Nama Kelompok:
Herianur : 1705055047
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, karunia, taufik dan
Saya sangat berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan terutama tentang
implementasi penguatan pendidikan karakter berbasis kelas. Saya juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah ini bermanfaat dan bisa menjadi wawasan. Sebelumnya saya mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
COVER.............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Program Pengembangan Karakter (PPK)...................................... 7
2.2 Implementasi PPL Berbasis Kelas bagi Siswa……………......... 10
2.2.1 Nilai Religi.................................................................................. 10
2.2.2 Nilai Nasionalis........................................................................... 12
2.2.3 Nilai Mandiri............................................................................... 12
2.2.4 Nilai Gotong Royong.................................................................. 13
2.2.5 Nilai Integritas............................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017, Penguatan
Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah
tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi
olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM).
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan yang tujuan
utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kala
dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih
baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas. Nilai-
nilai ini ingin ditanamkan dan dipraktikkan melalui sistem pendidikan nasional agar diketahui,
dipahami, dan diterapkan di seluruh sendi kehidupan di sekolah dan di masyarakat. PPK lahir
karena kesadaran akan tantangan ke depan yang semakin kompleks dan tidak pasti, namun
sekaligus melihat ada banyak harapan bagi masa depan bangsa. Hal ini menuntut lembaga
pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara keilmuan dan kepribadian, berupa
individu-individu yang kokoh dalam nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan. Memahami latar
belakang, urgensi, dan konsep dasar PPK menjadi sangat penting bagi kepala sekolah agar dapat
2017).
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain merupakan kelanjutan dan
kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 juga merupakan
bagian integral Nawacita. Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan
Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan yang hendak mendorong seluruh pemangku
kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir dan cara
bertindak, dalam mengelola sekolah. Untuk itu, gerakan PPK menempatkan nilai karakter
sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku
pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang
perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang
dimaksud adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Gerakan PPK
universal, holistik, terintegritas, parsitipatif, kearifan lokal, kecakapan abad XXI, adil dan
inklusif, selaras dengan perkembangan peserta didik dan terukur (Hendrawan, et al. 2017).
Tujuan program PPK adalah menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter bangsa secara
masif dan efektif melalui implementasi nilai-nilai utama Gerakan Nasional Revolusi Mental
(religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong dan integritas) yang akan menjadi fokus
dapat mengubah perilaku, cara berpikir dan cara bertindak seluruh bangsa Indonesia menjadi
Pembelajaran adalah wahana yang dirancang oleh pendidik secara sadar untuk mencapai
dan diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu perubahan perilaku dan pribadi peserta didik
yang optimal. Perubahan yang terjadi pada peserta didik itu ditampilkan dalam karakter, sebagai
perilaku yang dilandasi nilai-nilai kehidupan yang sangat luhur. (Koesoema, et al. 2017).
Setiap proses pembelajaran melibatkan mata pelajaran tertentu atau tema yang sedang
dilaksanakan, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta pengelolaan kelas. Dalam
rangkaian penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas guru memiliki kesempatan leluasa
untuk mengembangkan karakter siswa. Guru dapat memilih bagian dari mata pelajarannya atau
tema pelajaran untuk diintegrasikan dengan pengembangan karakter siswa. Metode belajar yang
dipilihpun dapat menjadi media pengembangan karakter. Ketika mengelola kelas guru
berkesempatan untuk mengembangkan karakter melalui tindakan dan tutur katanya selama
Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada
dan mantap dimiliki oleh sekolah, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan
masyarakat/ komunitas (Albertus, 2015). Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis kelas
meliputi mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata
pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran, memperkuat
manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi pengajaran, mengembangkan muatan lokal
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap bangsa memiliki sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional masing-masing
bangsa berdasarkan pada dan dijiwai oleh kebudayaannya. Sistem pendidikan nasional Indonesia
disusun berdasarkan kepada kebudayaan bangsa dan berdasar pada Pancasila dan UUD 1945
sebagai kristalisasi nilai-nilai hidup bangsa Indonesia. Pendidikan karakter merupakan salah satu
fragmen dari sistem pendidikan Indonesia yang semuanya bermuara pada tercapainya kemajuan
bangsa Indonesia
Pengembangan Pendidikan Karakter atau yang selanjutnya disingkat dengan PPK adalah
keberlanjutan dari program Pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan khususnya, yang
sebelumnya merupakan Pendidikan Karakter Bangsa. Pendidikan karakter sejatinya telah dimulai
rintisan yang mampu melaksanakan pembentukan karakter secara kontekstual sesuai dengan
potensi lingkungan setempat. Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah di harapkan mampu dan
dapat memperkuat bakat, potensi dan talenta dari seluruh peserta didik.
