Penulis:
RAMSUL NABABAN
Penulis
KEGIATAN BELAJAR 1:
KONSEP DASAR, PRINSIP DAN
PROSEDUR PEMBELAJARAN PPKn
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN ................................................................................................1
B. KEGIATAN INTI...............................................................................................5
C. PENUTUP ............................................................................................................34
1. Rangkuman ...................................................................................................34
2. Tes Formatif .................................................................................................35
3. Daftar Pustaka ..............................................................................................40
ii
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Upaya untuk menyiapkan guru profesional PPKn, Modul 3 ini akan
diawali dengan kegiatan belajar satu (KB 1) dengan membahas materi tentang
konsep dasar, prinsip dan prosedur pembelajaran PPKn, sehingga secara umum
akan membahas tentang kesiapan dan kemapanan guru yang profesional dalam
mendidik dan mengajar para peserta didiknya, sehingga dibutuhkan kemampuan
memahami dan mengimplementasikan konsep dasar, prinsip dan prosedur
pembelajaran PPKn, hal ini menjadi sebuah upaya guru secara komprehensif
dalam mengembangkan kompetensi guru PPKn dari sudut kemampuan pedagogis
atau bekal awal bagi guru PPKn untuk secara baik menguasai pembelajaran PPKn
dari segi keilmuannya. Secara khusus kegiatan belajar ini membantu guru PPKn
untuk memahami dan mampu mengaplikasikan pembelajaran PPKn baik dilihat
dari sudut perspektif konsep, prinsip, dan prosedur pembelajarannya.
3. Pengembangan kurikulum
6. Cara berkomunikasi
1
7. Evaluasi dan evaluasi belajar
2
kewarganegaraan civic intelligence yang merupakan prasyarat untuk
pembangunan demokrasi dalam arti luas, yang mempersyaratkan terwujudnya
budaya kewarganegaraan atau civic culture sebagai salah satu determinan
tumbuh-kembangnya negara demokrasi.
2. Relevansi
Modul 3 yang membahas tentang konsep dasar keilmuan PPKn pada diklat
Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan ini sangat penting dan relevan
menjadi mata latih peserta PPG dalam jabatan. Hal tersebut dikarenakan salah
satu kompetensi mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru PPKn yang
profesional adalah pemahaman tentang konsep dasar keilmuan PPKn terutama
dalam kaitannya dengan mengenali konsep dasar, prinsip, dan prosedur
3
pembelajaran PPKn, yang memuat nilai, norma, dan moral yang menjadi muatan
kurikulum dan proses pembelajaran dan/atau pembudayaan dalam konteks
pendidikan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa dan
kewarganegaraan di sekolah dan/atau masyarakat, struktur, metode, dan spirit
keilmuan kewarganegaraan, hukum, politik kenegaraan, sejarah perjuangan
bangsa, dan disiplin lainnya yang berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 sebagai hukum dasar dan menjadi landasan
konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang ber-
Bhinneka Tunggal Ika dalam keberagaman yang kohesif dan utuh serta Isu-isu
dan/atau perkembangan terkini kewarganegaraan meliputi bidang ideologi,
politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam
konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), termasuk advance materials.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 1 (KB 1) ini, ada beberapa
hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi
KB 1 ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
2. Lakukan kajian permulaan terhadap tema cinta tanah air dan bela
negara dengan mencari beberapa referensi yang relevan.
4
3. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 1 pada modul 1
untuk memudahkan dalam memahami isi KB 1.
B. KEGIATAN INTI
1. Capaian Pembelajaran
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn melalui kegiatan belajar
satu (KB 1) pada modul 3 ini, guru diharapkan mampu melaksanakan proses
pembelajaran yang memesona dan meneladani pada mata pelajaran PPKn dengan
dilandasi empat pondasi kuat yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka
Tunggal Ika. Sehingga dapat memiliki cakupan dalam menguasai materi dan
mengaplikasikan bidang keilmuan PPKn yang mencakup:
a. Konsep, prinsip, prosedur, dan metode keilmuan serta nilai, norma, dan
moral yang menjadi muatan kurikulum dan proses pembelajaran dan/atau
pembudayaan dalam konteks pendidikan Pancasila sebagai dasar negara
dan pandangan hidup bangsa dan kewarganegaraan di sekolah dan/atau
masyarakat;
5
b. Struktur, metode, dan spirit keilmuan kewarganegaraan, hukum, politik
kenegaraan, sejarah perjuangan bangsa, dan disiplin lainnya yang
berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 sebagai hukum dasar dan menjadi landasan konstitusional
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika dalam keberagaman yang kohesif dan utuh,
2. Uraian Materi
a. Konsep Dasar PPKn
1) Pendidikan Budi Pekerti Sebagai Prakonsepsi PPKn Di Indonesia
6
Sitasi di atas menunjukkan bahwa pendidikan budi pekerti adalah embrio
7
Civics menurut Henry Randall Waite adalah “The science of citizenship,
the relation of man, the individual, to man in organized collection, the individual
in his relation to the state”. Dalam terjemahan umum, bahwa pendidikan
kewarganegaraan tersebut adalah ilmu yang membicarakan hubungan antara
manusia dengan manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi
(organisasi sosial, ekonomi, politik) dengan individu-individu dan negara.
8
di tingkat Menengah pertama dan atas kurikulum 2013 sebagaimana dalam
(Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah) maka dapat diadaptasi hasilnya sebagai berikut:
Civic Knowledge KI 3
Civics Skill KI 4
Lebih jauh Setiawan (2015) menjelaskan secara lengkap apa saja deskripsi dari
keseluruhan kompetensi kewarganegaraan sebagai berikut:
9
Gambar. 1.2. Muatan kompetensi kewarganegaraan
10
terintegrasi ke dalam PPKn, di mana kajian mated PPKn merupakan petunjuk
pemahaman internalisasi atau personalisasi nilai, serta bagaimana praktis
kehidupan menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang sehat, baik melalui proses
kematangan mental spiritual yang utuh dan mantap, juga matang yang akan
berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa
dan bernegara yang harmoni.
11
Era globalisasi yang dipenuhi dengan persaingan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pendidikan nilai melalui materi PPKn diperlukan guna menangkal
Gambar 1.3. Kesadaran Moral kesemrawutan krisis
multidimensional. Manusia
memerlukan kematangan moral
dan intelektual, kecerdasan
intelektual dalam mengkritisi
berbagai wacana pemikiran
yang muncul ke permukaan,
kematangan emosional untuk
dapat hidup kooperatif sekaligus
kompetitif yang didasarkan atas
jalinan sosial yang harmonis,
dan kematangan spiritual
sebagai perwujudan ikatan
transendental antara dirinya
Sumber: www.medanbisnisdaily.com
dengan sang pencipta.
kematangan tersebut dilatih, diajar, dan dididik melalui materi PKn dengan model
pendidikan berbasis nilai. Pendidikan nilai dalam materi PKn, diharapkan mampu
melahirkan warga negara Indonesia yang seutuhnya.
12
Dimensi peserta didik tersebut adalah 3 (tiga) ranah kemampuan, yang
meliputi, a). Kognitif berupa fakta, konsep, teori, dalil, dan definisi.
Dalam kajian kewarganegaraan disebut sebagai pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), b). Afektif berupa nilai, sikap,
norma, moral. Dalam kajian kewarganegaraan disebut sebagai sikap atau
kebajikan kewarganegaraan (civic virtue) dan c). Psikomotor berupa tata
cara, prosedur, aturan, dan perilaku. Dalam kajian kewarganegaraan
disebut sebagai kecakapan kewarganegaraan (civic skill).
13
hukum. Sebagaimana PPKn adalah program pendidikan, maka programnya juga
harus memiliki peran penting untuk menginternalisasikan kesadaran dan taat
hukum terutama kepada generasi muda.
14
ketiga komponen tersebut (Sukriono, 2016). Kesadaran dalam berkonstitusi sangat
bergantung pada kemampuan memahami isi dari konstitusi itu sendiri. Oleh
karenanya perlu upaya-upaya sosialisasi atau dan internalisasi atau pembudayaan
konstitusi kepada seluruh komponen bangsa, termasuk yang paling vital adalah
peran komponen pendidikan untuk mentransformasikan pengetahuan, ilmu, dan
budaya berkonstitusi kepada peserta didik.
15
sosio-pedagogis dijadikan sebagai wahana utama serta esensi pendidikan
demokrasi atau pendidikan politik di Indonesia yang direalisasikan melalui:
1. Civic Intelligence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik
dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial;
16
sosial. Keterampilan berpikir ditekankan pada pengembangan berpikir kritis
seorang peserta didik, bukannya knowledge deposit. Keterampilan pribadi
menekankan pada pengembangan aspek kepercayaan diri peserta didik dan
political self efficacy. Sedangkan pengembangan keterampilan sosial terutama
ditekankan empati dan respek kepada diri sendiri dan orang lain dalam upaya
menjadi warga Negara yang baik atau Good Citizens.
Selain itu, PPKn sebagai pendidikan politik juga merupakan strategi untuk
mewujudkan masyarakat kewargaan atau civil society. Konsep ini sebagai upaya
PPKn dalam menumbuhkan atribut aspirasi aktif dan partisipasi aktif warga
negara yang memiliki ciri karakter demokratis. Menurut Cohen dan Aroto dalam
Handout PKn oleh Cholisin (2010) bahwa civil society merupakan kelompok
masyarakat yang memiliki kemandirian yang tegas terhadap berbagai kepentingan
akan kekuasaan. Yang tidak kalah penting dalam konsep civil society adalah
adanya partisipasi aktif dari semua warga negara baik yang tergabung dalam
berbagai perkumpulan, organisasi atau kelompok lainnya sehingga akan
membentuk karakter demokratis di lembaga tersebut yang tentunya hal ini
menjadi nilai lebih pentingnya keberadaan civil society serta bagaimana upaya
mengembangkan dan membuatnya menjadi berfungsi dalam aktualisasi demokrasi
Negara Indonesia.
17
Gambar 1.4. PKn sebagai wahana pendidikan politik
Social Studies adalah nama atau istilah yang digunakan oleh lembaga
pendidikan di negara lain terutama di negara-negara Barat. Sebagai bidang kajian
akademik di perguruan tinggi khususnya di universitas maupun bidang kajian
kurikuler untuk tingkat sekolah dasar dan menengah, Social Studies telah cukup
lama memiliki tradisi. Barr, Barth, dan Shermis (1977) mengidentifikasi "The
Three Social Studies Traditions, yaitu: (1) Social Studies as Citizenship
Transmission (Civic Education); (2) Social Studies as Social Science; (3) Social
Studies as Reflective Inquiry. Tiga tradisi ini memiliki pengertian, tujuan, isi, dan
18
metode masing-masing (Wahab dan Sapriya, 2012). Selanjutnya dijelaskan
tentang tradisi sosial dan PPKn sebagai tradisi sosial sebagai berikut:
Tradisi pembelajaran ini merupakan tradisi yang paling tua dan paling
biasa dipraktikkan oleh para guru. Esensinya ada pada diri guru yang
menginginkan agar para siswa memiliki pemahaman tentang konsep
kewarganegaraan. Guru menggunakan beragam teknik agar keyakinan yang
dimiliki oleh guru dapat dimiliki pula oleh siswanya. Tujuan transmisi
kewarganegaraan adalah agar siswa mempelajari dan meyakini konsep
kewarganegaraan yang diajarkan. Guru menyelenggarakan pembelajaran dengan
cara menyajikan asumsi-asumsi, kepercayaan-kepercayaan, dan harapan-harapan
tentang masyarakatnya. Guru biasanya telah menguasai tujuan pendidikan
nasional; mengetahui bagaimana seseorang harus menjalin hubungan dengan
orang lain, apa yang diharapkan oleh orang lain, apa budaya saling menghargai,
dan apa yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang baik.
19
c) Social Studies Taught as Reflective Inquiry
20
memiliki paradigma sistemik di dalamnya terdapat tiga domain yakni: domain
akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural (Winataputra, 2001).
Domain akademis adalah berbagai pemikiran tentang PKn yang berkembang di
lingkungan komunitas keilmuan. Domain kurikuler adalah konsep dan praksis
PKn dalam dunia pendidikan formal dan nonformal. Domain sosial kultural
adalah konsep dan praksis PKn di lingkungan masyarakat.
Ketiga domain itu satu sama lain memiliki hubungan struktural dan
fungsional yang diikat oleh konsepsi kebajikan dan budaya kewarganegaraan
(civic virtue and civic culture) yang mencakup penalaran kewarganegaraan (civic
knowledge), sikap/watak kewarganegaraan (civic disposition), keterampilan
kewarganegaraan (civic skills), keyakinan diri kewarganegaraan (civic
confidence), komitmen kewarganegaraan (civic commitment), dan kemampuan
kewarganegaraan (civic competence), (CCE:1998).
Oleh karena itu, objek kajian PKn saat ini sudah lebih luas daripada
embrionya, sehingga kajian keilmuan PKn, program kurikuler PKn, dan aktivitas
sosial kultural PKn benar-benar bersifat multifaset/multidimensional.
21
bangsa dan Negara Indonesia haruslah berakar atau berprinsipkan pada Pancasila.
Termasuk dalam hal ini adalah pendidikan. PPKn sebagai pendidikan moral
secara utuh mengkonsepsi pembelajaran dan keilmuannya berdasarkan pada
Pancasila sebagai item principal. Prinsip yang demikian sangat relevan untuk
mendukung main goal PPKn yaitu membentuk warganegara yang bermoral, smart
and good citizen serta dapat diandalkan (Desirable).
Sumber: cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id
22
PPKn mengusung konsep transfer nilai-nilai Pancasila ke dalam struktur
keilmuannya yang hendak diberikan kepada peserta didik atau warga Negara.
Materi muatan Pancasila dalam bidang pendidikan kewarganegaraan (PKn)
memiliki kaitan dengan Pancasila dalam hal tujuan dari pendidikan
kewarganegaraan Indonesia. Secara umum tujuan pendidikan kewarganegaraan
adalah terbentuknya warga negara yang baik (good citizen) yang tentu saja
berbeda menurut konteks negara yang bersangkutan (Winarno, 2011). Numan
Somantri (2001) menyebut warga negara yang baik di Indonesia adalah warga
negara yang patriotik, toleren, setia terhadap bangsa dan negara, beragama,
demokratis, Pancasila sejati.
23
Kewarganegaraan yang selama ini digunakan perlu disesuaikan menjadi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Secara substantif-pedagogis
PPKn bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, nilai
dan norma Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
semangat Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen kolektif berNegara Kesatuan
Republik Indonesia.
24
mata pelajaran PPKn dalam kerangka pengembangan Kurikulum 2013 pada
jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagai berikut.
25
4) keteguhan kewarganegaraan; 5) komitmen kewarganegaraan; dan 6)
kompetensi kewarganegaraan.
26
Tabel 1.2. Gradasi indikator sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
- - Mencipta
27
2. Prosedur Pembelajaran PPKn Berbasis Nilai dan Urgensi Falsafah
Pancasila di Sekolah, Masyarakat, dan Pemerintahan
28
sumber hukum. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang berarti
melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-
undangan di negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila. Pancasila
sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila
terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara
formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai
dasar Negara.
29
Sementara itu Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mengingatkan
kita bahwa Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan hidup.
Pandangan hidup adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang
terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur. Pandangan hidup berfungsi
sebagai alat untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya.
30
baik. Oleh karena Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan suatu
kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia, maka
pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi oleh warganya karena pandangan
hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat.
