KEGAWATDARURATAN BERSALIN
PARTUS LAMA
Disusun Oleh:
IFVA TRIANA
NPM : 2026040234
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Macro dan
Micro tentang Kegawatdaruratan Bersalin Partus Lama.
Laporan Macro dan Micro ini telah saya susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari semua pihak. Ribuan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang terkait dalam pembuatan Laporan Macro dan Micro ini.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik lintas
program maupun lintas sektoral dan saya memohon kritik, saran dan masukan
demi kesempumaan Laporan Macro dan Micro ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP
Lampiran 2. SAP
Lampiran 3. JOB SHEET
Lampiran 4. DAFTAR TILIK
Lampiran 5. LEAFLET
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator dalam menentukan
kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012, AKI yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan dan nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Penyebab langsung kematian maternal di Indonesia menurut Depkes
adalah perdarahan 42%, eklampsia (13%), komplikasi abortus (11%), infeksi
(10%), dan persalinan lama (9%) (Depkes RI, 2015). Oleh karena itu pada
tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding
Maternal dan Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu dan neonatal sebesar 25% (Depkes Lampung, 2015)
Komplikasi obstetri sangat berpengaruh terhadap AKI diantaranya
partus lama. Partus lama rata-rata di dunia menyebabkan kematian ibu
sebesar 8% dan di Indonesia sebesar 9%. Kematian maternal banyak terjadi
pada saat persalinan, salah satu penyebabnya adalah kala II lama (37%)
dan kematian perinatal sendiri salah satu penyebabnya adalah asfiksia pada
bayi (28%) (Depkes RI, 2015). Partus lama menjadi salah satu penyebab
kematian ibu karena pada partus lama akan menyebabkan infeksi,
kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, dan dapat terjadi pendarahan post
partum yang sangat membahayakan keselamatan ibu (Amiruddin, 2016).
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari18 jam yang
di mulai dari tanda-tanda persalinan (Prawirohardjo, 2006). Ibu bersalin yang
sulit beradaptasi dengan rasa nyeri persalinan dapat menyebabkan tidak
terkoordinasinya kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan perpanjangan
kala persalinan dan kesejahteraan janin terganggu. Tidak ada kemajuan
persalinan atau kemajuan persalinan yang lambat merupakan salah satu
5
komplikasi persalinan yang dapat meningkatkan angka kematian dan
kesakitan ibu dan janin (Netty, 2013). Partus lama merupakan suatu masalah
di Indonesia, khususnya didaerah pedesaan karena banyaknya persalinan yang
ditolong oleh dukun tidak terlatih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Yuliasari (2016) terdapat 172 ibu bersalin yang mengalami partus lama di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moloek Provinsi Lampung.
Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka
proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu
dari faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan
his tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong
ataupun gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik.
Persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal juga di
pengaruhi berbagai faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan
bahaya persalinan, keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai,
masih tebalnya kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan
rendahnya keadaan sosial ekonomi rakyat (Sarwono, 2014).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kegawatdaruratan maternal dan neonatal
2. Untuk mengetahui pengertian partus lama
3. Untuk mengetahui etiologi partus lama
4. Untuk mengetahui patofisiologi partus lama
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala partus lama
6. Untuk mengetahui klasifikasi persalinan lama
7. Untuk mengetahui diagnosis partus lama
8. Untuk mengetahui dampak dari partus lama
9. Untuk mengetahui pelaksanaan dalam menangani kasus partus lama
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
B. Pengertian Partus Lama
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan
garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin AB, 2015)
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primigradiva, dan lebih dari 18 jam pada multigradiva (Syaifuddin AB, 2015)
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi dan lebih dari 18 jam pada multi (Rustam Mochtar, 2011).
Menurut Winkjosastro (2012) partus lama ditandai dengan fase laten
lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa
kelahiran bayi, dan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf.
Partus lama disebut juga distosia, di definisikan sebagai persalinan
abnormal/ sulit (Sarwono, 2014).
8
atas, tengah dan bagian bawah menyebabkan his tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan. Tonus otot yang menaik menyebabkan nyeri
yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan
hipoksia janin.
2. Kelainan Janin
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan
dalam letak atau bentuk janin (Janin besar atau ada kelainan konginetal
janin).
3. Kelainan Jalan Lahir
Kelainan dalam bentuk atau ukuran jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
Sedangkan menurut Oxorn (2010) penyebab utama partus lama meliputi :
1. Disproporsi fetopelvik.
2. Malpresentasi dan malposisi.
3. Kerja uterus yang tidak efisien, termasuk serviks yang kaku.
9
1. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,
pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai:
a. Ring v/d Bandle
b. Oedema serviks
c. Cairan ketuban berbau
d. Terdapat mekonium.
2. Pada janin
a. Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negatif,
air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
b. Kaput succedaneum yang besar
c. Moulage kepala yang hebat
d. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
e. Kematian Janin Intra Parental (KJIP)
10
Ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian karena perdarahan
atau infeksi
11
Tanda dan gejala Diagnosis
c. Kelainan presentasi (selain vertex dengan c. Malpresentasi atau
oksiput anterior). malposisi.
