Anda di halaman 1dari 17

PERAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBANGUNAN

KARAKTER BANGSA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampu: Fatimatuz Zuhro, M.Sos.

Disusun oleh :

1. Binti Khafida Khoirun N (1860304232117)

2. Doni Eko Saputra (1860304232102)

3. Moch ‘Abid Mubarok (1860304232106)

4. M. Irham Munawwar (1860304232109)

5. Nur Khofifah Ulinnuha (1860304232110)

6. Robiatul Adawiyah (1860304232138)

KPI 2C

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

TAHUN 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu tanpa ada adanya suatu halangan. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraan, kami ucapkan
terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. selaku Rektor Universitas


Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
2. Dr. Akhmad Rizqon Khamami, Lc., M.A. selaku Dekan
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Universitas Islam
Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
3. Fathimatuz Zuhro, M.Sos. selaku Dosen pengampu mata kuliah
Kewarganegaraan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung
4. Teman-teman KPI 2C angkatan 2023 yang telah
memberikan dukungan atas terselesaikannya penyusunan
makalah ini

Dalam pembahasan ini kami akan memaparkan mengenai peran


kewarganegaraan dalam membangun karakter bangsa. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki makalah ini untuk
kedepannya.

Tulungagung, 19 Februari 2024

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Pentingnya Membangun Karakter Bangsa ........................................ 3
B. Pendidikan Kewarganegaraan Membangun Karakter Bangsa ........... 5
C. Karakteristik Bangsa Dalam Masyarakat Mltikultural Indonesia ...... 7
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 11
A. Kesimpulan ....................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karakter bangsa Indonesia mengalami penurunan, ditandai dengan rendahnya


etika dan moralitas pada generasi muda Indonesia. Bangsa Indonesia seakan-akan
kehilangan jati dirinya, banyak generasi muda yang lebih mencintai budaya luar
daripada budaya dalam negeri dan menganggap perilaku negative bangsa Barat
merupakan sesuatu yang keren, seperti sering terjadinya tawuran antar pelajar,
tindakan kekerasam ataupun melakukan bullying.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin mempermudah


seseorang pengguna teknologi, salah satunya smartphone untuk mengakses
sesuatu yang dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Kurangnya
kesadaran bangsa terhadap dampak perkembangan teknologi menyebabkan
terjadinya penyalah gunaan terhadap teknoogi tersebut. Seperti contoh kasus yang
dilansir dari detikNews (2018), video viral lima orang siswa SMK NU 03
Kaliwungu, Kabupaten Kendal pada mulanya siswa bercanda dan beberapa saling
melempar kertas, hingga kertas terlempar kearah gurunya (Pak Joko), lalu ketika
ditanya siapa siswa yang melempar kertas tersebut, tidak ada yang menjawabnya,
hinnga lima orang siswa maju seakan tidak terjadi apa-apa dan mulai menyentuh
tubuh gurunya tersebut. Dari kejadian tersebut, walaupun kepala sekolah
mengatakan bahwa kejadian tersebut merupakan candaan, tetap saja tindakan
tersebut mencerminkan ketidaksantunan sikap dan perilaku siswa terhadap
gurunya, menurut Komisioner KPAI Retno Listyarti.

Dari contoh kasus tersebut sudah mencerminkan rendahnya etika dan


moralitas bangsa Indonesia, tindakan yang bertitel candaan sudah jauh dari sikap
dan karakter bangsa Indonesia. Viralnya video tersebut, apabila tidak ada tindakan
yang lebih serius akan menyebabkan pola pikir bangsa yang mengaggap tindakan
tercela tersebut merupakan hal yang biasa dilakukan, sehingga akan ada

4
kemungkinan kejadian tersebut terulang kembali dan karakter bangsa Indonesia
semakin rusak.

Tidak hanya generasi muda, kalangan elit politik saja yang seharusnya
menjadi teladan bagi generasi muda, sikap dan perilakunya belum pantas untuk
ditiru. Contohnya sering kita lihat di televisi, wakil rakyat yang telah melakukan
korupsi sering kali masih terlihat tersenyum dan melambaikan tangan, tingkahnya
seperti melakukan hal yang biasa saja, hal seperti ini merupakan sebagian contoh
saja yang sering kita lihat. Tindakan ini bahkan bukan merupakan teladan yang
baik untuk diberikan kepada generasi muda.

