Anda di halaman 1dari 25

TUGAS UAS

CHARACTER BUILDING

Disusun Oleh :

YEFI MARLENA
NPM : 2026041052.P

Dosen Pengampu : Waytherlis Apriani, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar

sehingga saya pada akhirnya bisa menyelesaikan Makalah Character Building ini
tepat pada waktunya.
Rasa terima kasih saya ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga makalah ini ini dapat
disusun dengan baik.
Semoga makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah
ilmu serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna, kami juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para
pembaca sekalian demi penyusunan makalah yang lebih baik lagi.

Bengkulu, Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Memahami Budaya Dan Karakter Bangsa................................. 3
B. Character Building..................................................................... 6
C. Analisis Tantangan Pembentukan Karakter............................... 8
D. Analisis Akibat Globalisasi Dalam Pembangunan Character
Bangsa........................................................................................ 14
E. Pengembangan Sekolah Berkarakter.......................................... 16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................. 21
B. Saran............................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar, terencana dan terstruktur untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[4]
Sedangkan karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan
maupun individu. Pendidikan karakter bangsa adalah usaha sadar dan
terencana dalam menanamkan nilai-nilai yang menjadi pedoman dan jati diri
bangsa sehingga terinternalisasi didalam diri peserta didik yang mendorong
dan mewujud dalam sikap dan perilaku yang baik.
Pembinaan Karakter Bangsa adalah upaya sistematik suatu negara
berkebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi
kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang
berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya,
dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembinaan karakter bangsa dilakukan melalui
proses sosialisasi, pendidikan dan pembelajaran, pemberdayaan,
pembudayaan, dan kerja sama seluruh komponen bangsa dan negara.
Pembentukan, pendidikan dan pembinaan karakter bangsa harus
diaktualisasikan secara nyata untuk menjaga jati diri bangsa dan
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta,
karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa
Sanskertabudhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi dan akal.

1
Dalam bahasa inggris, kata budaya berasal dari kata cultuur, dan dalam bahasa
Latin, budaya berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani). Dengan demikian ke-budaya-
an dapat diartikan : “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”.
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan primer atau
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali
mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang dengan cita-cita
untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidupnya.
Dalam pengertian sederhana dan umum makna pendidikan adalah usaha sadar
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
dalam masyarakat dan agama. Maka dari itu kita harus mengenal lebih dalam
tentang pengertian, tujuan, dan manfaat dari character building itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana memahami budaya dan karakter bangsa?
2. Bagaimana konsep Character Building?
3. Bagaimana analisis tantangan pembentukan karakter?
4. Bagaimana analisis akibat globalisasi dalam pembangunan character
bangsa?
5. Bagaimana pengembangan sekolah berkarakter?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui memahami budaya dan karakter bangsa.
2. Untuk mengetahui character Building.
3. Untuk mengetahui analisis tantangan pembentukan karakter.
4. Untuk mengetahui analisis akibat globalisasi dalam pembangunan
character bangsa.
5. Untuk mengetahui pengembangan sekolah berkarakter.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Memahami Budaya Dan Karakter Bangsa