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin Kala II lama.
mengedan, tetapi tak ada kemajuan penurunan.
12
2) Bagi janin
Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta
mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan berikut :
a) Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
b) Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
c) Cedera akibat tindakan ekstraksidan rotasi dengan forceps yang sulit
d) Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran
Keadaan ini mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan
selanjutnya dapat membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik
pada janin. Bahaya tersebut lebih besar lagi jika kemajuan persalinan
pernah terhenti. Kenyataan ini khususnya terjadi saat kepala bayi macet
pada dasar perineum untuk waktu yang lama sementara tengkorak
kepala terus terbentur pada panggul ibu.
J. Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
a. Perawatan pendahuluan :
Menurut Sarwono (2014) penatalaksanaan penderita dengan
partus kasep (lama) adalah sebagai berikut :
1) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk
tanda vital dan tingkat dehidrasinya).
2) Kaji nilai partograf, tentukan apakah pasien berada dalam
persalinan; Nilai frekuensi dan lamanya his.
3) Suntikan cortone acetate 100-200 mg intramuscular.
4) Penisilin prokain : 1 juta IU intramuscular.
5) Streptomisin : 1 gr intramuscular.
6) Infuse cairan : Larutan garam fisiologis (NaCl), Larutan glucose 5-
10 % pada janin pertama : 1 liter per jam.
7) Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan
mengharuskan untuk segera bertindak.
b. Pertolongan :
13
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi
forsep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin
meninggal, secsio cesaria, dan lain-lain (Saifuddin, 2015)
2. Penanganan Khusus (Saifuddin, 2015)
a. Fase laten memanjang (prolonged latent phase)
Diagnosis fase laten memanjang di buat secara retrospektif. Jika his
berhenti, pasien disebut belum in partu atau persalinan palsu. Jika his
makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm,
masuk dalam fase laten.
Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan,
lakukan penilaian ulang terhadap serviks :
1) Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks
dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum in partu.
2) Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks,
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
a) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.
b) Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakuakan
pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan seksio sesarea.
3) Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina
berbau)
a) Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin.
b) Berikan anti biotik kombinasi sampai persalinan.
(1) Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
(2) Ditambah gentamisin 5mg / kg BB IV setiap 24 jam.
(3) Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotik pasca
persalinan.
(4) Jika dilakukan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika
ditambah metrinidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai
ibu bebas demam selama 48 jam.
b. Fase aktif memanjang
14
1) Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi
dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban.
2) Nilai his :
a) Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan
lamanya kurang dari 40 detik) pertimbangkan adanya insertia
uteri.
b) Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari
40 detik), pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi,
malposisi atau malpenetrasi.
c) Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan
mempercepat kemajuan persalinan.
c. Kala Dua Lama
1) Memimpin ibu meneran jika ada dorongan untuk meneran spontan
2) Jika tidak ada mal posisi /malpresentasi berikan drip oxytocin
3) Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala:
a) Jika letak kepala lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau
bagian tulang kepala dari stasion (0) lakukan ekstraksi vakum
b) Jika kepala antara 1/5 - 3/5 di atas simfisis pubis lakukan
ekstraksi vakum
c) Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis lakukan SC
15
c. Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau
bercampur darah pikirkan kemungkinan gawat janin.
d. Jika terdapat gawat janin lakukan forsep jika memenuhi syarat atau
lakukan sectio caesarea.
3) Perbaiki keadaan umum dengan:
a. Pemberian intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari melalui infus
larutan glukosa. Dehidrasi ditandai adanya aseton dalam urine
harus dicegah.
b. Pengosongan kandung kemih dan usus harus dilakukan.
c. Pemberian sedatif agar ibu dapat istirahat dan rasa nyerinya
diredakan dengan pemberian analgetik (tramadol atau pethidine 25
mg dinaikkan sampai maksimum 1 mg /kg atau morfin 10 mg IM).
Semua preparat ini harus digunakan dengan dosis dan waktu tepat
sebab dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu kontraksi
dan membahayakan bayinya.
d. Pemeriksaan rectum atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi
sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan
meningkatkan resiko infeksi.
4) Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan
partograf.
5) Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal tiap 4 jam.
a. Apabila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan sectio secarea.
b. Apabila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.
6) Bila tidak didapatkan tanda adanya Cephalo pelvic disproportion
(CPD) atau obstruksi.
a. Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki
kontraksi dan mempercepat kemajuan persalinan.
b. Bila ketuban utuh maka pecahkan ketuban.
c. Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang dari
1 cm per jam lakukan penilaian kontraksi uterus.
7) Lakukan induksi dengan oksitosin drip 5 unit dalam 500 cc dekstrosa
16
atau NaCl, mulai dengan 8 tetes per menit, tiap 30 menit ditambah 4
tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit).