Pendidikan yang saat ini melewatkan dan mengabaikan beberapa dimensi penting dalam
pendidikan yaitu olah raga (kinestetik), olah rasa (seni) dan olah hati (etik/spiritual) (Effendy,
2016). Yang kita kembangkan selama ini adalah dimensi akademis, bagaimana cara memperoleh
nilai dan kognitive yang baik. Sistem yang sedemikian ini menjadikan peserta didik buta akan
nilai dan rasa akan sikap sosial dan etika. Persoalan semacam ini sering sekali ditemukan pada
lingkungan kota, dimana lingkungan sosial budaya peserta didik jauh dari sikap simpati dan
empati satu sama lain. Sikap indivdualis dan egois mengebiri norma-normal yang harusnya
Dalam pelaksanaannya banyak satuan pendidikan yang telah melaksanakan praktik baik
(best practice) dalam penerapan pendidikan karakter. Dampak dari penerapan ini adalah terjadi
perubahan pembelajaran sehingga prestasi mereka pun juga meningkat. Kemendikbud pada
tanggal 16 September 2016 mengemukakan bahwa, sebagian besar sekolah yang diundang
sdalam diskusi Praktik Baik Sekolah Pelaksana Penguatan Pendidikan Karakter melakukan
pembiasaan dengan penumbuhan dan pembudayaan nilai-nilai karakter yaitu yang disepakati
oleh masing-masing sekolah. Kerja sama dan komitmen dari kepala sekolah, guru dan orang tua
Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu
dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK (Hendrawan, 2016). Kelima nilai utama karakter
1. Religius
Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan agama dan kepercayaan yang dianut,
ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan
individu dengan Tuhan, individu dengan sesama dan individu dengan alam semesta
(lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencitai dan menjaga
keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa,
lingkungan fisik, sosial dan budaya, ekonomi dan politik bangsa, menmepatkan
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan
bangsa, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat
3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang
lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisaiskan harapan,
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya
4. Gotong Royong
sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen
atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai
kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung
jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen
2.2 Implementasi PPK Berbasis Kelas Bagi Siswa Sekolah Menengah Atas
Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada dan
mantab dimiliki oleh sekolah, yaitu salah satunya pendidikan karakter berbasis kelas (Albertus,
2015). PPK berbasis kelas difokuskan ke dalam tiga hal, antara lain:
mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran
Implementasi PPK berbasis kelas pada siswa sekolah dasar dapat berupa
diri dibedakan menjadi kegiatan rutin, dimana implementasi nilai religi dapat berupa
berdoa di awal proses belajar mengajar, sholat dzuhur berjamaah dan hafalan surat
pendek serta asmaul husna, bagi yang beragama Islam. Kegiatan berdoa menjadi kegiatan
rutin bagi siswa sekolah dasar, aktivitas ini sekaligus mengamalkan Pancasila sila ke satu
Dalam pengembangan diri dapat pula melalui kegiatan spontan, Agus Wibowo
(2012) dalam Utami (2014) mengungkapkan bahwa kegiatan spontan yaitu kegiatan yang
dilakukan spontan ketika siswa melakukan hal yang kurang baik dengan cara
memperingati atau meluruskan hal tersebut dan memberikan penhargaan kepada siswa
yang melakukan hal yang baik untuk memotivasi siswa agar mempertahankan perbuatan
tersebut dan termotivasi siswa agar mempertahankan perbuatan tersebut dan termotivasi
untuk melakukan hal yang lebih baik lagi. Kegiatan spontan dilakukan dengan mengajak
siswa untuk melakukan ibadah, mengingatkan siswa untuk tidak lupa membawa
perlengkapan ibadah, mendoakan teman yang sedang sakit dan menghagai pendapat
orang lain tanpa memandang siapapun itu serta membiasakan memberikan pujian kepada
siswa.
pendidikan karakter pada siswa sehingga mereka menyadari akan pentingnya nilai-nilai
dapat dilihat dari silabus dan RPP yang digunakan guru sebagai pedoman dalam mengajar
(Utami, 2014). Ketika mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, nilai religius muncul ketika
guru mengajarkan materi lingkungan yaitu semua yang ada dilingkungan adalah ciptaan-
Nya dan wajib untuk dijaga yang berarti terintegrasi dengan nilai cinta lingkungan. Mata
pelajaran ilmu pengetahuan sosial pada materi tugastugas keluarga, nilai religius muncul
ketika guru mengatakan bahwa siswa harus menghormati kedua orang tua karena doa
orang tua adalah doa yang diijabah oleh Allah SWT, selain itu nilai religius juga
terintegrasi dengan nilai toling menolong dan saling menyanyangi sesama saudara dengan
nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam budaya sekolah mencakup
Implementasi PPK berbasis kelas pada pengembangan nilai-nilai nasionalis dapat berupa
pembiasaan menyanyikan lagu Indonesia Raya di awal proses belajar mengajar, menyanyikan
lagu daerah di akhir proses belajar mengajar dan juga penanaman nilai nasionalis melalui
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Melalui kegiatan ini siswa diharapkan memiliki jika
nasionalis yang tinggi dan cinta akan tanah air. Nasionalisme adalah suatu paham atau ajaran
untuk mencintai bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan/warga negara yang secara
mengutamakan persatuan dan kebebasan bangsa. Nasionalisme memuat beberapa prinsip yaitu:
kesatuan, kebebasan, kesamaan, kepribadian, dan prestasi. Dengan demikian jiwa nasionalisme
Kemandirian siswa menjadi salah satu kunci pokok peberhasilan Program
Pengembangan Karakter. Siswa sekolah darah pada rentang usia 5-12 tahun merupakan
usia ideal dalam rangka mempengaruhi agar setiap siswa mempunyai sikap dan nilai
bijak sesuai dengan ranah usianya. Di dalam kelas, kegiatan yang dapat menunjang
pengembangan nilai ini adalah pemberian opsi atau pilihan kepada siswa, bisa merupakan
tugas akademis maupun yang bersifat nonakademis. Pilihan merupakan sesuatu yang
harus dipilih dan juga harus diterima setiap konsekuensi yang ditimbulkannya.