Untuk meneruskan peran protagonis yang berhasil dimainkan dengan
indah oleh para pemuda pejuang di era kemerdekaan, pemuda masa kini
memiliki kewajiban moral untuki meneruskan tradisi positif ini di era
kemerdekaan. Kongkritnya, pemuda harus bisa menjadi tumpuan bagi
terciptanya kemakmuran, kemajuan, serta kemandirian Indonesia. Menjadi
dinamisator pembangunan agar bangsa Indonesia memiliki daya saing tinggi,
sehingga sejajar bahkan unggul dari bangsa-bangsa lain.
Ironisnya, kenyataan yang ada tidaklah demikian. Para pemuda
Indonesia saat ini seolah tidak berdaya menghadapi gempuran arus globalisasi
yang dihiasi ekspansi tradisi bangsa asing. Meskipun tidak ada bukti empiris
yang menunjukkan bahwa semua budaya asing memberikan dampak negatif
bagi generasi muda, namun jika kondisi ini terus dibiarkan, bukan tidak
mungkin bangsa Indonesia akan kehilangan jati dirinya, sehingga akan
terjebak dalam kolonialisme kontemporer, tergantung dan mudah dikendalikan
bangsa lain.
Kekhawatiran ini semakin membayang di depan mata ketika melihat
realitas pemuda masa kini yang pemahaman terhadap sejarah dan nilai-nilai
budaya nasinalnya menurun drastis. Mereka seakan lebih bangga
mengidentifikasi diri kepada bangsa lain yang lebih maju ilmu pengetahuan
dan teknologinya.
Supaya realitas memprihatinkan ini segera berakhir, pemuda harus
tampil di barisan terdepan dalam upaya menyelamatkan bangsa Indonesia dari
ancaman hilangnya identitas nasional. Inilah perjuangan berat yang terhampar
di depan mata dan menuntut komitmen utuh dari segenap pemuda Indonesia.
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral,
norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Karakter
adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari

3
hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam
mengembangkan potensi peserta didik.
Persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia kini menjadi sorotan
tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang
dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara
dimedia elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para
ahli, dan para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai
persoalan budaya dan karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada
tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Fungsi Pendidikan Budaya Dan Karakter
1. Pengembangan
2. Perbaikan
3. Penjarian
Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu mengembangkan
potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara
yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; mengembangkan
kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-
nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; mengembangkan
potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara
yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
1. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius
2. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa
3. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
4. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan
rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

4
5. Berkelanjutan, Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan
budaya sekolah
6. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan Proses pendidikan dilakukan
peserta didik secara aktif dan menyenangkan.
Membangun karakter bangsa adalah membangun pandangan hidup,
tujuan hidup, falsafah hidup, rahasia hidup serta pegangan hidup suatu bangsa.
Sebagai bangsa, bangsa Indonesia telah memiliki pegangan hidup yang jelas.
Dimulai sejak dikumandangkannya Proclamation of Independence Indonesia
dan dicetuskannya declaration of Independence sebagai cetusan kemerdekaan
dan dasar kemerdekaan, sekaligus menghidupkan kepribadian bangsa
Indonesia dalam arti kata yang seluas-luasnya meliputi kepribadian politik,
kepribadian ekonomi, kepribadian sosial, kepribadian kebudayaan dan
kepribadian nasional. Membangun karakter sangat diperlukan dalam
memaknai kehidupan merdeka yang telah dicapai oleh bangsa kita atas
karunia Tuhan. Pembentukan karakter adalah proses membangun dari bahan
mentah menjadi cetakan yang sesuai dengan bakat masing-masing. Pendidikan
adalah proses pembangunan karakter. Pembangunan karakter merupakan
proses membentuk karakter, dari yang kurang baik menjadi lebih baik,
tergantung pada bekal masing-masing. Mau dibawa kemana karakter tersebut
dan mau dibentuk seperti apa nantinya, tergantung pada potensinya dan juga
tergantung pada peluangnya.
Pembangunan dan pendidikan karakter sebenarnya telah dibatasi
(kontradiktif) dengan pendidikan mahal dan komersil atau kapatalisme
pendidikan. Bangsa adalah kumpulan manusia individual, Karakter bangsa
dicerminkan oleh karakter manusia-manusia yang ada di dalam bangsa
tersebut. Sebuah bangsa lahir mirip dengan seorang manusia lahir. Seorang
bayi lahir dari perjuangan keras seorang ibu. Pembangunan karakter bangsa
juga demikian, dimana pembangunan karakter bangsa berkaitan dengan
sejarah dimasa lalu yang memberikan syarat-syarat material yang
memunculkan persepsi masyarakat terhadap kondisinya tersebut, dipengaruhi
oleh kejadian konkret di masa kini. Pembangunan karakter diperlukan untuk