Berdasarkan keadaan karakter bangsa Indonesia yang sedang krisis ini,


diharapkan dengan adanya mata pelajaran/mata kuliah PKn, karakter bangsa
Indonesia dapat dibentuk melalui proses pendidikan menjadi warga negara yang
baik dan bermartabat. Seperti salah satu misi dari PKn yaitu, sebagai pendidikan
karakter, disamping misi lainnya yaitu sebagai pendidikan politik/pendidikan
demokrasi, pendidikan moral dan pendidikan hukum pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan (Susiantik, 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pentingnya membangun karakter bangsa?
2. Bagaimanakah pendidikan kewarganegaraan membangun karakter bangsa?
3. Bagaimanakah karakteristik bangsa dalam masyarakat multikultural
Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui pentingnya membangun karakter bangsa
2. Mengetahui pendidikan kewarganegaraan membangun karakter bangsa
3. Mengetahui karakteristik bangsa dalam masyarakat multikultural
Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Membangun Karakter Bangsa


Banyaknya kasus baik di media massa maupun kasus-kasus yang sering terjadi
yang mencerminkan hancurnya karakter bangsa merupakan bukti bahwa
pendidikan karakter di Indonesia belum sepenuhnya terimplementasi dalam
kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai warga negara. . Hal
ini menunjukkan betapa pentingnya membangun karakter bangsa Indonesia.
Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Sistem Pendidikan
Nasional Tahun 2003 menyebutkan bahwa peranan pendidikan nasional adalah
mengembangkan bakat dan membentuk karakter dan budaya bangsa yang bernilai,
mencerdaskan kehidupan bangsa, mengupayakan untuk mengembangkan peluang
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. , yang berakhlak mulia dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Sulistryarin (2015) Raya di Indonesia karya W.R. Supratman
mengatakan “...Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”
itulah pesan yang disampaikan tentang pentingnya membangun karakter bangsa.
Dalam lirik lagu tersebut tertulis membangun “jiwa” dengan kata-kata yang
muncul sebelum “badan” dibangun, artinya bahwa membangun jiwa yang sehat
dan baik lebih diutamakan sebelum membangun badan. Bukan berarti fisik tidak
penting, kita hanya membutuhkan jiwa atau karakter yang baik dan badan yang
sehat untuk mewujudkan atau mencerminkan karakter yang baik.
Menurut Maswardi Rauf (2008: 88), karakter bangsa tercermin dalam pola
pikir dan perilaku, yang kemudian menjadi ciri hakiki bangsa, pedoman perilaku
warga negara, yaitu budaya atau nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.

6
Pendapat tersebut sesuai dengan ideologi Pancasila yang dibentuk oleh budaya
dan lingkungan masyarakat yang menjadi pedoman hidup. Dengan demikian,
pengembangan nilai-nilai Pancasila harus selalu berkesinambungan, senantiasa
berkembang dan dipelihara, karena karakter bangsa Indonesia dilandasi oleh nilai-
nilai Pancasila sebagai pedoman hidup.
Menurut desain induk pembangunan karakter bangsa (2010: 7), karakter
bangsa adalah kualitas dari perilaku kolektif bangsa yang unik – tercermin dengan
baik dalam kesadaran, pemahaman tentang bangsa dan negara, perasaan, tujuan
dan perilaku, hasil pikiran, hati dan olah rasa selera dan kemauan serta olah rasa
seseorang atau sekelompok orang. Oleh karena itu, orang yang berjiwa Pancasila
mempunyai nilai-nilai karakter berdasarkan sumber-sumber sebagai berikut:
1. Olah hati, meliputi keimanan dan ketakwaan, kejujuran, amanah, keadilan,
ketertiban, mengikuti perintah, tanggung jawab, empati, berani mengambil
resiko, pantang menyerah, siap berkorban, dan mempunyai jiwa patriotik
2. Pemikiran yang cerdas, kritis, kreatif, inovatif, rasa ingin tahu, produktif
(kemampuan menghasilkan sesuatu), berorientasi pada ilmu pengetahuan-
teknis dan reflektif.
3. Olah raga misalnya bersih, sehat, sportif, mengutamakan kepentingan
masyarakat, cinta tanah air, bangga menggunakan bahasa dan produk
Indonesia.
4. Olah rasa dan karsa diantaranya kemanusiaan, bergotong royong,
kebersamaan, saling menghormati, bertoleransi, berjiwa nasionalis, peduli,
kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah
air, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja
keras, dan beretos kerja (Desain Indik Pembangunan Karakter Bangsa,
2010: 22)
Dengan begitu, karakter bangsa memiliki ciri-ciri berkepribadian yang
cenderung tetap, memiliki pola hidup dengan gaya yang khas, memiliki pola pikir,
sikap dan perilaku yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia dan berjiwa
sesuai dengan pedoman nilai-nilai Pancasila.

