Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH CHARAKTER BUILDING

“MEMAHAMI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA”

Disusun Oleh :

Nama/Npm

1 Marya Ulfa Istikoqrri 2026040068


2 Herlina. H 2026040069
3 Fitri Liantina Dewi 2026040070
4 Sarah Aprillia Sari 2026040071
5 Gunarti 2026040072
6 Astuti Anggarena 2026040073
7 Irma Destaria 2026040074
8 Essyi Septika 2026040075
9 Eva Yuliani 2026040182
10 Yulianti 2026040183
11 Eka Eferiani 2026040184

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada Kelompok 4 untuk menyelesaikan makalah ini. Atas Rahmat dan
Hidayah-Nya lah kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Memahami budaya dan karakter bangsa tepat waktu. Makalah Memahami budaya dan
karakter bangsa, disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Charakter Building.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang memahami budaya dan karakter bangsa.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang


telah membantu proses penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Tebing Tinggi, 24 November


2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar isi.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 4
C. Tujuan………………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi budaya dan karakter bangsa………………………………… 5

B. Landasan pedagogis pendidikan budaya dan karakter bangsa ……… 6


C. Fungsi pendidikan Budaya dan Karakter bangsa…………………… 6
D. Tujuan Pendidikan dan Budaya Bangsa..………………………….... 6
E. Nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa………….. 9
F. Prinsip pengembangan budaya dan karakter bangsa………………… 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………. 14
B. Saran…………………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………15
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia kini menjadi sorotan tajam
masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam
berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara dimedia
elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para ahli, dan para
pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan budaya
dan karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional,
maupun internasional.
Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undangundang,
peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat
(Kemendiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010:1).
Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak
mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah
pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena
pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai
alternative yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan
kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil
danmengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa
(Kemendiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010:1).
Pendidikan nasional yang diselenggarakan sampai sekarang ini terlihat belum
menjamin perwujudan ide mengenai keseimbangan imtak dan iptek serta
prinsipprinsip akhlak mulia dalam praktik.
Pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia selama ini belum berhasil
membantu agar manusia Indonesia dan bangsa kita menjadi cerdas dalam
pengertian manusia Indonesia itu haruslah beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang hendak dicapai oleh dan dari setiap kegiatan pendidikan dapat
didampingi secara seimbang oleh penghayatan, pemahaman, dan pengamalan
iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang secara konkrit tercermin
dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan kita masih terlalu bersifat kognitif dengan
orientasi konten yang dari waktu ke waktu terus menerus dibebani titipan oleh
aneka kepentingan dari sekeliling. Dalam kenyataan, taksonomi Bloom yang
menggambarkan adanya tiga elemen pokok dalam pendidikan, yaitu aspek-aspek
affective, cognitive, dan psychomotoric. Tidaklah berkembang secara seimbang
antara satu dengan yang lain. Pendidikan kita tidak berhasil membentuk sikap
dan
karakter, dan tidak juga membangun kapasitas kemampuan teknis untuk
melakukan menerapkan pengetahuan dan sikap-sikap yang dimiliki dalam
praktik.
Pendidikan di Indonesia sampai sekarang masih terus berorientasi kepada
‘konten’ pengetahuan. Memang benar kebijakan kurikulum kita sudah sejak lama
diubah dari orientasi konken (content-base curriculum) ke kompetensi
(competence-base curriculum). Namun dalam praktik orientasi konten atau
orientasi kepada materi muatan pengetahuan, terus saja dipraktikkan. Bahkan,
setiap muncul kritik akan kinerja pendidikan, selalu muncul tawaran yang
dianggap solusi yang baik, yaitu penambahan jam pelajaran atau penambahan
mata pelajaran yang dinilai sangat penting. Padahal, pengetahuan dan ilmu
pengetahuan dewasa ini terus berkembang sifatnya akibat teknologi informasi
dan komunikasi yang dipraktikkan secara luas. Informasi pengetahuan
mengalami proses globalisasi yang cepat dan memudahkan bagi siapa saja untuk
menguasainya. Karena itu, pola-pola pendidikan dan pengajaran yang
berorientasi penguasaan konten atau materi ilmu pengetahuan haruslah
mengalami perubahan secara mendasar. Guru cukup berfungsi sebagai fasilitator
dan pembimbing teknis cara mencari dan memahami informasi pengetahuan itu
melalui sarana teknologi komunikasi dan informasi modern.
Peran guru di masa mendatang tentang keteladanan dan kepemimpinannya
sangat diharapkan dalam membawakan suasana belajar di kelas dan di luar kelas
yang tidak berorientasi konten. Guru harus menjadi teladan, membimbing, dan
mengarahkan tuntunan sikap dan akhlak mulia untuk membentuk kepribadian
dan watak atau karakter, sekaligus kemampuan-kemampuan teknis bagi para
peserta didik. Karena itu, orientasi pendidikan kita haruslah mengutamakan
aspek-aspek afektif dan psikomotorik, dan bukan kognitif yang dapat dicari
sendiri oleh para peserta didik. Sikap, karakter dan motivasi yang kuat disertai
kemampuan teknis untuk mencari, menemukan, mengumpulkan, memahami, dan
menguasai ilmu pengetahuan yang diperlukan dalam hidup, bekerja, dan untuk
bertindak dalam meningkatkan kualitas hidup pribadi dan kualitas hidup bersama
dalam masyarakat dan bangsa harus ditanamkan kepada siswa.
Proses pembentukan watak atau karakter dan peningkatan
kemampuankemampuan bertindak atau beraksi menurut Jimli Assiddiqie
(2012:3), tentu saja diperlukan penguasaan banyak informasi pengetahuan.
Namun, selain informasi pengetahuan, yang jauh lebih penting lagi adalah
pengaruh keteladanan dan hasil tempaan pengalaman praktik. Oleh sebab itu,
pendidikan karakter haruslah berorientasi pada pengalaman praktik, pada proses
kegiatan, bukan pada output atau hasil pada nilai ujian, pada ‘ranking’ prestasi
akademis, dan sebagainya. Pendidikan karakter lebih banyak dipengaruhi oleh

