Anda di halaman 1dari 57

TUGAS PENDIDIKAN KARAKTER DAN MORAL PANCASILA

“LAPORAN PENELITIAN MODEL PENGEMBANGAN


KARAKTER DI MAN 2 SAMARINDA”

Nama Kelompok:

Odilian Syah : 1705055043

Herianur : 1705055047

Rani Anggara Putri : 1705055045

Silvia Suherman : 1705055044

Randa setianoor : 1705055046

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, karunia, taufik dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “LAPORAN

PENELITIAN MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER DI MAN 2 SAMARINDA”.

Saya sangat berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan terutama tentang

implementasi penguatan pendidikan karakter berbasis kelas. Saya juga menyadari sepenuhnya

bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,

kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di

masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun.

Semoga makalah ini bermanfaat dan bisa menjadi wawasan. Sebelumnya saya mohon

maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran

yang membangun demi perbaikan di masa depan.


DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Program Pengembangan Karakter (PPK)...................................... 7
2.2 Implementasi PPL Berbasis Kelas bagi Siswa……………......... 10
2.2.1 Nilai Religi.................................................................................. 10
2.2.2 Nilai Nasionalis........................................................................... 12
2.2.3 Nilai Mandiri............................................................................... 12
2.2.4 Nilai Gotong Royong.................................................................. 13
2.2.5 Nilai Integritas............................................................................ 14

BAB III HASIL PENELITIAN…………………………………….


BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 15
3.2 Kritik dan Saran............................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16

BAB I

PENDAHULUAN

           Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017, Penguatan

Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah

tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi

olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental

(GNRM).

           Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan yang tujuan

utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kala

dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional

Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih

baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas. Nilai-

nilai ini ingin ditanamkan dan dipraktikkan melalui sistem pendidikan nasional agar diketahui,

dipahami, dan diterapkan di seluruh sendi kehidupan di sekolah dan di masyarakat.  PPK lahir

karena kesadaran akan tantangan ke depan yang semakin kompleks dan tidak pasti, namun

sekaligus melihat ada banyak harapan  bagi masa depan bangsa. Hal ini menuntut lembaga

pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara keilmuan dan kepribadian, berupa

individu-individu yang kokoh dalam nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan. Memahami latar

belakang, urgensi, dan konsep dasar PPK menjadi sangat penting bagi kepala sekolah agar dapat

menerapkannya sesuai dengan konteks pendidikan di daerah masing-masing (Koesoema, et al.

2017).

           Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain merupakan kelanjutan dan

kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 juga merupakan

bagian integral Nawacita. Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan

Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan yang hendak mendorong seluruh pemangku

kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir dan cara

bertindak, dalam mengelola sekolah. Untuk itu, gerakan PPK menempatkan nilai karakter

sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku
pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang

perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang

dimaksud adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Gerakan PPK

dikembangkan dan dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip nilai-nilai moral

universal, holistik, terintegritas, parsitipatif, kearifan lokal, kecakapan abad XXI, adil dan

inklusif, selaras dengan perkembangan peserta didik dan terukur (Hendrawan, et al. 2017).

           Tujuan program PPK adalah menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter bangsa secara

masif dan efektif melalui implementasi nilai-nilai utama Gerakan Nasional Revolusi Mental

(religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong dan integritas) yang akan menjadi fokus

pembelajaran, pembiasaan, dan pembudayaan, sehingga pendidikan karakter bangsa sungguh

dapat mengubah perilaku, cara berpikir dan cara bertindak seluruh bangsa Indonesia menjadi

lebih baik dan berintegritas (Koesoema, et al. 2017).

           Pembelajaran adalah wahana yang dirancang oleh pendidik secara sadar untuk mencapai

tujuan pendidikan. Pembelajaran terwujudkan dalam interaksi belajar-mengajar yang dinamis

dan diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu perubahan perilaku dan pribadi peserta didik

yang optimal. Perubahan yang terjadi pada peserta didik itu ditampilkan dalam karakter, sebagai

perilaku yang dilandasi nilai-nilai kehidupan yang sangat  luhur. (Koesoema, et al. 2017).

           Setiap proses pembelajaran melibatkan mata pelajaran tertentu atau tema yang sedang

dilaksanakan, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta pengelolaan kelas. Dalam

rangkaian penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas guru memiliki kesempatan leluasa

untuk mengembangkan karakter siswa. Guru dapat memilih bagian dari mata pelajarannya atau

tema pelajaran untuk diintegrasikan dengan pengembangan karakter siswa. Metode belajar yang

dipilihpun dapat menjadi media pengembangan karakter. Ketika mengelola kelas guru
berkesempatan untuk mengembangkan karakter melalui tindakan dan tutur katanya selama

proses pembelajaran berlangsung. (Koesoema, et al. 2017).

               Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada

dan mantap dimiliki oleh sekolah, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan

masyarakat/ komunitas (Albertus, 2015). Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis kelas

meliputi mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata

pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran, memperkuat

manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi pengajaran, mengembangkan muatan lokal

sesuai dengan kebutuhan daerah. (Koesoema, et al. 2017).

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Program Pengembangan Karakter (PPK)

           Setiap bangsa memiliki sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional masing-masing

bangsa berdasarkan pada dan dijiwai oleh kebudayaannya. Sistem pendidikan nasional Indonesia

disusun berdasarkan kepada kebudayaan bangsa dan berdasar pada Pancasila dan UUD 1945

sebagai kristalisasi nilai-nilai hidup bangsa Indonesia. Pendidikan karakter merupakan salah satu
fragmen dari sistem pendidikan Indonesia yang semuanya bermuara pada tercapainya kemajuan

bangsa Indonesia

           Pengembangan Pendidikan Karakter atau yang selanjutnya disingkat dengan PPK adalah

keberlanjutan dari program Pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan khususnya, yang

sebelumnya merupakan Pendidikan Karakter Bangsa. Pendidikan karakter sejatinya telah dimulai

pengembangan serta implementasinya sejak tahun 2010 sudah melahirkan sekolah-sekolah

rintisan yang mampu melaksanakan pembentukan karakter secara kontekstual sesuai dengan

potensi lingkungan setempat. Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah di harapkan mampu dan

dapat memperkuat bakat, potensi dan talenta dari seluruh peserta didik.

           Pendidikan yang saat ini melewatkan dan mengabaikan beberapa dimensi penting dalam

pendidikan yaitu olah raga (kinestetik), olah rasa (seni) dan olah hati (etik/spiritual) (Effendy,

2016). Yang kita kembangkan selama ini adalah dimensi akademis, bagaimana cara memperoleh

nilai dan kognitive yang baik. Sistem yang sedemikian ini menjadikan peserta didik buta akan

nilai dan rasa akan sikap sosial dan etika. Persoalan semacam ini sering sekali ditemukan pada

lingkungan kota, dimana lingkungan sosial budaya peserta didik jauh dari sikap simpati dan

empati satu sama lain. Sikap indivdualis dan egois mengebiri norma-normal yang harusnya

ditegakkan sebagai hakitat dari manusia sebagai makhluk sosial.

Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 mengeluarkan Rencana Aksi

Nasional (RAN) Pendiikan Karakter untuk mengembangkan rintisan di sekolah-sekolah seluruh

Indonesia dengan delapan belas karakter (Effendy, 2016).

           Dalam pelaksanaannya banyak satuan pendidikan yang telah melaksanakan praktik baik

(best practice) dalam penerapan pendidikan karakter. Dampak dari penerapan ini adalah terjadi

perubahan pembelajaran sehingga prestasi mereka pun juga meningkat. Kemendikbud pada
tanggal 16 September 2016 mengemukakan bahwa, sebagian besar sekolah yang diundang

sdalam diskusi Praktik Baik Sekolah Pelaksana Penguatan Pendidikan Karakter melakukan

pembiasaan dengan penumbuhan dan pembudayaan nilai-nilai karakter yaitu yang disepakati

oleh masing-masing sekolah. Kerja sama dan komitmen dari kepala sekolah, guru dan orang tua

umumnya menjadi faktor kunci keberhasilan pelaksanaan pendidikan kkarakter di masing-

masing sekolah tersebut.

           Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu

dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK (Hendrawan, 2016). Kelima nilai utama karakter

bangsa yang dimaksud adalah sebagai beikut:

1.    Religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha

Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan agama dan kepercayaan yang dianut,

menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan

ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan

individu dengan Tuhan, individu dengan sesama dan individu dengan alam semesta

(lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencitai dan menjaga

keutuhan ciptaan.

Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama

dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan

kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih

2.    Nasionalis

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa,

lingkungan fisik, sosial dan budaya, ekonomi dan politik bangsa, menmepatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan

bangsa, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat

hukum, disiplin, menghormati keberagaman budaya, suku dan agama.

3.    Mandiri

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang

lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisaiskan harapan,

mimpi dan cita-cita.

Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya

juang, profesional, kreatif, keberanian dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

4.    Gotong Royong

Nilai karakter goyong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja

sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan

persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.

Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen

atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti

diskriminasi, anti kekerasan dan sikap kerelawanan.

5.      Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam

perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai

kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung

jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi

tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.

Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen

moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, dan menghargai martabat

individu (terutama penyandang disabilitas).

2.2 Implementasi PPK Berbasis Kelas Bagi Siswa Sekolah Menengah Atas

Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada dan

mantab dimiliki oleh sekolah, yaitu salah satunya pendidikan karakter berbasis kelas (Albertus,

2015). PPK berbasis kelas difokuskan ke dalam tiga hal, antara lain:

a.       Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam

mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran

b.      Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi dan evaluasi pengajaran

c.       Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah

2.2.1 Nilai Religi

Implementasi PPK berbasis kelas pada siswa sekolah dasar dapat berupa

pengintepretasian dalam progran pengembangan diri,  pengintegrasian dalam mata

pelajaran, pengintegrasian dalam budaya sekolah. Pengintegrasian dalam pengembangan

diri dibedakan menjadi kegiatan rutin, dimana implementasi nilai religi dapat berupa

berdoa di awal proses belajar mengajar, sholat dzuhur berjamaah dan hafalan surat

pendek serta asmaul husna, bagi yang beragama Islam. Kegiatan berdoa menjadi kegiatan
rutin bagi siswa sekolah dasar, aktivitas ini sekaligus mengamalkan Pancasila sila ke satu

yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam pengembangan diri dapat pula melalui kegiatan spontan, Agus Wibowo

(2012) dalam Utami (2014) mengungkapkan bahwa kegiatan spontan yaitu kegiatan yang

dilakukan spontan ketika siswa melakukan hal yang kurang baik dengan cara

memperingati atau meluruskan hal tersebut dan memberikan penhargaan kepada siswa

yang melakukan hal yang baik untuk memotivasi siswa agar mempertahankan perbuatan

tersebut dan termotivasi siswa agar mempertahankan perbuatan tersebut dan termotivasi

untuk melakukan hal yang lebih baik lagi. Kegiatan spontan dilakukan dengan mengajak

siswa untuk melakukan ibadah, mengingatkan siswa untuk tidak lupa membawa

perlengkapan ibadah, mendoakan teman yang sedang sakit dan menghagai pendapat

orang lain tanpa memandang siapapun itu serta membiasakan memberikan pujian kepada

siswa.

Pengintegrasian dalam mata pelajaran bertujuan untuk memperkenalkan nilai-nilai

pendidikan karakter pada siswa sehingga mereka menyadari akan pentingnya nilai-nilai

tersebut dan menginternalisasikan nilai-nilai ke dalam tingkah laku siswa sehari-hari

melalui proses pembelajaran. Pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran

dapat dilihat dari silabus dan RPP yang digunakan guru sebagai pedoman dalam mengajar

(Utami, 2014). Ketika mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, nilai religius muncul ketika

guru mengajarkan materi lingkungan yaitu semua yang ada dilingkungan adalah ciptaan-

Nya dan wajib untuk dijaga yang berarti terintegrasi dengan nilai cinta lingkungan. Mata

pelajaran ilmu pengetahuan sosial pada materi tugastugas keluarga, nilai religius muncul

ketika guru mengatakan bahwa siswa harus menghormati kedua orang tua karena doa
orang tua adalah doa yang diijabah oleh Allah SWT, selain itu nilai religius juga

terintegrasi dengan nilai toling menolong dan saling menyanyangi sesama saudara dengan

membantu tugas keluarga

Kemendiknas (2010) dalam Utami (2014) menyatakan bahwa elaksanaan nilai-

nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam budaya sekolah  mencakup

kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi

ketika berkomunikasi dengan siswa dan  menggunakan fasilitas sekolah.

2.2.2 Nilai Nasionalis

            Implementasi PPK berbasis kelas  pada pengembangan nilai-nilai nasionalis dapat berupa

pembiasaan menyanyikan lagu Indonesia Raya di awal proses belajar mengajar, menyanyikan

lagu daerah di akhir proses belajar mengajar dan juga penanaman nilai nasionalis melalui

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Melalui kegiatan ini siswa diharapkan memiliki jika

nasionalis yang tinggi dan cinta akan tanah air. Nasionalisme adalah suatu paham atau ajaran

untuk mencintai bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan/warga negara yang secara

potensial bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas,

kemakmuran dan kekuatan bangsanya. Nasionalisme merupakan suatu paham yang

mengutamakan persatuan dan kebebasan bangsa. Nasionalisme memuat beberapa prinsip yaitu:

kesatuan, kebebasan, kesamaan, kepribadian, dan prestasi. Dengan demikian jiwa nasionalisme

pada sswa atau peserta didik dapat tertanamkan sejak dini.

2.2.3 Nilai Mandiri

            Kemandirian siswa menjadi salah satu kunci pokok peberhasilan Program
Pengembangan Karakter. Siswa sekolah darah pada rentang usia 5-12 tahun merupakan

usia ideal dalam rangka mempengaruhi agar setiap siswa mempunyai sikap dan nilai

kemandirian. Mandiri diartikan dapat menyelesaikan persoalan yang didahapi dengan

bijak sesuai dengan ranah usianya. Di dalam kelas, kegiatan yang dapat menunjang

pengembangan nilai ini adalah pemberian opsi atau pilihan kepada siswa, bisa merupakan

tugas akademis maupun yang bersifat nonakademis. Pilihan merupakan sesuatu yang

harus dipilih dan juga harus diterima setiap konsekuensi yang ditimbulkannya.

            Pada anak usia dini, kemandirian dapat juga diimplementasikan ketika awal

masuk sekolah dasar, setiap siswa harus berpisah dengan orang tua kandung dan

memberikan ruang kepada guru sebagai orang tua di sekolah. Guru selain sebagai

pendidik, juga berperan sebagai orang tua di sekolah. Dalam konteks ini, diharapkan

setiap guru mampu mampu melakukan pendekatan secara intensif kepada seluruh peserta

didiknya.

2.2.4 Nilai Gotong Royong

            Nilai gotong royong dapat diartikan sebagai bagaimana siswa dapat bekerja sama,

bahu membahu di dalam kelas. Prinsip gotong royong merupakan salah satu ciri khas atau

karakteristik dari bangsa Indonesia. Hal lain yang mendukung keberterimaan perilaku

gotong royong juga dapat dinyatakan pada pancasila yaitu sila ke- 3 “Persatuan Indonesia

“. Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja bersama-

sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Sikap Gotong Royong pada siswa

harus ditanamkan lebih dini (Djamari, 2016).


            Implementasi gotong royong dapat berupa kegiatan bersih-bersih kelas, kegiatan

ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap kerja sama yang baik antar siswa dan sikap

gotong royong.

2.2.5 Nilai Integritas

            Integritas secara rinci dapat dijelaskan sebagai upaya siswa agar selalu dianggap

bertanggung jawab dan selalu dipercaya baik melalui perkataan maupun

perbuatan. Sumaatmadja, (2005) menjelaskan bahwa pada prinsipnya anak sebagai

individu dan calon anggota masyarakat merupakan potensi yang berkembang dan dapat

dikembangkan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap individu memiliki empat dasar

mental yaitu meliputi dorongan ingin tahu (sense of curiosity), minat (sense of interest),

dorongan ingin melihat (sense of reality), dorongan menemukan sendiri hal-hal dan

gejala-gejala dalam kehidupan (sense of discovery). Dasar mental tadi merupakan modal

yang sangat berharga bagi pelaksanaan dan penyelenggaran pendidikan. Oleh karena itu,

harus dipupuk dan dikembangkan secara positif bagi kepentingan anak sendiri.

Selanjutnya sebagai anggota masyarakat, dasar mental yang dimiliki harus dibina ke arah

tanggungjawab anak tersebut sebagai insan sosial. Kewajaran kehidupan mereka dapat

dikatakan normal, bila dasar mental mereka serasi dengan kondisi dan situasi kehidupan

sosialnya.

            Implementasi nilai integritas dapat ditunjukkan pada kegiatan piket harian yang

telah dijadwalkan dan disusun sedemikian rupa, di dalamnya syarat akan nilai tanggung

jawab dan juga kesadaran antar individu satu dengan yang lainya dalam  satu kelompok
piket. Lingkup yang lebih besar dapat dilihat pada ketepatan siswa dalam mengumpulkan

tugas sesuai dengan deadline yang disepakati di dalam forum kelas. Hal ini menunjukkan

adanya rasa tanggung jawab siswa pada tugas yang diberikan sebagai seorang siswa.

BAB III

HASIL PENELITIAN

2.1  Paparan Data

Nama Sekolah                   : MAN 2 SAMARINDA

Alamat Sekolah                 : Jl. Harmonika No.98, Sungai Pinang Luar, Kec. Samarinda Kota

2.2  Visi Misi dan Tujuan Sekolah

2.2.1 VISI:

Menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas dan integritas iman, ilmu dan
amal dalam bingkai ajaran islam.

