Disusun Oleh :
Nama/Npm
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada Kelompok 4 untuk menyelesaikan makalah ini. Atas Rahmat dan
Hidayah-Nya lah kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Memahami budaya dan karakter bangsa tepat waktu. Makalah Memahami budaya dan
karakter bangsa, disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Charakter Building.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang memahami budaya dan karakter bangsa.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar isi.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 4
C. Tujuan………………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi budaya dan karakter bangsa………………………………… 5
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia kini menjadi sorotan tajam
masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam
berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara dimedia
elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para ahli, dan para
pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan budaya
dan karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional,
maupun internasional.
Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undangundang,
peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat
(Kemendiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010:1).
Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak
mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah
pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena
pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai
alternative yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan
kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil
danmengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa
(Kemendiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010:1).
Pendidikan nasional yang diselenggarakan sampai sekarang ini terlihat belum
menjamin perwujudan ide mengenai keseimbangan imtak dan iptek serta
prinsipprinsip akhlak mulia dalam praktik.
Pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia selama ini belum berhasil
membantu agar manusia Indonesia dan bangsa kita menjadi cerdas dalam
pengertian manusia Indonesia itu haruslah beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang hendak dicapai oleh dan dari setiap kegiatan pendidikan dapat
didampingi secara seimbang oleh penghayatan, pemahaman, dan pengamalan
iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang secara konkrit tercermin
dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan kita masih terlalu bersifat kognitif dengan
orientasi konten yang dari waktu ke waktu terus menerus dibebani titipan oleh
aneka kepentingan dari sekeliling. Dalam kenyataan, taksonomi Bloom yang
menggambarkan adanya tiga elemen pokok dalam pendidikan, yaitu aspek-aspek
affective, cognitive, dan psychomotoric. Tidaklah berkembang secara seimbang
antara satu dengan yang lain. Pendidikan kita tidak berhasil membentuk sikap
dan
karakter, dan tidak juga membangun kapasitas kemampuan teknis untuk
melakukan menerapkan pengetahuan dan sikap-sikap yang dimiliki dalam
praktik.
Pendidikan di Indonesia sampai sekarang masih terus berorientasi kepada
‘konten’ pengetahuan. Memang benar kebijakan kurikulum kita sudah sejak lama
diubah dari orientasi konken (content-base curriculum) ke kompetensi
(competence-base curriculum). Namun dalam praktik orientasi konten atau
orientasi kepada materi muatan pengetahuan, terus saja dipraktikkan. Bahkan,
setiap muncul kritik akan kinerja pendidikan, selalu muncul tawaran yang
dianggap solusi yang baik, yaitu penambahan jam pelajaran atau penambahan
mata pelajaran yang dinilai sangat penting. Padahal, pengetahuan dan ilmu
pengetahuan dewasa ini terus berkembang sifatnya akibat teknologi informasi
dan komunikasi yang dipraktikkan secara luas. Informasi pengetahuan
mengalami proses globalisasi yang cepat dan memudahkan bagi siapa saja untuk
menguasainya. Karena itu, pola-pola pendidikan dan pengajaran yang
berorientasi penguasaan konten atau materi ilmu pengetahuan haruslah
mengalami perubahan secara mendasar. Guru cukup berfungsi sebagai fasilitator
dan pembimbing teknis cara mencari dan memahami informasi pengetahuan itu
melalui sarana teknologi komunikasi dan informasi modern.