B. Pendidikan Kewarganegaraan Membangun Karakter Bangsa

13
Pendidikan Kewarganegaraan sama dengan Pendidikan Demokrasi, tujuannya
adalah untuk mendorong masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis
melalui kegiatan yang dapat meningkatkan kesadaran bahwa demokrasi adalah
bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-hak warga negara.

Somantri menyediakan fungsionalitas terkait Kewarganegaraan itu adalah:

1) Kewarganegaraan merupakan program kegiatan seluruh sekolah. 2)


Kewarganegaraan mencakup berbagai jenis kegiatan pendidikan yang dapat
memajukan kehidupan dan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat
demokratis. 3) Kewarganegaraan juga mencakup persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan pengalaman, kemasyarakatan, kepentingan pribadi, dan syarat-
syarat obyektif untuk hidup bernegara.

Pendidikan adalah upaya strategis untuk membentuk sistem nilai yang ada
dalam diri manusia, dan berkaitan dengan terwujudnya kehormatan dan harkat
dan martabat sebagai manusia selaras dengan tatanan sosial yang melingkupinya.
Pendidikan selalu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan harkat dan
martabat sebagai individu dan anggota masyarakat nasional. Pendidikan adalah
pengembangan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi kekuatan spiritual, pengendalian diri, budi pekerti,
kecerdasan, akhlak yang tinggi, dan kemampuan yang bermanfaat bagi dirinya,
masyarakat, negara, dan bangsa.

Dalam konteks ini, pendidikan ditujukan untuk pengembangan karakter,


termasuk kewarganegaraan. Kewarganegaraan telah menjadi bagian dari alat
pendidikan nasional untuk meningkatkan taraf hidup warga negara Indonesia.
Kewarganegaraan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik
dan cakap, berakhlak mulia, cerdas, berpartisipasi, dan bertanggung jawab. Nilai-
nilai dalam pendidikan karakter adalah suatu sistem pengajaran nilai-nilai karakter
bagi warga sekolah, yang mencakup unsur pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan
pola perilaku untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Inti dari kepribadiaan warga negara adalah kebijakan kewarganegaraan (civic


virtues). Perkembangan kebijakan kewarganegaraan didorong oleh

13
berkembangnya faktor-faktor seperti wawasan dan pengetahuan kewarganegaraan
(civic knowledge), sikap kewarganegaraan (civic disposition), keterampilan
kewarganegaraan (civic commitment), dan kepercayaan diri kewarganegaraan
(civic confidence). Secara umum, pengembangan kebijakan kewarganegaraan
sangat penting agar setiap orang dapat mencapai partisipasi kewarganegaraan
yang bijaksana dan bertanggung jawab. Dalam kaitan ini, pendidikan
kewarganegaraan memegang peranan dan tanggung jawab yang sangat penting
dalam menyiapkan masyarakat agar memiliki komitmen yang kuat dan konsisten
dalam membela NKRI. PKn memberikan kontribusi terhadap tanggung jawab
pendidikan, dengan menitikberatkan pada pendidikan mandiri dalam bidang
agama, sosial budaya, suku dan bahasa, guna menghasilkan warga negara yang
cerdas, kompeten dan bermartabat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