5
menumbuhkan watak bangsa yang bisa dikenali secara jelas, yang
membedakan diri dengan bangsa lainnya, dan ini diperlukan untuk
menghadapi situasi zaman yang terus berkembang. Pembangunan karakter
menjadi penting karena situasi kehidupan tertentu dan konteks keadaan
tertentu membutuhkan karakter yang sesuai untuk menjawab keadaan yang
ada tersebut.
Pendidikan karakter menjadi kunci terpenting kebangkitan Bangsa
Indonesia dari keterpurukan untuk menyongsong datangnya peradaban baru.
Di Indonesia, akhir-akhir ini menjadi isu yang sangat hangat sejak Pendidikan
Karakter dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada
saat Peringatan Hari Pendidikan Nasional, pada tanggal 2 mei 2010 lalu.
Tekad Pemerintah tersebut bertujuan untuk mengembangkan karakter dan
budaya bangsa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan
Nasional yang harus didukung secara serius. Karakter bangsa dapat dibentuk
dari program-program pendidikan atau dalam proses pembelajaran yang ada di
dalam kelas. Akan tetapi, apabila pendidikan memang bermaksud serius untuk
membentuk suatu karakter generasi bangsa, ada banyak hal yang harus
dilakukan, dan dibutuhkan penyadaran terhadap para pendidik dan juga
terhadap pelaksana kebijakan pendidikan.

B. Character Building
Salah satu faktor-faktor yang membangun karakter adalah pendidikan,
untuk itu dalam rangka membangun karakter suatu bangsa salah satunya
adalah melalui pendidikan karakter, Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
1. Kekuatan spiritual keagamaan
2. Pengendalian diri
3. Kepribadian
4. Kecerdasan
5. Akhlak mulia

6
6. Keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Tujuan pendidikan karater di Indonesia tidak terpisahkan dengan tujuan
pendidikan nasional yang tercantung dalam Undang Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berilmu, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Namum pendidikan karakter sebagai
upaya penekanan agar pendidikan di sekolah tidak hanya berfokus pada aspek
kognitif tanpa memperhatikan aspek sikap dan moral.
Character Building Adalah membangun karakter diri yang terdiri dari 2
suku kata yaitu membangun (to build) dan karakter (character) artinya
membangun yang mempunyai sifat memperbaiki, membina, mendirikan.
Sedangkan karakter adalah tabiat, watak, aklak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain. Dalam konteks pendidikan (Modul
Diklat LAN RI) pengertian Membangun Karekter (character building) adalah
suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan
atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan
manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang
baik berlandaskan nilai-nilai pancasila.
Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang
membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi :
1. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik,
berpikiran baik, dan berprilaku baik;
2. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila;
3. Mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri,
bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Tujuan dari pendidikan karakter secara umum untuk mengembangkan
siswa secara sosial, etis dan akademis dengan menanamkan pengembangan

7
karakter ke dalam setiap aspek budaya sekolah dan kurikulum. (To develop
students socially, ethically and academically by infusing character
development into every aspect of the school culture and curriculum). Dengan
demikian tujuan pendidikan karakter membantu peseta didik mengembangkan
karakter yang baik, termasuk mengetahui, peduli dan bertindak sesuai dengan
nilai-nilai etika inti, seperti rasa hormat, tanggung jawab, kejujuran, keadilan
dan kasih sayang.
Dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Pendidikan karakter berfungsi sebagai berikut:
1. Membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural;
2. Membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu
berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat manusia;
mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik serta keteladanan baik;
3. Membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan
mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.
Manfaat pelatihan character building mendorong seseorang untuk
berubah menjadi lebih baik dan lebih hebat. Perubahan adalah sebuah pilihan,
setiap pilihan harus dikuatkan oleh kemauan dan keyakinan, dan bagaimana
melakukan proses perubahan yang terbaik dan ternyaman agar pikiran, hati
dan tubuh pun dapat mendukung perubahan yang diinginkan.
Selain itu, manfaat pelatihan character building membangkitkan
kemauan dan keyakinan untuk berubah sehingga terciptanya motivasi yang
sangat kuat dari dalam diri untuk melakukan perubahan pada dirinya, karena
kesadaran diri untuk lebih hebat dan bermanfaat dalam kehidupannya.