Pada anak usia dini, kemandirian dapat juga diimplementasikan ketika awal
masuk sekolah dasar, setiap siswa harus berpisah dengan orang tua kandung dan
memberikan ruang kepada guru sebagai orang tua di sekolah. Guru selain sebagai
pendidik, juga berperan sebagai orang tua di sekolah. Dalam konteks ini, diharapkan
setiap guru mampu mampu melakukan pendekatan secara intensif kepada seluruh peserta
didiknya.
Nilai gotong royong dapat diartikan sebagai bagaimana siswa dapat bekerja sama,
bahu membahu di dalam kelas. Prinsip gotong royong merupakan salah satu ciri khas atau
karakteristik dari bangsa Indonesia. Hal lain yang mendukung keberterimaan perilaku
gotong royong juga dapat dinyatakan pada pancasila yaitu sila ke- 3 “Persatuan Indonesia
“. Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja bersama-
sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Sikap Gotong Royong pada siswa
ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap kerja sama yang baik antar siswa dan sikap
gotong royong.
Integritas secara rinci dapat dijelaskan sebagai upaya siswa agar selalu dianggap
individu dan calon anggota masyarakat merupakan potensi yang berkembang dan dapat
dikembangkan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap individu memiliki empat dasar
yang sangat berharga bagi pelaksanaan dan penyelenggaran pendidikan. Oleh karena itu,
harus dipupuk dan dikembangkan secara positif bagi kepentingan anak sendiri.
Selanjutnya sebagai anggota masyarakat, dasar mental yang dimiliki harus dibina ke arah
tanggungjawab anak tersebut sebagai insan sosial. Kewajaran kehidupan mereka dapat
dikatakan normal, bila dasar mental mereka serasi dengan kondisi dan situasi kehidupan
sosialnya.
Implementasi nilai integritas dapat ditunjukkan pada kegiatan piket harian yang
telah dijadwalkan dan disusun sedemikian rupa, di dalamnya syarat akan nilai tanggung
jawab dan juga kesadaran antar individu satu dengan yang lainya dalam satu kelompok
piket. Lingkup yang lebih besar dapat dilihat pada ketepatan siswa dalam mengumpulkan
tugas sesuai dengan deadline yang disepakati di dalam forum kelas. Hal ini menunjukkan
adanya rasa tanggung jawab siswa pada tugas yang diberikan sebagai seorang siswa.
BAB III
HASIL PENELITIAN
2.1 Paparan Data
Alamat Sekolah : Jl. Harmonika No.98, Sungai Pinang Luar, Kec. Samarinda Kota
2.2.1 VISI:
Menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas dan integritas iman, ilmu dan
amal dalam bingkai ajaran islam.
2.2.2 MISI:
1. Melaksanakan program yang jelas, terinci, sistematik, transparan dan dikelola secara
penyelenggaraan pendidikan.
Perguruan Tinggi.
kompetensi tinggi yang diwujudkan dengan pencapaian nilai UN terbaik, mencetak lulusan yang
IHT merupakan kegiatan yang diikuti kepala sekolah dan para guru Man 2 Samarinda
untuk membahas Kurikulum 2013 yang menuntut para guru untuk dapat merancang dan
ilmiah. Ketiga basis atau dasar tersebut menuntut guru untuk dapat mendorong siswa
untuk berani mengungkapkan pemikirannya, bekerja sama dengan orang lain, dan terlibat
dalam pemecahan masalah lingkungannya. IHT yang diikuti seluruh guru ini
melaksanakan Kurikulum 2013. Kegiatan dibagi dalam dua bagian, sebelum dan sesudah
tes Ulangan Akhir Semester. Adapun pembiayaan kegiatan ini bersumber dari Bantuan
Kurikulum yang diterapkan di sekolah yang kami amati menerapkan 1 kurikulum, yaitu
Kurikulum 2013 untuk siswa kelas X, XI dan XII. Di sekolah ini pengembangan kurikulum
sangat memperhatikan aspek sikap, spiritual, sosial, kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan.
1. Luas tanah : 1.500 m2
b. Ruang guru 2
c. Tempat beribadah 1
d. Tata usaha 1
Terdapat 2 jenis lapangan olahraga dengan . Adapun jenis lapangannya yaitu lapangan
basket.
orang tua siswa, jangkauan transportasi yang diperlukan oleh para siswa, dan sebagainya.
Masyarakat di lingkungan sekitar sekolah beragam. Ada yang bekerja sebagai pegawai
negeri, pegawai swasta, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan orang tua siswa.
keatas terbukti banyak siswa yang berangkat sekolah menggunakan kendaraan sendiri
= 1,5 x 80 m2
= 120 m2
2. Ruang BP :
luas total 160 m2, yang terbagi atas 1 ruang tamu dan administrasi, serta 2 ruang
Ruang tata usaha terletak bersebelahan dengan ruang kepala sekolah, dan
4. Ruang UKS :
a. Jumlah = 1 ruang
5. Toilet :
Man 2 Samarinda dilengkapi dengan toilet dalam jumlah dan kualitas yang cukup.
