilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan
Yang Maha Esa, nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan diri sendiri,
perilaku yang berhubungan dengan lingkungan, dan nilai-nilai perilaku manusia yang
Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu,
Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung Jawab”.
12
Karakter-karakter hasil kajian filosofis, sosiologis dan budaya ini tentunya
memungkinkan diimplementasikan kepada anak usia sekolah oleh orang tua di rumah.
milik klien.
2) Indikasi Perawatan jenazah dimulai setelah dokter menyatakan kematian pasien. Jika
3) Tujuan
a) Kasa/Verban secukupnya
c) Kapas secukupnya
f) Bengkok 1 buah
13
g) Troli
14
Sarana Non Medis
a) Pengganjal dagu
b) Label identifikasi
e) Sabun
f) Handuk
g) Selimut mandi
h) Kain kafan
j) Sisir
k) Baju bersih
6) Perawatan Jenazah
b) Atur lingkungan sekitar tempat tidur. Bila kematian terjadi pada unit multi bed,
c) Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan kerja dan atur dalam posisi datar.
15
d) Tempatkan tubuh dalam posisi supinasi
e) Tutup mata, dapat menggunakan kapas yang secara perlahan ditutupkan pada
f) Luruskan badan, dengan lengan menyilang tubuh pada pergelangan tangan dan
g) Ambil gigi palsu jika diperlukan dan tutup mulut. Jika mulut tetap tidak mau
semua cincin, gelang, kalung dll di lepas dan ditempatkan pada tas plastic tempat
barang berharga. Termasuk kaca mata, kartu, surat, kunci, barang religi. Beri label
Tempatkan dikantor perawat sampai dapat disimpan ditempat yang lebih aman
membawa pulang semua barang milik milik klien sebelum klien meninggal.
j) Bersihkan badan. Dengan menggunakan air bersih, bersihkan area tubuh yang
terdapat kotoran seperti darah, feces, atau muntahan. Jika kotoran terjadi pada
area rectum, uretra atau vagina, letakan kassa untuk menutup tiap lubang dan
l) Rawat drainage dan tube yang lain. Jika akan dilakukan autopsy, tube pada
umumnya dibiarkan pada badan, ambil botol drainage atau bag dari tube dan
16
tekuk tube, ketika dilakukan autopsy, tube diambil. Pastikan balon sudah
m) Ganti balutan bila ada balutan. Balutan yang kotor harus diganti dengan yang
bersih. Bekas plester dihilangkan dengan bensin atau larutan yang lain yang
n) Pakaikan pakaian yang bersih untuk diperlihatkan pada keluarga. Jika keluarga
meminta untuk melihat jenazah, tempatkan pada posisi tidur, supinasi, mata
o) Beri label identifikasi pada jenazah. Label identitas dengan nama, umur, dan jenis
kelamin, tanggal MRS, nomor kamar dan nama dokter. Sesuai dengan peraturan
RS, ikatan label identitas pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki atau
p) Letakan jenazah pada kain kafan sesuai dengan peraturan RS. Ikatkan kasa atau
verban atau pengikat yang lain dibawah dagu dan sekitar kepala untuk menjaga
menyilangkan diatas abdomen untuk menjaga lengan jatuh dari brankar ketika
jenazah diangkut kekamar jenazah. Letakan jenazah pada kain kafan. Lipat
menutup kaki. Lipat bagian sudut 3 dan 4. Peniti atau plester diperlukan untuk
q) Beri label pada bagian luar. Tandai identifikasi di penitikan pada bagian luar kain
kafan.
brankar. Tutup jenazah dengan kain. Kemudian ikat dengan pengikat brankar
17
pada bagian dada dan lutut. Pengikat untuk mencegah jenazah jatuh, tapi tidak
a) Berikan barang-barang milik klien pada keluarga klien atau bawa barang tersebut
kekamar jenazah. Jika perhiasan atau uang diberikan pada keluarga, pastikan ada
b) Berikan support emosional kepada keluarga yang ditinggalkan dan teman dan
kerusakan kulit.
18
BAB III
PENUTUP
penting, karena merupakan proses awal dari pembentukan karakter manusia Indonesia,
dan akan berlanjut sampai manusia itu menemui ajalnya. Sekolah merupakan
wadah yang pas untuk diajarkan pelajaran Pancasila sebagai langkah awal dalam
agar tindakan perawat didasari pada karakter yang diharapkan sehingga kualitas
pelayanan terhadap pasien menjadi lebih baikMenyadari bahwa untuk kelestarian nilai-
nilai pancasila itu perlu diusahakan secara nyata dan terus-menerus pengahayatan dan
seorang peneliti harus mampu memberikan sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
perkembangan akademik, ilmu pengetahuan, instasi atau lembaga serta beberapa pihak
19