2.2.2 MISI:

1. Melaksanakan program yang jelas, terinci, sistematik, transparan dan dikelola secara

profesional serta dapat dipertanggung jawabkan.

2. Menyediakan tenaga edukatif dan administratif yang berkualitas.

3. Menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.

4. Menerapkan metode pembelajaran yang inovatif melalui penerapan kurikulum yang

fleksibel dan bernuansa islami.

5. Membangun kerjasama yang kondusif denngan pihak-pihak yang terkait dalam

penyelenggaraan pendidikan.

6. Menyelenggarakan kegiatan ektrakurikuler dalam wadah “student Day”

7. Membekali keterampilan bagi siswa yang tidak melanjutkan kuliah.

8. Memberikan bimbingan dan pelayanan keagamaan.

9. Melakasanakan bimbingan akademis yang intensif bagi siswa yang dipersiapkan ke

Perguruan Tinggi.

10. Menyelenggarakan kelas unggulan secara bertahap dan terprogram

2.2.3 Tujuan Sekolah

MAN 2 SAMARINDA di dirikan dengan tujuan mempersiapkan lulusan yang memiliki

kompetensi tinggi yang diwujudkan dengan pencapaian nilai UN terbaik, mencetak lulusan yang

unggul dalam kompetisi  penjaringan Perguruan Tinggi Nasional dan Internasional.

2.3  Praktik Baik yang di Lakukan Sekolah (Best Practice)

Praktik Baik (Best Practices) yang dilakukan

         IHT merupakan kegiatan yang diikuti kepala sekolah dan para guru Man 2 Samarinda
untuk membahas Kurikulum 2013 yang menuntut para guru untuk dapat merancang dan

melaksanakan pembelajaran yang berbasis proyek, pemecahan masalah, dan pendekatan

ilmiah. Ketiga basis atau dasar tersebut menuntut guru untuk dapat mendorong siswa

untuk berani mengungkapkan pemikirannya, bekerja sama dengan orang lain, dan terlibat

dalam pemecahan masalah lingkungannya. IHT yang diikuti seluruh guru ini

dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan kesiapan dan kemampuan guru dalam

melaksanakan Kurikulum 2013. Kegiatan dibagi dalam dua bagian, sebelum dan sesudah

tes Ulangan Akhir Semester. Adapun pembiayaan kegiatan ini bersumber dari Bantuan

Sosial Pengimbasan Kurikulum 2013 yang dikucurkan oleh Pemerintah Pusat

         Ekstrakurikuler antara lain : KIR, MARCHING BAND, MPK, NASYID NASYIDAH,

PRAMUKA, PMR DAN KKR, SILAT, VOLLY, BULUTANGKIS, FUTSAL DAI

DAIYAH JHQ, JURNALISTIK, KALIGRAFI, BASKET, BIVO.

2.4  Kurikulum yang diterapkan dan Prinsip-prinsip Pengembangannya

Kurikulum yang diterapkan di sekolah yang kami amati menerapkan 1 kurikulum, yaitu

Kurikulum 2013 untuk siswa kelas X, XI dan XII. Di sekolah ini pengembangan kurikulum

sangat memperhatikan aspek sikap, spiritual, sosial, kompetensi pengetahuan dan kompetensi

keterampilan.

2.5  Keadaan Fisik Sekolah

1.     Luas tanah                   : 1.500 m2

2.     Jumlah Ruang Kelas   : 18

3.     Ukuran Ruang Kelas   : 50 m2

4.     Bangunan lain yang ada


a.       Perpustakaan                   1           

b.      Ruang guru                     2              

c.        Tempat beribadah          1         

d.        Tata usaha                     1             

5.     Lapangan Olah Raga (jenis ukuran)

Terdapat 2 jenis lapangan olahraga dengan . Adapun jenis lapangannya yaitu lapangan

basket.

2.6  Keadaan Lingkungan Sekolah

1.      Jenis bangunan yang mengelilingi sekolah :

Jenis bangunan yang mengelilingi sekolah adalah perumahan dan perkantoran.

3.      Lingkungan masyarakat sekolah

Penjelasan lingkungan masyarakat sekolah, yang meliputi antara lain :

Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di lingkungan sekolah,  sosial  dan ekonomi

orang tua siswa, jangkauan transportasi yang diperlukan oleh para siswa, dan sebagainya.

Masyarakat di lingkungan sekitar sekolah beragam. Ada yang bekerja sebagai pegawai

negeri, pegawai swasta, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan orang tua siswa.

Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di lingkungan sekolah mayoritas menengah

keatas terbukti banyak siswa yang berangkat sekolah menggunakan kendaraan sendiri

dan ada juga yang diantar menggunakan mobil pribadinya.

2.7. Fasilitas Sekolah


1.    Perpustakaan               :

a) Jumlah ruang perpustakaan =        1 ruang perpustakaan

b) Luas minimum =       1,5 x ruang kelas

                              =       1,5 x 80 m2

                               =       120 m2

c)Luas perpustakaan =        488 m2

2.    Ruang BP                    :

Guna mengefektifkan pembimbingan dan konseling disediakan 3 ruang dengan

luas total 160 m2, yang terbagi atas 1 ruang tamu dan administrasi, serta 2 ruang

pelayanan  konseling.  Semua ruang dilengkapi dengan peralatan standar yang

dibutuhkan, misalnya meja-kursi tamu (1 set) , meja-kursi kerja (7 set), berbagai

instrumen konseling, buku-buku sumber,  komputer (3 set), printer komputer (1

set), dan lain-lain.

3.    Ruang Tata Usaha       :

Ruang tata usaha terletak bersebelahan dengan ruang kepala sekolah, dan

ruangannya bersih,rapi, dan nyaman. 

4.      Ruang UKS :

a.  Jumlah                                      =        1 ruang

b.  Luas ruang konselling              =        100 m2

5.    Toilet :
Man 2 Samarinda dilengkapi dengan toilet dalam jumlah dan kualitas yang cukup.

Toilet disediakan untuk guru dan siswa yang masing-masing dibedakan untuk

laki-laki dan perempuan. Tipa toilet dilengkapi dengan kloset jongkok, bak air,

gantungan baju, dan pengharum ruang. Untuk kebersihan toilet ditunjuk petugas

khusus.

6.    Lain-lain :

Adapun ruang selain yang disebutkan diatas adalah aula, ruang kepala sekolah,

ruang sidang, ruang uks, toilet, kantin dan lain sebagainya.

2.8  Guru dan Karyawan

Jumlah Guru dan karyawan : 60 orang

Jumlah Kelas : 18 ruang

Jumlah Siswa per kelas : 40 siswa

Jumlah siswa seluruhnya : 720 siswa

2.9  Kesiswaan

1.  Kriteria penerimaan siswa baru, Sesuai dengan aturan PPDB (Penerimaan

Peserta Didik Baru) Kota Samarinda

2.      Kegiatan pengembangan siswa / kegiatan ekstrakurikuler

3.      Kegiatan Pramuka, Karya Ilmiah Siswa, dll

Semua kegiatan ekstra kurikuler berjalan sesuai prosedur dan peraturan

yang ada di sekolah. Khusus untuk kegiatan Pramuka yang diadakan setiap hari

jumat sore jam 3 dan wajib diikuti oleh peserta didik kelas X.
2.10  Karakteristik Peserta Didik

1.      Aspek Fisik

Dalam perkembangan fisik, pada usia 15-18 tahun pertumbuhan remaja

cenderung cepat. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan

tangan, tulang kaki, serta otot tubuh berkembang pesat.

Dari segi penampilan saat berada di lingkungan kelas, peserta didik pada

umumnya sudah memakai seragam yang sesuai dengan tata tertib sekolah, yakni

Senin sampai Rabu memakai seragam OSIS (putih - abu-abu), hari kamis

memakai seragam batik, hari Jum’at memakai seragam Muslim, dan hari Sabtu

memakai olahraga dan membawa baju pramuka Institusi siswa (Man 2

Samarinda) dengan memakai sepatu warna hitam setiap hari Senin hingga Jumat

dengan kaos kaki berwarna putih, sedangkan hari Sabtu memakai sepatu bebas

namun dengan kaos kaki yang berwarna hitam, untuk siswa yang mengikuti

pelajaran Olahraga dianjurkan untuk membawa 2 macam sepatu, yakni sepatu

olahraga dan sepatu hitam.

2.      Aspek Intelektual

Pada aspek ini para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam

menyelesaikan masalah-masalah kompleks maupun abstrak. Para remaja tidak

lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi

tersebut serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.

Kemampuan berfikir formal operasionalnya mulai berkembang, dapat berfikir

logis dalam berbagai gagasan, proses berfikir mulai formal dan mulai muncul ide-

ide walaupun terbatas. Bahasa sendirinya mulai berkembang dan mulai tertarik
untuk belajar bahasa asing, sedikit demi sedikit anak mulai menggunakan bahasa

asing dan mampu mengaplikasikannya.