8) Konsultasi dokter jika persalinan tidak ada kemajuan.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan
garis waspada persalinan aktif.
Adapun gejala dari partus lama ini yang berdampak pada ibu adalah ibu
mengalami gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,
pernafasan cepat, dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai lingkaran
Bandle tinggi, edema vulva, edema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat
meconium dan pada bayi adalah denyut jantung janin cepat/hebat/tidak
teratur, bahkan negatif. Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijauan,
berbau. Caput sucsadaneum yang besar. Moulage kepala yang hebat,
kematian janin dalam kandungan (KJDK) ,Kematian janin intra partal (KJIP).
B. Saran
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal agar dapat mendeteksi
dini komplikasi dan penyulit yang mungkin terjadi.
Bidan perlu melakukan manajemen asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal dengan mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan
rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mencegah atau mengobati
komplikasi atau penyulit ibu saat persalinan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin. (2016). Faktor Risiko Kejadian Partus Lama di RSIA Siti Fatimah
Makassar Tahun 2016. Skripsi. Makassar : Universitas Hasanuddin
Makassar.
Campbell, Neil A., and Reece, Jane B. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Dorland N. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 2015. Edisi ke 28. Mahode AA,
editor. Jakarta: EGC
Oxorn, Harry. (2010). Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta :
ANDI
19
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
B. Standar Kompetensi
Setelah menyelesaikan perkuliahan mahasiswa mampu memahami
tentang partus lama
C. Kompetesi Dasar
Pada akhir pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian kegawatdaruratan maternal neonatal
2. Menjelaskan tentang pengertian partus lama
3. Menjelaskan tentang etiologi partus lama
4. Menjelaskan tentang patofisiologi partus lama
5. Menjelaskan tentang tanda dan gejala partus lama
6. Menjelaskan tentang klasifikasi partus lama
7. Menjelaskan tentang diagnosis partus lama
8. Menjelaskan tentang prognosis partus lama
9. Menjelaskan tentang penatalaksanaan partus lama
20
D. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Pada akhir pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu memahami
tentang partus lama
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
a. Menjelaskan tentang pengertian kegawatdaruratan maternal neonatal
b. Menjelaskan tentang pengertian partus lama
c. Menjelaskan tentang etiologi partus lama
d. Menjelaskan tentang patofisiologi partus lama
e. Menjelaskan tentang tanda dan gejala partus lama
f. Menjelaskan tentang klasifikasi partus lama
g. Menjelaskan tentang diagnosis partus lama
h. Menjelaskan tentang prognosis partus lama
i. Menjelaskan tentang penatalaksanaan partus lama
E. Pokok-Pokok Materi
1. Pengertian Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
2. Pengertian Partus Lama
3. Etiologi Partus Lama
4. Patofisiologi Partus Lama
5. Tanda Dan Gejala Partus Lama
6. Klasifikasi Partus Lama
7. Diagnosis Partus Lama
8. Prognosis Partus Lama
9. Penatalaksanaan Partus Lama
F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
21
G. Alat dan Media
1. Laptop
2. LCD
3. Power Point
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan / Kegiatan Kegiatan Alat/
Metode
Waktu Dosen Mahasiswa Media
Pendahulua - Menjawab salam - Mengucapkan LCD/ Ceramah,
n dan menginformasi- salam dan Laptop Tanya
(5 Menit) kan pokok bahasan memperhatikan Jawab
yang akan diajarkan penjelasan
dosen
- Menjelaskan tujuan - Memperhatika
pembelajaran n penjelasan
dosen
- Melakukan - Menjawab
apersepsi pertanyaan
dosen
- Menjelaskan - Memperhatika
22
tentang n penjelasan
patofisiologi partus dosen
lama
- Menjelaskan - Memperhatika
tentang tanda dan n penjelasan
gejala partus lama dosen
- Menjelaskan - Memperhatika
tentang klasifikasi n penjelasan
partus lama dosen
- Menjelaskan - Memperhatika
tentang diagnosis n penjelasan
partus lama dosen
- Menjelaskan - Memperhatika
tentang prognosis n penjelasan
partus lama dosen
- Menjelaskan - Memperhatika
tentang n penjelasan
penatalaksanaan dosen
partus lama
- Memberikan - Mengajukan
kesempatan pada pertanyaan
mahasiswa untuk
bertanya
Penutup - Menyimpulkan - Mahasiswa LCD/ Ceramah,
(15 Menit) materi tentang memperhatikan Laptop Tanya
partus lama kesimpulan Jawab
dari dosen
- Mengevaluasi - Menjawab
pemahaman pertanyaan dari
mahasiswa tentang dosen
materi partus lama
yang telah
disampaikan
dengan mengajukan
pertanyaan
- Menutup pertemuan - Mahasiswa
dengan menjawab
mengucapkan salam salam
I. Evaluasi
23
1. Prosedur : Post Test
2. Jenis : Lisan
3. Alat : Ceklist Obyektif
4. Bentuk : Subyektif
5. Soal : Terlampir
Soal :
1. Apa pengertian partus lama?
2. Apa saja dampak persalinan lama bagi ibu dan bagi janin?
Jawaban :
1. Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan
garis waspada persalinan aktif.