C. Karakteristik Bangsa dalam Masyarakat Multikultural Indonesia

Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari berbagai macam kelompok
etnis, budaya, agama dan lainnya yang semuanya memiliki keanekaragaman dan
keragaman. Keanekaragaman dan keragaman ini tercermin dalam prinsip
Bhinneka Tunggal Ika. menunjukkan bahwa Indonesia dan Malaysia sama-sama
memiliki warisan dan tantangan pluralisme budaya (cultural pluralism) yang
sangat menonjol, sehingga dianggap sebagai “lokus klasik” untuk pembentukan
baru “masyarakat majemuk”. Masyarakat majemuk Indonesia setidaknya
memiliki dua ciri khas, yaitu secara horizontal, ditunjukkan oleh adanya kesatuan-
kesatuan sosial yang didasarkan pada perbedaan suku, agama, adat, dan daerah,
dan secara vertikal, ditunjukkan oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara
lapisan atas dan bawah yang sangat jelas.

Meskipun begitu, pengalaman Indonesia sejak awal kemerdekaan, terutama


pada masa demokrasi terpimpin Soekarno dan masa Orde Baru Soeharto
menunjukkan kecenderungan yang kuat pada politik monokulturalisme.
Menyatakan bahwa dalam politik ini, yang ditegakkan bukanlah penghargaan
terhadap keanekaragaman (kebhinnekaan atau multikulturalisme), melainkan
keseragaman (monokulturalisme) demi stabilitas untuk pembangunan.

13
Setelah Orde Baru yang menerapkan monokultur runtuh, orang-orang
Indonesia mulai menyadari betapa pentingnya menghargai keberagaman dan
multikulturalisme di negara ini. Indonesia Baru yang lahir dari reformasi adalah
sebuah "masyarakat multikultural Indonesia". Masyarakat ini tidak sama dengan
masyarakat majemuk yang hanya menampilkan keragaman etnis dan budaya etnis,
tetapi masyarakat yang berdasarkan pada pluralisme budaya yang menghormati
kesetaraan budaya di dalam masyarakat. Masyarakat multikultural ini
bersemangat untuk hidup rukun dalam keragaman kultur yang ada, baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok dan masyarakat. Individu di sini dipandang
sebagai cerminan dari kesatuan sosial dan budaya yang mereka ikut serta di
dalamnya. Oleh karena itu, karakteristik masyarakat Indonesia yang Bhinneka
Tunggal Ika bukan lagi keragaman etnis dan budaya etnis, tetapi keragaman
budaya yang ada di masyarakat Indonesia.

Multikulturalisme memiliki tiga nilai utama. Yang pertama adalah mengakui


dan menghargai identitas dan warisan budaya diri sendiri. Yang kedua adalah
bersikap terbuka dan mau belajar dari budaya-budaya lain yang berbeda dari diri
sendiri. Yang ketiga adalah mengapresiasi dan menikmati keragaman budaya
yang ada di sekitar diri sendiri, dan menganggapnya sebagai sesuatu yang positif
dan berharga.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, masyarakat yang multikultural


rentan mengalami konflik. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan yang dapat
membina karakter warga negara yang damai dan toleran. Tanpa karakter seperti
itu, bangsa dan negara akan kesulitan untuk bertahan menghadapi tantangan dan
konflik yang timbul dari keberagaman tersebut. Dalam konteks ini, pendidikan
adalah sarana yang sangat penting untuk membentuk karakter masyarakat yang
multikultural. Ellen G. White, yang dikutip oleh Hidayatullah (2011), mengatakan
bahwa pembangunan karakter adalah pekerjaan yang paling penting yang
diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah sasaran yang luar biasa
dari pendidikan yang benar. Pernyataan ini menegaskan bahwa pembangunan
karakter tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Bahkan Stiles (Hidayatullah,

13
2011) menyatakan bahwa “Pembangunan karakter tidak bisa terjadi secara instan
tanpa usaha yang sistematis dan terencana sejak dini”.

