Anda di halaman 1dari 172

MODUL 2 PPG PPKn

KOMPETENSI GURU PPKn DALAM


MENGEMBANGKAN POTENSI PESERTA
DIDIK DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Nama Penulis:

SRI YUNITA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2020

ii
KATA PENGANTAR

Tiada rangkaian kata yang terindah selain mengucapkan puji syukur


kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan lindungan-
Nya, sehingga pada kesempatan ini tim penulis modul Pendidikan Profesional
Guru (PPG) mata pelajaran PPKn telah berhasil menyelesaikan Modul 2 PPG
PPKn tahun 2020 yang berjudul : “Kompetensi Guru PPKn dalam
Mengembangkan Potensi Peserta Didik di Era Revolusi Industri 4.0” Sebagai
salah satu tugas pokok dalam penerapan Tridarma Perguruan Tinggi.
Modul 2 PPG PPKn tahun 2020 yang berjudul : Kompetensi Guru PPKn
dalam Mengembangkan Potensi Peserta Didik di Era Revolusi Industri 4.0 ini
bertujuan agar para guru PPKn peserta PPG 2020 mampu merumuskan indikator
capaian pembelajaran berfikir tingkat tinggi pada bidang studi PPKn yang harus
dimiliki peserta didik mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara utuh
(kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif) yang berorientasi masa depan
(adaptif dan fleksibel). Berdasarkan tujuan tersebut maka setiap kegiatan belajar
(KB) modul 2 ini, memiliki keterkaitan dan relevansi antara satu dengan yang
lain.
KB 1 membahas tentang bagaimana Profesionalisme Guru PPKn di Era
Revolusi Industri 4.0, KB 2 membahas tentang bagaimana memahami Psikologi
Perkembangan Peserta Didik, KB 3 membahas tentang Teori dan Perangkat
Pembelajaran PPKn, dan KB 4 membahas tentang Komunikasi Interaksi
Profesional Guru PPKn.
Penyelesaian Modul 2 PPG PPKn tahun 2020 yang berjudul : Kompetensi
Guru PPKn dalam Mengembangkan Potensi Peserta Didik di Era Revolusi
Industri 4.0, tidak luput dari dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu selama proses pengerjaan
modul ini:
1. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan beserta jajarannya.

iii
2. Penyelia Modul PPG PPKn 2020 Prof. Dr. Sapriya, M.Ed dan Dr.
Mohammad Mona Adha, M.Pd.
3. Rektor Universitas Negeri Medan beserta jajarannya.
4. Tim Modul PPG PPKn 2020
5. Keluarga dan teman sejawat di Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Universitas Negeri Medan.
Terlalu banyak yang telah penulis terima dari mereka semua, semoga
Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang lebih baik dari yang telah
mereka berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih memerlukan
masukan dan kritikan, maka dengan tangan terbuka dan hati yang lapang, penulis
sangat menerima adanya kritik dan saran konstruktif untuk meningkatkan kualitas
penulisan modul PPG PPKn ini di masa yang akan datang, dengan harapan modul
ini dapat menjadi bermanfaat bagi kita semuanya. Amiin

Medan, 2 November 2019

Penulis

ii

iv

iv
KEGIATAN BELAJAR 1:

PROFESIONALISME GURU PPKN


DALAM ERA INDUSTRI 4.0

v
DAFTAR ISI

hal.
A. Pendahuluan ................................................................................ 1
1. Deskripsi Singkat .................................................................. 1
2. Relevansi ............................................................................... 1
3. Petunjuk Belajar .................................................................... 2
B. Inti ............................................................................................... 3
1. Capaian Pembelajaran ........................................................... 3
2. Uraian Materi ........................................................................ 3
a. Profesionalisme Guru PPKn ............................................ 3
1) Ruang Lingkup Profesionalisme Guru ...................... 7
2) Prinsip Guru dalam Melaksanakan Tugas Secara
Profesional.................................................................. 12
b. Kompetensi Guru PPKn .................................................. 15
3. Contoh/Non Contoh/Ilustrasi................................................. 23
4. Tugas Terstruktur/Latihan ..................................................... 24
C. Penutup ........................................................................................ 25
1. Rangkuman ........................................................................... 25
2. Tes Formatif ........................................................................... 27
Daftar Pustaka ..................................................................................... 31
Kunci Jawaban .................................................................................... 32

vi
v
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Revolusi industri 4.0 menjadi tantangan tersendiri bagi pendidikan di
Indonesia. Dampak perubahan terhadap sistem, bentuk dan pola pendidikan
sangat terasa terutama bagi guru. Anda sebagai guru tentu memahami bagaimana
perkembangan teknologi telah mengubah proses belajar mengajar yang terjadi di
sekolah. Mau tidak mau, suka atau tidak suka guru harus belajar beradaptasi
dengan perubahan yang terjadi.
Menyahuti perubahan zaman, guru ditantang untuk mampu
mengembangkan kompetensi profesionalnya tidak hanya dalam lingkup
pembelajaran konvensional, tetapi juga di lingkungan pembelajaran berbasis
teknologi. Apakah Anda sudah siap menghadapi tantangan tersebut? Kompetensi
seperti apa yang Anda persiapkan untuk menghadapi tantangan tersebut?
Melalui Kegiatan Belajar 1 ini diharapkan akan memperkaya wawasan dan
memantapkan kepercayaan diri Anda untuk menjadi guru profesional yang siap
menghadapi tantangan pendidikan di era industri 4.0. Kegiatan Belajar 1 ini
memuat materi tentang : 1) Profesionalisme Guru PPKn, yang membahas dua
poin penting yaitu ruang lingkup profesionalisme guru dan prinsip guru dalam
melaksanakan tugas secara profesional; 2) Kompetensi Guru PPKn yang
membahas tentang tujuh kompetensi guru PPKn yang dibahas berdasarkan UU no
14 Tahun 2015.

2. Relevansi
Kegiatan Belajar 1 ini membahas tentang bagaimana menjadi seorang guru
profesional di era industri 4.0. Materi ini menjadi bagian penting untuk Anda
kuasai karena salah satu kompetensi mutlak yang harus dimiliki seorang guru
adalah memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang menjadi seorang
guru yang profesional di era industri 4.0.

1
3. Petunjuk Belajar
Sebelum Anda mempelajari Kegiatan Belajar 1 ini, ada beberapa hal yang
harus Anda lakukan untuk mempermudah pemahaman Anda tentang isi kegiatan
belajar 1 ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Lakukan kajian permulaan tentang profesionalisme guru di era industri 4.0
dengan mencari beberapa referensi yang relevan.
b. Bacalah terlebih dulu deskripsi singkat Kegiatan Belajar 1
c. Munculkan pertanyaan-pertanyaan di benak Anda (atau dapat dituliskan)
tentang materi Kegiatan Belajar 1
d. Bacalah materi secara bertahap sambil berusaha menemukan jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul sebelumnya
e. Diskusikan materi-materi yang kurang jelas dengan teman-teman kelompok
belajar Anda
f. Kerjakan latihan dan nilailah sendiri pemahaman Anda terhadap Kegiatan
Belajar 1
g. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata kuliah ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda mempelajari materi dan mengerjakan
latihan. Untuk itu, berlatihlah, dan selamat belajar.

2
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
Mampu merumuskan indikator capaian pembelajaran berfikir tingkat tinggi
pada bidang studi PPKn yang harus dimiliki peserta didik mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara utuh (kritis, kreatif, komunikatif, dan
kolaboratif) yang berorientasi masa depan (adaptif dan fleksibel).

2. Uraian Materi
a. Profesionalisme Guru PPKn
Apa yang Anda
pahami tentang profesi
guru yang sedang Anda
jalani sekarang? Menurut
Anda mengapa tidak
semua pekerjaan dapat
dianggap sebagai profesi?

Gambar 2.1 Guru sebagai Profesi


Sebelum menjawab semua
(sumber : https://www.qureta.com) pertanyaan di atas, mari
kita simak pengertian
profesi dari beberapa ahli berikut.
Menurut Kunandar (2007) profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan yang
ingin atau ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan
atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus
yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Senada dengan Kunandar,
Mulyasa (2008) menjelaskan profesi sebagai sebuah pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian
khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Selanjutnya menurut Vollmer dan Mills seperti yang dikutip oleh Danim
(2010) menjelaskan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut

3
kemampuan intelektual khusus yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan
pelatihan yang bertujuan untuk menguasai ketrampilan atau keahlian dalam
melayani atau memberikan saran pada orang lain dengan memperoleh upah atau
gaji dalam jumlah tertentu.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (4), profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Pekerjaan yang profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan mereka
yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dikerjakan oleh
mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Sudjana, 2007).
Berdasarkan beberapa pengertian profesi yang diungkap oleh para ahli dan
penjelasan dalam Undang-Undang, dapat disimpulkan bahwa profesi merupakan
pekerjaan yang ditekuni seseorang dengan tujuan mengabdi untuk kepentingan
orang banyak yang menuntut keahlian khusus yang diperoleh melalui pendidikan
akademis ataupun pelatihan. Dari kesimpulan ini sudah jelas bahwa tidak semua
pekerjaan dapat dianggap profesi, karena profesi memiliki ciri-ciri khusus
tersendiri. Apa saja ciri profesi tersebut? Mari kita simak di pembahasan
selanjutnya.
Satori (2007) menyimpulkan beberapa ciri profesi sebagai berikut:
1) Memiliki standar unjuk kerja yang baku atau dengan kata lain memiliki aturan
yang jelas tentang hal yang dikerjakannya.
Setiap profesi memiliki standar unjuk kerja dan prosedur kerja yang sudah
baku yang menjadi pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan.
Tujuan dari standar unjuk kerja agar pekerjaan efektif dan efesiens sesuai visi misi
yang sudah ditetapkan dan ingin dicapai. Standar kinerja memberikan penjelasan
mengenai tindakan yang harus dilakukan apabila berada didalam kondisi tertentu
yang mungkin terjadi dalam pekerjaannya.
2) Anggota profesinya memperoleh pendidikan tinggi yang memberikan dasar
pengetahuan yang bertanggungjawab.

4
Profesi diperoleh dengan menempuh jalur pendidikan tinggi dalam waktu
yang cukup lama. Karena untuk menjadi profesional diperlukan keahlian khusus
berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap tentang bidang yang digelutinya.
3) Memiliki lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan tenaga profesi yang
dibutuhkan.
Contohnya untuk menjadi seorang guru, maka seseorang dapat menempuh
pendidikan di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang memang
menyelenggarakan pendidikan untuk mencetak guru mulai dari jenjang TK
sampai SMA.
4) Memiliki organisasi profesi yang memperjuangkan hak-hak anggotanya, serta
bertanggung jawab untuk meningkatkan profesi yang bersangkutan.
Setiap profesi memiliki organisasi profesi. Organisasi profesi merupakan
organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka
sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial
yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.
Organisasi profesi berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi,
karier, wawasan, perlindungan profesi, kesejahteraan dan pengabdian kepada
masyarakat.
5) Adanya pengakuan yang layak dari masyarakat.
Seorang profesional menjadikan profesi bukan hanya sebagai sumber
penghidupannya tetapi juga bentuk pengabdiannya kepada masyarakat. Sudah
sepatutnya profesi mendapat pengakuan yang layak dari masyarakat.
6) Adanya sistem imbalan yang memadai sehingga anggota profesi dapat hidup
dari profesinya.
Seorang profesional mengandalkan bidang keahliannya sebagai sumber
penghasilan utamanya. Oleh sebab itu adalah sangat wajar apabila seorang yang
berkualitas profesional memperoleh imbalan yang memadai.
7) Memiliki kode etik yang mengatur setiap anggota profesi.
Menurut Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian, kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi

5
dari kode etik profesi ini adalah sebagai pedoman bagi anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang ditetapkan, sebagai kontrol sosial bagi masyarakat
umum, dan sebagai sarana untuk mencegah campur tangan pihak luar terkait
hubungan etika dalam kanggotaan suatu profesi.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, dapat dipahami mengapa pekerjaan guru
dianggap sebagai profesi. Secara gamblang dijelaskan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1
disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Guru disebut sebagai jabatan profesional karena profesi seorang guru
memerlukan kemampuan atau keahlian khusus untuk melakukannya. Keahlian
khusus tersebut diperoleh dan dikembangkan pada masa pendidikan tertentu.
Untuk menjadi seorang guru, guru wajib memiliki kualifikasi akademik yang
diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau program diploma
empat (D4), sesuai dengan bunyi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Setelah memahami ciri dari prrofesi, lantas bagaimanakan profil guru PPKn
yang profesional di era industri 4.0.? Menurut Surya (2004) ciri guru profesional
yang diperkirakan sesuai dengan tuntutan era industri 4.0 adalah sebagai berikut:
1) Memiliki semangat juang tinggi. Semangat juang merupakan landasan utama
bagi perwujudan perilaku guru dalam kaitan dengan pengembangan sumber daya
manusia, 2) Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan diri sesuai tuntutan
lingkungan dan perkembangan iptek. Guru PPKn era industri 4.0 harus mampu
menyesuaikan dirinya agar dapat melaksanakan proses pembelajaran sesuai
perkembangan zaman dengan tetap berlandaskan nilai-nilai dan norma sosial dan
budaya, 3) Mampu belajar dan bekerjasama antar profesi lain. Pendekatan
interdisipliner merupakan sesuatu yang mutlak sebagai landasan dalam unjuk
kerja guru, 4) Memiliki etos kerja yang kuat, ditandai dengan adanya disiplin
kerja, kerja keras, menghargai waktu dan berprestasi, 5) Memiliki kejelasan dan

6
kepastian pengembangan jenjang karier, 6) Berjiwa profesional, 7) Sejahtera lahir
batin, 8) Memiliki wawasan masa depan, dan 9) Mampu melaksanakan fungsi dan
perannya secara terpadu.