2. Bagi ibu: atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu, shock,
persalinan dengan tindakan.
Bagi janin: asfiksia, trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada
kepala janin, cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps
yang sulit, pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran, kematian janin.
J. Materi
Terlampir
K. Referensi
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2015). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Varney, H., Kriebs J.M., Carolyn, L.G. (2014). Buku Ajar Konsep Kebidanan.
Edisi bahasa Indonesia. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN MATERI
24
PARTUS LAMA
b. Uterine Action
25
Disini sifat his berubah, tonus otot uterus meningkat, juga di luar
his dan kontraksinya berlangsung seperti biasa karena tidak ada
sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya koordinasi antara bagian
atas, tengah dan bagian bawah menyebabkan his tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan. Tonus otot yang menaik menyebabkan nyeri
yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan
hipoksia janin.
2. Kelainan Janin
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan
dalam letak atau bentuk janin (Janin besar atau ada kelainan konginetal
janin).
3. Kelainan Jalan Lahir
Kelainan dalam bentuk atau ukuran jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
1. Pada ibu
26
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,
pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai:
a. Ring v/d Bandle
b. Oedema serviks
c. Cairan ketuban berbau
d. Terdapat mekonium.
2. Pada janin
a. Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan
negatif, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan,
berbau.
b. Kaput succedaneum yang besar
c. Moulage kepala yang hebat
d. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
e. Kematian Janin Intra Parental (KJIP)
27
Menurut Manuaba (2014) diagnosis partus lama adalah sebagai berikut :
Tanda dan gejala Diagnosis
a. Serviks tidak membuka. Belum in partu.
b. Tidak didapatkan his / his tidak teratur.
Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah Fase laten
8 jam in partu dengan his yang teratur. memanjang.
Pembukaan serviks melewati kanan garis Fase aktif memanjang.
waspada partograf.
a. Frekuensi his berkurang dari 3 his per 10 a. Inersia uteri.
menit dan lamanya kurang dari 40 detik.
b. Pembukaan serviks dan turunnya bagian b. Disproporsi
janin yang dipresentasi tidak maju dengan sefalopelvik.
kaput, terdapat moulase yang hebat, oedema
serviks, tanda ruptura uteri imminens, gawat
janin.
c. Kelainan presentasi (selain vertex dengan c. Malpresentasi atau
oksiput anterior). malposisi.
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin Kala II lama.
mengedan, tetapi tak ada kemajuan penurunan.
28
Persalinan lama dapat menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga,
dehidrasi, dan perdarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian
ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, cedera dan asfiksia yang dapat
meningkatkan kematian bayi (Kusumahati, 2010 dalam Ardhiyanti, 2016).
I. Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
a. Perawatan pendahuluan :
29
Menurut Sarwono (2014) penatalaksanaan penderita dengan
partus kasep (lama) adalah sebagai berikut :
1) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk
tanda vital dan tingkat dehidrasinya).
2) Kaji nilai partograf, tentukan apakah pasien berada dalam
persalinan; Nilai frekuensi dan lamanya his.
3) Suntikan cortone acetate 100-200 mg intramuscular.
4) Penisilin prokain : 1 juta IU intramuscular.
5) Streptomisin : 1 gr intramuscular.
6) Infuse cairan : Larutan garam fisiologis (NaCl), Larutan glucose 5-
10 % pada janin pertama : 1 liter per jam.
7) Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan
mengharuskan untuk segera bertindak.
b. Pertolongan :
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi
forsep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin
meninggal, secsio cesaria, dan lain-lain (Saifuddin, 2015)
2. Penanganan Khusus (Saifuddin, 2015)
a. Fase laten memanjang (prolonged latent phase)
Diagnosis fase laten memanjang di buat secara retrospektif. Jika his
berhenti, pasien disebut belum in partu atau persalinan palsu. Jika his
makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm,
masuk dalam fase laten.
Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan,
lakukan penilaian ulang terhadap serviks :
1) Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks
dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum in partu.
2) Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks,
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
3) Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)
30
b. Fase aktif memanjang
d. Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi
dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban.
e. Nilai his :
i. Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan
lamanya kurang dari 40 detik) pertimbangkan adanya insertia
uteri.
ii. Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari
40 detik), pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi,
malposisi atau malpenetrasi.
iii. Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan
mempercepat kemajuan persalinan.
c. Kala Dua Lama
1) Memimpin ibu meneran jika ada dorongan untuk meneran spontan
2) Jika tidak ada mal posisi /malpresentasi berikan drip oxytocin
3) Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala:
b. Jika letak kepala lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau
bagian tulang kepala dari stasion (0) lakukan ekstraksi vakum
c. Jika kepala antara 1/5 - 3/5 di atas simfisis pubis lakukan
ekstraksi vakum
d. Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis lakukan SC
31
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
(SAP)
A. Standar Kompetensi
Setelah selesai perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin Kala II lama.
