KARAKTER BANGSA
Disusun oleh :
KPI 2C
JURUSAN DAKWAH
TAHUN 2024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu tanpa ada adanya suatu halangan. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraan, kami ucapkan
terimakasih kepada :
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
kemungkinan kejadian tersebut terulang kembali dan karakter bangsa Indonesia
semakin rusak.
Tidak hanya generasi muda, kalangan elit politik saja yang seharusnya
menjadi teladan bagi generasi muda, sikap dan perilakunya belum pantas untuk
ditiru. Contohnya sering kita lihat di televisi, wakil rakyat yang telah melakukan
korupsi sering kali masih terlihat tersenyum dan melambaikan tangan, tingkahnya
seperti melakukan hal yang biasa saja, hal seperti ini merupakan sebagian contoh
saja yang sering kita lihat. Tindakan ini bahkan bukan merupakan teladan yang
baik untuk diberikan kepada generasi muda.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pentingnya membangun karakter bangsa?
2. Bagaimanakah pendidikan kewarganegaraan membangun karakter bangsa?
3. Bagaimanakah karakteristik bangsa dalam masyarakat multikultural
Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pentingnya membangun karakter bangsa
2. Mengetahui pendidikan kewarganegaraan membangun karakter bangsa
3. Mengetahui karakteristik bangsa dalam masyarakat multikultural
Indonesia
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Pendapat tersebut sesuai dengan ideologi Pancasila yang dibentuk oleh budaya
dan lingkungan masyarakat yang menjadi pedoman hidup. Dengan demikian,
pengembangan nilai-nilai Pancasila harus selalu berkesinambungan, senantiasa
berkembang dan dipelihara, karena karakter bangsa Indonesia dilandasi oleh nilai-
nilai Pancasila sebagai pedoman hidup.
Menurut desain induk pembangunan karakter bangsa (2010: 7), karakter
bangsa adalah kualitas dari perilaku kolektif bangsa yang unik – tercermin dengan
baik dalam kesadaran, pemahaman tentang bangsa dan negara, perasaan, tujuan
dan perilaku, hasil pikiran, hati dan olah rasa selera dan kemauan serta olah rasa
seseorang atau sekelompok orang. Oleh karena itu, orang yang berjiwa Pancasila
mempunyai nilai-nilai karakter berdasarkan sumber-sumber sebagai berikut:
1. Olah hati, meliputi keimanan dan ketakwaan, kejujuran, amanah, keadilan,
ketertiban, mengikuti perintah, tanggung jawab, empati, berani mengambil
resiko, pantang menyerah, siap berkorban, dan mempunyai jiwa patriotik
2. Pemikiran yang cerdas, kritis, kreatif, inovatif, rasa ingin tahu, produktif
(kemampuan menghasilkan sesuatu), berorientasi pada ilmu pengetahuan-
teknis dan reflektif.
3. Olah raga misalnya bersih, sehat, sportif, mengutamakan kepentingan
masyarakat, cinta tanah air, bangga menggunakan bahasa dan produk
Indonesia.
4. Olah rasa dan karsa diantaranya kemanusiaan, bergotong royong,
kebersamaan, saling menghormati, bertoleransi, berjiwa nasionalis, peduli,
kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah
air, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja
keras, dan beretos kerja (Desain Indik Pembangunan Karakter Bangsa,
2010: 22)
Dengan begitu, karakter bangsa memiliki ciri-ciri berkepribadian yang
cenderung tetap, memiliki pola hidup dengan gaya yang khas, memiliki pola pikir,
sikap dan perilaku yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia dan berjiwa
sesuai dengan pedoman nilai-nilai Pancasila.
13
Pendidikan Kewarganegaraan sama dengan Pendidikan Demokrasi, tujuannya
adalah untuk mendorong masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis
melalui kegiatan yang dapat meningkatkan kesadaran bahwa demokrasi adalah
bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-hak warga negara.
Pendidikan adalah upaya strategis untuk membentuk sistem nilai yang ada
dalam diri manusia, dan berkaitan dengan terwujudnya kehormatan dan harkat
dan martabat sebagai manusia selaras dengan tatanan sosial yang melingkupinya.
Pendidikan selalu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan harkat dan
martabat sebagai individu dan anggota masyarakat nasional. Pendidikan adalah
pengembangan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi kekuatan spiritual, pengendalian diri, budi pekerti,
kecerdasan, akhlak yang tinggi, dan kemampuan yang bermanfaat bagi dirinya,
masyarakat, negara, dan bangsa.