Dalam aspek intelektual ini dapat dibuktikan siswa melalui beberapa

prestasi yang pernah diraih, baik prestasi akademik maupun prestasi non-

akademik. Untuk prestasi akademik yang pernah diraih peserta didik diantaranya 

3.      Aspek  Sosial-emosional

Memiliki keterampilan sosial untuk dapat menyesuaikan diri dengan

kehidupan sehari-hari. Keterampilan-keterampilan tersebut meliputi kemampuan

berkomunikasi dimana peserta didik sudah mampu bagaimana cara

berkomunikasi kepada orang yang lebih tua, sebaya, maupun yang lebih muda

dari mereka, menjalin hubungan dengan orang lain, mendengarkan pendapat atau

keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau

menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku. Mulai suka

bekerja sama dan melibatkan dirinya dalam masyarakat, kemampuan memahami

orang lain sudah mulai berkembang, sifat egoisnya mulai hilang dan timbul

gerakan mandiri, mulai berkembang ke arah remaja yang ditandai dengan adanya

minat peerta didik.

Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan hormon.

Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka

akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba bisa langsung menjadi

sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang

tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri

mereka sendiri daripada pikiran yang realitas saat melakukan sesuatu, mereka
hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.

4.      Aspek Moral

Pada umunya siswa sudah memiliki sopan santun, dan cara yang baik

dalam berkomunikasi dengan orang yang lebih dewasa. Namun ada pula peserta

didik yang memiliki caranya sendiri dalam berkomunikasi sehingga jika dinilai

dari segi pandang orang yang lebih dewasa akan terlihat sedikit tidak sopan.

Hubungan guru antar siswa sudah harmonis, begitupula antar siswa tidak

ada perkelahian. Setiap pagi siswa yg datang wajib berjabat tangan dengan guru

dan bagi siswa yang tidak memakai seragam yang sesuai tata tertib akan dicatat

oleh petugas kesiswaan dan akan diberi sanksi dari pihak sekolah jika melanggar

tata tertib sekolah lebih dari 1000 point akan dikeluarkan

5.      Aspek Spiritual

Kegiatan spiritual peserta didik tergantung pada masing-masing individu.

Sebagian dari mereka ada yang mengikuti kegiatan rohis sebagai tambahan

ektrakurikuler mereka, alasan mereka mengikuti ekstra tersebut ialah untuk

menambah teman, dan mempertebal iman supaya tidak terjerumus ke hal-hal

negatif. Pada hari Jum’at, sholat Jum’at akan diwajibkan jika pada Guru agama

tertentu.

6.      Latar belakang sosial-budaya

Mayoritas latar belakang keluarga peserta didik adalah karyawan swasta,

tetapi ada juga yang berasal dari luar Jawa misalnya dari Sulawesi. Mereka yang

berasal dari luar Jawa biasanya karena perpindahan penduduk/domisili atau


program pemerintah untuk pemerataan, hal ini bisa dicermati berbeda dengan

program bertukaran pelajar.

2.11  Tata Tertib

1.      Untuk Siswa

(Dilampirkan)

2.      Untuk Guru:

Guru bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dan mempunyai tugas

melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien ;

Tugas dan tanggung jawab guru meliputi:

A.    Membuat perangkat program pengajaran:

- AMP;

- Program tahunan

- Program satuan pelajaran

- Program rencana pengajaran

- Program mingguan guru

- LKS

B.    Melaksanakan kegiatan pembelajaran;

C.     Melaksanakan kegiatan penialan proses belajar, ulangan harian,

ulangan umum, ujian akhir

D.    Melaksanakan analisis hasil ulangan harian

E.     Menysusun dan melaksanakan program perbaikan dan penganyaan

F.      Mengisi daftar nilai siswa

G.    Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan)


kepada guru lain dalam proses kegiatan belajar mengajar

H.    Membuat alat pelajaran atau alat peraga

I.       Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni

J.       Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum

K.    Melaksanakan tugas tertentu di sekolah

L.     Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi

tanggung jawabnya

M.   Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa

N.    Menyisih dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pengajaran

O.    Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum

P.      Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan

pangkatnya

3. Guru Bimbingan dan Konseling

Bimbingan konseling membantu kepala sekolah dalam kegiatan sebagai

berikut

1.             Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling

2.             Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah

masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar

3.             Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih

berprestasi dalam kegiatan belajar

4.             Memberikan saran dan pertimbangan kepada lanjutan pendidikan dan

lapangan pekerjaan yang sesuai

5.             Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling


6.             Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling

7.             Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar

8.             Menyususn dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan

konseling

9.             Menyusun laporan pelaksanaa bimbingan dan konseling

4. Kesiswaan

1.             Mengatur prgram dan pelaksanaan bimbingan dan konseling

2.             Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan 7K (keamanan,

kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, dan kerindangan)

3.             Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi

kepramukaan, palang merah remaja (PMR), kelompok ilmiah remaja

(KIR), usaha kesehatan sekolah (UKS), patroli keamanan sekolah

(PKS), paskibra

4.             Mengatur program pesantren kilat

5.             Menyusun dan mengatur pemilihan teladan sekolah

6.             Menyelenggarakan cerdas cermat, olah raga prestasi

7.             Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa

5. Wali Kelas

Wali kelas mebantu kepala sekolah dalam kegiatan sebagai berikut

1.  Pengelolaan kelas

2.  Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi:

- Denah tempat duduk siswa

- Papan absensi siswa


- Daftar piket kelas

- Buku absensi siswa

- Buku kegiatan pembelajaran/buku kelas

- Tatat tertib siswa

3.       Penyusunan pembuatan statistik bulanan siswa

4.       Pengisian daftar kumpulan nilai siswa (Legger)

5.       Pembuatan catatan khusus tentang siswa

6.       Pencatatan mutasi siswa

7.       Pengisian buku laporan penilaian  hasil belajar

8.       Pembagian buku laporan penilaian hasil belajar

6.  Untuk Karyawan :

 Bidang kemanan (Penjaga sekolah/ Satpam)

1.      Mengisi buku catatan kehadiran

2.      Mengantar/memberi petunjuk tamu sekolah

3.      Mengamankan pelaksanaan upacara, PBM, EBTA/EBTANAS, Rapat

4.      Menjaga kebersihan pos jaga

5.      Menjaga ketenangan dan keamanan kampus sekolah siang/malam

6.      Merawat peralatan jaga malam

7.      Melaporkan kejadian secepatnya, bila ada

 Bidang Pertamanan dan Kebun (Tukang Kebun)

1.      Mengusulkan keperluan alat perkebunan

2.      Merencanakan distribusi, jenis dan pemilah tanaman

3.      Memotong rumput
4.      Meniyangi rumput liar

5.      Memelihara dan memangkas tanaman

6.      Memupuk tanaman

7.      Memberantas hama dan penyakit tanaman

8.      Menjaga kebersihan dan keindahan tanaman serta kerindangan

9.      Merawat tanaman dan infrastrukturnya (Pagar, Saluran air)

10.  Merawat dan memperbaiki peralatan kebun

11.  Membuang sampah kebun dan lingkungan sekolah ke tempat sampah

 Pustakawan Sekolah

Pustakawan sekloah membantu membantu kepala sekolah dalam

kegiatan sebagai berikut:

1.        Perencanaan pengadaan buku/ bahan pustaka/ media elektronika

2.             Pengurusan pelayanan perpustakaan

3.             Perencanaan pengembangan perpustakaan

4.             Pemeliharaan dan perbaikan buku/ bahan pustaka/ media

elektronika

5.             Inventaris dan pengadministrasian buku/ bahan pustaka/ meida

elenkronika

6.             Penyimpanan buku perpustakaan/ media elektronika

7.             Menyusun tata tertib perpustakaan

8.             Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara

berkala

 Laboran
Pengelola laboratorium membantu kepala sekolah dalam kegiatan

kegiatan sebagai berikut

1.    Perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorim

2.    Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium

3.    Mengatur penyimpanan dan dafter alat-alat laboratorim

4.    Inventarisasi dan pengadministrasian peminjaman alat-alat

laboratorium

5.    Memelihara dan perbaikan alat-alat laboratorium

6.    Menyusum laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium

 Kepala Tata Usaha

Kepala tata usaha sekolah mempunyai tugas melaksanakan

ketatausahaan sekolah dan bertanggung jawab kepada sekolah dalam kegiatan

sebagai berikut

1.    Penyusunan program kerja tata usaha sekolah

2.    Pengelolaan keuangan sekolah

3.    Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa

4.    Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah

5.    Penyusunan dan penyajian/statistik sekolah

6.    Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah

7.    Mengkoordinasi pelaksanaan 7K

8.    Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan

secara berkala

 Kurikulum
1.      Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan

2.      Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran

3.      Mengatur penyusunan program pengajaran, program satuan pelajaran,

dan persiapan mengajar, penjabaran, dan penyesuaian kurikulum

4.      Mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstea kurikuler

5.      Mengatur pelaksanaan program penilaian kriteria kenaikan kelas

kriteria kelulusan, dan laporan kemajuan belajar siswa, serta

pembagian rapor dan STTB

6.      Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran

7.      Mengatur pemanfaatan lingkungan perbaikan dan pengajaran

8.      Mengatur pengembangan MGMPP dan koordinator mata pelajaran

9.      Mengatur mutasi siswa

10.  Melakukan supervisi administrasi dan akademis

11.  Menyusun laporan

2.12 Pelaksanaan Penelitian (Wawancara)

          Di bawah ini cantumkan nama narasumber, tanggal dan tempat penelitian:

Nama sumber  : Hajat Padu M.Pd

Jabatan             : Pembina Osis

Hari/Tanggal : Senin, 11 November 2019

          Pukul : 13.00 s/d 15.00

          Tempat : Man 2 Samarinda         

Adapan pelaksanaannya sebagai berikut:


a. Menyusun kisi-kisi wawancara sesuai tujuan penelitian.

b. Menyusun daftar pertanyaan yang akan menjadi pedoman dalam pelaksaan wawncara

c. Melaksanakan wawancara dengan calon korban, orang tua, saudara, teman, dan

tetangga calon korban, sehingga diperoleh data dan informasi yang diperlukan bagi

penelitian.