1) Ruang Lingkup Profesionalisme Guru


Dalam menjalankan perannya, ada tiga ruang lingkup layanan profesi guru
yaitu : 1) layanan administrasi, 2) layanan instruksional, dan 3) layanan bantuan.
Kaitan tiga layanan tersebut untuk mendukung perkembangan peserta didik secara
optimal dapat dilihat pada gambar 2.2.:

Gambar 2.1.2 Ruang Lingkup Profesionalisme Guru


(sumber : Mortesen & Schmuller (dikutip Satori, 2007)

Berdasarkan gambar 2.1.2. dapat dilihat bahwa layanan instruksional


memiliki porsi yang paling besar berkontribusi terhadap perkembangan peserta
didik secara optimal. Layanan instruksional berkaitan dengan kurikulum dan
proses pembelajaran. Selanjutnya adalah layanan administrasi yang berkaitan
dengan administrasi pendidikan. Selanjutnya yang menempati porsi paling kecil
adalah layanan bantuan yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling. Untuk
lebih memahami tentang ruang lingkup layanan profesional guru dan bagaimana

7
konteks peran guru di dalam tiga ruang lingkup layanan tersebut, silakan pelajari
pembahasan selanjutnya.

a) Layanan Administrasi
Layanan administrasi berkaitan dengan administrasi pendidikan.
Administrasi pendidikan adalah suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama
dalam bidang pendidikan yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan dan pembiayaan, dengan
menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personel, materil,
maupun spiritual, untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Jadi, administrasi pendidikan itu mencakup kegiatan-kegiatan yang luas,
yang meliputi antara lain kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan, dan sebagainya, yang menyangkut bidang-bidang materil, personil
dan spiritual dalam bidang
pendidikan pada umumnya,
dan khususnya pendidikan
yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah.
Menjadi seorang
administrator, berarti tugas
guru ialah merencanakan,
mengorganisasikan,
menggerakkan, mengawasi
Gambar 2.1.3. Guru dan RPP
dan mengevaluasi program
kegiatan dalam jangka pendek, menengah atau pun jangka panjang yang menjadi
perioritas tujuan sekolah.
Peran guru dalam layanan administrasi yang berkaitan dengan kurikulum
misalnya menyusun silabus, RPP, absen, instrumen evaluasi dan sebagainya.
Layanan administrasi yang berhubungan dengan kesiswaan misalnya berperan
serta aktif dalam kegiatan seleksi siswa baru dan mengontrol kehadiran siswa.
Layanan administrasi yang berhubungan dengan kepegawaian misalnya membuat

8
buku induk pegawai, membuat laporan rutin kepegawaian, membuat laporan data
sekolah dan pegawai, dan sebagainya. Layanan yang berkaitan dengan keuangan
misalnya membuat file keuangan, membuat Rancangan Anggaran Pendapatan
Bantuan Sekolah, membuat laporan dana bantuan operasional sekolah, dan lain
sebagainya. Peran dalam layanan administrasi yang berhubungan dengan
sarana/prasarana sekolah misalnya terlibat dalam perencanaan pengadaan alat
bantu pengajaran.
Layanan administrasi menuntut guru untuk memahami bagaimana sekolah
itu dikelola, apa peranan guru di dalamnya, bagaimana memanfaatkan prosedur
serta mekanisme pengelolaan tersebut untuk kelancaran tugas-tugasnya sebagai
guru. Di samping itu guru juga harus memahami bagaimana guru harus bertindak
sesuai dengan etika jabatannya dan bagaimana guru bersikap terhadap tugas
mengajar serta dengan personalia pendidikan atau orang-orang di luarnya yang
ikut menentukan keberhasilan tugas mengajarnya (Satori, 2007).

b) Layanan Instruksional
Layanan instruksional merupakan penyelenggaraan proses belajar mengajar,
yang menempati porsi terbesar dari profesi keguruan. Peran guru dalam layanan
instruksional berkaitan dengan tugas-tugas bantuan dan dorongan, tugas
pengawasan dan pembinaan serta tugas yang berkaitan dengan mendisplinkan
anak agar patuh terhadap aturan-aturan dan norma hidup dalam keluarga dan
masyarakat.
Layanan instruksional terbagi menjadi empat yaitu : 1) peran guru dalam
pengembangan, dalam hal ini peran guru misalnya dalam mengembangkan
perangkat pembelajaran, 2) peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan
manajemen kelas, misalnya penataan fisik kelas, mempertimbangkan keragaman
dan perkembangan peserta didik dalam memilih strategi pembelajaran, 3) peran
guru dalam evaluasi pembelajaran, misalnya melaksanakan evaluasi, mengambil
keputusan terhadap hasil evaluasi dan memberi umpan balik hasil evaluasi, dan 4)
peran guru dalam membantu perkembangan siswa, misalnya mempertimbangkan

9
aspek-aspek kognitif, psikomotorik dan afektif untuk mengembangkan isi dan
strategi pembelajaran.
Tugas layanan
instruksional ini
menuntut guru untuk
menguasai isi atau materi
bidang studi yang
diajarkan serta wawasan
yang berhubungan
dengan materi itu,
kemampuan mengemas
Gambar 2.1.4. Guru Membimbing Siswa materi itu sesuai dengan
(sumber : http://www.bernas.id)
latar belakang
perkembangan dan tujuan pendidikan, serta menyajikan sedemikian rupa sehingga
merangsang murid untuk menguasai dan mengembangkan materi itu dengan
menggunakan kreativitasnya (Satori, 2007).

c) Layanan Bantuan
Layanan bantuan berhubungan dengan tugas membantu murid dalam
mengatasi masalah belajar pada khususnya dan masalah-masalah pribadi yang
akan berpengaruh terhadap
keberhasilan belajarnya.
Proses belajar murid di kelas
sangat erat kaitannya dengan
berbagai masalah di luar
kelas yang sering kali bersifat
non-akademik. Masalah yang
dihadapi dalam lingkungan
kehidupan anak perlu dibantu
pemecahannya melalui Gambar 2.1.5. Guru Melayani Bimbingan Konseling
program bimbingan dan (sumber : http://www.sesawi.net/)

10
konseling.
Peran guru dalam bimbingan dan konseling diantaranya adalah : 1)
membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konsling kepada siswa, 2)
membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa yang memerlukan
layanan bimbingan & konseling, serta pengumpulan data tentang siswa tersebut,
3) mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor, 4) memberikan kesempatan dan
kemudahan kepada siswa yag memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan
konseling untuk mengikuti/menjalani layanan yang dimaksud itu, 5) berpartisipasi
dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa.
Selain dibagi ke dalam tiga ruang lingkup layanan, Soedijarto seperti dikutip
Satori (2007) membagi profesi guru ke dalam dua gugus yaitu : 1) gugus
pengetahuan dan penguasaan teknik dasar profesional, dan 2) gugus kemampuan
profesional.
Gugus pengetahuan dan penguasaan teknik dasar profesional meliputi
pengetahuan dan penguasaan tentang disiplin ilmu pengetahuan, karakteristik
belajar, model teori belajar, proses belajar, media dan sumber belajar, menyusun
instrumen belajar serta teknik mengamati proses belajar mengajar. Selain itu, juga
mencakup pengetahuan tentang karakteristik dan kondisi sosial, ekonomi, budaya,
politik sebagai latar belakang dan konteks berlangsungnya proses belajar,
pengetahuan tentang proses sosialisasi dan kulturalisasi, pengetahuan dan
penghayatan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, pengetahuan tentang
berbagai jenis informasi kependidikan dan manfaatnya, dinamika hubungan
interaksi antara manusia,sistem pendidikan sebagai bagian terpadu dari sistem
sosial negara-bangsa,serta penguasaan teknik memperoleh informasi yang
diperlukan untuk kepentingan proses pengambilan keputusan.
Sedangkan gugus kemampuan profesional, mencakup perencanaan program
belajar mengajar, perumusan tujun instruksional, menguraikan deskripsi bahasan,
merancang kegiatan belajar mengajar, memilih media dan sumber belajar,
menyusun instrumen evaluasi, melaksanakan dan memimpin proses belajar
mengajar, memimpin dan membimbing proses belajar mengajar, mengatur dan

11
mengubah suasana belajar mengajar, menetapkan dan mengubah urutan kegiatan
belajar, menilai kemajuan belajar, memberikan skor atas hasil evaluasi,
mentransformasikan skor menjadi nilai, menetapkan rangking dan menafsirkan
dan memanfaatkan berbagai informasi hasil penilaian dan penelitian untuk
memecahkan masalah profesional kependidikan.

2) Prinsip Guru dalam Melaksanakan Tugas Secara Profesional


Dalam menjalan tugas keprofesionalannya, profesi guru memiliki prinsip-
prinsip dalam pelaksanaannya. Prinsip dapat diartikan sebagai asas atau kebenaran
yang menjadi pokok dasar berpikir dan bertindak. Menurut Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen pasal 7 dijelaskan tentang prinsip
guru dalam melaksanakan tugas secara profesional sebagai berikut:
a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
Menjadi seorang guru adalah pilihan profesi. Sudah seharusnya profesi guru
dipilih karena bakat, minat dan panggilan jiwa. Mungkin cukup banyak seseorang
yang menjalankan profesi guru bukan berdasarkan keinginan dan panggilan jiwa
pada awalnya. Namun, untuk menjadi seorang guru profesional harus memiliki
idealisme seorang guru, harus mencintai pekerjaannya sehingga profesi sebagai
guru benar-benar dijalankan sepenuh hati dan ikhlas.
b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
Komitmen seorang guru adalah suatu keterikatan diri terhadap tugas dan
kewajiban sebagai guru yang dapat melahirkan tanggung jawab dan sikap reponsif
dan inovatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru yang
memiliki komitmen bekerja lebih keras untuk mewujudkan cita-cita pendidikan.
c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas;
Menurut Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan
Dosen disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pada Peraturan Menteri Pendidikan

12
Nasional No. 16 Tahun 2007 kualifikasi akademik yang harus dimiliki oleh guru
meliputi:
1) Kualifikasi akademik Guru PAUD/TK/RA Guru pada PAUD, TK, RA
harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 (D4) atau
sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang
diperolah dari program studi yang terakreditasi,
2) Kualifikasi akademik Guru SD/MI Guru pada SD dan MI harus memiliki
kualifikasi akademik minimum Diploma 4 (D4) atau sarjana (S1) dalam
bidang pendidikan SD/MI atau psikologi yang diperoleh dari program
studi yang ter akreditasi,
3) Kualifikasi akademik Guru SMP/MTS Guru pada SMP dan MTS harus
memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 (D4) atau sarjana (S1)
program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan serta
diperoleh dari program studi yang terakreditasi,
4) Kualifikasi akademik Guru SMA/MA Guru pada SMA dan MA harus
memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 (D4) atau sarjana (S1)
program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan serta
diperoleh dari program studi yang terakreditasi,
5) Kualifikasi akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB Guru pada SDLB,
SMPLB dan SMALB harus memiliki kualifikasi akademik minimum
Diploma 4 (D4) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan khusus atau
program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan serta
diperoleh dari program studi yang terakreditasi,
6) Kualifikasi akademik Guru SMK/MAK Guru pada SMA dan MAK harus
memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 (D4) atau sarjana (S1)
program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan serta
diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
Untuk menjadi guru yang profesional, ada empat kompetensi yang harus
dimiliki. Kompetensi tersebut seperti yang tercantum dalam Menurut Undang-
Undang RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen pasal 10 yaitu

13
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional. Penjelasan lebih lanjut tentang keempat kompetensi
tersebut akan dibahas kemudian.
e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
Setiap guru harus bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas
kesehariannya sebagai seorang guru. Seperti yang pernah dibahas sebelumnya
dalam bahasan ruang lingkup layanan guru, setiap guru bertanggungjawab untuk
menjalankan perannya di tigas ruang lingkup layanan yaitu layanan administrasi,
layanan instruksional dan layanan bantuan.
f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
Di dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan
Dosen pasal 14 ayat1 disebutkan bahwa dalam menjalankan tugas
keprofesionalannya seorang guru berhak memperoleh penghasilan di atas
kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan diatas
kebutuhan hidup minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada
gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional,
tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai
guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
Menjadi seorang guru berarti menjadi pebelajar sepanjang hayat. Seorang
guru senantiasa memperbaharui dan mengupgrade pengetahuan dan
keterampilannya untuk dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan. Kesempatan
untuk mengembangkan potensi diri tersebut, juga telah diatur didalam Undang-
Undang RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen pasal 14 ayat 1 yaitu
dalam menjalankan tugasnya seorang guru berhak memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan dan menngkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi atau
memeproleh pelatihan dan pengembangan profesi di bidangnya.

14
h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan;
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen pasal
39 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
organisasi profesi, dan.atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan
terhadap guru dalam pleaksanaan tugas. Perlindungan yang dimaksud meliputi
perlindungan hukum, perlindungan, profesi, serta perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja.
i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Setiap profesi memiliki organisasi profesi. Organisasi profesi berfungsi
untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karir, wawasan
kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan dan pengabdian kepada
masyarakat.

b. Kompetensi Guru PPKn


Keberhasilan pendidikan hanya dapat dilihat dari output atau kualitas
lulusannya. Output pendidikan salah satunya dipengaruhi oleh kualitas
profesionalitas seorang guru. Profesionalisme guru sangat terkait dengan
kemampuan mewujudkan atau mengaktualisasikan kompetensi yang
dipersyaratkan bagi setiap guru. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak.
Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, Ayat 10
disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut Sagala (2008) dijelaskan bahwa
kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Rumusan kompetensi menurut Sagala (2008) mengandung tiga aspek yaitu:
1) kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan

15
harapan yang menjadi ciri dan karakteristik seseorang dalam menjalankan
tugasnya, 2) ciri dan karakteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek
pertama tampil nyata dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk kerjanya, 3) hasil
unjuk kerjanya itu memenuhi suatu kriteria standar kualitas tertentu yang merujuk
pada kompentensi sebagai output dan/atau outcome dari unjuk kerja.
Standar kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan dapat
dikelompokkan pada 4 rumpun yaitu: 1) penguasaan bidang studi berkaitan
dengan penguasaan substansi pendidikan kewarganegaraan, keterkaitan dengan
ilmu lain, penugasan kerangka dasar struktur dan materi kurikulum, kemampuan
menyesuaikan materi pembelajaran dengan perkembangan siswa dan mengelola
laboratorium pendidikan kewarganegaraan, 2) pemahaman peserta didik berkaitan
dengan tahapan perkembangan aspek intelektual, personal spiritual dan sosial
peserta didik, 3) penguasaan prinsip- prinsip dasar proses pendidikan dan
pembelajaran dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengembangan
proses pembelajaran, 4) pengembangan kepribadian dan keprofesionalan terkait
intuisi keagaman, kebangsaan yang religius dan kepribadian, pemilikan sikap dan
kemampuan mengaktualisasikan diri serta mengembangkan profesionalisme
pendidikan (Depdiknas, 2004).
Guru PPKn yang profesional diharapkan menerapkan pembelajaran yang
inovatif dengan mempertimbangkan (1) tujuan pembelajaran, (2) kondisi siswa,
(3) sifat materi bahan ajar, (4) fasilitas media yang tersedia, dan (5) kondisi guru.
Kemampuan guru mengelola dengan baik kelima hal itu diharapkan memiliki
kontribusi yang besar terhadap baik tidaknya kualitas pembelajaran PPKn.
Berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 10 ayat (1) dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru
mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Berikut
penjelasan masing-masing kompetensi:

16
1) Kompetensi Pedagogik
Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat (3) butir 1 menyebutkan bahwa
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan teknis dalam menjalankan
tugas sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing. Kompetensi pedagogik
merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman terhadap
peserta didik dan pengelolaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara
substantif, kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,serta
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya (Situmorang & Winarno, 2008).
Rumusan kompetensi pedagogik di dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat 3
bahwa kompetensi ialah kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi; 1)
pemahaman terhadap peserta didik, 2) perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, 3) evaluasi hasil belajar, 4) pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Menurut Permendiknas No.16 Tahun 2007 kompetensi inti guru dalam
cakupan kompetensi pedagogik yaitu: menguasai karakteristik peserta didik
(aspek fisik, moral, spiritual, sosial kultural, emosional dan intelektual),
menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran, mengembangkan
kurikulum terkait mata pelajaran yang diampu, memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi, mengembangkan potensi peserta didik, berprilaku dan bertutur
kata santun dan menyenangkan, melakukan dan memanfaatkan penilaian untuk
kepentingan pembelajaran dan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.