Toilet disediakan untuk guru dan siswa yang masing-masing dibedakan untuk
laki-laki dan perempuan. Tipa toilet dilengkapi dengan kloset jongkok, bak air,
gantungan baju, dan pengharum ruang. Untuk kebersihan toilet ditunjuk petugas
khusus.
6. Lain-lain :
Adapun ruang selain yang disebutkan diatas adalah aula, ruang kepala sekolah,
2.9 Kesiswaan
yang ada di sekolah. Khusus untuk kegiatan Pramuka yang diadakan setiap hari
jumat sore jam 3 dan wajib diikuti oleh peserta didik kelas X.
2.10 Karakteristik Peserta Didik
1. Aspek Fisik
cenderung cepat. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan
Dari segi penampilan saat berada di lingkungan kelas, peserta didik pada
umumnya sudah memakai seragam yang sesuai dengan tata tertib sekolah, yakni
Senin sampai Rabu memakai seragam OSIS (putih - abu-abu), hari kamis
memakai seragam batik, hari Jum’at memakai seragam Muslim, dan hari Sabtu
Samarinda) dengan memakai sepatu warna hitam setiap hari Senin hingga Jumat
dengan kaos kaki berwarna putih, sedangkan hari Sabtu memakai sepatu bebas
namun dengan kaos kaki yang berwarna hitam, untuk siswa yang mengikuti
2. Aspek Intelektual
Pada aspek ini para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam
lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi
logis dalam berbagai gagasan, proses berfikir mulai formal dan mulai muncul ide-
ide walaupun terbatas. Bahasa sendirinya mulai berkembang dan mulai tertarik
untuk belajar bahasa asing, sedikit demi sedikit anak mulai menggunakan bahasa
prestasi yang pernah diraih, baik prestasi akademik maupun prestasi non-
akademik. Untuk prestasi akademik yang pernah diraih peserta didik diantaranya
3. Aspek Sosial-emosional
berkomunikasi kepada orang yang lebih tua, sebaya, maupun yang lebih muda
dari mereka, menjalin hubungan dengan orang lain, mendengarkan pendapat atau
menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku. Mulai suka
orang lain sudah mulai berkembang, sifat egoisnya mulai hilang dan timbul
gerakan mandiri, mulai berkembang ke arah remaja yang ditandai dengan adanya
Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan hormon.
Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka
akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba bisa langsung menjadi
sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang
tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri
mereka sendiri daripada pikiran yang realitas saat melakukan sesuatu, mereka
hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
4. Aspek Moral
Pada umunya siswa sudah memiliki sopan santun, dan cara yang baik
dalam berkomunikasi dengan orang yang lebih dewasa. Namun ada pula peserta
didik yang memiliki caranya sendiri dalam berkomunikasi sehingga jika dinilai
dari segi pandang orang yang lebih dewasa akan terlihat sedikit tidak sopan.
Hubungan guru antar siswa sudah harmonis, begitupula antar siswa tidak
ada perkelahian. Setiap pagi siswa yg datang wajib berjabat tangan dengan guru
dan bagi siswa yang tidak memakai seragam yang sesuai tata tertib akan dicatat
oleh petugas kesiswaan dan akan diberi sanksi dari pihak sekolah jika melanggar
5. Aspek Spiritual
Sebagian dari mereka ada yang mengikuti kegiatan rohis sebagai tambahan
negatif. Pada hari Jum’at, sholat Jum’at akan diwajibkan jika pada Guru agama
tertentu.
tetapi ada juga yang berasal dari luar Jawa misalnya dari Sulawesi. Mereka yang
2.11 Tata Tertib
1. Untuk Siswa
(Dilampirkan)
2. Untuk Guru:
- AMP;
- Program tahunan
- LKS
tanggung jawabnya
pangkatnya
berikut
konseling
4. Kesiswaan
(PKS), paskibra
5. Wali Kelas
1. Pengelolaan kelas
6. Untuk Karyawan :
3. Memotong rumput
4. Meniyangi rumput liar
6. Memupuk tanaman
Pustakawan Sekolah
elektronika
elenkronika
berkala
Laboran
Pengelola laboratorium membantu kepala sekolah dalam kegiatan
laboratorium
sebagai berikut
7. Mengkoordinasi pelaksanaan 7K
secara berkala
Kurikulum
1. Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan
11. Menyusun laporan
Di bawah ini cantumkan nama narasumber, tanggal dan tempat penelitian:
b. Menyusun daftar pertanyaan yang akan menjadi pedoman dalam pelaksaan wawncara
c. Melaksanakan wawancara dengan calon korban, orang tua, saudara, teman, dan
tetangga calon korban, sehingga diperoleh data dan informasi yang diperlukan bagi
penelitian.
2.13 Data Hasil Penelitian (Wawancara) tentang Pendidikan Karakter dan Moral
Pancasila
a) Ekstrakurikuler
mengembangkan kepribadian dan bakat peserta didik, sesuai dengan minat dan
kemampuannya masing-masing.