31
4. Forum Diskusi
CPMK Sub-CPMK Bahan Kajian Tugas
Terstruktur
Menguasai materi dan Konsep, prinsip, Konsep Dasar 1. Deskrip
aplikasi materi bidang prosedur, dan PPKn, Prinsip sikanlah
studi PPKn yang metode keilmuan PPKn, Konsep Dasar
mencakup: serta nilai, norma, Prosedur Proses PPKn,
a. konsep, prinsip, dan moral yang PPKn 2. Jelaska
prosedur, dan metode menjadi muatan n prinsip dan
kurikulum dan prosedur
keilmuan serta nilai,
proses PPKn…..
norma, dan moral
pembelajaran
yang menjadi muatan dan/atau
kurikulum dan proses pembudayaan
pembelajaran dalam konteks
dan/atau Pendidikan
pembudayaan dalam Pancasila sebagai
konteks pendidikan dasar negara dan
Pancasila sebagai pandangan hidup
dasar negara dan bangsa dan
pandangan hidup kewarganegaraan
bangsa dan di sekolah dan/atau
masyarakat;
kewarganegaraan di
32
sekolah dan/atau Struktur, metode, Struktur 1. Jelaska
masyarakat; dan spirit keilmuan keilmuan nlah struktur
b. struktur, metode, kewarganegaraan, kewarganegaraa keilmuan,
hukum, politik n, ketode
dan spirit keilmuan
kenegaraan, sejarah Metode keilmuan, dan
kewarganegaraan, spirit
hukum, politik perjuangan bangsa, keilmuan
dan disiplin lainnya kewarganegaraa pengembangan
kenegaraan, sejarah keilmuan
berlandaskan n,
perjuangan bangsa, PPKn….
Undang-Undang Spirit
dan disiplin lainnya Dasar Negara pengembangan 2. Jelaska
berlandaskan Republik Indonesia keilmuan nlah konsep
Undang-Undang tahun 1945 sebagai kewarganegaraa kajian ilmu
Dasar Negara hukum dasar yang n, Konsep kewarganegara
Republik Indonesia menjadi landasan kajian: a. an
tahun 1945 sebagai konstitusional Konsep dasar
hukum dasar yang kehidupan ilmu hukum
menjadi landasan bermasyarakat, b. Konsep dasar
konstitusional berbangsa dan Politik
kehidupan bernegara yang Kenegaraan
ber-Bhinneka c. Konsep
bermasyarakat,
Tunggal Ika dalam Sejarah
berbangsa dan
keberagaman yang Perjuangan
bernegara yang ber-
kohesif dan utuh; bangsa dalam
Bhinneka Tunggal Ika Perspektif
dalam keberagaman Pendidikan
yang kohesif dan Pancasila dan
utuh, Kewarganegaraa
n
c. isu-isu dan/ d. Konsep
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun
1945
e. Konsep
Bhineka
Tunggal Ika
33
Isu-isu dan/atau Konsep Isu-Isu 1. Bacala
perkembangan Kewarganegaraa h materi
terkini n, tentang konsep
kewarganegaraan Konsep Negara kewarganegara
meliputi bidang Kesatuan an
ideologi, politik, Republik 2. Berikan
hukum, ekonomi, Indonesia contoh dan
sosial, budaya, (NKRI) argumentasi
pertahanan tentang konsep
keamanan dan dasar Negara
agama, dalam Kesatuan
konteks lokal, Republik
nasional, regional, Indonesia….
dan global dalam
bingkai Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
(NKRI).
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Pada dasarnya pembelajaran PPKn jika dikaji dari segi ontologi
keilmuannya terdapat konsep dasar, prinsip, dan prosedur keilmuannya yang perlu
untuk dipahami dan dilaksanakan secara baik oleh seluruh pemangku kepentingan
PPKn dalam hal ini adalah Guru. Paradigma ini merupakan salah satu langkah
bagus dalam pembelajaran PPKn untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif
dan memberi pengaruh yang signifikan terhadap peserta didik dalam membentuk
atribut civic knowledge, civic skill, dan civic disposition peserta didik untuk
menjadi warganegara yang baik dan cerdas serta memiliki rasa kebangsaan yang
baik dan berfilosofikan Pancasila.
34
morality warganegara. Sehingga dengan demikian pembelajaran PPKn
sesungguhnya dapat membina dan membentuk secara baik, terstruktur, dan arif
morality warganegara. Pembelajaran PPKn memiliki standar tradisi yang kuat
dalam ranah Ilmu Sosial dalam upaya mewujudkan urgensi citizenship
transmission yang berfokus pada karakter warganegara yang cerdas dan baik.
Disamping itu pancasila sebagai falsafah bangsa dan dasar Negara menjadi
dua tolak ukur utama yang perlu diintegrasikan kedalam capaian kompetensi
peserta didik melalui pembelajaran PPKn. Dan selain itu juga perlu
pengembangan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran PPKn untuk
dikorelasikan dengan standar kompetensi inti kurikulum 2013 agar secara yuridis
dan pedagogis, PPKn menjadi pembelajaran yang efektif dari segi konsep, prinsip,
dan prosedur pembelajaran bagi warganegara atau peserta didik.
2. Tes Formatif
Soal-soal:
a. Value education
b. Value inculcation
c. Value competition
35
d. Value creation
e. Value civic
a. Norma
b. Religius
c. Social
d. Multikultur
e. Morality
3. Tiga rumpun body of knowledge PPKn adalah ilmu politik, hukum, dan
moral. Ketiganya perlu diedukasi kepada seluruh warganegara termasuk
adalah peserta didik. Hal ini urgent dikarenakan?
e. Semangat Kebangsaan
4. PPKn berperan sebagai program studi yang memiliki tradisi social studies.
Salah satu kajian yang sangat signifikan adalah sebagai program studi yang
mentradisikan membentuk respon yang tinggi dan cerdas oleh peserta didik
terhadap perkembangan isu politik, pemerintahan, maupun isu-isu sosial.
Hal ini dikarenakan?
36
a. Tradisi Reflective Inquiry PPKn
a. Civil Law
b. Civil Global
c. Civil
d. Moral Society
e. Civil Society
37
7. Perasaan moral sebagai suatu yang wajib, ikatan rasional akan kebaikan, dan
rasa kebebasan, perlu dipedomani oleh seluruh warga negara Indonesia
sebagai upaya mewujudkan?
a. Kesadaran diri
b. Kesadaran politik
c. Kesadaran berkonstitusi
d. Kesadaran beraspirasi
e. Kesadaran hukum.
a. Nilai-nilai Pancasila
b. Nilai-nilai Hukum
c. Nilai-nilai Religius
e. Nilai-nilai Sosial
38
c. Sebagai sinergitas PPKn dengan kurikulum
Kunci Jawaban
1. B 6. D
2. E 7. C
3. B 8. A
4. A 9. C
5. E 10. D
39
3. Daftar Pustaka
Buku:
Jurnal:
40
Sukriono, D., Membangun Kesadaran Berkonstitusi Terhadap Hak-hak
Konstitusional Warga Negara Sebagai Upaya Menegakkan Hukum
Konstitusi (Develop A Constitution Awareness to Citizen Constitutional
Rights as an Effort To Enforce Constitution Law), Jurnal Legislasi
Indonesia Vol. 13 N0. 03 - September 2016: 273 – 284, P. ISSN: 0216-
1338, E-ISSN: 2579-5562.
Winarno, Muatan Pancasila Dalam Mata Pelajaran PKn Di Sekolah, JPK: Jurnal
Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2,
Juli 2011.
Perundang-undangan:
Permendikbud No. 24, Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar
Internet:
41
Akbal, M. 2016. Dalam seminar nasional: “Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial
Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global”.
Kerjasama: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar dan
Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia Grand Clarion
Hotel, Makassar, 29 Oktober 2016. Url: http://ojs.unm.ac.id/PSN-
HSIS/article/download/4084/2448.
https://slideplayer.info/slide/14594451/
https://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2017/01/22/279540/moralitas_rem
aja_di_era_globalisasi/
https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/profil-pelajar-pancasila/
https://rimatrian.blogspot.com/2019/07/pendidik-dalam-perspektif-pemikiran-
ki.html
42
KEGIATAN BELAJAR 2:
STRUKTUR, METODE DAN SPIRIT
KEILMUAN KEWARGANEGARAAN
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN ................................................................................................1
B. KEGIATAN INTI...............................................................................................4
C. PENUTUP ............................................................................................................32
1. Rangkuman ...................................................................................................32
2. Tes Formatif .................................................................................................33
3. Daftar Pustaka ..............................................................................................36
ii
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Upaya untuk menyiapkan guru profesional PPKn, Modul 3 ini menyajikan
kegiatan belajar dua (KB 2 ) sebagai lanjutan dari KB 1 dengan membahas materi
tentang struktur, metode, dan spirit keilmuan kewarganegaraan, sehingga akan
memuat kajian secara komprehensif agar dapat memperkaya cakrawala keilmuan
seorang guru PPKn yang profesional dan dapat mengembangkan kompetensi
dasar keilmuan guru PPKn dari sudut kemampuan saintifik atau pedagogis.
Struktur keilmuan yang fleksibel, metode yang kontekstual, serta keilmuan yang
mendukung spirit kewarganegaraan untuk berkehidupan berbangsa dan bernegara
sesuai dengan amanah Pancasila, UUD 1945, esensi Bhineka Tunggal Ika, dan
komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia saat ini, ada kecenderungan
lunturnya rasa nasionalisme dan cinta tanah air, baik karena faktor internal
maupun karena pengaruh global. Hal ini terlihat dari berbagai persoalan bangsa
Indonesia sekarang misalnya adanya upaya disintegrasi bangsa, konflik antar
etnis/kelompok, merajalelanya tauran baik antar warga maupun pelajar. Disisi
lain, sikap mental para politisi bangsa yang tidak mencerminkan sebagai politikus
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (Mahardika, 2021)
Selanjutnya Mahardika menjabarkan untuk mendidik warga negara yang
sejati yang bersedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk negara dan
masyarakat dengan ciri-ciri sebagai berikut;
1. Perasaan bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Perasaan cinta kepada negara
3. Perasaan cinta kepada bangsa dan kebudayaan
4. Perasaan berhak dan wajib ikut memajukan negaranya menurut
pembawaan dan kekuatannya
1
5. Keyakinan bahwa orang menjadi bagian tak terpisahkan dari
keluarga dan masyarakat
6. Keyakinan bahwa orang yang hidup bermasyarakat harus tunduk
pada tata tertib
7. Keyakinan bahwa pada dasarnya manusia itu sama derajatnya
sehingga sesama anggota masyarakat harus saling menghormati,
berdasarkan rasa keadilan dengan berpegang teguh pada harga diri
Mengenalkan, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan
kewarganegaraan di dalam dinding kelas maupun di luar kelas. melibatkan
kontribusi besar dari semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak hanya
PR di sekolah atau di lembaga formal saja yang disandarkan beban ini, melainkan
jalinan pengharapan yang utuh dari pemerintah, swasta, stakeholder dan
masyarakat. Karena jika ini hanya dititipkan pada peran pemerintah dan
hierarkinya maka Pancasila dan kewarganegaraan akan terkesan menjadi alat
pencetak kepentingan penguasa (Jamaludin, et al.2021)
Paradigma baru pendidikan kewarganegaraan secara metodologis menuntut
perbaikan dalam dimensi- dimensi sebagai berikut, yakni dalam curriculum
content and instructional strategis; civic education classroom; and learning
environment. Implikasinya bahwa kurikulum dan strategi pembelajaran
seyogyanya dikembangkan secara sistemik (lintas jenjang, jalur dan bidang),
dengan konsep yang komprehensif (utuh dan lengkap), dan dengan organisasi
kurikulum yang berdiversifikasi merujuk kepada perkembangan kognitif, afektif,
sosial- moral, dan skill. Serta lingkungan belajar setempat (desa-kota). Dengan
kata lain, kurikulum perlu mengandung aspek ideal yang bersifat nasional, aspek
instrumental yang bercorak ragam, dan aspek praksis yang adaptif terhadap
lingkungan setempat. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum dan
strategi pembelajaran perlu mengandung muatan nasional, muatan regional dan
muatan lokal (Mahardika, 2021)
PPKn menjadi upaya strategis dalam menggapai warga negara khususnya
para peserta didik sebagai regenerasi bangsa untuk dapat memiliki karakter dan
kepribadian nilai-nilai luhur bangsa yang berlandaskan nilai-nilai pancasila,
2
berdasarkan amanat Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Kemudian dalam Pasal 3 dijelaskan lebih lanjut bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Maka pada kegiatan belajar (KB 2) Secara rinci, bermuatan pada 3 point
materi penting yaitu; Struktur, Metode, dan Spirit Kewarganegaraan; .
Pemahaman dan penguasaan kemampuan pedagogik dan profesional Guru PPKn
dilihat dari aspek keilmuannya; Kegiatan belajar ini juga agar mengakomodasi
kemampuan kritis guru PPKn dalam menjawab beberapa soal yang sifatnya
evaluative dan analitis.
2. Relevansi
Modul 3 pada bagian kegiatan belajar 2 (KB 2) yang membahas tentang
struktur, metode dan spirit keilmuan kewarganegaraan. Pada diklat Pendidikan
Profesi Guru (PPG) dalam jabatan ini sangat penting dan relevan menjadi mata
latih peserta PPG dalam jabatan. Hal tersebut dikarenakan salah satu kompetensi
mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru PPKn yang profesional adalah
pemahaman tentang Struktur, Metode dan Spirit Keilmuan Kewarganegaraan
terutama dalam kaitannya dengan konsep karakteristik Civic melalui Civic
Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), Civic Skill (kecakapan
kewarganegaraan) dan Civic Disposition (watak-watak kewarganegaraan).
3
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 2 (KB 2) ini, ada beberapa hal
yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi KB 2
ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan penting
dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian permulaan terhadap tema Konsep Dasar Keilmuan PPKn
melalui Struktur, Metode, dan Spirit Kewarganegaraan dengan mencari
beberapa referensi yang relevan.
3. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 2 pada modul 2 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 2.
4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat,
berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan pada KB 2 ini.
5. Bila Anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan teman sejawat,
atau bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar modul diklat
ini.
6. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil.
B. KEGIATAN INTI
1. Capaian Pembelajaran
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn melalui kegiatan belajar
dua (KB 2) pada modul 3 ini, guru diharapkan mampu melaksanakan proses
pembelajaran yang memesona dan meneladani pada mata pelajaran PPKn dengan
dilandasi empat pondasi kuat yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka
Tunggal Ika. Sehingga dapat memiliki cakupan dalam menguasai materi dan
mengaplikasikan bidang keilmuan PPKn yang mencakup:
4
a. Konsep, prinsip, prosedur, dan metode keilmuan serta nilai, norma, dan
moral yang menjadi muatan kurikulum dan proses pembelajaran
dan/atau pembudayaan dalam konteks pendidikan Pancasila sebagai
dasar negara dan pandangan hidup bangsa dan kewarganegaraan di
sekolah dan/atau masyarakat;
b. Struktur, metode, dan spirit keilmuan kewarganegaraan, hukum, politik
kenegaraan, sejarah perjuangan bangsa, dan disiplin lainnya yang
berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 sebagai hukum dasar dan menjadi landasan konstitusional
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika dalam keberagaman yang kohesif dan utuh,
c. Isu-isu dan/ atau perkembangan terkini kewarganegaraan meliputi
bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
keamanan dan agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan
global dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
termasuk advance materials. Konsepsi advance materials yang
dimaksud, yaitu dengan menguasai materi ataupun bahan ajar yang akan
diajarkan dan menguasai cara untuk membelajarkannya dengan
kemampuan secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek, “apa”
(konten), “mengapa” (filosofis), dan “bagaimana” (penerapan) dalam
kehidupan sehari-hari;
2. Uraian Materi
5
Dalam paradigma baru PKn, civics sebagai ilmunya PKn di Indonesia
menjadi suatu ilmu yang memfasilitasi 3 rumpun ilmu lainnya sebagai bahan
materi ajar di dalam struktur keilmuan civics yang diantaranya adalah politik,
hukum, dan moral. Ketiganya memiliki karakter kuat dalam membentuk moralitas
warga negara dikarenakan visi nation building character-nya. Sebagaimana
dijelaskan dalam (Setiawan, 2016) paradigma baru PKn antara lain memiliki
struktur keilmuan yang jelas yakni berbasis pada ilmu politik, hukum, dan filsafat
moral/filsafat pancasila dan memiliki visi yang kuat nation character building,
citizen empowerment yang mampu mengembangkan civil society yang memiliki
arti penting dalam pembaharuan. Dengan struktur keilmuan yang demikian, PPKn
di Indonesia berfokus pada pendidikan politik bagi warganegara, pendidikan
hukum bagi warga negara, dan pendidikan moral bagi warganegara.