2.13 Data Hasil Penelitian (Wawancara) tentang Pendidikan Karakter dan Moral

Pancasila

a) Ekstrakurikuler

Penguatan nilai-nilai utama PPK sangat dimungkinkan dilaksanakan melalui

kegiatan ekstrakurikuler (ekskul). Kegiatan ekskul tersebut bertujuan untuk

mengembangkan kepribadian dan bakat peserta didik, sesuai dengan minat dan

kemampuannya masing-masing.

Kegiatan ekskul ada dua jenis, yaitu ekskul wajib (pendidikan kepramukaan) dan

ekskul pilihan (sesuai dengan kegiatan ekskul yang dikembangkan oleh masing-masing

satuan pendidikan).

Semua kegiatan ekskul yang dikembangkan tersebut harus memuat dan

menegaskan nilai-nilai karakter yang dikembangan dalam setiap bentuk kegiatan yang

dilakukan.Meskipun secara implisit kegiatan ekskul sudah mengandung nilai-nilai

karakter, namun tetap harus diungkap secara eksplisit serta direfleksikan dan ditegaskan

kembali di akhir kegiatan, agar peserta didik sadar dan paham.


Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan

oleh satuan pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler, satuan pendidikan melakukan

penguatan kembali nilai-nilai karakter melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul dapat

dilakukan melalui kolaborasi dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang relevan,

seperti PMI, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perdagangan, museum, rumah budaya,

dan lain-lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan.

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain merupakan kelanjutan dan

kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 juga

merupakan bagian integral Nawacita. Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter

Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan yang hendak mendorong seluruh

pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola

pikir dan cara bertindak, dalam mengelola sekolah. Untuk itu, Gerakan PPK

menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan

dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling

berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan

PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Religius

sikap dan prilaku yang taat/ patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dipeluknya,

bersikap toleran, mencintai alam dan selalu menjalin kerukunan hidup anatar sesame.

1) Tuhan = Relasi dengan sang pencipta yaitu beriman dan bertakwa mwnjalankan

perintahnya, disiplin beribadah

2) Harmoni dengan alam= bersih, peduli lingkungan, memanfaatkan lingkungan


dengan baik.

3) Sesama= toleransi, peduli sosial

2. Nasionalisme

Mengapresiasi, menjaga, mengembangkan, kekayaan budaya bangsa sendiri

(kebijaksanaan, keutamaan, tradisi, nilai-nilai,pola pikir, mentalitas, karya budaya)

dan mampu mengapresiasi kekayaan budaya bangsa lain sehingga semakin

memperkuat jati diri bangsa indonesia.

Nilai-nilai karakter Nasionalisme

1) Cinta tanah air

2) Semanagat Kebangsaan

3) Menghargai Kebinekaan

4) Rela berkorban

5) Taat hukum

3. Kemandirian

Sikap percaya pada kemampuan, kekuatan bakat dalam diri sendiri, tidak tergantung

pada orang lain.

Nilai-nilai Karakter Kemandirian

1) Kerja keras (Etos Kerja)

2) Kreatif dan inovatif

3) Disiplin
4) Tahan banting

5) Pembelajar sepanjang hayat

4. Gotong Royong

Kemampuan bekerjasama untuk memperjuangkan kebaikan bersama bagi masyarakat

luas, terutama yang sangat membutuhkan, marginal, dan terabaikan di dalam

masyarakat.

Nilai-nilai Karakter Gotong Royong

1) Kerjasama

2) Solideritas

3) Kekeluargaan

4) Aktif dalam gerakan komunitas

5) Berorentasi pada kemaslahatan bersama

5. Integritas

Menyelaraskan pikiran, perkataan dan perbuataan yang merepresentasikan prilaku

bermoral yang kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan secara rasional

Nilai-nilai Karakter integritas

1) Kejujur

2) Keteladanan

3) Tanggung Jawab

4) Anti koupsi

5) Komitmen moral
6) Cinta pada Kebenaran

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dikembangkan dan dilaksanakan

dengan menggunakan prinsip sebagai berikut:

Prinsip 1 – Nilai-nilai Moral Universal

Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal yang

prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu dari berbagai macam

latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan, sosial, dan budaya.

Prinsip 2 – Holistik

Gerakan PPK dilaksanakansecara holistik, dalam arti pengembangan

fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual

(olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui proses

pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada

pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitas-

komunitas di luar lingkungan pendidikan.

Prinsip 3 – Terintegrasi

Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional terutama

pendidikan dasar dan menengah dikembangkan dan dilaksanakan dengan

memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan berbagai elemen pendidikan,

bukan merupakan program tempelan dan tambahan dalam proses pelaksanaan

pendidikan.
Prinsip 4 – Partisipatif

Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan publik

seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan sebagai pelaksana

Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah,

dan pihak-pihak lain yang terkait dapat menyepakati prioritas nilai-nilai utama

karakter dan kekhasan sekolah yang diperjuangkan dalam Gerakan PPK,

menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan

pembiayaan Gerakan PPK.

Prinsip 5 – Kearifan Lokal

Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal nusantara yang

demikian beragam dan majemuk agar kontekstual dan membumi. Gerakan

PPK harus bisa mengembangkan dan memperkuat kearifan lokal nusantara

agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga dapat memberi indentitas dan

jati diri peserta didik sebagai bangsa Indonesia.

Prinsip 6 – Kecakapan Abad XXI

Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan

oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara lain kecakapan berpikir

kritis (criticalthinking), berpikir kreatif (creativethinking), kecakapan

berkomunikasi (communicationskill), termasuk penguasaan bahasa

internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborativelearning).

Prinsip 7 – Adil dan Inklusif

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip


keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan dan

perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat manusia.

Prinsip 8 - Selaras dengan PerkembanganPeserta Didik

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan

perkembangan peserta didik baik perkembangan biologis, psikologis, maupun

sosial, agar tingkat kecocokan dan keberterimaannya tinggi dan maksimal.

Dalam hubungan ini kebutuhan-kebutuhan perkembangan peserta didik perlu

memperoleh perhatian intensif.

Prinsip 9 – Terukur

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan prinsip

keterukuran agar dapat dimati dan diketahui proses dan hasilnya secara

objektif. Dalam hubungan ini komunitas sekolah mendeskripsikan nilai-nilai

utama karakter yang menjadi prioritas pengembangan di sekolah dalam sebuah

sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif;

mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang

mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah; dan mengerahkan sumber

daya yang dapat disediakan oleh sekolah dan pemangku kepentingan

pendidikan.

Pertanyaan

1. Ekstrakulikuler apa saja yang di terapkan di sekolah ini?


Jawab

Pramuka, Futsal, dan Basket

2. Adakah ekstrakulikuler Pramuka Wajib?

Jawab

Iya wajib, Jadi ekstrakulikuler yang paling terfokus adalah ekstrakulikuler

Pramuka dimna ektrakulikuler Paskibra sering mengikuti perlombaan dan banyak

karakter yang bisa ditanamkan, ekstrakulikuler ini diadakan setiap hari sabtu

diadakan 1 minggu sekali

3. Nama strukuktur kepengurusan ekstrakulikuler Pamuka ?

Jawab

Susunan Kepengurusan Pramuka MAN 2 Samarinda

Penanggung Jawab/Pembina  : Nurhana S.Pd

Pelatih : Herianur

                                               

Sekretaris                 :    Muhammat Yusuf    

Bendahara                   :    Qurota Ayuni

      
4. Data peserta ekskul?

Jawab

Anggota paskibra lascar permata hitam smk cendana ddi samarinda

N NAMA KELAS

O
1 Prio yoso triutomo X
2 Santi X
3 Adita X
4 Sugeng XI
5 Angga XI
6 Azizah XI
7 suryanto XII
8 sopianto XII
9 Eriki XII
10 Muhammat Reza XII
11 Candra XII
12 Putri XII
13 Dani XII
14 Havizul XII
15 Ayu bulan XII
16 Jeje XII
17 Andra XII
18 Muhammat rifki XII
19 Colid XII
20 Dodi al fayet X
21 Mela X
22 Yuyun X
23 Rizky X
24 Delsy X
25 Muhammat Aki X

5. Adakah nilai-nilai karakter yang di tanamkan pada peserta ekskul dan Karakter

seperti apakah yang di tanamkan dalam peserta ekskul tersebut?

