Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
B011231025
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN SEBAGAI LANDASAN PEMBENTUKAN WARGA
NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB“. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena
masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal ini maupun sistematika dan
teknik penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan
bagi pembaca. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
3.1. Kesimpulan..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Budimansyah, D. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa,
Bandung: Widya Aksara Press, 2010, hal 87
3
menghormati perbedaan; dan persistensi budaya patriakhi yang menyebabkan
pandangan yang merendahkan harkat daerahnya.
Keempat, ada kecenderungan untuk mentalitas yang lemah dalam
masyarakat, yang mencerminkan mental bangsa yang lembek (soft nation). Ini
ditandai dengan sikap yang lemah, rendah, cepat, tidak disiplin, meremehkan
masalah, kurang bertanggung jawab, mudah mengingkari janji, dan toleran
terhadap kesalahan. Pada saat yang sama, perilaku positif seperti kerja keras,
jujur, terpercaya, cerdas, tanggung jawab, menghargai kualitas, dan mentalitas
yang baik lainnya telah berkurangan.2
2
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Revitalisasi Visi dan Karakter Bangsa: Agenda Indonesia ke Depan.
Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2009, hal 11-22
4
BAB II
PEMBAHASAN
6
Secara psikologis dan sosiokultural, pembentukan karakter adalah hasil dari
seluruh kemampuan manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) yang
terjadi selama interaksi sosial, seperti keluarga, satuan pendidikan, dan
masyarakat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan
sosiokultural ini dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: olah hati (spiritual
dan emosional perkembangan)4
Konfigurasi karakter tersebut, yang mencakup olah hati yang berkaitan
dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan, menghasilkan karakter yang
jujur dan bertanggung jawab, menurut Budimansyah (2010). Proses nalar untuk
menemukan dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif
menghasilkan orang cerdas. Olah raga adalah proses persepsi, kesiapan, peniruan,
manipulasi, dan pembuatan aktivitas baru bersama dengan olahraga menghasilkan
sikap yang bersih, sehat, dan menarik. Kepedulian dan kreatifitas dihasilkan oleh
olah rasa dan karsa yang berkaitan dengan kemauan dan kreativitas yang
tercermin dalam kepedulian, citra, dan penciptaan kebaruan.
Berdasarkan pemahaman di atas, karakter bangsa dapat didefinisikan
sebagai prinsip-prinsip yang melekat pada setiap warga negara sebagai identitas
dan personalitas kolektif bangsa. Menurut PP Muhammadiyah, tahun 2009.
Dalam kasus ini, karakter bangsa berfungsi sebagai kekuatan mental dan moral
yang mendorong suatu negara untuk mewujudkan nilai-nilai kebangsaannya dan
menampilkan keunggulan komparatif, kompetitif, dan dinamis. Karena itu,
rumusan tersebut menunjukkan bahwa orang Indonesia yang berkarakter kuat
adalah mereka yang religius, moderat, cerdas, dan mandiri.
Dalam program pembangunan karakter bangsa, karakteristik demokratis
Indonesia yang disebutkan di atas harus dibangun. Mereka dicirikan oleh sifat
religius, yaitu sikap hidup dan kepribadian yang taat beribadah, jujur, percaya,
dermawan, dan toleran. Sifat moderat dicirikan oleh sikap hidup yang tidak
radikal dan tercermin dalam kepribadian yang tengahan antara individu dan sosial,
berorientasi materi dan ruhani, serta mampu hidup dan kerjasama dalam
kemajemukan. Sifat cerdas dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian yang
rasional, cinta ilmu, terbuka, dan berpikiran maju. Dan sikap mandiri dicirikan
4
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Rencana Induk Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa.
Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Hal 45
7
oleh sikap hidup dan kepribadian merdeka, disiplin tinggi, hemat, menghargai
waktu, ulet, wirausaha, kerja keras, dan memiliki cinta kebangsaan yang tinggi
tanpa kehilangan orientasi nilai-nilai kemanusiaan universal dan hubungan
antarperadaban bangsa-bangsa.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dalam rangka pembangunan
bangsa dan karakter, setiap warga negara harus menjadi lebih demokratis. Nilai-
nilai filosofis bangsa, seperti Pancasila dan UUD 1945, harus membentuk
karakter demokratis warga negara sebagai modal sosial untuk pembangunan
karakter dan bangsa. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengaitkan sifat
demokratis warga Indonesia dengan sifat dan praktik kehidupan demokratis di
negara lain. Orang Indonesia religius, moderat, cerdas, dan mandiri, yang
seharusnya menjadi ciri khas karakter demokratisnya. Kebijakan politik
pendidikan dan pembangunan karakter pemerintah memengaruhi pembentukan
karakter warga negara kita, tetapi peran pendidikan kewarganegaraan dalam
pembentukan karakter demokratis tetap sama.
13
DAFTAR PUSTAKA
Purwasasmita, M. (2010). “Memaknai Konsep Alam Cerdas dan kearifan Nilai Budaya
Lokal dalam Pendidikan Karakter Bangsa”, dalam Prosiding Seminar Aktualisasi
Pendidikan Karakter, Bandung: Widya Aksara Press.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (2009). Revitalisasi Visi dan Karakter Bangsa: Agenda
Indonesia ke Depan. Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
14