Dengan proporsi keilmuan yang terdiri atas ilmu politik, ilmu hukum, dan
filsafat moral atau filsafat Pancasila, PPKn menjadi suatu program yang ilmunya
termasuk ke dalam tradisi ilmu sosial melalui kajian pokok ilmu politik yang
berfokus pada demokrasi politik untuk hak dan kewajiban (Wahab dan Sapriya,
2011). Dengan termasuk ke dalam tradisi social studies, PPKn mengembangkan
tradisi transmisi kewarganegaraan dan terus berkembang menjadi citizenship
education. Dan di dalam tradisi ini teramatlah keilmuan PPKn suatu paradigma
sistemik yang diantaranya terdiri atas domain akademis, domain kurikuler, dan
domain sosio kultural
6
Pembelajaran PPKn yang salah satunya juga termasuk ke dalam salah satu
tradisi ilmu sosial yaitu citizenship transmission secara konseptual terbagi atas
beberapa komponen-komponen kemampuan yang terhimpun kedalam subjeknya
yaitu warganegara. Komponen-komponen tersebut yang diantaranya tersebar pada
3 (tiga) paradigma domain yaitu domain akademis, domain kurikuler, dan domain
sosial kultural secara struktur dan fungsional di ikat oleh kebajikan dan budaya
kewarganegaraan atau civic virtue dan civic culture. Struktural dan fungsional
yang demikian mencakup beberapa komponen kompetensi yaitu civics knowledge
(pengetahuan warganegara), civics skill (keterampilan kewarganegaraan), dan
civics disposition (watak warganegara).
7
pendidikan politik, PKn sebagai pendidikan hukum, dan PKn sebagai Pendidikan
moral.
Kemudian PKn sebagai pendidikan nilai atau moral lebih mengarah kepada
kontekstualisasi penanaman nilai-nilai ideal Pancasila kepada seluruh
warganegara. Sebagaimana dalam (Winarno, 2018) bahwa: “Yang dimaksud
PPKn sebagai pendidikan nilai adalah pendidikan nilai moral. Hal ini dikarenakan
konsep tentang moral itu sendiri adalah nilai, akan tetapi, nilai tidak hanya
mencakup nilai moral. PPKn sebagai pendidikan nilai dewasa ini tetap
mendapatkan pengakuan dalam praktek pendidikan kita. Menurut Muchtar (2007)
bahwa salah satu ciri dan pendekatan PKn adalah sebagai pendidikan nilai moral,
8
yang lebih khusus lagi adalah pendidikan nilai dan moral Pancasila. Ruminiati
(2006) juga menyatakan bahwa pelajaran PKn SD berfungsi sebagai pendidikan
nilai, yakni bertugas mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai
Pancasila. PKn sebagai program pendidikan berada dalam koridor “value based
education” (Budimansyah dan Suryadi, 2008). Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) merupakan pendidikan nilai dalam hal ini adalah nilai moral. Melalui
pendekatan filsafati dikatakan bahwa Pancasila adalah suatu sistem etika, sebuah
sistem nilai (Kaelan, 2013)”. Pancasila menjadi suatu sistem etika bagi
warganegara Indonesia dan konsep ini difasilitasi oleh PKn sebagai wahana
pendidikan moral bagi warganegara.
9
demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian
multidisipliner.
10
Gambar 2.3. Konsep holistic-integratif Capaian Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan
11
disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman, artinya bukan hanya
membangun warga negara yang baik (good citizen) semata melainkan warga
negara yang cerdas (smart citizen) dalam menghadapi lingkungan kehidupannya.
Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat tantangan kehidupan saat ini tidak
cukup dan dapat diselesaikan hanya oleh warga negara yang baik melainkan perlu
pula oleh warganegara yang memiliki kecerdasan.
12
Indonesia yang bersifat exclusive dan formal dengan pembelajaran berparadigma
education about democracy sedang mengalami perubahan menjadi paradigma
education in democracy. Ini berarti bahwa materi PKn disiapkan sebagai wahana
pendidikan demokrasi bagi warganegara untuk membentuk perilaku warga negara
yang demokratis dan bertanggungjawab.
13
nilai dan norma UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; nilai dan
semangat Bhinneka Tunggal Ika; serta wawasan dan komitmen Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
4. Mengembangkan dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik PPKn secara holistik/utuh dalam rangka
peningkatan kualitas belajar dan pembelajaran yang berorientasi pada
pengembangan karakter peserta didik sebagai warganegara yang cerdas
dan baik secara utuh dalam bingkai Kompetensi Inti (sikap, pengetahuan,
keterampilan);
5. Mengembangkan dan menerapkan berbagai model penilaian proses
pembelajaran dan hasil belajar PPKn yang mengintegrasikan sikap
kewarganegaraan, pengetahuan kewarganegaraan, dan keterampilan
kewarganegaraan dalam wadah tanggung jawab dan partisipasi
kewarganegaraan.
14
konstitusi, serta lainnya), terbaca secara implisit sebagai aspek metakognisi
(semangat atau tendensi) dalam substansi yang menjadi muatan Kompetensi Dasar
(KD).
15
pembuatan diagram, dan lainnya. (2). Strategi Penyampaian: sebagai langkah
untuk mendapatkan respons siswa dengan menata interaksi dengan baik. (3).
Strategi Pengelolaan: langkah untuk menyiapkan strategi mengelola kelas.
Dengan demikian maka hakikat metode pembelajaran sangat signifikan dalam
menentukan keberhasilan hasil belajar melalui strategi-strategi belajar yang
efektif, kreatif, dan relevan.
16
Lantas bagaimana solusi terbaik untuk sekarang ini terutama dalam upaya
menghadapi tren disrupsi di era revolusi industri 4.0 yang dalam konsep civics
rentan akan efek dinamika ekspresi digital citizenship.
Selain itu, strategi tersebut juga harus didukung dengan metode yang tepat
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran PKn. Dilihat dari segi pedagogis dan
filosofinya, maka metode yang tepat dalam pembelajaran PKn haruslah
berorientasi pada misi PKn sebagai wahana pendidikan demokrasi dan
pembangunan nilai atau karakter agar menjadi warganegara yang baik dan cerdas.
1. Perumusan masalah
2. Perumusan hipotesis
3. Konseptualisasi
4. Pengumpulan data
5. Pengujian dan analisis data
6. Menguji hipotesis
17
7. Memulai inkuiri lagi.
18
tanggung jawab untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan berpartisipasi
secara cerdas, dan tanggung jawab untuk berkehendak meningkatkan
kesejahteraan sosial berdasarkan prinsip-prinsip keadilan. Agar warga negara
dapat berpartisipasi secara efektif, diperlukan bekal pengetahuan dan
keterampilan, pengalaman praktis, dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi
warga negara. Mempersiapkan warga negara yang memiliki kualitas seperti
tersebut merupakan tugas pokok pendidikan, terutama Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn).
1. Hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu masalah yang
telah mereka pilih.
2. Hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan alternatif-alternatif
pemecahan terhadap masalah tersebut.
3. Kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat oleh siswa untuk
mengatasi masalah tersebut.
4. Rencana tindakan yang telah dibuat siswa untuk digunakan dalam
mengusahakan agar pemerintah menerima kebijakan yang mereka
usulkan.
19
3. Mengkaji pemecahan masalah.
4. Membuat kebijakan publik.
5. Membuat rencana tindakan.
20
“kewarganegaraan seringkali diidentikan dengan ideologi nasionalistik yang
dicangkokkan kedalam kesadaran individu dan identitas nasional dalam bentuk
superioritas nilai. Selanjutnya kewarganegaraan nasional diperkuat oleh bahasa
dan kebijakan tentang kebudayaan yang mengesahkan kebudayaan nasional
melalui satu bahasa persatuan. Kedudukan bahasa nasional sebagai pemersatu
bangsa sangat penting bagi eksistensi kewarganegaraan dan pencapaian
kesatuan identitas nasional”. Paradigma ini menunjukkan bahwa dalam
menampilkan rasa spirit atau semangat kewarganegaraan, perlu adanya
Pendidikan Kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia untuk ditingkatkannya rasa
persatuan melalui bahasa sebagai salah satu identitas nasional.
21
paradigma tersebut dapat menunjukkan bahwa sejarah telah membuktikan melalui
perjuangan bangsa Indonesia, terlahirlah 4 konsensus fundamental bagi bangsa
Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Dan
perjuangan tersebut secara konseptual merupakan wujud dari pendidikan
kewarganegaraan yang teraktualisasi dalam kehidupan yang real (nyata) sejak
dahulu.
Dalam konteks itu pancasila sebagai dasar Negara, ideologi nasional, dan
pandangan hidup bangsa dikonsepsikan, dimaknai, dan difungsikan sebagai
entitas inti (core/central values) yang menjadi sumber rujukan dan kriteria
keberhasilan pencapaian tingkat kompetensi dan pengorganisasian dari
keseluruhan ruang lingkup mata pelajaran pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Substansi dan jiwa UUD Negara Republik Indonesia 1945,
nilai dan semangat Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan
Republik Indonesia ditempatkan sebagai bagian integral dari Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, yang menjadi wahana psikologis-pedagogis pembangunan
warga negara Indonesia yang berkarakter Pancasila.
22
diarahkan pada aspek pedagogisnya, maka upaya edukatif ke-empat konsensus
fundamental Indonesia dapat secara edukatif mencapai tujuan umum dan tujuan
khusus Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan gugus muatan
substantif dan pedagogis sebagai berikut (Winataputra, 2015):
a. Substansi yang bersumber dari nilai dan moral Pancasila, sebagai dasar
negara, pandangan hidup, dan ideologi nasional Indonesia serta etika
dalam pergaulan Internasional.
b. Substansi yang bersumber dari Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi landasan
konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Substansi yang bersumber dan/atau berkaitan erat dengan konsep dan
makna Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud komitmen keberagaman
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang utuh dan
kohesif secara nasional dan harmonis dalam pergaulan antarbangsa.
d. Substansi yang bersumber dari konsep dan makna Negara Kesatuan
Republik Indonesia, sebagai bentuk final Negara Republik Indonesia
yang melindungi segenap bangsa dan tanah tumpah darah Indonesia.
Dengan berbasiskan keempat konsensus fundamental Indonesia, pendidikan
Pancasila dan kewarganegaraan berupaya mendidik warga negara melalui
transmisi nilai-nilai pancasila, transmisi norma-norma UUD 1945, transmisi
komitmen bhineka tunggal ika, dan transmisi kekuatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia untuk dapat membentuk warganegara yang baik dan cerdas atau cara ini
disebut dengan citizenship transmission.
2. Sejarah Kelahiran Pancasila Sebagai Aktualisasi Spirit Kewarganegaraan
di Indonesia
Urgensi dan esensi Pancasila tentu telah menjadi suatu kekuatan spesial bagi
bangsa Indonesia dilihat dari aspek historisnya. Kausalitasnya memberikan
semangat ekstra bagi bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang beradab,
berAkhlak mulia atau bermoral. Hal ini tidak lepas dari faktor spirit bangsa
Indonesia untuk mencapai kesepakatan bersama dalam mewujudkan suatu way of
life atau pandangan hidup bangsa yang berakar dari Pancasila sebagai bukti kuat
23
bahwa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya penuh dengan rasa tekad yang
kuat dan didasari atas pribadi yang tangguh, itulah kausalitas Pancasila. Hal inilah
yang menjadi salah satu aktualisasi hakikat dari Pendidikan Kewarganegaraan
sejak awal pertama kali ada di Indonesia yang terwujud dalam bentuk aktualisasi
Pancasila sebagai hasil dari upaya perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pada abad ke-4 sampai abad ke-16, Indonesia pernah dikarunia sebuah
kelompok kerajaan yang sarat akan sejarahnya dan pengaruhnya terhadap corak
kehidupan bangsa Indonesia hingga saat ini. Sejarah nenek moyang kita mengukir
jejak yang kuat kepada kita untuk berkehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dengan satu asas yang kuat yaitu gotong royong. Melalui kerajaan besar
seperti sriwijaya dan majapahit, lahirlah prinsip kehidupan kebersamaan dan
gotong royong. Sebagaimana dalam (Herdiawanto, Wasitaatmadja, dan
Hamdayama, 2018) dijelaskan bahwa “Dalam sejarah nenek moyang bangsa
Indonesia, pada awal mendiami wilayah Indonesia hidup berburu dan
mengumpulkan makanan (food gathering). Mereka hidup berkelompok dan
mengembara, karena belum memiliki tempat tinggal tetap. Perkembangan
selanjutnya, mereka sudah bisa bercocok tanam dan hidup menetap (food
producing). Dalam kondisi ini, mereka hidup berdasarkan hubungan
kekeluargaan dan selalu menerapkan prinsip kebersamaan dan gotong royong
dalam melakukan pekerjaan”. Nenek moyang kita secara jelas dari zaman dahulu
telah menjalani hidup dalam tata masyarakat yang teratur, bahkan sudah dalam
bentuk kerajaan kecil kuno, seperti kerajaan Kutai yang lahir pada abad V di
Kalimantan Timur, dengan rajanya yang terkenal Mulawarman. Berikutnya adalah
kerajaan Sriwijaya dan Majapahit yang memperoleh masa kejayaan pada masanya
masing-masing.
24
Islam, kerajaan Goa dan Tallo begitu kuat memberikan contoh dan bahan untuk
the founding fathers dalam menentukan sila-sila Pancasila pada saat siding
BPUPKI maupun PPKI dilaksanakan. Sebagaimana diadaptasi dari (Herdiawanto,
Wasitaatmadja, dan Hamdayama, 2018) pada intinya kerajaan-kerajaan Islam
tersebut secara garis besar memberi sumbangsi:
25
bangsa Indonesia pada saat itu melakukan inisiatif patriotik yaitu gerakan
kemerdekaan.
Sumber: bobo.grid.id
26
Pada akhirnya melalui terbentuknya BPUPKI dan PPKI, teknik elektis
inkorporatif dipakai untuk merumuskan Pancasila oleh para the founding fathers.
Pada saat itu Indonesia mendapat keuntungan dari posisi Jepang yang tersudut
secara global usai kalah di perang pasifik sehingga menjanjikan kemerdekaan bagi
bangsa Indonesia pada saat itu. Momen inilah untuk dimanfaatkan oleh bangsa
Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan serta merumuskan dasar
Negara atau filosofi negara yaitu Pancasila.