Peran guru di masa mendatang tentang keteladanan dan kepemimpinannya
sangat diharapkan dalam membawakan suasana belajar di kelas dan di luar kelas
yang tidak berorientasi konten. Guru harus menjadi teladan, membimbing, dan
mengarahkan tuntunan sikap dan akhlak mulia untuk membentuk kepribadian
dan watak atau karakter, sekaligus kemampuan-kemampuan teknis bagi para
peserta didik. Karena itu, orientasi pendidikan kita haruslah mengutamakan
aspek-aspek afektif dan psikomotorik, dan bukan kognitif yang dapat dicari
sendiri oleh para peserta didik. Sikap, karakter dan motivasi yang kuat disertai
kemampuan teknis untuk mencari, menemukan, mengumpulkan, memahami, dan
menguasai ilmu pengetahuan yang diperlukan dalam hidup, bekerja, dan untuk
bertindak dalam meningkatkan kualitas hidup pribadi dan kualitas hidup bersama
dalam masyarakat dan bangsa harus ditanamkan kepada siswa.
Proses pembentukan watak atau karakter dan peningkatan
kemampuankemampuan bertindak atau beraksi menurut Jimli Assiddiqie
(2012:3), tentu saja diperlukan penguasaan banyak informasi pengetahuan.
Namun, selain informasi pengetahuan, yang jauh lebih penting lagi adalah
pengaruh keteladanan dan hasil tempaan pengalaman praktik. Oleh sebab itu,
pendidikan karakter haruslah berorientasi pada pengalaman praktik, pada proses
kegiatan, bukan pada output atau hasil pada nilai ujian, pada ‘ranking’ prestasi
akademis, dan sebagainya. Pendidikan karakter lebih banyak dipengaruhi oleh
2
keteladanan yang ada di lingkungan belajar, dan pengalaman praktik dan
pengalaman bekerja yang dialami langsung oleh para peserta didik. Untuk itu,
perlu dipikirkan kemungkinan mengubah format pendidikan agama, misalnya,
tidak lagi berorientasi konten dan output yang diukur dengan jumlah jam
pelajaran dan dengan hasil ujian. Pendidikan agama lebih baik dilakukan melalui
praktik kegiatan untuk sholat berjamaah misalnya, untuk berperilaku mulia dalam
bertutur kata dan dalam bersikap terhadap guru, terhadap teman, terhadap
tetangga, dan sebagainya.
Proses belajar mengajar yang diterapkan di sekolah dan di perguruan tinggi
dewasa ini sudah semestinya dievaluasi dengan sungguh-sungguh. Jangan
menjadikan peserta didik hanya pandai berkata-kata tetapi tidak pandai
mewujudkan kata-kata itu dalam kenyataan praktik. Revolusi, hanya dapat
dilakukan dengan kata-kata yang mengandung aksi, yaitu kata-kata yang praksis,
bukan yang verbalis ataupun sekedar aktifistis. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah revolusi pendidikan. Guru sekali lagi memegang peranan sangat penting
sebagai ujung tombak tercapainya keberhasilan pendidikan budaya dan karakter
bangsa ini.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan
menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal
pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan
suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar
melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan
sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk
sosial. Pendidikan karakter bangsa selama ini seakan hanya menjadi milik mata
pelajaran tertentu, yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan
Pendidikan Lingkungan Hidup. Umumnya pada mata pelajaran tersebut
pendidikan karakter diajarkan sebagai materi pelajaran. Misalnya bagaimana
beriman, taqwa, sopan santun, gotong royong, cinta lingkungan dan sebagainya.
Sehingga untuk mengukur seorang siswa itu berkarakter atau tidak, sama dengan
mata pelajaran-mata pelajaran lain yaitu melalui tes mengerjakan soal-soal
tentang materi tersebut. Mata pelajaran Pendidikan Agama bisa saja
mendapatkan nilai sangat bagus walaupun di rumah seorang siswa yang
beragama Islam tersebut tidak melaksanakan sholat.
Penerapan pendidikan karakter seperti tersebut menjadi tidak relevan, apalagi
saat ini terlihat karakter bangsa mulai terpuruk sebagaimana dijelaskan di atas.