.
B. Kompetensi Dasar
Pada akhir pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang
partus lama pada ibu hamil dengan menjelaskan pengertian, etiologi,
patofisiologi, tanda dan gejala, klasifikasi, diagnosis, prognosis dan
penatalaksanaan partus lama
C. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Pada akhir pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu melakukan
tindakan penanganan partus lama kepada klien.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
a. Mahasiswi dapat menjelaskan tentang pengertian kegawatdaruratan
maternal neonatal kepada klien.
32
b. Mahasiswi dapat menjelaskan tentang pengertian partus lama kepada
klien
c. Mahasiswi dapat menjelaskan tentang etiologi partus lama kepada klien
d. Mahasiswi dapat menjelaskan tentang patofisiologi partus lama kepada
klien
e. Mahasiswi dapat menjelaskan tentang tanda dan gejala partus lama
kepada klien
f. Mahasiswi dapat menjelaskan tentang klasifikasi partus lama kepada
klien
g. Mahasiswi dapat menjelaskan tentang diagnosis partus lama kepada
klien
h. Mahasiswi dapat menjelaskan tentang prognosis partus lama kepada
klien
i. Mahasiswi dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan partus lama
kepada klien
D. Materi Ajar
1. Kegawatdaruratan Ibu Bersalin
2. Partus lama
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
33
G. Kegiatan Praktikum
Kegiatan Inti
( 35 Menit) - Memberikan pertanyaan - Menjawab pertanyaan
untuk mengetahui sejauh dosen sesuai dengan
mana pengetahuan pengetahuan
mahasiswa tentang
partus lama
- Mendemonstrasikan
konseling tentang partus - Memperhatikan
lama kepada klien penjelasan dosen
Penutup
(10 Menit) - Memberikan kesempatan - Mahasiswa mampu
kepada mahasiswa untuk melakukan demonstrasi
mendemonstrasikan praktek konseling
konseling tentang partus tentang partus lama
lama secara berpasangan secara berpasangan
- Menutup pertemuan
dengan mengucapkan - Mahasiswa menjawab
salam salam
H. Evaluasi
1. Prosedur : Post Test
2. Jenis : Lisan
3. Alat : Ceklist Obyektif
4. Bentuk : Subyektif
5. Soal : Terlampir
34
I. Referensi
Mochtar, Rusatam. 2015. Sinopsis Obstetri. EGC. Jakarta
Oxorn, Harry. 2015. Ilmu Kebidanan: Patologis & Fisiologi Persalinan. C.V
ANDI OFFSET. Yogyakarta
Sarwono.2015. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. PT Bina Pustaka. Jakarta
35
SOAL :
1. Apa pengertian partus lama?
2. Apa saja dampak persalinan lama bagi ibu dan bagi janin?
3. Jelaskan klasifikasi partus lama?
JAWABAN :
1. Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12
jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada
persalinan aktif.
2. Bagi ibu: atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu, shock,
persalinan dengan tindakan.
Bagi janin: asfiksia, trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada
kepala janin, cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang
sulit, pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran, kematian janin.
3. Fase laten memanjang, fase aktif memanjang, dan kala 2 Lama
36
MATERI
37
EVALUASI PARTUS LAMA
KASUS I
Ny. Anggi usia28 tahun G1 P0 A0 hami 38 minggu dalam persalinan, VT:
pembukaan lengkap penurunan kepala di H IV, DJJ normal, sudah di pimpin
mengejan sejak 2 jam yang lalu bayi belum lahir, ibu mengeluh susah mengejan
sehingga napas terputus dan mengatakan tidak sanggup lagi untuk mengejan.
Diagnosis pada kasus Ny. A adalah….
a. Panggul sempit
b. Bayi beasar
c. Posisi yang salah
d. Tidak di dapatkan his/his tidak teratur
KASUS II
Ny. Siti usia 30 tahun G1P2A0 hamil 39 mimnggu datang dengan riwayat DM,
saat ini sedang dalam proses persalinan kala II. Sete;lah kepala janin lahir tidak
terjadi putaran paksi luar.
Dagnosa unruk Ny. Siti adalah :
a. Partus lama
b. Distosia bahu
c. Partus tak maju
d. Partus serotinus
e. Partus presipitarus
KASUS III
Ny. Bita umur 36 tahun GII P0 AI, datang ke bidan inpartu sisa dukun, kenceng-
kenceng sering dan teratur sejak 2 hari yang lalu. Telah di pimpin dukun 3 jam
yang lalu. KU lemah, kelelahan. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 100x/m, suhu
39 C, VT pembukaan 8 cm, kepala turun di hodge III, DJJ 182x/m.
Diagnosa pada Ny. Bita adalah :
a. Partus lama
38
b. Partus kasep
c. Partus macet
d. Partus lambat
e. Partus tak maju
KUNCI JAWABAN
1. D
2 .C
3. C
4. A
5. D
JOB SHEET
39
A. Job / Kegiatan
Melakukan pertolongan persalinan kala II lama (Langkah 15 - 24 dalam
APN).