Jawab

Iya ada. Pembina Pramuka menanamkan karakter disiplin, nilai religius,


nasionalisme, Kerjasama serta tanggung jawab.

6. Cara menankan nilai–nilai karakternya seperti apa?

Jawab

1. Seperti nilai Religius jika sudah masuk jam sholat maka kegiatan

diberhentikan untuk melaksanakan Sholat Terlebih dahulu, dan sebelum

latihan dimulai siswa diminta untuk berdoa terlebih dahulu dan diakhir latihan

juga diakhiri dengan berdoa. Dan dalam kegiatan penginapan di sekolah diberi

pengantar-pengantar nasihat rohani serta diberi nasihat dari pelatih atau

Pembina untuk peduli dengan temannya meskipun perbedaan suku

penginapan tersebut sebelum mengikuti Perlombaan.

2. Cara menanamkan kedisiplinan yaitu nilai Kemandirian seperti jam latihan

siswa datang harus tepat waktu dan jika telat akan di beri hukuman. Apabila

telat maka harus membuat perjanjian, jika kegiatan mendekati perlombaan

siswa latihan setiap hari sore jam 16.00 sudah dilapanagan dan kegiatan

selesai latihan jam 17.30 atau jam 18.00.

3. Cara menanamkan Kerjasama atau solideritas yaitu nilai Gotong royong,

pelatih dan Pembina mengadakan penginapan disekolah sehari semalam

sebelum acara perlombaaan di selengaraan. kegiataan itu dilakukan untuk

melatih kebersamaan dan solidiritas bahkan kekeluargaan anatar siswa

kemudian dapat memahami karakter anatar siswa dalam ekstrakulikuler

Paskibra tersebut serta siswa dapat melatih siswa untuk kerjasama melakukan
persiapan untuk penginapan mereka.

7. Dengan kegiatan apakah nilai–nilai karakternya di terapkan, berapa lama

kegiatan itu dilakukan?

Jawab

Dalam kegiatan latihan Pramuka, latihan keterampilan baris-berbaris serta

kemah di sekolah sebelum perlombaan tersebut dilaksanakan. Dengan cara

tersebut Pembina dan pelatih menanamkan karakter tersebut.

8. Dan apa yang peserta ekstrakulikuler lakukan dalam menerapkan nilai – nilai

karakter tersebut?

Jawab

1. Nilai Religius; Siswa melaksanakan sholat setiap sebelum latihan dimulai dan

ketika mendengar azan semua kegiatan diberhentikan kemudian sholat

bersama dilanggar sehingga kebiasaan itu terbawa hingga kegiatan sekolah

dan di rumah.

2. Karakter kedisiplinan atau nilai kemandirian, yaitu siswa terbentuk lebih tepat

waktu untuk datang latihan karena jika telat ada perjanjian dan hukuman yang

di kenakan untuk siswa sehingga siswa tersebut jarang telat kemudian itu juga

terbawa hingga kesekolah siswa berangkat tepat waktu dan jika telat akan

menerima hukumannya dari hal tersebut membuat siswa lebih disiplin dalam

sekolah.
3. Penerapan karakter nasionalisme siswa dengan cara menunjukan semangat

kebangsaan atau semngat nasionalisme dengan ikut serta dalam kegiatan

Nilai Gotong royong yakni kerjasama, solideritas dan kekeluargaan yaitu

persaudaraan yang kuat dengan antar siswa dilihat dari ketika latihan dimulai

jam istirahat untuk latihan siswa yang membawa minum memberikan

minumnya kepada siswa yang tidak membawa minum untuk berbagi, dan

tidak hanya minuman ketika mereka berkumpul dan ada slah satu siswa

membawa makanan seperi jajan dimakan dengan bersama sama.

4. Karakter tanggung jawab atau nilai integritas yaitu siswa mengikuti aturan

yang telah dibuat oleh pelatih dan Pembina dengan memakai baju Pramuka

dan topi serta menggunakan sepatu olahraga saat melakukan latihan jika salah

satu anak tidak menggunakan topi maka semua tidak menggunakan topi hal

itu mengajarkan tanggung jawab diri sendiri dan mengingatkan temannya

untuk membawa topi kemudian jika hari jumat tidak memakai baju traning

maka tidak diperbolehkan mengikuti latihan ekstrakulikuler Pakibra.

9. Jika peserta ekskul melakukan kesalahan hukuman apa yang diberikan, apakah

hukuman tersebut bisa membentuk karakter siswa?

Jawab

Hukuman yang diberikan keapada siswa untuk membentu karakter siswa yaitu

Push up,site up dan Lari lapangan sehingga membuat siswa Jarang terlambat

karena ada perjanjian ketika terlambat sehingga siswa dapat disiplin, ketika siswa

terlambat pelatih tidak langsung mengukum akan tetapi melihat alasan yang
diungkapkan terlebih dahulu.

10. Apakah sudah sesuai pembentukan karakter peserta ekskul dengan nilai-nilai

karakter pada buku pedoman ekskul?

Jawabanya

Iya karena pelatih dan Pembina ekstrakulikuler sudah memiliki pengalaman

dalam melatih Pramuka sehingga nilai-nilai yang di tanamkan sudah terlealisasi

dengan baik meskipun ada siswa yang kadang terlambat akan tetapi siswa terebut

diberi hukuman dan perjanjian yang mengakibatkan siswa tersebut tidak

mengulainya lagi.

b) Co-Kulikuler (Pertanyaan-Jawaban)

1. Untuk menunjang pembelajaran PKN kegiatan Co-Kulikuler apa yang sering

dilakukan ?

Jawaban : untuk pembelajaran PKN sendiri belum ada co-kulikuler yang

dilakukan tapi beberapa kali peserta didik dan guru melakukan belajar bersama

diluar kelas seperti di halaman sekolah saja tapi untuk keluar ketempat yang lain

seperti museum dan lain-lain belum ada untuk sekarang. Namun karena sekolah ini

memiliki jurusan otomotif jadi sering dilakukan kunjungan sesuai dengan jurusan

misalnya kebengkel atau tempat lain yang mendukung.

2. Karena adanya belajar diluar kelas seperti dihalaman sekolah. Adakah fasilitas yang

diberikan oleh sekolah atau kepala sekolah ?


Jawaban : karena kami hanya belajar diluar kelas jadi belum ada fasilitas yang

diberikan, jadi hanya alas untuk duduk bersama saja.

3. Dengan adanya belajar diluar kelas. Apa yang diharapkan Bapak dengan dari

peserta didik ?

Jawaban : yang pastinya mereka bisa saling mengenal satu dengan yang lainnya,

terus agar mereka juga bisa saling berkerjasama, karenakan pasti anak-anak harus

mempersiapkan tempat untuk belajar bersama, dan saling berinteraksi, lebih

mandiri juga karena mereka harus mempersiapkan tempat belajar bersama.

4. Adakah pelatihan khusus untuk PPK ?

Jawaban : ada seperti berdoa, (karena sekolah ini berbasis Islam) jadi baca yasin

juga, lalu dilanjutkan dengan kegiatan baca-baca buku dan mulai pembelejaran

sesuai dengan meteri yang dipelajari.

Note : Jadi untuk Man 2 Samarinda sendiri co-kulikulernya belum cukup berjalan

jika dilihat dari pembelejaran PKN, namun untuk kejurusannya sendiri sudah ada

dilakukan, untuk fasilitas yang diberikan mereka belum cukup dapat karena belum

ada kunjungan kelapangan secara langsung jadi fasilitasnya belum diberikan.