13
berkembangnya faktor-faktor seperti wawasan dan pengetahuan kewarganegaraan
(civic knowledge), sikap kewarganegaraan (civic disposition), keterampilan
kewarganegaraan (civic commitment), dan kepercayaan diri kewarganegaraan
(civic confidence). Secara umum, pengembangan kebijakan kewarganegaraan
sangat penting agar setiap orang dapat mencapai partisipasi kewarganegaraan
yang bijaksana dan bertanggung jawab. Dalam kaitan ini, pendidikan
kewarganegaraan memegang peranan dan tanggung jawab yang sangat penting
dalam menyiapkan masyarakat agar memiliki komitmen yang kuat dan konsisten
dalam membela NKRI. PKn memberikan kontribusi terhadap tanggung jawab
pendidikan, dengan menitikberatkan pada pendidikan mandiri dalam bidang
agama, sosial budaya, suku dan bahasa, guna menghasilkan warga negara yang
cerdas, kompeten dan bermartabat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari berbagai macam kelompok
etnis, budaya, agama dan lainnya yang semuanya memiliki keanekaragaman dan
keragaman. Keanekaragaman dan keragaman ini tercermin dalam prinsip
Bhinneka Tunggal Ika. menunjukkan bahwa Indonesia dan Malaysia sama-sama
memiliki warisan dan tantangan pluralisme budaya (cultural pluralism) yang
sangat menonjol, sehingga dianggap sebagai “lokus klasik” untuk pembentukan
baru “masyarakat majemuk”. Masyarakat majemuk Indonesia setidaknya
memiliki dua ciri khas, yaitu secara horizontal, ditunjukkan oleh adanya kesatuan-
kesatuan sosial yang didasarkan pada perbedaan suku, agama, adat, dan daerah,
dan secara vertikal, ditunjukkan oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara
lapisan atas dan bawah yang sangat jelas.
13
Setelah Orde Baru yang menerapkan monokultur runtuh, orang-orang
Indonesia mulai menyadari betapa pentingnya menghargai keberagaman dan
multikulturalisme di negara ini. Indonesia Baru yang lahir dari reformasi adalah
sebuah "masyarakat multikultural Indonesia". Masyarakat ini tidak sama dengan
masyarakat majemuk yang hanya menampilkan keragaman etnis dan budaya etnis,
tetapi masyarakat yang berdasarkan pada pluralisme budaya yang menghormati
kesetaraan budaya di dalam masyarakat. Masyarakat multikultural ini
bersemangat untuk hidup rukun dalam keragaman kultur yang ada, baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok dan masyarakat. Individu di sini dipandang
sebagai cerminan dari kesatuan sosial dan budaya yang mereka ikut serta di
dalamnya. Oleh karena itu, karakteristik masyarakat Indonesia yang Bhinneka
Tunggal Ika bukan lagi keragaman etnis dan budaya etnis, tetapi keragaman
budaya yang ada di masyarakat Indonesia.
13
2011) menyatakan bahwa “Pembangunan karakter tidak bisa terjadi secara instan
tanpa usaha yang sistematis dan terencana sejak dini”.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang diatur dalam Pasal 3 UU Sistem
Pendidikan Nasional sebenarnya bertujuan untuk membangun karakter bangsa.
Karakter berasal dari kata charaktêr dalam bahasa Yunani yang berarti suatu tanda
yang ada pada sisi koin. Karakter biasanya dimaknai sebagai sifat-sifat moral
yang tetap yang ada atau tidak ada pada setiap individu yang tampak melalui pola-
pola tindakan atau perilaku yang dapat dinilai dalam berbagai situasi. Karakter
adalah Perpaduan antara kualitas dan kepribadian yang membuat seseorang atau
sesuatu berbeda dari yang lain. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter
didefinisikan sebagai kebiasaan, watak, ciri-ciri jiwa, akhlak atau budi pekerti
yang memisahkan seseorang dari yang lain. Menurut Purwasasmita (2010),
disebut watak jika sudah terbentuk dan melekat pada diri seseorang.
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi identitas tiap
individu untuk hidup dan berkolaborasi, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara. Secara psikologis dan sosio-budaya, pembentukan karakter
dalam diri individu adalah fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif,
afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial budaya (dalam
keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung seumur hidup.