Dengan perumusannya dalam Pasal 1, maka di dalam pasal ini terdapat dua
prinsip yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu prinsip kedaulatan atau
demokrasi konstitusional yang diatur dalam Pasal 1 ayat (2), dan prinsip negara
27
hukum yang dimuat dalam Pasal 1 ayat (3). Keterkaitan ini menunjukkan bahwa
doktrin kedaulatan rakyat dan doktrin kedaulatan hukum dipertandingkan dalam
satu rangkaian pemikiran, yaitu bahwa di satu pihak demokrasi Indonesia itu
harus berdasar atas hukum (constitutional democracy), tetapi di pihak lain
kedaulatan hukum Indonesia harus pula bersifat demokratis atau “democratische
rechtsstaat” (democratic rule of law).
Sementara jika dikaji dari fungsinya, maka UUD 1945 atau konstitusi
Indonesia dapat dipahami sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara mempunyai dua fungsi yaitu:
28
1. Membagi kekuasaan dalam Negara.
2. Membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam Negara
(Setiawan, 2015).
29
berbangsa dan bernegara yang berlandaskan konstitusi sebagai dasar hukum.
Sebagaimana dijelaskan dalam (Winataputra, 2015) bahwa “substansi PPKn yang
bersumber dari Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”.
4. Forum Diskusi
30
Pancasila sebagai Indonesia tahun Kewarganegara
dasar negara dan 1945 sebagai an
pandangan hidup hukum dasar
bangsa dan yang menjadi
kewarganegaraan di landasan
sekolah dan/atau konstitusional
masyarakat; kehidupan
b. struktur, metode, bermasyarakat,
dan spirit keilmuan berbangsa dan
kewarganegaraan, bernegara yang
hukum, politik ber-Bhinneka
kenegaraan, sejarah Tunggal Ika
perjuangan bangsa, dalam
dan disiplin lainnya keberagaman
berlandaskan yang kohesif dan
Undang-Undang utuh;
Dasar Negara
Republik Indonesia
tahun 1945 sebagai
hukum dasar yang
menjadi landasan
konstitusional
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara yang ber-
Bhinneka Tunggal Ika
dalam keberagaman
yang kohesif dan
utuh,
c. isu-isu dan/ atau
perkembangan terkini
kewarganegaraan
meliputi bidang
ideologi, politik,
hukum, ekonomi,
sosial, budaya,
pertahanan keamanan
dan agama, dalam
konteks lokal,
nasional, regional,
dan global dalam
bingkai Negara
Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI),
termasuk advance
31
materials secara
bermakna yang dapat
menjelaskan aspek
“apa” (konten),
“mengapa” (filosofis),
dan “ bagaimana”
(penerapan) dalam
kehidupan sehari-hari;
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Pembelajaran PPKn jika dikaji dari segi ontologi keilmuannya mencakup
konsep dasar, prinsip, dan prosedur keilmuannya yang perlu untuk dipahami dan
dilaksanakan secara baik oleh seluruh pemangku kepentingan PPKn dalam hal ini
adalah Guru. Paradigma ini merupakan salah satu langkah bagus dalam
pembelajaran PPKn untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan memberi
pengaruh yang signifikan terhadap peserta didik dalam membentuk atribut civic
knowledge, civic skill, dan civic disposition peserta didik untuk menjadi
warganegara yang baik dan cerdas serta memiliki rasa kebangsaan yang baik dan
berfilosofikan Pancasila.
32
meningkatkan kesadaran warganegara (civic awareness) dalam berkonstitusi.
Terakhir PPKn sebagai wahana pendidikan moral juga signifikan pengaruhnya
terhadap warganegara untuk membentuk perasaan moral yang baik dalam
berkehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan pancasila dan UUD 1945.
Disamping itu Pancasila sebagai falsafah bangsa dan dasar negara menjadi
dua tolak ukur utama yang perlu diintegrasikan ke dalam capaian kompetensi
peserta didik melalui pembelajaran PPKn. Selain itu, juga perlu pengembangan
kompetensi peserta didik dalam pembelajaran PPKn untuk dikorelasikan dengan
Standar Kompetensi Inti Kurikulum 2013 agar secara yuridis dan pedagogis,
PPKn menjadi pembelajaran yang efektif dari segi konsep, prinsip, dan prosedur
pembelajaran bagi warganegara atau peserta didik.
2. Tes Formatif
Soal-soal:
1. PPKn merupakan program pendidikan yang ilmunya sendiri dilandasi body of
knowledge yang beragam terdiri atas rumpun ilmu politik, hukum, dan moral.
Hal ini sebagai bentuk dari sifat struktur keilmuan PPKn yang…..
a. Multikultur
b. Multifacet
c. Multi-Methode
d. Multi-Science
e. Monodimencional
2. PPKn merupakan program pendidikan yang dilandasi oleh tradisi social
studies, sehingga secara pedagogis PPKn berkonsepkan beberapa domain. Hal
ini sebagai penyebab dari paradigma sistemik keilmuan PPKn yang berupaya
menyalurkan……
a. Tradisi Citizenship Transmission
b. Tradisi social Citizenship
c. Tradisi Inquiry
d. Tradisi Cultural-Transmission
e. Tradisi democratic
33
3. PPKn sebagai muara dari pengembangan komponen knowledge dan skill, civic
disposition berperan sangat esensial dan substansial dalam pengembangan
kompetensi warganegara. Hal ini dikarenakan……
a. Strukturnya ilmu civics yang hanya berkomponen civic disposition
b. Upaya mewujudkan warganegara yang cerdas
c. Hubungannya dengan program character building
d. Kesesuaiannya dengan visi, misi, dan tujuan PPKn
e. Esensinya cocok dengan pendidikan demokrasi
4. Esensi dan urgensi dari empat konsensus bangsa Indonesia menandakan
sebagai fokus landasan arah rekonstruksi PPKn. Hal ini sebagai wujud dari….
a. Membentuk tradisi kewargaan dengan 4 konsensus bangsa Indonesia.
b. Visi membentuk warganegara yang sadar untuk berkehidupan berbangsa
dan bernegara dengan berlandaskan pada 4 konsensus bangsa Indonesia.
c. PPKn sebagai wahana pendidikan berkonstitusi
d. Membentuk warganegara yang sadar untuk bela Negara dengan
berlandaskan pada 4 konsensus bangsa Indonesia.
e. PPKn sebagai wahana pendidikan 4 konsensus bangsa Indonesia.
5. PPKn sifatnya yang cenderung mentransformasikan nilai-nilai demokrasi
sebagai wujud dari PPKn sebagai wahana pendidikan politik, merupakan ?
a. Tradisi filosofi Perenialisme PPKn
b. Tradisi filosofi Progresivisme PPKn
c. Tradisi filosofi Esensialisme PPKn
d. Tradisi filosofi Rekonstruksionisme PPKn
e. Tradisi filosofi Behavior PPKn
6. Metode inkuiri menjadi suatu metode yang sangat diperlukan dalam
pembelajaran PPKn dikarenakan…..
a. Sifatnya yang mendukung pembelajaran yang aktif dan kritis
b. Cocok untuk membentuk pembelajaran yang student center
c. Inkuiri sebagai metode yang menekankan pada aspek disposition
d. Pembelajaran PPKn tidak bisa lepas dari kegiatan mengidentifikasi
masalah
34
e. Metode belajar PPKn lebih bersifat statis
7. Dalam upaya melaksanakan portofolio yang baik di kelas, guru PPKn harus
memperhatikan 3 (tiga) atribut komponen yang perlu dikembangkan. Yang
diantaranya…….
a. Civic awareness
b. Civic knowledge, civic, skill, dan civic disposition
c. Civic responsibility
d. Pengetahuan, keterampilan, sosial, dan spiritual
e. Civic intelligence, civic responsibility, dan civic participation
35
c. Kausalitas norma-norma sosial
d. Efek dari kehidupan para leluhur di masa lalu
e. Indonesia sebagai Negara Rechstaat
Kunci Jawaban
1. B 6. A
2. A 7. E
3. D 8. C
4. B 9. D
5. C 10. E
3. Daftar Pustaka
Buku:
Asshiddiqie, J. 2009. Komentar Atas Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Jamaludin, J., Brata, D. P. N., Fitrayadi, D. S., Manullang, S. O., Salamun, S.,
Fadilah, N., ... & Moad, M. (2021). Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Yayasan Kita Menulis.
36
Somantri, N. 1976. Metode Mengajar Civics. Jakarta: Erlangga.
Jurnal:
37
Pebriyenni, Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Memperkuat Karakter
Bangsa, Jurnal PPKn & Hukum Vol. 12 No. 2 Oktober 2017, P. ISSN
2087-8591, E.ISSN 2654-3761.
Internet
https://bobo.grid.id/read/081933739/hasil-sidang-pertama-bpupki-yang-
melahirkan-dasar-negara-pancasila?page=all
https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/13/135539669/hak-warga-negara-
indonesia-dalam-uud-1945
38
KEGIATAN BELAJAR 3:
KONSEP KAJIAN KEILMUAN
KEWARGANEGARAAN BERLANDASKAN
PANCASILA DAN UUD 1945
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
B. KEGIATAN INTI...............................................................................................5
C. PENUTUP ............................................................................................................25
1. Rangkuman ...................................................................................................25
2. Tes Formatif .................................................................................................26
3. Daftar Pustaka ..............................................................................................29
ii
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Upaya untuk menyiapkan guru profesional PPKn, Modul 3 ini menyajikan
kegiatan belajar tiga (KB 3 ) dengan membahas materi tentang tiga kajian penting
diantaranya Konsep UUD 1945, Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, dan
Kewarganegaraan yang Berbhineka Tunggal Ika dalam Perspektif PPKn. Kegiatan
belajar ini dilihat dari aspek substantif dan pedagogisnya secara komprehensif
dapat memperkaya cakrawala keilmuan seorang guru PPKn dan dapat
mengembangkan kompetensi keilmuan guru PPKn (aspek pedagogik dan
profesional). Secara umum substansi pada kegiatan belajar tiga akan membahas
tentang apa dan bagaimana konsep UUD 1945 sebagai landasan konstitusional
bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
1
Penelitian yang dilakukan Ayuning dan dewi terkait implementasi
pendidikan kewarganegaraan generasi muda sebagai smart and good citizen di era
disrupsi mengatakan bahwa dengan adanya pendidikan kewarganegaraan akan
membentuk karakter warga negara yang smart and good sesuai dengan nilai-nilai
kebangsaan Indonesia yaitu Pancasila dan juga UUD 1945 (Ayuning L. F. &
Dewi, 2021). Dikuatkan dengan pendapat Febrianyah bahwa bangsa Indonesia
Bangsa Indonesia memiliki cita-cita yang tertuang dalam pembukaan Undang
Undang Dasar 1945, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”, mengacu pada
citacita inilah konsep pendidikan kewarganegaraan dirancang sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional dan tidak bertentangan dengan dasar negara Pancasila
(Febriansyah, 2017)
1. Ada nilai yang berperan sebagai acuan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2
2. Adanya standar yang dijadikan sebagai tolok ukur dalam rangka menilai
sikap dan tingkah laku serta cara bangsa menuju tujuan.
3. Mengakui dan menghargai hak dan kewajiban serta hak asasi manusia
dalam berbagai aspek (agama, suku, keturunan, kepercayaan, kedudukan
sosial)
Dengan demikian, kegiatan belajar kali ini akan sangat banyak membekali
seorang guru secara kognitif dan secara terstruktur dan terarah membantu
mengarahkan guru PPKn mampu menerapkan (aspek pedagogik dan profesional)
keilmuan PPKn perihal konsep UUD, Sejarah perjuangan bangsa, dan
Kewarganegaraan yang berbhineka tunggal ika dengan secara baik dan
mendukung tujuan dan mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum
2013 PPKn.
2. Relevansi
Modul 3 Kegiatan Belajar 3 yang membahas tentang konsep dasar
keilmuan PPKn pada diklat Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan ini
sangat penting dan relevan menjadi bekal, panduan, dan paket belajar bagi peserta
PPG dalam jabatan. Hal tersebut dikarenakan salah satu kompetensi mutlak yang
harus dimiliki oleh seorang guru PPKn yang profesional adalah pemahaman dan
kemampuan implementasi perwujudan substansi Konsep UUD 1945, Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia, Dan Kewarganegaraan Yang Berbhineka tunggal
ika Dalam Perspektif PPKn. Substansi ini adalah bagian dari konsep tradisi
perenialism, essentialism, progressivism, dan konstruksionisme filosofi
pembelajaran PPKn yang berupaya membentuk civic virtue peserta didik sebagai
warganegara yang mengingat sejarah bangsanya (sehingga nasionalis dan
patriotik), memahami konsep UUD 1945 sebagai semangat dan komitmen sebagai
hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta memahami kewarganegaraan yang berbhineka
tunggal ika sebagai wujud komitmen peserta didik sebagai warga negara yang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegaranya sesuai dengan nilai
harmonis.
3
Selain itu tentu panduan dan/atau kegiatan belajar ini dapat membentuk
spirit pedagogis peserta PPG PPKn dalam jabatan, dapat mengaktualisasikan atau
mewujudkan tujuan instruksional dalam preambule UUD 1945 yang mana bangsa
Indonesia memiliki tujuan atau cita-cita hakiki yaitu untuk “mencerdaskan
kehidupan bangsa” yang kapabel dalam aspek semangat pemahaman sejarah
perjuangan bangsa, posisi UUD 1945, dan Konsepsi Bhineka Tunggal Ika dalam
Bingkai Kewarganegaraan.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 3 (KB 3) ini, ada beberapa
hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi
KB 3 ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan penting
dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian permulaan terhadap tema Konsep UUD 1945, Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia, dan Kewarganegaraan Yang Berbhineka
Tunggal Ika dalam Perspektif PPKn.
3. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 3 pada modul 3 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 3.
4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat,
berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan pada KB 3 ini.
5. Bila Anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat, atau
bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
6. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil
4
B. KEGIATAN INTI
1. Capaian Pembelajaran
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn melalui kegiatan belajar
tiga (KB 3) pada modul 3 ini, guru diharapkan mampu melaksanakan proses
pembelajaran yang memesona dan meneladani pada mata pelajaran PPKn dengan
dilandasi empat pondasi kuat yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka
Tunggal Ika. Sehingga dapat memiliki cakupan dalam menguasai materi dan
mengaplikasikan bidang keilmuan PPKn yang mencakup:
a. Konsep, prinsip, prosedur, dan metode keilmuan serta nilai, norma, dan
moral yang menjadi muatan kurikulum dan proses pembelajaran dan/atau
pembudayaan dalam konteks pendidikan Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa dan kewarganegaraan di sekolah dan/atau
masyarakat;
b. Struktur, metode, dan spirit keilmuan kewarganegaraan, hukum, politik
kenegaraan, sejarah perjuangan bangsa, dan disiplin lainnya berlandaskan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai
hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang ber- Bhinneka Tunggal Ika
dalam keberagaman yang kohesif dan utuh;
c. Isu-isu dan/ atau perkembangan terkini kewarganegaraan meliputi bidang
ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan
dan agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam
bingkai NKRI, termasuk advance materials secara bermakna yang dapat
menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofis), dan “
bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari;
5
2. Uraian Materi
Elemen civic knowledge ini menjelaskan kepada kita bahwa seorang warga
negara harus mengetahui dan memahami bahwa pemerintah pada dasarnya
kedudukannya terbatas, bahkan termasuk penyebaran dan pembagian kekuasaan
yang dilakukan juga terbatas. Disinilah sebenarnya fungsi warga negara yang
tergabung ke dalam civil society, dimana civil society memiliki peran advokasi dan
social control terhadap pemerintahan.