17
Menurut Mulyasa (2008) kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
mencakup beberapa hal berikut:
a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki
keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan
pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki
kesesuaian latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain itu, guru
memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di
kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik
dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang
diakreditasi pemerintah;
b) Pemahaman terhadap peserta didik
Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga
mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat terhadap anak didiknya. Guru
dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak.
Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang
pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi
anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.
c) Pengembangan terhadap kurikulum/silabus.
Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan
nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
d) Perancangan pembelajaran
Guru memiliki perencanaan sistem pembelajaran yang memanfaatkan
sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah
dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang
kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Guru menciptakan situasi belajar yang kreatif, aktif dan menyenangkan.
Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan
kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.

18
f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran
Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi
sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan
menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan
menggunakan teknologi.
g) Evaluasi hasil belajar
Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang
dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan
pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian
yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan
solusi secara akurat.
h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah
bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasi potensi
yang dimiliki.

2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah
laku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga
terpantul dalam perilaku sehari-hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat
dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang
memiliki nilai-nilai luhur. Di Indonesia sikap pribadi yang dijiwai oleh filsafat
Pancasila yang mengagungkan budaya bangsanya yang rela berkorban bagi
kelestarian bangsa dan negaranya termasuk dalam kompetensi kepribadian guru.
Dengan demikian pemahaman terhadap kompetensi kepribadian guru harus
dimaknai sebagai suatu wujud sosok manusia yang utuh.
Menurut Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,
dijelaskan bahwa yang dimaksud kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Yang dimaksud dengan kompetensi

19
kepribadian di dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005, pada pasal 28,
ayat 3 ialah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Menurut Samani, Mukhlas (2008) secara rinci kompetensi kepribadian
mencakup hal-hal sebagai berikut; a) berakhlak mulia, b) arif dan bijaksana, c)
mantap, d) berwibawa, e) stabil, f) dewasa, g) jujur, h) menjadi teladan bagi
peserta didik dan masyarakat, i) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, j)
mau siap mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Menurut Permendiknas No.16 Tahun 2007 kompetensi inti guru dalam
cakupan kompetensi kepribadian yaitu : 1) Bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, 2) Menampilkan diri sebagai
pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan
masyarakat, 3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa, 4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, 5) Menjunjung tinggi kode etik
profesi guru.
Kepribadian guru sangat kuat pengaruhnya terhadap tugasnya sebagai
pendidik. Kewibawaan guru ada dalam kepribadiannya. Sulit bagi guru mendidik
peserta didik untuk disiplin kalau guru yang bersangkutan tidak disiplin. Peserta
didik akan menggugu dan meniru gurunya sehingga apa yang dikatakan oleh guru
seharusnya sama dengan tindakannya. Guru yang jujur dan tulus dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik berbeda dengan guru yang mengajar
karena tidak ada pekerjaan lain (Situmorang & Winarno, 2008).
Seorang guru PPKn harus memiliki kompetensi kepribadian yang mumpuni
untuk mampu mendidik siswa dengan benar. Ki Hajar Dewantara mendefinisikan
mendidik dalam arti sesungguhnya adalah proses memanusiakan manusia, yaitu
mengangkat manusia ke taraf insani. Mendidik harus memerdekakan manusia dari
aspek batiniah (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas
demokratis) (Dewantara, 2009). Ki Hajar Dewantara memberikan pedoman dalam
menciptakan kepribadian positif seorang guru. Semboyan trologi pendidikan yang
memiliki arti yang melibatkan guru dan siswa yaitu Tut Wuri Handayani, dari

20
belakang seorang guru harus memberikan dorongan dan arahan. Ing Madya
Mangun Karsa yaitu pada saat diantara siswa, guru harus menciptakan prakarsa
atau ide. Ing Ngarsa Sung Tulada, yaitu ketika guru berada di depan, harus
memberi teladan atau contoh tindakan yang baik (Mujito, 2014)

3) Kompetensi Sosial
Menurut Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat (3) butir d, dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta didik
dan masyarakat sekitar.
Guru merupakan makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa
terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu
guru dituntut memiliki kompetensi sosial memadai, terutama dalam kaitannya
dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga
pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian guru
diharapkan dapat memfungsikan dirinya sebagai makhluk sosial di masyarakat
dan lingkungannya, sehingga mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan wali
murid serta masyarakat sekitar.
Menurut Sagala (2008) kompetensi sosial mencakup beberapa hal berikut:
1) Memahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan mengelola
konflik dan benturan, 2) Melaksanakan kerjsama secara harmonis, 3) Membangun
kerja tim yang kompak, cerdas, dinamis dan lincah, 4) Melaksanakan komunikasi
secara efektif dan menyenangkan, 5) Memiliki kemampuan memahami dan
menginternalisasikan perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya,
6) Memiliki kemampuan menundukkan dirinya dalam sistem nilai yang berlaku di
masyarakat, 7) Melaksanakan prinsip tata kelola yang baik.
Menurut Permendiknas No.16 Tahun 2007 kompetensi inti guru dalam
cakupan kompetensi sosial yaitu : 1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta
tidak diskrimatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,

21
latar belakang, keluarga, dan status sosial ekonomi. 2) Berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua, dan masyarakat, 3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah
Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya, 4) Berkomunikasi
dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau
bentuk lain.

4) Kompetensi Profesional
Menurut Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat (3) butir c dijelaskan
bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan.
Menurut Permendiknas No.16 Tahun 2007 kompetensi inti guru dalam
cakupan kompetensi profesionalisme yaitu : 1) Menguasai materi, struktur,
konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, 2)
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu, 3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, 4)
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif, 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Secara umum, ruang lingkup kompetensi profesional guru adalah (Mulyasa,
2011): 1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis,
sosiologis dan sebagainya, 2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai
taraf perkembangan peserta didik, 3) Mampu menangani dan mengembangkan
bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya, 4) Mengerti dan dapat menerapkan
metode pembelajaran yang bervariasi, 5) Mampu mengembangkan dan
menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan, 6) Mampu
mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran, 7) Mampu
melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik, dan 8) Mampu menumbuhkan
kepribadian peserta didik.

22
Sedangkan secara khusus, kompetensi profesialisme guru dijabarkan
sebagai berikut (Mulyasa, 2011); 1) Memahami Standar Nasional Pendidikan, 2)
Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 3) Menguasai materi
standar, 4) Mengelola program pembelajaran, 5) Mengelola kelas, 6)
Menggunakan media dan sumber pembelajaran, 7) Menguasai landasan-landasan
kependidikan, 8) Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, 9)
Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, 10) Memahami
penelitian dan pembelajaran, 11) Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan
dalam pembelajaran, 12) Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan,
13) Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual.

3. Contoh/Noncontoh/Ilustrasi
Sebuah kisah yang dikutip dari laman https://www.utakatikotak.com yang
menceritakan tentang seorang guru kreatif bernama Bapak Supriyanto, guru di
SDN 005 Bukit Jaya, Riau, yang berusaha untuk menumbuhkan minat baca
murid-muridnya. Beliau berhasil membuat muridnya menjadi cinta membaca.
Awalnya minat baca di sekolah ini sangat rendah. Secara geografis, sekolah ini
terletak di pedalaman Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau. Fasilitas disana masih
sangat terbatas, sulit akses informasi dan sulit aksesuntuk menuju Ukui.
Kondisi perpustakaan sekolah tersebut tidak terurus, buku-bukunya sampai
berdebu karena tidak terbaca.Setelah mengikuti pelatihan meningkatkan minat
baca siswa di pedalaman tahun 2010, yang diadakan oleh Tanoto Foundation, Pak
Supri beserta lima orang guru lainnya berbenah perpustakaan dan menyeleksi
buku-buku sesuai kategori bacaannya.
Ternyata keberadaan perpustakaan belum merangsang para murid untuk
berminat mengunjungi perpustakaan.Akhirnya Pak Supri membuat cara lain yang
lebih kreatif dalam belajar, bagaimana caranya agar murid-murid mau
mengunjungi perpustakaan.Diantara metode yang diakukannya adalah :
 Murid-murid dibebaskan membaca cerita fiksi yang ada di perpustakaan
 Membuat tugas yang bahannya ada di perpustakaan

23
 Setelah membaca buku, murid-murid membuat narasi tentang tokoh-tokoh di
dalam cerita dari buku yang mereka baca
 Murid akan membacakan di dalam kelas sehingga yang lain dapat ikut
mendengarkan dan menambah wawasan baru. Metode ini juga dapat melatih
percaya diri anak.
 Murid mementaskan drama sederhana dari buku yang dibaca
 Mempraktekkan buku pelajaran yang dibaca murid. Misalnya dalam pelajaran
IPA, tidak hanya membaca teori tapi murid-murid langsung mempraktekkan
di alam.
Metode ini ternyata berhasil menumbuhkan minat baca murid-muridnya.
Sampai-sampai seluruh buku yang ada di perpustakaan sekolah telah dibaca oleh
para murid. Mereka pernah mencoba permainan tebak judul buku, namun ketika
bukunya baru tergerak sedikit saja murid-murid sudah langsung bisa menebak
judul buku tersebut.Metode ini pun berhasil meningkatkan prestasi seluruh murid
sekolah ini.Pada tahun 2009, masih ada murid yang lulus dengan nilai 4.Tetapi
sejak didirikan perpustakaan tahun 2010, tidak ada murid yang lulus dengan nilai
4. Angkanya naik semua.
Keberhasilan Pak Supri dan rekan-guru lainnya di SDN 005, Bukit Jaya,
Riau,dikatakan kreatif karena cara mengajarnya tidak kaku dan tidak
membosankan. Guru memiliki banyak ide baru untuk menyelesaikan
permasalahan yang muncul dikelas sehingga dapat menghadirkan suasana kelas
yang nyaman, hangat, menarik dan menyenangkan. Proses pembelajaran jadi
menyenangkan, murid-murid semangat untuk belajar serta tidak bosan di dalam
kelas. Bila murid hatinya senang, mereka akan lebih mudah untuk menerima dan
memahami pelajaran. Inilah yang disebut dengan proses pembelajaran efektif,
dimana tujuan dari pembelajaran itu sendiri agar murid memahami materi dan
keterampilan yang diberikan dapat tercapai.
Pak Supriyanto berusaha menjadi seorang guru yang profesional, yang
menerapkan kompetensinya dengan benar dan menjalankan tugasnya dengan
penuh tanggungjawab.

24
4. Tugas Terstruktur/Latihan
1) Tuliskan bentuk-bentuk layanan administrasi, layanan instruksional dan
layanan bantuan yang ada di sekolah Anda!
2) Ada tujuh prinsip yang harus dipegang guru dalam menjalankan tugas
profesionalnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Berikan pendapat Anda tentang prinsip manakah
yang paling menentukan dalam pemberdayaan profesi guru disertasi alasan
yang tepat!
3) Berikan gambaran sosok guru profesional yang dapat dijadikan role
model!

C. Penutup
1. Rangkuman
a. Ruang lingkup profesionalisme guru memiliki tiga ruang lingkup yaitu: 1)
layanan administrasi berkaitan dengan kemampuan guru untuk memahami
bagaimana sekolah itu dikelola, apa peranan guru di dalamnya, bagaimana
memanfaatkan prosedur serta mekanisme pengelolaan tersebut untuk
kelancaran tugas-tugasnya sebagai guru; 2) layanan Instruksional yang
berkaitan dengan penyelenggaraan proses belajar mengajar, menuntut guru
untuk menguasai isi atau materi bidang studi yang diajarkan serta wawasan
yang berhubungan dengan materi itu, kemampuan mengemas materi itu sesuai
dengan latar belakang perkembangan dan tujuan pendidikan, serta menyajikan
sedemikian rupa sehingga merangsang murid untuk menguasai dan
mengembangkan materi itu dengan menggunakan kreativitasnya; 3) layanan
bantuan berkaitan dengan tugas membantu murid dalam mengatasi masalah
belajar pada khususnya dan masalah-masalah pribadi yang akan berpengaruh
terhadap keberhasilan belajarnya.
b. Prinsip guru dalam melaksanakan tugas dijelaskan dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen pasal 7 yang terdiri dari :1)
memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; 2) memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak

25
mulia; 3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas; 4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas; 5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan; 6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja; 7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; 8)
memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan 9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.
c. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru berdasarkan Undang-Undang
No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat (1) mencakup
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

26
2. Tes Formatif
1) Ruang lingkup profesi keguruan meliputi tiga layanan yang harus dilakukan
oleh guru, dari ketiga layanan tersebut yang berhubungan dengan kemampuan
guru mengembangkan isi dan strategi pembelajaran adalah adalah...
a. Instruksional
b. Administrasi
c. Bantuan
d. Bimbingan dan konseling
e. Pembelajaran
2) Pengertian kompetensi kepribadian guru sebagai guru pendidik mengacu
pada...
a. Perbuatannya yang luhur
b. Pengabdian yang tanpa pamrih
c. Perilaku yang sanggup mendapatkan amanah dan diteladani
d. Tugasnya sebagai penyampai niai-nilai luhur masyarakat
e. Tugasnya sebagai motivator dan inspirator
3) Yang tidak termasuk kompetensi kepribadian guru yaitu:
a. Standar kemampuan untuk menggambarkan kualifikasi seseorang baik
secara kualitatif maupun kuantitatif dalam melandasi pelaksanaan
tugasnya
b. Kecakapan kerja yang direalisasikan dalam perbuatan yang bermakna
c. Perilaku pribadi guru yang memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar
dalam perilaku sehari-hari
d. Performa yang mengarah pada pencapaian tujuan menuju kondisi yang
diinginkan
e. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri

27
4) Ruang lingkup kerja guru yang berkaitan dengan aspek kemampuan
profesional mencakup beberapa aspek klarifikasi....
1. Substansi ilmu
2. Landasan pendidikan
3. Proses kependidikan dan keguruan serta pembelajaran
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 1 saja
e. 1,2, dan 3
5) Menjadi seorang guru adalah pilihan profesi. Banu lebih suka menjadi guru
dibanding menjadi dokter atau insinyur. Banu memilih menjadi guru karena
minat dan panggilan jiwa sehingga Banu mencintai pekerjaannya dan
menjalanan profesinya dengan sungguh-sungguh. Banu dikatakan telah
memiliki...
a. Keterampilan seorang guru
b. Prinsip seorang guru
c. Karakter seorang guru
d. Kepribadian seorang guru
e. Profesi seorang guru
6) Guru diharapkan mampu menfungsikan dirinya sebagai makhluk sosial
dimasyarakat dan lingkungannya, sehinggga mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua dan
masyarakat sekitar. Hal tersebut merupakan bagian dari kompetensi sosial
guru. Sikap dibawah ini yang harus dihindari seorang guru sebagai cerminan
kompetensi sosialnya adalah....
a. Bersifat inklusif
b. Bertindak subjektif
c. Tidak diskriminatif terhadap ras
d. Berkomunikasi secara empatik dan santun
e. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas

28
7) Kemampuan mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
menyintesiskan dan mengevaluasi sejumlah pengetahuan yang diajarkan
merupakan aspek-aspek dari kompetensi...
a. Penguasaan bahan bidang studi
b. Pengelolaan program belajar mengajar
c. Pengelolaan kelas
d. Penggunaan media
e. Perencanaan pembelajaran
8) Seorang guru yang memiliki pengetahuan luas tentang landasan kependidikan
dan pemahaman terhadap subjek didik merupakan cerminan dari penguasaan
kompetensi...
a. Profesional
b. Pedagogik
c. Pelayanan
d. Kepribadian
e. Sosial
9) Menurut Permendiknas No.16 Tahun 2007 kompetensi inti guru dalam
cakupan kompetensi pedagogik diantaranya :
1. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
2. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
3. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran
4. Berkomunikasi secara efekif, empatik dan santun dengan peserta didik
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 3, dan 4
c. 2, 3 dan 4
d. 1 dan 3
e. 2 dan 4

29
10) Contoh pribadi guru yang melaksanakan tugasnya secara profesional,
diantaranya....
a. Setiap hari datang ke sekolah selalu sebelum bel pagi
b. Melaksanakan peran guru sepanjang waktu
c. Membuat jurnal harian
d. Membimbing anak les
e. Memeriksa semua tugas yang dikerjakan siswa

30
Daftar Pustaka

Dewantara, Ki Hadjar. 2009. Menuju Manusia Merdeka. Menuju Manusia


Merdeka. Yogyakarta: Leutika
Kunandar. 2007. Guru Profesional, Implementasi Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Mujito, Wawan Eko. 2014. Konsep Belajar Menurut Ki Hadjar Dewantaradan
Relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam. Jurnal. Pendidikan
Agama Islam, Vol.XI, No.1
Mulyasa, 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya
-----------,2011. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan
Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Permendiknas No.16 Tahun 2007
Sagala, Syaiful, 2008. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.
Bandung : Alfabeta
Satori, Djaman. 2007. Profesi keguruan. Jakarta : Universitas Terbuka
Situmorang, J.B. & Winarno. 2008. Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Pendidik.
Saka Mitra Kompetensi
Sudjana, Nana. 2007. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen
https://www.qureta.com
http://www.bernas.id
http://www.sesawi.net

31
Kunci jawaban :

1) A
2) A
3) A
4) B
5) B
6) B
7) B
8) B
9) A
10) C

32
KEGIATAN BELAJAR 2:

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK

i
DAFTAR ISI

hal
A. Pendahuluan ................................................................................ 1
1. Deskripsi Singkat .................................................................. 1
2. Relevansi ............................................................................... 1
3. Petunjuk Belajar .................................................................... 2
B. Inti ............................................................................................... 3
1. Capaian Pembelajaran ........................................................... 3
2. Uraian Materi ........................................................................ 3
a. Psikologi Perkembangan Anak....................................... 3
1) Teori Psikologi Pendidikan Perkembangan Anak...... 5
2) Tahap-Tahap Psikologi Perkembangan....................... 29
3. Contoh/Non Contoh/Ilustrasi................................................. 34
4. TugasTerstruktur/Latihan ..................................................... 34
C. Penutup ........................................................................................ 35
1. Rangkuman ........................................................................... 35
2. Tes Formatif ........................................................................... 37
Daftar Pustaka ..................................................................................... 40
Kuci Jawaban ..................................................................................... 41

ii
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Memahami psikologi perkembangan peserta didik adalah sebuah keharusan
bagi seorang guru. Salah satu kompetensi yang wajib dimiliki seorang guru adalah
kompetensi pedagogik, di mana di dalamnya guru dituntut memiliki pengetahuan
dan pemahaman tentang bagaimana karakteristik peserta didik. Hal ini menjadi
penting, karena dengan mengetahui perkembangan peserta didik, seorang guru
mengetahui hal apa saja yang bisa membantu pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik, begitu pun sebaliknya, guru dapat menghindari hal-hal yang dapat
menghambat perkembangannya.
Dengan mempelajari perkembangan peserta didik Anda sebagai guru dapat
memahami perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan kognitif, moral, dan
sosial peserta didik yang sedang berkembang sesuai dengan tingkatan usianya
serta mengimplikasikan pemahaman tersebut ke dalam pembelajaran di sekolah.
Melalui Kegiatan Belajar 2 ini Anda akan diajak untuk belajar dan
memahami tentang karakteristik perkembangan peserta didik dan
mengimplikasikannya di dalam pembelajaran di sekolah. Setelah mempelajari
kegiatan belajar 2 Anda diharapkan menguasai tentang psikologi perkembangan
anak dan aplikasinya dalam pembelajaran PPKn. Kegiatan Belajar 2 ini memuat
materi tentang : 1) Teori Psikologi Perkembangan Anak, dan 2) Tahap-Tahap
Psikologi.

2. Relevansi
Kegiatan Belajar 2 ini membahas tentang psikologi perkembangan peserta
didik, tahapan perkembangan peserta didik dan tugas-tugas dalam setiap fase
perkembangan. Materi ini menjadi bagian penting untuk Anda kuasai karena salah
satu kompetensi mutlak yang harus dimiliki seorang guru adalah memiliki
kompetensi pedagogik yang mencakup di dalamnya adalah pemahaman tentang
perkembangan peserta didik.

1
3. Petunjuk Belajar
Sebelum Anda mempelajari Kegiatan Belajar 2 ini, ada beberapa hal yang
harus Anda lakukan untuk mempermudah pemahaman Anda tentang isi kegiatan
belajar 2 ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Lakukan kajian permulaan tentang psikologi perkembangan peserta didik
dengan mencari beberapa referensi yang relevan.
b. Bacalah terlebih dulu deskripsi singkat Kegiatan Belajar 2
c. Munculkan pertanyaan-pertanyaan di benak Anda (atau dapat dituliskan)
tentang materi Kegiatan Belajar 2
d. Bacalah materi secara bertahap sambil berusaha menemukan jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul sebelumnya
e. Diskusikan materi-materi yang kurang jelas dengan teman-teman kelompok
belajar Anda
f. Kerjakan latihan dan nilailah sendiri pemahaman Anda terhadap Kegiatan
Belajar 2
g. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata kuliah ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda mempelajari materi dan mengerjakan
latihan. Untuk itu, berlatihlah, dan selamat belajar.

2
Inti
1. Capaian Pembelajaran
Mampu merumuskan indikator capaian pembelajaran berfikir tingkat tinggi
pada bidang studi PPKn yang harus dimiliki peserta didik mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara utuh (kritis, kreatif, komunikatif, dan
kolaboratif) yang berorientasi masa depan (adaptif dan fleksibel).

2. Uraian Materi
a. Psikologi Perkembangan Anak
Sebagai seorang guru, Anda pasti sudah sering mendengar istilah psikologi.
Terutama yang berkaitan dengan psikologi perkembangan. Secara bahasa
psikologi berasal dari bahasa Yunani kuno “ψυχή” (Psyche) yang berarti jiwa dan
“-λογία” (logia) yang artinya ilmu. Sehingga secara etimologis psikologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Menurut Walgito (2010) psikologi adalah ilmu tentang perilaku atau
aktivitas-aktivitas individu. Perilaku atau aktivitas-aktivitas tersebut dalam
pengertian luas yaitu perilaku yang tampak atau perilaku yang tidak tampak,
demikian juga dengan aktivitas-aktivitas tersebut di samping aktivitas motorik
juga termasuk aktivitas emosional. Sedangkan menurut Syah (2006) psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup
pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya
dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat
psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain
sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan,
berperasaan dan lain sebagainya (Syah, 2006).
Selanjutnya apa yang dimaksud dengan perkembangan? Istilah
perkembangan merujuk pada bagaimana orang tumbuh, menyesuaikan diri, dan
berubah sepanjang perjalanan hidupnya melalui perkembangan fisik,
perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosi, perkembangan kognisi,
dan perkembangan bahasa (Slavin, 2011). Selanjutnya menurut Yusuf (2001),
perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme

3
menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara
sistematis, progresif dan berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.
Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang membahas
tentang gejala-gejala jiwa seseorang, baik yang menyangkut perkembangan
ataupun kemunduran perilaku seseorang sejak masa konsep sehingga dewasa
(Ahmadi & Shaleh, 2005). Psikologi perkembangan lebih mempersoalkan faktor-
faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan yang terjadi di dalam diri
seseorang berkaitan dengan kepribadian yang sifatnya khas.
Tujuan utama dari psikologi perkembangan adalah untuk mengumpulkan
informasi penting terkait perkembangan manusia. Hal ini juga mencakup tentang
perubahan perilaku manusia, mulai dari lahir hingga meninggal dunia. Hurlock
(2005) menjelaskan tiga tujuan penting psikologi perkembangan yaitu : 1) sebagai
petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari
mereka pada usia tertentu, 2) sebagai petunjuk untuk setiap individu tentang apa
yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau
sampai pada tingkatan perkembangan berikutnya, 3) sebagai bekal dalam
penyesuaian diri pada situasi baru.
Psikologi perkembangan memiliki dua objek kajian yaitu objek material dan
objek formal. Objek material berhubungan dengan apa yang dibahas, dipelajari,
diselidiki atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran. Sedangkan objek formal
adalah cara pandang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang
digunakannya. Objek formal membedakan ilmu satu dengan ilmu lainnya. Objek
formal dapat dilihat dari definisi ilmu tersebut, sehingga satu cabang ilmu hanya
memiliki satu objek formal (Sobur, 2003).
Mengapa penting bagi seorang guru mempelajari psikologi perkembangan
anak? Sebagai seorang guru, Anda tentu memahami bahwa tugas utama guru
berkaitan erat dengan peserta didik. Peserta didik adalah objek utama di kelas.
Semua aktivitas di kelas dibentuk dan dikelola demi menunjang tercapainya
tujuan belajar peserta didik. Tentu menjadi penting bagi guru mengenal dan
memahami bagaimana karakteristik dan perilaku peserta didik yang diajarnya.
Guru harus memahami hal apa saja yang dapat mendukung dan menghambat

4
proses belajar peserta didik yang diajarnya sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Perkembangan anak penting untuk diperhatikan guru sebab,
proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka di masa
mendatang.

1) Teori Psikologi Pendidikan Perkembangan Anak


Sangat banyak teori psikologi perkembangan yang dikemukakan oleh ahli-
ahli psikologi. Beberapa teori perkembangan yang umum dibahas dalam literatur
psikologi perkembangan diantaranya teori psikodinamik, kognitif, konstektual,
behavior dan belajar sosial (Desmita, 2013).
Teori psikodinamik adalah teori yang menjelaskan hakikat dan
perkembangan kepribadian. Unsur-unsur utama dalam teori ini adalah motivasi,
emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini memandang lingkungan
memberi pengaruh yang penting terhadap perkembangan. Teori psikodinamik
dalam psikologi perkembangan banyak dipengaruhi oleh teori-teori seperti teori
psikoseksual Freud dan teori psikososial Erikson.
Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif
merupakan sesuatu yang fundamental dan mempengaruhi tingkah laku anak.
Dengan kemampuan kognitif maka anak dipandang sebagai individu yang secara
aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia melalui tindakan
yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Beberapa ahli yang
mengembangkan teori kognitif yaitu teori kognitif Piaget dan teori pemrosesan
informasi.
Teori kontekstual menunjukkan kondisi yang mengelilingi suatu proses
mental, dan kemudian mempengaruhi makna atau signifikansinya (Chaplin,
2011). Teori konstektual memandang perkembangan sebagai proses yang
terbentuk dari hubungan timbal-balik antara anak dan konteks perkembangan
sistem fisik, sosial, kultural dan historis dimana interaksi tersebut terjadi.
Teori behavior dan belajar sosial menegaskan bahwa dalam mempelajari
individu, yang seharusnya dilakukan oleh para ahli psikologi adalah menguji dan
mengamati perilakunya dan bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh

5
(Desmita, 2013). Dalam teori ini terdapat beberapa ahli yang berkontribusi yaitu
teori kondisioning klasik Pavlov, teori kondisioning operan Skinner dan teori
belajar sosial Bandura.
Dalam kegiatan belajar 2 ini, hanya akan dibahas beberapa teori
perkembangan yang populer yaitu teori perkembangan kognitif Piaget, teori
perkembangan moral Kohlberg, teori psikososial Erikson dan teori kogniti Bruner.

a) Teori Perkembangan Kognitif Piaget


Piaget adalah seorang ahli psikologi perkembangan yang mempelajari
bagaimana pengetahuan dan kompetensi diperoleh sebagai konsekuensi
pertumbuhan dan interaksi dengan lingkungan fisik dan sosial (Dahar, 2006).
Piaget terkenal dengan teori perkembangan mental manusia atau teori
perkembangan kognitif. Teori Piaget sesuai dengan konstruktivisme yang
memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana peserta didik
secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman nyata menggunakan
pengalaman dan interaksi yang dimiliki (Trianto, 2011).
Pada tahun 1920, Piaget bekerja bersama Dr. Simon di laboratorium Binet
di Paris dengan tugas mengembangkan tes penalaran yang kemudian diujikan.
Dari hasil uji yang diperolehnya, ia menyimpulkan bahwa perbedaan jawaban
yang ada disebabkan oleh perbedaan intelegensi peserta.
Berdasarkan pengalaman membuat tes tersebut, Piaget mendapatkan tiga
pemikiran penting. Pertama, Piaget melihat bahwa anak yang berbeda umurnya
menggunakan cara berpikir yang berbeda. Inilah yang mempengaruhi pandangan
Piaget mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak. Kedua, metode klinik
digunakannya untuk menggali pemikiran anak secara lebih mendalam. Metode
inilah yang dikembangkan Piaget dalam studinya tentang perkembangan kognitif
anak. Ketiga, Piaget berpikir bahwa pemikiran logika abstrak mungkin relevan
untuk memahami pemikiran anak. Menurutnya, operasi-operasi logika yang ada
dalam pemikiran deduksi berkaitan dengan struktur mental tertentu dalam diri
anak. Ia mencoba untuk menemukan bagaimana pemikiran sangat berkaitan
dengan logika. Ciri pemikiran deduksi logis (abstrak dan hipotesis) ini menjadi