2
keteladanan yang ada di lingkungan belajar, dan pengalaman praktik dan
pengalaman bekerja yang dialami langsung oleh para peserta didik. Untuk itu,
perlu dipikirkan kemungkinan mengubah format pendidikan agama, misalnya,
tidak lagi berorientasi konten dan output yang diukur dengan jumlah jam
pelajaran dan dengan hasil ujian. Pendidikan agama lebih baik dilakukan melalui
praktik kegiatan untuk sholat berjamaah misalnya, untuk berperilaku mulia dalam
bertutur kata dan dalam bersikap terhadap guru, terhadap teman, terhadap
tetangga, dan sebagainya.
Proses belajar mengajar yang diterapkan di sekolah dan di perguruan tinggi
dewasa ini sudah semestinya dievaluasi dengan sungguh-sungguh. Jangan
menjadikan peserta didik hanya pandai berkata-kata tetapi tidak pandai
mewujudkan kata-kata itu dalam kenyataan praktik. Revolusi, hanya dapat
dilakukan dengan kata-kata yang mengandung aksi, yaitu kata-kata yang praksis,
bukan yang verbalis ataupun sekedar aktifistis. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah revolusi pendidikan. Guru sekali lagi memegang peranan sangat penting
sebagai ujung tombak tercapainya keberhasilan pendidikan budaya dan karakter
bangsa ini.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan
menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal
pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan
suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar
melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan
sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk
sosial. Pendidikan karakter bangsa selama ini seakan hanya menjadi milik mata
pelajaran tertentu, yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan
Pendidikan Lingkungan Hidup. Umumnya pada mata pelajaran tersebut
pendidikan karakter diajarkan sebagai materi pelajaran. Misalnya bagaimana
beriman, taqwa, sopan santun, gotong royong, cinta lingkungan dan sebagainya.
Sehingga untuk mengukur seorang siswa itu berkarakter atau tidak, sama dengan
mata pelajaran-mata pelajaran lain yaitu melalui tes mengerjakan soal-soal
tentang materi tersebut. Mata pelajaran Pendidikan Agama bisa saja
mendapatkan nilai sangat bagus walaupun di rumah seorang siswa yang
beragama Islam tersebut tidak melaksanakan sholat.
Penerapan pendidikan karakter seperti tersebut menjadi tidak relevan, apalagi
saat ini terlihat karakter bangsa mulai terpuruk sebagaimana dijelaskan di atas.
Oleh karena itu penguatan nilai pendidikan budaya dan karakter kepada semua

3
mata pelajaran menjadi penting untuk mewujudkan peserta didik yang lebih
berbudaya dan berkarakter sebagaimana yang diharapkan. Mata pelajaran Sains
sebagai salah satu mata pelajaran eksakta juga dapat mengembangkan penguatan
nilai budaya dan karakter. Seluruh nilai budaya dan karakter bangsa dapat
diintegrasikan ke dalam materi pelajaran kimia, fisika dan biologi, sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian budaya bangsa.
2. Apa tujuan dan fungsi pendidikan karakter bangsa
3. Bagaimana nilai-nilai dasar dalam pendidikan karakter
4. Bagaimana prinsip pengembangan karakter

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian budaya bangsa.
2. Mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan karakter bangsa
3. Mengetahui nilai-nilai dasar dalam pendidikan karakter
4. Mengetahui prinsip pengembangan karakter

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi budaya dan karakter bangsa


Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma,
dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir
nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan
sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan
keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem
sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni,
dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem
berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi
dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem
berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Ketika
kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya
adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi, serta
seni.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang


terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur,
berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi
seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter
bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan
melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia
hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter
individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya
yang berangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya
dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta
didik dari lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa.

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam


mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha

5
masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi
keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang
telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses
pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses
pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang.

Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter


sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa
mendatang. Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik,
pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif.
Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah
usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh
semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.