Kegiatan ekskul ada dua jenis, yaitu ekskul wajib (pendidikan kepramukaan) dan
ekskul pilihan (sesuai dengan kegiatan ekskul yang dikembangkan oleh masing-masing
satuan pendidikan).
menegaskan nilai-nilai karakter yang dikembangan dalam setiap bentuk kegiatan yang
karakter, namun tetap harus diungkap secara eksplisit serta direfleksikan dan ditegaskan
penguatan kembali nilai-nilai karakter melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul dapat
dilakukan melalui kolaborasi dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang relevan,
seperti PMI, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perdagangan, museum, rumah budaya,
kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 juga
merupakan bagian integral Nawacita. Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter
Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan yang hendak mendorong seluruh
pikir dan cara bertindak, dalam mengelola sekolah. Untuk itu, Gerakan PPK
dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling
berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan
PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Religius
sikap dan prilaku yang taat/ patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dipeluknya,
bersikap toleran, mencintai alam dan selalu menjalin kerukunan hidup anatar sesame.
1) Tuhan = Relasi dengan sang pencipta yaitu beriman dan bertakwa mwnjalankan
2. Nasionalisme
2) Semanagat Kebangsaan
3) Menghargai Kebinekaan
4) Rela berkorban
5) Taat hukum
3. Kemandirian
Sikap percaya pada kemampuan, kekuatan bakat dalam diri sendiri, tidak tergantung
3) Disiplin
4) Tahan banting
4. Gotong Royong
masyarakat.
1) Kerjasama
2) Solideritas
3) Kekeluargaan
5. Integritas
1) Kejujur
2) Keteladanan
3) Tanggung Jawab
4) Anti koupsi
5) Komitmen moral
6) Cinta pada Kebenaran
Prinsip 2 – Holistik
fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual
(olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui proses
Prinsip 3 – Terintegrasi
pendidikan.
Prinsip 4 – Partisipatif
dan pihak-pihak lain yang terkait dapat menyepakati prioritas nilai-nilai utama
Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal nusantara yang
agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga dapat memberi indentitas dan
oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara lain kecakapan berpikir
Prinsip 9 – Terukur
keterukuran agar dapat dimati dan diketahui proses dan hasilnya secara
sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif;
pendidikan.
Pertanyaan
Jawab
karakter yang bisa ditanamkan, ekstrakulikuler ini diadakan setiap hari sabtu
Jawab
Pelatih : Herianur
4. Data peserta ekskul?
Jawab
N NAMA KELAS
O
1 Prio yoso triutomo X
2 Santi X
3 Adita X
4 Sugeng XI
5 Angga XI
6 Azizah XI
7 suryanto XII
8 sopianto XII
9 Eriki XII
10 Muhammat Reza XII
11 Candra XII
12 Putri XII
13 Dani XII
14 Havizul XII
15 Ayu bulan XII
16 Jeje XII
17 Andra XII
18 Muhammat rifki XII
19 Colid XII
20 Dodi al fayet X
21 Mela X
22 Yuyun X
23 Rizky X
24 Delsy X
25 Muhammat Aki X
5. Adakah nilai-nilai karakter yang di tanamkan pada peserta ekskul dan Karakter
Jawab
Jawab
1. Seperti nilai Religius jika sudah masuk jam sholat maka kegiatan
latihan dimulai siswa diminta untuk berdoa terlebih dahulu dan diakhir latihan
juga diakhiri dengan berdoa. Dan dalam kegiatan penginapan di sekolah diberi
siswa datang harus tepat waktu dan jika telat akan di beri hukuman. Apabila
siswa latihan setiap hari sore jam 16.00 sudah dilapanagan dan kegiatan
Paskibra tersebut serta siswa dapat melatih siswa untuk kerjasama melakukan
persiapan untuk penginapan mereka.
Jawab
8. Dan apa yang peserta ekstrakulikuler lakukan dalam menerapkan nilai – nilai
karakter tersebut?
Jawab
1. Nilai Religius; Siswa melaksanakan sholat setiap sebelum latihan dimulai dan
dan di rumah.
2. Karakter kedisiplinan atau nilai kemandirian, yaitu siswa terbentuk lebih tepat
waktu untuk datang latihan karena jika telat ada perjanjian dan hukuman yang
di kenakan untuk siswa sehingga siswa tersebut jarang telat kemudian itu juga
terbawa hingga kesekolah siswa berangkat tepat waktu dan jika telat akan
menerima hukumannya dari hal tersebut membuat siswa lebih disiplin dalam
sekolah.