6
salah satu ukuran tertinggi Piaget dalam menentukan tahap-tahap perkembangan
kognitif anak.
Menurut teori perkembangan Piaget, setiap individu akan melewati
serangkaian perubahan kualitatif yang sifatnya selalu tetap, tidak melompat atau
mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur
berfikir.
Piaget mengemukakan bahwa sejak usia balita, seseorang telah memiliki
kemampuan tertentu untuk menghadapi objek-objek yang ada di sekitarnya.
Kemampuan ini masih sangat sederhana, yakni dalam bentuk kemampuan sensor
motorik. Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan
skema asimilasi, akomodasi, organisasi dan equilibrasi (Santrock, 2007). Dengan
kemampuan inilah anak akan mengeksplorasi lingkungannya dan menjadikannya
dasar pengetahuan akan diperolehnya di kemudian hari, serta akan berubah
menjadi kemampuan-kemampuan yang lebih maju dan rumit. Kemampuan-
kemampuan ini disebut Piaget dengan skema.
Sebagai contoh, seorang anak tahu bagaimana cara memegang mainannya
dan membawa mainan itu ke mulutnya. Dia dengan mudah membawakan skema
ini. Lalu ketika dia bertemu dengan benda lain, katakanlah dompet ibunya, dia
dengan mudah dapat menerapkan skema “ambil dan bawa ke mulut” terhadap
benda lain tersebut. Peristiwa ini oleh Piaget disebut dengan asimilasi, yakni
pengasimilasian objek baru kepada skema lain. Ketika anak tadi bertemu lagi
dengan benda lain, misalnya sebuah kelereng, dia tetap akan menerapkan skema
“ambil dan bawa ke mulut”. Tentu skema ini tidak akan berlangsung dengan baik,
karena bendanya sudah jauh berbeda. Oleh karena itu, skema pun harus
menyesuaikan diri dengan objek yang baru. Peristiwa ini disebut dengan
akomodasi, yakni pengakomodasian skema lama terhadap objek baru.
Menurut teori Piaget, setiap individu akan mengalami empat tingkat
perkembangan kognitif. Masing-masing tingkatan tersebut berhubungan dengan
usia. Tahap-tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget tersebut
secara ringkas dapat dilihat dalam Tabel 2.2.1.

7
Tabel 2.2.1. Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget
No Tahapan Usia Kemampuan Utama
1. Tahap 0-2 tahun Terbentuknya konsep “kepermanenan
Sensorimotor objek” dan kemampuan gradual dalam
perilaku reflektif ke perilaku yang
mengarah pada tujuan
2. Tahap Pra- 2-7 tahun Perkembangan kemampuan
Operasional menggunakan simbol-simbol untuk
menyatakan objek-objek. Pemikiran
masih egosentris dan sentrasi (dalam
berpikir tidak didasarkan pada
keputusan yang logis melainkan
didasarkan pada keputusan yang dapat
dilihat seketika)
3. Tahap 7-11 tahun Kemampuan untuk berpikir secara logis
Operasional menjadi lebih baik. Pengerjaan logis
Konkrit dapat dilakukan dengan berorientasi
pada objek-objek atau peristiwa yang
langsung dialami oleh anak. Pemikiran
tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan
pemecahan masalah tidak begitu
dibatasi oleh keegosentrisan
4. Tahap 11-dewasa Pemikiran abstrak dan murni simbolis
Operasional bisa dilakukan tanpa kehadiran benda
Formal konkrit. Masalah-masalah dapat
dipecahkan melalui penggunaan
eksperimentasi sistematis
Sumber : Trianto, 2011
Penjelasan yang lebih rinci terhadap keempat tingkatan perkembangan
tersebut dapat disimak lebih lanjut sebagai berikut:
1) Tahap Sensorimotor
Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan
inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah,
mendengar, membau dan lain-lain. Menurut Piaget, mekanisme perkembangan
sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap
perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses

8
asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya masukan,
rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru.
Piaget membagi tahap sensorimotor ke dalam enam periode. Periode
pertama yaitu periode reflek yaitu periode umur 0-1 bulan. Dalam periode ini
tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak
terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar
yang ditanggapi secara refleks.
Periode kedua yaitu periode kebiasaan yaitu pada usia 1-4 bulan. Pada
periode ini, bayi mulai membentuk kebiasan-kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat
dengan mencoba-coba dan mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks
yang dibuat diasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi
semacam kebiasaan. Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-
benda di dekatnya. Koordinasi tindakan bayi mulai berkembang dengan
penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti benda yang bergerak dengan
matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala ke sumber suara yang didengarnya.
Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan suatu tahap penting untuk
menumbuhkan konsep benda.
Periode ketiga yaitu periode reproduksi kejadian yang menarik yaitu usia 4-
8 bulan. Pada periode ini bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun
yang ada di sekitarnya. Tingkah laku bayi semakin berorientasi pada objek dan
kejadian di luar tubuhnya sendiri. Pada periode ini, seorang bayi juga
menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya.
Periode ke empat yaitu koordinasi pada usia 8-12 bulan. Pada periode ini
seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah
mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang
digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-
skema yang telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk
menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan
tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang tetapnya
suatu benda. Pada usia ini bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, yang
menandakan bahwa pada tahap ini bayi mulai mempunyai konsep tentang ruang.

9
Periode ke lima adalah eksperimen yaitu pada usia 12-18 bulan. Pada
periode ini anak mulai mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan
dengan cara mencoba-coba jika menemukan persoalan yang tidak dapat
dipecahkan dengan skema yang ada. Pada periode ini, anak mengamati benda-
benda di sekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya
bertingkah laku dalam situasi yang baru. Menurut Piaget, tingkah anak ini
menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan kemampuan untuk memecahkan
persoalan yang baru. Pada periode ini pula, konsep anak akan benda mulai maju
dan lengkap.
Periode ke enam yaitu periode refresentasi yaitu usia 18-24 bulan. Pada
periode ini seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak
hanya berdasarkan rabaan fisik dan eksternal, tetapi juga dengan koordinasi
internal. Pada periode ini, anak berpindah dari periode intelegensi sensorimotor ke
intelegensi refresentatif. Secara mental, seorang anak mulai dapat
menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu
persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju,
anak sudah mampu menemukan objek-objek yang tersembunyi.
Pada tahap perkembangan sensorimotor karakteristik anak ditandai dengan
beberapa hal berikut yaitu : 1) berpikir melalui perbuatan, 2) perkembangan fisik
yang diamati adalah gerak refleks, 3) belajar mengkoordinasi akal dan geraknya,
4) cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.

2) Tahap Pra-operasional
Tahap ini berlangsung mulai usia 2 tahun sampai 7 tahun. Tahap ini adalah
tahap pemikiran simbolis, tetapi tidak operasional. Tahap ini lebih bersifat
egosentris dan intuitis. Anak sulit menerima pendapat orang lain. Anak percaya
bahwa apa yang mereka pikirkan sama dengan yang dipikirkan oleh orang lain.
Anak pada tahap ini juga percaya bahwa benda tidak bernyawa mempunyai sifat
bernyawa. Pemikiran pra-operasional terdiri dari dua sub-tahap, yaitu tahap fungsi
simbolis dan tahap pemikiran intuitif.

10
Sub-tahap fungsi simbolis terjadi di usia 2-4 tahun. Dalam sub tahap ini,
anak kecil secara mental mulai mempresentasikan objek yang tidak hadir.
Perkembangan bahasa mulai berkembang dan suka bermain adalah contoh dari
peningkatan pemikiran fungsi simbolis. Anak kecil mulai mencoret-coret gambar
orang, rumah, mobil, awan dan benda-benda lain. Dalam imajinasi mereka, pohon
berwarna merah, langit berwarna kuning dan rumah melayang di awan. Di usia
sekolah dasar, lukisan anak menjadi makin realistis dan rapi. Pohon berwarna
hijau, langit berwarna biru dan rumah berada di tanah. Pemikiran pra-opersional
masih mengandung dua keterbatasan, yaitu egosentrisme dan animisme.
Dalam tahap pra-opersional juga menunjukkan karakteristik pemikiran yang
disebut centration yakni pemusatan perhatian pada satu karakteristik dengan
mengabaikan karakteristik lainnya. Centration tampak jelas ditandai dengan
kurangnya konservasi dalam tahap ini. Konservasi yang dimaksud di sini adalah
ide bahwa beberapa karakteristik dari objek itu tetap sama meski objek itu
berubah penampilannya. Misalnya, orang dewasa tahu bahwa volume air akan
tetap sama meskipun dia dimasukkan ke dalam wadah yang bentuknya berlainan.
Tetapi bagi anak kecil tidak demikian halnya. Mereka biasanya heran pada
perubahan bentuk cairan di dalam wadah yang berbeda-beda.
Pada tahap ini karakteristik anak ditandai dengan: 1) anak dapat mengaitkan
pengalaman di lingkungannya dengan pengalaman pribadinya. Anak menjadi
egois dan tidak rela jika harus berbagi barang miliknya dengan orang lain, 2) anak
belum memiliki kemampuan memecahkan masalah yang membutuhkan pemikiran
reversible, 3) anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi
sekaligus, 4) anak bernalar secara transduktif, anak belum bisa membedakan fakta
dan fantasi, sehingga kadang-kadang anak seperti berbohong, 5) anak belum
memiliki konsep kekekalan, 6) anak mampu memberi alasan mengenai apa yang
mereka percayai.

3) Tahap Operasional Konkret

11
Tahap operasional konkret, di mulai umur 7-11 tahun. Pemikiran
operasional konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika
menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret. Kemampuan
untuk mengklasifikasikan sesuatu sudah ada, tetapi belum bisa memecahkan
problem-problem abstrak. Operasi konkret adalah tindakan mental yang bisa
dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata. Operasi konkret membuat
anak bisa mengoordinasikan beberapa karakteristik, jadi bukan hanya fokus pada
satu kualitas objek.
Pada level operasional konkret, anak-anak secara mental bisa melakukan
sesuatu yang sebelumnya hanya mereka bisa lakukan secara fisik, dan mereka
dapat membalikkan operasi konkret ini. Yang penting dalam kemampuan tahap
operasional konkret adalah pengklasifikasian atau membagi sesuatu menjadi sub
yang berbeda-beda dan memahami hubungannya.
Tahap ini memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) adaptasi dengan
gambaran menyeluruh, 2) melihat dari berbagai segi, 3) seriasi, 4) klasifikasi, 5)
bilangan, 6) ruang, waktu dan kecepatan, 6) probabilitas, 7) penalaran, 8)
egosentrisme dan sosialisme.
Tahap operasional konkret ini dimulai dengan tahap progressive decentring
di usia 7 tahun. Sebagian besar anak telah memiliki kemampuan untuk
mempertahankan ingatan tentang ukuran, panjang atau jumlah benda cair. Maksud
ingatan yang dipertahankan disini adalah gagasan bahwa satu kuantitas akan tetap
sama walaupun penampakan luarnya terlihat berubah. Jika anda memperlihatkan 4
kelereng dalam sebuah kotak lalu menyerakkannya di lantai, maka perhatian anak
yang masih berada pada tahap pra-operasional akan terpusat pada terseraknya
kelereng tersebut dan akan percaya jumlahnya bertambah banyak. Sebaliknya,
anak-anak yang telah berada pada tahap operasional konkret akan segera tahu
bahwa jumlah kelereng itu tetap 4.
Di usia 7 atau 8 tahun, seorang anak akan mengembangkan kemampuan
mempertahankan ingatan terhadap substansi. Jika anda mengambil tanah liat yang
berbentuk bola kemudian memencetnya jadi pipih atau anda pecah-pecah menjadi
sepuluh bola yang lebih kecil, dia pasti tahu bahwa itu semua masih tanah liat

12
yang sama. Bahkan kalau anda mengubah kembali menjadi bola seperti semula,
dia tetap tahu bahwa itu adalah tanah liat yang sama. Proses ini disebut proses
keterbalikan.
Dalam tahap ini, seorang anak juga belajar melakukan pemilahan
(classification) dan pengurutan (seriation). Untuk mengetahui apakah murid dapat
mengurutkan, seorang guru bisa meletakkan 8 batang lidi dengan panjang yang
berbeda-beda secara acak di atas meja. Guru kemudian meminta murid untuk
mengurutkan batang lidi tersebut berdasarkan panjangnya. Pemikiran operasional
konkret dapat secara bersamaan memahami bahwa setiap batang harus lebih
panjang ketimbang batang sebelumnya atau batang sesudahnya harus lebih
pendek dari sebelumnya. Aspek lain dari penalaran tentang hubungan antar kelas
adalah transtivity yaitu kemampuan untuk mengombinasikan hubungan secara
logis untuk memahami kesimpulan tertentu.