6
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini
dipertegas dalam (Winataputra, 2015) bahwa substansi PPKn yang bersumber dari
UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai hukum dasar yang
menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
7
Selanjutnya yang terakhir adalah aktualisasi norma-norma UUD 1945
dalam pembelajaran PPKn juga merupakan bagian dari tradisi
rekonstruksionalisme pembelajaran PPKn yang dicirikan dengan muatan dan
dorongan bagi individu untuk memberikan kontribusi dalam konteks perwujudan
norma-norma UUD 1945 di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Atas dasar prinsip rule of law, norma-norma pada UUD 1945 perlu untuk
disosialisasikan dan diinternalisasikan sampai pada pengejawantahan norma-
normanya. Berbagai metode tentu akan sangat membantu proses tersebut dan
pendidikan adalah wadah paling tepat termasuk adalah peran guru menjadi sangat
vital. PPKn sebagai program pendidikan yang memiliki tanggung jawab besar
untuk turut memberi andil besar dalam upaya mengaktualisasikan norma-norma
8
UUD 1945 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara oleh
peserta didik (warganegara) melalui pembelajaran yang terstruktur secara jelas,
sehingga KI dan KD kurikulum PPKn juga harus menghimpun norma-norma
fundamental UUD 1945.
9
sebaliknya maka akan berdampak pada menurunnya tingkat patriotisme dan
nasionalisme yang disebut mereka dengan istilah individuals’ national identity
(identitas nasional individu).
10
Upaya mengembangkan kebajikan warganegara, dalam pembelajaran
PPKn sendiri muatan sejarah perjuangan bangsa Indonesia banyak dikaitkan
dengan upaya konstruksi 4 (empat) konsensus Indonesia yaitu Pancasila, UUD
1945, bhineka tunggal ika, dan NKRI. Ke empat konsensus ini secara substantif
merupakan tradisi perenialisme PPKn dan secara praktis merupakan wujud dari
tradisi esensialisme, progresifisme, dan konstruksionisme PPKn di sekolah.
tradisi-tradisi ini mengharuskan seorang guru untuk mampu menerapkan
pembelajaran PPKn yang dapat membentuk cultural unity peserta didik dengan
metode value inculcation yang terfokus pada urgensi sejarah perjuangan bangsa
Indonesia sebagai wujud pembentukan sikap patriotisme dan nasionalisme
warganegara.
Gambar 3.2. Kerangka holistik proses pengembangan civic virtue
11
lagi tentu akan dapat melahirkan civic commitment (kemauan warganegara) untuk
memahami sejarah bangsanya, dan turut berpartisipasi dan bertanggungjawab
untuk melestarikan nilai baik yang didapat dari sejarah panjang perjuangan bangsa
Indonesia dahulu yang secara eklektis berhasil melahirkan 4 konsensus Indonesia.
12
komitmen bhineka tunggal ika, dan komitmen berdasarkan berNegara Kesatuan
Republik Indonesia.
Bhinneka tunggal ika sendiri adalah sebagai motto Negara, yang diangkat
dari penggalan kakawin Sutasoma karya besar MPU Tantular pada zaman
Kaprabonan Majapahit (abad 14) secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai
tetapi satu atau Although in pieces yet One (Setiawan & Yunita, 2017). Motto ini
digunakan sebagai ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara natural, dan
sosial-kultural dibangun di atas keanekaragaman. (etnis, bahasa, budaya dll). Jika
dikaji secara akademis, bhineka tunggal ika tersebut dapat dipahami dalam
konteks konsep generik multiculturalism atau multikulturalisme.
13
its own sovereign state and to engender, pro-tect and preserve its own unique
culture and history, atau menjadi multi-lingual and multi-ethnic empires yang
dianggap sangat opresif (menindas), seperti Austro-Hungarian Empire dan
Ottoman Empires.
14
3. Di lain pihak Kanada menggunakan kebijakan multikulturalisme dalam
bentuk pembangunan national unity melalui konsepsi pluralistic and
particularist multiculturalism yang kemudian dikenal sebagai Canada's
cultural mosaic yang pada dasarnya memandang bahwa setiap budaya atau
sub-budaya di dalam masyarakat Canada memberikan kontribusi keunikan
dan nilai luhur terhadap keseluruhan kebudayaan dengan prinsip preserving
the distinctions between cultures.
4. Model Argentina yang menerapkan kebijakan multikulturalisme untuk
mengakomodasikan budaya immigrant dengan prinsip multikulturalisme
sebagai cerminan dari social assortment of Argentine culture dengan
menerapkan individuals multiple citizenship (kewarganegaraan ganda
individu)
5. Model Malaysia yang menerapkan kebijakan multikulturalisme dengan
prinsip coexistence between the three ethnicities (Malays, Chinese, and
Indian) dengan jaminan konstitusional that immigrant groups are granted
citizenship, and Malays' special rights are guaranteed, yang kemudian
dikenal dengan Bumiputera policy.
15
Konsep Bhinneka Tunggal Ika dalam Bingkai Multikultural Nilai-Nilai
Pancasila
Apakah makna pendidikan Pancasila dalam pembangunan watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat dalam konteks multikulturalisme Indonesia?
Untuk menjawab pertanyaan ini, pendidikan Pancasila perlu dilihat dalam tiga
tataran, yaitu pendidikan Pancasila sebagai kemasan kurikuler (mata pelajaran),
sebagai proses pendidikan (praksis pembelajaran), dan sebagai upaya sistemik.
Sumber: the-great-teacher.blogspot.com
16
1985, dan Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2003. Berdasarkan Pasal 37
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(selanjutnya disebut Sisdiknas), menggariskan program kurikuler pendidikan
kewarganegaraan sebagai muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan
pendidikan menengah serta pendidikan tinggi. Semua proses pendidikan pada
akhirnya harus menghasilkan perubahan perilaku yang lebih matang secara
psikologis dan sosiokultural. Karena itu inti dari pendidikan, termasuk pendidikan
Pancasila adalah belajar atau learning.
17
mencerdaskan. Untuk itu perlu dikembangkan budaya kewarganegaraan indonesia
yang multikultural, yang berintikan "civic virtue" atau kebajikan atau akhlak
kewarganegaraan. Kebaikan itu sepenuhnya harus terpancar dari nilai-nilai
Pancasila yang secara substantif mencakup keterlibatan aktif warganegara,
hubungan kesejajaran/egaliter, saling percaya dan toleran, kehidupan yang
kooperatif, solidaritas, dan semangat kemasyarakatan multikultural. Semua unsur
akhlak kewarganegaraan itu diyakini akan saling memupuk dengan kehidupan
"civic community" atau "civil society" atau masyarakat madani untuk Indonesia
yang berdasarkan Pancasila.
18
terhadap hak asasi manusia, perwujudan negara hukum, partisipasi warganegara
yang luas dalam pengambilan kebijakan publik dalam berbagai tingkatan, dan
pelaksanaan paradigma baru pendidikan kewarganegaraan untuk mengembangkan
warganegara (Indonesia) yang cerdas dan baik.
Elemen civic culture yang paling sentral dan sangat perlu dikembangkan
adalah civic virtue. Yang dimaksud dengan civic virtue adalah kemauan dari
warganegara untuk menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi.
Civic virtue merupakan domain psikososial individu yang secara substantif
memiliki dua unsur, yaitu civic dispositions dan civic commitments. Yang mana
civic dispositions adalah sikap dan kebiasaan berpikir warganegara yang
menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan kepentingan
umum dari sistem demokrasi. Sedangkan civic commitment adalah komitmen
warganegara yang bernalar dan diterima dengan sadar terhadap nilai dan prinsip
demokrasi konstitusional.
Kedua unsur dari civic virtue tersebut diyakini akan mampu menjadikan
proses politik berjalan secara efektif untuk memajukan the common good atau
kemaslahatan umum dan memberi kontribusi terhadap perwujudan ide
fundamental dari sistem politik termasuk "protection of the rights of the
individual" atau perlindungan hak-hak asasi manusia. Proses politik yang berjalan
dengan efektif untuk memajukan kepentingan umum dan memberi kontribusi
berarti terhadap perwujudan ide fundamental dari sistem politik termasuk di
19
dalamnya perlindungan terhadap hak-hak individu itu adalah ciri kehidupan
politik yang ditopang kuat oleh civic culture.
20
hak minoritas, kontrol masyarakat terhadap militer, pemisahan negara dan agama,
kekuasaan anggaran belanja, federalisme, kepentingan umum, hak-hak individu
yang mencakup hak hidup, hak kebebasan (pribadi, ekonomi,dan kebahagiaan),
keadilan, persamaan (dam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi), kebhinekaan,
kebenaran, dan cinta tanah air, tentu saja tidak (semua hal tersebut berlaku untuk
Indonesia. Pengembangan dimensi civic virtue merupakan landasan bagi
pengernbangan civic participation yang memang merupakan tujuan akhir dari
civic education, atau pendidikan Pancasila untuk Indonesia.
21
beragam atau plural dalam menyikapi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang berorientasi pada sikap demokratis.
22
4. Forum Diskusi
CPMK Sub-CPMK Bahan Kajian Tugas Terstruktur
23
berlandaskan
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia tahun
1945 sebagai
hukum dasar yang
menjadi landasan
konstitusional
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara yang
ber- Bhinneka
Tunggal Ika
dalam
keberagaman
yang kohesif dan
utuh,
c. isu-isu dan/
atau
perkembangan
terkini
kewarganegaraan
meliputi bidang
ideologi, politik,
hukum, ekonomi,
sosial, budaya,
pertahanan
keamanan dan
agama, dalam
konteks lokal,
nasional, regional,
dan global dalam
bingkai Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
(NKRI), termasuk
advance materials
24
secara bermakna
yang dapat
menjelaskan
aspek “apa”
(konten),
“mengapa”
(filosofis), dan “
bagaimana”
(penerapan) dalam
kehidupan sehari-
hari;
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) adalah program
pendidikan yang dalam implementasinya, pembelajaran lebih menekankan pada
pengambangan aspek value inculcation. Metode penanaman nilai menjadi cara
yang relevan untuk mendukung visi dan misi PPKn dalam mengembangkan
potensi peserta didik yang memiliki rasa kebangsaan, cinta tanah air, dan
demokratis dan bertanggung jawab melalui semangat dan komitmen pada empat
konsensus bangsa Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika,
dan NKRI. Ke empat konsensus tersebut sebagai landasan bagi warganegara
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
25
Dalam hal ini, peran guru sangatlah penting. Guru PPKn secara pedagogis dan
profesional harus menguasai substansi keempat konsensus tersebut untuk
dijabarkan atau diinternalisasi dalam kompetensi dasar kurikulum PPKn dalam
mendukung aspek kompetensi inti kurikulum PPKn di sekolah.
2. Tes Formatif
Pada bagian tes formatif kali ini, peserta diminta untuk menyelesaikan
kumpulan soal-soal multiple choice di bawah ini secara baik dan benar.
Selanjutnya silahkan dan selamat mengerjakan.
Soal-soal:
1. Keberadaan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional bagi bangsa
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bagi
warganegara, tentu harus berperan aktif untuk turut memberikan pengaruh
dalam segala kebijakan pemerintah. Hal ini merupakan fungsi dari?
b. Patriotisme
c. Nasionalism
d. Multikulturalism
e. Civil Society
f. Demokratisasi
26
d. Socio-culture PPKn
e. Politic-Culture PPKn
3. Internalisasi dan sosialisasi norma-norma UUD 1945, Sehingga dalam hal
ini PPKn memiliki peran yang sangat vital untuk mewujudkan prinsip?
a. Pancasilais
b. Negara Kesatuan Republik Indonesia
c. Demokrasi Pancasila
d. Bhineka Tunggal Ika
e. Rule Of Law
4. Nilai-nilai yang diambil dari semangat perjuangan bangsa Indonesia sejak
dulu dalam melahirkan 4 konsensus Indonesia merupakan tugas PPKn
dalam menerapkan metode?
a. Value Normatif
b. Value Inculcation
c. Value Culture
d. Value of Pancasila
e. Value of Constitution
5. Rasa Patriotisme dan Nasionalisme akan terbentuk jika seorang
warganegara mengetahui dan memahami betul akan sejarah bangsanya dan
jika sebaliknya maka akan berdampak pada menurunnya tingkat Patriotisme
dan Nasionalisme, hal ini disebut sebagai?
a. Paradigma individuals’ identity
b. Paradigma individuals’ national identity
c. Paradigma Nationalism
d. Paradigma national identity
e. Paradigma Konservatif
6. Muatan materi PPKn yang bersumber dari Pancasila, UUD 1945, Bhineka
Tunggal Ika, dan NKRI merupakan bentuk dari konstelasi?
a. Psiko-Sosial Muatan PPKn
b. Psiko-Pedagogis Muatan PPKn
c. Psiko-Materials Muatan PPKn
27
d. Psiko-Politics Muatan PPKn
e. Psiko-Cultures Muatan PPKn
7. Upaya menanamkan semangat dan komitmen sejarah perjuangan bangsa
Indonesia yang melahirkan 4 konsensus fundamental bagi bangsa Indonesia
merupakan usaha untuk mengembangkan?
a. Civic awareness
b. Civic Virtue
c. Civic Culture
d. Civic responsibility
e. Cultural Unity
8. Upaya Guru PPKn untuk menginternalisasi muatan 4 konsensus Negara
Indonesia kedalam substansi pembelajarannya yaitu tepatnya pada KD
Kurikulum PPKN merupakan langkah untuk mengembangkan?
a. Spirit Pancasila Peserta didik
b. Spirit Berkonstitusi Peserta didik
c. Civic Virtue Peserta didik
d. Spirit Negara Kesatuan Republik Indonesia Peserta didik
e. Civic Culture Peserta didik
9. Komitmen warganegara untuk ber-bhineka tunggal ika adalah komitmen
yang berfokus pada?
a. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang utuh dan
kohesif secara nasional dan harmonis dalam pergaulan antarbangsa.
b. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang eksklusif
secara nasional dan harmonis dalam pergaulan antarbangsa.
c. Kehidupan yang berlandaskan pada konstitusi.
d. Kehidupan yang bersumber dari salah satu nilai Pancasila.
e. Kehidupan yang meletakkan pondasinya pada nilai-nilai adat
10. Sumber multikulturalisme Kebhinekaan tunggal ika bangsa Indonesia
terletak pada?
a. Nilai-nilai budaya
b. Nilai-nilai kebangsaan
28
c. Etnosentrisme
d. Nilai-nilai adat istiadat
e. Nilai-nilai Pancasila
Kunci Jawaban:
1. D 6. A
2. A 7. E
3. E 8. C
4. B 9. A
5. B 10. A
3. Daftar Pustaka
Buku:
Huang, A., & Liu, X, Historical knowledge and national identity: Evidence from
China, Sage Journals, July-September 2018: 1–8, doi:
10.1177/2053168018794352.
Pimpinan MPR & Tim Kerja Sosialisasi MPR RI 2009-2014. 2015. “Materi
Sosialisasi Empat Pilar MPR RI”. Jakarta:Sekretariat Jenderal MPR RI.
29
Samsuri. 2012. “Pendidikan Karakter Warganegara (Kritik Pembangunan
Karakter Bangsa)”. Surakarta:Pustaka Hanif.