3. Penerapan karakter nasionalisme siswa dengan cara menunjukan semangat
persaudaraan yang kuat dengan antar siswa dilihat dari ketika latihan dimulai
minumnya kepada siswa yang tidak membawa minum untuk berbagi, dan
tidak hanya minuman ketika mereka berkumpul dan ada slah satu siswa
4. Karakter tanggung jawab atau nilai integritas yaitu siswa mengikuti aturan
yang telah dibuat oleh pelatih dan Pembina dengan memakai baju Pramuka
dan topi serta menggunakan sepatu olahraga saat melakukan latihan jika salah
satu anak tidak menggunakan topi maka semua tidak menggunakan topi hal
untuk membawa topi kemudian jika hari jumat tidak memakai baju traning
9. Jika peserta ekskul melakukan kesalahan hukuman apa yang diberikan, apakah
Jawab
Hukuman yang diberikan keapada siswa untuk membentu karakter siswa yaitu
Push up,site up dan Lari lapangan sehingga membuat siswa Jarang terlambat
karena ada perjanjian ketika terlambat sehingga siswa dapat disiplin, ketika siswa
terlambat pelatih tidak langsung mengukum akan tetapi melihat alasan yang
diungkapkan terlebih dahulu.
10. Apakah sudah sesuai pembentukan karakter peserta ekskul dengan nilai-nilai
Jawabanya
dengan baik meskipun ada siswa yang kadang terlambat akan tetapi siswa terebut
mengulainya lagi.
b) Co-Kulikuler (Pertanyaan-Jawaban)
dilakukan ?
dilakukan tapi beberapa kali peserta didik dan guru melakukan belajar bersama
diluar kelas seperti di halaman sekolah saja tapi untuk keluar ketempat yang lain
seperti museum dan lain-lain belum ada untuk sekarang. Namun karena sekolah ini
memiliki jurusan otomotif jadi sering dilakukan kunjungan sesuai dengan jurusan
2. Karena adanya belajar diluar kelas seperti dihalaman sekolah. Adakah fasilitas yang
3. Dengan adanya belajar diluar kelas. Apa yang diharapkan Bapak dengan dari
peserta didik ?
Jawaban : yang pastinya mereka bisa saling mengenal satu dengan yang lainnya,
terus agar mereka juga bisa saling berkerjasama, karenakan pasti anak-anak harus
Jawaban : ada seperti berdoa, (karena sekolah ini berbasis Islam) jadi baca yasin
juga, lalu dilanjutkan dengan kegiatan baca-baca buku dan mulai pembelejaran
Note : Jadi untuk Man 2 Samarinda sendiri co-kulikulernya belum cukup berjalan
jika dilihat dari pembelejaran PKN, namun untuk kejurusannya sendiri sudah ada
dilakukan, untuk fasilitas yang diberikan mereka belum cukup dapat karena belum
Setelah itu untuk pelatihan PPK nya sendiri itu sudah ada dilakukan dan untuk
prateknya dikelas sesuai yang ada, guru melaksanankannya dengan baik, dari
berdoa, baca yasin, baca buku sebelum mulai belajar dan belajar hingga penutup.
c) Pembiasaan
pendidikan karakter untuk para siswa bisa dilaksanakan melalui kegiatan pembiasaan
1. Kegiatan rutin
Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus
dan konsisten setiap saat. Pembiasaan kegiatan rutin berupa kegiatan yang dilakukan
siswa di sekolah seperti yang telah dijadwalkan yaitu: Pembiasaan pada pagi hari
melakukan pembiasaan salim dan salam yang harus dilakukan oleh semua warga
sekolah, pembiasaan kegiatan rutin di kelas yaitu: berdoa, baca yasin, do’a, surat
husna, selain itu juga membiasakan atauran-aturan didalam kelas seperti berdo’a
sebelum makan, kemudian sholat dhuha berjamaah sesuai dengan jadwal yang
dijalankan oleh semua warga sekolah. Dalam sholat dhuha dibiasakan untuk siswa
laki-laki secara bergilir menjadi imam bagi teman-temannya, hal ini bertujuan untuk
melatih siswa sejak dini agar percaya diri dan mampu untuk menjadi imam,
siang hari yaitu melaksanakan kegiatansholat dzuhur berjamaah dan tadarus Al-quran.
Kegiatan rutin lainnya yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus
menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara
bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman. Kegiatan ini berjadwal sesuai ketentuan
dari sekolah dan kegiatan ini selalu mendapat bimbingan atau pendampingan dari guru
secara bergantian. Kegiatan terlaksana setiap hari mulai hari Senin hingga Jumat.
2. Kegiatan spontan
Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga, misalnya
mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan
untuk masyarakat ketika terjadi bencana. Pembiasaan bersikap baik atau berperilaku
baik yang dilakukan secara spontan, sehingga sudah tertanam pada dirinya apa yang
harus dilakukan ketika dalam situasi tertentu, seperti membantu apabila teman
kesusahan, saling menegur apabila berbuat salah, dan lain sebagainya. Sehingga apa
yang telah diajarkan tidak hanya sekedar teori saja akan tetapi dengan contoh atau
praktik langsung dari Bapak/Ibu guru. Berikut pembiasaan kegiatan rutinnya yaitu
:Ketika makan dan minum diawali dengan berdo’a, tidak diperbolehkan mengunakan
tangan kiri, tidak diperbolehkan dengan berbicara, dan tidak diperbolehkan dengan
berdiri, memberi salam kepada semua warga sekolah, dan Semua siswa tidak
diperboleh memanggil hanya menggunakan nama saja namun dengan panggilan adek ,
kakak, atau mbak pada adik kelas maupun dengan kakak kelas, terkecuali untuk teman
satu kelas.
Kegiatan ini tidak terjadwal melainkan terlaksana secara spontan di setiap harinya.
atau berperilaku teladan seperti ajaran agama islam. Berikut pembiasaan kegiatan
pembiasaan yaitu: Berperilaku tertib dan disiplin, datangan ke sekolah tepat waktu,
berpakaian rapi dan sesuai jadwal. Kegiatan dengan keteladanan, adalah pembiasaan
dalam bentuk perilaku sehari-hari, seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan
santun, rajin membaca, memuji kebaikan atau keberhasilan orang lain, datang
4. Kegiatan Terprogram
dengan kalender pendidikan atau jadwal yang telah ditetapkan. Membiasakan kegiatan
ini artinya membiasakan siswa dan personil sekolah aktif dalam melaksanakan
debat, futsal kegiatan selalu dapat dampingan dari guru. Kegiatan memperingati hari-
hari besar nasional, seperti memperingati Maulid nabi yang dilaksanakan di musholla
terdekat dibina oleh guru dan penceramah yaitu uztad, lalu ada peringatan hari
hubungan antar siswa dan guru dan juga membuat siswa mempunyai jiwa semangat
pendidikan karakter, misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman
yang hijau dengan perpohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah
pelaksanaan program ini. Antara lain dalam bentuk penghargaan dan pemberdayaan.
Bentuk penghargaan yang diberikan pihak sekolah kepada peserta didik adalah dalam
lomba kebersihan kelas. Penilaian kebersihan dilakukan sekolah setiap minggu, jika
dalam rentang waktu 1 (satu) bulan ada kelas yang mendapatkan “hadiah” berupa alat-
alat kebersihan seperti sapu, kain pel, tempat sampah. Dimana hadiah tersebut
sebagai bentuk Punishment sebagai contoh adalah : pukul 07.15 semua siswa sudah
berada di sekolah dengan toleransi 15 menit. Siswa pulang sesuai dengan jadwal yang
lingkungan sekolah. Kerapian dan kebersihan pakaian, dicek setiap hari oleh guru,
diawali oleh guru jam pertama. Siswa yang tidak berpakaian rapi diminta
merapikannya dan diberitahu cara berpakaian rapi (kriteria rapi itu sendiri ialah baju
dimasukkan, kaos kaki dan sepatu yang ditentukan dan atribut lengkap). Kerapian
rambut dicek setiap hari oleh seluruh guru, panjang ukuran rambut tidak boleh kena
telingan dan kerah baju. Apabila menemukan siswa yang rambutnya tidak sesuai
dengan aturan yang ditetapkan, maka diminta untuk mencukur rambut dan diberi
tenggang waktu tiga hari, sekiranya masih membandel maka rambut yang
bersangkutan akan dipotong oleh guru di sekolah. Memberikan sanksi pada siswa
tentu saja pihak sekolah harus menyediakan berbagai sarana untuk mendukung
kebersihan.
pendidikan dalam rangka memperkuat pendidikan karaker para peserta didik. Jika hal
demikian ini sudah menjadi kebiasaan di lingkungan sekolah maka kebiasaan ini juga
akan dilakukan juga ketika mereka berada di dalam rumah atau di dalam hidup
bermasyarakat dan akan memberi andil yang besar bagi terbentuknya kehidupan
Kemudian apa yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam mensukseskan
1. Patuhi jadwal KBM. Lebih baik guru-guru menunggu guru yang lambat hadir, yang
biasanya “gaduh”. Agar senantiasa dapat berdisiplin dan senantiasa berkenan pada
para siswa, dan pimpinan usahakan memiliki 5 hal yaitu : jasmani sehat, hati tidak
emosional, otak cerdas kaya ilmu, bergaul tidak kaku, prilaku selalu baik/
berakhlak mulia. Jangan lupa juga perkaya diri dengan : Ilmu Agama (disertai
2. Jadilah guru yang baik (panutan siswa) suka memberi kemudahan dan
ketakutan. Penuh kasih sayang terhadap seluruh siswa tanpa pilih kasih.
3. Ikhlas dan jujur dalam menunaikan tugas. Agar pelaksanaan tugas sebagai guru itu
bernilai “ ibadah” dan berdampak baik/ positif terhadap diri maka laksanakan tugas
dengan sepenuh keikhlasan dan kejujuran. Jadikanlah pelaksanaan tugas guru itu
sebagai ibadah.
d) Kurikulum
Madrasah Aliyah Negeri 2 Samarinda yang saat ini dikenal sebagai salah satu madrasah
unggulan di Kalimantan Timur dengan segudang prestasi akademik maupun non
akademik.
MAN 2 Samarinda memiliki ribuan alumni yang tersebar diberbagai penjuru negeri ini,
memiliki sejarah perjalanan yang panjang.
Madrasah yang berlokasi di Jalan Harmonika No. 98 Samarinda ini dahulunya
merupakan tempat berdirinya sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN)
Samarinda.
Berawal dari berlakunya Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Maka PGAN Samarinda beralih menjadi Madrasah Aliyah (MA)
sebagai lembaga pendidikan setara SMA bercirikan islam yang dikelola oleh Departemen
Agama.