4) Tahap Operasional Formal


Tahap operasional formal, usia 11-15 tahun. Pada tahap ini individu sudah
mulai memikirkan pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak,
idealis dan logis. Kualitas abstrak dari pemikiran operasional formal tampak jelas
dalam pemecahan problem verbal. Pemikir operasional konkret perlu melihat
elemen konkret A, B, dan C untuk menarik kesimpulan logis bahwa jika A=B dan
B=C, maka A=C. Sebaliknya pemikir operasional formal dapat memecahkan
persoalan itu walau problem ini hanya disajikan secara verbal.
Selain memiliki kemampuan abstraksi, pemikir operasional formal juga
memiliki kemampuan untuk melakukan idealisasi dan membayangkan
kemungkinan-kemungkinan. Pada tahap ini, anak mulai melakukan pemikiran
spekulasi tentang kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri
orang lain. Konsep operasional formal juga menyatakan bahwa anak dapat
mengembangkan hipotesis deduktif tentang cara untuk memecahkan problem dan
mencapai kesimpulan secara sistematis.
Karakteristik operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif
saintifik dan abstrak reflektif. Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik

13
kesimpulan dari khusus ke umum. Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat
mendeteksi adaanya pemikiran yang logis, meskipun para remaja sendiri pada
kenyataannya tidak tahu atau belum menyadari bahwa cara berpikir mereka itu
logis. Dengan kata lain, model logis itu lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget
dalam menafsirkan ungkapan remaja, terlepas dari apakah para remaja sendiri
tahu atau tidak.
Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum
berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut juga dengan
metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat
hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel control, mencatat hasil,
dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan
sejumlah variabel yang berbeda pada waktu yang sama. Menurut Piaget,
pemikiran analogi dapat juga diklasifikasikan sebagai abstraksi reflektif karena
pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari pengalaman.
Bagaimana implikasi teori Piaget dalam pembelajaran? Salah satunya
adalah saat guru memperkenalkan informasi yang melibatkan peserta didik dalam
menggunakan konsep-konsep, memberikan waktu pada peserta didik menemukan
ide-ide dengan pola berpikir formal (Trianto, 2011). Bermula dari menentukan
topik yang dapat dipelajari oleh siswa, memilih atau mengembangkan aktivitas
kelas dengan topik tersebut, memberikan pertanyaan yang menunjang proses
pemecahan masalah, serta menilai pelaksanaan setiap kegiatan, memperhatikan
keberhasilan, dan melakukan revisi (Dimyati & Mudjiono, 2002).
Selain itu, implikasi teori Piaget dalam pembelajaran seperti memfokuskan
pada proses berpikir atau proses mental tidak sekedar hanya berorientasi pada
hasil. Di dalam proses belajar peserta didik dituntut untuk menemukan sendiri
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Dan yang paling
penting adalah bahwa guru memahami dan menghargai setiap individu peserta
didik yang memiliki perbedaan individual dalam perkembangan kognitifnya.
Teori Piaget menekankan bahwa anak belajar lebih baik jika mereka aktif
dan dapat menemukan pengetahuan dan pemahaannya sendiri. Oleh karena itu
guru perlu memfasilitasi proses belajar siswa. Guru merancang situasi belajar

14
yang mengharuskan siswa aktif. Setiap tahapan perkembangan perlu perlakuan
yang berbeda dari guru. Pada anak pada usia dini lebih tepat jika pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan alat peraga atau media belajar. Pada usia ini anak
belajar sambil bermain. Pada anak pada usia SD selain menggunakan media
belajar, pembelajaran lebih diarahkan pada dialog, diskusi kelompok, dan tanya-
jawab. Anak pada usia SMP kegiatan pembelajaran sebaiknya diarahkan pada
membiasakan siswa untuk bekerja sama (cooperative learning) serta
menyelesaikan masalah (problem solving); sedangkan pada usia SMA
pembelajaran akan lebih tepat kalau diarahkan pada pembelajaran penemuan
(discovery learning).

b) Teori Perkembangan Moral Kohlberg


Moral berasal dari bahasa latin “Mores”, yang berarti budi bahasa, adat
istiadat, dan cara kebiasaan rakyat. Kohlberg menegaskan bahwa moral
merupakan bagian dari penalaran. Maka iapun menamakannya dengan penalaran
moral (Hurlock, 2005).
Lawrence Kohlberg lahir di Bronxville, New York pada tahun 1927.
Kohlberg menyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang psikologi pada tahun
1949 dan mulai tertarik dengan teori Piaget khususnya pada penilaian moral. Dia
mulai mewawancarai anak-anak dan remaja tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan moral. Semua hasil penelitiannya itu dijadikan bahan
disertasi doktoralnya pada tahun 1958.
Kohlberg (dalam Slavin, 2011) mendefinisikan penalaran moral sebagai
penilaian nilai, penilaian sosial, dan juga penilaian terhadap kewajiban yang
mengikat individu dalam melakukan suatu tindakan. Penalaran moral dapat
dijadikan sebuah prediktor terhadap dilakukannya tindakan tertentu pada situasi
yang melibatkan moral. Kohlberg mengemukakan bahwa penalaran moral adalah
suatu pemikiran tentang masalah moral. Pemikiran tersebut merupakan prinsip
yang dipakai dalam menilai dan melakukan suatu tindakan dalam situasi moral.
Tahap perkembangan moral Kohlberg dapat dilihat pada tabel 2.2.2. berikut:

15
Tabel 2.2.2. Tahapan Perkembangan Moral Kohlberg
No Tingkatan Tahapan
1. Tingkat I Moralitas Prakonvensional
Tahap 1 Kepatuhan dan Orientasi Hukuman
Tahap 2 Individualisme dan Pertukaran
2. Tingkat II Moralitas Konvensional
Tahap 3 Hubungan-hubungan antar pribadi yang baik
Tahap 4 Memelihara tatanan sosial
3. Tingkat III Moralitas Pascakonvesional
Tahap 5 Kontrak sosial dan hak-hak individual
Tahap 6 Prinsip-prinsip universal

Penjelasan terhadap tahapan perkembangan moral menurut Kohlberg


dijelaskan sebagai berikut:

1) Moralitas Prakonvensional
Moralitas Prakonvensional adalah tingkat terendah dari penalaran moral.
Pada tahap ini baik dan buruk diinterpretasikan melalui reward (imbalan) dan
punishment (hukuman).Tingkatan ini dibagi menjadi dua tahapan yaitu :
a. Kepatuhan dan Orientasi Hukuman
Tahap ini ditandai dengan pemikiran bahwa aturan dibuat oleh otoritas yang
tidak dapat ditentang. Anak mempunyai kewajiban untuk mematuhi aturan-aturan
tersebut tanpa kecuali. Jika melanggar akan mendapatkan konsekuensi yang
sebanding dengan jumlah pelanggaran yang dibuatnya. Pada tahap ini, penalaran
moral terkait dengan punishment. Sebagai contoh anak berfikir bahwa mereka
harus patuh karena mereka takut hukuman terhadap perilaku membangkang.
b. Individualisme dan Pertukaran
Pada tahap ini anak-anak sudah mulai menyadari bahwa otoritas-otoritas
yang membuat aturan memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Selain itu juga
mereka sudah dapat melihat adanya “kepentingan individu” yang mendasari suatu
tindakan. Mematuhi atau melanggar aturan dilihat dari kepentingan apa yang
mendasari tindakan tersebut. Konsekuensi akibat pelanggaran aturan diterima jika
ada kepentingan individu yang mendesak di balik tindakannya tersebut.

16
Pada tahap ini, penalaran individu yang memikirkan kepentingan diri sendiri
adalah benar dan hal ini juga berlaku untuk orang lain. Karena itu, menurut
mereka apa yang benar adalah sesuatu yang melibatkan pertukaran yang setara.
Mereka berpikir apabila mereka baik terhadap orang lain maka orang lain akan
baik terhadap mereka juga.

2) Moralitas Konvensional
Pada tingkatan ini, individu memberlakukan standar tertentu, tetapi standar
ini ditetapkan oleh orang lain, misalnya orang tua atau pemerintah. Tingkatan ini
dibagi menjadi dua tahapan yaitu:
a. Hubungan-hubungan antar pribadi yang baik
Pada tahap usia ini anak-anak mulai menghubungkan moralitas dengan
tindakan baik yang sesuai harapan orang tua atau lingkungan. Tingkah laku baik
berhubungan dengan hubungan antar individu seperti kasih sayang, empati,
kepercayaan dan kepedulian kepada orang lain. Suatu tindakan adalah benar jika
tujuannya adalah kebaikan.
Pada tahap ini individu menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan
terhadap orang lain sebagai dasar dari penilaian moral. Anak dan remaja
seringkali mengadopsi standar moral orang tua dalam tahap ini agar dianggap
sebagai anak yang baik.
b. Memelihara tatanan sosial
Anak-anak pada tahap ini memiliki pandangan yang lebih luas. Perhatian
mereka tidak hanya pada keluarga atau lingkungan mereka saja, tetapi meluas
menjadi masyarakat secara keseluruhan. Tindakan individu harus sesuai dengan
aturan yang berlaku di masyarakat, menghormati otoritas yang ada, dan
berkewajiban menjaga kestabilan tatanan sosial. Suatu tindakan, walaupun
dasarnya untuk menolong orang, tetapi caranya bertentangan dengan aturan yang
ada di masyarakat dinyatakan tidak benar dan merusak tatanan sosial yang berlaku
di masyarakat secara keseluruhan.Pada tahap ini moralitas didasari oleh
pemahaman tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan, dan kewajiban.

17
3) Moralitas Pascakonvensional
Tingkatan ini dibagi menjadi dua tahapan yaitu :
a. Kontrak sosial dan hak-hak individual
Pada tahap ini, seseorang memahami bahwa dalam masyarakat yang
majemuk terdapat kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam pandangan dan
nilai. Dalam perbedaantersebut harus ada dua nilai dasar yang disepakati bersama
yaitu pertama, kebutuhan akan hak-hak dasar tertentu seperti kebebasan, hak
hidup, dan hak mendapatkan perlindungan dan yang kedua perubahan hukum atau
aturan yang tidak adil, secara demokratis, demi perbaikan sosial di dalam
masyarakat.
Pada tahap ini, individu menalar bahwa nilai, hak dan prinsip lebih utama
atau lebih luas daripada hukum. Seseorang mengevaluasi validitas hukum yang
ada, dan sistem sosial dapat diuji berdasarkan sejauh mana hal ini menjamin dan
melindungi hak asasi dan nilai dasar manusia.
b. Prinsip-prinsip universal
Tahap ini adalah tahap tertinggi dari tahapan perkembangan moral yang
diteliti oleh Kohlberg. Prinsip keadilan harus bersifat universal, dapat diterapkan
pada semua pihak tanpa ada kelompok yang diistimewakan. Prinsip keadilan ini
membawa kepada keputusan-keputusan yang didasarkanpada perhargaan setara
bagi semua pihak.
Pada tahap ini, seseorang telah mengembangkan standar moral berdasarkan
hak asasi manusia universal. Ketika dihadapkan dengan pertentangan antara
hukum dan hati nurani, seseorang menalar bahwa yang harus diikuti adalah hati
nurani, meskipun keputusan itu dapat memberikan resiko.
Pada tahun 1975 Kohlberg menyatakan bahwa tahap terakhir ini merupakan
“tahap teoritis” karena sangat sedikit responden yang mempunyai penalaran yang
konsisten di tahap keenam ini. Akhirnya Kohlberg menghapuskan tahap Prinsip-
prinsip universal dari teorinya.
Bagaimana implikasi teori Kohlberg dalam pembelajaran? Pada setiap
tahapan perkembangan penalaran moral Kohlberg memiliki implikasi yang
berbeda terhadap pembelajaran di kelas. Pada tahapan prakonvensional yaitu pada

18
usia anak sekitar 4 – 10 tahun yaitu usia anak SD. Anak menganggap perilaku
baik dan buruk berdasarkan pujian dan hukuman yang diterima. Pada tahap ini
sangat penting bagi guru untuk menjadi teladan baik bagi anak, sekaligus
menunjukkan bagaimana seharusnya berprilaku yang baik dan menghindari
perilaku buruk. Guru tidak boleh hanya sekedar memberi pujian atau menghukum
prilaku anak, tetapi memberikan penjelasan, mengapa sesuatu boleh/tidak boleh
dilakukan.
Pada tahapan konvensional yaitu masa anak usia 10-13 tahun yaitu saat anak
sudah menganggap bahwa moral adalah kesepakatan tradisi sosial. Pada tahap ini
anak berperilaku baik agar memperoleh persetujuan orang dewasa bukan untuk
menghindari hukuman. Pada tahap ini, anak sudah mulai belajar memahami
perlunya aturan. Anak mulai menghargai kebenaran, kepedulian dan kesetiaan.
Pada tahap ini, guru harus belajar konsisten untuk menerapkan aturan. Aturan
kelas yang dibuat untuk ditaati bersama dan berlaku adil bagi setiap orang. Guru
berusaha membangun kepercayaan siswa dan membentuk kedisplinan siswa
dengan membuat aturan-aturan kelas yang disepakati dan dijalankan bersama.
Pada tahap pascakonvensional yaitu pada usia 13 tahun ke atas , anak tidak
lagi memandang moral sebagai kesepakatan tradisi tetapi anak mulai memahami
bahwa aturan berlaku tanpa syarat dan moral itu sendiri adalah nilai yang harus
dipakai dalam segala situasi. Pada tahap ini anak sudah memiliki pandangan yang
lebih luwes terhadap aturan dan hukum. Perubahan hukum dengan aturan dapat
diterima jika ditentukan untuk mencapai hal-hal yang paling baik. Pada tahap ini
peran guru adalah sebagai pembimbing bagi anak untuk mengembangkan dan
mewujudkan perilaku-perilaku baik pada diri anak. Memunculkan studi-studi
kasus dalam pembelajaran sambil menggali nilai dan moral yang terkandung di
dalamnya dan belajar melihat permasalahan dari berbagai sisi untuk
memunculkan solusi yang disepakati bersama.

c) Teori Perkembangan Psikososial Erikson


Psikososial adalah hubungan antara kesehatan mental atau emosional
seseorang dengan kondisi sosialnya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang

19
dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi
satu sama lain. Istilah psikososial berarti menyinggung relasi sosial yang
mencakup faktor-faktor psikologis (Chaplin, 2011).
Salah satu ahli yang mendasari teorinya dari sudut sosial ialah Erik H.
Erikson dengan menyebut pendekatannya “Psikososial” atau “Psikohistoris”. Pada
tahun 1927 sampai tahun 1933, Erikson bergabung dengan lembaga pendidikan
Psikoanalisis Sigmund Freud’s untuk mengajar anak. Karena ketertarikannya pada
dunia anak dan pendidikan, Erikson melanjutkan studi non-formal sampai
akhirnya menjadi profesor dan mengajar tetap di California sejak 1939. Ia
mendirikan klinik analisis anak, menekuni dunia pendidikan, serta menulis buku-
buku.
Erikson berusaha menjelaskan bahwa ada hubungan timbal balik antara
pribadi dan kebudayaan sampai orang tersebut menjadi dewasa. Di sini terlihat
bahwa lingkungan hidup seseorang dari awal sampai akhir dipengaruhi oleh
sejarah seluruh masyarakat karena perkembangan relasi antara sesama manusia,
masyarakat serta kebudayaan semua saling terkait. Itu berarti tiap individu punya
kesanggupan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang senantiasa
berkembang dari orang-orang atau institusi supaya ia bisa menjadi bagian dari
perhatian kebudayaan secara terus-menerus.
Erikson berusaha menemukan perkembangan psikososial ego melalui
berbagai organisasi sosial dalam kelompok atau kebudayaan tertentu. Ia mencoba
meletakkan hubungan antara gejala psikis, edukatif dan gejala budaya masyarakat.
Dalam penelitiannya, Erikson membuktikan bahwa masyarakat atau budaya
melalui kebiasaan mengasuh anak, struktur keluarga tertentu, kelompok sosial
maupun susunan institusional, membantu perkembangan anak dalam berbagai
macam daya ego yang diperlukan untuk menerima berbagai peran serta tanggung
jawab sosial.
Erikson memiliki kesamaan pandangan dengan Freud sebagai panutannya.
Beberapa kesamaan pandangan tersebut adalah : 1) melihat realitas serta urutan
semua tahap dalam perkembangan setiap individu sebagai hal yang tidak berubah
karena sudah ditentukan sebelumnya, 2) struktur kepribadian triganda manusia