Aturan
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Internet
https://the-great-teacher.blogspot.com/2018/02/multikultural-di-indonesia.html
30
KEGIATAN BELAJAR 4:
ISU-ISU KEWARGANEGARAAN
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN ................................................................................................1
B. KEGIATAN INTI...............................................................................................3
C. PENUTUP ............................................................................................................29
1. Rangkuman ...................................................................................................29
2. Tes Formatif .................................................................................................31
3. Tes Sumatif ...................................................................................................34
4. Daftar Pustaka ..............................................................................................41
ii
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Upaya untuk menyiapkan guru profesional PPKn, Modul 3 ini menyajikan
kegiatan belajar empat (KB 4 ) sebagai materi terakhir pada modul ini dengan
membahas materi tentang isu-isu kewarganegaraan. Dengan kajian yang dibahas
meliputi bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
keamanan dan agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kegiatan belajar ini dilihat
dari aspek substantif dan pedagogisnya secara komprehensif dapat memperkaya
cakrawala keilmuan seorang guru PPKn dan dapat mengembangkan kompetensi
keilmuan guru PPKn (aspek pedagogik dan profesional). Secara umum substansi
pada kegiatan belajar empat akan membahas tentang isu-isu kewarganegaraan
pada region lokal, nasional, regional, dan global. Yang mana isu-isu tersebut
sebagai muatan yang dilihat dari fakta-fakta yang terjadi untuk dipahami oleh
guru PPKn. Oleh karena muatan tersebut sebagai bekal knowledge bagi guru
PPKn untuk terampil dan kompeten serta profesional dalam melaksanakan
pembelajaran PPKn yang berbasiskan fakta dilapangan.
Dengan demikian, kegiatan belajar kali ini akan sangat banyak membekali
seorang guru secara kognitif dan secara terstruktur dan terarah membantu
mengarahkan guru PPKn mampu menerapkan (aspek pedagogik dan profesional)
keilmuan PPKn perihal isu-isu kewarganegaraan yang meliputi bidang ideologi,
politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam
konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
2. Relevansi
Modul 3 Kegiatan Belajar 4 yang membahas tentang konsep dasar
keilmuan PPKn pada diklat Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan ini
sangat penting dan relevan menjadi bekal, panduan, dan paket belajar bagi peserta
1
PPG dalam jabatan. Hal tersebut dikarenakan salah satu kompetensi mutlak yang
harus dimiliki oleh seorang guru PPKn yang profesional adalah pemahaman dan
kemampuan implementasi pembelajaran PPKn berbasiskan fakta atau learning
experience yang berupa pembelajaran tentang isu-isu kewarganegaraan yang
meliputi bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
keamanan dan agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Substansi ini adalah bagian
dari konsep tradisi perenialism, essentialism, progressivism, dan konstruksionisme
filosofi pembelajaran PPKn yang berupaya membentuk civic virtue dan civic
literacy peserta didik sebagai warganegara yang memahami serta terlibat dalam
berbagai isu-isu kewarganegaraan yang meliputi bidang ideologi, politik, hukum,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam konteks lokal,
nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) sebagai wujud komitmen peserta didik sebagai warga negara yang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegaranya sesuai dengan nilai
kemanusiaan, harmonisasi, persaudaraan, dan kesatuan warga global.
Selain itu tentu panduan dan/atau kegiatan belajar ini dapat membentuk
spirit pedagogis peserta PPG PPKn dalam jabatan, dapat mengaktualisasikan atau
mewujudkan kompetensi-kompetensi inti pada kurikulum 2013 revisi untuk mata
pelajaran PPKn.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 3 (KB 4) ini, ada beberapa
hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi
KB 4 ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan
penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian permulaan terhadap tema yang berkaitan dengan isu-isu
kewarganegaraan yang meliputi bidang ideologi, politik, hukum,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam
2
konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
3. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 4 pada modul 3 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 4.
4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat,
berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan pada KB 4 ini.
5. Bila Anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat, atau
bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
6. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil
7.
B. KEGIATAN INTI
1. Capaian Pembelajaran
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn melalui kegiatan belajar
empat (KB 4) pada modul 3 ini, guru diharapkan mampu melaksanakan proses
pembelajaran yang memesona dan meneladani pada mata pelajaran PPKn dengan
dilandasi empat pondasi kuat yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka
Tunggal Ika. Sehingga dapat memiliki cakupan dalam menguasai materi dan
mengaplikasikan bidang keilmuan PPKn yang mencakup :
a. Konsep, prinsip, prosedur, dan metode keilmuan serta nilai, norma, dan
moral yang menjadi muatan kurikulum dan proses pembelajaran dan/atau
pembudayaan dalam konteks pendidikan Pancasila sebagai dasar negara
dan pandangan hidup bangsa dan kewarganegaraan di sekolah dan/atau
masyarakat;
b. Struktur, metode, dan spirit keilmuan kewarganegaraan, hukum, politik
kenegaraan, sejarah perjuangan bangsa, dan disiplin lainnya berlandaskan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai
3
hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang ber- Bhinneka Tunggal
Ika dalam keberagaman yang kohesif dan utuh;
c. Isu-isu dan/ atau perkembangan terkini kewarganegaraan meliputi bidang
ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan
dan agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk advance
materials secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa”
(konten), “mengapa” (filosofis), dan “ bagaimana” (penerapan) dalam
kehidupan sehari-hari;
2. Uraian Materi
Dilihat dari substansinya, dalam kurikulum 2013 standar isi pembelajaran
PPKn di sekolah tingkat menengah pertama dan ke atas secara pedagogis banyak
berorientasi pada persoalan-persoalan kemasyarakatan, kebangsaan, dan
kenegaraan atau persoalan kewarganegaraan bahkan di setiap Kompetensi Dasar
pada KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4 terdapat muatan yang berorientasi pada persoalan
kewarganegaraan Indonesia. Sebagaimana dengan sifat pembelajaran PPKn yang
dinamis, seiring dengan perkembangan zaman bahwa PPKn sudah harus
mewadahi peserta didik untuk memahami berbagai persoalan atau isu-isu
kewarganegaraan. Sebagaimana dalam jurnal cakrawala pendidikan dengan judul
“Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Wawasan Global Warga
Negara Muda” (Murdiono. M, 2014) bahwa Pendidikan kewarganegaraan
membekali peserta didik di sekolah dengan pengetahuan tentang isu-isu global,
budaya, lembaga dan sistem internasional dan merupakan indikasi dari
pendekatan minimalis yang bisa mengambil tempat secara eksklusif di dalam
kelas.
Warganegara yang baik dan cerdas serta bertanggung jawab adalah warga
negara yang secara dinamis mengetahui dan memahami isu-isu kewarganegaraan.
sekolah adalah salah satu wadah untuk menumbuh kembangkan pemahaman
warganegara atau generasi muda terhadap berbagai isu kewarganegaraan yang
4
sedang hangat terjadi. Bisa berkaitan dengan isu-isu pada bidang ideologi, politik,
hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam konteks
lokal, nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
5
terpisah namun dalam satu wadah yang sama, sehingga dampaknya adalah
intoleran. Realita ini menjadi paradigma negatif pendidikan kewarganegaraan di
Indonesia. Dan kontra dengan hakikat PKn sebagai pendidikan multikultural
untuk membangun kehidupan yang rukun dan harmonis. Sebagaimana dalam
(Setiawan dan Yunita, 2017) bahwa PKn diharapkan dapat menjadikan warga
negara yang selalu ikut berpartisipasi dalam pembangunan Negara, yaitu menjaga
keutuhan bangsa dan mampu hidup rukun dan harmonis dalam masyarakat
Indonesia yang berbhineka tunggal ika.
Kontradiksi ini tidak lepas dari hakikat dari manusia itu sendiri. Apabila
merujuk dari teori freud tentang Id, Ego, dan Superego maka multikultur adalah
keadaan yang berangkat dari kombinasi dari Id dan Ego. Dimana Id menjadikan
manusia yang saling berinteraksi mengakibatkan saling ketergantungan, dan
ketergantungan itu yang mengakibatkan manusia itu jika ingin mendapatkan
sesuatu yang dikehendakinya maka mau tidak mau harus berurusan dengan orang
lain. Keadaan yang demikian lah yang membuat hubungan intim dan intens atas
nama satu identitas yang sama di satu wilayah, Rennison, N. (2015).
6
membahu mengusir warga Madura sebagai pendatang. Sifat mereka ini didasari
atas kehendak ego sebagai wilayah keputusan alternatif, karena jika tidak ikut
bahu membahu maka akan terkena sanksi sosial seperti diacuhkan atau lebih
buruk lagi dilecehkan atau direndahkan. Dinamika ini menjadi bukti
etnosentrisme yang lahir dengan sendirinya atas dasar letak geografis dan sejarah
sistem sosial pada suatu tempat atau provinsi di Indonesia. Hal ini tentu
kontradiktif dengan makna multikultur bangsa Indonesia yang ditopang oleh
semangat dan komitmen semboyan bhineka tunggal ika yang berbasiskan nilai-
nilai Pancasila.
Isu etnosentrisme di Indonesia seakan menjadi cambuk spirit perlunya
peran pendidikan kewarganegaraan dalam memberikan peran edukasi untuk
mencegah dampak negatif dari etnosentrisme. Selain itu, memang etnosentrisme
sebenarnya pun juga kontradiktif dengan substansi-pedagogis PPKn yang
bersumber pada konsep dan makna bhinneka tunggal ika, sebagai wujud
komitmen keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
utuh dan kohesif secara nasional dan harmonis dalam pergaulan antar bangsa
(Winataputra, 2015). Untuk itu perlu upaya khusus untuk mengimplementasikan
PPKn menjadi wahana pendidikan multikultural di daerah-daerah sejak dini
melalui institusi sekolah. Karena permasalahan etnosentrisme tidak hanya terjadi
pada suku dayak dengan Madura saja, ada banyak isu etnosentrisme yang pernah
dan bahkan senantiasa menjadi rutin terjadi di Indonesia, Seperti kebiasaan suku
pedalaman di Papua yang tetap menggunakan koteka dalam keadaan apapun dan
dilihat oleh siapapun bahkan yang bukan orang Papua sekalipun.
Pemakaian koteka tentu tidaklah salah karena itu adalah kekayaan budaya
salah satu bangsa Indonesia. Yang menjadi kekeliruannya sehingga
mengakibatkan timbulnya nilai etnosentris adalah pemakaian koteka di situasi dan
kondisi yang orang-orangnya berlatarkan multi etnis. Jadi, etnosentrisme
merupakan suatu sikap seseorang yang berlebihan kecintaannya terhadap nilai
adat istiadat sukunya sendiri dan menganggap sukunya yang terbaik.
Etnosentrisme adalah penilaian terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai dan
standar budaya sendiri. Orang-orang etnosentris menilai kelompok lain relatif
7
terhadap kelompok atau kebudayaannya sendiri, khususnya bila berkaitan dengan
bahasa, perilaku, kebiasaan, dan agama. Perbedaan dan pembagian etnis ini
mendefinisikan kekhasan identitas budaya setiap suku bangsa. Etnosentrisme
mungkin tampak atau tidak tampak, dan meski dianggap sebagai kecenderungan
alamiah dari psikologi manusia, etnosentrisme memiliki konotasi negatif di dalam
masyarakat (https://id.wikipedia. org/wiki/Etnosentrisme).
Gambar 4.1. Guru PPKn perlu merancang materi Pendidikan Multikultural untuk
salah satu pertemuannya dalam satu semester
8
orang percaya bahwa kebebasan haruslah mutlak, mereka mengenal perbedaan
antara libertas (liberty) dan lisensi (license) Akan tetapi, yang masih belum jelas
adalah apakah libertas menjadi lisensi ketika hak asasi disalahgunakan; ketika
kejahatan dilakukan kepada orang lain atau ketika kebebasan dibagikan secara
tidak adil. Walaupun sebuah definisi formal atau netral tentang kebebasan masih
menjadi perdebatan, konsepsi negatif dan positif tentang kebebasan telah
dikembangkan. Contoh yang sering dikutip adalah Two Conceptions of Liberty
yang digagas oleh Isaiah Berlin: kebebasan positif dan kebebasan negatif.
Kebebasan negatif (bebas dari sesuatu) berarti 'non-interferensi, ketiadaan dari
kendala-kendala eksternal, biasanya dipahami untuk diartikan sebagai hukum atau
semacam kendala fisik. Sedangkan kebebasan positif (bebas melakukan sesuatu)
dipahami dengan pelbagai cara, yakni sebagai otonomi atau penguasaan diri (self-
mastery), sebagai pengembangan diri atau sebagai bentuk moral atau kebebasan
dalam diri (inner freedom).
9
penolakan untuk menerima tindakan-tindakan, pandangan-pandangan dan
keyakinan-keyakinan dari orang lain. Hal ini mengesankan suatu keberatan yang
tak beralasan dan tidak dibenarkan terhadap pandangan-pandangan atau tindakan-
tindakan yang lain, yang mendekatkannya kepada kefanatikan atau purbasangka
(Kalidjernih, 2009).
10
evaluasi pembelajaran PPKn juga harus direncanakan dalam satu atau dua
pertemuan khusus bertemakan pendidikan multikulturalisme sebagai upaya
langkah alternatif menyelesaikan berbagai isu kewarganegaraan yang
berkepanjangan pada region lokal yaitu misalkan etnosentrisme. Sebenarnya
polemic atau isu kewarganegaraan dalam konteks lokal ada banyak dan tidak
hanya sebatas isu etnosentrisme, yang paling umum adalah isu SARA (Suku,
Agama, Ras, dan Antar golongan). Karena pada tatanan lokal biasanya isu SARA
lebih rentan terjadi. Namun etnosentrisme sebenarnya adalah bagian dari
kekerasan SARA, hanya saja memang etnosentrisme dianggap menjadi polemik
kewarganegaraan yang tidak ada habis-habisnya. Untuk itu maka PPKn memiliki
tanggung jawab besar untuk memfasilitasi edukasi positif kepada warganegara
dalam hal pendidikan multikulturalisme.
11
kesatuan hubungan ekonomi, dan kesatuan budaya. Isu kewarganegaraan dalam
konteks nasional secara garis besar akan meliputi isu-isu yang berkaitan dengan
bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan
dan agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sumber: (https://bali.bisnis.com/read/20170508/537/774615/hizbut-tahrir-
indonesia-dibubarkan).
Dilain pihak selaku pemegang otoritas, pemerintah sejak 19 Juli lalu HTI
resmi dibubarkan. Pemerintah mengkategorikannya sebagai organisasi anti-
12
Pancasila. Gagasan khilafah yang mereka usung dianggap bertentangan dengan
dasar ideologi negara dan mengancam kesatuan Indonesia. Realitas ini tentu dapat
mengganggu ketentraman bangsa Indonesia oleh karena orasi dan propaganda
pihak HTI yang dianggap dapat melunturkan jiwa pancasilais bangsa Indonesia.
Untuk GAM, secara resmi melalui peran dan kebijakan SBY (Susilo
Bambang Yudhoyono) Presiden Republik Indonesia ke-6. Pada tahun 2005 terjadi
kesepakatan di kota Helsinki (Finlandia), yang diikuti dengan penetapan UU No.
13
11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Dalam rangka menyelesaikan
masalah atau konflik sosial di kalangan masyarakat, Pemerintahan SBY juga
membentuk lembaga-lembaga dialog. Antara lain pembentukan Forum Kerukunan
Umat Beragama (FKUB). SBY berperan memfasilitasi proses perjanjian untuk
damai melalui dialog-dialog.