B. Landasan Pedagogis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan


nilainilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa.
Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh
karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah
pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi
bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan
pendidikan nasional.

C. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

1. pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi


berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku
yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
2. perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
3. penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat.

6
D. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:


1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia
dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa;
4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar
yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

E. Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa


diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini.

1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu,


kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama
dan kepercayaannya.. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai
pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan
kaidah yang berasal dari agama.
2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-
prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut
dalam pasalpasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan
politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan
budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi
warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan,
kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai
warga negara.
3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui
masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna
terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat
itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat
mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa.

7
4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki
setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan
pendidikan
di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai
nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena
itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Dari keempat hal tersebut dapat dijabarkan tentang nilai dan deskripsi
nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, sebagai berikut:
1. Religius, Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu


Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

8
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain.
13. Bersahabat/ Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja
sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang
dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam,sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

F. Prinsip pengembangan budaya dan karakter bangsa.

Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak


dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran,

9
pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu
mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus
dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan


budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan
menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal
pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan
suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar
melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan
sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk
sosial.

Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan


budaya dan karakter bangsa.

1. Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai


budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari
awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.
Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun pertama dan
berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas akhir SMP. Pendidikan
budaya dan karakter bangsa di SMA adalah kelanjutan dari proses yang telah
terjadi selama 9 tahun.

2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah


Mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap
kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

Gambar 1 berikut ini memperlihatkan pengembangan nilai-nilai


melalui jalur-jalur itu:

10
Gambar 2. Pengembangan Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pengembangan nilai budaya dan karakter bangsa melalui berbagai mata pelajaran
yang telah ditetapkan dalam Standar Isi (SI), digambarkan sebagai berikut ini.

Gambar 2. Pengembangan Nilai Budaya dan Karakter Bangsa melalui Setiap Mata
Pelajaran

3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan


Mengandung makna bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa
bukanlah bahan ajar biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok
bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep,
teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa
Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan,
seni, dan ketrampilan.

Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk


mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu, guru
tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada, tetapi menggunakan
materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan

11
karakter bangsa. Juga, guru tidak harus mengembangkan proses belajar khusus
untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu
aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Konsekuensi dari prinsip ini, nilai-
nilai budaya dan karakter bangsa tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun
ujian. Walaupun demikian, peserta didik perlu mengetahui pengertian dari
suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. Mereka tidak
boleh berada dalam posisi tidak tahu dan tidak paham makna nilai itu.

5. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan


menyenangkan prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai budaya
dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru
menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang
ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses
pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang
dan tidak indoktrinatif. Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai
yang dikembangkan maka guru menuntun peserta didik agar aktif. Hal ini
dilakukan tanpa guru mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka harus
aktif, tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta
didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi, dan
mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah
dimiliki, merekonstruksi data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil rekonstruksi
atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan
karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di
kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.

12
G. Alur piker pembangunan karakter bangsa

Berdasarkan alur pikir pembangunan karakter bangsa, pendidikan


merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa.
Strategi tersebut mencakup, yaitu sosialisasi/penyadaran, pemberdayaan,

13
pembudayaan dan kerjasama seluruh komponen bangsa. Pembangunan
karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan
melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil,
anggota legislatif, mediamassa, dunia usaha, dan dunia industri (Buku Induk
Pembangunan Karakter, 2010).

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Seperti telah diuraikan diatas bahwa pengertian pendidikan budaya dan
karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki
nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius,
nasionalis, produktif dan kreatif. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
selain mengembangkan dan memperkuat potensi pribadi juga menyaring
pengaruh dari luar yang akhirnya dapat membentuk karakter peserta didik yang
dapat mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Upaya pembentukan karakter
sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di
sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar baik melalui mata
pelajaran maupun serangkaian kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di
kelas dan luar sekolah. Pembiasaan-pembiasan (habituasi) dalam kehidupan,
seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab,
dan sebagainya, perlu dimulai dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai
dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut tentunya perlu
ditumbuhkembangkan yang pada akhirnya dapat membentuk pribadi karakter
peserta didik yang selanjutnya merupakan pencerminan hidup suatu bangsa yang
besar.

B. SARAN
Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami berharapagar
temanteman bias memberikan saran yang baik sehingga makalah ini bias
bermanfaat untuk kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.academia.edu/8432545/Makalah-Budaya-dan-Karakter-Bangsa.
Dibuka tanggal 23 november 2020

2. http://docplayer.info/30036315/Memahami-Budaya-dan-Karakte-
Bangsa.html. Dibuka tanggal 23 november 2020

3. http://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/Memahami-budaya-
danKarakter-Bangsa-4/. Dibuka tanggal 23 november 2020.

4. berbagireferensi.blogspot.com/2011/10/prinsip-dan-
pendekatanpengembangan.html. Dibuka tanggal 23 november 2020.

5. Babehmardiadi.blogspot.com/2013/02/pendidikan-budaya-dan-
karakterbangsa.html. Dibuka tanggal 23 november 2020.

15

Anda mungkin juga menyukai