C. Analisis Tantangan Pembentukan Karakter


Untuk mendapatkan wawasan mengenai arti pendidikan budaya dan
karakter b21angsa perlu dikemukakan pengertian istilah budaya, karakter
bangsa, dan pendidikan. Pengertian yang dikemukakan di sini dikemukakan
secara teknis dan digunakan dalam mengembangkan pedoman ini. Guru-guru

8
Antropologi, Pendidikan Kewarganegaraan, dan mata pelajaran lain, yang
istilah-istilah itu menjadi pokok bahasan dalam mata pelajaran terkait, tetap
memiliki kebebasan sepenuhnya membahas dan berargumentasi mengenai
istilah-istilah tersebut secara akademik. Budaya diartikan sebagai keseluruhan
sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang
dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu
adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan
alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan
dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi,
sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir,
nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi dengan
sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem berpikir,
nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Ketika
kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya
adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi,
serta seni. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan
potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral,
dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan
tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini
dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti
jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.
Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan
karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat
dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi,
karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka
pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam
lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan.

9
1. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:
a. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi
pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki
sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
b. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung
jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih
bermartabat; dan
c. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa
lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
yang bermartabat.
2. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:
a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa;
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius;
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa;
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta
dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity)
3. Tantangan Pembentukan Budaya dan Karakter Bangsa
Pembentukan karakter melalui jalur pendidikan di sekolah akan
menghadapi tentangan yang tidak ringan. Tantangan yang bersifat internal:
a. Orientasi pendidikan yang masih mengutamakan keberhasilan pada
aspek kognitif

10
b. Praktik pendidikan yang masih banyak mengacu filsafat rasionalisme
yang memberikan peranan yang sangat penting kepada kemampuan
akal budi (otak) manusia
c. Kemampuan dan karakter guru yang belum mendukung
d. Budaya dan kultur sekolah yang kurang mendukung
e. Personal pendidikan maupun perangkat lunak pendidikan (mind set,
kebijakan pendidikan dan kurikulum).
Nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah belum
terjabarkan dalam indikator yang baik. Indikator yang tidak baik tersebut
menyebabkan kesulitan dalam mencapai nilai karakter yang baik sesuai
yang diharapkan.
Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang
dipilihnya. Peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-
nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran
dan nilai-nilai umum di sekolah belum dapat dilaksanakan dengan baik.
Sedangkan tantangan yang bersifat eksternal:
a. Pengaruh globalisasi
b. Perkembangan sosial masyarakat
c. Perubahan lingkungan sosial secara global yang mengubah tata nilai,
norma suatu bangsa menjadi lebih terbuka
d. Pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
telah mengubah tatanan sosial masyarakat.
e. Globalisasi sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi menyebabkan infprmasi mudah untuk didapatkan. Tetapi
informasi yang diperoleh tidak semua positif melainkan cenderung
informasi yang negatif. Kemudian dalam film-film Indonesia yang
masih memperlihatkan kekerasan, ketidaksopanan terhadap orangtua,
artis-artis yang memakai baju yang tidak layak pakai dapat dengan
mudah diakses di televisi dan internet. Padahal kedua media ini sering
dimanfaatkan anak-anak dan remaja dalam mencari dan mendapatkan
informasi. Hasilnya, dalam kehidupan nyata sekarang ini banyak

11
tingkah laku anak-anak dibawah umur yang tidak pantas seperti
memakai pakaian yang mini-mini layaknya artis, pacaran usia dini,
bahkan yang lebih parahnya anak-anak sekarang ini berani membentak
orangtuanya.
4. Upaya Pembentukan Budaya dan Karakter Bangsa
Integrasi Mata Pelajaran
Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan
pendekatan proses belajar peserta didik secara aktif dan berpusat pada
anak; dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan
masyarakat.
a. Kelas, melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang
dirancang sedemikian rupa. Setiap kegiatan belajar mengembangkan
kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh
karena itu, tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk
mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan karakter
bangsa.
b. Sekolah, melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh
peserta didik, guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi di sekolah
itu, direncanakan sejak awal tahun pelajaran, dimasukkan ke Kalender
Akademik dan yang dilakukan seharihari sebagai bagian dari budaya
sekolah.
Pengembangan Diri
Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter
bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan
(konselor) secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik dan
diterapkan ke dalam kurikulum melalui hal-hal berikut ini.
Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan
pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian
ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah, yaitu melalui hal-hal berikut.