Namun untuk isu separatisme di Papua masih menjadi bara yang sewaktu-
waktu siap untuk mengeluarkan api yang besar dan berefek merugikan bagi
kedamaian Negara persatuan republik Indonesia. Intensitas dan kompleksitas
konflik di Papua semakin menjadi-jadi tiap masanya, pada tahun 2013 terjadi
peningkatan intensitas konflik ketika aparat polisi menjadi lebih represif dalam
menghadapi kelompok-kelompok separatis Papua seperti national liberation army
atau Organisasi Papua Merdeka. Kekacauan nasionalisme di tanah Papua ini
sungguh menjadi PR besar bagi Indonesia dalam menata dan mendudukkan
kembali makna Negara kesatuan republik Indonesia yang terlahir dari proses
panjang dimasa masa lalu pada saat masa perjuangan kemerdekaan.
Fakta ini tentu mengetuk hati kita seluruh bangsa Indonesia dari sabang
sampai merauke bahwa kita adalah bertumpah darah satu yaitu tanah air
Indonesia, berbangsa yang satu, yaitu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa
persatuan yaitu bahasa Indonesia. Untuk itu, perlu kita sadari bahwa separatis
hanyalah sebuah penjegal kita untuk menjadi Negara yang maju dan sejahtera atau
14
merdeka secara utuh. Seluruh warga negara Indonesia harus paham akan makna
NKRI.
Pada dimensi lain, isu kewarganegaraan yang juga hangat dan kompleks
terjadi adalah isu diskriminasi dan marjinalisasi. Pada bidang politik dan budaya
tentu kedua isu tersebut sangat memiliki efek yang negatif terhadap aktualisasi
kewarganegaraan Indonesia yang esensial berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan
nilai-nilai demokratis. Diskriminasi maupun marjinalisasi bahkan juga menyentuh
persoalan ekonomi warganegara atau (economy civic). Kesenjangan antara sikaya
dengan simiskin, seakan menjadi jargon yang buruk bagi Indonesia. Tercatat,
disparitas antara si kaya dengan si miskin masih saja menjadi momok bagi
Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa faktanya pada maret tahun 2019 BPS
(Badan Pusat Statistik) melansir masih ada 25,14 juta penduduk indonesia
tergolong miskin. Survey ini pada satu sisi ada perbaikan karena jumlahnya
mengurang 810 ribu dari tahun sebelumnya (lihat
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190715132823-532-412205/jumlah-
penduduk-miskin-ri-maret-2019-turun-jadi-2514-juta?). Tentu disparitas ini
masih tergolong aman jika berdasarkan hitung-hitungan rasio gini world bank.
Namun angka 25,14 juta itu bukanlah angka kecil. Oleh karenanya, berdampak
pada kelompok yang berpendapatan rendah kesulitan untuk mengakses kebutuhan
dan pelayanan dasar seperti makanan, kesehatan dan pendidikan.
15
materi perkembangan pembelajaran civics yang berorientasi pada community,
economic, dan vocational civics (Wahab dan Sapriya, 2011).
Isu krusial pada konteks ini adalah berkaitan dengan Ideologi, Agama,
Politik, dan Sosial. Yang mana isu ini sejatinya juga merupakan bagian dari isu
global. Namun dalam sekop regional yaitu ASEAN, isu ini menjadi perhatian
penting bagi Negara-negara di ASEAN karena berhubungan dengan hubungan
bilateral dan multilateral, serta harmonisasi spiritual dan sosial serta politik antar
Negara ASEAN.
16
menyampaikan, revitalisasi pemasyarakatan yang dikembangkan dan
diimplementasikan di seluruh lapas dan rutan di Indonesia menjadi solusi untuk
menangani radikalisme dan ekstremisme dalam lingkungan penjara.
Inti dari konsep ini adalah penilaian perubahan perilaku. Konsep ini juga
akan menjadi metode penanganan narapidana berkategori ekstrimisme atau high
risk (berisiko tinggi). Upaya ini sebagai langkah-langkah pencegahan sistematis
untuk mengatasi kondisi mendasar yang mendorong individu melakukan aksi
radikal dan bergabung dengan kelompok ekstremis. Terutama untuk mencegah
penyebaran ekstremisme kekerasan di antara komunitas penjara, sambil
menegakkan perlindungan dan hak asasi manusia (lihat https://www.
liputan6.com/news/read/4085075/ditjen-pas-dan-9-negara-asean-bahas-upaya-
tangkal-radikalisme-di-lapas).
Radikalisme adalah suatu paham yang dibuat buat oleh sekelompok orang
yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis
dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Namun bila dilihat dari sudut pandang
keagamaan dapat diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada
pondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat
tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari paham/aliran tersebut menggunakan
kekerasan kepada orang yang berbeda paham/aliran untuk mengaktualisasikan
paham keagamaan yang dianut dan dipercayainya untuk diterima secara paksa
(Asrori, 2015).
17
ataupun al-Qaeda pada satu dekade yang lalu (lihat
https://asc.fisipol.ugm.ac.id/2015/08/27/648/).
Lebih lanjut disampaikan pada laman berita pada url tersebut diatas,
bahwa Di Malaysia sendiri jumlah warga negara yang direkrut ISIS sekitar 40 dan
di Filipina sekitar 200 (Hashim 2015). The New Straits Times menerbitkan
laporan, kelompok teror yang independen seperti JI, al-Qaeda dan ISIS
berlangganan ideologi serupa. Ideologi itu direproduksi ulang dan ditawarkan
kembali kepada kelompok-kelompok milisi lainnya. Seperti pendahulunya, ISIS
pun mengadakan kontak dengan militan di Filipina Selatan, Abu Sayyaf.
Sementara itu, ISIS juga terlihat gencar melakukan propaganda di media sosial.
Pemimpin senior ISIS Abu Muthanna al Yaman menyiarkan video berjudul There
Is No Life Without Jihad di youtube (thediplomat.com 2014). Dalam video
tersebut, warga negara Inggris itu mengklaim, ISIS telah mengumpulkan milisi-
milisi muslim dari seluruh dunia. Mulai dari Bangladesh, Irak, Kamboja,
Australia, UK. Namun para pemimpin Muslim di Kamboja menolak klaim
tersebut. Meskipun demikian, diplomat mereka mencatat bahwa ratusan siswa
maupun mahasiswa dari Kamboja yang belajar di madrasah di Timur Tengah turut
bergabung.
18
Banyak peristiwa di Indonesia dimana terorisme dan radikal menjadi satu
sehingga masyarakat umum tidak usah repot-repot membedakan antara
radikalisme dan terorisme, Muchit, MS (2016).
Sumber: jalandamai.org
19
mengalami daya berfikir dalam perkembambang berfikir secara rasional dan kritis
namun tatkala tidak terfasilitasi perkembangan berpikirnya dapat berpotensi pada
situasi ‘krisis identitas’ dalam perjalanan pertumbuhan kepribadiannya, dan pada
akhirnya peserta didik terjebak pada keterlibatan dalam gerakan sosial radikal.
Merujuk pada riset yang pernah dilakukan oleh Quintan Wiktorowicz (2005)
mengenai gerakan radikal di Inggris., dalam situasi ‘krisis identitas’ seseorang
biasanya cenderung lebih mudah mengalami apa yang disebutnya sebagai
‘pembukaan kognitif’ (cognitive opening): sebuah fase penting yang dialami oleh
seorang aktivis untuk bergabung dengan gerakan radikal, yang lazim diawali
dengan sebuah krisis di mana mereka mengalami ketidakpastian, termasuk
menyangkut identitas diri, sehingga mereka menjadi mudah menerima
kemungkinan ide-ide dan pandangan-pandangan hidup baru.
20
paham radikalisme karena tingginya rasa semangat diri yang tidak diimbangi
pengendalian dan mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang fanatik terhadap
ideologi tertentu (Nurhayati et al., 2021)
21
sudah bak, sehingga mendominasi pertimbangan efisiensi, produktivitas
dan sejenisnya. Atau tergolong pada ciri materialistik
3. Masyarakat saintifik; masyarakat yang dalam menghargai manusia lebih
diwarnai oleh seberapa jauh hal itu bernilai rasional objektif, provable
(dapat dibuktikan secara empirik dan kaidah-kaidah ilmiah). Ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin penting dan masif
4. Masyarakat terbuka; masyarakat yang sepenuhnya berjalan dan diatur
oleh sistem, sistem yang tidak hanya bersifat lokal, regional atau nasional
tetapi juga global
5. Transcendentalisme agama; masyarakat yang meletakkan agama semata-
mata sebagai masalah individu (personal/pribadi). Tuhan tidak
diberikannya otoritas dalam mengatur dinamika alam dalam kehidupan,
agama seolah-olah disisihkan dari dinamika sosial masyarakat.
6. Masyarakat serba nilai; berkembangnya nilai-nilai budaya masyarakat
yang timbul akibat modernisasi itu sendiri. Beberapa kecenderungan
antara lain; sekularisme, materialisme, individualisme, hedonisme dan
sebagainya.
22
merupakan krisis kemanusiaan dan hak asasi manusia terburuk di dunia. Kedua,
krisis kemanusiaan dan pertempuran di Suriah yang mengakibatkan eskalasi
(peningkatan) pengungsi suriah di berbagai negara, dan termasuk ada 3 juta orang
melarikan diri ke Negara Turki. Ketiga, isu yang sama yaitu pengungsian oleh
warganegara Palestine. Konflik palestina dan Israel seakan tidak ada habisnya.
Bayangkan saja hampir 5 juta orang Palestina mengungsi dikarenakan agresi
militer Israel dan bahkan juga dikarenakan krisis dana operasional. Keempat,
perseteruan politik antara Iran dengan Amerika Serikat. Yang bahkan menyeret
isu keagamaan dalam skup regional yaitu kelompok garis keras atau disebut ISIS.
Kelima, isu senjata nuklir dan rudal oleh Negara Korea Utara yang mengakibatkan
terjadinya rivalitas antara korea utara dengan amerika serikat yang tentunya akan
mengkhawatirkan Negara sekitar yang bisa saja terkena dampaknya.
Kelima isu diatas, secara garis besar turut masuk pada aktualisasi
kewarganegaraan global yang sarat akan konflik kemanusiaan, hubungan bilateral
maupun multilateral, ancaman keamanan atau suasana kondusif secara global,
konflik hak asasi manusia, dan masalah pengungsian. Pendidikan Global rasanya
perlu memperhatikan peran dan posisi serta hakikat dari warga global, yang akan
berbeda makna ketika hanya menyebutnya sebagai warga Iran misalkan atau
warga Amerika Serikat atau warga Israel atau Warga Palestina. Global
Citizenship Education (Pendidikan Kewarganegaraan Global) dapat menjadi
solusi baik dalam mengatasi berbagai tantangan atau isu global. Dimana Global
Citizenship Education (GCE) harus menyelaraskan konsepnya dengan konsepsi
civics (ilmu kewarganegaraan). Karenanya hal tersebut akan berhubungan dengan
upaya menghadapi isu-isu global yang sedang krusial terjadi. Dimana civics atau
IKn (Ilmu Kewarganegaraan) sendiri sebagai disiplin ilmu yang bertujuan
mendeskripsikan peranan warga negara dalam aspek kehidupan politik, ekonomi,
dan sosial-budaya. Dengan kata lain, IKN bertujuan menghasilkan konsep, teori
maupun generalisasi tentang peranan warga negara dalam masyarakat demokratis.
Teori-teori yang dihasilkan IKN diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
membina warga negara yang lebih baik (good citizen). Yaitu warga negara yang
aktif berpartisipasi serta memiliki tanggung jawab dalam membangun kehidupan
23
bernegara yang demokratis, berkemanusiaan dan berkeadilan sosial (Cholisin,
2016).
24
menghadapi berbagai isu global. Digital citizenship merupakan pemahaman
tentang keamanan menggunakan internet, mengetahui cara menemukan, mengatur
dan membuat konten digital (termasuk literasi media, dan praktek skill secara
teknis), pemahaman tentang cara berperan untuk meningkatkan tanggung jawab
dalam interaksi antarbudaya (multikultur), serta pemahaman tentang hak dan
kewajiban dalam menggunakan media internet. Digital citizenship sangat penting
karena dapat membentuk dan membina civic literacy ke dunia global atau global
citizenship.
Dalam Kurikulum 2013 hasil revisi tersebut terlihat bahwa sudah ada
upaya menjadikan para pelajar kita tidak lagi terbatas sumber belajarnya pada
buku atau diktat pembelajaran. Bahkan dikatakan guru PPKn harus berupaya
25
memanfaatkan jaringan internet dalam pembelajaran dengan mengembangkan
pembelajaran berbasis jaringan (pembelajaran daring) sehingga pembelajarn
PPKn menjadi proses belajar yang terpadu/teraduk (blended learning). Di jenjang
Sekolah Dasar (SD) dan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), siswa
diminta untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar (buku, video,
internet, dll.). Kebutuhan akan literasi media internet semakin terlihat di jenjang
Sekolah Menengah Atas (SMA) karena banyak dituliskan tentang “membaca dari
berbagai sumber (buku, media cetak maupun elektronik)” dengan komponen
literasi telah meluas menggunakan berbagai sarana dan sumber informasi.
Jika melihat mentalitas peserta didik di era global dikaji dari isu-isu
kewarganegaraan maka guru PPKn berupaya menyiapkan strategi dalam
menghadapi tantangan dan dinamika globalisasi tersebut; menurut Nils A. Shapiro
(choirul mahfud, 2011) terdapat enam kiat sukses menghadapi tantangan
globalisasi;
Gambar 4.6. karakteristik global
1. Perencanaan yang cermat (carefull
planning);
2. Latihan dan pengalaman (training
and experience); “well educated,
well trained, and well paid”
3. Bersedia belajar sepanjang hayat
4. Bersedia bekerja sama selama dan
sekeras diperlukan.
5. Tabah menghadapi kekecewaan
dan kemunduran
6. Kamampuan bersikap jujur
26
3. Forum Diskusi
27
berlandaskan
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia tahun
1945 sebagai
hukum dasar yang
menjadi landasan
konstitusional
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara yang
ber- Bhinneka
Tunggal Ika
dalam
keberagaman
yang kohesif dan
utuh,
c. isu-isu dan/
atau
perkembangan
terkini
kewarganegaraan
meliputi bidang
ideologi, politik,
hukum, ekonomi,
sosial, budaya,
pertahanan
keamanan dan
agama, dalam
konteks lokal,
nasional, regional,
dan global dalam
bingkai Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
(NKRI), termasuk
advance materials
28
secara bermakna
yang dapat
menjelaskan
aspek “apa”
(konten),
“mengapa”
(filosofis), dan “
bagaimana”
(penerapan) dalam
kehidupan sehari-
hari;
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Paradigma baru PPKn yang mengedepankan aspek civic literacy atau
literasi warganegara, perlu diadakan pembinaan dan edukasi secara baik untuk
memahami dan keterlibatan pada isu-isu kewarganegaraan yang meliputi bidang
ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan
agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pada konteks lokal, isu kewarganegaraan banyak menyangkut soal etnosentrisme.
Yang seakan menjadi cambuk spirit perlunya peran pendidikan kewarganegaraan
dalam memberikan peran edukasi untuk mencegah dampak negatif dari
etnosentrisme.
Pada konteks nasional, ada banyak sekali isu kewarganegaraan yang
hangat terjadi dan dapat memecah keutuhan sert harmonisasi hidup rukun bangsa
Indonesia. Sebut saja masalah ideologi separatisme, diskriminasi, dan
marginalisasi.
29
Pada konteks regional, isu seputar kewarganegaraan di kawasan ASEAN
banyak membahas tentang radikalisme. Yang mana isu tersebut berlawanan
dengan keinginan hidup rukun dan damai serta harmonis antar warga di
lingkungan ASEAN.