20
yang terdiri dari tiga komponen yaitu Id, Ego dan Superego. Pengakuan terhadap
akar dan dasar seksual serta biologis sebagai kecenderungan motivasional dan
kepribadian selanjutnya, 3) Rencana dasar kepribadian manusia ditandai oleh
berbagai hal tetap.
Erikson membagi tahapan perkembangan psikososial menjadi delapan
tahapan seperti yang dapat dilihat dalam Tabel 2.2.3 berikut:

Tabel 2.2.3. Tahapan Perkembangan PsikososialErikson


No Tahapan Usia
1. Trust vs Mistrust 0 – 18 bulan
2. Autonomy vs Doubt 18 bulan – 3 tahun
3. Initiative vs Guilt 3 – 6 tahun
4. Industry vs Inferiority 6 – 12 tahun
5. Identity vs Role 12 – 18 tahun
6. Intimacy vs Isolation 18 – 40+ tahun
7. Generativity vs SelfAbsorption 40 – 65 tahun
8. Integrity vs despair 65 ke atas

1) Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya) (kelahiran – 18 bulan)


Pada tahap ini terjadi pada masa awal pertumbuhan seseorang dimulai. Pada
tahap ini seorang anak akan mulai belajar untuk beradaptasi dengan sekitarnya.
Bayi pada usia 0-1 tahun sepenuhnya bergantung pada orang lain, perkembangan
rasa percaya yang dibentuk oleh bayi tersebut berdasarkan kesungguhan &
kualitas penjaga bayi tersebut. Apabila bayi telah berhasil membangun rasa
percaya terhadap si pengasuh, dia akan merasa nyaman & terlindungi di dalam
kehidupannya. Akan tetapi, jika pengasuhanya tidak stabil & emosi terganggu
dapat menyebabkan bayi tersebut merasa tidak nyaman dan tidak percaya pada
lingkungan sekitar.
Hal pertama yang akan dipelajari oleh seorang anak adalah rasa percaya.
Percaya pada orang-orang yang berada di sekitarnya. Seorang ibu atau pengasuh
biasanya adalah orang penting pertama yang ada dalam dunia si anak. Jika ibu
memperhatikan kebutuhan si anak seperti makan maupun kasih sayang, maka
anak akan merasa aman dan percaya untuk menyerahkan atau menggantungkan
kebutuhannya kepada ibunya. Namun, bila ibu tidak memberikan apa yang

21
harusnya diberikan kepada si anak, maka secara tidak langsung itu dapat
membentuk anak menjadi seorang yang penuh kecurigaan, sebab ia merasa tidak
aman untuk hidup di dunia (Slavin, 2011).
Shaffer (2005) menyatakan bahwa pengasuh yang konsisten dalam
merespon kebutuhan anak akan menumbuhkan rasa percaya anak kepada orang
lain, sedangkan pengasuh yang tidak responsif atau tidak konsisten akan
membentuk anak menjadi seorang yang penuh kecurigaan. Anak-anak yang telah
belajar untuk tidak mempercayai pengasuh selama masa bayinya mungkin akan
menghindari atau tetap skeptis untuk membangun hubungan berdasarkan rasa
saling percaya sepanjang hidupnya. Kegagalan mengembangkan rasa percaya
menyebabkan bayi akan merasa takut dan yakin bahwa lingkungan tidak akan
memberikan kenyamanan bagi bayi tersebut, sehingga bayi tersebut akan selalu
curiga pada orang lain.

2) Autonomy vs Doubt (kemandirian vs keraguan) (18 bulan – 3 tahun)


Tahap ini merupakan tahap anus-otot (anal/mascularstages), masa ini
disebut masa balita yang berlangsung mulai usia 1-3 tahun (early childhood).
Pada masa ini anak cenderung aktif dalam segala hal, sehingga orang tua
dianjurkan untuk tidak terlalu membatasi ruang gerak serta kemandirian anak.
Namun tidak pula terlalu memberikan kebebasan melakukan apapun yang dia mau.
Pada tahap ini anak sudah memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa
kegiatan secara mandiri seperti makan, berjalan atau memakai sandal.
Kepercayaan orang tua kepada anak pada usia ini untuk mengeksplorasi hal-hal
yang dapat dilakukannya secara mandiri dan memberikan bimbingan kepadanya
akan membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri. Sementara
orang tua yang membatasi dan berlaku keras pada anaknya, akan membentuk anak
tersebut menjadi orang yang lemah dan tidak kompeten yang dapat menyebabkan
malu dan ragu-ragu terhadap kemampuannya.
Pembatasan ruang gerak pada anak dapat menyebabkan anak akan mudah
menyerah dan tidak dapat melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Begitu pun sebaliknya, jika anak terlalu diberi kebebasan mereka akan cenderung

22
bertindak sesuai yang dia inginkan tanpa memperhatikan baik buruk tindakan
tersebut. Sehingga orang tua dalam mendidik anak pada usia ini harus seimbang
antara pemberian kebebasan dan pembatasan ruang gerak anak. Karena dengan
cara itulah anak akan bisa mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri.

3) Initiative vs Guilt (inisiatif vs rasa bersalah) (3 tahun – 6 tahun)


Pada tahap ini, kemampuan motorik dan bahasa anak mulai matang,
sehingga memungkinkan mereka untuk lebih agresif dalam mengeksplor
lingkungan mereka baik secara fisik maupun sosial. Pada usia-usia ini anak sudah
mulai memiliki inisiatif dalam melakukan suatu tindakan misalnya berlari,
bermain, melompat dan melempar. Orang tua yang suka memberikan hukuman
terhadap upaya anaknya dalam mengambil inisiatif akan membuat anak merasa
bersalah tentang dorongan alaminya untuk melakukan sesuatu selama fase ini
maupun fase selanjutnya.
Pada masa ini anak telah memasuki tahapan prasekolah. Ia sudah memiliki
beberapa kecakapan dalam mengolah kemampuan motorik dan bahasa. Dengan
kecakapan-kecakapan tersebut, dia terdorong melakukan beberapa kegiatan.
Namun, karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia
mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki
perasaan bersalah. Peran orang tua untuk membimbing dan memotivasi anak
sangat dibutuhkan ketika anak mengalami kegagalan. Hal ini dimaksudkan agar
anak dapat melewati tahap ini dengan baik.
Erikson (dalam Shaffer, 2005) mengusulkan bahwa anak usia 2-3 tahun
berjuang untuk menjadi seorang yang independen atau mandiri dengan mencoba
melakukan hal-hal yang mereka butuhkan secara mandiri seperti makan dan
berjalan. Sementara anak usia 4-5 tahun yang telah mencapai rasa otonomi,
sekarang mereka memperoleh keterampilan baru, mencapai tujuan penting, dan
merasa bangga dalam prestasi yangmereka capai. Anak-anak usia prasekolah
sebagian besar mendefinisikan diri mereka dalam hal kegiatan dan kemampuan
fisik seperti “aku bisa berlari dengan cepat, aku bisa memanjat tangga, aku bisa
menggambar bunga”. Hal ini mencerminkan rasa inisiatif mereka untuk

23
melakukan suatu kegiatan, dan rasa inisiatif ini sangat dibutuhkan oleh seorang
anak dalam menghadapi pelajaran-pelajaran baru yang akan ia pelajari di sekolah.
Sesuatu yang berlebihan maupun kekurangan itu tidaklah baik. Dalam hal
ini, bila seorang memiliki sikap inisiatif yang berlebihan atau juga terlalu kurang,
maka dapat menimbulkan suatu rasa ketidakpedulian (ruthlessness). Anak yang
terlalu berinisiatif, maka ia tidak akan memperdulikan bimbingan orang tua yang
diberikan kepadanya. Sebaliknya, anak yang terlalu merasa bersalah, maka ia akan
bersikap tidak peduli, dalam arti tidak melakukan usaha untuk berbuat sesuatu,
agar ia terhindar dari berbuat kesalahan. Oleh sebab itu, hendaknya orang tua
dapat bersikap bijak dalam menanggapi setiap perbuatan yang dilakukan oleh
anak.

4) Industry vs Inferiority (ketekunan vs rasa rendah diri) (6 tahun – 12


tahun)
Pada tahap ini, anak sudah memasuki usia sekolah, kemampuan
akademiknya mulai berkembang. Selain itu, kemampuan sosial anak untuk
berinteraksi di luar anggota keluarganya juga mulai berkembang. Anak akan
belajar berinteraksi dengan teman-temannya maupun dengan gurunya. Jika cukup
rajin, anak-anak akan memperoleh keterampilan sosial dan akademik untuk
merasa percaya diri. Kegagalan untuk memperoleh prestasi-prestasi penting
menyebabkan anak menciptakan citra diri yang negatif. Hal ini dapat membawa
perasaan rendah diri yang dapat menghambat pembelajaran di masa depan. Pada
tahap ini anak juga akan membandingkan dirinya dengan teman-temannya.
Shaffer (2005) mengatakan pada usia 9 tahun hubungan teman sebaya
menjadi sangat penting untuk anak-anak sekolah. Mereka peduli pada sikap-sikap
maupun penampilan yang akan memperkuat posisi mereka dengan teman
sebayanya. Sedangkan pada anak yang berusia 11,5 tahun, anak semakin
membandingkan diri mereka dengan orang lain dan mengakui bahwa ada dimensi
di mana mereka mungkin kurang dalam perbandingan tersebut, seperti “aku tidak
cantik, aku biasa-biasa saja dalam hal prestasi”. Oleh sebab itu, sebagai seorang
guru hendaknya dapat memberikan motivasi pada anak-anak yang belum berhasil

24
dalam mencapai prestasi mereka agar anak tidak memiliki sifat yang rendah diri.
Guru dapat mencari momen-momen penting ketika di sekolah untuk memberikan
penghargaan pada seluruh anak-anak, sehingga anak akan merasa bangga dan
percaya diri terhadap pencapaian yang mereka peroleh.

5) Identity vs Role Confusion (identitas vs kekacauan identitas) (12 tahun -18


tahun)
Pada tahap ini anak sudah memasuki usia remaja dan mulai mencari jati
dirinya. Masa ini adalah masa peralihan antara dunia anak-anak dan dewasa.
Secara biologis anak pada tahap ini sudah mulai memasuki tahap dewasa, namun
secara psikis usia remaja masih belum bisa diberi tanggung jawab yang berat
layaknya orang dewasa. Pertanyaan “Siapa Aku?” menjadi penting pada tahapan
ini. Pada tahap ini, seorang remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui
jati diri mereka yang sebenarnya. Biasanya mereka akan melaluinya dengan
teman-teman yang mempunyai kesamaan komitmen dalam sebuah kelompok.
Hubungan mereka dalam kelompok tersebut sangat erat, sehingga mereka
memiliki solidaritas yang tinggi terhadap sesama anggota kelompok.
Erikson (dalam Shaffer, 2005) percaya bahwa individu tanpa identitas yang
jelas akhirnya akan menjadi tertekan dan kurang percaya diri ketika mereka tidak
memiliki tujuan, atau bahkan mereka mungkin sungguh-sungguh menerima bila
dicap sebagai orang yang memiliki identitas negatif, seperti menjadi kambing
hitam, nakal, atau pecundang. Alasan mereka melakukan ini karena mereka lebih
baik menjadi seseorang yang dicap sebagai orang yang memiliki identitas negatif
daripada tidak memiliki identitas sama sekali.
Harter (dalam Shaffer, 2005) mengatakan bahwa remaja yang terlalu
kecewa atas penggambaran diri mereka yang tidak konsisten akan bertindak
keluar dari karakter dalam upaya untuk meningkatkan citra mereka atau mendapat
pengakuan dari orang tua atau teman sebaya. Anak pada usia ini rawan untuk
melakukan beberapa hal negatif dalam rangka pencarian jati diri mereka.
Bimbingan dan pengarahan baik dari orang tua maupun guru juga diperlukan bagi
anak pada tahap ini, agar mereka dapat menemukan jati diri mereka sebenarnya

25
6) Intimacy vs Isolation (keintiman vs isolasi) (± 18 tahun – 40 tahun)
Pada tahap ini, seseorang sudah mengetahui jati diri mereka dan akan
menjadi apa mereka nantinya. Jika pada masa sebelumnya, individu memiliki
ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok
sudah mulai longgar. Pada fase ini seseorang sudah memiliki komitmen untuk
menjalin suatu hubungan dengan orang lain. Dia sudah mulai selektif untuk
membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham.
Namun, jika dia mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan
jarak dalam berinteraksi dengan orang.
Keberhasilan dalam melewati fase ini tentu saja tidak terlepas dari fase-fase
sebelumnya. Jika pada fase sebelumnya seseorang belum dapat mengatasi rasa
curiga, rendah diri maupun kebingungan identitas, maka hal tersebut akan
berdampak pada kegagalan dalam membina sebuah hubungan, dan
menjadikannya sebagai seseorang yang terisolasi. Pada tahap ini, bantuan dari
pasangan ataupun teman dekat akan membantu seseorang dalam melewati tahap
ini.
7) Generativity vs Self Absorption (generativitas vs stagnasi) (± 40 tahun – 65
tahun)
Erikson (dalam Slavin, 2011) mengatakan bahwa generativitas adalah hal
terpenting dalam membangun dan membimbing generasi berikutnya. Biasanya,
orang yang telah mencapai fase generativitas melaluinya dengan membesarkan
anak-anak mereka sendiri. Namun, krisis tahap ini juga dapat berhasil dilalui
dengan melewati beberapa bentuk-bentuk lain dari produktivitas dan kreativitas,
seperti mengajar. Selama tahap ini, orang harus terus tumbuh. Jika mereka yang
tidak mampu atau tidak mau memikul tanggung jawab ini, maka mereka akan
menjadi stagnan atau egois.
Pada masa ini, salah satu tugas untuk dicapai ialah dengan mengabdikan diri
guna mendapatkan keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas)
dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah perluasan cinta ke
masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang.

26
Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain.
Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan
terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah
tidak perduli terhadap siapapun.