Setelah itu untuk pelatihan PPK nya sendiri itu sudah ada dilakukan dan untuk

prateknya dikelas sesuai yang ada, guru melaksanankannya dengan baik, dari

berdoa, baca yasin, baca buku sebelum mulai belajar dan belajar hingga penutup.
c) Pembiasaan

Upaya yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan dalam memperkuat

pendidikan karakter untuk para siswa bisa dilaksanakan melalui kegiatan pembiasaan

yang dilaksanakan di sekolah antara lain :

1. Kegiatan rutin

Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus

dan konsisten setiap saat. Pembiasaan kegiatan rutin berupa kegiatan yang dilakukan

siswa di sekolah seperti yang telah dijadwalkan yaitu: Pembiasaan pada pagi hari

melakukan pembiasaan salim dan salam yang harus dilakukan oleh semua warga

sekolah, pembiasaan kegiatan rutin di kelas yaitu: berdoa, baca yasin, do’a, surat

berdasarkan tingkatannya masing-masing jadi, kelas 1 sampai dengan kelas 3 memiliki

hafalan yang berbeda-beda, kegiatan rutin selanjutnya yaitu melantunkan asmaul

husna, selain itu juga membiasakan atauran-aturan didalam kelas seperti berdo’a

sebelum makan, kemudian sholat dhuha berjamaah sesuai dengan jadwal yang

dijalankan oleh semua warga sekolah. Dalam sholat dhuha dibiasakan untuk siswa

laki-laki secara bergilir menjadi imam bagi teman-temannya, hal ini bertujuan untuk

melatih siswa sejak dini agar percaya diri dan mampu untuk menjadi imam,

melakukan kegiatan literasi seperti pergi ke perpustakaan. Pembiasaan kegiatan rutin

siang hari yaitu melaksanakan kegiatansholat dzuhur berjamaah dan tadarus Al-quran.

Kegiatan rutin lainnya yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus

menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara

besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah,


berdo’a sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila

bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman. Kegiatan ini berjadwal sesuai ketentuan

dari sekolah dan kegiatan ini selalu mendapat bimbingan atau pendampingan dari guru

secara bergantian. Kegiatan terlaksana setiap hari mulai hari Senin hingga Jumat.

2. Kegiatan spontan

Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga, misalnya

mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan

untuk masyarakat ketika terjadi bencana. Pembiasaan bersikap baik atau berperilaku

baik yang dilakukan secara spontan, sehingga sudah tertanam pada dirinya apa yang

harus dilakukan ketika dalam situasi tertentu, seperti membantu apabila teman

kesusahan, saling menegur apabila berbuat salah, dan lain sebagainya. Sehingga apa

yang telah diajarkan tidak hanya sekedar teori saja akan tetapi dengan contoh atau

praktik langsung dari Bapak/Ibu guru. Berikut pembiasaan kegiatan rutinnya yaitu

:Ketika makan dan minum diawali dengan berdo’a, tidak diperbolehkan mengunakan

tangan kiri, tidak diperbolehkan dengan berbicara, dan tidak diperbolehkan dengan

berdiri, memberi salam kepada semua warga sekolah, dan Semua siswa tidak

diperboleh memanggil hanya menggunakan nama saja namun dengan panggilan adek ,

kakak, atau mbak pada adik kelas maupun dengan kakak kelas, terkecuali untuk teman

satu kelas.

Kegiatan ini tidak terjadwal melainkan terlaksana secara spontan di setiap harinya.

3. Pembiasaan Kegiatan Keteladanan


Pembiasaan keteladanan berupa pembiasaan dalam menaati tata tertib sekolah

atau berperilaku teladan seperti ajaran agama islam. Berikut pembiasaan kegiatan

pembiasaan yaitu: Berperilaku tertib dan disiplin, datangan ke sekolah tepat waktu,

berpakaian rapi dan sesuai jadwal. Kegiatan dengan keteladanan, adalah pembiasaan

dalam bentuk perilaku sehari-hari, seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan

santun, rajin membaca, memuji kebaikan atau keberhasilan orang lain, datang

kesekolah dengan tepat waktu, dan lain sebagainya.

4. Kegiatan Terprogram

Kegiatan Terprogram ialah kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap disesuaikan

dengan kalender pendidikan atau jadwal yang telah ditetapkan. Membiasakan kegiatan

ini artinya membiasakan siswa dan personil sekolah aktif dalam melaksanakan

kegiatan sekolah sesuai dengan kemampuan dan bidang masing-masing. Contoh :

Kegiatan Class Meeting pelaksanaannya biasanya dilakukan setelah ujian sekolah

terlaksana selama 1 minggu kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan seperti: baca puisi,

debat, futsal kegiatan selalu dapat dampingan dari guru. Kegiatan memperingati hari-

hari besar nasional, seperti memperingati Maulid nabi yang dilaksanakan di musholla

terdekat dibina oleh guru dan penceramah yaitu uztad, lalu ada peringatan hari

pahlawan, 17 agustus diperingati dengan diadakannya lomba2 untuk mempererat

hubungan antar siswa dan guru dan juga membuat siswa mempunyai jiwa semangat

yang besar, dan menumbuhkan karakter2 yang lainnya.


5. Pengkondisian

Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan

pendidikan karakter, misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman

yang hijau dengan perpohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah

dan di dalam kelas.

Secara nyata untuk menerapkan pendidikan karakter di suatu satuan pendidikan

dapat dilakukan dengan membuat kebijakan sekolah untuk mendukung keberhasilan

pelaksanaan program ini. Antara lain dalam bentuk penghargaan dan pemberdayaan.

Bentuk penghargaan yang diberikan pihak sekolah kepada peserta didik adalah dalam

lomba kebersihan kelas. Penilaian kebersihan dilakukan sekolah setiap minggu, jika

dalam rentang waktu 1 (satu) bulan ada kelas yang mendapatkan “hadiah” berupa alat-

alat kebersihan seperti sapu, kain pel, tempat sampah. Dimana hadiah tersebut

disampaikan pada hari senin setelah dilaksanakannya Upacara Bendera. Adapun

sebagai bentuk Punishment sebagai contoh adalah : pukul 07.15 semua siswa sudah

berada di sekolah dengan toleransi 15 menit. Siswa pulang sesuai dengan jadwal yang

ditentukan. Bagi siswa yang melanggar diberikan sanksi berupa membersihkan

lingkungan sekolah. Kerapian dan kebersihan pakaian, dicek setiap hari oleh guru,

diawali oleh guru jam pertama. Siswa yang tidak berpakaian rapi diminta

merapikannya dan diberitahu cara berpakaian rapi (kriteria rapi itu sendiri ialah baju

dimasukkan, kaos kaki dan sepatu yang ditentukan dan atribut lengkap). Kerapian

rambut dicek setiap hari oleh seluruh guru, panjang ukuran rambut tidak boleh kena
telingan dan kerah baju. Apabila menemukan siswa yang rambutnya tidak sesuai

dengan aturan yang ditetapkan, maka diminta untuk mencukur rambut dan diberi

tenggang waktu tiga hari, sekiranya masih membandel maka rambut yang

bersangkutan akan dipotong oleh guru di sekolah. Memberikan sanksi pada siswa

yang membuang sampah sembarangan, tetapi untuk mendukung kebijakan tersebut

tentu saja pihak sekolah harus menyediakan berbagai sarana untuk mendukung

pengembanaan nilai-nilai Pendidikan Karakter. Sarana yang dimaksud ialah peralatan

kebersihan.

Masih banyak kegiatan pembiasaan yang dapat dilaksanakan pada satuan

pendidikan dalam rangka memperkuat pendidikan karaker para peserta didik. Jika hal

demikian ini sudah menjadi kebiasaan di lingkungan sekolah maka kebiasaan ini juga

akan dilakukan juga ketika mereka berada di dalam rumah atau di dalam hidup

bermasyarakat dan akan memberi andil yang besar bagi terbentuknya kehidupan

masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab.

Kemudian apa yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam mensukseskan

program pendidikan karakter ini. Dalam melaksanakan tugas sebagai guru,

1. Patuhi jadwal KBM. Lebih baik guru-guru menunggu guru yang lambat hadir, yang

biasanya “gaduh”. Agar senantiasa dapat berdisiplin dan senantiasa berkenan pada

para siswa, dan pimpinan usahakan memiliki 5 hal yaitu : jasmani sehat, hati tidak

emosional, otak cerdas kaya ilmu, bergaul tidak kaku, prilaku selalu baik/

berakhlak mulia. Jangan lupa juga perkaya diri dengan : Ilmu Agama (disertai

mengamalkannya), Ilmu Umum dan Teknologi, Seni ( berbusana, berbicara,


bergaul dan berpenampilan).

2. Jadilah guru yang baik (panutan siswa) suka memberi kemudahan dan

menggembirakan. Pantang menjadikan anak didik merasakan kesulitan dan

ketakutan. Penuh kasih sayang terhadap seluruh siswa tanpa pilih kasih.