Sedangkan dalam konteks Global, isu-isu kewarganegaraan berakar dari
masalah aktualisasi kewarganegaraan global yang sarat akan konflik kemanusiaan,
hubungan bilateral maupun multilateral, ancaman keamanan atau suasana
kondusif secara global, konflik hak asasi manusia, dan masalah pengungsian.
Selain itu, isu penting lainnya adalah persoalan warga digital, dimana seorang
warga negara digital memiliki peran yang vital untuk berkontribusi terhadap isu
perkembangan kewarganegaraan di lingkungan global. Informasi maupun isu
perkembangan global akan mudah diakses oleh warga negara digital, sehingga
warga negara digital memiliki kesempatan yang besar untuk terlibat dan
berpartisipasi menghadapi berbagai isu global.
Disinilah letak peran vital seorang guru, termasuk adalah guru PPKn.
Dalam dimensi pendidikan tersemat tanggung jawab besar. Untuk itu, Guru PPKn
secara pedagogis dan profesional harus menguasai substansi dan terampil
mengaktualisasi konsep kewarganegaraan yang juga berfokus pada pemahaman
dan bertanggungjawab pada isu-isu kewarganegaraan yang mutakhir sehingga
dapat menjadi agen pembentukan warganegara yang dapat melibatkan diri peserta
didik serta sumbangsi atau berpartisipasi aktif peserta didik untuk mampu
menghadapi berbagai tantangan isu kewarganegaraan yang meliputi bidang
ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan
agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
30
2. Tes Formatif
Pada bagian tes formatif kali ini, peserta diminta untuk menyelesaikan
kumpulan soal-soal multiple choice di bawah ini secara baik dan benar.
Selanjutnya silahkan dan selamat mengerjakan.
Soal-soal:
1. Pentingnya memahami dan terlibat pada isu-isu kewarganegaraan sebagai
kompetensi kewarganegaraan yang memerlukan atribut?
a. Literasi warganegara
b. Literasi masyarakat
c. Literasi budaya
d. Civic knowledge
e. Civic disposition
31
4. Faktor utama keberadaan etnosentris tidak lain dikarenakan?
a. Lemahnya peran pemerintah
b. Lemahnya peran warganegara
c. Lunturnya nilai adat istiadat
d. Kebablasan ideologi
e. Lunturnya kebhinekaan
32
d. Individual
e. Fundamentalis
Kunci Jawaban:
1. A 6. D
2. C 7. A
3. C 8. B
33
4. E 9. A
5. B 10. C
3. Essay
1. Nilai-nilai apa saja yang dapat diuraikan tentang pembahasan isu
kewarganegaraan dalam konteks lokal, regional dan global ?
2. Jelaskan oleh saudara isu-isu kewarganegaraan berdasarkan pendekatan
global dalam perspektif pendidikan?
3. Bagaimana seorang guru mengilustrasikan materi ajar PPKn kepada
peserta didik dalam kajian isu-isu kewarganegaraan baik itu dalam
konteks lokal, regional dan global ?
4. Kajian kewarganegaraan dilihat dari nilai-nilai idiil, instrumen dan
praktis maka di integrasikan pada muatan materi ajar, jabarkan oleh
saudara secara komprehensif kajian nilai-nilai tersebut ?
5. Metodologi dalam kajian kewarganegaraan dalam ranah keilmuan
dirunut dari beberapa aspek capaian pembelajaran PPKn sehingga guru
harus mampu merencanakan pembelajaran yang ideal, uraikan secara
detail upaya guru tersebut?
4. Tes Sumatif
34
2. Pendidikan morality (pendidikan moral) adalah basis utama pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia. Hal ini sebagai upaya PPKn di Indonesia untuk
mendukung tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia yaitu warganegara yang
cerdas. Untuk itu secara substansial-pedagogis PPKn, konsepsi ini termasuk
kedalam?
a. Salah satu body of Skill PPKn
b. Salah satu body of knowledge PPKn
c. Salah satu body of disposition PPKn
d. Pancasila
e. UUD 1945
3. Salah satu rumpun pada body of knowledge PPKn adalah ilmu politik. Rumpun
ini secara khusus dalam basis PPKn berorientasi pada?
a. Bhineka Tunggal Ika
b. Filsafat Pancasila
c. Rule of Law
d. Warganegara Demokratis
e. Budaya Politik
4. Guru PPKn perlu mengajak seluruh peserta didik untuk sadar akan pentingnya
mengetahui dan tanggap menyikapi berbagai persoalan atau isu politik, hukum,
dan moral dikarenakan sifat Reflective Inquiry implementasi pembelajaran
PPKn. Sehingga bekal utama bagi guru dalam hal ini harus berpijak pada?
a. Literasi Budaya
b. Literasi Politik
c. Literasi Economic
d. Literasi Social
e. Literasi Civics
5. Tonggak utama terbentuknya civil society adalah adanya partisipasi aktif
warganegara atau civic participation dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Untuk itu setiap warganegara perlu
mengaktualisasikan perilakunya seperti?
a. Beraksi, menanggapi, dan mengikuti
35
b. Bertanya, menjawab, dan mengomentari
c. Berinteraksi, menanggapi, dan mempengaruhi
d. Beraksi, memantau, dan mengikuti
e. Berinteraksi, memantau, dan mempengaruhi
6. PPKn perlu mengutamakan pembelajaran yang menekankan pada
pembentukan warganegara yang baik atau bermoral sebagai wujud dari
eksistensinya sebagai Pendidikan Moral. Untuk itu guru perlu memfokuskan
pengembangan pribadi peserta didik sebagai warganegara yang bermoral
dengan berfokus pada aspek?
a. Tanggungjawab warganegara
b. Pemahaman warganegara
c. Keterampilan warganegara
d. Interaksi warganegara
e. Identifikasi warganegara
7. Konsekuensi Negara rule of law menekankan kepada seluruh warga negara
Indonesia sadar dan taat untuk berkonstitusi, untuk dalam dimensi pendidikan,
PPKn mengkonsepkan kesadaran berkonstitusi sebagai upaya mewujudkan?
a. Civics
b. Demokratis
c. Multikulturalisme
d. Civil society
e. Bhineka Tunggal Ika
8. Nilai-nilai pancasila dilihat dari historisnya berasal dari nilai kehidupan
masyarakat Indonesia sejak dahulu yang dikumpulkan dan dirumuskan menjadi
5 sila oleh para the founding fathers bangsa Indonesia, hal ini merupakan
proses dari terbentuknya Pancasila melalui?
a. Elektis korporatif
b. Rapat dewan negara
c. Dialog
d. Pemilu
e. Demokrasi
36
9. Upaya mensinergikan kompetensi inti kurikulum 2013 mata pelajaran PPKn
dengan kompetensi inti civics sebagai disiplin ilmunya PPKn merupakan
bagian dari?
a. Konsepsi ilmu kewarganegaraan
b. Konsepsi substantif-pedagogis PPKn
c. Kompetensi PPKn
d. Psiko-sosial PPKN
e. Tujuan instruksional kurikulum PPKn
10. Pengejawantahan nilai-nilai pancasila merupakan tugas utama
pembelajaran PPKn sebagai langkah?
a. Guru menyesuaikan materi dengan media pembelajaran PPKn.
b. Guru menyesuaikan materi dengan aktualisasi konsep PPKn.
c. Guru menyesuaikan materi dengan aktualisasi konsep pancasila.
d. Penjabaran tujuan kurikulum PPKn.
e. Pengembangan materi PPKn
37
13. Empat konsensus Indonesia tidak lepas dari bagian substantif-pedagogis
PPKn yang ditujukan untuk?
a. Penambahan materi PKn.
b. Membentuk muatan yang berdasarkan sistem norma yang dihasilkan
bangsa indonesia.
c. Penguatan karakter warganegara
d. Memperkaya muatan PKn yang punya ciri khas di Negara Indonesia.
e. Menambah pengalaman guru PPKn.
14. Metode inkuiri menjadi suatu metode yang sangat diperlukan dalam
pembelajaran PPKn dikarenakan ?
a. Sifatnya yang mendukung pembelajaran yang aktif dan kritis
b. Cocok untuk membentuk pembelajaran yang student center
c. Inkuiri sebagai metode yang menekankan pada aspek disposition
d. Pembelajaran PPKn tidak bisa lepas dari kegiatan mengidentifikasi
masalah
e. Metode belajar PPKn lebih bersifat statis
15. Dalam konteks substansi dan urgensi kajian UUD 1945 dalam
pembelajaran PPKn, target yang diharapkan adalah dapat terbentuknya spirit
berkonstitusi yaitu democratische rechtsstaat. Konsepsi yang demikian
merupakan relevansi dari ?
a. Indonesia sebagai Negara Rechstaat
b. Indonesia sebagai Negara Machstaat
c. Indonesia beriklim hukum hindia belanda
d. Kausalitas norma-norma sosial
e. Efek dari kehidupan para leluhur di masa lalu
16. Muatan PPKn yang bersumber dari norma-norma Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, merupakan ciri dari?
a. Substantif-pedagogik PPKn
b. Substantif-filosofis PPKn
c. Substantif-historis PPKn
d. Socio-culture PPKn
38
e. Politic-Culture PPKn
17. Rasa Patriotisme dan Nasionalisme akan terbentuk jika seorang
warganegara mengetahui dan memahami betul akan sejarah bangsanya dan jika
sebaliknya maka akan berdampak pada menurunnya tingkat Patriotisme dan
Nasionalisme, hal ini disebut sebagai?
a. Paradigma individuals’ identity
b. Paradigma individuals’ national identity
c. Paradigma Nationalism
d. Paradigma national identity
e. Paradigma Konservatif
18. Komitmen warganegara untuk berbhineka tunggal ika adalah komitmen
yang berfokus pada?
a. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang utuh dan
kohesif secara nasional dan harmonis dalam pergaulan antarbangsa.
b. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang eksklusif
secara nasional dan harmonis dalam pergaulan antarbangsa.
c. Kehidupan yang berlandaskan pada konstitusi.
d. Kehidupan yang bersumber dari salah satu nilai Pancasila.
e. Kehidupan yang meletakkan pondasinya pada nilai-nilai adat
19. Sumber multikulturalisme kebhinekaan tunggal ika bangsa Indonesia
terletak pada?
a. Nilai-nilai budaya
b. Nilai-nilai kebangsaan
c. Etnosentrisme
d. Nilai-nilai adat istiadat
e. Nilai-nilai Pancasila
20. Pentingnya memahami dan terlibat pada isu-isu kewarganegaraan sebagai
kompetensi kewarganegaraan yang memerlukan atribut?
a. Literasi warganegara
b. Literasi masyarakat
c. Literasi budaya
39
d. Civic knowledge
e. Civic disposition
21. Kekhawatiran utama dalam merespon isu etnosentrisme merupakan proses
lunturnya?
a. Rule Of Law
b. Political culture
c. bhineka tunggal ika
d. Multikulturalisme
e. Simplicitas
22. Parameter penting upaya pendidikan multikultural melalui pendidikan
kewarganegaraan dapat ditempuh dengan?
a. Pembelajaran di Kelas.
b. Pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik yang
menghargai pluralitas dan heterogenitas secara humanistik.
c. Pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik yang
homogen.
d. Pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik yang
menghargai pluralitas dan homogenitas.
e. Pengajaran, pelatihan, proses pembudayaan.
23. Separatisme sangat anti terhadap konsensus bangsa Indonesia yang
mengutamakan nilai?
a. Gotong royong
b. Kebebasan
c. Kekerasan
d. Individual
e. Fundamentalis
24. Kecerdasan warga negara untuk meminimalisir marjin atau disparitas
orang kaya dengan orang miskin adalah menempuh pendidikan
kewarganegaraan yang berfokus pada?
a. Economic Democration
b. Economic civic
40
c. Civic Economic
d. Spirit Economic
e. Kebebasan
25. Digital citizenship sangat dipengaruhi oleh kapabilitas?
a. Perangkat digital
b. Literasi rakyat
c. Civic literacy
d. Kemauan individu
e. Peran guru PPKn
Kunci Jawaban
1. D 6. A 11. A 16. E 21. B
2. C 7. D 12. C 17. A 22. B
3. D 8. A 13. D 18. B 23. B
4. E 9. B 14. A 19. D 24. C
5. C 10. B 15. D 20. A 25. B
5. Daftar Pustaka
Buku:
Cholisin. 2016. Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Yogyakarta:Penerbit Ombak.
Rennison, N. (2015). Freud dan psikoanalisis: Semua yang perlu Anda ketahui
tentang id, ego, super-ego, dan lainnya . Buku Oldcastle.
41
Winataputra, U.S. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan Refleksi Historis-
Epistemologis dan Rekonstruksi Untuk Masa Depan. Banten : Universitas
Terbuka, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Jurnal:
Nurhayati, N., Indriani, I., & Utaminingsih, S. (2021, January). Efektivitas Mata
Kuliah Pendidikan Pancasila dalam Mencegah Radikalisme di Kalangan
Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Pamulang.
In PROSIDING SENANTIAS: Seminar Nasional Hasil Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (Vol. 1, No. 1, pp. 337-346).
Pakpahan, G. K., Salman, I., Setyobekti, A. B., Sumual, I. S., & Christi, A. M.
(2021). Internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam upaya mencegah
radikalisme. KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama
Kristen), 7(2), 435-445.163-180 .
Dokumen:
42
Prasetyo, Wibowo. H. 2016. Darurat Literasi Media Dalam Digital Citizenship :
Satu Gagasan Menuju Warga Negara Melek Informasi. Dalam Seminar
Nasional, Kongres dan Deklarasi AP3KnI 2016, yang dikutip dari url:
https://www.researchgate.net/publication/309720267
_Darurat_Literasi_Media_dalam_Digital_Citizenship_Satu_Gagasan_Me
nuju_Warga_Negara_Melek_Informasi.
Internet:
Alexander, D. 2015. Aitai Karubaba dan Poreu Ohee, Pemuda Papua yang Hadir
Dalam Sumpah Pemuda. Dikutip dari url : https://www.
kompasiana.com/damianalexander/5518bf0e8133115c709de0c6/aitai-
karubaba-dan-poreu-ohee-pemuda-papua-yang-hadir-dalam-sumpah-
pemuda. Diakses pada hari Jumat, 25 Oktober 2019, Pukul : 09.54 WIB.
Asean Study Center, ASEAN Dan Penanggulangan Terorisme: Beberapa Catatan,
dikutip dari url: https://asc.fisipol.ugm.ac.id/2015/08/27/648/.
Hasan, Rizki. A. 2018. 5 Isu Krusial yang Akan Dibahas dalam Sidang Majelis
Umum PBB 2018. Dikutip dari halaman url:
https://www.liputan6.com/global/read/3650933/5-isu-krusial-yang-akan-
dibahas-dalam-sidang-majelis-umum-pbb-2018. Diakses pada hari sabtu,
26 oktober 2019, pukul: 05.28 WIB.
Sulisworo, D., Wahyuningsih, T., & Arif, B., 2012. Identitas Nasional. Hibah
Pembelajaran Non Konvensional 2012. Dikutip dari halaman url :
http://eprints.uad.ac.id/9433/1/IDENTITAS%20 NASIONAL%20Dwi.pdf.
Diakses pada hari Jumat, 25-oktober-2019, Pukul:09.29 WIB.
Kemdikbud, 2019. Pengertian Nasional, Dikutip dari halaman url : https://kbbi.
kemdikbud.go.id/entri/nasional, diakses pada hari Jumat, 25-oktober-2019,
Pukul:09.24 WIB.
https://jalandamai.org/pendidikan-dan-pencegahan-radikalisme-secara-
semesta.html
https://www.ruangguru.com/blog/apa-itu-globalisasi-sosiologi-kelas-12
43