12
a. Kegiatan rutin sekolah
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik
secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini
adalah upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan
badan (kuku, telinga, rambut, dan lain-lain) setiap hari Senin,
beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang
beragama Islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap
salam bila bertemu guru, tenaga kependidikan, atau teman.
b. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan
pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan
tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang
kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga.
Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik
maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga
peserta didik tidak akan melakukan tindakan yang tidak baik itu.
Contoh kegiatan itu: membuang sampah tidak pada tempatnya,
berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak,
berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh.
Kegiatan spontan berlaku untuk perilaku dan sikap peserta didik
yang tidak baik dan yang baik sehingga perlu dipuji, misalnya:
memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi
dalam olah raga atau kesenian, berani menentang atau mengkoreksi
perilaku teman yang tidak terpuji. Budaya dan karakter bangsa, lomba
membuat tulisan, lomba mengarang lagu, melakukan wawancara
kepada tokoh yang berkaitan dengan budaya dan karakter bangsa,
mengundang berbagai narasumber untuk berdiskusi, gelar wicara, atau
berceramah yang berhubungan dengan budaya dan karakter bangsa.
Budaya Sekolah
Budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya mencakup ritual,
harapan, hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan

13
ekstrakurikuler, proses mengambil keputusan, kebijakan maupun interaksi
sosial antarkomponen di sekolah. Budaya sekolah adalah suasana
kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya,
guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi
dengan sesamanya, dan antaranggota kelompok masyarakat sekolah.
Interaksi internal kelompok dan antarkelompok terikat oleh berbagai
aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah.

D. Analisis Akibat Globalisasi Dalam Pembangunan Character Bangsa


1. Pengertian Globalisasi
‘Globalisasi' diambil dari kata globalize yang merujuk pada
kemunculan jaringan sistem sosial dan ekonomi berskala internasional.
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena
pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspekaspek
kebudayaan lainnya.
Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang
khas baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan
perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah
rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
Pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan
mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan
masyarakat yang berkarakter sesuai dengan falsafah pancasila.
Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek
karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
d. Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak
Asasi Manusia
e. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan Kesejahteraan

14
2. Ciri-ciri karakter bangsa Indonesia
a. Saling menghormati & saling menghargai
b. Rasa kebersamaan & tolong menolong
c. Rasa persatuan dan kesatuan sebagai suatu bangsa
d. Rasa peduli dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa & bernegara
e. Adanya moral, akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai agama
f. Adanya perilaku dalam sifat-sifat kejiwaan yang saling menghormati
& saling menguntungkan
g. Adanya kelakuan dan tingkah laku yang senantiasa menggambarkan
nilai-nilai agama, nilai-nilai hukum dan nilai-nilai budaya
h. Sikap dan perilaku yang menggambarkan nilainilai kebangsaan.
3. Faktor-faktor dalam membangun karakter bangsa Indonesia
a. Ideologi
b. Politik
c. Ekonomi
d. Sosial Budaya
e. Agama
f. Normatif ( Hukum &Peraturan Perundangan )
g. Pendidikan
h. Lingkungan
i. Kepemimpinan
Pengaruh yang ditimbulkan globalisasi terhadap moral suatu bangsa
arus modernisasi dan globalisasi itu mempunyai banyak nilai positif dan
negatifnya: Segi positifnya, informasi yang didapat menjadi lebih cepat
dan akurat daripada masa-masa sebelumnya yang kebanyakan masih
menggunakan cara-cara manual.
Penyebab rusaknya moral bangsa kita, antara lain karena pengaruh
budaya luar (globalisasi), hal ini yang mungkin menjadi penyebab
rusaknya moral bangsa Indonesia, tak dapat dipungkiri pengaruh budaya
barat merusak moral bangsa ini. Sebagai contoh free sex dan pergaulan
bebas masuk ke Indonesia dari merangseknya budaya barat ke negeri ini.