C. Dasar Teori
Tujuan penanganan partus lama adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
berbagai upaya yang berintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).
D. Petunjuk
1. Siapkan alat dan bahan untuk melakukan demonstrasi
2. Demonstrasi dilakukan oleh mahasiswa
3. Baca dan pelajari lembar kerja yang tersedia
4. Ikuti petunjuk instruktur
5. Tanyakan pada instruktur jika terdapat hal-hal yang tidak dimengerti.
E. Keselamatan Kerja
1. Setiap langkah dilakukan secara sistematis dan hati-hati
2. Perhatikan pencegahan Infeksi
3. Perhatikan kata-kata agar tidak menyinggung pasien
F. Bahan
1. Phantom panggul
40
2. Phantom bayi
3. Obat-obatan : oksitosin, lidokain
4. Kasa, klorin 0,5 %
5. Spuit 3 cc
PROSEDUR PELAKSANAAN
41
2. Pasang duk bersih di Duk dilipat 1/3
bawah bokong ibu bagian
42
5. Lakukanpertolongan Pimpin ibu meneran
persalinan :
43
8. Tunggu hingga kepala Kepala akan
janin melakukan putaran berputar sesuai
paksi luar. dengan punggung
janin
44
11 Lahirkan badan bayi Pegang badan bayi
seluruhnya secara hati-hati
H. Evaluasi
1. Mahasiswa mampu melakukan pertolongan partus lama dengan kriteria
penilaian setiap langkah dilakukan secara sistematis dan memperhatikan
kenyamanan ibu.
2. Instruktur membimbing dan menilai langkah – langkah pelaksanaan
demonstrasi pertolongan partus lama dengan menggunakan Daftar Tilik.
45
DAFTAR TILIK
PETUNJUK
Nilailah setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut:
Nilai 0 (tidak dikerjakan) : Langkah tidak dikerjakan atau tidak
sesuai dengan yang seharusnya
Nilai 1 (dilakukan tidak sesuai Langkah yang harus dilakukan
prosedur) : dikerjakan namun tidak sesuai dengan
prosedur checklist
Nilai 2 (dilakukan sesuai prosedur) Langkah dikerjakan dengan benar,
sesuai urutannya dan waktu kerja
: yang sangat efisien
Beri tanda () dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan sesuai dengan
tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa
SKOR
PENILAIAN
0 1 2
1. Pasang handuk di atas perut ibu setelah 5-6 cm di depan
vulva
2. Pasang duk bersih di bawah bokong ibu
3. Buka partus set
4. Pasang sarung tangan
5. Lakukanpertolongan persalinan :
6. Lindungi perineum dan tahan puncak kepala.
7. Cek adanya lilitan tali pusat disekeliling leher bayi.
8. Tunggu hingga kepala janin melakukan putaran paksi luar.
9. Letakkan kedua telapak tangan pada kepala secara
10. Lakukan sangga susur untuk melahirkan badan bayi
seluruhnya.
11. Lahirkan badan bayi seluruhnya
TOTAL SCORE :
SCORE SELURUHNYA :
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan
46
1 : Dilakukan tidak sesuai prosedur
2 : Dilakukan dan sesuai prosedur
Jumlah/nilai total
Nilai Akhir = x 100
Jumlah langkah x 2
Nilai Batas Lulus = 71
(............................................)
47
48
PENGERTIAN PARTUS LAMA TANDA DAN GEJALA
IFVA TRIANA dari 18 jam pada multi (Rustam negatif, air ketuban terdapat
NPM : 2026040234 Mochtar, 2011) mekonium, kental kehijau-
hijauan, berbau.
b. Kaput succedaneum yang besar
c. Moulage kepala yang hebat
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN d. Kematian Janin Dalam Kandungan
STIKES TRI MANDIRI SAKTI
(KJDK)
BENGKULU
2021 e. Kematian Janin Intra Parental
(KJIP)
PENATALAKSANAAN
KLASIFIKASI PERSALINAN LAMA TANDA DAN GEJALA
1. Fase Laten Memanjang 1. Serviks tidak membuka. 1. Nilai dengan segera keadaan umum
ibu hamil dan janin (termasuk tanda
Yaitu fase laten yang melampaui 20 2. Tidak didapatkan his / his tidak vital dan tingkat dehidrasinya).
jam pada primi gravida atau 14 jam
teratur. 2. Kaji nilai partograf, tentukan
pada multipara apakah pasien berada dalam
2. Fase Aktif Memanjang 3. Pembukaan serviks tidak melewati 4 persalinan; Nilai frekuensi dan
Yaitu fase aktif yang berlangsung cm sesudah 8 jam in partu dengan his lamanya his.
lebih dari 12 jam pada primi gravida 3. Suntikan cortone acetate 100-200
yang teratur. mg intramuscular.
dan lebih dari 6 jam pada
4. Pembukaan serviks melewati kanan 4. Penisilin prokain : 1 juta IU
multigravida. Dan laju dilatasi
intramuscular.
serviks kurang dari 1,5 cm per jam garis waspada partograf. 5. Streptomisin : 1 gr intramuscular.
3. 6. Infuse cairan : Larutan garam
5. Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin
3. Kala 2 Lama fisiologis (NaCl), Larutan glucose 5-
Yaitu kala II yang berlangsung mengedan, tetapi tak ada kemajuan 10 % pada janin pertama : 1 liter
lebih dari 2 jam pada primigravida penurunan. per jam.
7. Istirahat 1 jam untuk observasi,
dan 1 jam pada multipara.
kecuali bila keadaan mengharuskan
untuk segera bertindak.
SILABUS PROGRAM PENDIDIKAN D III KEBIDANAN
PRODI KEBIDANAN BENGKULU
C. Standar Kompetensi
Mahasiswa memahami dan dapat memberikan pertolongan pertama pada
kegawatdaruratan maternal neonatal sesuai dengan wewenang dan standar
kebidanan
D. Kompetensi Dasar
1. Memahami konsep kegawatdaruratan maternal neonatal
2. Memahami prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
3. Memahami kondisi maternal neonatal yang beresiko kegawatdaruratan
4. Memberikan asuhan kebidanan pada kasus kegawatdaruratan maternal
neonatal sesuai prosedur dan wewenang
5. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada kasus
kegawatdaruratan maternal neonatal
E. Evaluasi
Mekanisme Penilaian Ketentuan Lain
UTS : 10%
UAS : 10%
Soft Skills : 10% Tugas dikumpul maksimal 1 minggu
Seminar & Tugas : 5% setelah diberikan tugas
Kehadiran : 5%
Praktek : 60%
F. Sumber Kepustakaan
1. Helen Varney (1997), varney midwifery, Jones and Bartlett Pub
2. Jhonson Ruth (2006). Skill for midwifery Practice. Churchill Livingstone
3. Drew David. (2002). Resucitation of the newborn, A practical approach.
Butterword Heineman
4. Arias Fernando. (1984). Practical Guide to high risk pregnancy and
deliver. Mosby year book
5. Frader Diana. (2001). Profesional studies for profesional practices.
Churchill Livingstone
6. Depkes. (1995). Pedoman penanganan kegawatdaruratan Obstetri dan
Neonatal.
7. Depkes. (2005). Pedoman manajemen pelayanan obstetri neonatal
emergensi komprehensif 24 jam di tingkat kabupaten/ kota.
8. Obstetri dan ginekologi: panduan praktek: practice guideline for obstetri
and gynecology
9. Sastrawinata Sulaeman. (2005). Obstetri patologi: Ilmu kesehatan
reproduksi edisi 2: ECG
10. Fasher MD. (2003). Myles textbook for midwives, churcill livingstone
11. Winkjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan. YBPSP
12. H. Wilson, H. (2002). Clinical risk management in midwifery: the right to
the perfect baby. Book for midwives.
13. Jonshon ruth. (2006). Skill for midwifery practice. Churcill livingstone
14. (1993). Manajemen of Obstetri and Neonatal Emergencies
in Community Health Center/ INCAP PAHO. Mothercare
15. Woodward Vivin. (2005). Managing of obstetri and neonatal emergencies
community setting. Plagrade Mac Milan.
16. Eliza Glibert. (2003). Manual of Highrisk Pregnancy and delivery, mosby
17. Sumber lain yang mendukung
UTS
8 Kegawatdaruratan pada CTJ Mampu
neonatal Diskusi menjelaskan teori
1. Deteksi dini Penugasa yang
terhadap komplikasi n berhubungan
dan kelainan pada dengan
neonatal kegawatdaruratan
2. Asfiksia neonatorum pada neonatal
3. RDS
4. Hypoglikemia
5. Tetanus neonatorum
6. Hyperbilirubin
7. Diare
8. Kejang demam
9. Bayi lahir dengan
HIV
10. BBLR
11. Hypotermia
12. Sepsis neonatorum
13. Bayi lahir dengan
sifilis kongenital
9 Mampu memberikan Asuhan CTJ Mampu
penanganan kegawatdaruratan pada Diskusi menjelaskan teori
kegawatdaruratan bumil TM I Penugasa yang
sesuai dengan - Abortus n berhubungan
kewenangannya - KEK dengan
- Melakukan - Mola hidatidosa kegawatdaruratan
penilaian kondisi - HEG pada ibu hamil
klien Asuhan
- Menentukan kegawatdaruratan pada
keputusan klinis bumil TM II
- Melakukan - Kehamilan dengan
penanganan hipertensi esensial
kegawatdaruratan - Hipertensi karena
- Melakukan kehamilan
kolaborasi dan - Preeklamsia
rujukan pada - Eklamsia
kasus di luar Asuhan