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang diatur dalam Pasal 3 UU Sistem
Pendidikan Nasional sebenarnya bertujuan untuk membangun karakter bangsa.
Karakter berasal dari kata charaktêr dalam bahasa Yunani yang berarti suatu tanda
yang ada pada sisi koin. Karakter biasanya dimaknai sebagai sifat-sifat moral
yang tetap yang ada atau tidak ada pada setiap individu yang tampak melalui pola-
pola tindakan atau perilaku yang dapat dinilai dalam berbagai situasi. Karakter
adalah Perpaduan antara kualitas dan kepribadian yang membuat seseorang atau
sesuatu berbeda dari yang lain. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter
didefinisikan sebagai kebiasaan, watak, ciri-ciri jiwa, akhlak atau budi pekerti
yang memisahkan seseorang dari yang lain. Menurut Purwasasmita (2010),
disebut watak jika sudah terbentuk dan melekat pada diri seseorang.

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi identitas tiap
individu untuk hidup dan berkolaborasi, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara. Secara psikologis dan sosio-budaya, pembentukan karakter
dalam diri individu adalah fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif,
afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial budaya (dalam
keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung seumur hidup.
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosio-budaya
tersebut dapat dikategorikan dalam olah hati (spiritual and emotional
development), olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik
(physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa (affective and
creativity development). Olah hati berkaitan dengan perasaan sikap dan
keyakinan/keimanan menghasilkan karakter jujur dan bertanggung jawab. Olah
pikir berkaitan dengan proses berpikir untuk mencari dan menggunakan
pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif menghasilkan pribadi cerdas. Olah
raga berkaitan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan
penciptaan aktivitas baru dengan sportivitas menghasilkan sikap bersih, sehat, dan
menarik. Olah rasa dan karsa berkaitan dengan kemauan dan kreativitas yang
tercermin dalam kepedulian, citra, dan penciptaan kebaruan menghasilkan

13
kepedulian dan kreatifitas. Untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang
kuat menurut Kaelan (2011) seharusnya didasarkan pada dasar filosofis bangsa.
Bangsa Indonesia telah menetapkan jalan kehidupan berbangsa dan bernegara
pada suatu ’khitoh’ kenegaraan, filosofischegrondslag atau dasar filsafat negara,
yaitu Pancasila. Oleh karena itu, etika politik kenegaraan sebagai syarat
membentuk karakter bangsa harus bersandar pada nilai-nilai dasar Pancasila.
Karena sebagai dasar negara, filosofischegrondslag, Pancasila bukan merupakan
suatu pilihan, melainkan sudah merupakan suatu realitas objektif bangsa dan
negara Indonesia, yang memiliki dasar legitimasi yuridis, filosofis, politis, historis
dan kultural.

Di sisi lain, menanggapi berbagai konflik yang terjadi, Budihardjo (2011)


menyatakan bahwa dalam masyarakat yang multikultural kita harus menyerukan
the power of love. Karena hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan yaitu
menciptakan kedamaian, kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan, yang dia
singkat menjadi PHPH (peace, health, prosperity, happiness). Karena itu, dalam
masyarakat yang multikultural membutuhkan beberapa kondisi sebagai berikut:
trust (saling percaya), integrity (tulus, jujur), tolerance (keluwesan, kelembutan),
dan spirit to unite (semangat untuk bersatu).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Karakter bangsa Indonesia adalah karakter warga negara yang berdasarkan
pada Pancasila dan UUD 1945. Karakter tersebut mencerminkan manusia yang
bertakwa, beradab, menjaga persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial. Karakter
ini sudah terkandung dalam Pancasila. Akan tetapi, karakter bangsa Indonesia
yang bermoral dan beretika mulai pudar seiring berjalannya waktu. Oleh karena
itu, Pendidikan Kewarganegaraan yang menjadi salah satu alat pembentuk
karakter bangsa sangat penting dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan karakter
harus ditanamkan sejak dini kepada siswa, sesuai dengan kewajiban mereka untuk
belajar dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Pembelajaran yang cocok untuk membentuk karakter bangsa adalah


pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif dari siswa, agar mereka dapat

13
mengerti dan menerapkan karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari. PKn
adalah pembelajaran yang menjadi landasan bagi warga negara untuk memiliki
karakter bangsa yang luhur dan baik. Namun demikian, untuk dapat membentuk
karakter bangsa yang baik, bukan hanya tanggung jawab lembaga pendidikan saja,
melainkan juga orang tua, keluarga, dan lingkungan sekitar. Karena itu, lembaga
pendidikan, orang tua, dan lingkungan sekitar harus bersinergi dalam
pembentukan karakter bangsa. Jika ada satu pihak yang tidak mendukung
pembentukan karakter, maka jangan saling menyalahkan jika pembentukan
karakter yang dilakukan tidak berhasil secara optimal, karena pembentukan
karakter bangsa bukan hanya tanggung jawab satu pihak saja.