3. Ikhlas dan jujur dalam menunaikan tugas. Agar pelaksanaan tugas sebagai guru itu

bernilai “ ibadah” dan berdampak baik/ positif terhadap diri maka laksanakan tugas

dengan sepenuh keikhlasan dan kejujuran. Jadikanlah pelaksanaan tugas guru itu

sebagai ibadah.

d) Kurikulum

1. Sejarah Pendirian SMK Cendana DDI Samarinda

Madrasah Aliyah Negeri 2 Samarinda yang saat ini dikenal sebagai salah satu madrasah
unggulan di Kalimantan Timur dengan segudang prestasi akademik maupun non
akademik.
MAN 2 Samarinda memiliki ribuan alumni yang tersebar diberbagai penjuru negeri ini,
memiliki sejarah perjalanan yang panjang.
Madrasah yang berlokasi di Jalan Harmonika No. 98 Samarinda ini dahulunya
merupakan tempat berdirinya sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN)
Samarinda.
Berawal dari berlakunya Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Maka PGAN Samarinda beralih menjadi Madrasah Aliyah (MA)
sebagai lembaga pendidikan setara SMA bercirikan islam yang dikelola oleh Departemen
Agama.
Setahun kemudian terbit Keputusan Menteri Agama Nomor 64 Tahun 1990 tanggal 25
April 1990, tentang Alih Fungsi Pendidikan Guru Agama Negeri Menjadi Madrasah
Aliyah Negeri Samarinda. 
Dengan dasar surat keputusan itu, dijadikan sebagai hari jadi MAN 2 Samarinda yang
saat ini sudah berusia 29 Tahun.
Seiring dengan perjalanan waktu, pada tahun 1998, Terbit Keputusan Dirjen Binbagais
Departemen Agama Nomor : E.IV/PP.06.6/Kep/17.A/98 Tanggal 20 Februari 1998, MAN
2 Samarinda  bertransformasi menjadi Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Samarinda.
Dengan menyandang predikat “Model” diharapkan MAN 2 Model Samarinda
menjadi “Pilot Project” Madrasah yang mampu mencetak lulusan yang unggul dan
memiliki daya saing dengan pendidikan SMA sederajat di Kalimantan Timur.
Kemudian di tahun 2016, melalui Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Islam
Kementerian Agama, Nomor 1293 Tahun 2016, MAN 2 Samarinda ditunjuk sebagai salah
satu dari 10 (sepuluh) madrasah di Indonesia yang menyelenggarakan program unggulan
Kementerian Agama, yaitu sebagai Penyelenggara Program Keagamaan.
Fase panjang dalam kiprahnya, MAN 2 Samarinda sejak PGAN sampai sekarang telah
melewati periodesasi kepemimpinan, sebagai berikut :

KH. Abdul Galib Karim : 1961 - 1964

Drs.H. Abdul Hamid Ahmad : 1964 - 1986

Drs. H. Arsuni. SJ : 1986 - 1998

Drs. Slamet Waris : 1998 - 2002

Drs.H.Muhammad Kusasi,M.Pd : 2002 - 2005

Dr. Suratman, Pd : 2005 - 2013

Drs. Edy Purwandono, M.Pd : 2013 - 2016

Drs. Saharuddin, M.Pd : 2016 - sekarang

Pada tahun 2019 MAN 2 Samarinda merupakan salah satu kandidat sekolah Madrasah
Adiwiyata Tingkat Nasional, dengan ini semakin menegaskan Sinergi Pendidikan Agama
dengan pelestarian lingkungan demi terciptanya lingkungan yang seimbang, hijau, bersih
dan sehat.
.

2. Di sekolah ini menggunakan kurikulum 2006 atau 2013 dan ddampak

perpindahannya

Kita menggunakan kurikulum 2013 dari kelas 10 sampai 12, dengan revisi

yang paling baru. Kesulitan perpindahannya tidak ada lebih kepada kesiapan guru,
system penilaiannya lebih rumit dalam kurikulum 2013, setiap tahap pendidikan

dalam kurikulum 2013 harus dinilai dan diamati secara detail untuk mengamati

perkembangan siswa. Sekarang guru banyak yang kesulitan dalam pengaturan

administrasi keguruan terutama dalam penyusunan RPP, Silabus, Pengisian Nilai

dan sebagainya. Guru sekarang tidak memiliki waktu istirahat dalam satu hari ada

tugas di dalam kelas kadang guru sudah bisa handle tugas sampai malam hari.

3. kurikulum khusus mengenai Pendidikan Karakter

Di MAN 2 Samarinda, tidak ada kurikulum khusus mengenai Pendidikan

Karakter, namun jika kita menggambarkan pendidikan karakter apakah sudah

diterapkan di sekolah ini seperti aspek religious, gotong royong dan sebagainya,

kami rasa sudah melaksanakannya sehari-hari, dalam aktivitas pagi sekolah sudah

ada kegiatan religious seperti sholat dhuha, taklim dan sebagainya. Namun dalam

pelaksanaan aspek karakter gotong royong dan lainnya, guru sudah bisa

melaksanakannya namun masih belum maksimal. Sekolah ini mengikuti standar

nasional pengajaran kurikulum 2013 yang disarankan yaitu metode STAM.

Kendalanya adalah guru belum bisa menyesuaikan dalam metoe baru ini, apalagi

baru saja dikembangkan, sebelumnya saja metode saintifik masih membuat guru

bingung, apalagi ditambah dengan metode baru ini. Apalagi guru yang berusia

tidak muda lagi belum bisa menyesuaikan secara cepat dalam metode baru ini.

Kurangnya kepekaan pengambil kebijakan yang mengakibatkan sulitnya semua

yang berada di lapangan pendidikan seperti guru untuk menyesuaikan kebijakan

pendidikan yang selalu berubah dengan kemampuan guru secara merata dan

meluas di seluruh Indonesia. Banyak siswa yang sebenarnya belum bisa


menyesuaikan kurikulum 2013 yang dimana siswa banyak yang tidak akan lolos

dengan standar yang ketat.

4. Penyediaan Fasilitas PPK

Sekolah belum memiliki fasilitas khusus mengenai PPK, namun dalam

kurikulum dan ko-kurikuler telah dilaksanakan PPK yang ditekankan secara baik

seperti majelis taklim, sholat dhuha dan lainnya, penyediaan secara mental telah

kami lakukan.

5. Hambatan penerapan pendidikan karakter

Kurikulum tidak bisa tersebar secara luas, pelatihan guru pun hanya

kepada beberapa guru saja, dan guru yang mendapat pelatihan dituntut untuk

melatih guru yang tidak mengikuti pelatihan. Guru yang belum bisa

menyesuaikan maka akan menggunakan penerapan KTSP dengan Kurikulum

2013.

6. Perubahan mengenai system kurikulum

Dalam perubahan kami rasa tidak bisa sanggup dalam menjalankan

kurikulum baru yang lebih rumit, sebenarnya RPP tidak tercantum secara spesifik

mencantumkan pendidikan karakter karena beban kerja guru terutama di bagian

administrasi yang sangat membebani pekerjaan guru itu. Kami harap jika

pemerintah terutama mendikbud yang baru bisa membuat inovasi baru mengenai

kebijakan pendidikan seperti penyederhanaan administrasi pendidikan maka kami

sebagai guru akan lebih menerimanya secara positif, guru seharusnya tidak perlu

di bebankan secara adminsitrasi yang tidak efektif dalam mengajar. Kami harap

kurikulum bisa jauh lebih mengakomodasi keinginan dan kesanggupan guru


dalam mengajar dan mendidik siswa.

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan yang tujuan

utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kala

dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional

Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih

baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas.

            PPK berbasis kelas difokuskan ke dalam tiga hal, antara lain:

a.       Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata

pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran

b.      Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi dan evaluasi pengajaran

c.       Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah

Implementasi PPK berbasis kelas pada penerapan nilai religius dapat ditunjukkan pada

kegiatan pondok ramadhan yang mengadakan kajian keislaman, kemandirian melalui keberanian
siswa dalam menghadapi tantangan selama di lingkungan sekolah, nasionalis melalui kegaiatn

belajar mengajar PKn, gotong royong melalui kerja bakti kelas dan integritas melalui

pengumpulan tugas sesuai dengan deadline yang diberikan oleh guru.

3.2 Kritis dan Saran

            Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Pelu diadakan perbaikan yang

progresif demi kesempurnaan makalah ini, dapat berupa sumber yang digunakan, tata bahasa dan

kalimat maupu nstruktur dan format kepenulisannya. Untuk itu diperlukan kritis dan saran yang

membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Robiatul. 2016. Profesionalitas Guru dan Pendidikan Karakter (Kajian Empiris di

SDN Kabupaten Balangan). Lampung: Universitas negeri Lampung Mangkurat

Aulia, L. Rani. 2016. Implementasi Nilai Religius Dalam Pendiidkan Karakter Bagi Peserta

Didik di Sekolah Dasar Juara Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Hendrawan. Saryono, Djoko. Supriyono. 2016. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan

Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Ibrohim. 2017. Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran MIPA. Malang:

Universitas Negeri Malang

Koesoema, Doni. Suhardi, Didik. Muhammad, Hamid. 2017. Modul Pelatihan Penguatan

Pendidikan Karakter Bagi Guru. Vol. 2. Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan

Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter 

Utami, A. Titi. 2014. Pelaksanaan Nilai Religius Dalam Pendidikan Karakter di SD Negeri 1

Kutowinangun Kebumen. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Widodo, Joko. Kalla, Jusuf. 2014. Kerta Nyata 2 Tahun Kerja Nyata JOKOWI-JK.

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai