Anda di halaman 1dari 190

1

MODUL 5 PPG PPKn


MEMBANGUN KARAKTER KEINDONESIAAN
GURU PPKn DAN PESERTA DIDIK

Penulis:

HODRIANI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
2022
KATA PENGANTAR
Tiada rangkaian kata yang terindah selain mengucapkan puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan lindungan-
Nya, sehingga pada kesempatan ini tim penulis modul Pendidikan Profesional
Guru (PPG) mata pelajaran PPKn telah berhasil menyelesaikan Modul 5 PPG
PPKn tahun 2022 yang berjudul : “Membangun Karakter Keindonesiaan Guru
PPKn dan Peserta Didik” Sebagai salah satu tugas pokok dalam penerapan Tri
Dharma Perguruan Tinggi.

Modul 5 PPG PPKn tahun 2022 yang berjudul: Membangun Karakter


Keindonesiaan Guru PPKn dan Peserta Didik Berbasis Karakter ini bertujuan agar
para guru PPKn peserta PPG 2022 mampu melaksanakan pembelajaran yang
mendidik pada bidang studi PPKn dengan menerapkan teknologi dan informasi
dan komunikasi untuk membangun sikap (karakter ke-Indonesia), pengetahuan,
dan keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah secara kritis,
humanis, inovatif, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif dengan menggunakan
model pembelajaran dan sumber belajar yang didukung oleh hasil penelitian.
Berdasarkan tujuan tersebut maka setiap kegiatan belajar (KB) modul 5 ini,
memiliki keterkaitan dan relevansi antara satu dengan yang lain.

KB 1 membahas tentang bagaimana Karakteristik Peserta Didik dari


aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual, KB 2 membahas
tentang Karakteristik Etika Profesi Guru dan aplikasinya dalam Pembelajaran
PPKn, KB 3 membahas tentang Kualifikasi dan Regulasi Profesionalisme Guru
PPKn, dan KB 4 membahas tentang Pengembangan Kemampuan Profesional
Guru PPKn.

Penyelesaian Modul 5 PPG PPKn tahun 2022 yang berjudul :


Membangun Karakter Keindonesiaan Guru PPKn dan Peserta Didik ini, tidak
luput dari dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak
yang telah banyak membantu selama proses pengerjaan modul ini:

1. Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta


jajarannya.
2. Penyelia Modul PPG PPKn 2022 Prof. Dr. Sapriya, M.Ed dan Dr.
Mohammad Mona Adha, M.Pd.
3. Rektor Universitas Negeri Medan beserta jajarannya.
4. Tim Modul PPG PPKn 2022
5. Keluarga dan teman sejawat di Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Universitas Negeri Medan.
Terlalu banyak yang telah penulis terima dari mereka semua, semoga
Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang lebih baik dari yang telah
mereka berikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih memerlukan


masukan dan kritikan, maka dengan tangan terbuka dan hati yang lapang, penulis
sangat menerima adanya kritik dan saran konstruktif untuk meningkatkan kualitas
penulisan modul PPG PPKn ini di masa yang akan datang, dengan harapan modul
ini dapat menjadi bermanfaat bagi kita semuanya. Amiin

Medan, 27 Juni 2022

Penulis
KEGIATAN BELAJAR 1:
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
DARI ASPEK FISIK, MORAL, SOSIAL,
KULTURAL, EMOSIONAL DAN
INTELEKTUAL
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

A. PENDAHULUAN ................................................................................................1

1. Deskripsi Singkat .........................................................................................1


2. Relevansi .......................................................................................................2
3. Petunjuk Belajar ..........................................................................................4

B. KEGIATAN INTI...............................................................................................4

1. Capaian Pembelajaran ................................................................................4


2. Uraian Materi ...............................................................................................5
2.1. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Fisik ........................................8
2.2. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Moral ......................................10
2.3. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Sosial ......................................14
2.4. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Kultural ..................................17
2.5. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Emosional ...............................20
2.6. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Intelektual ...............................23
3. Ilustrasi..........................................................................................................30
4. Forum Diskusi ..............................................................................................31

C. PENUTUP ............................................................................................................31

1. Rangkuman ...................................................................................................31
2. Tes Formatif .................................................................................................35
3. Daftar Pustaka ..............................................................................................40

ii
A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn, modul 5 ini akan diawali
dengan kegiatan belajar satu (KB 1) dengan sajian mengenai pentingnya
pemahaman tentang karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional dan intelektual. Dalm sajian ini juga dikemukakan tentang
beberapa landasan yang menjadi amaanat seorang guru harus membangun
karakteristik bagi peserta didik, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Mewujudkan peserta didik sesuai UU Sisdiknas, dalam proses pembelajaran


dibutuhkan penguasaan guru terhadap karakteristik peserta didik dari aspek yaitu
aspek fisik, aspek moral, aspek sosial, aspek kultural, aspek emosional, dan aspek
intelektual. Pendidikan untuk membentuk moral (moral education) atau
pendidikan untuk mengembangkan karakter (character education), dalam konteks
sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Krisis moral tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas,


maraknya angka kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak-anak dan remaja,
kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek,
penyalahgunaan obat-obatan dan narkoba, pornografi, dan perusakan hak milik

1
orang lain, sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi
secara tuntas. Krisis yang melanda masyarakat Indonesia mulai dari pelajar
hingga elite politik mengindikasikan bahwa pendidikan agama dan moral yang
diajarkan pada bangku sekolah maupun perguruan tinggi, tidak berdampak
terhadap perubahan perilaku manusia Indonesia. Bahkan yang terlihat adalah
begitu banyak manusia Indonesia yang tidak koheren antara ucapan dan
tindakannya.

Kondisi demikian, diduga berawal dari apa yang dihasilkan oleh dunia
pendidikan. Menyikapi hal ini, maka diperlukan upaya yang optimal dari berbagai
pihak baik itu pemerintah, institusi, penyelenggara dan stakeholder yang
berkontribusi dalam membangun karakter atau kepribadian generasi bangsa
berdasarkan nilai-nilai pancasila baik itu dalam aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional dan intelektual. Persoalan yang muncul belakangan ini adalah
bagaimana penerapan pendidikan untuk membentuk karakter di sekolah dan
pengembangan karakter di perguruan tinggi memerlukan pemahaman yang
komprehensif dari pengetahuan, sikap dan tindakan yang berkarakter
keindonesiaan.

Menyahuti urgensi tentang adanya kemunduran pada aspek moral peserta


didik maka peran PPKn dalam rangka membangun peserta didik sebagai insan
yang menekankan pada manusia yang berharkat, bermartabat, bermoral, dan
memiliki jati diri serta karakter tangguh baik dalam sikap mental, daya pikir
maupun daya ciptanya. Dalam proses pembelajaran PPKn guru perlu
memperhatikan peserta didik dalam pengembangan proses pembiasaan,
kematangan moral, dan penguasaan pengetahuan peserta didik untuk memperkuat
pembangunan watak melalui pendekatan aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional dan intelektual.

2. Relevansi
Kegiatan belajar satu (KB 1)yang membahas tentang karakteristik peserta
didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual pada

2
diklat PPG dalam jabatan ini sangat relevan menjadi mata latih peserta didik. Hal
tersebut dikarenakan salah satu kompetensi yang mutlak harus dimiliki oleh
seorang guru PPKn agar mampu melaksanakan tugas keprofesian pendidik dalam
bidang PPKn yang meneladani dengan landasan guru harus mampu melaksanakan
pembelajaran yang mendidik dan mengajarkan dengan kemampuan utama yaitu
pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional, menerapkan kemampuan
teknologi, informasi dan komunikasi sebagai perangkat pendukung dalam
membangun pengetahuan, sikap, tindakan (karakter keindonesiaan).

Melalui penerapan kemampuan utama dan pendukung sebagai seorang guru


maka dapat menguatkan karakteristik peserta didik dari aspek tersebut.
Penjabarannya adalah penguatan karakteristik peserta didik dari aspek fisik yaitu
menyiapkan mental pancasilais dari mulai bekal jasmani dan rohani dalam koridor
nilai-nilai pancasila sesuai dengan tingkatan usia dan sejawat, kesehatan mental
yang mempengaruhi kekuatan fisik, sehingga dapat menjadi warga negara yang
survive. Karakteristik peserta didik dari aspek moral melalui pendekatan
pemahaman norma, kaidah, hukum, dan kebiasaan maka perilaku peserta didik
menjadi kuat terhadap identitas atau kepribadiannya yang mencerminkan karakter
keindonesiaan, Karakteristik peserta didik dari aspek sosial mengarah pada
kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan harapan-harapan kelompok
sosialnya sesuai dengan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara.
Karakteristik peserta didik dari aspek kultural menciptakan keharmonisan dalam
keberagaman yang kompleks sehingga peserta didik tidak diskriminatif, nyaman
dan menyenangkan dalam dimensi segala perbedaan yang ada atau disebut
perwujudan harmonisasi sosial. Karakteristik peserta didik dari aspek emosional
dapat berkontribusi pada pengendalian diri peserta didik dalam sikap dan perilaku
sehingga nilai-nilai kearifan dan kebijaksanaan akan menguatkan pada
karakteristik keindonesiaan. Karakteristik peserta didik dari aspek intelektual
mengarah pada keterampilan berpikir kritis sehingga menjadikan warga negara
yang smart and good, cerdas berpikir secara kritis, argumentatif dan dialogis
dapat menjadikan warga negara yang tegas dalam hal yang benar dan mengoreksi

3
akan adanya kelemahan atau kesalahan baik itu kecerdasan intelektual secara
akademik dan non akademik.

3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari kegiatan belajar satu (KB 1) ini, ada beberapa
hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi
KB 1 ini, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;

a. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan penting


dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
b. Lakukan kajian permulaan terhadap tema karakteristik peserta didik
SMP/SMA dan sederajat dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional
dan intelektual, dengan mencari beberapa referensi yang relevan.
c. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 1 pada modul 5 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 1.
d. Keberhasilan proses pembelajaran dalam mata diklat ini sangat tergantung
kepada kesungguhan dalam mengerjakan latihan. Untuk itu, berlatihlah
secara mandiri dan berkelompok dengan teman sejawat, berkaitan dengan
latihan soal yang telah disediakan pada KB 1 ini.
e. Bila menemui kesulitan, silahkan berdiskusi dengan sejawat, atau bertanya
kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
f. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil.

B. KEGIATAN INTI

1. Capaian Pembelajaran
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn melalui kegiatan belajar
1 (KB 1) pada modul 5 ini, guru diharapkan mampu melaksanakan proses
pembelajaran yang memesona dan meneladani pada mata pelajaran PPKn agar
dapat membangun sikap (karakter keindonesiaan), pengetahuan, dan keterampilan
peserta didik dalam memecahkan masalah secara kritis, humanis, inovatif, kreatif,
4
kolaboratif, dan komunikatif. Oleh karenanya guru harus menguasai dan
memahami peserta didik SMP/SMA dan sederajat dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual dalam pembelajaran PPKn.

2. Uraian Materi
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya (Pasal 1 Angka 1 UU Sisdiknas). Pendidikan juga bisa diartikan
sebagai proses pembelajaran bagi peserta didik untuk mengerti dan bisa membuat
manusia berpikir kritis. Peserta didik yang dimaksud adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Pasal 1 Angka 4 UU
Sisdiknas). Setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan hendaknya menyediakan
sarana dan prasarana untuk memenuhi keperluan peserta didik mengembangkan
potensinya.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai muatan wajib


kurikulum setiap jenjang pendidikan memegang peranan mengembangkan potensi
peserta didik menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional (Sumantri & Winataputra, 2017, Pasal 3
UU Sisdiknas; Winataputra, 2015). Pada hakikatnya Pendidikan
Kewarganegaraan (selanjutnya PKn, Civic Education) sebagai embrio awal
pengembangan PPKn sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertulis
dalam UU Sisdiknas. PKn bertujuan mengembangkan potensi warga negara muda
(peserta didik) menjadi warga yang biasa diandalkan (desirable personal
qualities), memiliki rasa tanggung jawab dan mampu berpartisipasi dalam
kehidupan yang demokratis (Branson, 1998, 1999; Setiawan & Yunita, 2017;
Sumantri & Winataputra, 2017).

Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan melalui pembelajaran PPKn harus


dioptimalkan. Guru yang harus berhadapan dengan peserta didik dari berbagai

5
latar belakang, dan karakteristik, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
oleh seorang guru yaitu sebagai berikut:

a. Mengetahui tujuan pendidikan


b. Mengenal anak didiknya
c. Mengetahui prinsip dan penggunaan alat pendidikan
d. Memiliki sikap bersedia membantu peserta didik
e. Melakukan interaksi dengan peserta didik.
Guru harus menyesuaikan strategi pembelajaran dengan karakteristik
peserta didik agar dapat mengembangkan potensi seluruh peserta didik di dalam
kelas sesuai UU Sisdiknas. Untuk menyesuaikan strategi pembelajaran, seorang
guru harus melakukan analisis kebutuhan belajar, diantaranya adalah identifikasi
karakteristik peserta didik (Sanjaya, 2008).

Gambar 1.1 Aktivitas kegiatan kelas dalam mengembangkan potensi


seluruh peserta didik

Sumber; www.medcom.id

Seorang guru PPKn profesional harus menguasai karakteristik peserta didik


dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual (Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru). Selain itu, guru harus

6
mampu memanfaatkan perbedaan karakteristik tersebut untuk mencapai
ketuntasan belajar PPKn. Berikut adalah beberapa aspek perbedaan karakteristik
peserta didik

a. Aspek Fisik
Aspek fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh seperti
pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan
berat badan, hormon, dan lain-lain, dan perubahan-perubahan dalam cara-cara
individu untuk menggunakan tubuhnya seperti: perkembangan keterampilan
motorik dan perkembangan seksual, serta perubahan dalam kemampuan fisik
seperti: penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya

b. Aspek Moral
Pada hakekatnya aspek moral adalah ukuran-ukuran yang telah diterima
oleh suatu komunitas, sedang etika lebih dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang
dikembangkan pada suatu profesi. Moral selalu mengacu pada baik buruk
manusia, sehingga moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari
kebaikan manusia.

c. Aspek Sosial
Aspek sosial mempunyai arti kemampuan untuk berperilaku sesuai
dengan harapan-harapan kelompok sosialnya, dan ini merupakan keterampilan
berpikir baru yang dimiliki remaja. Dalam hal ini ada dua aspek nilai menjadi
perhatian utama para remaja yaitu nilai keadilan dan kejujuran yang lebih
cenderung dimiliki oleh pria dan kesejahteraan yang dimiliki oleh wanita baik
dalam keluarga, teman sebaya, maupun pada masyarakat.

d. Aspek Kultural
Aspek kultural merupakan yang berhubungan dengan kebudayaan, suatu
cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
beberapa unsur yang membangunnya yaitu sistem bahasa, sistem pengetahuan,

7
sistem kekerabatan, sistem peralatan hidup, sistem ekonomi, sistem religi, dan
sistem kesenian.

e. Aspek Emosional
Aspek kecerdasan emosional sebagai kemampuan peserta didik untuk
dapat memotivasi diri sendiri dan tekun dalam menghadapi frustasi,
mengontrol dorongan-dorongan impulsive dan mampu menunda pemuasannya,
mengatur suasana hati sehingga tidak mempengaruhi kemampuan berfikir, dan
berempati. Mengenal karakteristik peserta didik melalui kematangan tingkat
reaksi dan pengendalian emosional peserta didik dalam merespon keadaan atau
peristiwa yang dialaminya.

f. Aspek Intelektual
Aspek Intelektual disebut juga tingkat kecerdasan peserta didik yang
diukur dari kemampuan kognitif dalam menyelesaikan masalah, menalar dan
berpikir logika berdasarkan faktual dan empirisnya dengan berpikiran jernih
berdasarkan ilmu pengetahuan, tingkat pengertian atau kesadaran, terutama
yang menyangkut pemikiran dan pemahaman.

2.1. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Fisik


Setiap manusia diciptakan dengan segenap perbedaan, baik itu secara
fisik maupun non fisik, maka ketika guru memperhatikan peserta didik di
dalam kelas, guru akan melihat perbedaan individual yang sangat banyak.
Karena setiap individu adalah unik, tidak ada individu yang secara fisik identik
bentuknya. Perbedaan fisik lebih dari sekedar aspek-aspek pancaindra, seperti
jenis kelamin, tinggi badan, jenis rambut, bentuk bola mata. Aspek-aspek yang
tidak dapat diamati oleh pancaindra, tetapi baru diketahui setelah pengukuran
tinggi badan, usia, kecepatan lari, golongan darah, nutrisi, penglihatan,
pendengaran dan sebagainya juga aspek fisik peserta didik (Desmita, 2009).

Aspek fisik merupakan salah satu aspek perkembangan peserta didik


yang sangat penting dan juga dapat mempengaruhi aspek lainnya. Hedlund &
Sternberg (2000) mengatakan bahwa aspek fisik meliputi perubahan-perubahan
8
dalam tubuh seperti pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi,
pertambahan tinggi dan berat badan, hormon, dan lain-lain, dan perubahan-
perubahan dalam cara-cara individu untuk menggunakan tubuhnya seperti:
perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual, serta
perubahan dalam kemampuan fisik seperti penurunan fungsi jantung, dan
penglihatan.

Menurut Makmun memetakan perbedaan profil perkembangan fisik dan


perilaku psikomotorik antara remaja awal dengan remaja akhir tampak (Syarif,
2013), lebih spesifik dijabarkan pada tabel berikut:

Tabel 1. 1. Perbedaan Profil Perkembangan Fisik Siswa SMP dengan SMA

No Siswa SMP (Sederajat) Siswa SMA (Sederajat)

1 Laju perkembangan secara umum Laju perkembangan secara umum


berlangsung secara pesat kembali menurun, sangat lambat

2 Proporsi ukuran tinggi dan berat Proporsi ukuran tinggi dan berat
badan sering kurang seimbang badan lebih seimbang mendekati
(termasuk otot dan tulang kekuatan tubuh orang dewasa
belulang)

3 Munculnya ciri-ciri sekunder, Siap berfungsinya organ-organ


disertai mulai aktifnya sekresi reproduktif seperti pada orang
kelenjar dewasa

4 Gerak-gerik tampak canggung dan Gerak-geriknya mulai mantap


kurang terkoordinasi

5 Aktif dalam berbagai jenis cabang jenis dan jumlah cabang permainan
permainan yang dicobanya lebih selektif dan terbatas pada
keterampilan yang menunjang
kepada persiapan kerja.

9
Pada usia sekolah menengah yaitu usia SMP/SMA dan sederajat anak
berada pada masa remaja atau pubertas yang merupakan masa peralihan atau
transisi masak kanak-kanak dengan dewasa. Oleh karena itu sebagai guru,
perlu menghayati tahapan perkembangan yang terjadi pada peserta didik dan
dapat memberikan respon dalam perkembangan peserta didiknya. Perbedaan
secara fisik dapat diamati langsung oleh guru dengan memperhatikan postur
tubuh dari peserta didik. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan dalam tinggi
badan dan berat badan.

Guru mempertimbangkan perencanaan pelaksanaan pembelajaran mulai


dari strategi, metode. media dan model pembelajaran yang dapat memberikan
pengalaman belajar sesuai perbedaan aspek fisik peserta didik. Guru dapat
menggunakan model dan media pembelajaran yang sesuai dengan menekankan
aktivitas fisik dan mental peserta didik baik pada aspek sikap dan keterampilan.

Guru akan memperoleh keuntungan dengan memahami aspek fisik


peserta didik, pertama, pendidik akan mempunyai ekspektasi yang nyata
tentang anak dan remaja, kedua, pengetahuan tentang aspek fisik remaja
membantu pendidik untuk merespon sebagaimana mestinya pada perilaku
tertentu pada seorang anak dan remaja. Ketiga, pengetahuan tentang aspek fisik
anak dan remaja akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari anak
dan remaja yang normal. Kesadaran akan memahami bentuk tumbuh secara
fisik dan perkembangannya diharapkan guru dapat menerapkan ketepatan
mendidik dan mengajar sesuai dengan level dan tingkatanya

2.2. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Moral


Pada hakekatnya moral adalah ukuran-ukuran yang telah diterima oleh
suatu komunitas, sedang etika lebih dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang
dikembangkan pada suatu profesi. Moral selalu mengacu pada baik buruk
manusia, sehingga moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari
kebaikan manusia. Norma moral dipakai sebagai tolok ukur segi kebaikan
10
manusia. Menurut Magnis Suseno, menjelaskan moral adalah sikap hati yang
tercermin dalam sikap lahiriah. Sementara, moralitas terjadi jika seseorang
mengambil sikap yang baik, karena memahami dan sadar akan tanggung
jawabnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa moralitas merupakan sikap dan
perbuatan yang baik karena kesadaran akan tanggung jawab sebagai manusia
(Hendrowibow, 2007),.

Peserta didik tidak dapat diharapkan untuk mengetahui seluruh kebiasaan


kelompok ataupun untuk berperilaku menurut cara yang benar-benar bermoral.
Meskipun demikian, pada waktu peserta didik mencapai masa remaja, anggota
kelompok sosial mengharapkan mereka bersikap sesuai dengan kebiasaan
kelompok. Perkembangan moral mempunyai aspek kecerdasan dan aspek
impulsive. Anak harus belajar apa saja yang benar dan yang salah. Selanjutnya,
segera setelah mereka cukup besar mereka harus diberi penjelasan mengapa ini
benar dan itu salah. Mereka juga harus mempunyai kesempatan untuk
mengambil bagian dalam kelompok sehingga mereka dapat belajar mengenai
harapan kelompok.

Pada saat lahir, anak dianggap amoral atau immoral, dan tidak seorang
anakpun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri. Belajar
berperilaku dengan cara yang disetujui masyarakat merupakan proses yang
panjang dan lama yang berlanjut hingga masa remaja. Cepat atau lambat anak
belajar bahwa bagi diri mereka sendiri penyesuaian dengan kebiasaan
kelompok membawa keuntungan, walaupun mereka tidak selamanya
menyetujui kebiasaan itu.

11
Gambar 1.2. Menanamkan dan membiasakan nilai moral anak sejak dini

Sumber: pujinarimawati, 2018


Hurlock (1990) menjelaskan empat pokok utama yang dipelajari dalam
membentuk moral seseorang yaitu;

a. Pokok pertama yang penting dalam pelajaran menjadi pribadi bermoral


ialah belajar apa yang diharapkan kelompok dari anggotanya dalam
bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan. Di sekolah seorang pendidik
mungkin memberi peraturan yang berbeda dari guru lainnya. Bahkan di
kelompok bermain peraturan permainan dan olahraga mungkin berbeda,
tergantung pada pimpinan dan keinginan.
b. Pokok kedua dalam belajar menjadi orang bermoral ialah
mengembangkan hati nurani sebagai kendali internal bagi perilaku
individu.
c. Pokok ketiga dalam belajar menjadi orang yang bermoral adalah
pengembangan rasa bersalah dan rasa malu. Setelah anak
mengembangkan hati nurani, hati nurani mereka dibawa dan digunakan
sebagai pedoman perilaku. Rasa bersalah dijelaskan sebagai sejenis
evaluasi diri khusus yang negatif yang terjadi bila individu mengakui
12
bahwa perilakunya berbeda dengan nilai moral yang dirasa wajib untuk
dipenuhi.
d. Pokok keempat dalam belajar menjadi orang bermoral ialah mempunyai
kesempatan melakukan interaksi dengan anggota kelompok sosial.
Interaksi sosial penting dalam perkembangan moral karena dapat
memberi anak standar perilaku yang disetujui kelompok sosialnya dan
memberi mereka sumber motivasi untuk mengikuti standar tersebut
melalui persetujuan dan ketidaksetujuan sosial.

Selain empat hal diatas, Hurlock (1990) menjelaskan ada beberapa cara
yang dapat dilakukan individu untuk belajar berperilaku moral, sehingga
individu dikategorikan bermoral, yaitu:

a. Identifikasi Identifikasi sebagai sumber belajar perilaku moral semakin


penting, karena individu cenderung untuk meniru perilaku orang yang
dianggapnya menarik atau orang yang dikaguminya. Biasanya imitasi
dari perilaku tersebut biasanya tanpa disadari secara langsung.
b. Pendidikan langsung Anak pertama-tama memberikan reaksi tertentu
yang tepat dalam situasi tertentu. Hal ini dilakukan dengan mematuhi
aturan yang diberikan orang tua dan orang lain yang berwenang. Apabila
peraturan yang telah diterima oleh anak dengan baik, kemungkinan besar
anak-anak tidak akan mengalami kesulitan untuk menerapkan peraturan-
peraturan lain yang ia temui. 14
c. Trial and error Anak belajar untuk bersikap sesuai dengan apa yang
diterima secara sosial oleh masyarakat dengan coba ralat. Anak mencoba
suatu pola perilaku secara terus menerus hingga anak secara kebetulan
dan bukan direncanakan menemukan metode yang memberikan hasil
yang diinginkan.

Sedangkan proses pembentukan perilaku moral menurut Kurtines dan


Gerwitz (1992) melibatkan 4 tahap penting yaitu:

13
a. Menginterpretasikan situasi dalam rangka memahami dan menemukan
tindakan apa yang mungkin untuk dilakukan dan bagaimana efeknya
terhadap keseluruhan masalah yang ada.
b. Menggambarkan apa yang harus dilakukan dengan nilai moral pada
situasi tertentu dengan tujuan untuk menetapkan suatu perilaku moral,
c. Memilih diantara nilai-nilai moral untuk memutuskan apa yang secara
aktual akan dilakukan, dan
d. d. Melakukan tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral.

Karakteristik peserta didik dari aspek moral, meliputi perubahan sikap


peserta didik dari yang tidak baik lalu menjadi baik. Penentuan kelulusan peserta
didik tidak hanya didasarkan pada prestasi akademik belaka melainkan harus
dikaitkan dengan perilaku peserta didik pada aspek kepribadian yang
menunjukkan nilai-nilai moral sebagai jadi dirinya. Guru berupaya
menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik dalam
ruang lingkup pengetahuan moral, sikap moral dan perilaku moral.

2.3. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Sosial


Perkembangan sosial merupakan perkembangan kemampuan berperilaku
anak yang sesuai dengan harapan kelompok sosialnya. Menurut Hurlock
(dalam Djaali, 2014) perkembangan sosial merupakan peningkatan
kemampuan individu dalam bersikap dan berperilaku dalam berinteraksi
dengan unsur dari kelompok sosial masyarakat. Perbedaan aspek sosial peserta
didik adalah perbedaan kemampuan, pengetahuan dan keyakinan untuk
membangun interaksi sosial, menyelesaikan masalah dalam hubungan sosial
dan pribadinya.

Seorang anak yang relatif sudah dewasa pergaulannya tidak bersifat


statis, karena telah dirangsang oleh lingkungan sosial, adat istiadat, kebiasaan
kelompok sosial dimana anak berinteraksi. Tingkah laku anak akan berubah
seiring perkembangan perubahan lingkungannya (Djaali, 2014). Maka dalam
pembelajaran di kelas dan sekolah, guru PPKn bersama teman sejawat

14
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang dapat mengembangkan
aspek sosial peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Keberadaan
lingkungan belajar yang sesuai akan merangsang perkembangan kemampuan
sosial anak sesuai dengan harapan. Karena perkembangan sosial anak adalah
proses pembentukan kemampuan sosial anak tersebut (social self) (Djaali,
2014).

Pada tahap remaja awal anak telah memiliki pemikiran logis dalam ide-
ide atau pemikiran abstrak (Syarif, 2013), namun dalam pemikiran tersebut
mereka sering menghadapi kebingungan karena berbeda dengan pemikiran
orang lain. Kondisi ini cenderung terjadi pada remaja yang bersikap
egosentrisme sebagai hasil pemikiran objektif logis terhadap masalah-masalah
sosial yang dihadapinya dalam komunitas sosialnya. Egosentrisme tersebut
muncul dan diperlihatkan dalam interaksinya dengan orang lain. Remaja awal
sering berpenampilan dengan cara-cara untuk menunjukan kehebatannya.
Namun secara berangsur-angsunr, remaja mengurangi sifet egosentrisnya
dalam interaksinya setelah berkembangnya konsep etika, pemahaman dan
penghayatan untuk mempertimbangkan baik dan buruk atas tindakan yang
dilakukannya.

Pada tahap masa remaja, anak belum bisa sepenuhnya membedakan


kebahagiaan atau kesenangan dasar dengan yang sifatnya sesaat, dengan
memperhatikan etika, dan norma dalam masyarakat. Masa remaja kepedulian
masih dipengaruhi oleh sifat egosentrisme. Sangat penting untuk membimbing
anak, diantaranya di persekolahan, guru dituntut untuk tidak hanya paham
mengenai kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar, akan tetapi
membimbing anak untuk mengembangkan kematangan sosialnya.

15
Gambar 1.3.Harmonisasi sosial pada keberagaman masyarakat

Sumber: www.kompas.com

Kehidupan sosial pada masa remaja ditandai oleh hal-hal sebagai berikut:
Menonjolnya fungsi intelektual dan emosional; Mengalami krisis identitas,
sehingga mereka ingin mencari jati diri dan teman akrab; Pergaulan remaja
diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik besar maupun

Pada umumnya anak kurang terlatih untuk membentuk gambaran diri


terhadap dirinya sebagai individu dalam komunitas sosial. Maka anak perlu
dibimbing pengembangan sosialnya dalam hal: (1) penggunaan kata-kata yang
lebih ramah dan bersahabat; (2) mengendalikan tingkah laku sosialnya sesuai
dengan aturan, norma, dan etika yang berlaku dalam komunitas sosialnya; (3)
memberi adanya penghargaan kepada orang lain, dan; (4) pengembangan
tanggung jawab sebagai anggota dari komunitas sosial atau masyarakat (Djaali,
2014).

Karakteristik sosial remaja seperti adanya kecenderungan ambivalensi


keinginan menyendiri dengan keinginan untuk bergaul dengan banyak teman,
16
dan antara keinginan untuk bebas dengan pengaruh orang lain, termasuk
dominasi orang tua. Usia remaja memiliki ketergantungan yang kuat pada
kelompok sebaya yang disertai kesamaan pemahaman yang tinggi. Maka, anak
perlu diarahkan karena ketergantungan dengan kelompok sebaya akan
berpotensi menimbulkan kenakalan-kenakalan bersama kelompoknya.

Implikasi dari perilaku sosial pada usia remaja, pendidikan seharusnya


memfasilitasi peserta didik dalam bentuk kelompok-kelompok belajar atau
komunitas remaja yang positif. Sekolah menciptakan suasana dan menyediakan
wadah yang memungkinkan terbentuknya kelompok remaja yang memiliki
program-program kegiatan (ekstrakurikuler) berdasarkan minat peserta didik,
mengaktifkan kelompok-kelompok kepramukaan, kelompok kesenian,
kelompok keolahragaan, kelompok kesenian, kelompok PMR, kelompok
patroli keamanan sekolah, kelompok ilmiah remaja, kelompok remaja
keagamaan, kelompok pencinta alam, dan lain-lain sesuai dengan minat peserta
didik. Ekstrakurikuler sangat mendukung pembentukan kompetensi sosial
sebagai sebagai sosio-pedagogis peserta didik untuk mendapatkan “hands-on
experience belum memberi kontribusi yang signifikan untuk penyeimbang
antara penguasaan materi dan praktek pembiasaan perilaku dan keterampilan
dalam kehidupan demokratis (Budimansyah, 2007).

Mengembangkan integrasi pendidikan yang holistik, komite sekolah dan


sekolah harus membangun hubungan yang efektif dengan orangtua sehingga
ada keselarasan dalam mencapai tujuan pendidikan. Selain itu juga hendaknya
ada kerja sama yang dilakukan sekolah dengan lembaga-lembaga di
masyarakat yang memiliki kepedulian untuk mengembangkan potensi remaja
seperti dari lembaga keagamaan, lembaga kesehatan, dan LSM yang bergerak
dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba dan sebagainya.

2.4.Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Kultural


Mengenal Karakteristik peserta didik salah satu bagian dari beberapa
tuntutan atas kemampuan pedagogik yang harus dikuasai Profesi Guru. ini

17
bertujuan untuk menemukan dan membantu pendidik dalam merencanakan
pembelajaran yang baik di ruang kelas. Kebudayaan merupakan satu kesatuan
yang unik dan bukan merupakan jumlah dari bagian-bagian. Budaya juga
disebut sebagai suatu kemampuan kreasi manusia yang immaterial, berbentuk
kemampuan psikologis seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, dan
sebagainya. Aspek kultural merupakan yang berhubungan dengan kebudayaan,
suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari beberapa unsur yang membangunnya yaitu sistem bahasa, sistem
pengetahuan, sistem kekerabatan, sistem peralatan hidup, sistem ekonomi,
sistem religi, dan sistem kesenian.

Setiap manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan tentunya menjadi


pendukung kebudayaan tertentu. Begitu juga peserta didik sebagai anggota
suatu masyarakat memiliki budaya tertentu dan sudah barang tentu menjadi
pendukung budaya tersebut. Budaya yang ada di masyarakat sangatlah
beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma, kebiasaan, dan adat istiadat.
Hal ini sangat dimungkinkan karena Indonesia merupakan Negara kepulauan
yang masing-masing memiliki budaya, bahasa, dan etnis masing-masing.
Peserta didik yang dihadapi mungkin berasal dari berbagai daerah yang
tentunya memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga kelas yang dihadapi
kelas yang multikultural.

Unsur budaya tersebutlah menjadikan karakteristik peserta didik bisa


berbeda satu sama yang lainnya. Sehingga ketika peserta didik berinteraksi dan
berkomunikasi dengan warga di lingkungan sekolahnya perlu menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, sebab mereka meyakini nilai-nilai yang ditanamkan
oleh lingkungan keluarga dan masyarakat dimana peserta didik hidup.
pengetahuan peserta didik tentang kultur peserta didik bawaan lingkungan
keluarga dan masyarakat, apalagi jika peserta didik di sekolah terdiri dari
kelompok masyarakat yang heterogen. maka guru dituntut untuk mampu
menyesuaikan atau membawa ke dalam kultur belajar kondusif agar kultur
18
bawaannya sehingga membuat peserta didik secara nyaman dan sadar akan
mendapatkan kesempatan belajar yang sama terhindar dari diskriminatif.

Apabila dapat dipahami bagi para guru, melalui proses dan tahapan
memperoleh data dan fakta dari observasi yang komprehensif terhadap peserta
didik, tentunya dapat memberikan masukan bagi guru dalam memetakan;
perbedaan potensi, mengoptimalkan potensi, serta menentukan cara mengatasi
kesulitan belajar peserta didik dalam setiap rancangan pelaksanaan
pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga apa yang menjadi tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan kondisi yang melibatkan semua peserta
didik, tidak diskriminatif, nyaman dan menyenangkan.

Gambar 1.4. kesadaran manusia berbudaya

Sumber: archive.netralnews.com
Pendidikan multikultural sebagaimana diungkapkan Ma’hady (Mahfud,
2006) didefinisikan sebagai pendidikan tentang keberagaman kebudayaan
dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat
tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan (global). Pendidikan
multikultural menurut Mahfud (2006) memiliki ciri-ciri:

19
a. Tujuannya membentuk “manusia budaya” dan menciptakan manusia
berbudaya (berperadaban).
b. Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa,
dan nilai-nilai kelompok etnis (kultural)
c. Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan
keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis (multikulturalisme)
d. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik
yang meliputi aspek persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya
lainnya.
Atas dasar definisi dan ciri-ciri pendidikan multikultural tersebut di atas,
seorang pendidik dalam melakukan proses pembelajaran harus mampu
menyikapi keberagaman budaya yang ada di sekolah/kelas. Misalnya Pak
Irwan seorang pendidik di salah satu SMA ketika menjelaskan materi pelajaran
dan dalam memberikan contoh-contoh perlu mempertimbangkan keberagaman
budaya tersebut, sehingga apa yang disampaikan dapat diterima oleh semua
peserta didik, atau tidak hanya berlaku untuk budaya tertentu saja.
Pengelompokan peserta didik dalam diskusi disesuaikan dengan tata nilai yang
dianut dalam berinteraksi dengan yang lain, sehingga kelompok lebih
heterogen. Contohnya seperti menggunakan model pembelajaran student teams
achievement division (STAD), kelompok yang dibentuk haruslah
mempertimbangkan keragaman kemampuan intelektual, latar belakang sosial,
kultural dan sebagainya (Shoimin, 2018).

2.5. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Emosional


Emosional adalah segala hal yang berkaitan dengan emosi (Susiani,
Dantes, & Tika, 2013). Menurut James-Lange, emosi adalah reaksi perasaan
terhadap perubahan-perubahan yang telah melampaui batas kewajaran dalam
sistem fisiologi tubuh (Nuryoto, 2014; Sarwono, 2010). Umumnya, emosi
digolongkan sebagai domain intelegensi dan bukan melihat intelegensi dan
emosi pada dua hal yang berbeda. Sehingga anggapan kecerdasan emosional
merupakan bagian dari kecerdasan intelektual (intelligence quotient). Padahal

20
Hedlund & Sternberg (2000) kecerdasan emosional sebagai kemampuan
individu untuk dapat memotivasi diri sendiri dan tekun dalam menghadapi
frustasi, mengontrol dorongan-dorongan impulsif dan mampu menunda
pemuasannya, mengatur suasana hati sehingga tidak mempengaruhi
kemampuan berfikir, dan berempati.

Emosi merupakan suatu keadaan afektif secara sadar mengalami


perasaan seperti kegembiraan (joy), kesedihan, ketakutan, benci, dan cinta.
Sangat berbeda bila emosi dipandang sebagai aspek kognitif, dimana emosi
merupakan sebuah keinginan yang disadari (Djaali, 2014).

Gambar 1.6. Kecerdasan emosional pada anak

Sumber www.gurupendidikan.co.id

Timbulnya emosi karena dua faktor, yaitu (1) rangsangan yang


menimbulkan emosi, dan (2) perubahan fisik dan fisiologis (Djaali, 2014).
Oleh sebab itu, bila anak memiliki kecerdasan emosional yang baik, anak akan
bisa mengatur nafsunya, sehingga daya nalar dapat bekerja dengan maksimal.
Goleman (dalam Taufiq et al, 2016) mengemukakan lima norma kecerdasan
emosional berdasarkan pandangan intelegensi pribadi yaitu sebagai berikut:

21
a. Pengenalan emosi diri, menunjukkan kesadaran diri atau pengenalan
terhadap perasaan yang dialami sehingga mampu mengendalikan
kehidupannya.
b. Pengendalian emosi, menunjukkan bagaimana kemampuan untuk
mengendalikan emosi yang terlalu dalam sehingga mengganggu stabilitas
kehidupan seseorang untuk mencapai keseimbangan.
c. Memotivasi diri sendiri, yaitu mengatur emosi agar seseorang dapat
memusatkan perhatian dan memotivasi diri menjadi kreatif untuk
mencapai cita-cita
d. Mengenali emosi orang lain, yaitu mampu membaca tanda nonverbal dan
mengerti perasaan serta emosi orang lain sehingga mampu menyesuaikan
sikap dan tindakan dengan kecenderungan yang ditampilkan orang lain
e. Mengendalikan hubungan dengan orang lain, yaitu kemampuan untuk
menjaga hubungan dengan sesama maupun mengenali emosi setiap orang
serta mengendalikannya.
Agar anak dapat mengendalikan emosi dengan baik maka ada berbagai
hal yang perlu dilatih pada anak (Taufiq et al., 2016), yaitu sebagai berikut;

a. Mengajarkan anak untuk mengenali perasaannya sendiri dan membiarkan


mereka mengungkapkan perasaan secara sehat
b. Melatih anak mengekspresikan perasaannya dengan baik
c. Melatih anak mengekspresikan perasaan orang lain dan dampak dari
perasaan orang lain jika pelampiasan perasaannya dalam bentuk
emosional yang terarah
d. Melatih anak untuk bersabar dengan tidak selalu mengikuti dorongan.
Perbedaan aspek emosional peserta didik jika tidak dikelola dengan baik
oleh guru dapat berpengaruh kepada ketercapaian tujuan pembelajaran PPKn.
Misalnya ada anak yang cepat tanggap karena memiliki kecerdasan emosional
yang baik, ada yang sedang-sedang dan ada yang lamban. Maka guru
profesional harus mengetahui bagaimana perkembangan emosional peserta
didik. Perkembangan emosional peserta didik diawali (Djaali, 2014). pada Fase

22
Masa Awal. pada fase ini anak sudah dapat memperlihatkan rasa marah dan
takut. Selama pertumbuhan, perubahan pada ekspresi emosi itu semakin lama
semakin jelas dan berbeda.

Fase kedua adalah Fase Selanjutnya. Fase Selanjutnya, dapat dilihat dari
perkembangan emosi pada masa pertumbuhan anak semakin halus dalam
mengekspresikan emosinya sampai usia remaja. Peralihan kemampuan untuk
mengekspresikan yang tadinya kasar, karena meningkatnya kemampuan akibat
latihan dan kemampuan mengontrol, anak secara berangsur-angsur terjadi
perubahan pada emosionalnya. Fase terakhir adalah Fase Perkembangan Akhir.
Fase ini terlihat dari kemampuan anak untuk menyesuaikan tingkah lakunya
sehubungan apa yang terjadi pada dirinya.

Kematangan emosi sangat berkaitan dengan pada kemampuan


mengontrol emosi. Kematangan emosi dapat dilihat dari mampunya seseorang
memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya, meredam balas dendam
dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah mood-nya, tidak mudah berubah
pendirian. Kematangan emosi juga dapat dikatakan sebagai proses belajar
untuk mengembangkan cinta secara sempurna dan luas dimana hal itu
menjadikan reaksi pilihan individu sehingga secara otomatis dapat mengubah
emosi-emosi yang ada dalam diri manusia (Hwarmstrong, 2005).

2.6. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Intelektual


Kecerdasan umum (general intelligence) atau kemampuan intelektual
merupakan kemampuan mental umum yang mendasari kemampuannya untuk
mengatasi kerumitan kognitif (Gunawan, 2006). Dalam proses pembelajaran
diyakini sebagai salah satu unsur terpenting yang menentukan keberhasilan
belajar peserta didik (Desmita, 2009). Secara umum intelektual dipahami
sebagai kemampuan mental, pikiran, pemahaman dan kecerdasan individu.
Intelegensi sering diasosiasikan dengan proses-proses kognitif, pemahaman,
kecerdasan, kemampuan bedaaan tertentu, untuk berpikir (Desmita, 2009; Sit,
2012). Intelektual atau intelegensi juga dihubungkan dengan kemampuan untuk

23
menguasai sesuatu, memecahkan masalah, kemampuan untuk menggunakan
konsep yang abstrak secara efektif, dan kemampuan untuk memahami
hubungan dan pelajaran secara cepat (Desmita, 2009). Kemampuan intelektual
merupakan potensi bawaan (potential ability), namun beberapa penelitian
menunjukkan dalam perkembangannya dipengaruhi oleh kualitas lingkungan.

Aspek intelektual disebut juga tingkat kecerdasan peserta didik yang


diukur dari kemampuan kognitif dalam menyelesaikan masalah, menalar dan
berpikir logika berdasarkan faktual dan empirisnya dengan berpikiran jernih
berdasarkan ilmu pengetahuan, tingkat pengertian atau kesadaran, terutama
yang menyangkut pemikiran dan pemahaman. Potensi intelektual sudah pasti
berhubungan dengan kecerdasan yaitu prestasi akademik, kecerdasan umum,
kemampuan khusus (bakat), dan kreativitas. pengkategorian ini dapat mengacu
pada beberapa kecerdasan. Menurut Gardner (1983) yang dominan pada ruang
lingkup intelektual khususnya aspek kognitif, seperti kecerdasan logika
matematik, visual spasial, linguistik, dan musikal. untuk kecerdasan lainnya
seperti interpersonal, intrapersonal, spiritual.

Seiring dengan perkembangan fisik peserta didik yang cepat, secara


bersama-sama berkembang pula kemampuan intelektualnya (Syarif, 2013).
Menurut Menurut Piaget (Hergenhahn & Olson, 2009; Yaumi, 2013) pada
umur 0-2 tahun, anak sudah dapat menerima dan menguasai objek-objek
konkrit. Umur 2-7 tahun anak berada pada tahap preparation stage, dimana
anak sudah mampu menguasai simbol atau objek yang konkret. Sementara
umur 7-11 tahun anak masuk pada tahap concrete operational, anak kini
memiliki kemampuan mengembangkan kemampuan mempertahankan
(konservasi), mengelompokan secara memadai, melakukan pengurutan, dan
mengenali konsep-konsep. Pada masa remaja, pada umum 11 tahun keatas
disebut formal operation. Anak sudah mampu untuk menangani situasi, proses
berpikir mereka sudah tidak hanya tergantung hal-hal yang langsung dan riil.
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir logis tentang berbagai hal.

24
Taksonomi Bloom membedakan antara “tahu tentang sesuatu (knowing
what)”, isi dari pemikirannya itu sendiri, dan “tahu tentang bagaimana
melakukannya (Knowing how)”, sebagaimana prosedur yang digunakan dalam
menyelesaikan masalah. Menurut taksonomi tersebut dimensi pengetahuan
adalah “tahu tentang sesuatu”, yang memiliki empat kategori yaitu: faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif. Pengetahuan yang bersifat faktual
melibatkan bagian bagian terkecil yang terpisah-pisah dari informasi,
sebagaimana definisi kosakata dan pengetahuan tentang hal-hal khusus yang
terperinci. Pengetahuan yang bersifat konseptual pula terdiri dari berbagai
sistem informasi, seperti bermacam-macam klasifikasi dan kategori.
Pengetahuan yang bersifat prosedural pula termasuk algoritma, heuristics atau
aturan baku, teknik dan metode, sebagaimana pengetahuan tentang bagaimana
kita harus menggunakan berbagai prosedur tersebut. Pengetahuan yang bersifat
metakognitif pula menggerakan kepada pengetahuan atas proses-proses
berpikir dan informasi tentang bagaimana memanipulasi proses-proses tersebut
secara efektif. Dalam taksonomi bloom ini, dimensi proses kognitif
mempunyai enam proses dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit
yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan
menciptakan, Magdalena, Rasid, & Diasty (2020).
Gambar 1.7. Tingkatan level aspek kognitif

Sumber: sekolahketiga.com

25
Lanjut Bloom mengemukakan bahwa proses mengingat adalah mengingat
kembali informasi yang sesuai dari ingatan jangka panjang. Proses memahami
pula adalah kemampuan untuk memahami secara mendalam dari bahan
pendidikan, seperti bahan bacaan dan penjelasan guru. Kecakapan turunan dari
proses ini melibatkan kemahiran memahami, mencontohkan, membuat klasifikasi,
meringkas, menyimpulkan, Magdalena, Rasid, & Diasty (2020).

Menurut Bloom proses ketiga yaitu menerapkan, melibatkan kepada


pengguna prosedur yang telah dipelajari baik dalam situasi yang telah dikenal
maupun pada situasi yang baru. Proses berikutnya adalah menganalisis, terdiri
dari memecah pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil dan memikirkan
bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan dengan struktur keseluruhan.
Menciptakan ialah proses kecakapan ini melibatkan usaha untuk meletakkan
berbagai perkara secara bersama untuk menghasilkan suatu pengetahuan baru.

Sesuai dengan taksonomi ini, setiap tingkat dari pengetahuan dapat


berhubungan dengan setiap tingkat dari proses kognitif sehingga seorang peserta
didik dapat mengingat pengetahuan yang bersifat faktual atau prosedural,
memahami pengetahuan yang bersifat konseptual atau metakognitif, atau
menganalisis pengetahuan metakognitif atau faktual Magdalena, Rasid, & Diasty
(2020).

Secara umum, kemampuan berpikir formal mengarahkan kepada


pemecahan masalah secara sistematik. Perkembangan kemampuan berpikir
normal ditandai dengan 3 hal penting yaitu: (1) Mampu melihat tentang
kemungkinan-kemungkinan; (2) Mampu berfikir ilmiah; (3) Mampu memadukan
ide-ide secara logis (Syarif, 2013).

Guru PPKn perlu mendorong kemampuan berpikir peserta didik tentang


dengan mengangkat masalah sosial agar peserta didik berpikir kemungkinan
kedepan untuk menyelesaikan persoalan dalam aktivitas pembelajaran PPKn.

26
Selain itu, guru dapat mengarahkan kepada pemikiran tentang peranannya sebagai
warga negara yang disesuaikan dengan pertambahan usia. Makmun (Syarif, 2013)
menyajikan perbedaan perkembangan intelektual antara remaja awal dengan
remaja akhir pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. 2.Perbedaan Profil Perkembangan Intelektual Antara Remaja Awal


dan Remaja Akhir

No Remaja Awal Remaja Akhir

1 Kemampuan berpikirnya sudah Sudah mampu mengoperasikan


sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal
kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuan membuat
dalam ide-ide atau pemikiran generalisasi yang lebih inklusif
abstrak dan lebih komprehensif

2 Kecakapan dasar intelektual Tercapainya titik puncak


umum menjalani laju (kedewasaan intelektual umum
perkembangan yang pesat yang mungkin ada pertambahan
yang sangat terbatas bagi yang
terus bersekolah)

3 Kecakapan dasar khusus mulai Kecenderungan bakat tertentu


menunjukkan kecenderungan- mencapai titik puncak dan
kecenderungan lebih jelas kemantapannya

Keterampilan intelektual merupakan jenis pengetahuan prosedural yang


memerlukan kemampuan awal dengan jenis komponen keterampilan yang
lebih sederhana. Keterampilan intelektual ini meliputi: 1) Diskriminasi; 2)
Konsep konkret; 3) Penggunaan aturan; dan 4) Pemecahan masalah (problem
solving).

27
a. Diskriminasi
Diskriminasi maksudnya adalah membuat respon-respon yang berbeda
untuk masing-masing peserta didik dengan melihat dan mengamati berbagai
perbedaan esensial antara input yang berbeda-beda tersebut serta meresponnya
dengan beragam pula terhadap tiap-tiap input. Belajar memperbedakan disini
adalah belajar membedakan hubungan stimulus respon sehingga bisa
memahami bermacam-macam objek fisik dan konsep. Dalam merespon
lingkungannya, peserta didik membutuhkan keterampilan-keterampilan
sederhana sehingga dapat membedakan suatu objek dengan objek lainnya, dan
membedakan satu simbol dengan simbol lainnya.

b. Konsep Konkret

Konsep konkret disebut juga belajar pembentukan konsep dimana peserta


didik belajar mengenal sifat bersama dari benda-benda konkret, atau peristiwa
untuk mengelompokkannya menjadi satu..

c. Penggunaan Aturan

Penggunaan aturan terbentuk berdasarkan konsep-konsep yang sudah


dipelajari. Aturan merupakan pernyataan verbal, misalnya adalah: norma,
kaidah, adat istiadat dan kebiasaan. Dalam belajar pembentukan aturan
memungkinkan anak untuk dapat menghubungkan dua konsep atau lebih.
Sebagai contoh anak dapat diajarkan untuk memahami Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) sebagai konstitusi
Negara Indonesia. Selain itu, juga menjadi sumber dari segala sumber hukum
tertulis Indonesia dalam materi pembelajaran Peraturan Perundang-Undangan.
Guru dapat mengelaborasi pemahaman peserta didik tentang UUD NRI 1945
dan kedudukannya dalam peraturan perundang-undangan.

d. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dimaksudkan bahwasanya belajar memecahkan


masalah adalah tipe belajar yang lebih tinggi tingkatnya dan lebih kompleks
28
daripada tipe belajar aturan (rule learning). Pada tiap tipe belajar memecahkan
masalah, aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi
penyelesaian masalah. Pemecahan masalah merupakan tipe belajar yang
tingkatnya paling tinggi dan kompleks dibandingkan dengan tipe belajar
dimulai prasyarat yang sederhana, yang kemudian meningkat pada kemampuan
kompleks. Gagne mengemukakan bahwa transfer belajar akan terjadi apabila
pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari berkaitan dengan konsep
dan prinsip, berhubungan langsung dengan permasalahan baru yang kita
hadapi. Tetapi sebaliknya, apabila konteks yang baru tersebut membutuhkan
suatu konsep dan prinsip yang berbeda dari kemampuan spesifik yang sudah
dikuasai sebelumnya, maka transfer belajar tidak akan terjadi (Gagne & Marcy,
1989).

Dalam pembelajaran, Peserta didik dapat menyelesaikan masalah,


menalar dan berpikir logis berdasarkan fakta dan realitas yang ada dalam
konteks permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Upaya
membantu perkembangan aspek intelektual peserta didik adalah dengan
menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat,
pendidik menciptakan suasana dimana peserta didik, tidak merasa terlalu
dinilai orang lain, pendidikan memberikan pengertian yaitu dapat memahami
pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam
situasi peserta didik serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka.
Pemecahan masalah dimaksudkan bahwasanya belajar memecahkan masalah
adalah tipe belajar yang lebih tinggi tingkatnya dan lebih kompleks daripada
tipe belajar aturan (rule learning).

Pada tiap tipe belajar memecahkan masalah, aturan yang telah dipelajari
terdahulu untuk membuat formulasi penyelesaian masalah. Contoh belajar
memecahkan masalah yang dilakukan oleh guru misalnya materi Pancasila dan
HAM. Dalam hal ini, kemampuan awal yang bisa dimasukkan ke dalam daftar
atau format tujuan oleh guru berupa kemampuan peserta didik dalam
memahami materi. Pemecahan masalah merupakan tipe belajar yang

29
tingkatnya paling tinggi dan kompleks dibandingkan dengan tipe belajar
dimulai prasyarat yang sederhana, yang kemudian meningkat pada kemampuan
kompleks.

Gagne mengemukakan bahwa transfer belajar akan terjadi apabila


pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari berkaitan dengan konsep
dan prinsip, berhubungan langsung dengan permasalahan baru yang hadapi.
Tetapi sebaliknya, apabila konteks yang baru tersebut membutuhkan suatu
konsep dan prinsip yang berbeda dari kemampuan spesifik yang sudah dikuasai
sebelumnya, maka transfer belajar tidak akan terjadi (Gagne & Marcy, 1989).

3. Ilustrasi
Ada banyak contoh, ilustrasi dan gambaran karakteristik peserta didik.
Berikut beberapa contoh dan ilustrasi dari implementasi atau penggunaan
karakteristik peserta didik dalam pembelajaran PPKn:

Seorang guru PPKn sepatutnya memahami dengan benar dan tetap


karakteristik peserta didiknya sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 16 Tahun
2007 yang menunjukkan bahwa ada beberapa karakteristik peserta didik dilihat
dari berbagai aspek, diantaranya aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional,
dan intelektual. Berbagai aspek karakteristik peserta didik ini sangat bermanfaat
dalam menentukan pengelompokan peserta didik dalam proses pembelajaran
PPKn, terutama dalam menerapkan strategi pembelajaran Cooperative Learning.
Misalnya penerapan Cooperative Learning Model STAD maka pertimbangan
utama dan dominan dalam menentukan kelompok, seorang guru PPKn
mempertimbangkan dan menentukan dari aspek intelektual, sosial, moral, dan
seterusnya.

Demikian pula bila seorang guru PPKn dalam menerapkan model yang lain
misalnya model pembelajaran Role Playing maka pertimbngan utama dan
dominan karakteristik peserta didik yang diperhatikan adalah karakteristik peserta
didik dari aspek kultural, dan seterusnya.

30
4. Forum Diskusi

CPMK Sub-CPMK Bahan Kajian Tugas Terstruktur

Menguasai Karakteristik peserta Ruang lingkup Mengemukakan


Karakteristik didik dalam karakteristik argumen bahwa gaya
Peserta Didik pembelajaran PPKn peserta didik mengajarnya perlu
SMP/SMA dalam disesuaikan dengan
dan sederajat pembelajaran perbedaan karakteristik
dari Aspek PPKn peserta didik.
fisik, moral,
Memahami peserta Macam-macam Menyampaikan
sosial,
didik dari aspek karakteristik argumen bahwa
kultural,
fisik, moral, sosial, peserta didik pencapaian ketuntasan
emosional dan
kultural, emosional dalam belajar PPKn perlu
intelektual
dan intelektual pembelajaran disesuaikan dengan
dalam pembelajaran PPKn karakteristik peserta
PPKn didik.

C. PENUTUP

1. Rangkuman
a. Karakteristik peserta didik dari aspek fisik. Pertumbuhan dan
perkembangan fisik peserta didik dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap
setelah lahir hingga usia tiga tahun, tahap anak-anak hingga masa pubertas
(3-10 tahun), tahap pubertas (10-14 tahun), dan tahap remaja/adolesen (usia
12 tahun ke atas). Berdasarkan tahapan di atas, maka anak usia sekolah (SD-

31
SMP) dimasukan dalam tahap pra pubertas dan pubertas awal, sedangkan
anak SMP hingga SMA dimasukan dalam tahap remaja. Pada usia sekolah
menengah yaitu usia SMP/SMA dan sederajat peserta didik berada pada
masa remaja atau pubertas yang merupakan masa peralihan atau transisi
masak kanak-kanak dengan dewasa. Oleh karena itu sebagai pendidik, kita
perlu menghayati tahapan perkembangan yang terjadi pada peserta didik dan
dapat memberikan respon untuk menghambat kegagalan perkembangan
peserta didik. Salah satu segi perkembangan yang cukup pesat dan nampak
dari luar adalah perkembangan fisik remaja yaitu postur tubuh yang tinggi
tetapi kurus. Selain terjadi pertambahan tinggi badan yang sangat cepat,
pada masa remaja berlangsung perkembangan seksual yang cepat pula.
Perkembangan ini ditandai dengan munculnya ciri kelamin primer dan
sekunder. Ciri kelamin berkenaan dengan perkembangan alat produksi.
Sedangkan ciri kelamin sekunder berkenaan dengan tumbuhnya bulu-bulu
pada seluruh badan, perubahan suara, membesarnya buah dada pada wanita
dan tumbuhnya jakun pada pria .
b. Karakteristik peserta didik dari aspek moral. Pada hakekatnya moral
adalah ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas, sedang
etika lebih dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang dikembangkan pada suatu
profesi. Moral selalu mengacu pada baik buruk manusia, sehingga moral
adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari kebaikan manusia. Norma
moral dipakai sebagai tolok ukur segi kebaikan manusia. Moral merupakan
sikap hati yang terungkap dalam sikap lahiriah. Moralitas terjadi jika
seseorang mengambil sikap yang baik, karena ia sadar akan tanggung
jawabnya sebagai manusia. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik
sesuai dengan nurani. Pokok pertama yang penting dalam pelajaran menjadi
pribadi bermoral ialah belajar apa yang diharapkan kelompok dari
anggotanya dalam bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan. Di Sekolah
seorang guru mungkin memberi peraturan yang berbeda dari guru lainnya.
Bahkan di kelompok bermain peraturan permainan dan olahraga mungkin
berbeda, tergantung pada pimpinan dan keinginan. Pokok kedua dalam
32
belajar menjadi orang bermoral ialah mengembangkan hati nurani sebagai
kendali internal bagi perilaku individu. Pokok ketiga dalam belajar menjadi
orang yang bermoral adalah pengembangan rasa bersalah dan rasa malu.
Setelah anak mengembangkan hati nurani, hati nurani mereka dibawa dan
digunakan sebagai pedoman perilaku. Rasa bersalah dijelaskan sebagai
sejenis evaluasi diri khusus yang negatif yang terjadi bila individu mengakui
bahwa perilakunya berbeda dengan nilai moral yang dirasa wajib untuk
dipenuhi. Pokok keempat dalam belajar menjadi orang bermoral ialah
mempunyai kesempatan melakukan interaksi dengan anggota kelompok
sosial. Interaksi sosial penting dalam perkembangan moral karena dapat
memberi anak standar perilaku yang disetujui kelompok sosialnya dan
memberi mereka sumber motivasi untuk mengikuti standar tersebut melalui
persetujuan dan ketidaksetujuan sosial.
c. Karakteristik peserta didik dari aspek sosial. Perkembangan sosial
mempunyai arti kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan harapan-
harapan kelompok sosialnya, dan ini merupakan keterampilan berpikir baru
yang dimiliki remaja. Pemikiran sosial ini berkenaan dengan pengetahuan
dan keyakinan mereka tentang masalah hubungan sosial dan pribadi.
Remaja awal mempunyai pemikiran logis tetapi dalam pemikiran tersebut
mereka sering menghadapi kebingungan antara pemikiran orang lain.
Keadaan ini berkembang pada remaja yang bersikap egosentrisme yang
merupakan pemikiran subjektif logis dirinya tentang masalah-masalah sosial
yang dihadapi dalam masyarakat. Egosentrisme remaja muncul dan
diperlihatkan dalam hubungan dengan orang lain. Remaja sering
berpenampilan mengikuti bayangan dan sering membuat cara-cara untuk
menunjukkan kehebatannya. Karakteristik sosial remaja adalah adanya
kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dengan keinginan untuk
bergaul dengan banyak teman, dan ambivalensi antara keinginan untuk
bebas dari dominasi pengaruh orangtua dengan kebutuhan bimbingan dan
bantuan dari orang tuanya. Usia remaja memiliki ketergantungan yang kuat
pada kelompok sebaya yang disertai konformitas tinggi. Apabila

33
ketergantungan dengan kelompok sebaya ini tidak diarahkan maka akan
dapat menimbulkan kenakalan-kenakalan bersama kelompoknya.
d. Karakteristik peserta didik dari aspek kultural. Aspek kultural
merupakan yang berhubungan dengan kebudayaan, suatu cara hidup yang
berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari beberapa unsur
yang membangunnya yaitu sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem
kekerabatan, sistem peralatan hidup, sistem ekonomi, sistem religi, dan
sistem kesenian. Apabila dapat dipahami bagi para pendidik, melalui proses
dan tahapan memperoleh data dan fakta dari observasi yang komprehensif
terhadap peserta didik, tentunya dapat memberikan masukan bagi guru
dalam memetakan; perbedaan potensi, mengoptimalkan potensi, serta
menentukan cara mengatasi kesulitan belajar peserta didik dalam setiap
rancangan pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga apa
yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan kondisi yang
melibatkan semua peserta didik, tidak diskriminatif, nyaman dan
menyenangkan.
e. Karakteristik peserta didik dari aspek emosional. Banyak ahli percaya
bahwa IQ (intelligence quotient) adalah adalah segala-galanya dan
menggolongkan emosi sebagai domain dari intelegensi dan bukan melihat
emosi dan intelegensi sebagai dua hal berbeda. Kecerdasan emosi menjadi
populer sejak beberapa tahun terakhir mengingat perlunya peningkatan
kualitas kehidupan manusia saat ini. Kecerdasan emosional sebagai
kemampuan seseorang untuk dapat memotivasi diri sendiri dan tekun dalam
menghadapi frustasi, mengontrol dorongan-dorongan impulsif (kondisi saat
seseorang mendapatkan dorongan untuk melakukan sebuah tindakan tanpa
memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu) dan mampu menunda
pemuasannya, mengatur suasana hati sehingga tidak mempengaruhi
kemampuan berfikir, dan berempati. Tanpa kecerdasan emosional yang
sehat, seseorang mudah dikalahkan oleh nafsunya yang mengalahkan daya

34
nalar sehingga menjadi lebih emosional dan salah langkah sehingga
menyesali perbuatannya.
f. Karakteristik peserta didik dari aspek intelektual . Kecerdasan umum
(general intelligence) atau kemampuan intelektual merupakan kemampuan
mental umum yang mendasari kemampuannya untuk mengatasi kerumitan
kognitif. Kemampuan umum dikaitkan dengan kemampuan untuk
pemecahan masalah, berpikir abstrak, keahlian dalam pembelajaran.
Seseorang yang memiliki kemampuan intelektual atau intelegensi yang
tinggi akan bertindak efisien dan efektif dalam memecahkan segala
persoalan hidupnya. Kemampuan intelektual merupakan potensi bawaan
(potential ability), namun beberapa penelitian menunjukkan dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh kualitas lingkungan. Aspek Intelektual
merupakan tingkat kecerdasan peserta didik yang diukur dari kemampuan
kognitif dalam menyelesaikan masalah, menalar dan berpikir logika
berdasarkan faktual dan empirisnya dengan berpikiran jernih berdasarkan
ilmu pengetahuan, tingkat pengertian atau kesadaran, terutama yang
menyangkut pemikiran dan pemahaman. Potensi intelektual sudah pasti
berhubungan dengan kecerdasan yaitu prestasi akademik, kecerdasan
umum, kemampuan khusus (bakat), dan kreativitas. pengkategorian ini
dapat mengacu pada beberapa kecerdasan yang dominan pada ruang lingkup
kognitif (logika abstrak), seperti kecerdasan logika matematik, visual
spasial, linguistik, dan musikal. untuk kecerdasan lainnya seperti
interpersonal, intrapersonal, spiritual, dikelompokkan kepada aspek
emosional, sosial, spiritual.

2. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat:

1. Guru dalam menjalankan proses pembelajaran secara optimal, mengupayakan


sebagai seorang pendidik dapat bergaul dengan keragaman karakter peserta
didik dan harus berubah ke arah lebih baik, maka ada beberapa hal syarat
yang perlu dihindari dalam peranannya sebagai seorang pendidik yaitu;

35
A. Mengetahui tujuan pendidikan
B. Mengenal sesama pendidik
C. Mengetahui prinsip dan penggunaan alat pendidikan
D. Memiliki sikap bersedia membantu peserta didik
E. Beridentifikasi dengan peserta didik
2. Pemetaan perbedaan profil perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik
antara remaja awal dengan remaja akhir dapat diidentifikasi. Berikut ini mana
bagian yang bukan merupakan profil perkembangan fisik dan perilaku
psikomotorik remaja awal siswa SLTP...
A. Laju perkembangan secara umum berlangsung secara pesat
B. Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kurang seimbang
(termasuk otot dan tulang belulang)
C. Munculnya ciri-ciri sekunder, disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar
D. Gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasi
E. Kurang aktif dalam berbagai jenis cabang permainan yang dicobanya
3. Profil perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik remaja akhir pada siswa
SLTA, dapat dipetakan melalui perbedaan profil perkembangan fisik dan
perilaku psikomotorik antara remaja awal dengan remaja akhir sehingga dapat
teridentifikasi. Berikut ini mana bagian yang bukan merupakan profil
perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik…
A. Laju perkembangan secara umum kembali menurun, sangat lambat
B. Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati
kekuatan tubuh orang dewasa
C. Siap berfungsinya organ-organ reproduktif seperti pada orang dewasa
D. Gerak-geriknya mulai kurang stabil dan kurang terkoordinasi
E. Jenis dan jumlah cabang permainan lebih selektif dan terbatas pada
keterampilan yang menunjang kepada persiapan kerja
4. Cepat atau lambat anak belajar bahwa bagi diri mereka sendiri penyesuaian
dengan kebiasaan kelompok membawa keuntungan, walaupun mereka tidak
selamanya menyetujui kebiasaan itu. Berikut ini yang bukan merupakan sikap
moral adalah …
36
A. mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya
sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasan dan peraturan
B. mengembangkan hati nurani
C. mengembangkan interaksi sosial dengan anggota dalam kelompok
D. belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilaku
individu tidak sesuai dengan harapan kelompok
E. mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial belajar apa saja yang
diharapkan anggota kelompok
5. hal yang dapat diamati ketika terjadi perubahan pada diri peserta didik maka
guru harus mampu mengobservasi dan mengidentifikasi setiap perubahan
yang ada, pada bagian mana yang bukan merupakan perubahan moral yang
harus dilakukan oleh remaja peserta didik ….
A. Pandangan moral individu makin lama makin menjadi konkret
B. Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada
apa yang salah
C. Penilaian moral menjadi semakin kognitif
D. Penilaian moral menjadi kurang egosentris
E. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti
bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan
ketegangan
6. Tingkat kecerdasan peserta didik yang diukur dari kemampuan kognitif dalam
menyelesaikan masalah, menalar, dan berpikir logika berdasarkan faktual dan
empirisnya dengan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, tingkat
pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan
pemahaman adalah karakteristik peserta didik…
A. aspek moral
B. aspek sosial
C. aspek kultural
D. aspek emosional
E. aspek intelektual

37
7. Tanpa kecerdasan emosional yang sehat, seseorang, termasuk peserta didik,
mudah dikalahkan oleh nafsunya yang mengalahkan daya nalar sehingga
menjadi lebih emosional dan salah langkah sehingga menyesali perbuatannya.
Berikut ini yang bukan merupakan norma kecerdasan emosional berdasarkan
pandangan intelligentsia pribadi yaitu sebagai berikut.
A. Pengendalian emosi, menunjukkan bagaimana kemampuan untuk
mengendalikan emosi yang terlalu dalam sehingga mengganggu
stabilitas kehidupan seseorang untuk mencapai keseimbangan.
B. Pengenalan emosi diri, menunjukkan kesadaran diri atau pengenalan
terhadap perasaan yang dialami sehingga mampu mengendalikan
kehidupannya
C. Kompetensi diri sendiri, yaitu mengatur perilaku agar seseorang dapat
memusatkan perhatian dan memotivasi diri menjadi kreatif untuk
mencapai cita-cita
D. Mengenali emosi orang lain, yaitu mampu membaca tanda nonverbal
dan mengerti perasaan serta emosi orang lain sehingga mampu
menyesuaikan sikap dan tindakan dengan kecenderungan yang
ditampilkan orang lain
E. Mengendalikan hubungan dengan orang lain, yaitu kemampuan untuk
menjaga hubungan dengan sesama maupun mengenali emosi setiap
orang serta mengendalikannya
8. Memahami peserta didik sesuai dengan Permendiknas No. 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menjelaskan
bahwa dibutuhkan penguasaan terhadap beberapa aspek yaitu:
(1) aspek fisik,
(2) aspek moral,
(3) aspek sosial,
(4) aspek kultural,
(5) aspek emosional,
(6) aspek intelektual.

38
Berdasarkan karakteristik peserta didik tersebut di atas, strategi pembelajaran
PPKn secara berkelompok (cooperative learning) model JIGSAW,
pertimbangan utama yang dominan dalam pengelompokan peserta didik
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.

A. (1), (2), (3), dan (4)


B. (5), (2), (3), dan (6)
C. (2), (5), (3), dan (6)
D. (6), (2), (3), dan (5)
E. (3), (2), (3), dan (6)
9. Memahami peserta didik sesuai dengan Permendiknas No. 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menjelaskan
bahwa dibutuhkan penguasaan terhadap beberapa aspek yaitu:
(1) aspek fisik,
(2) aspek moral,
(3) aspek sosial,
(4) aspek kultural,
(5) aspek emosional,
(6) aspek intelektual.
Selanjutnya berdasarkan karakteristik peserta didik tersebut di atas, strategi
pembelajaran PPKn secara berkelompok (Cooperative Learning) model
STAD, pertimbangan utama yang dominan dalam pengelompokan peserta
didik yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.

A. (6), (3), (2), dan (5)


B. (1), (2), (3), dan (4)
C. (5), (2), (3), dan (6)
D. (2), (5), (3), dan (4)
E. (3), (2), (4), dan (6)
10. Memahami peserta didik sesuai dengan Permendiknas No. 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menjelaskan
bahwa dibutuhkan penguasaan terhadap beberapa aspek yaitu:

39
(1) aspek fisik,
(2) aspek moral,
(3) aspek sosial,
(4) aspek kultural,
(5) aspek emosional,
(6) aspek intelektual.
Kemudian berdasarkan karakteristik peserta didik tersebut di atas, dalam
pembelajaran PPKn, pertimbangan utama yang dominan dalam
pengelompokan peserta didik dalam bermain peran (Role Playing) adalah
sebagai berikut.

A. (1), (2), (3), dan (4)


B. (5), (2), (3), dan (6)
C. (2), (5), (3), dan (6)
D. (6), (2), (3), dan (5)
E. (4), (3), (5), dan (6)

3. Daftar Pustaka
Branson, M. S. (1998). The Role of Civic Education; A Forthcoming Education
Policy Task Force. Position Paper From Communitarian Network, 5, 75.
Retrieved from http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED403203.pdf

Branson, M. S. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika (Syafruddin, M. Y.


Alimi, & M. N. Khoiron, Trans.). Yogyakarta: LKIS.

Budimansyah, D. (2007). Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


Melalui Praktik Kewarganegaraan (Project Citizen). Journal Acta Civicus,
1(2), 179–198.

Cahyono, B. (2017). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Dalam. Aksioma, 8(1),


50–64.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: P.T. Remaja


40
Rosdakarya.

Djaali. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Gagne, Robert M. & Marcy P. Driscoll. Essentials of Learning for Instruction.


New Jersey: Prentice Hall. 1989.

Gardner, H. (1983). Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New


York, NY: Basic Book.

Gunawan, A. W. (2006). Genius Learning Strategi. Jakarta: Pustaka Utama.

Hurlock, E.B. (1990). Perkembangan Anak. Alih Bahasa: Meitasari Tjandrasa dan
Muslih Zarkasi. Jakarta: Erlangga

Hedlund, J., & Sternberg, R. J. (2000). Too Many Intelligence? Integrating Social,
Emotional, and Practical Intelligence. In The Handbook of Emotional
Intelligence: The Theory and Practice of Development, Evaluation,
Education, and Application at Home, School and in the Workplace. San
Francisco, CA: Jossey Bass.

Hendrowibow, L. (2007). Pendidikan Moral. Majalah Dinamika, FIP, UNY.

Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2009). Theories of Leaning (Teori Belajar)


(Ketujuh). Jakarta: Kencana.

Hwarmstrong. (2005). Refleksi, Revisi dan Revitalisasi Hidup Melalui Kedaulatan


Emosi. Jakarta: Penerbit Arga.

Kurtines, W.W & Gerwitz, J.L. (1992). Moralitas, Perilaku Moral, dan
Perkembangan Moral. Penerjemah: M.I. Soelaeman. Jakarta: UI Press.

Magdalena, I., Islami, N. F., Rasid, E. A., & Diasty, N. T. (2020). Tiga ranah
taksonomi bloom dalam pendidikan. EDISI, 2(1), 132-139.

Mahfud, C. (2006). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nuryoto, S. (2014). Penerimaan Diri Pada Lanjut Usia Ditinjau Dari Kematangan

41
Emosi. Jurnal Psikologi Dan Mental Kesehatan Mental, (2), 73–88.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun


2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. (n.d.).

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana.

Sarwono, S. W. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Setiawan, D., & Yunita, D. (2017). Kapita Selekta Kewarganegaraan. Medan:


Larispa.

Shoimin, A. (2018). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Sit, M. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing.

Sumantri, M. N., & Winataputra, U. S. (2017). Disiplin Pendidikan


Kewarganegaraan: Kultur Akademis dan Pedagogis. Bandung:
Laboratorium PKn UPI.

Susiani, K., Dantes, N., & Tika, N. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran
Quantum Terhadap Kecerdasan Sosio-Emosional dan Prestasi belajar IPA
Siswa Kelas V SD di Banyuning. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 3.
Retrieved from http://119.252.161.254/e-
journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/525

Syarif, K. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Medan: UNIMED Press.

Taufiq, A., Prianto, P. L., & Mikarsa, H. L. (2016). Pendidikan Anak di SD.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

Winataputra, U. S. (2015). Pendidikan Kewarganegaraan: Refleksi Historis-

42
Epistimologis dan Rekonstruksi untuk Masa Depan. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

Yaumi, M. (2013). Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan dengan


Kurikulum 2013 (2nd ed.; N. Ibrahim & D. Sidik, Eds.). Jakarta: Kencana.

Internet

https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/Dkq7A94N-revisi-uu-
sisdiknas-diminta-sentuh-pendidikan-karakter

http://pujinarimawati.gurusiana.id/article/2018/04/5-cara-dahsyat-menanamkan-
nilai-moral-pada-anak-0?bima_access_status=not-logged

https://archive.netralnews.com/opini/read/157962/agama-moralitas-dan-
tantangan-pluralisme

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-emosi/

https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/31/174508369/keberagaman-sosial-
budaya-dan-masalahnya?page=all

https://sekolahketiga.com/taksonomi-bloom-pengertian-dan-sejarah/

43
Kunci Jawaban

No Jawaban No Jawaban

1 B 6 D

2 E 7 C

3 D 8 D

4 C 9 A

5 A 10 E

44
KEGIATAN BELAJAR 2:
KARAKTERISTIK ETIKA PROFESI
GURU DAN APLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN PPKn
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

A. PENDAHULUAN ................................................................................................1

1. Deskripsi Singkat .........................................................................................1


2. Relevansi .......................................................................................................3
3. Petunjuk Belajar ..........................................................................................3

B. KEGIATAN INTI...............................................................................................4

1. Capaian Pembelajaran ................................................................................4


2. Uraian Materi ...............................................................................................4
2.1. Karakteristik Profesi Guru ....................................................................5
2.2. Karakteristik Etika Profesi Guru ...........................................................9
2.3. etika Profesi Guru dan Aplikasi dalam Pembelajaran...........................16
3. Ilustrasi Hubungan Guru dengan Peserta Didik ......................................32
4. Forum Diskusi ..............................................................................................32

C. PENUTUP ............................................................................................................33

1. Rangkuman ...................................................................................................33
2. Tes Formatif .................................................................................................36
3. Daftar Pustaka ..............................................................................................42

ii
A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat

Salah satu upaya mewujudkan guru PPKn professional, program pendidikan


profesi guru melalui modul 5 Kegiatan Belajar 2 (KB 2) menyajikan mengenai
pentingnya pemahaman tentang Karakteristik Etika Profesi Guru dan Aplikasinya
dalam Pembelajaran PPKn. Dalam sajian ini dikemukakan tentang landasan yang
menjadi dasar dari Karakteristik Etika Profesi Guru dan Aplikasinya dalam
Pembelajaran PPKn. itu sendiri. Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau
asosiasi profesi.

Guru profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,


mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Mereka memiliki
kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggungjawab.

Guru sebagai profesional dalam bidang pendidikan harus memiliki


profesionalisme yang tinggi. Begitu juga dengan guru Pendidikan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Mata Pelajaran PPKn. Sangat esensial
diberikan di persekolahan sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas,
terampil dan berkarakter (National Character Building) yang setia dan memiliki
komitmen kepada bangsa dan negara Indonesia yang majemuk. Selain itu pentingnya
mata pelajaran PPKn. diberikan di sekolah adalah dalam rangka membina sikap dan
perilaku peserta didik sesuai dengan nilai moral Pancasila dan UUD 1945 serta
menangkal berbagai pengaruh negatif yang datang dari luar yang berkaitan dengan
masalah ideologi maupun budaya.

Kode etik guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Persatuan guru
Republik Indonesia (PGRI), telah membuat kode etik guru yang disebut dengan Kode
Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil konferensi pusat PGRI
Nomor V/konPus II/XIX/2006 pada tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan
pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/ PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di
Palembang. KEGI ini dapat menjadi kode etik tunggal bagi setiap orang yang
menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau
asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.

KB2 ini juga akan dikaji Kode Etik sebagai acuan guru dalam menjalankan
tugas keprofesian, meliputi:

1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik


2. Hubungan Guru dengan Orang Tua/Wali
3. Hubungan Guru dengan Masyarakat
4. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Teman Sejawat
5. Hubungan Guru dengan Profesi
6. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi
7. Hubungan Guru dengan Pemerintah
Melaksanakan tugas profesinya, guru menyadari sepenuhnya bahwa Kode Etik
Guru Indonesia (KEGI) sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang
mengejawantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai
pendidik putra-putri bangsa. KEGI yang tercermin dalam tindakan nyata itulah yang
disebut etika profesi atau menjalankan profesi secara beretika.

2
2. Relevansi

Kegiatan Belajar 2 (KB 2) yang membahas tentang Karakteristik Etika Profesi


Guru dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran PPKn pada diklat PPG dalam jabatan ini
sangat relevan menjadi mata latih peserta. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang
No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (selanjutnya UU Guru dan Dosen)
mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi.
Kode etik guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Persatuan guru
Republik Indonesia (selanjutnya PGRI), telah membuat kode etik guru yang disebut
dengan Kode Etik Guru Indonesia (selanjutnya KEGI). KEGI ini merupakan hasil
konferensi pusat PGRI Nomor V/konPus II/XIX/2006 pada tanggal 25 Maret 2006 di
Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/ PGRI/2008
tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi kode etik tunggal bagi
setiap orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi
organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi
anggotanya.

3. Petunjuk Belajar

Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 2 (KB 2) ini, ada beberapa hal
yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi KB 2 ini.
Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;

a. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan penting


dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
b. Lakukan kajian permulaan terhadap tema karakteristik etika profesi guru dan
aplikasinya dalam pembelajaran PPKn dengan mencari beberapa referensi yang
relevan.
c. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 2 pada Modul 5 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 2.
d. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk itu,
3
berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat, berkaitan
dengan latihan soal yang telah disediakan pada KB 2 ini.
e. Bila menemui kesulitan, silahkan berdiskusi dengan sejawat, atau bertanya
kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
f. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil

B. KEGIATAN INTI

1. Capaian Pembelajaran

Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn, modul 5 ini akan


melanjutkan di kegiatan belajar 2 (KB 2) guru diharapkan mampu melaksanakan
proses pembelajaran yang memesona dan meneladani pada mata pelajaran PPKn agar
dapat membangun sikap (karakter keindonesiaan), pengetahuan, dan keterampilan
peserta didik dalam memecahkan masalah secara kritis, humanis, inovatif, kreatif,
kolaboratif, dan komunikatif. Oleh karenanya guru harus menguasai dan memahami
peserta didik SMP/SMA dan sederajat dari aspek penguatan karakteristik etika
profesi guru dan mengaplikasikannya dalam pembelajaran PPKn.

2. Uraian Materi

Guru dalam pepatah Jawa adalah sosok yang digugu omongane lan ditiru
kelakuane (dipercaya ucapannya dan ditiru perilakunya). Menjadi guru profesional
berarti harus menjaga citra, wibawa, perilaku, keteladanan, integritas dan
kredibilitasnya, begitu juga guru PPKn profesional. Guru bukan sekedar mengajar di
dalam kelas, tetapi juga membimbing, menuntut, dan membentuk karakter peserta
didik baik sebagai tauladan di dalam kelas maupun diluar kelas.(Suprihatinigrum,
2014).

4
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (Pasal 1 Angka 1 UU Guru dan Dosen). Guru harus menyadari bahwa
profesi guru adalah tugas yang terhormat, terlindungi, bermartabat dan mulia. Sebab
tugas dan tanggung jawab guru yang besar untuk mengembangkan potensi peserta
didik.

Guru harus memiliki seperangkat karakteristik profesi agar mampu


membimbing peserta didik menjadi pribadi yang berkualitas, kompetitif dan produktif
dan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidik yang berintegritas menjadi
persyaratan bagi guru sebagai tenaga pendidik yang profesional. Guru yang
berintegritas menjadi teladan dan contoh yang baik bagi peserta didik. Perlunya
penguatan integritas guru menjadi bagian penting dari kebijakan pemerintah untuk
pengembangan kualitas guru di masa depan, (Sarjana & Khayati, 2016).

2.1. Karakteristik Profesi Guru

Mengajar merupakan seni untuk mentransfer pengetahuan, mengembangkan


keterampilan, dan sikap yang bersumber nilai-nilai bangsa yang dipandu melalui
kurikulum. Maka dalam pembelajaran guru harus mampu mengembangkan suasana
belajar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkaji,
mengekspresikan ide-ide, dan kreativitasnya dalam batasan norma-norma yang
berlaku (Suprihatinigrum, 2014). Guru memegang peranan yang sangat strategis
dalam rangka menjalankan fungsi dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Selain sebagai pendidik, guru merupakan model bagi siswa untuk


mengembangkan potensi dirinya (Rachman & Hijran, 2017). Keahlian seorang guru
mampu menginspirasi peserta didik untuk berpikir melampaui batas-batas kekinian,
berpikir untuk menciptakan masa depan lebih baik. Peran guru dalam mendidik
keteladanan, karakter, moral, serta menjadi insan baik, tidak bisa digantikan oleh alat
5
dan teknologi secanggih apapun. Alat dan teknologi secanggih apapun tetap
membutuhkan peran guru guna memanfaatkan teknologi dengan tepat, untuk
mendukung peningkatan mutu pembelajaran.

Gambar 2.1. Guru profesional

Sumber: semutponti.blogspot.com

Guru adalah profesi yang Vollmer & Mills (1966) mengatakan bahwa profesi
adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang
diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai
keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain,
dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu. Guru profesional memiliki
arena khusus untuk berbagi minat, tujuan, dan nilai-nilai profesional serta
kemanusiaan mereka. Dengan sikap dan semacam itu, guru profesional
mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-diri, kesadaran-diri,
mengembangkan-diri, berempati, menjalani hubungan yang efektif.

6
Guru merupakan pendidik profesional. Sebagai sebuah profesi guru dituntut
dalam menjalankan tugasnya harus selalu dilandasi oleh kemampuan dan keahlian
sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Penyandang profesi guru adalah
insan yang layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
khususnya oleh peserta didik. Dalam melaksanakan tugasnya, guru berpegang teguh
pada prinsip ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani
(di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat dan di belakang memberi
dorongan). Sebagai sebuah profesi guru harus memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Pasal 8 UU Guru dan Dosen).

Menurut Suprihatinigrum (2014) ada lima ukuran seorang guru dinyatakan


profesional. Pertama, memiliki komitmen mendidik siswa dalam proses
pembelajaran. Kedua, menguasai materi ajar dan cara mengajarkannya. Ketiga,
bertanggung jawab memantau dan memastikan perkembangan kemampuan siswa dari
hasil pembelajaran melalui berbagai teknik evaluasi. Keempat, mampu berpikir
sistematis dalam menjalankan tugas. Kelima, menjadi bagian dari masyarakat belajar
di lingkungan profesinya.

Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan


peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan
bangsa lain, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Pilihan
seseorang untuk menjadi guru adalah “panggilan jiwa” untuk memberikan
pengabdian pada sesama manusia dengan mendidik, mengajar, membimbing, dan
melatih, yang diwujudkan melalui proses belajar-mengajar serta pemberian
bimbingan dan pengarahan kepada peserta didik agar mencapai kedewasaan masing-
masing. Dalam kenyataannya, menjadi guru tidak cukup sekedar untuk memenuhi
panggilan jiwa, tetapi juga memerlukan seperangkat keterampilan dan kemampuan
khusus.

7
Guru profesional memiliki beberapa aspek (Suprihatinigrum, 2014), yaitu:

a. Komitmen tinggi; Guru profesional harus memiliki komitmen yang kuat pada
pekerjaan yang dilakukannya, termasuk bagaimana usaha guru untuk
menghantarkan siswa pada kesuksesan membutuhkan komitmen yang muncul
dari dalam hati.
b. Tanggung jawab; Guru profesional harus bertanggung jawab penuh terhadap
pekerjaan yang dilakukannya. Tanggung jawab berarti menanggung seluruh
pekerjaan dan akibat dari pekerjaan sendiri dan tidak melibatkan orang lain.
c. Berpikir sistematis; Guru profesional harus mampu melakukan pekerjaannya
secara sistematis untuk melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Keahlian
dalam mengelola kelas memahami siswa membutuhkan pengalaman serta
waktu yang dapat membuat guru bertambah pengalaman melalui aktivitas
mengajar.
d. Penguasaan materi; Guru profesional harus menguasai materi secara mendalam
sebelum melakukan aktivitas belajar mengajar. Penguasaan materi dapat
dilakukan dengan berbagai kegiatan, seperti studi lanjut, membaca dan menulis
artikel ilmiah, serta selalu memperbaharui materi pembelajaran yang akan
diajarkan kepada peserta didik.
e. Menjadi bagian dari masyarakat profesional; Guru seharusnya aktif dalam
wadah organisasi profesi. Aktivitas dalam organisasi profesi akan
mengembangkan kompetensi guru melalui berbagai kegiatan yang
dilaksanakan.
f. Autonomy (mandiri dalam melaksanakan tugasnya); Seorang guru profesional
secara mandiri melaksanakan tugas utamanya, yaitu merencanakan,
melaksanakan, dan melakukan penilaian terhadap aktivitas belajar siswa dan
mengevaluasinya. Guru seharusnya tidak bergantung pada orang lain, tetapi

8
secara berkolaborasi dan berkoordinasi dengan teman sejawat untuk
mengembangkan kompetensinya.
g. Teacher research; Saat ini mulai diperkenalkan teaching by research. Guru
profesional dituntut untuk selalu melaksanakan kegiatan penelitian, minimal
penelitian tindakan kelas pada kelas yang diampunya. Dari penelitian, guru
akan memiliki keterampilan dalam menemukan masalah, menganalisis dan
melakukan perbaikan dan penyelesaian masalah dalam pembelajaran.
h. Publication; Selain meneliti, guru profesional juga dituntut untuk menulis karya
ilmiah, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Karya
ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan buku akan meningkatkan
citra guru sebagai guru profesional.
i. Professional organization; Guru profesIonal adalah guru yang juga aktif dalam
organisasi profesinya. Dalam wadah organisasi profesinya, guru biasanya akan
ikut membahas berbagai perkembangan dunia guru dan pendidikan. Aktivitas
tersebut tentunya dapat menambah perbendaharaan ilmu guru.

2.2. Karakteristik Etika Profesi Guru

Guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan KEGI.
Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
undang-undang (Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia, 2017). Kode
etik guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru
Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara (Suprihatinigrum, 2014).
Kode Etik Guru Indonesia merupakan jiwa dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945). Kode etik harus terlihat
pada perilaku guru serta tanggung jawab guru atas terwujudnya cita-cita kemerdekaan
Indonesia.

9
Guru harus menyadari sepenuhnya bahwa KEGI harus tercermin dalam sikap
dan perilaku guru sebagai pendidik putra-putri bangsa. KEGI yang tercermin dalam
tindakan nyata itulah yang disebut etika profesi atau menjalankan etika profesinya.
Tujuan dirumuskannya kode etik adalah untuk (1) menjunjung tinggi martabat
profesi; (2) menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota; (3) meningkatkan
pengabdian para anggota profesi; (4) meningkatkan mutu profesi, dan; (5)
meningkatkan mutu organisasi profesi (Hermawan, 1979; Suprihatinigrum, 2014).
Guru juga bertanggung jawab mensosialisasikan dan melaksanakan kode etik
dimaksud kepada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah.

Bagi guru, kode etik tidak boleh dilanggar, baik disengaja maupun tidak
disengaja. Bila dilanggar, guru dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku sesuai dengan tingkat pelanggarannya di hadapan Dewan Kehormatan Guru
Indonesia (Suprihatinigrum, 2014). KEGI menjadi landasan moral dan pedoman guru
dalam menjalankan profesinya (Wau, 2014). Kode etik dimaksud merupakan standar
etika kerja bagi penyandang profesi guru. Menurut UU Guru dan Dosen guru
membentuk organisasi atau asosiasi profesi yang bersifat independen. Guru wajib
menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi (Pasal 41 UU Guru dan Dosen).
Tujuanya adalah untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karir,
wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada
masyarakat.

Sejak UU Guru dan Dosen diberlakukan, amanat UU tersebut bahwa guru


wajib:

a. Menjadi anggota organisasi profesi sesuai dengan peraturan perundang-


undangan;

10
b. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi serta kode etik guru dan
ikrar atau janji guru yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi nya masing-
masing;
c. Mematuhi anggaran dasar, anggaran rumah tangga, serta peraturan-peraturan
yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi nya masing-masing;
d. Melaksanakan program organisasi atau asosiasi profesi guru secara aktif;
e. Memiliki nomor registrasi sebagai anggota organisasi atau asosiasi profesi guru
dimana dia terdaftar sebagai anggota;
f. Memiliki kartu anggota organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar
sebagai anggota;
g. Mematuhi peraturan dan disiplin organisasi atau asosiasi profesi dimana dia
terdaftar sebagai anggota;
h. Melaksanakan program, tugas, serta misi organisasi profesi dimana dia terdaftar
sebagai anggota;
i. Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus memilih
organisasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Menurut Danim (2010) secara akademik guru profesional bercirikan seperti


berikut ini:

a. Mumpuni kemampuan profesionalnya dan siap diuji atas kemampuannya itu.


b. Memiliki kemampuan berinteraksi antar guru dan kelompok lain yang
“seprofesi” dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial.
c. Melepaskan diri dari belenggu kekuasaan birokrasi, tanpa menghilangkan
makna etika kerja dan tata santun berhubungan dengan atasannya.
d. Memiliki rencana dari program pribadi untuk meningkatkan kompetisi, dan
gemar melibatkan diri secara individual atau kelompok berminat untuk
merangsang pertumbuhan diri.

11
e. Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam rangka
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran, termasuk dalam penyusunan
kebijakan bidang pendidikan.
f. Siap bekerja tanpa diatur, karena sudah bisa diatur, karena sudah bisa mengatur
dan mendisiplinkan diri.
g. Siap bekerja tanpa ditegur atau diancam, karena sudah bisa memotivasi dan
mengatur dirinya.
h. Secara rutin melakukan evaluasi-diri untuk mendapatkan umpan balik demi
perbaikan diri.
i. Memiliki empati yang kuat.
j. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas sekolah,
dan masyarakat.
k. Menjunjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja.
l. Menjunjung tinggi Kode Etik organisasi tempatnya bernaung.
m. Memiliki kesetiaan (loyalitas) dan kepercayaan (trust), dalam makna tersebut
mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri
sendiri.
n. Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembaga-lembaga
sosial dengan berbagai ragam perspektif.
Dari sisi pandang lain, dapat dijelaskan bahwa suatu profesi mempunyai
seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya. Seorang
penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen- elemen inti itu sudah
menjadi bagian integral dari kehidupannya. Danim (2002) merangkum beberapa hasil
studi para ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik profesi seperti
berikut ini.

a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan


dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini,

12
pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh
seorang penyandang profesi.
b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah
kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi
“guru”, akan tetapi guru yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi
(subject matter) dan penguasaan metodologi pembelajaran.
c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain
atau klien. Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari
atas kerangka teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin
mendalam pengetahuannya di bidang itu, dan semakin akurat pula
pelayanannya kepada klien. Dokter umum, misalnya, berbeda pengetahuan
teoritis dan pengalaman praktisnya dengan dokter spesialis. Seorang guru besar
idealnya berbeda pengetahuan teoritis dan praktisnya dibandingkan dengan
dosen atau tenaga akademik biasa.
d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable.
Seorang guru harus mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam makna apa
yang disampaikannya dapat dipahami oleh peserta didik.
e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-
organization. Istilah mandiri disini berarti kewenangan akademiknya melekat
pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan
orang lain, meski tidak berarti menafsirkan bantuan atau mereduksi semangat
kolegialitas.
f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap
memberikan layanan kepada peserta didiknya pada saat bantuan itu diperlukan,
apakah di kelas, di lingkungan sekolah, bahkan di luar sekolah. Di dunia
kedokteran, seorang dokter harus siap memberikan bantuan, baik dalam
keadaan normal, emergensi, maupun kebetulan, bahkan saat dia sedang istirahat
sekalipun.

13
g. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru
dalam bekerja.
h. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas. Manakala terjadi
“malpraktek”, seorang guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari
masyarakat, atau sanksi dari atasannya. Ketika bekerja, guru harus memiliki
tanggung jawab kepada komunitas, terutama peserta didiknya. Replika
tanggung jawab ini menjelma dalam bentuk disiplin mengajar, disiplin dalam
melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran.
i. Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksudkan disini adalah standar
gaji. Di dunia kedokteran, sistem upah dapat pula diberi makna sebagai tarif
yang diterapkan dan harus dibayar oleh orang-orang yang menerima jasa
layanan darinya.
j. Budaya professional. Budaya profesi, bisa berupa penggunaan simbol-simbol
yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain.
Kode etik guru dan etika profesi guru dengan segala dimensinya tidak terlepas
dengan dimensi organisasi atau asosiasi profesi guru sebagaimana penjelasan berikut:

a. Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang


didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru
(Pasal 1 Angka 13 UU Guru dan Dosen).
b. Kewenangan organisasi guru adalah kekuatan legal yang dimilikinya dalam
menetapkan dan menegakkan kode etik guru, melakukan pembinaan dan
pengembangan profesi guru, dan memajukan pendidikan nasional.
c. Dewan kehormatan guru adalah perangkat kelengkapan organisasi atau asosiasi
profesi guru yang dibentuk untuk menjalankan tugas dalam memberikan saran,
pendapat, pertimbangan, penilaian, penegakan, dan pelanggaran disiplin
organisasi dan etika profesi guru.
d. Pedoman sikap dan perilaku adalah nilai-nilai moral yang membedakan
perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dilaksanakan dan tidak boleh

14
dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.
e. Pembinaan etika profesi adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis
untuk menciptakan kondisi agar guru berbuat sesuai dengan norma-norma yang
dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang dalam proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah, serta menjalani kehidupan di
masyarakat.
Menurut Arumsari peran guru dalam pendidikan abad 21 terdapat tujuh aspek;
(1) orang yang kreatif, (2) pembicara yang baik, (3) inovator, (4) penyusunan
rencana, (5) pengguna teknologi, (6) agen dari perubahan sosial, (7) koordinator yang
baik (Thamrin, 2018). Selanjutnya, Arumsari memaparkan bahwa peran guru dalam
membentuk karakter peserta didik memiliki empat peran yaitu sebagai motivator,
fasilitator, role model, dan pendorong kreativitas (Thamrin, 2018).

Gambar 2.2. Keterampilan guru abad 21

Sumber: Thamrin, (2018).

Menurut Brown (2007). terkait dengan penanaman karakter pada menghadapi

abad 21, maka pekerjaan guru tidaklah mudah. Di saat teknologi yang berkembang
15
dengan pesat dan peserta didik sangat gandrung dengan teknologi yang bahkan

membuat mereka terlena, guru yang seharusnya memerankan dengan mengarahkan,

mendorong, membimbing para peserta didik serta memberikan contoh agar peserta

didik memiliki kecerdasan yang komprehensif. Guru selalu belajar, mengikuti

perkembangan teknologi, kreatif dan inovatif serta selalu mengintegrasikan

pendidikan di dalam mata pelajaran yang diajarkan karakter sehingga secara tidak

sadar secara perlahan karakter peserta didik terbentuk melalui pembiasaan

2.3. Etika Profesi Guru dan Aplikasi dalam Pembelajaran

Guru yang memiliki kompetensi dan kualifikasi mengajar akan meningkatkan


kualitas pendidikan menjadi bermutu serta diperhatikan oleh masyarakat, bahkan
masyarakat menghargai guru sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat.
Guru merupakan sosok yang digugu, ditiru dan tidak terpisahkan dari upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga dalam pengaplikasiannya kode etik guru
sangat diperlukan sebab gurulah yang paling menentukan di dalam terjadinya proses
pembelajaran.

Guru sebagai profesional dalam bidang pendidikan harus memiliki


profesionalisme yang tinggi. Begitu juga dengan guru PPKn. Mata Pelajaran PPKn.
Sangat esensial diberikan di persekolahan sebagai wahana untuk membentuk warga
negara cerdas, terampil dan berkarakter (National Character Building) yang setia dan
memiliki komitmen kepada bangsa dan negara Indonesia yang majemuk. Selain itu
pentingnya mata pelajaran PPKn diberikan di sekolah adalah dalam rangka membina
sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan nilai moral Pancasila dan UUD 1945
serta menangkal berbagai pengaruh negatif yang datang dari luar yang berkaitan
dengan masalah ideologi maupun budaya.
16
Guru PPKn. memiliki peran yang sangat besar dapat mengaplikasikannya
dalam tugas sehari-hari, baik di sekolah maupun di masyarakat. Guru PPKn. dalam
melaksanakan tugas profesinya menjalankan tugas sesuai dengan kode etik guru.
Kode etik guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Persatuan guru
Republik Indonesia (PGRI), telah membuat kode etik guru yang disebut dengan Kode
Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil konferensi pusat PGRI
Nomor V/konPus II/XIX/2006 pada tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan
pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/ PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di
Palembang. KEGI ini dapat menjadi kode etik tunggal bagi setiap orang yang
menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau
asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.

Berikut ini disajikan substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan oleh PGRI
telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah disepakati. Berikut ini disajikan
kode etik guru sebagai acuan guru dalam menjalankan tugas keprofesian.

2.3.1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik


Guru membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang
berjiwa Pancasila. Dalam membimbing peserta didiknya, Ki Hajar Dewantara
mengemukakan tiga kalimat ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso,
dan tut wuri handayani. Hubungan guru dengan peserta didik tercermin kalimat
guru hendaknya memberi contoh yang baik untuk peserta didiknya, dapat
mempengaruhi dan mengendalikan peserta didiknya, dalam hal ini, perilaku dan
pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh untuk mengubah perilaku peserta
didik. Guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman peserta didiknya.
Berikut hubungan guru dengan peserta didik.

17
Tabel 2. 1. Etika Hubungan Guru dengan Peserta Didik

No. Hubungan Guru dengan Peserta Didik

1. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas


mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
serta mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

2. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan


mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga
sekolah dan anggota masyarakat.

3. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik


secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan
pembelajaran.

4. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan


menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.

5. Guru secara perorangan atau bersama-sama secara terus menerus


harus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan
suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang
efektif dan efisien bagi peserta didik.

6. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa


kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang
diluar batas kaidah pendidikan.

7. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan


yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.

8. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya

18
untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.

9. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali


merendahkan martabat peserta didiknya.

10. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya


secara adil.

11. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.

12. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan
penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta
didiknya.

13. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta


didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar,
menimbulkan gangguan kesehatan dan keamanan.

14. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk
alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan
pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.

15. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan


profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar
norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.

16. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional


dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi. Dalam penerapannya guru tidak boleh memberi les privat
kepada muridnya; guru tidak boleh berpacaran dengan murid; dan

19
guru tidak boleh menjual buku pelajaran atau benda-benda lain
kepada peserta didik.

Mengaplikasikan etika hubungan guru dengan peserta didik dengan


berupaya menjadi guru menjaga sikap dan perilaku, menjunjung tinggi harga diri,
dan integritas sehingga menjadi role model yang dapat diteladani oleh peserta
didik. Seperti guru menunjukan sikap disiplin, berbicara sopan, menjaga
kewibawaan dan dapat menjadi “teman sebaya” dalam belajar dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Guru harus mampu mengembangkan aktivitas dan pengalaman yang sesuai


dengan kebutuhan belajar siswa. Karena itu terlebih dahulu guru harus memahami
karakteristik peserta didik dan perkembanganya. Mengembangkan model dan
media pembelajaran yang melibatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran
(student center learning). Contohnya guru menggunakan model pembelajaran role
playing (bermain peran) untuk mengajarkan Materi Pokok Integrasi Nasional
dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika kelas X. Siswa diminta memerankan
berbagai tokoh bangsa yang berbeda suku dan latar belakang bersatu dalam
Kongres Pemuda II.

Dalam proses pembelajaran PPKn, guru hendaknya tidak lagi instructional


effects pada penguasaan materi (dimensi kognitif/pengetahuan) memperhatikan
dimensi afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) serta dampak pengiring
(natural effects) sebagai “hidden curriculum”. Guru harus mampu menciptakan
suasana belajar yang memberikan pengalaman belajar melalui pelibatan murid
secara produktif dan interaktif dalam proses pembelajaran baik didalam maupun
diluar kelas (Budimansyah, 2015).Sebagai upaya membimbing, mengarahkan dan
melatih peserta didik guru harus melakukan refleksi dengan pemberian feedback

20
kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai.
Kemudian bersama-sama siswa menyimpulkan aktivitas pembelajaran.

Guru harus mampu menilai secara autentik, serta mengevaluasi proses dan
hasil pembelajaran. Etika hubungan guru dengan peserta didik, guru tidak boleh
membeda-bedakan peserta didik suku dan agama yang dimilikinya di dalam
maupun diluar kelas. Etika hubungan guru dan peserta didik yang telah diuraikan
diatas selain menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan
bermartabat. Menjadi landasan pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru
kepada siswa dalam mencapai tujuan pendidikan, khususnya pembelajaran PPKn.

2.3.2. Hubungan Guru dengan Orang Tua/Wali Peserta Didik


Etika hubungan guru dengan orang tua/wali peserta didik adalah etika guru
dalam membangun hubungan dan kerjasama yang baik dengan orang tua/wali
peserta didik. Etika tersebut bertujuan agar orang tua/wali mendukung
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Berikut rincian hubungan guru
dengan orang tua/wali peserta didik:

Tabel 2. 2. Etika Hubungan Guru dengan Orang Tua/Wali Peserta Didik

No. Hubungan Guru dengan Orang Tua/Wali Peserta Didik

1. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien


dengan orang tua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.

2. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali siswa secara jujur


dan objektif mengenai perkembangan peserta didik.

3. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain


yang bukan orang tua/walinya.

4. Guru memotivasi orang tua/wali siswa untuk beradaptasi dan

21
berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas
pendidikan.

5. Guru berkomunikasi secara baik dengan orang tua/wali siswa


mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan
pada umumnya.

6. Guru menjunjung tinggi hak orang tua/wali siswa untuk berkonsultasi


dengannya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita
anak atau anak-anak akan pendidikan.

7. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional


dengan orang tua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-
keuntungan pribadi.

Guru dalam mengaplikasi etika hubungan guru dengan orang tua/wali siswa
harus secara maksimal menjalin hubungan komunikasi kepada wali siswa baik
lisan maupun tulisan. Terlibatnya orang tua/wali siswa dalam memajukan dan
meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn. Contohnya saat guru di sekolah
menerapkan model pembelajaran role playing (bermain peran) untuk mengajarkan
Materi Pokok Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika kelas X.
Siswa diminta memerankan berbagai tokoh bangsa yang berbeda suku dan latar
belakang bersatu dalam Kongres Pemuda II. Tujuan pembelajarannya adalah agar
siswa dapat memahami perbedaan, toleransi dan mampu menampilkan tindakan
yang mendukung integrasi nasional.

Dengan menyampaikan aktivitas pembelajaran di sekolah kepada orang


tua/wali, orang tua/wali dapat melakukan upaya pembelajaran pada tingkat
keluarga agar membangun kebiasaan (habituasi) untuk menampilkan karakter
yang telah disekolah. Sehingga guru tidak hanya memberikan perkembangan
siswa secara negatif saja kepada orang tua atau ketika ada permasalahan yang
22
dilakukan oleh peserta didik. Tetapi membangun sinergitas antara guru dan orang
tua/wali untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn di sekolah.

2.3.3. Hubungan Guru dengan Masyarakat


Guru profesional, selain membangun hubungan dengan peserta didik dan
orang tua/wali juga harus membangun hubungan dengan masyarakat yang menjadi
salah satu sumber dan lingkungan belajar peserta didik. Dalam membagun
hubungan dengan masyarkat guru juga dilekatkan Etik Hubungan Guru dengan
Masyarakat sebagai pedoman guru dalam menjalankan tugasnya. Berikut
diuraikan hubungan guru dengan masyarakat:

Tabel 2. 3. Etika Hubungan Guru dengan Masyarakat

No. Hubungan Guru dengan Masyarakat

1. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan


efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.

2. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan


dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.

3. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam


masyarakat.

4. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat dengan meningkatkan


prestise dan martabat profesionalnya.

5. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama – sama dengan


masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya.

23
6. Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai –
nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan
dengan masyarakat.

7. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya


kepada masyarakat.

8. Guru tidak boleh menampilkan diri secara eksklusif dalam kehidupan


bermasyarakat.

Mengaplikasi hubungan guru dengan masyarakat turut aktif dalam


kegiatan masyarakat untuk dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di
masyarakat yang dapat dijadikan sebagai permasalahan yang akan didiskusikan di
kelas atau menjadi sumber pembelajaran PPKn. Sehingga pembelajaran PPKn di
kelas dalam berkorelasi dengan fenomena yang sedang terjadi di masyarakat. Guru
juga dapat menciptakan kerjasama yang sebaik-baiknya antar sekolah, orang tua,
dan masyarakat untuk mengembangkan lingkungan belajar yang kondusif,
produktif dan dapat mendukung pembentukan habituasi karakter positif peserta
didik.

2.3.4. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat


Hubungan yang harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan perasaan
bersaudara yang mendalam antara sesama rekan sejawat. Pentingnya hubungan
yang harmonis antara seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial menunjukkan bahwa guru berusaha menciptakan dan memelihara hubungan
antara sesama guru dan lingkungan kerjanya/sekolah dan sekaligus menciptakan
dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di sekolah.
Berikut rincian hubungan guru dengan sekolah dan rekan sejawat:

24
Tabel 2. 4. Etika Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat

No. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat

1. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi


sekolah.

2. Guru memotivasi diri dan rekan kerja sejawat secara aktif dan kreatif
dalam melaksanakan proses pendidikan.

3. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.

4. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah

5. Guru menghormati rekan sejawat.

6. Guru saling membimbing antar sesama rekan sejawat.

7. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan


kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.

8. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya


untuk tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang
relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.

9. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan


pendapat-pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan
dan pembelajaran.

10. Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan
dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.

11. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat


meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan

25
tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.

12. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari


kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat
profesionalnya.

13. Guru tidak boleh mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan keliru berkaitan


dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.

14. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya.

15. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawat atas


dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.

16. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara umum.

17. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung
atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.

Mengaplikasikan hubungan guru dengan sekolah dan rekan sejawat


diantaranya adalah dengan bersama-sama menciptakan suasana kehidupan sekolah
sehingga siswa merasa betah untuk belajar di sekolah. Sesama rekan sejawat guru
dapat saling membimbing dalam upaya meningkatkan kinerja, prestasi, dan
reputasi sekolah, khususnya sesama guru PPKn. Guru bersama rekan sejawat
berusaha menjadi tauladan (role model) peserta didik untuk menampilkan contoh
karakter positif yang dapat ditiru oleh peserta didik. Saling membimbing dalam

26
upaya meningkatkan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam meningkatkan
kualitas proses pembelajaran PPKn.

2.3.5. Hubungan Guru dengan Profesi


Guru sebagai sebuah profesi, guru menjunjung tinggi jabatan guru,
mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan mata pelajaran
yang diajarkan serta terus-menerus meningkatkan kompetensinya. Berikut uraikan
hubungan guru dengan profesi:

Tabel 2. 5. Etika Hubungan Guru dengan Profesi

No. Hubungan Guru dengan Profesi

1. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.

2. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu


pendidikan dan bidang studi yang diajarkan.

3. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.

4. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam


menjalankan tugas-tugas profesional dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.

5. Guru menerima tugas-tugas sebagai bentuk tanggung jawab, inisiatif


individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.

6. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat


yang akan merendahkan martabat profesionalnya.

7. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.

27
8. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari
tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru
dibidang pendidikan dan pembelajaran.

Aplikasi hubungan guru dengan profesi: Pada penerapannya, guru sebagai


sebuah profesi yang dilakukan adalah membelajarkan siswa dengan untuk
mewujudkan cita-cita bangsa yang tertuang pada Pancasila dan UUD 1945 serta
mengikuti peraturan yang tertuang pada PGRI sebagai salah satu organisasi guru.
Untuk memajukan disiplin ilmu yang diajarkan, guru PPKn dapat terus melakukan
update pengetahuan melalui penelitian dan hasil penelitian tersebut dapat
dijadikan sebagai acuan perbaikan dan pengembangan bidang studi yang
diajarkan. Dalam meningkatkan kompetensinya, guru dapat (1) mengikuti kegiatan
pengembangan diri seperti pelatihan kependidikan, lokakarya media pembelajaran,
serta terus mengupdate pengetahuan melalui media-media yang ada; (2)
menuliskan dan mempublikasikan karya ilmiah seperti melakukan penelitian
tindakan kelas, dan publikasi jurnal ilmiah, dan; (3) mengembangkan karya
inovatif.

2.3.6. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi


Guru profesional juga harus mengembangkan hubungan dan aktif dengan
organisasi profesinya dalam rangka mengembangkan, dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya. Hubungan guru dengan organisasi profesi, secara tegas
mewajibkan kepada seluruh anggota guru untuk selalu meningkatkan mutu dan
martabat profesi guru itu sendiri. Berikut rincian hubungan guru dengan organisasi
profesi.

Tabel 2. 6. Etika Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi

28
No. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi

1. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta


secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi
kepentingan pendidikan.

2. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang


memberikan manfaat bagi kepentingan pendidikan.

3. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat


informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan
masyarakat.

4. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam


menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas
konsekuensinya.

5. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk


tanggung jawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-
tindakan profesional lainnya.

6. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat


yang dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi
profesinya.

7. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk


memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.

8. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai


organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

29
Aplikasi hubungan guru dengan organisasi profesi adalah dengan dalam
menjalankan peran sebagai bagian dari organisasi keprofesian. Guru menjadi
anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam
melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan pendidikan. Sebagai
seorang guru Indonesia, guru ikut menjadi anggota PGRI, KKG, MGMP PPKn
serta menjalankan peraturan yang ada di dalamnya secara aktif.

Guru PPKn yang profesional harus berperan memantapkan dan memajukan


organisasi profesi guru yang memberikan manfaat bagi kepentingan
pengembangan kualitas pembelajaran PPKn. Selain sebagai wadah yang
melindungi profesi guru, organisasi profesi guru juga harus senantiasa dimajukan
dengan berbagai kegiatan seperti pertemuan lokakarya, workshop, dan pelatihan-
pelatihan yang diadakan oleh LPTK. Guru diharuskan aktif mengembangkan
organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan
untuk kepentingan guru dan masyarakat.

2.3.7. Hubungan Guru dengan Pemerintah


Hubungan guru dengan pemerintah, guru membantu program pemerintah
untuk mencerdaskan kehidupan yang berbudaya. Berusaha menciptakan,
memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila dan UUD 194. Selanjutnya guru
menjalankan kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah dan satuan pendidikan
untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran. Secara rinci hubungan guru dengan
pemerintah, diuraikan sebagai berikut:

Tabel 2. 7. Etika Hubungan Guru dengan Pemerintah

No. Hubungan Guru dengan Pemerintah

1. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program


pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam

30
UUD 1945, UU tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang
tentang guru dan dosen, dan ketentuan perundang-undangan lainnya.

2. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan


yang berbudaya.

3. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa


persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

4. Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh


pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan
pembelajaran.

5. Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang


berakibat pada kerugian negara.

Mengaplikasikan etika hubungan guru dengan pemerintah, seperti guru


memiliki komitmen dan berusaha untuk mencapai tujuan pembangunan dalam
bidang pendidikan. Guru PPKn di setiap jenjang pendidikan memegang peranan
dan bertanggung jawab mengembangkan potensi peserta didik menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional (Sumantri & Winataputra, 2017; Pasal 3 UU Sisdiknas; Winataputra,
2015). Guru PPKn bertanggung jawab untuk meningkatkan rasa cinta kebangsaan
pada peserta didik melalui kegiatan-kegiatan kebangsaan melalui kegiatan belajar
atau kegiatan lainnya seperti upacara bendera, mengikutsertakan siswa dalam
memeriahkan peringatan 17 Agustus, melibatkan siswa pada ekstrakurikuler
pramuka, dan lain-lain.

31
Saat menjalankan tugasnya, guru Guru tidak boleh melakukan praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah.
Menjalankan aktivitas belajar mengajar dan pa membedakan latar belakang siswa.
Guru harus berpedoman pada ideologi bangsa demi mewujudkan cita-cita bangsa
melalui bidang pendidikan. Dalam pembelajaran guru harus memperhatikan
perbedaan karakteristik peserta didik (Subini, 2012) karena setiap anak berhak
mendapatkan pendidikan yang berkualitas untuk mengembangkan potensi dirinya.
Guru dapat menyesuaikan aktivitas belajar agar tujuan PPKn tercapai yaitu
membentuk warganegara yang cerdas dan baik yang mampu berpartisipasi dalam
kehidupan demokrasi (Branson, 1998, 1999; Wahab & Sapriya, 2011).

3. Ilustrasi Hubungan Guru dengan Peserta Didik

Kelas Ibu Rita ada seorang peserta didik yang bernama Neng Siti Aminah
bersuku Sunda, namun sangat membenci temannya bernama Sere Sitompul yang
bersuku Batak Toba karena ucapannya dengan intonasi yang tinggi seolah-olah
marah. Untuk mengatasi kasus ini, Ibu Rita memperkenalkan identitas/suku-suku
yang ada di Indonesia khususnya yang ada di Sumatera Utara sekaligus menjelaskan
identitas suku Batak Toba berada pada letak geografis pegunungan. Sehingga pada
akhirnya Neng Siti Aminah mulai merasa senang berteman dengan Sere Sitompul,
dapat menciptakan kerukunan dalam berteman di dalam kelas, dan dapat menghargai
perbedaan suku. Bagaimana pendapat anda terhadap sikap Ibu Rita ?. Apakah anda
pernah memiliki pengalaman serupa ?.

4. Forum Diskusi

a. Mahasiswa melakukan mini riset, mahasiswa menyampaikan argumen bahwa


guru PPKn yang profesional dan menerapkan etika profesi dapat mendidik dan
mengajar lebih baik.
b. Melakukan inkuiri kepustakaan, mahasiswa menganalisis karakteristik
keprofesian guru dan etika profesi guru secara komprehensif.

32
C. PENUTUP

1. Rangkuman

Guru profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,


mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Mereka memiliki
kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggungjawab.

Suatu profesi mempunyai seperangkat elemen inti yang membedakannya


dengan pekerjaan lainnya. Seorang penyandang profesi dapat disebut profesional
manakala elemen- elemen inti itu sudah menjadi bagian integral dari kehidupannya.
Danim (2010) merangkum beberapa hasil studi para ahli mengenai sifat-sifat atau
karakteristik-karakteristik profesi seperti berikut ini.

a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan


dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini,
pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh
seorang penyandang profesi.
b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah
kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi
“guru”, akan tetapi guru yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi
(subject matter) dan penguasaan metodologi pembelajaran.
c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain
atau klien. Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari

33
atas kerangka teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin
mendalam pengetahuannya di bidang itu, dan semakin akurat pula
pelayanannya kepada klien. Dokter umum, misalnya, berbeda pengetahuan
teoritis dan pengalaman praktisnya dengan dokter spesialis. Seorang guru besar
idealnya berbeda pengetahuan teoritis dan praktisnya dibandingkan dengan
dosen atau tenaga akademik biasa.
d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable.
Seorang guru harus mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam makna apa
yang disampaikannya dapat dipahami oleh peserta didik.
e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-
organization. Istilah mandiri disini berarti kewenangan akademiknya melekat
pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan
orang lain, meski tidak berarti menafsirkan bantuan atau mereduksi semangat
kolegialitas.
f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap
memberikan layanan kepada peserta didiknya pada saat bantuan itu diperlukan,
apakah di kelas, di lingkungan sekolah, bahkan di luar sekolah. Di dunia
kedokteran, seorang dokter harus siap memberikan bantuan, baik dalam
keadaan normal, emergensi, maupun kebetulan, bahkan saat dia sedang istirahat
sekalipun.
g. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru
dalam bekerja.
h. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas. Manakala terjadi
“malpraktek”, seorang guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari
masyarakat, atau sanksi dari atasannya. Ketika bekerja, guru harus memiliki
tanggung jawab kepada komunitas, terutama peserta didiknya. Replika
tanggung jawab ini menjelma dalam bentuk disiplin mengajar, disiplin dalam
melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran.

34
i. Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksudkan disini adalah standar
gaji. Di dunia kedokteran, sistem upah dapat pula diberi makna sebagai tarif
yang diterapkan dan harus dibayar oleh orang-orang yang menerima jasa
layanan darinya.
j. Budaya professional. Budaya profesi, bisa berupa penggunaan simbol-simbol
yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain.

Etika Profesi Guru dan Aplikasi dalam Pembelajaran,

Kode etik guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Persatuan guru
Republik Indonesia (PGRI), telah membuat kode etik guru yang disebut dengan Kode
Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil konferensi pusat PGRI
Nomor V/konPus II/XIX/2006 pada tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan
pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/ PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di
Palembang. KEGI ini dapat menjadi kode etik tunggal bagi setiap orang yang
menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau
asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.
Berikut ini disajikan kode etik guru sebagai acuan guru dalam menjalankan tugas
keprofesian, meliputi:

a. Hubungan Guru dengan Peserta Didik


b. Hubungan Guru dengan Orang Tua/Wali
c. Hubungan Guru dengan Masyarakat
d. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Teman Sejawat
e. Hubungan Guru dengan Profesi
f. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi
g. Hubungan Guru dengan Pemerintah

Melaksanakan tugas profesinya, guru menyadari sepenuhnya bahwa Kode Etik


Guru Indonesia (KEGI) sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang

35
mengejawantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai
pendidik putra-putri bangsa. KEGI yang tercermin dalam tindakan nyata itulah yang
disebut etika profesi atau menjalankan profesi secara beretika.

2. Tes Formatif

1. Guru profesional adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik dalam
bekerja. Menurut Danim (2010) secara akademik guru profesional bercirikan
seperti berikut ini, yaitu sebagai berikut, kecuali ….
A. Melepaskan diri dari belenggu kekuasaan birokrasi, tanpa menghilangkan
makna etika kerja dan tata santun berhubungan dengan atasannya.
B. Memiliki rencana dari program pribadi untuk meningkatkan kompetisi, dan
gemar melibatkan diri secara individual atau kelompok berminat untuk
merangsang pertumbuhan diri.
C. Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam rangka
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran, termasuk dalam penyusunan
kebijakan bidang pendidikan.
D. Siap bekerja dengan mengatur, karena sudah bisa mengatur, karena sudah
bisa mengatur dan mendisiplinkan diri.
E. Siap bekerja tanpa ditegur atau diancam, karena sudah bisa memotivasi dan
mengatur dirinya
2. Selanjutnya menurut Danim (2010), selain yang disebutkan di atas, secara
akademik guru profesional bercirikan seperti berikut ini, yaitu sebagai berikut,
kecuali …., kecuali …
A. Mampu berkomunikasi secara efisien dengan siswa, kolega, komunitas
sekolah, dan masyarakat.
B. Menjunjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja.
C. Menjunjung tinggi Kode Etik organisasi tempatnya bernaung.

36
D. Memiliki kesetiaan (Loyalitas) dan kepercayaan (trust), dalam makna
tersebut mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri.
E. Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembaga-
lembaga sosial dengan berbagai ragam perspektif
3. Menurut Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi
profesi. Konsekuensi logis dari amanat UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen tersebut, yang bukan merupakan kewajiban seorang guru anggota
organisasi atau asosiasi adalah…
A. Memiliki nomor registrasi sebagai anggota organisasi atau asosiasi profesi
guru dimana dia terdaftar sebagai anggota
B. Memiliki kartu anggota organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar
sebagai anggota
C. Mematuhi peraturan dan disiplin organisasi atau asosiasi profesi dimana dia
terdaftar sebagai anggota
D. Guru yang belum menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi guru
harus memilih organisasi atau asosiasi profesi guru yang pembentukannya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
E. Melaksanakan program, tugas, serta misi organisasi atau asosiasi profesi
dimana sekolah tempat bekerja terdaftar sebagai anggota
4. Substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan oleh PGRI telah memuat rumusan
Kode Etik Guru yang sudah disepakati. Berikut ini yang tidak termasuk Kode
Etik Guru yang berkaitan dengan Hubungan Guru dengan Peserta Didik adalah

A. Guru secara perorangan atau bersama-sama secara terus menerus harus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah

37
yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi
peserta didik.
B. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas
kaidah pendidikan.
C. Guru berusaha secara manusiawi menyelesaikan masalah sebagai problem
solver setiap gangguan yang sudah dialami peserta didik yang dapat
mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik tersebut.
D. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
E. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya
5. Kemudian yang tidak termasuk Kode Etik Guru yang berkaitan dengan
Hubungan Guru dengan Orang Tua/Wali dalam substansi esensial dari KEGI
yang ditetapkan oleh PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah
disepakati adalah …
A. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali siswa secara jujur dan
objektif mengenai perkembangan peserta didik.
B. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orang tua/walinya.
C. Guru memotivasi orang tua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi
dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
D. Guru berkomunikasi secara baik dengan orang tua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada
umumnya.

38
E. Guru menjunjung tinggi kewajiban orang tua/wali siswa untuk berkonsultasi
dengannya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak
atau anak-anak akan pendidikan.
6. Selanjutnya yang tidak termasuk Kode Etik Guru yang berkaitan dengan
Hubungan Guru dengan Masyarakat dalam substansi esensial dari KEGI yang
ditetapkan oleh PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah
disepakati adalah …
A. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
B. Guru dapat melakukan untuk fokus pada satu usaha untuk secara bersama-
sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya
C. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
D. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat dengan meningkatkan
prestise dan martabat profesionalnya.
E. Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
7. Yang tidak termasuk Kode Etik Guru yang berkaitan dengan Hubungan Guru
dengan Sekolah dan Teman Sejawat dalam substansi esensial dari KEGI yang
ditetapkan oleh PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah
disepakati adalah….
A. Guru tidak boleh mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan keliru berkaitan
dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
B. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya.

39
C. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang
dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat
profesionalnya.
D. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawat atas
dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenaranya.
E. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara umum
8. Kemudian yang tidak termasuk Kode Etik Guru yang berkaitan dengan
Hubungan Guru dengan Profesi dalam substansi esensial dari KEGI yang
ditetapkan oleh PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah
disepakati adalah….:.
A. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesional dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.
B. Guru boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud memberikan
kesempatan kepada kolega untuk mengerjakan tugas-tugas dan tanggung
jawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan
pembelajaran.
C. Guru menerima tugas-tugas sebagai bentuk tanggung jawab, inisiatif
individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
D. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan martabat profesionalnya.
E. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
9. Kemudian yang tidak termasuk Kode Etik Guru yang berkaitan dengan
Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi dalam substansi esensial dari KEGI

40
yang ditetapkan oleh PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah
disepakati adalah….:.
A. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas
konsekuensinya.
B. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggung jawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
C. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.
D. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk
memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
E. Guru boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi
tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
10. Selanjutnya yang terakhir, yang tidak termasuk Kode Etik Guru yang berkaitan
dengan Hubungan Guru dengan Pemerintah dalam substansi esensial dari KEGI
yang ditetapkan oleh PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah
disepakati adalah….:.
A. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan
bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang tentang guru dan dosen, dan
ketentuan perundang-undangan lainnya.
B. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang
berbudaya. Selain melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru
juga berusaha membantu menyebarkan kebijaksanaan dan program
pemerintah dalam bidang pendidikan kepada peserta didik dan masyarakat.

41
C. Guru tidak memaksakan diri dalam menciptakan, memelihara, dan
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
D. Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah
atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran. Guru
berusaha menjunjung terciptanya kepemimpinan pendidikan di lingkungan
atau di daerahnya dengan sebaik-baiknya.
E. Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat
pada kerugian negara. Guru tidak boleh melakukan praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme baik didalam kelas maupun di lingkungan sekolah.

3. Daftar Pustaka

Branson, M. S. (1998). The Role of Civic Education; A Forthcoming Education


Policy Task Force. Position Paper From Commutarian Network, 5, 75.
Retrieved from http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED403203.pdf

Branson, M. S. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika (Syafruddin, M. Y.


Alimi, & M. N. Khoiron, trans.). Yogyakarta: LKIS.

Brown, H. Douglas. 2007. Mengajar dengan Prinsip Pendekatan Interaktif untuk


BahasaPedagogi (edisi ke-3). New York: Pendidikan Pearson

Budimansyah, D. (2015). Reposisi Peran pendidikan Kewarganegaraan untuk


Penguatan Karakter Bangsa. In Sapriya, Syaifullah, M. M. Adha, & C. Cuga
(Eds.), Prosiding Seminar Nasional Penguatan Komitmen Akademik dalam
Memperkokoh Jati Diri PKn (pp. 67–76). Bandung: Labolatorium Pendidikan
Kewarganegaraan Departemen Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS Universitas
Pendidikan Indonesia.

Damin, S. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme


Tenaga Kependidikan. Bandung: C.V. Pustaka Setia.

42
Danim, S. (2010). Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Hermawan, S. R. (1979). Etika Keguruan: Suatu Pendekatan terhadap Kode Etik


Guru Indonesia. Jakarta: P.T. Margi Wahyu.

Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia. (2017). Kode Etik Profesi Guru
Indonesia.

Rachman, F., & Hijran, M. (2017). Kajian Keteladanan dalam Memperkuat


Pendidikan Indonesia. The 5th University Research Colloquium: Cinta
Negeriku, 998–1003. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Subini, N. (2012). Psikologi Pembelajaran. Makassar: Mentari Pustaka.

Sarjana, S., & Khayati, N. (2016). Pengaruh etika, perilaku, dan kepribadian terhadap
integritas guru. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 1(3), 379-393.

Sumantri, M. N., & Winataputra, U. S. (2017). Disiplin Pendidikan


Kewarganegaraan: Kultur Akademis dan Pedagodis. Bandung: Laboratorium
PKn UPI.

Suprihatinigrum, J. (2014). Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, &


Kompetensi Guru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Thamrin, E. (2018). Peran Guru dalam Membentuk Karakter Siswa Untuk


Menghadapi Abad 21. Online) Tersedia: http://www. researchgate.
net/publication/322674646_Peran_Guru_dalam_Membentuk_Karakter_Siswa_
untuk _Menghadapi_Abad_21.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan


Dosen. (n.d.).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. (n.d.).

Vollmer, H. M., & Mills, D. L. (1966). Professionalization. New Jersey: Prentice-


Hall.

Wahab, A. A., & Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan


Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Wau, Y. (2014). Profesi Kependidikan (Revisi). Medan: UNIMED Press.


43
Winataputra, U. S. (2015). Pendidikan Kewarganegaraan: Refleksi Historis-
Epistimologis dan Rekonstruksi untuk Masa Depan. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

Internet

http://semutponti.blogspot.com/2016/11/karakteristik-guru-yang-profesional.html

Kunci Jawaban

No Jawaban No Jawaban

1 D 6 B

2 A 7 C

3 E 8 B

4 C 9 E

5 E 10 C

44
KEGIATAN BELAJAR 3:
KUALIFIKASI DAN REGULASI
PROFESIONALISME GURU PPKn
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

A. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1. Deskripsi Singkat ......................................................................................... 1


2. Relevansi ....................................................................................................... 2
3. Petunjuk Belajar .......................................................................................... 3

B. KEGIATAN INTI .............................................................................................. 4

1. Capaian Pembelajaran ................................................................................ 4


2. Uraian Materi ............................................................................................... 4
2.1. Regulasi Pengembangan Guru PPKn .................................................... 42.
2.2. Kualifikasi Profesionalisme Guru PPKn............................................... 17
2.3. Kualifikasi dan Regulasi Profesionalisme Guru PPKn ......................... 24
3. Ilustrasi ......................................................................................................... 27
4. Forum Diskusi .............................................................................................. 29

C. PENUTUP ............................................................................................................ 30

1. Rangkuman .................................................................................................. 30
2. Tes Formatif ................................................................................................. 31
3. Daftar Pustaka ............................................................................................. 36

ii
A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat

Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn, modul 5 ini akan


melanjutkan kegiatan belajar 3 (KB 3) dengan sajian mengenai pentingnya
pemahaman tentang kualifikasi dan regulasi profesionalisme guru PPKn. Dalam
hal ini secara umum akan membahas tentang beberapa landasan aspek regulasi
yang berkaitan dengan kualifikasi dan profesional guru PPKn. Dengan tujuan agar
peserta didik sebagai warga negara muda yang merupakan generasi Indonesia
dengan jaminan harapan masa depan hidup yang terang benderang pada era
global. Guru berusaha menjamin harapan-harapan generasi tersebut dengan
segenap standar kompetensi yang dimiliki.

Tantangan pada dunia pendidikan khususnya guru pada di era globalisasi


telah memberi penetrasi terhadap kebutuhan untuk mengkreasi model-model dan
proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif, menyenangkan, dan
transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan, kompetisi, dan
karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil mengoptimasi kecerdasan,
menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter bangsanya akan menjadi
pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal mewujudkannya akan menjadi
bangsa yang terpinggirkan diera penuh persaingan.

Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang berjalan
paling konsisten. Manusia modern menantang, mencipta sekaligus berpotensi
diterpa oleh perubahan. Perubahan peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon
manusia yang kuat agar siap menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta
menunjukkan eksistensi diri dalam alur peradaban. Metamorfosis harapan untuk
melahirkan UU tentang guru dan dosen telah menempuh perjalanan panjang. Guru
memiliki 4 kompetensi dasar sebagai guru yang memiliki profesi dengan salah
satu tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.

Salah satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui


pendidikan. Sri Mulyani mengatakan “kemajuan suatu negara untuk mengejar
ketertinggalan sangat tergantung pada tiga faktor yakni pendidikan, kualitas
institusi dan kesediaan infrastruktur”. Pendidikan menjadi pilar utama dalam
kemajuan suatu negara. Selain itu, pendidikan sangatlah penting untuk
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Artinya upaya
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas maka dibutuhkan pula
pendidikan yang berkualitas (Aprillinda, 2019).

Most thankless profession in the world guru menjadi primadona dalam era
global kendatipun beberapa persoalan baik secara kuantitas, kualitas maupun
profesionalisme guru. Aneka regulasi yang diselenggarakan bermuara pada
pembinaan dan pengembangan profesi guru, sekaligus sebagai pengakuan atas
kedudukan guru sebagai tenaga profesional. Pembinaan dan pengakuan profesi
guru harus dilakukan secara simultan, yaitu mensinergikan dimensi analisis
kebutuhan, penyediaan, rekrutmen, seleksi, penempatan, redistribusi, evaluasi
kinerja, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi dan
sebagainya. Dengan tujuan agar terdapat standar kualifikasi dan regulasi yang
mengatur tentang sinergitas pengelolaan guru untuk menciptakan keselarasan
elemen dan institusi yang terkait, baik itu pada aspek peningkatan sumber daya
manusia maupun persiapan sarana dan prasarana pendukung .

2. Relevansi

Kegiatan belajar 3 (KB 3) yang membahas tentang kualifikasi dan regulasi


profesionalisme guru PPKn pada diklat PPG dalam jabatan hal ini sangat relevan
menjadi mata latih peserta yang berkaitan dengan bagaimana menjadi guru PPKn
yang memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional,
sehingga dalam perubahan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
yang mengalami kecepatan dan percepatan dapat disikapi dengan mental

2
kemandirian, kreatif, kolaboratif, inovatif dan daya saing. Arus perubahan yang
begitu cepat dan tidak diduga dinamakan dengan era disrupsi.

Respon perubahan tersebut pada bidang pendidikan, memunculkan


kesadaran baru untuk merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam
rangka menyiapkan peserta didik serta generasi muda masa depan yang mampu
merespon kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat atau
stakeholder.

Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena guru


mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan,
pembudayaan, dan pembangun pendidikan di Indonesia. Telah dibuktikan bahwa
guru sebagai aktor utama dalam dunia pendidikan yang bermakna sebagai
pendidikan wahana pembaharu peradaban manusia. Pengakuan itu memiliki
kekuatan formal tatkala tanggal 2 Desember 2004, lahir Undang-Undang (UU)
No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, sebagai dasar legal pengakuan atas
profesi guru dan segala dimensinya.

3. Petunjuk Belajar

Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 3 (KB 3) pada modulo 5 ini,


ada beberapa hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda
tentang isi KB 3 ini, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut;

a. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan


penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
b. Lakukan kajian permulaan terhadap tema regulasi pengembangan guru
PPKn. dan kualifikasi profesionalisme guru PPKn.
c. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 3 pada modul 3 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 3.
d. Keberhasilan proses pembelajaran dalam mata diklat ini sangat tergantung
kepada kesungguhan dalam mengerjakan latihan. Untuk itu, berlatihlah

3
secara mandiri dan berkelompok dengan teman sejawat, berkaitan dengan
latihan soal yang telah disediakan pada KB 3 ini.
e. Bila menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat, atau bertanya
kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
f. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil.

B. KEGIATAN INTI

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn, modul 5 ini akan


melanjutkan di kegiatan belajar 3 (KB 3) guru diharapkan mampu melaksanakan
proses pembelajaran yang memesona dan meneladani pada mata pelajaran PPKn
agar dapat membangun sikap (karakter keindonesiaan), pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah secara kritis, humanis,
inovatif, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Oleh karenanya guru harus
menguasai dan memahami peserta didik SMP/SMA dan sederajat dari aspek
kualifikasi dan regulasi yang terkait dengan pengembangan guru profesional
dalam pembelajaran PPKn di SMP/SMA dan sederajat.

2. Uraian Materi

2.1. Regulasi Pengembangan Guru PPKn

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya (Pasal 1 Angka 1 UU Sisdiknas). Terutama pada masa sekarang
yaitu revolusi industri 4.0 menuntut kegiatan belajar mengajar menghasilkan
produk berdaya saing berbasis IT, ICT, dan big data, oleh sebab itu, hanya peserta
didik yang memiliki kompetensi tinggi yang akan mampu menghadapi tantangan
revolusi industri tersebut.

4
Guru mengembangkan potensi peserta didik sebagai warga negara hipotetik.
Warga negara hipotetik adalah warga negara muda, karenanya peserta didik yang
masih harus dididik menjadi warga negara dewasa yang sadar hak dan
kewajibannya (Amik, dkk., 2016). Memastikan terjadinya pengembangan potensi
peserta didik, DPR dan Presiden pada 11 Juni 2003 telah mengesahkan Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional baru pengganti Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1998 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (selanjutnya UU Sisdiknas) yang terdiri dari 22 Bab dan 77
pasal merupakan perwujudan dari salah satu tuntutan reformasi tahun 1998. Pasal
2 UU Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 3 UU
tersebut menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU
Sisdiknas).

Dalam pelaksanaan UU Sisdiknas, pendidikan dilakukan dengan prinsip


yang diatur dalam pasal 4 yaitu sebagai berikut:

a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak


diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
b. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multimakna.
c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

5
d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
f. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan.
Menurut Mulyasa (2009) guru memiliki peran penting dalam dunia
pendidikan dan dapat diidentifikasikan minimal ada 19 peran guru yaitu; guru
sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaharu
(inovator), model dan teladan, pribadi peneliti, pendorong, kreativitas,
pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor,
emancipator, evaluator, pengawet, dan sebagai komulator.

Gambar 3.1. Kecakapan guru dalam dunia pendidikan

Sumber: pbgkudus.or.id

Bagi guru pemahaman tentang kompetensi harus dirasionalkan dalam


perilaku karena untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang
diharapkan, karena kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan, sikap dan

6
keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dalam hal ini kompetensi
guru yang dimaksud adalah perpaduan dari penguasaan pengetahuan, sikap,
keterampilan dan nilai-nilai keluhuran yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas dan dedikasinya. Ketika guru
tertanamkan kesadaran tersebut maka guru dapat mengarah kepada identitas guru
yang diharapkan oleh instrumen regulasi. Sehingga guru memiliki pemahaman
tentang kompetensi guru (Setiawan & Sitorus, 2017).

Regulasi guru mengenai perubahan mendasar yang dituangkan dalam UU


Sisdiknas adalah diusungnya prinsip demokrasi, berkeadilan, kesetaraan,
pembudayaan dan pembudayaan serta peran aktif masyarakat dalam pendidikan.
Pendidik memiliki tugas untuk melaksanakan pembelajaran. Pendidik sebagai
tenaga profesional melekat hak dan kewajiban padanya. Pendidik ditempatkan
berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal berdasarkan kebutuhan daerah.
Oleh karena itu, ditetapkan standar kualifikasi, promosi, penghargaan, dan
sertifikasi bagi guru. Oleh karena itu, lahirnya UU Sisdiknas merupakan usaha
untuk meningkatkan standar mutu pendidikan, khususnya guru sebagai pendidik
profesional. Selanjutnya regulasi guru sebagai jabatan profesional telah ditetapkan
adalah sebagai berikut ini.

2.1.1. UUD NRI 1945


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(selanjutnya UUD NRI 1945) telah mengamanatkan pemerintah harus
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan undang-undang (Pasal 31 UUD NRI 1945). Amanat UUD NRI 1945
tersebut karena pendidikan merupakan hak konstitusional warga negara,
sebagaimana Pasal 28 huruf C, E; dan Pasal 31:

1) Pasal 28 C menyebutkan bahwa “setiap orang berhak mengembangkan diri


melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan

7
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia”.
2) Pasal 28 E disebutkan bahwa “setiap orang bebas memeluk agama, dan
beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran,
memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali”, dan;
3) Pasal 31 menyebut bahwa “setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan.”

2.1.2. UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU


Sebagaimana amanat UUD NRI 1945 negara harus memastikan
terselenggarakannya pendidikan dapat mengembangkan potensi warga negara
muda berdasarkan prinsip demokratis, berkeadilan, kesetaraan, pembudayaan
dan pembudayaan serta peran aktif masyarakat dalam pendidikan. Maka perlu
pengaturan regulasi di bawah UUD NRI 1945 perlu dilakukan sebagai
landasan yuridis penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.

Pengembangan profesi guru PPKn pada level Undang-Undang


(selanjutnya UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perpu) mulai terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Setelah terbitnya
UU Sisdiknas, kemudian ditetapkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (UU Guru dan Dosen)
merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu guru Indonesia
(Suprihatinigrum, 2014).

UU Sisdiknas menerangkan guru merupakan salah satu kualifikasi tenaga


pendidik selain dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. (Pasal 1 Angka 6). UU Guru dan Dosen
menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

8
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Pasal 1 Angka 1).

Guru sebagai tenaga profesional termasuk guru PPKn wajib memiliki


kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional (Pasal 42 UU Sisdiknas; Pasal 8 UU Guru dan Dosen). Guru harus
memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1) atau diploma empat (D-
IV) (Pasal 9 UU Guru dan Dosen). Guru PPKn Profesional sesuai dengan Pasal
10 UU Guru dan Dosen harus memiliki 4 (empat) kompetensi, yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sebagai
bukti keprofesionalitasan seorang guru, guru harus memiliki Sertifikat
Pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan melalui
program sertifikasi (Lebih lanjut baca Pasal 11 UU Guru dan Dosen).

Gambar 3.2. Guru mengemban tuga profesi

Sumber: www.padamu.net

Pengembangan profesionalitas guru penting untuk memperbaharui dan


memperkaya pengetahuan guru tentang penguasaan materi, meningkatkan
kemampuan pedagogik, dan pemerataan standar dan kualitas guru Indonesia.

9
Maka, guru sebagai pendidik berhak memperoleh pembinaan karier sesuai
dengan tuntutan pengembangan kualitas (Pasal 40 (1) huruf c UU Sisdiknas).
yang menyebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional (Pasal 32 UU Guru dan Dosen).

2.1.3. PP (Peraturan Pemerintah)


Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya. Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk
menjalankan Undang-Undang. Regulasi pengembangan profesi guru dimulai
dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan (selanjutnya PP Standar Nasional Pendidikan)
yang telah direvisi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan (PP Perubahan Standar Nasional
Pendidikan)

Dalam PP Standar Nasional Pendidikan menetapkan standar Standar


Pendidik dan Tenaga Kependidikan menyebutkan “pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional” (Pasal 28 (1) PP Standar Nasional Pendidikan). Pasal 29 (3) & (4) PP
Standar Nasional Pendidikan menjelaskan guru profesional pada tingkat SMP
dan SMA sederajat harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dan latar belakang pendidikan tinggi
dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.

Pengaturan lebih khusus tentang guru dapat dielaborasi dalam Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (PP
Guru). Selain memperinci kompetensi guru profesional. PP Guru tersebut
menjelaskan tentang cara memperoleh Sertifikat Pendidik bagi Guru

10
profesional. Menurut PP Guru, Sertifikat Pendidik bagi Guru diperoleh melalui
program Pendidikan Profesi Guru yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang ditetapkan oleh Pemerintah (Pasal 4 (1) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru). Program sertifikasi guru
menurut Pasal 4 (2) PP Guru hanya dapat diikuti oleh guru yang memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana
(S1).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun


2008 tentang Pendanaan Pendidikan, guru memiliki kesempatan untuk
mendapatkan tunjangan profesi. Guru yang mendapatkan tunjangan profesi
yaitu guru yang telah memiliki (1) Sertifikat pendidik, (2) memenuhi beban
kerja, (3) mengajar sebagai guru mata pelajaran dan/atau guru kelas pada
satuan pendidikan yang sesuai dengan peruntukan Sertifikat Pendidik yang
dimilikinya, (4) terdaftar pada departemen sebagai guru tetap, (5) berusia
paling tinggi 60 (enam puluh) tahun; dan (6) tidak terikat sebagai tenaga tetap
pada instansi selain satuan pendidikan tempat bertugas, berhak untuk
menerima tunjangan profesi (Pasal 15 PP Guru).

Selain PP yang telah dijelaskan diatas, setidaknya terdapat beberapa PP


lain yang mengatur tentang pengembangan guru profesional yaitu:

1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005 Tentang


Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang
Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen,
Serta Tunjangan Kehormatan Profesor.
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

2.1.4. Perpres
Materi muatan Peraturan Presiden (Perpres) berisi materi yang
diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan

11
Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahan (Pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan). Perpres tentang
pendidikan adalah peraturan teknis untuk menjalankan UU atau Peraturan
Pemerintah dalam bidang pendidikan. Peraturan Presiden yang dikeluarkan
adalah mengenai pendidikan yang dituangkan sebagai berikut;

a. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2006 Tentang


Honorarium Bagi Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Nasional
Sertifikasi Profesi.
b. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 Tentang
Penguatan Pendidikan Karakter

2.1.5. Keppres (Keputusan Presiden)


Keputusan Presiden (Keppres) berkaitan dengan pengembangan
profesi guru adalah Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
1999 Tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil. Keberadaan
Keppres tersebut bertujuan untuk mewadahi keberadaan dan sekaligus
sebagai landasan bagi penetapan jabatan fungsional keahlian dan/ atau
jabatan fungsional keterampilan yang diperlukan oleh pemerintah dalam
rangka terselenggaranya tugas umum pemerintahan.

2.1.6. Peraturan Menteri


Peraturan Menteri (selanjutnya Permen) sebagai regulasi yang bersifat
teknis pelaksanaan kebijakan negara pada bidang pendidikan dapat dilihat pada
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya (Permen PAN & RB No. 16 Tahun 2009). Permen PAN & RB No.
16 Tahun 2009 mewajibkan guru untuk “meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni” (Pasal 6 Huruf b).
Melalui Permen tersebut, guru diharapkan dapat menciptakan guru profesional,
mampu menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan

12
bidangnya dalam menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(Suprihatinigrum, 2014).

Kompetensi guru dalam rangka peningkatan dan pengembangan


dibuktikan dengan sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi merupakan
pengakuan kompetensi kerja atas prestasi lulusan yang sesuai dengan keahlian
dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi di luar program studinya.
Pengaturan sertifikasi kompetensi guru diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2013
tentang Sertifikasi Kompetensi.

Menurut Permen PAN & RB No. 16 Tahun 2009 sebagai unsur kegiatan
guru, khususnya pegawai negeri terdapat 3 (tiga) unsur pengembangan profesi
guru berkelanjutan yaitu:

a. Pengembangan Diri
Pengembangan diri guru merupakan upaya peningkatan kemampuan dan
keterampilan guru dengan mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
fungsional, serta kegiatan kolektif guru untuk meningkatkan profesionalitas
guru. Beberapa contoh seperti pelatihan penyusunan perangkat pembelajaran,
pengembangan model pembelajaran, penilaian proses pembelajaran,
penggunaan teknologi informasi dan komputer (TIK) dalam pembelajaran,
pelatihan penelitian tindakan kelas, publikasi karya tulis ilmiah, pengembangan
karya inovatif, diseminasi atau presentasi hasil karya ilmiah, dan kegiatan
kolektif lainnya yang dapat meningkatkan kompetensi guru.

b. Karya Ilmiah
Publikasi ilmiah sebagai upaya pengembangan profesi guru dengan
memperkenalkan konsep teaching by research. Guru profesional dituntut untuk
selalu melaksanakan kegiatan penelitian, minimal penelitian tindakan kelas
pada kelas yang diampunya. Dari penelitian, guru akan memahami dan mampu
mengembangkan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif dan efisian dalam
pengembangkan kompetensi peserta didik, memiliki keterampilan dalam

13
menemukan masalah, menganalisis dan melakukan perbaikan dan penyelesaian
masalah dalam pembelajaran. Selain itu, karya tulis ilmiah yang dipublikasikan
oleh guru merupakan bentuk kontribusi guru kepada masyarakat agar juga ikut
meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan
dunia pendidikan secara umum. Karya ilmiah oleh guru dapat berupa jurnal,
laporan hasil penelitian tindakan kelas, buku teks pelajaran, buku pengayaan,
dan pedoman guru.

c. Karya Inovatif
Karya inovatif merupakan bentuk pengembangan profesi guru berupa
karya yang bersifat pengembangan, modifikasi, atau penemuan baru sebagai
usaha guru untuk mengembangkan kualitas proses pembelajaran di sekolah
atau pengembangan dunia pendidikan. Guru dapat mengembangkan karya
inovatif berupa penggunaan teknologi baru tepat guna untuk pendidikan, karya
seni, memodifikasi alat peraga/pembelajaran/praktikum, serta pengembangan
penyusunan standar, pedoman dan soal untuk peningkatan kualitas proses
pembelajaran.

Selain Permen yang telah dijelaskan diatas, terdapat beberapa Permen


lain yang mengatur tentang pengembangan guru profesional yaitu:

a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang


Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2011 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan
c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 83 Tahun 2013 tentang Sertifikasi Kompetensi
d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 87 Tahun 2013 tentang Program Pendidikan Profesi Guru
Prajabatan

14
e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 15
tahun 2018 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah, dan
Pengawas Sekolah.
Regulasi pengembangan profesi guru merupakan suatu cara untuk
memastikan pengembangan keprofesian guru melalui aturan hukum tertentu yang
telah ditetapkan. Seiring perkembangan bidang pendidikan sains, teknologi,
informasi, komunikasi, politik dan sosial budaya di Indonesia. Sejumlah regulasi
telah ditetapkan dan disesuaikan oleh Pemerintahan Republik Indonesia. Salah
satu strategi pemerintah adalah melakukan perbaikan kurikulum yang telah
didukung oleh sejumlah peraturan dan edaran kementerian untuk mengatur
seluruh proses persiapan dan pelaksanaan, baik dibidang pengembangan
kurikulum sekolah infrastruktur, sumber gaya guru dan tenaga kependidikan.

15
Gambar 3. 3. Milestone Pengembangan Profesi Guru

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


(2014)

16
2.2. Kualifikasi Profesionalisme Guru PPKn

Kualifikasi profesionalisme guru merupakan pendidikan khusus untuk


memperoleh suatu keahlian, keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu
(menduduki jabatan dan sebagainya). Guru sebagai pendidik perlu memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Pasal 8 UU Guru dan Dosen menegaskan Guru sebagai tenaga
profesional termasuk guru PPKn wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kualifikasi akademik guru PPKn yang dimaksud adalah guru yang telah
lulus minimal program sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) (Pasal 9 UU Guru
dan Dosen). Guru PPKn pada tingkat SMP dan SMA sederajat harus memiliki
kualifikasi akademik dengan latar latar belakang pendidikan tinggi dengan
program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan (Pasal 29
(3) & (4) PP Standar Nasional Pendidikan). Guru PPKn profesional pada tingkat
SMP dan SMA sederajat berdasarkan PP tersebut adalah Sarjana Pendidikan pada
ruang lingkup studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Dalam konteks
rekrutmen guru, kualifikasi tersebut menjadi batas minimal yang harus dipenuhi
seseorang untuk diangkat menjadi guru (Sumantri & Winataputra, 2017). Berikut
adalah penjelasan tentang kualifikasi akademik guru:

2.2.1. Kualifikasi Akademik Guru


Guru sebagai tenaga pendidik profesional, guru harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Pasal
28 PP Standar Nasional Pendidikan). Kualifikasi guru profesional tersebut
dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Kualifikasi akademik guru tersebut kemudian disesuaikan
dengan satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi akademik guru
sekolah menengah pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah

17
menengah atas/ madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar
biasa/sekolah menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa
(SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah
kejuruan (SMK/MAK*), sebagai berikut (Pasal 29 PP Standar Nasional
Pendidikan):

a. Guru pada PAUD/TK/RA


Guru PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan
minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang
pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi
yang terakreditasi.

b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI


Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau
psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs.


Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA


Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

e. Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB


Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat, harus
memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-

18
IV) atau sarjana (S1) program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program
studi yang terakreditasi.

f. Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK*


Guru pada SMK/MAK* atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

2.2.2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan


Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai
guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum
dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan
kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian
tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk untuk
melaksanakannya.

Sejak adanya UU Guru dan Dosen, profesi guru memiliki dasar kuat untuk
menyandang sebagai guru profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
Selain kualifikasi pendidikan pemerintah untuk mendapatkan guru profesional
melalui program sertifikasi yang sempat bermetamorfosis. Saat ini seorang guru
harus berpendidikan S1/D4 ditambah Pendidikan Profesi Guru (PPG) selama 1
tahun dan setelah lulus mendapatkan sertifikat sebagai pendidik profesional.
Program PPG merupakan pengganti akta IV. Program-program sebelumnya
memiliki durasi lebih pendek seperti sertifikasi guru melalui penilaian portofolio
dan Program Pendidikan dan Latihan Guru (PLPG).

Syarat dan ketentuan peserta PPG diatur dalam Peraturan Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2017 Tentang
Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Yang Diangkat Sampai Dengan Akhir Tahun
2015 (selanjutnya Permendikbud No. 37 Tahun 2017), sebagaimana berikut ini:

19
a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV)
b. Guru dalam Jabatan atau pegawai negeri sipil yang mendapatkan tugas
mengajar yang sudah diangkat sampai dengan akhir tahun 2015
c. Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK); dan
d. Terdaftar pada data pokok pendidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Guru dalam Jabatan yang telah mengikuti dan dinyatakan
lulus Program PPG berhak memperoleh Sertifikat Pendidik
e. Guru dalam Jabatan adalah guru pegawai negeri sipil dan guru bukan
pegawai negeri sipil yang sudah mengajar pada satuan pendidikan, baik
yang diselenggarakan pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun
masyarakat penyelenggara pendidikan yang sudah mempunyai perjanjian
kerja atau kesepakatan kerja bersama.
f. Sertifikat Pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru sebagai tenaga profesional. 3. Sertifikasi adalah proses
pemberian Sertifikat Pendidik kepada guru.
g. Program Pendidikan Profesi Guru
Pasal 7 Permendikbud No. 37 Tahun 2017 menerangkan bahwa menteri
wajib memberikan nomor registrasi guru bagi guru yang telah memiliki Sertifikat
Pendidik. Guru yang memiliki lebih dari satu Sertifikat Pendidik, hanya mendapat
1 (satu) nomor registrasi guru. Pelaksanaan Program PPG bagi Guru dalam
Jabatan sesuai dengan kuota nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) dibiayai oleh (Pasal 8 (1) Permendikbud No. 37 Tahun 2017):

a. pemerintah pusat;
b. pemerintah daerah; dan/atau
c. satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Berdasarkan Permendikbud No. 37 Tahun 2017, pembiayaan pelaksanaan
Program PPG oleh pemerintah pusat namun tidak termasuk biaya pribadi.
Pemerintah pusat dapat memberikan biaya pribadi bagi guru dalam jabatan yang
bertugas pada satuan pendidikan di daerah khusus yang ditetapkan oleh Menteri.
Selain pembiayaan pelaksanaan Program PPG juga dapat dibebankan kepada

20
masyarakat dapat menganggarkan biaya pribadi, untuk biaya transportasi,
penginapan, konsumsi, dan keperluan pribadi lainnya. Syarat dan ketentuan
peserta PPG diatur dalam Permendikbud No. 37 Tahun 2017 adalah:

a. Memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana (S1) atau Diploma Empat


(D4) dari program studi yang terakreditasi;
b. Mengajar di satuan pendidikan di bawah binaan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
c. Guru PNS yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah Daerah (Pemda) atau guru yang dipekerjakan (DPK) pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
d. Guru bukan PNS yang berstatus guru tetap yayasan (GTY) atau guru yang
mengajar pada satuan pendidikan negeri yang memiliki surat keputusan
dari Pemda.
e. Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).
f. Memiliki masa kerja sebagai guru minimal lima tahun.
g. Bersedia mengikuti pendidikan sesuai dengan peraturan yang ada dan
mendapatkan izin belajar dari Kepala Sekolah dan Pemda.
Selain harus memiliki kualifikasi akademik seperti yang telah dijelaskan
diatas, Guru PPKn profesional juga memiliki sertifikat pendidik. Sertifikat
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan
dosen sebagai tenaga profesional (Pasal 1 Angka 12 UU Guru dan Dosen).
Berdasarkan UU Guru dan Dosen dan PP Guru terdapat beberapa ketentuan
penting yang harus dimiliki oleh guru profesional

a. Untuk menjadi calon peserta pendidikan profesi, guru harus


berkualifikasi Sarjana (S1) atau Diploma Empat (DIV).
b. Sertifikat pendidik diperoleh melalui program pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.
c. Sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif,
transparan, dan akuntabel.

21
d. Program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik
e. Uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan uji kinerja
sesuai dengan standar kompetensi
f. Ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup (1)
penguasaan wawasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,
pengembangan kurikulum, silabus, rencana pembelajaran, dan evaluasi;
(2) penguasaan materi pembelajaran; (3) konsep disiplin keilmuan,
teknologi, seni yang secara konseptual menaungi materi pembelajaran
kelompok materi pelajaran, dan/atau program yang diampunya.
g. Uji Kenerja yang dilaksanakan secara menyeluruh dalam bentuk ujian
peraktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan pedagogik,
keperibadian, profesional, dan sosial.
Berikut merupakan aspek-aspek pengembangan profesi guru: latihan
jabatan berkesinambungan; pembinaan dan pengembangan karier meliputi
penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi sejalan dengan jabatan fungsional
guru yang bersangkutan. Pengembangan Profesi Berkelanjutan dimaksudkan agar
guru menjadi seorang pembelajar mandiri yang selalu mengembangkan profesinya
di samping mengikuti program pengembangan profesi pemerintah. Pada Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, PKB
adalah unsur utama yang kegiatannya juga diberikan angka kredit untuk
pengembangan karir guru, selain kedua unsur utama lainnya, yakni: (1)
pendidikan; (2) pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau tugas
lain yang relevan.

Karier dan keanggotaan permanen; di Indonesia guru merupakan bidang


profesi dengan jumlah relatif besar mencapai 2 juta orang lebih baik guru PNS
maupun non PNS. Upaya pembinaan dan pengembangan karir menurut Nomor 74
tahun 2005 tentang guru mengamanatkan dua alur pembinaan dan pengembangan
profesi guru, yaitu; (a) pembinaan dan pengembangan profesi guru dan (b)
pengembangan karir. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi

22
pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan dilakukan melalui
jabatan fungsional. Pembinaan dan pengembangan profesi dikelompokkan dalam
5 kategori yaitu; (1) pemahaman tentang konteks pembelajaran, (2) penguatan
penguasaan materi, (3) pengembangan metode pembelajaran, (4) inovasi
pembelajaran, (5) pengalaman tentang teori-teori terbaru. Guru sebagai profesi
sudah mendapat dukungan kebijakan pemerintah. Pendapatan guru relatif tidak
besar namun jumlah guru di Indonesia yang berpindah profesi atau pekerjaan
relatif kecil sehingga cenderung dapat mempertahankan jumlah dan keanggotaan.
Bagi guru kejuruan pembinaan dan pengembangan profesinya dilakukan melalui
supervisi, pelatihan, dan pendidikan lanjutan.

Standar baku; profesi guru di Indonesia belum ditentukan sendiri oleh


organisasi profesi guru sendiri. Profesi guru menyangkut hajat orang banyak maka
pemerintah masih memegang peranan dalam menetapkan standar (baku) jabatan
guru. Bidang lain sudah mempersyaratkan standar ketat sejak seleksi sampai
proses pendidikannya. Diakui profesi guru sempat mengalami persoalan kompleks
seperti disparitas mutu dan rentang kendali upaya peningkatan mutu guru yang
semakin pendek yang dikatalis secara historis adanya program SD Center,
terdiferensiasi oleh kebijakan otonomi daerah (PP 65 tahun 1951, UU No. 5
Tahun 1974, UU No. 22 Tahun 1999, UU No. 32 Tahun 2004), dan program
rintisan sekolah bertaraf internasional menjadikan guru seolah komputer yang
perlu di upgrade bahkan overclocking. Namun, seiring perhatian serius
pemerintah ada kecenderungan skor prestasi calon mahasiswa yang masuk
pendidikan keguruan meningkat pada beberapa LPTK. Banyak lulusan
SMA/SMK sederajat yang berprestasi memilih mengikuti seleksi pendidikan
calon guru. Guru tidak lagi merupakan kelas kedua, namun mulai menjadi salah
satu profesi yang diminati generasi muda.

Mengutamakan layanan di atas kepentingan pribadi; jabatan guru


memiliki dimensi sosial diharapkan berperan sebagai agen perubahan masyarakat.
Jabatan guru erat dengan motivasi dan kemauan untuk mengabdi dalam rangka
membantu orang lain. Di Indonesia banyak guru tetap tulus mengabdi meskipun

23
dengan pendapatan di bawah standar kelayakan. Artinya pada dimensi sosial
mayoritas guru di Indonesia tidak sekedar mempertimbangkan keuntungan
ekonomi namun ada dimensi sosial dan rohaniah selain kepuasan. Namun, seiring
perkembangan di Indonesia guru telah diakui sebagai suatu profesi dengan
keahlian khusus maka merupakan hak apabila guru mendapatkan penghargaan
dalam bentuk pendapatan yang layak selain pengembangan karir berkelanjutan.

Memiliki organisasi profesi yang kuat; organisasi profesi guru menurut


UU Guru dan Dosen Pasal 1 poin (13) adalah perkumpulan yang berbadan hukum
yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru.
Secara historis pada tahun 1912 berdiri Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB)
dan pada tahun 1932 berubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun
1932 dan secara resmi menjadi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang
berdiri 25 November 1945. Adanya organisasi profesi guru merupakan amanat
UU Guru dan Dosen. Fungsi organisasi profesi sesuai pasal 41 ayat (2) adalah
untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan
kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada
masyarakat. Begitu pentingnya organisasi profesi guru, bahkan pasal 41 ayat (3)
mengamanatkan, guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.

2.3. Kualifikasi dan Regulasi Profesionalisme Guru PPKn

Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga yang profesional sebagai


sumber daya utama pencerdas bangsa, sama tuanya dengan sejarah peradaban
Indonesia. Di Indonesia, khusus untuk guru, dilihat dari dimensi sifat dan
substansinya, alur untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional, yaitu
(1) penyediaan guru berbasis perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis
sekolah, (3) profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi dan (4)
profesionalisasi guru berbasis individu atau menjadi guru madani.

Berkaitan dengan penyediaan guru, UU Guru dan Dosen dan PP Guru


telah menggariskan bahwa penyediaan guru menjadi kewenangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), atau disebut juga penyedia guru

24
berbasis Perguruan Tinggi. Menurut UU Guru dan Dosen dan PP Guru, LPTK
yang dimaksud merupakan Perguruan Tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah
untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan
mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan. Untuk itu, guru harus
memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/D-IV dan bersertifikat
pendidik.

Keharusan tersebut karena guru merupakan salah satu faktor penentu


ketercapaian tujuan belajar. Maka, guru tidak hanya harus terdidik (well-
education) tetapi juga terlatih (well-trained) agar menjadi guru PPKn yang benar-
benar profesional (Sumantri & Winataputra, 2017). Tugas guru sebagai pendidik
profesional terdiri atas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai keberhasilan peserta didik. Tugas di atas akan efektif dilaksanakan ketika
guru memiliki kualifikasi akademik sesuai dengan tuntutan Undang-Undang yang
mengaturnya. Kualifikasi pendidik diatur dalam Pasal 42 UU Sisdiknas yaitu
sebagai berikut:

1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai


dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dihasilkan oleh
perguruan tinggi terakreditasi.
Kualifikasi akademik seperti yang telah dijelaskan diatas dan kepemilikan
Sertifikat Pendidik sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen
sebagai tenaga profesional semakin menunjukan peningkatan kualitas guru.
Pengembangan prinsip guru yang terdidik baik, terlatih baik, dan dihormati
dengan baik (well-educated, well trained, dan well paid) dengan ditetapkannya
kualifikasi profesional guru dapat dirintis dan dikembangkan melalui mekanisme
sistematik program sertifikasi guru. Maka dalam UU Guru dan Dosen dan PP

25
Guru bila seorang guru telah memiliki standar kualifikasi akademik dan sertifikat
pendidik maka statusnya diakui oleh negara sebagai guru profesional.

Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008


mengisyaratkan bahwa kedepan hanya seorang yang berkualifikasi akademik
sekurang-kurangnya S1 atau D-IV dan hanya yang memiliki sertifikat pendidik
dapat menjadi guru. Jika regulasi ini dipatuhi secara taat asas, harapan tidak ada
calon guru yang direkrut untuk bertugas pada sekolah-sekolah di Indonesia
berkualitas dibawah standar. Namun demikian, ternyata setelah mereka direkrut
untuk pegawai negeri sipil (PNS) guru, mereka belum langsung bertugas penuh
ketika menginjakkan kaki pertama kali di kampus sekolah. Melainkan, mereka
masih harus memasuki fase prakondisi yang disebut dengan induksi.

Ketika menjalani program induksi, diidealisasikan guru akan dibimbing


dan dipandu oleh mentor terpilih untuk kurun waktu sekitar satu tahun, agar
benar-benar siap menjalani tugas-tugas professional. Ini pun tentu tidak mudah,
karena di daerah pinggiran atau pada sekolah yang nun jauh disana, saat mungkin
akan tidak jelas guru seperti yang tersedia dan bersedia menjadi mentor sebagai
tandem itu. Jadi, sungguhpun guru yang direkrut yang telah memiliki kualifikasi
minimum dan sertifikat pendidik, yang dalam produk hukum legitimasi sebagai
telah memiliki kewenangan penuh, masih diperlukan program induksi untuk
memposisikan mereka menjadi benar-benar professional.

Pada banyak literatur akademik, program induksi diyakini merupakan fase


yang harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan ditempatkan sebagai
guru. Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula (beginning
teacher) terhitung mulai dia pertama kali menginjakkan kaki di sekolah dan di
masyarakat ikut mengintervensi perilaku nyata yang harus ditampilkan oleh guru,
baik didalam maupun di luar kelas. Disinilah esensi program induksi yang tidak
dibahas secara detail dalam buku ini.

Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin
keseharian menjalankan tugas-tugas professional, profesionalisasi atau proses

26
penumbuhan-penumbuhan dan pengembangan profesinya tidak berhenti sampai
disitu. Diperlukan upaya-upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sinilah essensi pembinaan dan
pengemabangan professional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa
institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan
lain-lain adalah penting. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru
pemula masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses dan
sebagainya.

Guru profesional memiliki kemampuan melaksanakan tugas pokok guru di


bidang pembelajarannya secara optimal, terutama dalam hal penguasaan dan
pengembangan materi pembelajaran. Guru PPKn menguasai keilmuan yang
meliputi dimensi pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku yang mendukung
kegiatan pembelajaran PPKn. Menguasai konsep dan prinsip kepribadian nasional
dan demokrasi konstitusional Indonesia, semangat kebangsaan, dan cinta tanah air
serta bela negara. Selanjutnya guru PPKn. menguasai konsep dan prinsip
perlindungan, pemajuan HAM, dan penegakan hukum secara adil dan
benar.Menguasai konsep, prinsip, nilai, moral dan norma kewarganegaraan
Indonesia yang demokratis dalam konteks negara dan dunia.

3. Ilustrasi

Ada beberapa contoh ilustrasi dan gambaran tentang kualifikasi dan


regulasi profesionalisme guru PPKn. Berikut beberapa contoh dan ilustrasi dari
kualifikasi dan regulasi profesionalisme guru PPKn.

a. Guru PPKn dalam menjalankan profesinya sebagai guru PPKn yang telah
memiliki kualifikasi profesi guru dalam menunaikan kewajiban tugas dan
kewenangannya serta dalam mendapatkan hak-haknya sebagai guru harus
memahami secara benar regulasi yang sudah ada yang mengatur profesi
guru. Kewajiban, tugas, dan kewenangan yang diemban seorang guru
sebagai profesi harus memahami secara benar regulasi dalam menjalankan

27
profesi tersebut. Misalnya: Regulasi tentang Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan, Kompetensi Inti
Dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013, dan
sebagainya.Demikian pula regulasi dalam mendapatkan hak-haknya sebagai
seorang guru harus memahaminya secara benar. Misalnya:Regulasi tentang
Tunjangan Profesi Guru, Bantuan Kesejahteraan Guru Yang Bertugas Di
Daerah Khusus, Pemberian Kesetaraan Jabatan Dan Pangkat Bagi Guru
Bukan Pegawai Negeri Sipil, dan sebagainya.
b. Guru profesional memiliki kemampuan melaksanakan tugas pokok guru di
bidang pembelajarannya secara optimal, terutama dalam hal penguasaan dan
pengembangan materi pembelajaran. Seorang guru PPKn selalu
mengembangkan dirinya dalam menguasai keilmuan yang meliputi dimensi
pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku yang mendukung kegiatan
pembelajaran PPKn.Sehubungan dengan dimensi keilmuan yang berkaitan
dengan pengetahuan sebagai substansi materi PPKn yang dimaksud bisa
dilihat dalam ruang lingkup materi PPKn dalam kurikulum di antaranya:
adalah Persatuan dan Kesatuan bangsa; Norma, hukum, dan peraturan; Hak
Asasi Manusia; Kebutuhan Warga Negara; Konstitusi Negara; Kekuasaan
dan Politik; Pancasila; dan Globalisasi. Seorang guru PPKn dalam
menguasai keilmuannya selalu mengikuti perkembangan keilmuan yang
berkaitan PPKn dengan membaca berbagai buku teks yang mutakhir,
berbagai artikel jurnal, serta mengikuti realitas perkembangan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dari berbagai sumber belajar ke-
PPKn-an yang didukung oleh perkembangan Teknologi Informasi dan
Komputer. Guru PPKn tidak hanya terfokus atau hanya mengandalkan diri
pada buku paket (buku guru dan buku siswa) dalam mengembangkan diri
untuk memperluas wawasan keilmuannya tentang ke-PPKn-an.

28
4. Forum Diskusi

Dalam mengkaji kualifikasi dan regulasi profesionalisme guru PPKn,


silahkan diskusikan dengan teman, sejawat atau kolega sesama guru mengenai hal
berikut ini;

1. Diskusikan dengan teman atau kolega sesama guru tentang regulasi


profesionalisme guru yang berkaitan kewajiban tugas dan kewenangan guru
di bawah ini:
a. Apa saja yang diatur atau bagaimana regulasi tentang kewajiban tugas
dan kewenangan guru dalam menjalankan profesinya?
b. Bagaimana realitas implementasi aturan atau regulasi tersebut di dalam
kenyataannya di lapangan?
c. Berdasarkan realitas tersebut, apa yang seharusnya dilakukan oleh guru
dalam menjalankan profesinya?
2. Diskusikan dengan teman atau kolega sesama guru tentang regulasi
profesionalisme guru yang berkaitan dengan hak yang diperoleh guru dalam
menjalankan profesinya di bawah ini:
a. Apa saja yang diatur atau bagaimana regulasi tentang hak seorang guru
yang diperoleh dalam menjalankan profesinya?
b. Bagaimana realitas implementasi aturan atau regulasi tentang hak
seorang guru yang diperoleh di dalam kenyataannya di lapangan?
c. Berdasarkan realitas tersebut, apa yang seharusnya dilakukan oleh guru
agar hak-haknya diperoleh dengan baik dalam menjalankan profesinya?
3. Berkaitan dengan ruang lingkup materi PPKn dalam kurikulum di
antaranya: Persatuan dan Kesatuan bangsa; Norma, hukum, dan peraturan;
Hak Asasi Manusia; Kebutuhan Warga Negara; Konstitusi Negara;
Kekuasaan dan Politik; Pancasila; dan Globalisasi, diskusikan dengan teman
atau kolega Bapak/Ibu di bawah ini!
a. Bagaimana mengembangkan diri oleh seorang guru PPKn dalam
mengikuti perkembangan keilmuan ke-PPKn-an?

29
b. Bagaimana realitanya saat ini guru PPKn dalam mengembangkan diri
dalam memperluas wawasan atau cakrawala keilmuan ke-PPKn-an di
Indonesia?
c. Berdasarkan realitas tersebut, apa yang seharusnya dilakukan oleh agar
wawasan atau cakrawala keilmuan ke-PPKn-an bisa bertambah tinggi
dan mutakhir dengan baik dalam menjalankan profesinya sebagai guru
PPKn?

C. PENUTUP

1. Rangkuman

Guru yang berkualitas dibawah standar tidak mungkin dapat meningkatkan


kreatifitas dan inovasi guru baik di sekolah maupun di masyarakat. Dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikasi
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku dapat
meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru baik di sekolah dan di masyarakat.

Selain memiliki kualifikasi akademik seorang guru juga harus memiliki


beberapa kompetensi, kompetensi tersebut yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Adanya
persyaratan untuk menjadi guru minimal berijazah sarjana (S1) atau diploma
empat (D4), dengan tidak membedakan apakah itu guru SD, guru SMP atau guru
pada jenjang pendidikan menengah.

Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar


profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan

30
sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Sertifikat pendidik adalah sebuah
sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi. Seseorang yang tidak
memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian tetapi memiliki keahlian khusus yang
diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji
kelayakan dan kesetaraan. tujuan sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan
mutu dan menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan meningkatkan
kompetensi peserta agar mencapai standar kompetensi yang ditentukan.

Implementasi regulasi atau peraturan UU No.14 Tahun 2005 dan PP No.74


Tahun 2008 tentang guru, menyaratkan guru berkualifikasi akademik sekurang-
kurangnya S1 atau D-IV dan memiliki sertifikat Pendidik. Pendidikan S1 atau D-
IV dan memiliki sertifikat Pendidik dapat meningkatkan kreatifitas dan inovasi
guru baik di sekolah dan di masyarakat.

Selanjutnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.32 Tahun 2013


Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2009 Tentang
Standar Nasional Pendidikan meliputi (1) standar isi, (2) standar proses, (3)
standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)
standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan dan
(8) standar penilaian pendidikan. Implementasi (2) standar proses dapat
meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru di sekolah karena proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

2. Tes Formatif

Pilihlah jawaban yang tepat dari soal tes formatif di bawah ini!

1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional dijelaskan dalam pasal 4 bahwa pendidikan dilakukan dengan

31
prinsip-prinsip yang ideal, menurut anda pada bagian mana yang bukan
bagian dari prinsip pendidikan sesuai dengan aturan tersebut….
A. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.
B. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik
dengan sistem terbuka dan multimakna.
C. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat.
D. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi kemakmuran untuk
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran.
E. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
2. Tujuan dibuatnya regulasi atau aturan adalah untuk mengendalikan
manusia atau masyarakat dengan batasan-batasan tertentu. Regulasi
diberlakukan pada berbagai lembaga masyarakat, termasuk dalam profesi
keguruan. Regulasi yang ada hubungan dengan profesi guru sebagai
jabatan profesional yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut ini,
kecuali …
A. UUD NRI 1945 yaitu pasal 28 huruf c, e, f; dan pasal 31.
B. UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
C. UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
D. UU RI No.9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan.
E. UU RI No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
3. Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya. Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk
menjalankan Undang-Undang. PP mengenai pendidikan yang mengatur

32
tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan
Dosen, Serta Tunjangan Kehormatan Profesor adalah…
A. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005.
B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 48 Tahun 2008
C. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
D. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009.
E. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010
4. Peraturan Pemerintah (PP) mengenai pendidikan yang mengatur tentang
Guru adalah…
A. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005.
B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 48 Tahun 2008
C. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
D. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009.
E. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010.
5. Regulasi yang termuat pada Peraturan Pemerintah (PP) mengenai
pendidikan yang mengatur tentang Pengangkatan Tenaga Honorer
Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil termuat pada PP nomor dan tahun
berapa…
A. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005.
B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 48 Tahun 2008
C. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
D. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009.
E. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010.
6. Regulasi yang termuat pada Peraturan Menteri yang mengatur tentang
Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah, Dan Pengawas Sekolah
termuat pada Peraturan Menteri nomor dan tahun berapa…
A. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 22 Tahun 2016
B. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 23 Tahun 2016.

33
C. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 24 Tahun 2016.
D. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 37 tahun 2017.
E. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 15 tahun 2018.
7. Regulasi yang terdapat Peraturan Menteri yang mengatur tentang
Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013
Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah termuat pada Peraturan
Menteri nomor dan tahun berapa adalah….
A. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 22 Tahun 2016
B. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 24 Tahun 2016.
C. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 21 Tahun 2016
D. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 37 tahun 2017.
E. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 15 tahun 2018.
8. Kualifikasi profesionalisme guru merupakan pendidikan khusus untuk
memperoleh suatu keahlian, keahlian yang diperlukan untuk melakukan
sesuatu (menduduki jabatan dan sebagainya). Berkaitan dengan hal
tersebut (a) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi
sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional; (b) Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan
usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi
dihasilkan oleh perguruan tinggi terakreditasi; dan (c) Ketentuan mengenai
kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah Guru menjunjung tinggi

34
tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas
profesional dan bertanggungjawab atas konsekuensinya. Kualifikasi
profesionalisme guru yang dimaksud, diatur dalam ….
A. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
B. UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
C. UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
D. UU RI No.9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan.
E. UU RI No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
9. Syarat dan ketentuan peserta PPG diatur dalam Permendikbud nomor 37
tahun 2017 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan, di antaranya
adalah sebagai berikut, kecuali….:.
A. Memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana (S1) atau Diploma
Empat (D4) dari program studi yang terakreditasi.
B. Guru PNS yang mengajar pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) atau guru yang
dipekerjakan (DPK) pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat.
C. Guru bukan PNS yang berstatus guru tetap yayasan (GTY) atau guru
yang mengajar pada satuan pendidikan negeri yang memiliki surat
keputusan dari Pemda.
D. Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(NUPTK).
E. Memiliki masa kerja sebagai guru minimal empat tahun
10. Guru profesional memiliki kemampuan melaksanakan tugas pokok guru di
bidang pembelajarannya secara optimal, terutama dalam hal penguasaan
dan pengembangan materi pembelajaran. Guru PPKn menguasai keilmuan
yang meliputi dimensi pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku yang
mendukung kegiatan pembelajaran PPKn. Yang berkaitan dengan
pengetahuan sebagai substansi materi PPKn adalah Persatuan dan
Kesatuan bangsa; Norma, hukum, dan peraturan; Hak Asasi Manusia;

35
Kebutuhan Warga Negara; Konstitusi Negara; Kekuasaan dan Politik;
Pancasila; dan Globalisasi.
“Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan
berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai
keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara”

Pernyataan di atas, merupakan ruang lingkup PPKn berupa ….:.

A. Norma, hukum, dan peraturan


B. Hak Asasi Manusia
C. Kebutuhan Warga Negara
D. Konstitusi Negara
E. Kekuasaan dan Politik.

3. Daftar Pustaka

Amik, F., dkk. (2016). Menuju Guru dan Siswa Cerdas. Yogyakarta: Leutikaprio.

Aprillinda, M. (2019, February). Perkembangan Guru Profesional di Era Revolusi


Industri 4.0. In Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana
Universitas PGRI Palembang (Vol. 12, No. 01).

Setiawan, D., & Sitorus, J. (2017). Urgensi tuntutan profesionalisme dan harapan
menjadi guru berkarakter (Studi kasus: Sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama di Kabupaten Batubara). Cakrawala Pendidikan, (1),
122-129.

Mulyasa, E. (2009). Standar kompetensi dan sertifikasi guru. Bandung. Remaja


Rosdakarya

Sumantri, M. N., & Winataputra, U. S. (2017). Disiplin Pendidikan


Kewarganegaraan: Kultur Akademik dan Pedagogis. Bandung:
Laboratorium PKn UPI.

36
Suprihatinigrum, J. (2014). Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, &
Kompetensi Guru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Peraturan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999 Tentang Rumpun


Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Modul


Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG): Bidang Diklat Kebijakan
Pengembangan Profesi. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 37


Tahun 2017 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Yang Diangkat
Sampai Dengan Akhir Tahun 2015.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 83


Tahun 2013 tentang Sertifikasi Kompetensi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005 Tentang


Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang


Pendanaan Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

37
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen,
Serta Tunjangan Kehormatan Profesor.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan


dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan


Dosen.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

Internet

https://pbgkudus.or.id/post/12/Mind+Mapping%3A+Kreatif+dalam+Memahami+
Pelajaran

https://www.padamu.net/program-peningkatan-kualitas-guru

38
Kunci Jawaban

No Jawaban No Jawaban

1 D 6 E

2 A 7 B

3 D 8 B

4 C 9 E

5 A 10 C

39
KEGIATAN BELAJAR 4:
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN
PROFESIONAL GURU PPKn
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

A. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1. Deskripsi Singkat ......................................................................................... 1


2. Relevansi ....................................................................................................... 2
3. Petunjuk Belajar .......................................................................................... 3

B. KEGIATAN INTI .............................................................................................. 4

1. Capaian Pembelajaran ................................................................................ 4


2. Uraian Materi ............................................................................................... 4
2.1. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan .......................................... 4
2.2. Pengembangan Diri Pada Kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan ................................................................................................. 9
3. Ilustrasi ......................................................................................................... 27
4. Forum Diskusi .............................................................................................. 27

C. PENUTUP ............................................................................................................ 28

1. Rangkuman .................................................................................................. 28
2. Tes Formatif ................................................................................................. 31
3. Daftar Pustaka ............................................................................................. 35
4. Soal Essay Tugas Akhir ............................................................................... 36
5. Tes Sumatif ................................................................................................... 37

ii
A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat

Upaya untuk mewujudkan guru profesional PPKn, modul 5 ini akan


membahas kegiatan akhir pada pembahasan ini dengan materi tentang
pengembangan kemampuan profesional guru PPKn dalam kegiatan belajar 4 (KB
4), secara umum akan menyajikan materi tentang regulasi dan pengembangan
kompetensi profesi guru. Amanat Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen yaitu profesi guru sebagai profesi yang bermartabat.
Konsekuensi dari jabatan guru sebagai profesi yang bermartabat, diperlukan suatu
sistem pembinaan dan pengembangan terhadap profesi guru secara terprogram
dan berkelanjutan. Pengembangan profesi guru dirancang untuk mewujudkan
terbentuknya guru yang profesional. Guru sebagai tenaga yang profesional sangat
penting dalam mencapai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2025 yaitu menghasilkan insan cerdas dan kompetitif dalam kualitas mutu
pendidikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin, S. (2016). untuk meningkatkan


mutu pembelajaran di kelas, guru profesional selain dituntut memiliki empat
kompetensi utama yaitu: pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional juga
diharapkan piawai dalam melakukan penelitian penelitian tindakan kelas. Dalam
tradisi IPTEK untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan menggunakan
metode ilmiah. pendekatan ilmiah yang lazim digunakan adalah penelitian yang
merupakan hasil pengembangan yang paling lengkap dan memenuhi persyaratan
kesahihan dan keterandalan dari cara-cara manusia menyelesaikan masalah.

Pengembangan profesi guru dirancang untuk mewujudkan terbentuknya


guru yang profesional. Guru yang profesional melaksanakan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (selanjutnya PKB). PKB adalah pengembangan
kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap,

1
berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalismenya. Guru memelihara,
meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilan guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Pembelajaran menjadi berkualitas sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik.
Kegiatan PKB ini mencakup kegiatan pengembangan diri, publikasi ilmiah,
dan/atau karya inovatif.

Kegiatan pengembangan diri dengan mengikuti diklat fungsional, dan


melaksanakan kegiatan kolektif guru. Pelaksanaan publikasi ilmiah, guru
membuat karya tulis ilmiah dan mempublikasikannya, dapat berupa hasil
penelitian, tinjauan ilmiah, buku, modul dan sejenisnya. Karya inovatif, dengan
menemukan teknologi tepat guna, menemukan/menciptakan karya seni,
membuat/memodifikasi alat pelajaran, mengikuti pengembangan penyusunannya,
standar, pedoman, soal dan sejenisnya

Pelaksanaan PKB bagi guru memiliki manfaat, yakni guru dapat


mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta memiliki kepribadian
yang kuat sesuai dengan profesinya, sehingga selama karirnya mampu
menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi kebutuhan belajar
peserta didik untuk menghadapi kehidupan di masa datang.

2. Relevansi

Pada kegiatan belajar 4 (KB 4) yang mengkaji tentang pengembangan


kemampuan profesional guru PPKn pada diklat PPG dalam jabatan ini sangat
relevan menjadi mata latih peserta didik. Hal tersebut dikarenakan salah satu
kompetensi yang mutlak harus dimiliki oleh seorang guru PPKn agar mampu
melaksanakan tugas keprofesian pendidik dalam bidang PPKn yang memesona
dan meneladani serta ketulusan mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru sebagai
tenaga yang profesional sangat penting dalam mencapai Visi dan Misi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2025 yaitu menghasilkan insan cerdas
dan kompetitif.

2
Konsekuensi dari jabatan guru sebagai profesi yang bermartabat,
diperlukan suatu sistem pembinaan dan pengembangan terhadap profesi guru
secara terprogram dan berkelanjutan. Pengembangan profesi guru dirancang untuk
mewujudkan terbentuknya guru yang profesional. Pelaksanaan pengembangan
keprofesian berkelanjutan (PKB) bagi guru memiliki manfaat, yakni guru dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta memiliki kepribadian
yang kuat sesuai dengan profesinya, sehingga selama karirnya mampu
menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi kebutuhan belajar
peserta didik untuk menghadapi kehidupan di masa datang. Agar pelaksanaan
PKB sesuai dengan tujuan, guru dapat melaksanakan kegiatannya sesuai Pasal 11
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya (selanjutnya Permen PAN RB No. 16 Tahun 2009) menjelaskan bahwa
PKB meliputi pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif.

3. Petunjuk Belajar

Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 4 (KB 4) modul 5 ini, ada


beberapa hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda
tentang isi KB 4 ini, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut;

a. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan penting


dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
b. Lakukan kajian permulaan terhadap tema pengembangan kemampuan
profesionalisme guru PPKn. , dengan mencari beberapa referensi yang
relevan.
c. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 4 pada modul 5 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 4.
d. Keberhasilan proses pembelajaran dalam mata diklat ini sangat tergantung
kepada kesungguhan dalam mengerjakan latihan. Untuk itu, berlatihlah
secara mandiri dan berkelompok dengan teman sejawat, berkaitan dengan
latihan soal yang telah disediakan pada KB 4 ini.

3
e. Bila menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat, atau bertanya
kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
f. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil.

B. KEGIATAN INTI

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn, modul 5 ini akan


melanjutkan di kegiatan belajar 4 (KB 4) sebagai materi terakhir pada modul ini,.
guru diharapkan mampu melaksanakan proses pembelajaran yang memesona dan
meneladani pada mata pelajaran PPKn agar dapat membangun sikap (karakter
keindonesiaan), pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dalam memecahkan
masalah secara kritis, humanis, inovatif, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif.
Oleh karenanya guru harus menguasai dan memahami peserta didik SMP/SMA
dan sederajat dari aspek pengembangan kemampuan profesional guru PPKn dan
mengaplikasikannya dalam pembelajaran PPKn

2. Uraian Materi

2.1. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

UU Guru dan Dosen mengamanatkan profesi guru sebagai profesi yang


bermartabat. Konsekuensi dari jabatan guru sebagai profesi yang bermartabat,
diperlukan suatu sistem pembinaan dan pengembangan terhadap profesi guru
secara terprogram dan berkelanjutan. Pengembangan profesi guru dirancang untuk
mewujudkan terbentuknya guru yang profesional. Guru sebagai tenaga yang
profesional sangat penting dalam mencapai Visi dan Misi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2025 yaitu menghasilkan insan cerdas dan
kompetitif.

Regulasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengendalikan


masyarakat dengan aturan tertentu. Regulasi guru merupakan segala aturan yang

4
digunakan untuk mengatur segala yang berkaitan dengan guru. Seiring
perkembangan bidang pendidikan sains, teknologi komunikasi, politik dan sosial
budaya di Indonesia, sejumlah regulasi telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia, antara lain sebagaimana berikut ini:

Tabel 4. 1. Buku Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Penilaian


Kinerja Guru

Literatur Kandungan isi Sumber literatur

Pembinaan dan Pedoman Pengelolaan Kementerian Pendidikan


Pengembangan Profesi Pengembangan Nasional
Guru Keprofesian
Direktorat Jenderal
Berkelanjutan (PKB)
Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga
kependidikan 2010

Pembinaan dan Pedoman Pelaksanaan Kementerian Pendidikan


Pengembangan Profesi Penilaian Kinerja Guru Nasional
Guru
(PK Guru) Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga
kependidikan 2010

Peraturan Menteri Jabatan Fungsional Peraturan menteri


Negara Pemberdayaan Guru dan Angka Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Kreditnya Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Reformasi Birokrasi
Nomor 16 Tahun 2009
2009
Tentang Jabatan
Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya

Pembinaan dan Pedoman Kementerian Pendidikan


Pengembangan Profesi Pengembangan dan Kebudayaan
Guru Keprofesian
Direktorat Jenderal
Berkelanjutan dan
Guru dan Tenaga

5
Angka Kreditnya. Kependidikan

2019

Pembinaan dan Pedoman Penilaian Kementerian Pendidikan


Pengembangan Profesi Kegiatan PKB Nasional
Guru
Pedoman untuk Direktorat Jenderal
mendukung Peningkatan Mutu
pelaksanaan tugas Pendidik dan Tenaga
Tim Teknis penilai Kependidikan
Publikasi Ilmiah Guru
2010
dan Karya Inovatif
Guru.

Sumber: www.bermutuprofesi.org
Kegiatan PKB dengan landasan hukum diambil dari Permen PAN RB
No. 16 Tahun 2009 dan Buku 1, 2, 3, 4 dan 5 Tentang Pedoman
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Permen PAN RB No. 16 Tahun
2009, PKB pengembangan profesi guru sebagai salah satu unsur utama dalam
kenaikan pangkat dan pengembangan karirnya selain kegiatan/ pembimbingan
dan tugas tambahan lainnya yang relevan dengan fungsi sekolah yang
diberikan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru.

6
Gambar 4. 1. Pelaksanaan Seminar Nasional Kewarganegaraan
bertemakan “Reaktualisasi Konsep Kewarganegaraan Indonesia”
menghadirkan MGMP PPKn

Sumut (Sumber: www.unimed.ac.id)


PKB adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan
profesionalismenya. Guru memelihara, meningkatkan, dan memperluas
pengetahuan dan keterampilan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Pembelajaran menjadi berkualitas sehingga dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman peserta didik. Kegiatan PKB ini mencakup
kegiatan pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif.

7
Agar pelaksanaan PKB sesuai dengan tujuan, guru PPkn. dapat
melaksanakan kegiatannya sesuai dengan Buku 4 Pedoman Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan dan Angka Kreditnya, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2019.

Pelaksanaan PKB bagi guru memiliki manfaat, yakni guru dapat


mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta memiliki
kepribadian yang kuat sesuai dengan profesinya, sehingga selama karirnya
mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi
kebutuhan belajar peserta didik untuk menghadapi kehidupan di masa datang.

PKB dalam pengambangan profesi guru merupakan salah satu dari unsur
yang diperlukan untuk memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan untuk
kenaikan jabatan fungsional guru. Pasal 11 Permen PAN RB No. 16 Tahun
2009 menjelaskan bahwa unsur, sub unsur dan kegiatan PKB seperti pada tabel
berikut:

Tabel 4. 2. Agenda kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)

Unsur Sub Unsur Kegiatan

A Melaksanakan 1. Mengikuti diklat fungsional


Pengembangan
2. Melaksanakan kegiatan kolektif guru
Diri

B Publikasi Ilmiah Membuat karya tulis ilmiah dan


mempublikasikanya yang dapat berupa hasil
penelitian, tinjauan ilmiah, buku, modul, dan
sejenisnya

8
C Karya Inovatif 1. Menemukan teknologi tetap guna;

2. Menemukan/menciptakan karya seni

3. Membuat/memodifikasi alat pelajaran

4. Mengikuti pengembangan penyusunannya

5. Standar, pedoman, soal dan sejenisnya

Sumber: Permen PAN RB No. 16 Tahun 2009

Pengembangan kompetensi guru PPKn. dilaksanakan untuk memenuhi


angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan fungsional guru. Pasal
11 Permen PAN RB No. 16 Tahun 2009 dan Pedoman Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan dan Angka Kreditnya, Tahun 2019.

2.2. Pengembangan Diri Pada Kegiatan Pengembangan Keprofesian


Berkelanjutan

Pengembangan Diri pada kegiatan PKB dalam Buku 4 Pedoman


Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Angka Kreditnya, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
2019, menjelaskan bahwa pelaksanaan pengembangan diri bagi guru bertujuan
untuk mencapai kompetensi dasar yang disyaratkan, untuk pendalaman dan
pemutakhiran pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
kompetensinya sebagai guru, peningkatan keterampilan dan kemampuan guru
untuk menghasilkan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif, peningkatan
pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan tugas-tugas tambahan yang
menunjang pengembangan karir guru, dan juga untuk memenuhi kegiatan lainnya
sesuai dengan kondisi serta kebutuhan guru saat ini dan tentu saja mempersiapkan
kebutuhan guru di masa yang akan datang.

Pengembangan diri sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme


diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan ilmu pengetahuan,

9
teknologi, dan/atau seni. Kegiatan tersebut dilakukan melalui pendidikan dan
pelatihan (diklat) fungsional dan teknis atau melalui kegiatan kolektif guru.
Secara rinci penjelasan kedua macam kegiatan dimaksud sebagai berikut.

2.2.1. Pendidikan dan Latihan Fungsional dan Teknis


Pendidikan dan pelatihan fungsional adalah upaya peningkatan kompetensi
guru dan/atau pemantapan wawasan, pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan
yang sesuai dengan profesi guru yang bermanfaat dalam pelaksanaan tugas guru
melalui lembaga yang memiliki ijin penyelenggaraan dari instansi yang
berwenang. Guru dapat mengikuti kegiatan diklat fungsional, atas dasar
penugasan baik dari kepala sekolah maupun atas kehendak sendiri setelah
mendapat izin dari atasan langsung.

Kegiatan dapat berupa kursus, pelatihan, penataran, dengan durasi


minimal 30 jam yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan atau pemerintah daerah pada lembaga diklat yang ditunjuk seperti
PPPPTK, LPMP, LPPKS, Badan Diklat Daerah, Lembaga Diklat yang mendapat
izin operasional dari pemerintah atau pemerintah. Adapun kegiatan kolektif guru
berupa in house training diselenggarakan di sekolah masing-masing yang
melibatkan seluruh guru selama 1 - 3 hari penuh atau setara dengan 8 – 24 jam
pelajaran @45 menit (<30 jam).

Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan


pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru
antara lain :

a. Peningkatan kompetensi pedagogis dan profesional dalam rangka


kegiatan guru
b. Penyusunan kurikulum, RPP dan bahan ajar
c. Penyusunan, program kerja, dan/atau perencanaan pendidikan
d. Pengembangan metodologi mengajar
e. Penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik
f. Penggunaan dan pengembangan teknologi informasi dalam pembelajaran

10
g. Inovasi proses pembelajaran
h. Peningkatan kompetensi profesional
i. Penulisan publikasi ilmiah
j. Pengembangan karya inovatif
k. Kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya
l. Peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas
tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah
Keikutsertaan guru dan guru yang mendapat tugas tambahan dalam
kegiatan diklat fungsional harus dibuktikan dengan bukti fisik sebagai berikut:

a. Fotokopi surat tugas dari Kepala Sekolah atau atasan langsung, atau instansi
lain yang terkait yang telah disahkan oleh kepala sekolah atau atasan
langsung terkait dengan keikutsertaan kegiatan pengembangan diri baik
menggunakan model tatap muka, kombinasi antara tatap muka dengan
dalam jaringan maupun dalam jaringan secara penuh.
b. Fotokopi sertifikat diklat bagi guru yang telah disahkan oleh Kepala
Sekolah sedangkan bagi kepala sekolah disahkan oleh Dinas Pendidikan
sebagai atasan langsung terkait dengan keikutsertaan kegiatan
pengembangan diri baik menggunakan model tatap muka, kombinasi antara
tatap muka dengan dalam jaringan maupun dalam jaringan secara penuh.
c. Laporan akhir pelatihan yang dibuat oleh guru yang bersangkutan terkait
dengan keikutsertaan kegiatan pengembangan diri baik menggunakan model
tatap muka, kombinasi antara tatap muka dengan dalam jaringan maupun
dalam jaringan.
Dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional akan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru sehingga para guru dapat
memperoleh keunggulan kompetitif dan dapat memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya. Dengan kata lain, mereka dapat bekerja secara lebih produktif dan
mampu meningkatkan kualitas kinerjanya. Cowling & James (1996) memberikan
rumusan pelatihan sebagai perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan pola

11
kelakuan yang sistematis yang dituntut oleh seorang karyawan (baca: guru) untuk
melakukan tugas atau pekerjaan dengan memadai.

2.2.2. Kegiatan Kolektif Guru


Fungsi, peran, serta kedudukan guru sangat penting dalam mencapai visi
pendidikan 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif. Saat
ini, regulasi yang digulirkan diharapkan dapat memfasilitasi guru untuk selalu
mengembangkan profesinya secara berkelanjutan. Aktualisasi regulasi tersebut
diterbitkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Selanjutnya UU Sisdiknas), UU Guru dan
Dosen, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan (selanjutnya PP Standar Nasional
Pendidikan).

Gambar 4. 2. Kegiatan MGMP PPKn. Pada Seminar Nasional

(Sumber: Dokumen Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Universitas Negeri Medan)

12
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan
pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru baik di
sekolah maupun di luar sekolah (seperti KKG/MGMP, KKKS/MKKS, asosiasi
profesi guru lainnya) yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang
bersangkutan. Kegiatan kolektif guru dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.

a. Mengikuti lokakarya atau kegiatan di kelompok/ musyawarah kerja guru.


b. Mengikuti in house training (<30 jam) di sekolah untuk penyusunan
perangkat kurikulum dan/atau kegiatan pembelajaran berbasis TIK,
penilaian, pengembangan media-an. dan/atau kegiatan lainnya.
c. Sebagai pembahas atau peserta dalam seminar, kolloquium, diskusi
panel, atau bentuk pertemuan ilmiah lainnya.
d. Mengikuti kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan
kewajiban guru terkait dengan pengembangan profesinya.
e. Merupakan kegiatan wajib seperti guru pada setiap jenjang jabatan
sebagaimana telah diatur dalam Rambu-rambu penyelenggara
KKG/MGMP. Dalam 1 tahun, guru diwajibkan mengikuti kegiatan 23
KKG/MGMP paling sedikit 12 kali pertemuan untuk membahas paket
topik pertemuan dalam peningkatan kompetensi guru yang telah
disepakati dalam program kegiatan KKG/MGMP dalam satu paket
kegiatan. Setiap 1 (satu) paket kegiatan paling sedikit memerlukan 3 (
tiga ) kali pertemuan. Satu pertemuan minimal 3 (tiga) jam pelajaran @
60 menit.
f. Paket kegiatan guru di KKG/MGMP dalam 1 tahun dapat berupa:
1) Paket Pengembangan Silabus, RPP, Bahan Ajar perlu minimum 3 kali
pertemuan = 0.15
2) Paket Pengembangan Instrumen Penilaian perlu minimum 3 kali
pertemuan = 0.15
3) Paket Pengembangan Model-model pembelajaran dan Jurnal Belajar
perlu minimum 3 kali pertemuan = 0.15

13
4) Paket Pembuatan/Pengembangan Alat Peraga perlu minimum 3 kali
pertemuan = 0.15
5) Paket Pengembangan Karya Ilmiah Guru (PTK, Tinjauan Ilmiah, Buku,
Modul, Diktat, Kajian Buku, Karya terjemahan, karya seni, karya
teknologi) perlu minimal 4 kali pertemuan = 0.15
Keterangan: Untuk mendapatkan AK, setiap paket yang diambil oleh
KKG/MGMP atau guru adalah paket minimal dan kelipatannya.

Setiap paket kegiatan yang diikuti oleh setiap guru harus dibuatkan
laporannya dan produk kegiatannya. Apabila dalam 1 tahun seorang guru
mengambil 4 paket kegiatan, maka ia harus menyiapkan 4 laporan hasil kegiatan
KKG/MGMP beserta lampiran hasil/produk kegiatannya dan bukti fisik
pendukung. Seorang guru dapat memperoleh angka kredit dari kegiatan
KKG/MGMP paling sedikit telah hadir aktif sebanyak 85%. Ketua KKG/MGMP
membuat rekap keikutsertaan peserta dalam kegiatan kolektif selama satu tahun,
dan sertifikat/surat keterangan ditandatangani oleh kepala dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya atau kepala UPTD atas
nama kepala dinas pendidikan kabupaten/kota atas usulan dari ketua
KKG/MGMP. Guru yang akan mengikuti kegiatan kolektif guru atas dasar
penugasan baik oleh kepala sekolah maupun atas kehendak sendiri.

2.2.3. Publikasi Ilmiah


Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan
kepada masyarakat. Publikasi juga merupakan bentuk kontribusi seorang guru
terhadap peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dan sebagai
pengembangan dunia pendidikan secara umum. Bentuk publikasi yang dapat
dilakukan oleh guru adalah presentasi pada forum ilmiah, publikasi hasil
penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal, dan publikasi
buku teks pelajaran, buku pengayaan dan/atau pedoman guru.

14
Gambar 4. 3. Presentasi pada Forum Ilmiah anggota MGMP PPKn Sumatera
Utara Pada Seminar Nasional Kewarganegaraan di Universitas Negeri Medan

(Sumber: Dokumen Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Universitas Negeri Medan)
Guru seringkali diundang untuk mengikuti pertemuan ilmiah. Mereka
juga kadang diminta untuk memberikan presentasi untuk mengisi pertemuan
ilmiah tersebut. Untuk keperluan itu, guru harus membuat prasaran ilmiah.
Prasaran ilmiah adalah sebuah tulisan ilmiah berbentuk makalah yang berisi
ringkasan laporan hasil penelitian, gagasan, ulasan, atau tinjauan ilmiah. Untuk
memperoleh angka kredit dalam kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan, maka isi makalah seharusnya mengenai permasalahan pada
bidang pendidikan formal pada satuan pendidikannya sesuai tugas guru yang
bersangkutan. Isi makalah di luar hal tersebut atau terlalu umum dan tidak
berkaitan dengan tugas guru yang bersangkutan, tidak atau kurang jelas
kaitannya dengan permasalahan pendidikan/pembelajaran pada satuan
pendidikan, serta kurang menunjukkan kesesuaian dengan tugas pokok dan
fungsi guru, tidak dapat diberikan angka kredit.

15
Presentasi pada forum ilmiah adalah kegiatan penyampaian gagasan
ilmiah sebagai salah satu bentuk publikasi ilmiah.

a. Presentasi pada forum ilmiah


1) Menjadi pemrasaran/narasumber pada seminar atau lokarya ilmiah.
2) Menjadi pemrasaran/narasumber pada kolokium atau diskusi ilmiah.
b. Bukti fisik yang dinilai
Keikutsertaan guru dalam presentasi ilmiah harus dibuktikan dengan:

1) Makalah/Prosiding yang sudah disajikan pada pertemuan ilmiah dan


telah disahkan oleh kepala sekolah; dan;
2) Surat keterangan dari panitia seminar atau sertifikat/piagam dari panitia
pertemuan ilmiah.
Makalah/Prosiding yang disajikan harus merupakan tulisan ilmiah yang
berisi ringkasan laporan hasil penelitian, gagasan, ulasan, atau tinjauan
ilmiah. Kerangka isi presentasi pada forum ilmiah sebagaimana tersebut
dalam Lampiran 3.

c. Angka Kredit
Untuk memperoleh angka kredit isi makalah/Prosiding harus relevan
dengan bidang pendidikan formal, seperti masalah pembelajaran, tugas
pokok guru pada satuan pendidikannya sesuai dengan tugas guru yang
bersangkutan. Isi makalah di luar tersebut tidak dapat diberikan angka
kredit.

Selain sebagai salah satu syarat untuk meningkatkan angka kredit guru
dan sebagai kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan, sudah
seharusnya memang seorang guru membuat beberapa tulisan sebagai bentuk
menuangkan aspirasi dari kegiatan pembelajaran di sekolah. Dari tulisan
juga guru dapat melakukan penelitian terkait hal-hal yang menghambat
kegiatan pembelajaran agar kemudian dapat dicari solusi sebagai upaya
peningkatan pembelajaran untuk hasil yang lebih baik lagi dan dapat

16
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945
alinea ke-4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pada pelaksanaan seminar nasional yang mewakili MGMP PPKn.


Sumut, Chairus Suriyati menyampaikan, “ salah satu teknik pembelajaran
kerap mampu menumbuhkan motivasi peserta didik adalah proses
pembelajaran itu yang dapat memacu keingintahuan peserta didik untuk
membedah masalah-masalah seputar lingkungannya sosialnya sekaligus
dapat membentuk opini pribadi terhadap masalah tersebut sebagai warga
negara yang berideologi Pancasila.

2.2.4. Karya Inovatif


Karya inovatif adalah karya hasil pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni yang bermanfaat bagi pendidikan dan/atau masyarakat,
yang terdiri dari (1) menemukan teknologi tepat guna; (2) menemukan atau
menciptakan karya seni; (3) membuat atau memodifikasi alat pelajaran, peraga
atau praktikum; (4) mengikuti pengembangan atau penyusunan standar,
pedoman, soal, dan sejenisnya. Hubungan antara karya inovatif dengan tugas
mengajar guru diatur sebagai berikut:

a. Karya seni, dapat dilakukan semua guru


b. Karya teknologi tepat guna berupa alat/mesin dan program komputer,
dapat dilakukan oleh semua guru.
c. Karya teknologi tepat guna berupa pengembangan bidang sains,
teknologi (eksperimen), model pembelajaran bimbingan evaluasi
manajemen olahraga, alat pelajaran peraga praktikum harus sesuai
dengan tugas mengajar guru,
Guru adalah salah satu komponen penentu terwujudnya mutu pendidikan
di sekolah khususnya dan akan berdampak pada tinggi rendahnya kualitas
pendidikan di suatu negara. Guru yang memiliki kinerja baik akan memiliki
kontribusi yang banyak bagi kemajuan peserta didiknya. Sebaliknya, jika
kinerja guru kurang berkualitas, kemajuan yang seharusnya dicapai peserta

17
didik juga akan terhambat. Oleh karena itu, wajar apabila guru dituntut untuk
selalu mengembangkan profesinya secara berkelanjutan agar benar-benar
menjadi profesional. Salah satu perwujudannya adalah dengan menciptakan
karya inovatif.

Gambar 4. 4. Guru sebagai inovator

Sumber: jeyjingga.com

Karya Inovatif terdapat dua kategori, yaitu kompleks dan sederhana.


Kategori kompleks dan sederhana pada karya teknologi tepat guna ditinjau dari
ruang lingkup penggunaan/pemanfaatan/durasi, sedangkan alat praktikum dan
alat pelajaran didasarkan atas jumlah/durasi karya yang dihasilkan. Kategori
kompleks dan sederhana pada karya seni ditinjau dari jumlah karya yang
dihasilkan dan karya tersebut sudah dipublikasikan (dipamerkan,
dipertunjukkan, diterbitkan) minimal pada tingkat kabupaten/kota.

a. Menemukan Teknologi Tepat Guna


Teknologi tepat guna adalah karya hasil rancangan/pengembangan/
percobaan sains dana tau teknologi yang dibuat atau dihasilkan dengan
menggunakan bahan, sistem, atau metodologi tertentu dan dimanfaatkan
untuk pendidikan atau masyarakat sehingga pendidikan terbantu
kelancarannya atau masyarakat terbantu kehidupannya.

18
a) Jenis karya teknologi tepat guna
(1). Hasil pengembangan metodologi/evaluasi
pembelajaran/pembimbingan, pengembangan manajemen, atau
pengembangan olahraga yang telah divideokan, sesuai bidang tugas
mengajar/ membimbing.
(2). Hasil Ekperimen sains/ teknologi sesuai bidang tugas mengajar yang
bermanfaat untuk pendidikan atau masyarakat.
(3). Program aplikasi komputer, yang bermanfaat untuk sekolah, pendidikan
atau masyarakat , dapat dibuat oleh semua guru , tidak bergantung
bidang tugas mengajar/membimbing.
(4). Alat /mesin yang bermanfaat untuk sekolah, pendidikan atau
masyarakat, dapat dibuat oleh semua guru, tidak bergantung bidang
tugas mengajar/membimbing.
b) Ciri karya teknologi tepat guna
(1). Bermanfaat untuk pendidikan di sekolah atau bermanfaat untuk
menunjang kehidupan masyarakat.
(2). Ada unsur modifikasi/ inovasi bila sebelumnya sudah pernah ada di
sekolah atau di lingkungan masyarakat tersebut.
(3). Karya teknologi tepat guna yang digunakan untuk masyarakat harus
memiliki surat keterangan dari pihak berwenang minimal dari
kecamatan atau instansi tempat karya teknologi tepat guna digunakan.
c) Bukti Fisik
Kegiatan yang menunjukkan guru telah menemukan karya teknologi tepat
guna harus dibuktikan sebagai berikut.

(1). Laporan hasil metodologi /evaluasi/pembimbingan, pengembangan


manajemen, atau pengembangan olahraga dilengkapi video atau film
hasil pengembangan dalam compact disk atau flashdisk.
(2). Laporan hasil eksperimen sains/teknologi dilengkapi dengan foto saat
melakukan penelitian dan bukti pendukung lainnya.

19
(3). Laporan proses pembuatan dan penggunaan program aplikasi komputer
dilengkapi dengan softcopy program aplikasi komputer hasil
pengembangan dalam compact disk atau flashdisk.
(4). Laporan proses pembuatan dan penggunaan alat/ mesin dilengkapi
dengan video / foto karya tersebut dan lain0lain yang dianggap perlu.
d) Angka Kredit
Angka kredit karya teknologi tepat guna (karya sains/teknologi)adalah
sebagaimana Tabel berikut.

Tabel 4. 3. Angka Kredit Karya Teknologi Tepat Guna

Kegiatan Kode Angka Kredit

Kategori Kompleks 52 4

Kategori Sederhana 53 4

Sumber: Permen PAN RB No. 16 Tahun 2009

e) Format Laporan
Format Laporan Pengembangan Metodologi/Evaluasi Pembelajaran/
Bimbingan, Pembuatan Program Aplikasi Komputer, Pembuatan dan
Penggunaan Alat / Mesin, dapat dilihat pada Lampiran 11 Buku 4.

b. Menemukan atau Menciptakan Karya Seni


Karya Seni adalah hasil budaya manusia yang merefleksikan nilai-
nilai dan gagasan manusia yang diekspresikan secara estetik dalam berbagai
medium seperti rupa, gerak bunyi, dan kata yang bersifat transetal dan
edukatif baik spiritual maupun intelektual bagi manusia dan kemanusiaan.

a) Jenis Karya Seni


(1). Seni sastra meliputi : cerpen, puisi, naskah drama/ teater film.
(2). Seni Rupa, meliputi : Kriya logam/kayu/keramik. Lukisan, patung, dan
ukiran.

20
(3). Desain Komunikasi visual meliputi : Sampul buku, poster, brosur, baliho,
fotografi, animasi, film, company profile.
(4). Seni musik/ suara, meliputi : lagu, aransemen music.
(5). Seni Busana, meliputi : baju, celana, rok dan sejenisnya.
(6). Seni Pertunjukkan, meliputi celana, rok dan sejenisnya.
(7). Seni Pertunjukkan, meliputi: teater, drama, tari, sendratari, dan ensemble
musik
Pengelompokan karya seni dalam kategori pengembangan profesionalisme
guru sebagai berikut:

(1). Karya seni dengan bukti fisik yang dapat disertakan langsung tanpa
laporan penciptaan; meliputi : Seni Sastra yang terdiri dari novel,
kumpulan puisi, naskah drama/ teater/ film.
(2). Karya seni dengan bukti fisik yang dapat disertakan langsung dengan
menulis laporan penciptaan; meliputi (a) seni rupa, seperti : benda-benda
souvenir, film animasi cerita ; (b) seni desain grafis, seperti : Sampul
buku, poster, brosur, fotografi, dan (c) seni rekaman .
(3). Karya seni dengan bukti fisik yang fisik yang tidak dapat disertakan
langsung dan harus menulis laporan penciptaan.
b) Bukti fisik
(1). Karya sastra novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, dan naskah drama
berupa buku asli yang diterbitkan ber ISBN oleh penerbit bereditor sastra
dan diedarkan di masyarakat.
(2). Karya seni rupa berupa benda-benda souvenir, seni desain grafis , seni
musik rekaman.
(3). Karya seni yang bukti fisiknya tidak dapat disertakan langsung
pengesahannya dilakukan dengan mengirimkan ke tim penilai.
c) Angka Kredit
Angka kredit karya seni adalah sebagaimana tabel berikut.

21
Tabel 4. 4. Angka Kredit Karya Seni

Kegiatan Kode Angka Kredit

Kategori Kompleks 54 4

Kategori Sederhana 55 2

Sumber: Permen PAN RB No. 16 Tahun 2009

d) Format Laporan
Format Laporan Deskripsi Kreatif Penciptaan Karya Seni Dapat
Dilihat Pada Lampiran 12 Buku 4

c. Membuat, Memodifikasi Alat Pelajaran, Peraga dan Alat Praktikum


Kegiatan ini meliputi membuat, memodifikasi alat pelajaran, alat
peraga; dan membuat/memodifikasi alat praktikum

a) Alat Pelajaran/Peraga
Alat pelajaran/peraga adalah alat yang digunakan untuk memperjelas
konsep/ teori/ cara kerja tertentu yang digunakan dalam proses pembelajaran
atau bimbingan. Alat pelajaran/peraga mempunyai ciri memperjelas konsep/
teori/ cara kerja suatu alat dan ada unsur memodifikasi/ inovasi bila
sebelumnya sudah pernah ada di sekolah tersebut.

(1) Jenis alat pelajaran/ peraga adalah


Alat pelajaran atau alat peraga dapat dapat berupa (a) poster/ gambar
untuk pelajaran; (b) alat permainan pendidikan; (c) model benda/barang
atau alat tertentu; (d) benda potongan (cutaway object); (e) video/animasi
pembelajaran; dan (f) alat bantu pelajaran (penjasorkes, seni, prakarya,
IPA, teknik).

(2) Kriteria alat pelajaran/peraga


(a) Berupa alat yang berfungsi untuk memperjelas konsep/teori/cara kerja
tertentu yang dipergunakan dalam proses pembelajaran/bimbingan

22
(b) Pelaksanaan proses/bimbingan menjadi lebih jelas dan lebih efektif
(c) Alat peraga yang dibuat harus sesuai dengan tugas
mengajar/membimbing guru yang bersangkutan
(3) Bukti fisik
Kegiatan yang menunjukkan bahwa guru telah membuat alat pelajaran
atau peraga harus dibuktikan dengan:

(a) Laporan tertulis tentang cara pembuatan dan penggunaan alat


pelajaran/peraga yang dilengkapi dengan gambar/foto alat peraga
tersebut bila alat peraga tidak memungkinkan untuk dikirim
(b) Laporan tertulis tentang cara pembuatan dan penggunaan alat
pelajaran/peraga yang dilengkapi dengan alat pelajaran/peraga yang
dibuat bila alat pelajaran/peraga tersebut memungkinkan untuk dikirim
Laporan tersebut harus dilengkapi dengan lembar pengesahan dari
kepala sekolah bahwa alat peraga tersebut dipergunakan di sekolah.

(4) Angka kredit


Angka kredit untuk setiap karya alat pelajaran/peraga yang telah
dibuat adalah sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4. 5. Angka Kredit Alat Pelajaran/Peraga Angka Kredit Alat


Pelajaran/Peraga

Kegiatan Kode Angka Kredit

Kategori Kompleks 58 2

Kategori Sederhana 59 1

Sumber: Permen PAN RB No. 16 Tahun 2009

(5) Format laporan


Format laporan pembuatan dan penggunaan alat pelajaran/peraga
dapat dilihat pada lampiran 13/14 Buku 4.

23
b) Membuat Alat Praktikum
Alat praktikum adalah alat yang digunakan untuk praktikum sains,
matematika, teknik, bahasa, ilmu sosial, humaniora dan keilmuan lainnya.
Alat praktikum tersebut mempunyai ciri dapat digunakan untuk praktikum
di sekolah dan ada unsur modifikasi/inovasi bila sebelumnya sudah pernah
ada di sekolah tersebut.

1) Jenis alat praktikum


a) Alat praktikum sains (matematika, fisika, kimia, biologi)
b) Alat praktikum teknik (mesin, listrik, sipil, dll)
2) Kriteria alat praktikum
a) Berupa alat praktikum yang dipergunakan dalam ruangan
b) Pelaksanaan praktikum menjadi lebih mudah dan lebih efektif
c) Alat praktikum yang dibuat harus sesuai dengan tugas mengajar guru
yang bersangkutan
3) Bukti fisik
Kegiatan yang menunjukkan bahwa guru telah membuat/memodifikasi alat
praktikum harus dibuktikan dengan

a) Laporan tertulis tentang cara pembuatan dan penggunaan alat


praktikum yang dilengkapi dengan VCD atau gambar/foto alat
praktikum tersebut apabila alat praktikum tidak memungkinkan untuk
dikirim
b) Laporan tertulis tentang cara pembuatan dan penggunaan alat
praktikum yang dilengkapi dengan alat praktikum yang dibuat bila alat
praktikum tersebut memungkinkan untuk dikirim.
Laporan tersebut harus dilengkapi dengan lembar pengesahan dari kepala
sekolah bahwa alat praktikum tersebut dipergunakan di sekolah.

4) Angka kredit
Angka kredit untuk setiap karya alat praktikum yang telah dibuat adalah
sebagaimana tabel berikut.

24
Tabel 4. 6. Angka Kredit Membuat Alat Praktikum

Kegiatan Kode Angka Kredit

Kategori Kompleks 60 4

Kategori Sederhana 61 2

Sumber: Permen PAN RB No. 16 Tahun 2009

5) Format laporan
Format laporan pembuatan dan penggunaan alat praktikum dapat dilihat
pada lampiran 15 Buku 4.

d. Mengikuti Pengembangan Penyusunan Standar, Pedoman, Soal, dan


Sejenisnya
Kegiatan ini meliputi penyusunan standar/pedoman/soal yang
diselenggarakan oleh instansi tingkat nasional atau provinsi.

1) Bukti Fisik
Guru yang telah mengikuti penyusunan standar/pedoman/soal dan
sejenisnya harus dibuktikan dengan:

a) Laporan kegiatan
b) Naskah standart soal/pedoman tingkat nasional/provinsi
c) Surat keterangan kepala sekolah bahwa guru yang bersangkutan aktif
mengikuti kegiatan tersebut
d) Surat keterangan panitia/penyelenggara penyusunan
standar/soal/pedoman.
2) Angka Kredit
Besaran angka kredit dalam mengikuti pengembangan penyusunan
standar, pedoman, soal dan sejenisnya sebagai berikut.

a) Angka kredit diberikan setiap jenis kegiatan

25
b) Apabila dalam penyusunan standar soal/pedoman tersebut memerlukan
beberapa kali kegiatan sehingga menghasilkan satu produk tertentu,
maka dinilai hanya satu kali kegiatan.
c) Kegiatan sejenis yang dilakukan pada tingkat kabupaten/kota dapat
dinilai apabila setara atau memiliki bobot yang sama dengan kegiatan
sejenis di tingkat provinsi.
Besaran angka kredit dalam mengikuti pengembangan Standar,
Pedoman, Soal, dan Sejenisnya adalah sebagaimana tabel berikut

Tabel 4. 7. Angka Kredit untuk Mengikuti Pengembangan Penyusunan


Standar, Pedoman, Soal, dan Sejenisnya

Kegiatan Kode Angka Kredit

Kategori Kompleks 62 1

Kategori Sederhana 63 1

Sumber: Permen PAN RB No. 16 Tahun 2009

3) Format Laporan
Format laporan kegiatan penyusunan standar, soal, pedoman dan
sejenisnya dapat dilihat pada lampiran 16 Buku 4.

Guru secara individual maupun kelompok dapat mengembangkan


profesinya melalui 3 unsur yaitu (1) Pengembangan Diri, (2) Publikasi Ilmiah,
(3) Karya Inovatif. Guru PPkn diharapkan dapat mengembangkan profesinya
sesuai dengan regulasi yang berlaku. Guru dapat berkarya untuk mengembangkan
profesinya secara berkelanjutan dalam upaya mewujudkan guru profesional yang
bermartabat dan sejahtera

26
3. Ilustrasi

Ada beberapa contoh ilustrasi dan gambaran tentang kualifikasi dan regulasi
profesionalisme guru PPKn. Berikut beberapa contoh dan ilustrasi dari kualifikasi
dan regulasi profesionalisme guru PPKn. Guru PPKn dalam menjalankan
profesinya sebagai guru PPKn dalam perkembangan saat ini harus mengikuti
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan
kemampuan profesinya secara berkelanjutan. Dalam mengembangkan
kemampuan profesinya secara berkelanjutan melalui pengembangan diri,
publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Ketiga unsur tersebut seiring dengan
perkembangan bidang pendidikan sains, teknologi komunikasi, politik dan sosial
budaya di Indonesia.

4. Forum Diskusi

Agar pemahaman Bapak/Ibu Guru lebih mendalam tentang perkembangan


teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan kemampuan
profesinya secara berkelanjutan diskusikan dengan teman atau kolega sesama guru
dalam Forum Diskusi dengan yang berkaitan dengan materi di bawah ini!

a. Diskusikan dengan teman atau kolega sesama guru tentang pengembangan


diri guru PPKn di bawah ini:
1) Bagaimana realitas implementasi pengembangan diri guru PPKn saat ini
di Indonesia?
2) Berdasarkan realitas tersebut, apa yang seharusnya dilakukan oleh guru
PPKn dalam mengembangkan kemampuan profesinya secara
berkelanjutan yang berkaitan dengan pengembangan diri?
b. Diskusikan dengan teman atau kolega sesama guru tentang publikasi ilmiah
guru PPKn di bawah ini:
1) Bagaimana realitas implementasi publikasi ilmiah guru PPKn saat ini di
Indonesia?

27
2) Berdasarkan realitas tersebut, apa yang seharusnya dilakukan oleh guru
PPKn dalam mengembangkan kemampuan profesinya secara
berkelanjutan yang berkaitan dengan publikasi ilmiah?
c. Diskusikan dengan teman atau kolega sesama guru tentang karya inovatif
guru PPKn di bawah ini:
1) Bagaimana realitas implementasi karya inovatif guru PPKn saat ini di
Indonesia?
2) Berdasarkan realitas tersebut, apa yang seharusnya dilakukan oleh guru
PPKn dalam mengembangkan kemampuan profesinya secara
berkelanjutan yang berkaitan dengan karya inovatif?

C. PENUTUP

1. Rangkuman

a. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Guru PPKn.


Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
mengamanatkan profesi guru sebagai profesi yang bermartabat. Konsekuensi dari
jabatan guru sebagai profesi yang bermartabat, diperlukan suatu sistem pembinaan
dan pengembangan terhadap profesi guru secara terprogram dan berkelanjutan.
Pengembangan profesi guru dirancang untuk mewujudkan terbentuknya guru
yang profesional. Guru sebagai tenaga yang profesional sangat penting dalam
mencapai Visi, Misi Kemdikbud 2025 yaitu menghasilkan insan cerdas dan
kompetitif.

PKB adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai


dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan
profesionalismenya. Guru memelihara, meningkatkan, dan memperluas
pengetahuan dan keterampilan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Pembelajaran menjadi berkualitas sehingga dapat meningkatkan pengetahuan,

28
keterampilan, dan pemahaman peserta didik. Kegiatan PKB ini mencakup
kegiatan pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif.

PKB dalam pengambangan profesi guru merupakan salah satu dari unsur
yang diperlukan untuk memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan untuk
kenaikan jabatan fungsional guru. Pasal 11 Permennegpan dan RB tahun 2009.

b. Pengembangan Diri pada kegiatan PKB


Pengambangan diri sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme
diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni. Kegiatan tersebut dilakukan melalui pendidikan dan
pelatihan (diklat) fungsional dan teknis atau melalui kegiatan kolektif guru.
Secara rinci penjelasan kedua macam kegiatan dimaksud adalah 1) Pendidikan
dan Latihan Fungsional dan 2) Teknis dan Kegiatan Kolektif Guru.

Setiap paket kegiatan yang diikuti oleh setiap guru harus dibuatkan
laporannya dan produk kegiatannya. Apabila dalam 1 tahun seorang guru
mengambil 4 paket kegiatan, maka ia harus menyiapkan 4 laporan hasil kegiatan
KKG/MGMP beserta lampiran hasil/produk kegiatannya dan bukti fisik
pendukung. Seorang guru dapat memperoleh angka kredit dari kegiatan
KKG/MGMP paling sedikit telah hadir aktif sebanyak 85%. Ketua KKG/MGMP
membuat rekap keikutsertaan peserta dalam kegiatan kolektif selama satu tahun,
dan sertifikat/surat keterangan ditandatangani oleh kepala dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya atau kepala UPTD atas
nama kepala dinas pendidikan kabupaten/kota atas usulan dari ketua
KKG/MGMP. Guru yang akan mengikuti kegiatan kolektif guru atas dasar
penugasan baik oleh kepala sekolah maupun atas kehendak sendiri.

c. Publikasi Ilmiah pada kegiatan PKB


Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan
kepada masyarakat. Publikasi juga merupakan bentuk kontribusi seorang guru
terhadap peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dan sebagai

29
pengembangan dunia pendidikan secara umum. Bentuk publikasi yang dapat
dilakukan oleh guru adalah presentasi pada forum ilmiah, publikasi hasil
penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal, dan publikasi
buku teks pelajaran, buku pengayaan dan/atau pedoman guru. Presentasi pada
Forum Ilmiah.

Guru seringkali diundang untuk mengikuti pertemuan ilmiah. Mereka juga


kadang diminta untuk memberikan presentasi untuk mengisi pertemuan ilmiah
tersebut. Untuk keperluan itu, guru harus membuat prasaran ilmiah. Prasaran
ilmiah adalah sebuah tulisan ilmiah berbentuk makalah yang berisi ringkasan
laporan hasil penelitian, gagasan, ulasan, atau tinjauan ilmiah. Untuk memperoleh
angka kredit dalam kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan, maka isi
makalah seharusnya mengenai permasalahan pada bidang pendidikan formal pada
satuan pendidikannya sesuai tugas guru yang bersangkutan. Isi makalah di luar hal
tersebut atau terlalu umum dan tidak berkaitan dengan tugas guru yang
bersangkutan, tidak atau kurang jelas kaitannya dengan permasalahan
pendidikan/pembelajaran pada satuan pendidikan, serta kurang menunjukkan
kesesuaian dengan tugas pokok dan fungsi guru, tidak dapat diberikan angka
kredit

d. Karya inovatif pada kegiatan PKB


Karya inovatif adalah karya hasil pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni yang bermanfaat bagi pendidikan dan/atau masyarakat,
yang terdiri dari (1) menemukan teknologi tepat guna; (2) menemukan/
menciptakan karya seni; (3) membuat/memodifikasi alat pelajaran/peraga/
praktikum; (4) mengikuti pengembangan/penyusunan standar, pedoman, soal, dan
sejenisnya.

Kategori Karya Inovatif. Guru adalah salah satu komponen penentu


terwujudnya mutu pendidikan di sekolah khususnya dan akan berdampak pada
tinggi rendahnya kualitas pendidikan di suatu negara. Guru yang memiliki kinerja
baik akan memiliki kontribusi yang banyak bagi kemajuan peserta didiknya.

30
Sebaliknya, jika kinerja guru kurang berkualitas, kemajuan yang seharusnya
dicapai peserta didik juga akan terhambat. Oleh karena itu, wajar apabila guru
dituntut untuk selalu mengembangkan profesinya secara berkelanjutan agar benar-
benar menjadi profesional. Salah satu perwujudannya adalah dengan menciptakan
karya inovatif.

Guru secara individual maupun kelompok dapat mengembangkan


profesinya melalui 3 unsur yaitu (1) Pengembangan Diri, (2) Publikasi Ilmiah,
(3) Karya Inovatif. Guru PPkn diharapkan dapat mengembangkan profesinya
sesuai dengan regulasi yang berlaku. Guru dapat berkarya untuk mengembangkan
profesinya secara berkelanjutan dalam upaya mewujudkan guru profesional yang
bermartabat dan sejahtera.

2. Tes Formatif

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan benar!

1. Seiring perkembangan bidang pendidikan sains, teknologi komunikasi,


politik dan sosial budaya di Indonesia, sejumlah regulasi telah ditetapkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia, antara lain yang berkaitan dengan
Strategi Mengembangkan Kemampuan Profesi Secara Berkelanjutan
(pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif), yaitu sebagai
berikut, kecuali
A. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru; Pedoman Pengelolaan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
B. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru; Pedoman Pelaksanaan
Penilaian Kinerja Guru
C. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru; Pedoman Penilaian
Kegiatan PKB
D. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru; Pedoman Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan dan Angka Kreditnya

31
E. Buku 5 berkaitan dengan Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru;
Pedoman untuk mendukung pelaksanaan tugas Tim Teknis penilai
Publikasi Ilmiah Guru dan Karya Inovatif Guru
2. Guru memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan
keterampilan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. Pembelajaran
menjadi berkualitas sehingga dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman peserta didik. Kegiatan PKB ini mencakup
kegiatan
A. Pengetahuan proses belajar mengajar dan penilaian autentik
B. Pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif.
C. Keterampilan dalam berdiskusi dan publikasi ilmiah.
D. Keterampilan dalam mengembangkan media pembelajaran yang
inovatif..
E. Pengetahuan dalam memahami karakteristik peserta didik
3. Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Pasal 11 tahun 2009 menjelaskan
bahwa yang termasuk karya inovatif adalah sebagai berikut, kecuali …
A. Menemukan teknologi tepat guna
B. Menemukan/menciptakan karya seni
C. Membuat/memodifikasi strategi pembelajaran
D. Mengikuti pengembangan penyusunannya
E. Standar, pedoman, soal dan sejenisnya
4. Upaya peningkatan kompetensi guru dan/atau pemantapan wawasan,
pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan yang sesuai dengan profesi guru
yang bermanfaat dalam pelaksanaan tugas guru melalui lembaga yang
memiliki ijin penyelenggaraan dari instansi yang berwenang merupakan …
A. Pendidikan dan pelatihan fungsional.
B. Kegiatan workshop pengembangan diri.
C. Kegiatan Seminar. pengembangan diri
D. Kegiatan Karya wisata.
E. Kegiatan demonstrasi

32
5. Kegiatan dapat berupa kursus, pelatihan, penataran, dengan durasi minimal
30 jam yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan atau pemerintah daerah pada lembaga diklat yang ditunjuk
oleh pemerintah di antaranya, kecuali ….
A. PPPPTK.
B. LPMP.
C. LPPKS.
D. LPSK
E. Badan Diklat Daerah.
6. Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan
pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif
guru antara lain adalah sebagai berikut, kecuali …
A. Peningkatan kompetensi pedagogis dan profesional dalam rangka
kegiatan guru.
B. Penyusunan kurikulum, RPP dan bahan ajar
C. Penyusunan, program kerja, dan/atau perencanaan pendidikan
D. Penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik
E. Pengembangan metodologi penelitian
7. Alat pelajaran/peraga mempunyai ciri memperjelas konsep/teori/cara kerja
suatu alat dan ada unsur memodifikasi/inovasi bila sebelumnya sudah
pernah ada di sekolah tersebut. Adapun jenis alat pelajaran/peraga tersebut,
di antaranya adalah sebagai berikut, kecuali ….
A. Poster/ gambar untuk pelajaran
B. Alat permainan pendidikan
C. Benda/barang menentukan arah tertentu
D. Video/animasi pembelajaran
E. Alat bantu pelajaran (penjasorkes, seni, dsb)
8. Berikut ini. guru dapat berkarya untuk mengembangkan profesinya secara
berkelanjutan dalam upaya mewujudkan guru profesional yang bermartabat
dan sejahtera dengan cara….:

33
A. kelompok melalui pengembangan diri, publikasi, ilmiah, dan karya
inovatif.
B. individual melalui pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya
inovatif
C. individual maupun kelompok dapat mengembangkan profesinya
melalui publikasi ilmiah
D. individual maupun kelompok dapat mengembangkan profesinya
melalui karya inovatif
E. individual maupun kelompok melalui pengembangan diri, publikasi,
ilmiah, dan karya inovatif.
9. Karya hasil rancangan /pengembangan/percobaan sains dana tahu teknologi
yang dibuat atau dihasilkan dengan menggunakan bahan, sistem, atau
metodologi tertentu dan dimanfaatkan untuk pendidikan atau masyarakat
sehingga pendidikan terbantu kelancarannya atau masyarakat terbantu
kehidupannya merupakan ….:.
A. Teknologi tepat guna
B. Prakarya
C. Teknologi sederhana
D. Teknologi canggih
E. Teknologi informasi dan komunikasi
10. Karya hasil pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni yang
bermanfaat bagi pendidikan dan/atau masyarakat, yang terdiri dari (1)
menemukan teknologi tepat guna; (2) menemukan/ menciptakan karya seni;
(3) membuat/memodifikasi alat pelajaran/peraga/ praktikum; (4) mengikuti
pengembangan/penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya
merupakan ….:.
A. Karya tepat guna
B. Karya inovatif
C. Teknologi tepat guna.
D. Karya kreatif.
E. Karya sederhana

34
3. Daftar Pustaka

Alan Cowling & Philip James. (1996). The Essence of Personnel Management an
Industrial Relation (terjemahan). Yogyakarta : ANDI

Danim, S., (2017), Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Bandung: Alfabeta.

Musfah, J., (2011), Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan & Sumber
Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Prenada Media Group.

Nurdin, S. (2016). Guru Profesional dan Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal


Educative: Journal of Educational Studies, 1(1), 1-12.

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar


Nasional Pendidikan

Priatna, N, & Sukamto, T., (2013), Pengembangan Profesi Guru, Bandung:


Remaja Rosdakarya Offset.

Suardi, E. (1984). Pedagogik 1. Bandung: Angkasa.

Syarif, K.(2013). Perkembangan Peserta Didik. Medan: UNIMED Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan


Dosen.

Internet

https://jeyjingga.com/guru-inovatif-dan-peran-tak-tergantikan/

35
Kunci Jawaban

No Jawaban No Jawaban

1 C 6 E

2 B 7 C

3 C 8 E

4 A 9 A

5 D 10 B

SOAL ESSAY TUGAS AKHIR

1. Banyak faktor yang membuat peserta didik berbeda, seperti karakteristik fisik,
moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Berdasarkan karakteristik
tersebut, uraikan secara detail pendapat Bapak/Ibu dalam penerapannya atau
penggunaan pemahaman peserta didik tersebut dalam pembelajaran PPKn
berdasarkan karakteristik peserta didik tersebut satu per satu!
2. Seorang guru dalam melaksanakan tugas profesinya, guru harus menyadari
sepenuhnya bahwa Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) sebagai pedoman
bersikap dan berperilaku yang mengejawantah dalam bentuk nilai-nilai moral
dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putra-putri bangsa.
Uraikan pendapat Bapak/Ibu bagaimana realitas selama ini kesadaran dan
pemahaman guru-guru PPKn dari seluruh pelosok Indonesia sampai pada
pusat perkotaan dalam mematuhi dan menerapkan Kode Etik Guru Indonesia!

3. Pemahaman Bapak/Ibu Guru tentang kualifikasi dan regulasi profesionalisme


guru PPKn seharusnya lebih mendalam. Uraikan pendapat Bapak/Ibu guru
tentang regulasi profesionalisme guru yang berkaitan kewajiban tugas dan

36
kewenangan guru, hak yang diperoleh guru dalam menjalankan profesinya,
dan pengembangan diri dalam mengikuti perkembangan keilmuan ke-PPKn-
an!
4. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam mengembangkan
kemampuan profesi guru secara berkelanjutan. Uraikan pendapat Bapak/Ibu
guru tentang realitas implementasi dalam pengembangan diri, publikasi
ilmiah, karya inovatif guru PPKn dalam pembelajaran!

Tes Sumatif Modul 5

Pilihlah jawaban yang paling tepat di bawah ini!

1. Salah satu ciri perkembangan usia SMA yaitu…


a. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri
secara emosional sosial, intelektual, dan ekonomi.
b. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok
c. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas
d. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain
e. Memiliki sikap bersedia membantu peserta didik
2. Karakteristik peserta didik dalam kaitan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial, dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral
(agama) merupakan .…
a. Perkembangan kognitif
b. Perkembangan bakat
c. Kecerdasan emosional
d. Perkembangan sosial
e. Beridentifikasi dengan peserta didik

37
3. Peserta didik diminta untuk mengidentifikasi masalah yang mereka hadapi,
kemudian mendiskusikan masalah tersebut dalam kelompok untuk mencari
solusinya. Ilustrasi tersebut ada hubungannya dengan karakteristik peserta
didik yang berkaitan dengan perkembangan …
a. Kemampuan kognitif
b. Kemampuan interaksional
c. Kemampuan social
d. Kemampuan komunikasi
e. Kemampuan moral
4. Salah satu peserta didik tidak dapat bekerja sama dalam kelompok. Ia
cenderung menguasai forum dan tidak memberi kesempatan pada teman-
temannya. Karakteristik peserta didik tersebut mempunyai masalah dalam hal
perkembangan …
a. Kognitif interaksional
b. Sosial emosional
c. Moral spiritual
d. Sosial kognitif
e. Sosiokultural
5. Upaya membimbing peserta didik sesuai dengan karakteristik peserta didik
yang dimilikinya, untuk mengembangkan keterampilan sosial antara lain
terlihat dalam upaya guru …
a. Mendiskusikan bagaimana mengatasi permasalah sosial di sekitar peserta
didik
b. Memberikan contoh tindakan yang baik
c. Melatih peserta didik membuat keputusan
d. Melatih bagaimana mempersiapkan kesehatan diri dan lingkungan sekitar
e. Memberikan contoh sikap yang baik
6. Pencapaian kematangan dalam hubungan sosial peserta didik dapat juga
dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-
norma kelompok, tradiri, dan moral (agama) merupakan …..
a. Perkembangan kognitif

38
b. Perkembangan bakat
c. Kesecerdasarn emosi
d. Perkembangan sosial
e. Perkembangan intelektual
7. Berkaitan dengan karakteristik peserta didik anak usia SMP, berikut ini
merupakan tugas perkembangannya yaitu ….
a. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat
b. Mengembangakan kegiatan pembelajsaran yang memberikan pengalaman
yang konkret atau langsung dalam membangun konsep
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar
bergaul dengan teman sebagai atau orang lain
d. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok
e. Berinteraksi sesama peserta didik dalam kelompok
8. Dalam mempelajari sikap moral terdapat empat pokok utama untuk
mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial peserta didik sebagai
berikut, kecuali ….
a. Belajar apa yang diharapkan kelompok dari anggotanya dalam bentuk
hukum, kebiasaan, dan peraturan.
b. Belajar menjadi orang bermoral ialah mengembangkan hati nurani sebagai
kendali internal bagi perilaku individu
c. Belajar menjadi orang yang bermoral adalah pengembangan rasa bersalah
dan rasa malu. Setelah anak mengembangkan hati nurani, hati nurani
mereka dibawa dan digunakan sebagai pedoman perilaku.
d. Belajar menjadi orang bermoral adalah mempunyai kesempatan
melakukan kerja kelompok dengan anggota kelompok sosial di
komunitasnya
e. Belajar menjadi orang bermoral adalah mempunyai kesempatan
melakukan interaksi dengan anggota kelompok sosial dengan berinteraksi
sosial

39
9. Guru profesional adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik
dalam bekerja. Menurut Danim (2010) secara akademik guru profesional
bercirikan, di antaranya seperti berikut ini, kecuali ….
a. Mumpuni kemampuan profesionalnya dan siap diuji atas kemampuannya
itu.
b. Memiliki kemampuan berinteraksi antar guru dan kelompok lain yang
“seprofesi” dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial.
c. Siap bekerja tanpa ditegur atau diancam, karena sudah bisa memotivasi
dan mengatur dirinya.
d. Siap bekerja tanpa diatur, karena sudah bisa diatur, karena sudah bisa
mengatur dan mendisiplinkan diri.
e. Secara rutin melakukan evaluasi-diri untuk mendapatkan umpan balik
demi perbaikan institusi.
10. Dari sisi pandang lain, dapat dijelaskan bahwa suatu profesi mempunyai
seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya.
Seseorang penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen-
elemen inti itu sudah menjadi bagian integral dari kehidupannya. Danim
(2010) merangkum beberapa hasil studi para ahli mengenai sifat-sifat atau
karakteristik-karakteristik profesi seperti berikut ini, kecuali …..
a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan
b. Memiliki pengetahuan spesialisasi
c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang
lain atau klien.
d. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-
organization
e. Memiliki budaya organisasi
11. Menurut Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi
profesi. Konsekuensi logis dari amanat UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen tersebut, yang bukan merupakan kewajiban seorang guru anggota
organisasi atau asosiasi adalah…

40
a. Menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
b. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi serta kode etik guru
dan ikrar atau janji guru yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi nya
masing-masing.
c. Mematuhi anggaran dasar, anggaran rumah tangga, serta peraturan-
peraturan yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi nya masing-masing
d. Melaksanakan program organisasi atau asosiasi profesi guru secara aktif
e. Guru yang belum menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi guru
harus memilih organisasi atau asosiasi profesi guru yang pembentukannya
sesuai dengan peraturan PGRI.
12. Substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan oleh PGRI telah memuat
rumusan Kode Etik Guru yang sudah disepakati. Berikut ini yang tidak
termasuk Kode Etik Guru yang berkaitan dengan Hubungan Guru dengan
Peserta Didik adalah …
a. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
b. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar,
menimbulkan gangguan kesehatan dan keamanan.
c. Guru boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan
yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
d. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya
kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama.
e. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan
peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
13. Berikut ini termasuk Kode Etik Guru yang berkaitan dengan Hubungan Guru
dengan Orang Tua/Wali dalam substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan

41
oleh PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah disepakati
sebagai berikut, kecuali …
a. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali siswa secara jujur dan
objektif mengenai perkembangan peserta didik.
b. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orang tua/walinya.
c. Guru memotivasi peserta didik untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam
memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
d. Guru berkomunikasi secara baik dengan orang tua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada
umumnya.
e. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orang tua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
14. Yang tidak termasuk Kode Etik Guru yang berkaitan dengan Hubungan Guru
dengan Masyarakat dalam substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan oleh
PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah disepakati adalah

a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
b. Guru mengkomunikasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan
dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
c. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat dengan meningkatkan
prestise dan martabat profesionalnya.
d. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama – sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya.
e. Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.

42
15. Selanjutnya yang tidak termasuk Kode Etik Guru yang berkaitan dengan
Hubungan Guru dengan Sekolah dan Teman Sejawat dalam substansi esensial
dari KEGI yang ditetapkan oleh PGRI telah memuat rumusan Kode Etik
Guru yang sudah disepakati adalah….
a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi
sekolah.
b. Guru memotivasi diri dan rekan kerja sejawat secara aktif dan kreatif
dalam melaksanakan proses pendidikan.
c. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
d. Guru lebih fokus menciptakan suasana kekeluargaan di dalam sekolah
sendiri daripada di luar sekolah.
e. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk
tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan
dengan tuntutan profesionalitasnya.
16. Kemudian yang tidak termasuk Kode Etik Guru yang berkaitan dengan
Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi dalam substansi esensial dari
KEGI yang ditetapkan oleh PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru
yang sudah disepakati adalah….:.
a. Guru hanya menjadi anggota organisasi profesi guru PGRI dan berperan
serta secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi
kepentingan pendidikan.
b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
memberikan manfaat bagi kepentingan pendidikan.
c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan
masyarakat.
d. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas
konsekuensinya.

43
e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
17. Menurut Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013, standar isi dikembangkan
untuk ….
a. Menentukan kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis, spesifik,
algoritma, metode tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya
b. Menentukan kriteria ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu
c. Menentukan pengetahuan teknis, spesifik, detail, dan kompleks berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
d. Menentukan kriteria mengenai kualifikasi yang mencakup sikap
pengetahuan, dan keterampilan
e. Menentukan kegiatan untuk mencapai kompetensi lulusan yang mencakup
sikap pengetahuan, dan keterampilan
18. Landasan dari perbaikan Kurikulum 2013 adalah ….
a. Permendikbud Nomor 106 Tahun 2014
b. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014
c. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013
d. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013
e. Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014
19. Di bawah ini merupakan landasan yuridis Kurikulum 2013, kecuali …
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
e. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005
20. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dilakukan pemerintah dengan
menerapkan beberapa peraturan, khususnya yang berkaitan dengan Jabatan

44
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang menjelaskan bahwa yang
termasuk karya inovatif adalah sebagai berikut, diatur dalam ….
a. Permenneg PAN RB No. 16 Tahun 2009
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 48 Tahun 2008
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009
21. Guru profesional memiliki kemampuan melaksanakan tugas pokok guru di
bidang pembelajarannya secara optimal, terutama dalam hal penguasaan dan
pengembangan materi pembelajaran. Guru PPKn menguasai keilmuan yang
meliputi dimensi pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku yang mendukung
kegiatan pembelajaran PPKn. Yang berkaitan dengan pengetahuan sebagai
substansi materi PPKn adalah Persatuan dan Kesatuan bangsa; Norma,
hukum, dan peraturan; Hak Asasi Manusia; Kebutuhan Warga Negara;
Konstitusi Negara; Kekuasaan dan Politik; Pancasila; dan Globalisasi.
“Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi,
Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam
masyarakat demokrasi”

Pernyataan di atas, merupakan ruang lingkup PPKn berupa ….:.

a. Norma, hukum, dan peraturan


b. Hak Asasi Manusia
c. Kebutuhan Warga Negara
d. Konstitusi Negara
e. Kekuasaan dan Politik.
22. Selanjutnya “Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma
yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional,
Hukum dan peradilan internasional”
Pernyataan di atas, merupakan ruang lingkup PPKn berupa ….:.

45
a. Norma, hukum, dan peraturan
b. Hak Asasi Manusia
c. Kebutuhan Warga Negara
d. Konstitusi Negara
e. Kekuasaan dan Politik.
23. Berikut ini adalah beberapa Peraturan Pemerintah (PP) mengenai pendidikan
yaitu sebagai berikut, kecuali ….
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005 Tentang
Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang
Guru
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
24. Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga yang profesional sebagai
sumber daya utama pencerdas bangsa, sama tuanya dengan sejarah peradaban
Indonesia. Di Indonesia, khusus untuk guru, dilihat dari dimensi sifat dan
substansinya, alur untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional,
sebagai berikut, kecuali ….
a. deduksi guru madya berbasis sekolah.
b. penyediaan guru berbasis perguruan tinggi,
c. induksi guru pemula berbasis sekolah
d. profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi.
e. profesionalisasi guru berbasis individu atau menjadi guru madani
25. Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan
pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif
guru antara lain adalah sebagai berikut, kecuali …
a. Pengembangan metodologi mengajar.

46
b. Improvisasi proses pembelajaran
c. Peningkatan kompetensi profesional
d. Peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas
tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah
e. Penggunaan dan pengembangan teknologi informasi dalam pembelajaran
26. Pernyataan tentang penunjukan berupa “Laporan akhir pelatihan yang dibuat
oleh guru yang bersangkutan terkait dengan keikutsertaan kegiatan
pengembangan diri baik menggunakan model tatap muka, kombinasi antara
tatap muka dengan dalam jaringan maupun dalam jaringan” merupakan….:
a. bukti fisik dalam kegiatan seorang guru profesional dalam mengikuti
kegiatan diklat fungsional.
b. bukti fisik dalam kegiatan seorang guru profesional dalam mengikuti
kegiatan MGMP
c. bukti fisik dalam kegiatan seorang guru profesional dalam proses belajar
mengajar
d. bukti fisik dalam kegiatan seorang guru profesional dalam
mengembangkan karya inovatif
e. bukti fisik kegiatan seorang guru dalam pengembangan diri, publikasi,
ilmiah, dan karya inovatif.
27. Berikut ini merupakan beberapa paket kegiatan guru di KKG/MGMP dalam 1
tahun di antaranya dapat berupa kegiatan. Pernyataan di bawah ini yang tidak
benar adalah ……
a. Paket Pengembangan Silabus, RPP, Bahan Ajar perlu minimum 3 kali
pertemuan = 0.15
b. Paket Pengembangan Instrumen Penilaian perlu minimum 3 kali
pertemuan = 0.15
c. Paket Pengembangan Model-model pembelajaran dan Jurnal Belajar perlu
minimum 3 kali pertemuan = 0.15
d. Paket Pembuatan/Pengembangan Alat Peraga perlu minimum 3 kali
pertemuan = 0.15

47
e. Paket Pengembangan Karya Ilmiah Guru (PTK/Tinjauan
Ilmiah/Buku/Modul/ Diktat/Kajian Buku/Karya terjemahan/karya
seni/karya teknologi ) perlu minimal 4 kali pertemuan = 0.2
28. Karya hasil rancangan /pengembangan/percobaan sains dana tahu teknologi
yang dibuat atau dihasilkan dengan menggunakan bahan, sistem, atau
metodologi tertentu dan dimanfaatkan untuk pendidikan atau masyarakat
sehingga pendidikan terbantu kelancarannya atau masyarakat terbantu
kehidupannya merupakan ….:.
a. Prakarya
b. Teknologi sederhana
c. Teknologi canggih
d. Teknologi tepat guna
e. Teknologi informasi dan komunikasi
29. PKB adalah Pengembangan Kompetensi Guru yang dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan
profesionalismenya. Guru memelihara, meningkatkan, dan memperluas
pengetahuan dan keterampilan guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Pembelajaran menjadi berkualitas sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik.
Kegiatan PKB ini mencakup kegiatan ….
a. pengembangan sekolah, publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif
b. pengembangan institusi profesi, publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif
c. pengembangan diri, publikasi di medsos, dan/atau karya inovatif
d. pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif
e. pengembangan diri, publikasi populer, dan/atau karya inovatif

48
30. Kegiatan dapat berupa kursus, pelatihan, penataran, dengan durasi minimal
30 jam yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
atau pemerintah daerah pada lembaga diklat yang ditunjuk oleh pemerintah
di antaranya, kecuali ….
a. Badan Diklat Daerah.
b. LPMP.
c. LPPKS.
d. L-PAN RB
e. P4TK

Kunci Jawaban

No Jawaban No Jawaban

1 C 16 A

2 D 17 B

3 A 18 E

4 B 19 C

5 A 20 A

6 D 21 E

7 C 22 A

8 D 23 E

9 E 24 A

10 E 25 B

11 E 26 A

49
12 C 27 E

13 C 28 D

14 B 29 D

15 D 30 D

50

Anda mungkin juga menyukai