Indonesia adalah negara yang memiliki keragaman etnis, budaya, agama,


dan lainnya yang tercermin dalam prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Perubahan yang
dihadapi oleh Indonesia dalam mengelola keberagaman, terutama setelah
runtuhnya Orde Baru yang menerapkan monokultur, menjadikan indonesia Baru
yang lahir dari reformasi adalah sebuah masyarakat multikultural yang
menghormati kesetaraan budaya dan hidup rukun dalam keragaman. Untuk
mencapai masyarakat multikultural tersebut, diperlukan pendidikan yang dapat
membina karakter warga negara yang damai dan toleran, serta berpikir kritis,
kreatif, dan inovatif. pembangunan karakter bangsa harus bersandar pada dasar
filosofis negara, yaitu Pancasila, yang merupakan etika politik kenegaraan yang
mengakomodasi keberagaman dan multikulturalisme di Indonesia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Akbal, M. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter


Bangsa. Seminar Nasional, (2) 485-493. Diakses dari
https://ojs.unm.ac.id/PSN-HSIS/article/view/4084.
Azra, A. (2006). “Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia: Perspektif
Multikulturalisme”. Dalam Restorasi Pancasila:
Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas. Bogor:
Brighten Press.

Budihardjo, E. (2011). “Mengembalikan Bangsa Indonesia yang Cinta Damai di


Tengah Krisis Multidimensi: Suatu Pendekatan Budaya”.
Bahan tayangan disampaikan dalam Pentaloka Doswar se-

13
Jawa Tengah dan DIY di Dodik Bela Negara Resimen
Kodam IV/Diponegoro Magelang, 12 April 2011

Cogan, J.J. (1999). Developing the Civic Society: The Role of Civic Education,
Bandung: CICED
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Herlina, N. (2017). Pendidikan Kewarganegaraan dan pancasila untuk
Membangun Karakter Bnagsa Indonesia di Universitas
PGRI Palembang Provinsi Sumatera Selatan (Prospek dan
Tantangan bagi Mahasiswa Universitas PGRI Palembang).
Prosiding Seminar Nasional, 124-129.
Diakses dari
https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/1352
Hidayatullah, M.F. (2011). “Pendidikan Karakter dan Pengembangan Metode
Pembelajaran Nilai”. Bahan tayangan disampaikan dalam
Pentaloka Doswar se-Jawa Tengah dan DIY di Dodik Bela
Negara Resimen Kodam IV/Diponegoro Magelang, 12
April 2011.

Izma, T., & Kesuma, V., Y. (2019). Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Membangun Karakter Bangsa. Jurnal Ilmu
Kependidikan Wahana Didaktika, 17(1) 84-92. DOI:
http://dx.doi.org/10.31851/wahanadidaktika.v17i1.2419

Muhadjir, N. (2000). Metodologi penelitian kualitatif: Pendekatan positivistik,


rasionalistik, phenomenologik, dan realisme metaphisik
telaah studi teks dan penelitian agama (IV). Rake Sarasin.
Nasikun. (2007). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: pt. RajaGrafindo Persada.

Purbaya, A. A. (2018). “Video Guru di Bully Murid di Kendal Viral, Kepsek:


Hanya Bercanda”. Diakses dari
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-
4297429/video-guru-di-bully- murid-di-kendal-viral-
kepsek-hanya-bercanda
Rahmatiani, L. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembentuk
Karakter Bangsa. Seminar Nasional
Kewarganegaraan. 87-94.
Diakses dari
http://seminar.uad.ac.id/index.php/snk/article/view/3665.
Sulistyarini. (2015). Pengembangan Karakter Berbasis Pancasila Melalui
Pendidikan Kewarganegaraaan. Jurnal Bhinneka

13
Tunggal Ika, 2(1) 1-7 . DOI:
https://doi.org/10.36706/jbti.v2i1.4554

13

Anda mungkin juga menyukai