kewenangannya kegawatdaruratan pada
- Melakukan bumil TM III
evaluasi - Solusio plasenta
kegawatdaruratan - Plasenta previa
- Melakukan - Insertio velamentosa
pendokumentasian - Ruptus sinus
marginalis
- Plasenta sirkum valata
- Versi luar
- Prematur
- Postmatur
- IUGR
- IUFD
10 Mampu memberikan Kegawatdaruratan pada CTJ Mampu
penanganan ibu bersalin Diskusi menjelaskan teori
kegawatdaruratan - Deteksi dini terhadap Penugasa yang
sesuai dengan komplikasi dari n berhubungan
kewenangannya kelainan pada ibu dengan
- Melakukan bersalin kegawatdaruratan
penilaian kondisi - Polihidramnion pada ibu bersalin
klien KPSW
- Menentukan - Kala I
keputusan klinis Partus lama
- Melakukan Rupture uteri
penanganan Tali pusat
kegawatdaruratan menumbung
- Melakukan Distosia karena
kolaborasi dan kelainan presentasi
rujukan pada dan posisi (puncak
kasus di luar kepala, dahi,
kewenangannya muka, persisten
- Melakukan oksipito posterior)
evaluasi Distosia krena
kegawatdaruratan kelainan tenaga/
- Melakukan HIS: hipotonik, his
pendokumentasian tidak terkoordinasi
Distosia karena
kelainan alat
kandungan vulva,
vagina, uterus,
serviks
Distosia karena
kelainan jalan
lahir: bayi besar,
hidrocefalus,
anencefalus
11 Mampu memberikan Kala II CTJ Mampu
penanganan - Kala II lama Diskusi menjelaskan teori
kegawatdaruratan - Kala II memanjang Penugasa yang
sesuai dengan - Distosia bahu n berhubungan
kewenangannya - Vakum dan manual dengan
- Melakukan - Letak sungsang kegawatdaruratan
penilaian kondisi - Brach dan manual aid pada ibu bersalin
klien - Ekstraksi bokong dan
- Menentukan ekstraksi kaki
keputusan klinis
- Melakukan
penanganan
kegawatdaruratan
- Melakukan
kolaborasi dan
rujukan pada
kasus di luar
kewenangannya
- Melakukan
evaluasi
kegawatdaruratan
- Melakukan
pendokumentasian
12 Mampu memberikan Kala III CTJ Mampu
penanganan - Retensio plasenta Diskusi menjelaskan teori
kegawatdaruratan - Emboli air ketuban Penugasa yang
sesuai dengan - Inversio uteri n berhubungan
kewenangannya dengan
- Melakukan Kala IV kegawatdaruratan
penilaian kondisi - HPP pada ibu bersalin
klien - Atonia uteri
- Menentukan - Robekan jalan lahir
keputusan klinis - Syok
- Melakukan
penanganan
kegawatdaruratan
- Melakukan
kolaborasi dan
rujukan pada
kasus di luar
kewenangannya
- Melakukan
evaluasi
kegawatdaruratan
- Melakukan
pendokumentasian
13 Mampu memberikan Kegawatdaruratan ibu CTJ Mampu
penanganan nifas Diskusi menjelaskan teori
kegawatdaruratan Deteksi dini terhadap Penugasa yang
sesuai dengan komplikasi dan kelainan n berhubungan
kewenangannya pada ibu nifas dengan
- Melakukan - Nifas 2 jam kegawatdaruratan
penilaian kondisi Perdarahan primer pada ibu nifas
klien Eklamsia
- Menentukan postpartum
keputusan klinis - Nifas 6 jam
- Melakukan Perdarahan
penanganan sekunder
kegawatdaruratan Retensio urine
- Melakukan - Nifas 2 hari
kolaborasi dan Infeksi postpartum
rujukan pada Bendungan
kasus di luar payudara
kewenangannya
- Melakukan
evaluasi
kegawatdaruratan
- Melakukan
pendokumentasian
14 Mampu memberikan - Nifas 6 hari CTJ Mampu
penanganan Infeksi luka Diskusi menjelaskan teori
kegawatdaruratan perineum Penugasa yang
sesuai dengan Thrombofle bities n berhubungan
kewenangannya Endometritis dengan
- Melakukan Peritonitis kegawatdaruratan
penilaian kondisi Infeksi luka pada ibu nifas
klien operasi
- Menentukan - Nifas 2 Minggu
keputusan klinis Infeksi payudara
- Melakukan Mastitis
penanganan - Nifas 6 Minggu
kegawatdaruratan Bufas psikologi
- Melakukan - Depresi
kolaborasi dan postpartum
rujukan pada - Postpartum blues
kasus di luar - Postpartum
kewenangannya psikosa
- Melakukan Abses pelvic
evaluasi
kegawatdaruratan
- Melakukan
pendokumentasian
UAS
BERITA ACARA BIMBINGAN
Paraf
No Tanggal Materi Keterangan
Pembimbing