Oleh karena itu penguatan nilai pendidikan budaya dan karakter kepada semua
3
mata pelajaran menjadi penting untuk mewujudkan peserta didik yang lebih
berbudaya dan berkarakter sebagaimana yang diharapkan. Mata pelajaran Sains
sebagai salah satu mata pelajaran eksakta juga dapat mengembangkan penguatan
nilai budaya dan karakter. Seluruh nilai budaya dan karakter bangsa dapat
diintegrasikan ke dalam materi pelajaran kimia, fisika dan biologi, sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian budaya bangsa.
2. Apa tujuan dan fungsi pendidikan karakter bangsa
3. Bagaimana nilai-nilai dasar dalam pendidikan karakter
4. Bagaimana prinsip pengembangan karakter
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian budaya bangsa.
2. Mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan karakter bangsa
3. Mengetahui nilai-nilai dasar dalam pendidikan karakter
4. Mengetahui prinsip pengembangan karakter
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi
keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang
telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses
pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses
pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang.
6
D. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
7
4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki
setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan
pendidikan
di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai
nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena
itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Dari keempat hal tersebut dapat dijabarkan tentang nilai dan deskripsi
nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, sebagai berikut:
1. Religius, Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
8
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain.
13. Bersahabat/ Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja
sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang
dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam,sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
9
pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu
mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus
dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.
10
Gambar 2. Pengembangan Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pengembangan nilai budaya dan karakter bangsa melalui berbagai mata pelajaran
yang telah ditetapkan dalam Standar Isi (SI), digambarkan sebagai berikut ini.
Gambar 2. Pengembangan Nilai Budaya dan Karakter Bangsa melalui Setiap Mata
Pelajaran
11
karakter bangsa. Juga, guru tidak harus mengembangkan proses belajar khusus
untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu
aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Konsekuensi dari prinsip ini, nilai-
nilai budaya dan karakter bangsa tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun
ujian. Walaupun demikian, peserta didik perlu mengetahui pengertian dari
suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. Mereka tidak
boleh berada dalam posisi tidak tahu dan tidak paham makna nilai itu.
12
G. Alur piker pembangunan karakter bangsa
13
pembudayaan dan kerjasama seluruh komponen bangsa. Pembangunan
karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan
melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil,
anggota legislatif, mediamassa, dunia usaha, dan dunia industri (Buku Induk
Pembangunan Karakter, 2010).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seperti telah diuraikan diatas bahwa pengertian pendidikan budaya dan
karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki
nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius,
nasionalis, produktif dan kreatif. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
selain mengembangkan dan memperkuat potensi pribadi juga menyaring
pengaruh dari luar yang akhirnya dapat membentuk karakter peserta didik yang
dapat mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Upaya pembentukan karakter
sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di
sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar baik melalui mata
pelajaran maupun serangkaian kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di
kelas dan luar sekolah. Pembiasaan-pembiasan (habituasi) dalam kehidupan,
seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab,
dan sebagainya, perlu dimulai dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai
dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut tentunya perlu
ditumbuhkembangkan yang pada akhirnya dapat membentuk pribadi karakter
peserta didik yang selanjutnya merupakan pencerminan hidup suatu bangsa yang
besar.
B. SARAN
Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami berharapagar
temanteman bias memberikan saran yang baik sehingga makalah ini bias
bermanfaat untuk kita semua.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.academia.edu/8432545/Makalah-Budaya-dan-Karakter-Bangsa.
Dibuka tanggal 23 november 2020
2. http://docplayer.info/30036315/Memahami-Budaya-dan-Karakte-
Bangsa.html. Dibuka tanggal 23 november 2020
3. http://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/Memahami-budaya-
danKarakter-Bangsa-4/. Dibuka tanggal 23 november 2020.
4. berbagireferensi.blogspot.com/2011/10/prinsip-dan-
pendekatanpengembangan.html. Dibuka tanggal 23 november 2020.
5. Babehmardiadi.blogspot.com/2013/02/pendidikan-budaya-dan-
karakterbangsa.html. Dibuka tanggal 23 november 2020.
15