Setahun kemudian terbit Keputusan Menteri Agama Nomor 64 Tahun 1990 tanggal 25
April 1990, tentang Alih Fungsi Pendidikan Guru Agama Negeri Menjadi Madrasah
Aliyah Negeri Samarinda.
Dengan dasar surat keputusan itu, dijadikan sebagai hari jadi MAN 2 Samarinda yang
saat ini sudah berusia 29 Tahun.
Seiring dengan perjalanan waktu, pada tahun 1998, Terbit Keputusan Dirjen Binbagais
Departemen Agama Nomor : E.IV/PP.06.6/Kep/17.A/98 Tanggal 20 Februari 1998, MAN
2 Samarinda bertransformasi menjadi Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Samarinda.
Dengan menyandang predikat “Model” diharapkan MAN 2 Model Samarinda
menjadi “Pilot Project” Madrasah yang mampu mencetak lulusan yang unggul dan
memiliki daya saing dengan pendidikan SMA sederajat di Kalimantan Timur.
Kemudian di tahun 2016, melalui Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Islam
Kementerian Agama, Nomor 1293 Tahun 2016, MAN 2 Samarinda ditunjuk sebagai salah
satu dari 10 (sepuluh) madrasah di Indonesia yang menyelenggarakan program unggulan
Kementerian Agama, yaitu sebagai Penyelenggara Program Keagamaan.
Fase panjang dalam kiprahnya, MAN 2 Samarinda sejak PGAN sampai sekarang telah
melewati periodesasi kepemimpinan, sebagai berikut :
Pada tahun 2019 MAN 2 Samarinda merupakan salah satu kandidat sekolah Madrasah
Adiwiyata Tingkat Nasional, dengan ini semakin menegaskan Sinergi Pendidikan Agama
dengan pelestarian lingkungan demi terciptanya lingkungan yang seimbang, hijau, bersih
dan sehat.
.
perpindahannya
Kita menggunakan kurikulum 2013 dari kelas 10 sampai 12, dengan revisi
yang paling baru. Kesulitan perpindahannya tidak ada lebih kepada kesiapan guru,
system penilaiannya lebih rumit dalam kurikulum 2013, setiap tahap pendidikan
dalam kurikulum 2013 harus dinilai dan diamati secara detail untuk mengamati
dan sebagainya. Guru sekarang tidak memiliki waktu istirahat dalam satu hari ada
tugas di dalam kelas kadang guru sudah bisa handle tugas sampai malam hari.
diterapkan di sekolah ini seperti aspek religious, gotong royong dan sebagainya,
kami rasa sudah melaksanakannya sehari-hari, dalam aktivitas pagi sekolah sudah
ada kegiatan religious seperti sholat dhuha, taklim dan sebagainya. Namun dalam
pelaksanaan aspek karakter gotong royong dan lainnya, guru sudah bisa
Kendalanya adalah guru belum bisa menyesuaikan dalam metoe baru ini, apalagi
baru saja dikembangkan, sebelumnya saja metode saintifik masih membuat guru
bingung, apalagi ditambah dengan metode baru ini. Apalagi guru yang berusia
tidak muda lagi belum bisa menyesuaikan secara cepat dalam metode baru ini.
pendidikan yang selalu berubah dengan kemampuan guru secara merata dan
kurikulum dan ko-kurikuler telah dilaksanakan PPK yang ditekankan secara baik
seperti majelis taklim, sholat dhuha dan lainnya, penyediaan secara mental telah
kami lakukan.
Kurikulum tidak bisa tersebar secara luas, pelatihan guru pun hanya
kepada beberapa guru saja, dan guru yang mendapat pelatihan dituntut untuk
melatih guru yang tidak mengikuti pelatihan. Guru yang belum bisa
2013.
kurikulum baru yang lebih rumit, sebenarnya RPP tidak tercantum secara spesifik
administrasi yang sangat membebani pekerjaan guru itu. Kami harap jika
pemerintah terutama mendikbud yang baru bisa membuat inovasi baru mengenai
sebagai guru akan lebih menerimanya secara positif, guru seharusnya tidak perlu
di bebankan secara adminsitrasi yang tidak efektif dalam mengajar. Kami harap
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kala
dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih
baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas.
a. Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata
pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran
Implementasi PPK berbasis kelas pada penerapan nilai religius dapat ditunjukkan pada
kegiatan pondok ramadhan yang mengadakan kajian keislaman, kemandirian melalui keberanian
siswa dalam menghadapi tantangan selama di lingkungan sekolah, nasionalis melalui kegaiatn
belajar mengajar PKn, gotong royong melalui kerja bakti kelas dan integritas melalui
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Pelu diadakan perbaikan yang
progresif demi kesempurnaan makalah ini, dapat berupa sumber yang digunakan, tata bahasa dan
kalimat maupu nstruktur dan format kepenulisannya. Untuk itu diperlukan kritis dan saran yang
membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, L. Rani. 2016. Implementasi Nilai Religius Dalam Pendiidkan Karakter Bagi Peserta
Hendrawan. Saryono, Djoko. Supriyono. 2016. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan
Pendidikan Karakter Bagi Guru. Vol. 2. Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter
Widodo, Joko. Kalla, Jusuf. 2014. Kerta Nyata 2 Tahun Kerja Nyata JOKOWI-JK.
Dokumentasi