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosio-budaya
tersebut dapat dikategorikan dalam olah hati (spiritual and emotional
development), olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik
(physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa (affective and
creativity development). Olah hati berkaitan dengan perasaan sikap dan
keyakinan/keimanan menghasilkan karakter jujur dan bertanggung jawab. Olah
pikir berkaitan dengan proses berpikir untuk mencari dan menggunakan
pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif menghasilkan pribadi cerdas. Olah
raga berkaitan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan
penciptaan aktivitas baru dengan sportivitas menghasilkan sikap bersih, sehat, dan
menarik. Olah rasa dan karsa berkaitan dengan kemauan dan kreativitas yang
tercermin dalam kepedulian, citra, dan penciptaan kebaruan menghasilkan
13
kepedulian dan kreatifitas. Untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang
kuat menurut Kaelan (2011) seharusnya didasarkan pada dasar filosofis bangsa.
Bangsa Indonesia telah menetapkan jalan kehidupan berbangsa dan bernegara
pada suatu ’khitoh’ kenegaraan, filosofischegrondslag atau dasar filsafat negara,
yaitu Pancasila. Oleh karena itu, etika politik kenegaraan sebagai syarat
membentuk karakter bangsa harus bersandar pada nilai-nilai dasar Pancasila.
Karena sebagai dasar negara, filosofischegrondslag, Pancasila bukan merupakan
suatu pilihan, melainkan sudah merupakan suatu realitas objektif bangsa dan
negara Indonesia, yang memiliki dasar legitimasi yuridis, filosofis, politis, historis
dan kultural.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakter bangsa Indonesia adalah karakter warga negara yang berdasarkan
pada Pancasila dan UUD 1945. Karakter tersebut mencerminkan manusia yang
bertakwa, beradab, menjaga persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial. Karakter
ini sudah terkandung dalam Pancasila. Akan tetapi, karakter bangsa Indonesia
yang bermoral dan beretika mulai pudar seiring berjalannya waktu. Oleh karena
itu, Pendidikan Kewarganegaraan yang menjadi salah satu alat pembentuk
karakter bangsa sangat penting dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan karakter
harus ditanamkan sejak dini kepada siswa, sesuai dengan kewajiban mereka untuk
belajar dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
13
mengerti dan menerapkan karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari. PKn
adalah pembelajaran yang menjadi landasan bagi warga negara untuk memiliki
karakter bangsa yang luhur dan baik. Namun demikian, untuk dapat membentuk
karakter bangsa yang baik, bukan hanya tanggung jawab lembaga pendidikan saja,
melainkan juga orang tua, keluarga, dan lingkungan sekitar. Karena itu, lembaga
pendidikan, orang tua, dan lingkungan sekitar harus bersinergi dalam
pembentukan karakter bangsa. Jika ada satu pihak yang tidak mendukung
pembentukan karakter, maka jangan saling menyalahkan jika pembentukan
karakter yang dilakukan tidak berhasil secara optimal, karena pembentukan
karakter bangsa bukan hanya tanggung jawab satu pihak saja.
13
DAFTAR PUSTAKA
13
Jawa Tengah dan DIY di Dodik Bela Negara Resimen
Kodam IV/Diponegoro Magelang, 12 April 2011
Cogan, J.J. (1999). Developing the Civic Society: The Role of Civic Education,
Bandung: CICED
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Herlina, N. (2017). Pendidikan Kewarganegaraan dan pancasila untuk
Membangun Karakter Bnagsa Indonesia di Universitas
PGRI Palembang Provinsi Sumatera Selatan (Prospek dan
Tantangan bagi Mahasiswa Universitas PGRI Palembang).
Prosiding Seminar Nasional, 124-129.
Diakses dari
https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/1352
Hidayatullah, M.F. (2011). “Pendidikan Karakter dan Pengembangan Metode
Pembelajaran Nilai”. Bahan tayangan disampaikan dalam
Pentaloka Doswar se-Jawa Tengah dan DIY di Dodik Bela
Negara Resimen Kodam IV/Diponegoro Magelang, 12
April 2011.
Izma, T., & Kesuma, V., Y. (2019). Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Membangun Karakter Bangsa. Jurnal Ilmu
Kependidikan Wahana Didaktika, 17(1) 84-92. DOI:
http://dx.doi.org/10.31851/wahanadidaktika.v17i1.2419
13
Tunggal Ika, 2(1) 1-7 . DOI:
https://doi.org/10.36706/jbti.v2i1.4554
13