15
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah dampak
negatif globalisasi
a. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat
mencintai produk dalam negeri.
b. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
c. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama.
d. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum
dalam arti sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.
e. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi,
ekonomi, sosial budaya bangsa.

E. Pengembangan Sekolah Berkarakter


Memahami Hakikat Sekolah Berkarakter
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini
dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti
jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.
Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan
karakter bangsa. Oleh karena itu, pendidikan karakter bangsa hanya dapat
dilakukan melalui pendidikan karakter individu seseorang. Secara hakiki
manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka
pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam
lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan (Pusat Kurikulum, 2010).
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi
peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari
lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena
peserta didik hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai
dengan kaidah-kaidah budayanya, sehingga terbentuk kecintaan terhadap
budaya bangsa sendiri.

16
Sekolah berkarakter adalah upaya sekolah untuk menanamkan nilai-nilai
budaya karakter dalam diri setiap warga sekolah melalui berbagai kegiatan
baik dalam proses pembelajaran intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun
penciptaan suasana lingkungan sekolah sehingga budaya karakter menjadi
sikap batin (believe system) serta menjadi landasan dalam bersikap dan
bertingkah laku. Oleh karena itu proses pembelajaran menjadi sangat penting
di dalamnya, sebagai sarana menanamkan nilai-nilai karakter yang berbudaya.
Sekolah berkarakter yaitu dimana sekolah ini mengembangkan sistem
pendidikan dengan memperhatikan dan mengembangkan aspek kecerdasan
(kognitif), perilaku (psikomotorik) dan perasaan (afektif) dengan seimbang
sehingga sekolah mampu membangun kebiasaan atau karakter tertentu, yang
akan menjadikan peserta didik menjadi sosok yang berkepribadian.
Bagaimana cara berfikir, berperasaan dan berperilaku yang baik secara
berulang-ulang dan dijadikan kebiasaan akan menciptakan karakter yang akan
menjadi ciri khas dari individu tersebut, ketika di sekolah maupun ketika
sudah berbaur dengan masyarakat luas.
Pengembangan dan pembiasan inilah yang harus diperhatikan dalam
membangun sekolah berkarakter. Ketika menamakan sebagai sekolah
berkarakter, maka segala yang berkaitan dengan sekolah tersebut juga harus
berkarakter. Setidaknya menjaga perilaku dan lisan ketika di dalam sekolah,
karena bagaimana mungkin peserta didik akan menjadi berkarakter ketika para
pendidik dan yang berkaitan tidak memiliki karakter. Belajar untuk menjadi
berkarakter itu memang tidaklah mudah, karena memiliki banyak kaitan dan
saling mempengaruhi.
Megawangi pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun 9
pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pendidikan
berkarakter, baik sekolah maupun diluar sekolah, yaitu sebagai berikut.
1. Cinta Allah dan kebenaran
2. Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri
3. Amanah
4. Hormat dan santun

17
5. Kasih sayang, peduli dan kerja sama
6. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah
7. Adil dan berjiwa kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleran dan cinta damai
Nilai-Nilai Yang Dikembangkan
1. Pengertian Nilai-Nilai Karakter
Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya
belajar. Dengan adanya belajar terjadilah perkembangan jasmani dan
mental siswa. Pendiddikan merupakan faktor ekstem bagi terjadinya
belajar
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang
potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti adil, rendah hati,
malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun,
ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif,
visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai
waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta
keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki
kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga
mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Menurut
kamus besar bahasa indonesia, istilah karakter berarti sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain,
tabiat, watak.
Pendidikan karakter adalah sebuah sebuah sistem yang menanamkan
nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen
pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga
akan terwujud insan kamil.
Ada yang mendefinisikan pendidikan yang lebih bersifat
deskriptif ,dimana mereka melihat dari bagaimana terjadinya pendidikan

18
itu sendiri,tanpa melihat tujuan apa yang ingin dicapai.disamping itu ada
yang mendefinisikan pendidikan berdasarkan tujuannya atau lebih bersifat
normative
2. Nilai-Nilai Karakter Dalam Pembelajaran
Pembelajaran memiliki langkah berdasarkan teori kondisioning yaitu
mempelajari keadaan kelas, dimana pendidik menemukan perilaku siswa
yang positif dan negatif. Membuat daftar penguat positif yakni perilaku
yang terkena hukuman , dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan
penguat.memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta
jenis penguatnya. Serta membuat program pembelajaran yang berisi urutan
perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu, mempelajari perilaku, dan
evaluasi (Davidoff, 2014).
Nilai-nilai karakter dasar yang harus di ajarkan kepada peserta didik
sejak dini adalah sifat dapat di percaya, rasa hormat dan perhatian, peduli,
jujur, tanggung jawab, ketulusan berani, tekun disiplin, visioner, adil, dan
punya integritas. Diantaranya sebagai berikut:
3. Mengembangkan Nilai Karakter
Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladan,
penciptaan lingkungan dan pembiasaan, melalui berbagai tugas keilmuan
dan kegiatan kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar,
dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter
mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode
pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang
kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik.
Penciptaan lingkungan yang kondusif dapat dilakukan melalui
berbagai variasi metode sbb :
a. Penugasan
b. Pembiasaan
c. Pelatihan
d. Pembelajaran
e. Pengarahan

19
f. Keteladanan
Berbagai metode tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam pembentukan karakter peserta didik. Pemberian tugas disertai
pemahaman akan dasr-dasar filosofisnya, sehingga peserta didik akan
mengerjakan berbagai tugas dengan kesadaran dan pemahaman,
kepedulian dan komitmen yang tinggi. Setiap kegiatan mengandung unsur-
unsur pendidikan, sebagai contoh dalam kegiatan kepramukaan, terdapat
pendidikan kesederhanaan, kemandirian, kesetiakawanan dan
kebersamaan, kecintaan pada lingkungan dan kepemimpinan. Dalam
kegiatan olahraga terdapat pendidikan kesehatan jasmani, penanaman
sportifitas, kerja sama (team work) dan kegigihan dalam berusaha.
Pendidikan karakter bukan hanya sekadar menanamkan mana yang benar
dan salah. Pendidikan karakter merupakan usaha menanamkan kebiasaan-
kebiasaan yang baik (habituation). Sehingga peserta didik mampu bersikap
dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya,
harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang
baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral
action), sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup
peserta didik.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha sadar, terencana dan terstruktur untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan
maupun individu. Pendidikan karakter bangsa adalah usaha sadar dan
terencana dalam menanamkan nilai-nilai yang menjadi pedoman dan jati diri
bangsa sehingga terinternalisasi didalam diri peserta didik yang mendorong
dan mewujud dalam sikap dan perilaku yang baik.

B. Saran
Pembinaan Karakter Bangsa adalah upaya sistematik suatu negara
berkebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi
kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang
berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya,
dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembinaan karakter bangsa dilakukan melalui
proses sosialisasi, pendidikan dan pembelajaran, pemberdayaan,
pembudayaan, dan kerja sama seluruh komponen bangsa dan negara.

21
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Pendidikan Nasional.2015. Desain Induk Pendidikan Karakter.


Jakarta :Kemendiknas.

Koesoma A, Doni. 2017. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman


Global. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Prof.Dr.H.E. Mulyasa, M.Pd.2011.Management Pendidikan Karakter. Jakarta-PT


Bumi Aksara

Ananta Pramoedya Toer.2016. Anak Semua Bangsa.Jakarta : Lentera Dipantar

Goble, G Frank.2012.Mazhab Ketiga : Psikologi Humanistik Abraham Maslow.


Yogyakarta.Penerbit Kanisius

Koentjaraningrat. 2014.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT RINEKA


CIPTA.

Muin,Fachtul.2011.Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan


praktik.Yogyakarta : Arr-ruzz Media

Rachman, Maman. 2014. Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai


Bagi Generasi Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun
Ke-7

22

Anda mungkin juga menyukai