8) Integrity vs despair (integritas vs keputusasaan) (± 65 ke atas)


Seseorang yang berada pada fase ini akan melihat kembali (flashback)
kehidupan yang telah mereka jalani dan berusaha untuk menyelesaikan
permasalahan yang sebelumnya belum terselesaikan.Penerimaan terhadap prestasi,
kegagalan, dan keterbatasan adalah hal utama yang membawa dalam sebuah
kesadaran bahwa hidup seseorang adalah tanggung jawabnya sendiri.
Orang yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan
keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. Individu ini akan mencapai
kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian. Keputusasaan dapat terjadi
pada orang-orang yang menyesali cara mereka dalam menjalani hidup atau
bagaimana kehidupan mereka telah berubah.

d) Teori Perkembangan Kognitif Bruner


Jerome Seymour Bruner dilahirkan pada tanggal 1 Oktober 1915 di New
York. Dia dilahirkan buta dan tidak melihat sampai setelah dioperasi katarak
ketika ia masih bayi. Dia bersekolah di sekolah negeri, lulusan dari sekolah
menengah pada tahun 1933, dan memasuki Duke University di jurusan psikologi.
Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang
menurut Bruner (Dahar, 2006) ditunjukkan oleh berkurangnya ketergantungan
respons dari sifat stimulus. Dalam pertumbuhan intelektual ini, adakalanya kita
melihat bahwa seorang anak mempertahankan suatu respons dalam lingkungan
stimulus yang berubah-ubah, atau belajar mengubah responsnya dalam
lingkungan stimulus yang tidak berubah. Sehingga melalui pertumbuhan
seseorang dapat memperoleh kebebasan dari pengontrolan stimulus melalui proses
– proses perantara yang mengubah stimulus sebelum respons.

27
Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang
menginternalisasikan peristiwa–peristiwa menjadi suatu sistem penyimpanan
(storagesystem) yang sesuai dengan lingkungan. Sistem inilah yang
memungkinkan peningkatan kemampuan anak untuk bertidak di atas informasi
yang diperoleh pada suatu kesempatan. Pertumbuhan intelektual berkaitan dengan
peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau
kepada orang lain, dengan pertolongan kata-kata dan simbol-simbol, apa yang
telah dilakukannya atau akan dilakukannya.
Bruner membagi perkembangan kognitif anak atas tiga tahapan yaitu:
1. Enaktif (enactive)
Tahap ini merupakan tahap representasi pengetahuan dalam melakukan
tindakan. Pada tahap ini anak dalam tahap belajarnya menggunakan atau
memanipulasi obyek – obyek secara langsung. Pada tahap ini, anak memahami
lingkungannya. Misalnya, belajar naik sepeda berarti lebih mengutamakan
kecakapan motorik. Pada tahap ini, anak memahami objek sepeda berdasarkan apa
yang dilakukannya, misalnya dengan memegang, menggerakkan, memukul,
menyentuh, dan sebagainya.
2. Ikonik (iconic)
Pada tahap ini anak melihat dunia melalui gambar-gambar atau visualisasi.
Dalam belajarnya, anak tidak memanipulasi obyek-obyek secara langsung, tetapi
sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari obyek.
3. Simbolik (Symbolic)
Tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung
dan tidak lagi menggunakan obyek-obyek atau gambaran obyek. Pada tahap ini
anak memiliki gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan
logika. Menurut Bruner, untuk mengajarkan sesuatu tidak perlu ditunggu sampai
anak mencapai suatu tahap perkembangan tertentu. Apabila bahan yang diberikan
diatur dengan baik, maka anak dapat belajar meskipun usianya belum memadai.
Jadi perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara mengatur
bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Penerapan teori Bruner ini dikenal sebagai “Kurikulum spiral“.

28
Dalam model intruksional, Bruner memperkenalkan model yang dikenal
dengan nama belajar penemuan (Discovery learning). Dalam belajar penemuan ini
siswa akan berperan lebih aktif. Siswa berusaha sendiri memecahkan masalah dan
memperoleh pengetahuan tertentu. Dengan cara ini akan memperoleh
pengetahuan yang benar-benar bermakna.

2) Tahap-Tahap Psikologi Perkembangan


Perkembangan manusia berlangsung secara berurutan atau
berkesinambungan melalui periode atau masa. Menurut Santrock (2007) periode
perkembangan itu terdiri atas tiga periode yaitu anak (childhood), remaja
(adolescence), dan dewasa (adulthood).
Dari ketiga periode tersebut diklasifikasikan lagi menjadi beberapa periode,
yaitu: 1) Periode anak : sebelum kelahiran (pranatal), masa bayi (infacy), masa
awal anak-anak (early childhood), masa pertengahan dan akhir anak (midle and
late childhood); 2) Periode remaja (adolescence); dan 3) Periode dewasa : masa
awal dewasa (early adulthood), masa pertengahan dewasa (middle adulthood),
dan masa akhir dewasa (late adulthood).
Penjelasan tentang ketiga tahapan periode dipaparkan sebagai berikut:
a) Periode Sebelum Kelahiran
Periode ini merupakan masa kehidupan individu dimulai dari masa
pembuahan hingga kelahiran, sekitar 9 bulan dalam kandungan. Periode ini
merupakan saat pertumbuhan yang sangat luar biasa, dari satu sel tunggal (yang
beratnya kira-kira 1/20 juta ons) menjadi organisme yang sempurna dengan
kemampuan otak dan tingkah lakunya.
Menurut Hurlock perhatian terhadap perkembangan pra kelahiran dimulai
pada tahun 1940, yang sebelumnya tidak menjadi kajian para ahli. Ada enam ciri
penting masa pra kelahiran yaitu: 1) Pada saat ini sifat-sifat bauran, yang
berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya diturunkan sekali untuk
selamanya, 2) Kondisi baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkembangan sifat
bawaan, sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembangannya,
bahkan sampai mengganggu pola perkembangan yang akan datang, 3) Jenis

29
kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada saat pembuahan,
dan kondisi-kondisi pada tubuh ibu tidak akan memperngaruhinya, sama halnya
dengan sifat bawaan, 4) Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih
banyak terjadi selama periode prenatal dibandingkan dengan periode-periode lain
dalam seluruh kehidupan individu, 5) Periode pra kelahiran merupakan masa yang
banyak mengandung bahaya, baik fisik maupun psikologis, 6) Periode pra
kelahiran merupakan saat dimana orang-orang yang berkepentingan membentuk
sikap-sikap pada diri individu baru.

b) Periode Bayi
Periode bayi merupakan masa perkembangan yang merentang dari kelahiran
hingga 18 atau 24 bulan, masa ini ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut : 1)
Masa dasar pembentukan pola perilaku, sikap dan ekspresi emosi, 2) Masa
pertumbuhan dan perubahan berjalan cepat, baik fisik maupun psikologis, 3) Masa
kurangnya ketergantungan, 4) Masa meningkatnya individualitas, yaitu saat bayi
mengembangkan hal-hal yang sesuai dengan minat kemampuannya, 5) Masa
permulaan sosialisasi, 6) Masa permulaan berkembangnya penggolongan peran
seks, seperti terkait dengan pakaian yang dipakaikannya, 7) Masa yang menarik,
baik bentuk fisik maupun perilakunya, 8) Masa permulaan kreativitas, 9) Masa
berbahaya, baik fisik (seperti kecelakaan) atau psikologis (karena perlakuan yang
buruk).

c) Periode Awal Anak


Periode awal anak adalah periode perkembangan yang menentang dari akhir
masa bayi hingga usia 5 atau 6 tahun. Periode ini kadang-kadang disebut juga
tahun-tahun prasekolah. Selama masa ini, anak belajar untuk menjadi lebih
mandiri dan memperhatikan dirinya. Mereka mengembangkan kesiapan sekolah
(seperti mengikuti perintah, dan mengenal huruf) dan menghabiskan banyak
waktunya untuk bermain dengan teman sebayanya.

30
Secara umum, masa ini memiliki karakteristik atau sifat-sifat seperti yang
dikemukakan Solehudin & Hatimah (dalam Ali, 2007) : 1) Unik, 2) Egosentris, 3)
Aktif dan energik, 4) Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak
hal5) Eksploratif dan berjiwa petualang, 6) Spontan, 7) Senang dan kaya fantasi,
8) Masih mudah frustasi, 9) Masih kurang pertimbangan dalam melakukan
sesuatu, 10) Daya perhatian yang pendek, 11) Semangat untuk belajar dan belajar
dari pengalaman, 12) Semakin menunjukan minat terhadap teman.

d) Periode Pertengahan dan Akhir Anak


Periode ini adalah masa perkembangan yang terentang dari usia sekitar 6
hingga 10 atau 11 tahun. Masa ini sering juga disebut tahun-tahun sekolah dasar.
Anak pada masa ini sudah menguasai keterampilan dasar membaca, menulis,
danhitung. Yang menjadi tema sentral periode ini adalah prestasi (archievement)
dan perkembangan pengendalian diri (self-control).

e) Periode Remaja
Periode remaja ini adalah masa transisi antara masa anak dengan masa
dewasa, terentang dari usia sekitar 12tahun sampai usia 20 tahun, yang ditandai
dengan perubahan yang fundamental yaitu: 1) Fisik atau biologis yang
berhubungan dengan perkembangan fisik,2) Kognitif yaitu kemampuan untuk
memikirkan konsep-konsep yang abstrak, (seperti persaudaraan, demokrasi, dan
moral), dan mampu berpikir hipotesis (hal-hal yang mungkin terjadi berdasarkan
pengalamannya), 3) sosiemosional, yaitu perubahan dalam stastus sosial yamg
memungkinkan remaja (remaja akhir) masuk ke peran-peran atau aktivitas-
aktivitas baru, seperti bekerja, atau menikah.

f) Periode Dewasa
Periode ini terdiri atas tiga masa, yaitu awal, pertengahan, dan akhir dewasa.
Masa awal dewasa dimulai dari usia sekitar 20 tahun hingga 30tahunan. Masa ini
merupakan saatnya individu membangun kemandirian pribadi dan ekonomi, serta
peningkatan perkembangan karier.

31
Masa pertengahan dewasa dimulai sekitar usia 35 sampai 45 tahun, dan
berakhir pada usia 55 dan 65 tahun. Periode ini merupakan saat peningkatan minat
untuk menanamkan nilai-nilai ke generasi berikutnya, meningkatkan refleksi
tentang makna kehidupan dan meningkatkan perhatian terhadap tubuhnya sendiri.
Masa akhir dewasa adalah terentang dari usia 60 atau 70 tahun atau sampai
meninggal dunia. Periode ini merupakan saat penyesuaiandiri terhadap
melemahnya kekuatan dan kesehatan fisik, masa pensiun, dan masa berkurangnya
penghasilan.
Dalam setiap masa perkembangan, terdapat tugas-tugas perkembangan yang
muncul dalam rentang kehidupan individu yang apabila tugas itu dapat berhasil
dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan menuntaskan tugas
berikutnya, sementara apabila gagal akan mengakibatkan ketidakbahagian pada
diri individu yang bersangkutan, menimbukan penolakan masyarakat dan
kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan pada setiap periode dapat dilihat pada Tabel 2.2.4.
berikut:
Tabel 2.2.4. Tugas Perkembangan pada Setiap Periode Perkembangan
No Periode Perkembangan Tugas Perkembangan
1 Bayi dan Prasekolah  Belajar memakan makanan padat
 Belajar berjalan
 Belajar berbicara
 Belajar mengendalikan pembuangan
kotoran tubuh
 Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
 Belajar kestabilan fisik
 Belajar membedakan baik/buruk
benar/salah mengembangkan kata hati
 Mencapai kestabilan fisik
2 Anak Usia Sekolah  Belajar memperoleh keterampilan fisik
untuk melakukan permainan
 Belajar membentuk sikap yang sehat
terhadap dirinya sebagai makhluk biologis
 Belajar bergaul dengan teman sebaya
 Belajar memainkan peranan sesuai dengan
jenis kelaminnya
 Belajar keterampilan dasar membaca
menulis dan berhitung

32
No Periode Perkembangan Tugas Perkembangan
 Belajar mengembangkan konsep sehari –
hari
 Mengembangkan kata hati
 Belajar memperoleh kebebasan yang
bersifat pribadi / mandiri
 Mengembangkan sikap positif terhadap
kelompok sosial
3 Remaja  Mencapai kematangan dalam beriman dan
bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa
 Mencapai kematangan berprilaku etis
 Mencapai kematangan emosi
 Mencapai kematangan intelektual
 Memiliki kesadaran tanggung jawab sosial
 Mencapai kematangan perkembangan
pribadi
 Mencapai kematangan hubungan dengan
teman sebaya
 Memiliki kemandirian perilaku ekonomis
 Mencapai kematangan dalam pilihan karir
 Mencapai kematangan dalam kesiapan diri
untuk menikah dan berkeluarga
4 Dewasa Awal  Memilih pasangan hidup
 Belajar hidup dengan pasangan nikah
 Mulai hidup berkeluarga
 Memelihara anak
 Mengelola rumah tangga
 Mulai bekerja
 Bertanggung jawab sebagai warga Negara
 Menemukan kelompok sosial yang sehati
5 Dewasa Pertengahan  Mencapai tanggung jawab sosial sebagai
warga Negara
 Membantu remaja belajar jadi orang
dewasa yang bertanggung jawab
 Mengembangkan kegiatanmengisi waktu
senggang
 Menghubungkan diri sendiri dengan
pasangan hidup sebagai suatu individu
 Menerima dan menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan fisiologis
 Mencapai dan mempertahankan prestasi
yang memuaskan dalam karir pekerjaan
 Menyesuaikan diri dengan orang tua yang
semakin tua

33
No Periode Perkembangan Tugas Perkembangan
6 Dewasa Akhir  Menyesuaikan diri dengan menurunnya
kekuatan fisik dan kesehatan
 Menyesuaikan diri dengan masa pensiun
dan menurunnya penghasilan keluarga
 Menyesuaikan diri dengan kematian
pasangan hidup
 Membentuk hubungan dengan orang-orang
yang seusia
 Membentuk pengaturan kehidupan fisik
yang memuaskan
 Menyesuaikan diri dengan peran sosial
secara luwes

3. Contoh/Noncontoh/Ilustrasi
“Genie (feral child)”
Genie adalah nama samaran bagi seorang “anak liar” yang lahir di
Amerika yang menjadi korban pelecehan, diabaikan dan diisolasi dari dunia
luar oleh ayahnya sendiri selama 13 tahun. Sejak balita, Genie dikurung di
kamar gelap dengan tangan dan kaki terikat.
Genie lahir dari seorang ibu yang pernah mengalami kecelakaan yang
menyebabkan kerusakan otak dan salah satu matanya mengalami kebutaan.
Ayah Genie sejak awal memang membenci anak-anak dan tidak
menginginkan anak-anak. Namun diusia pernikahan mereka yang kelima,
istrinya mengandung. Meskipun dia memukuli istrinya, bahkan pernah
berusaha mencekik istrinya sampai mati, anak pertama mereka lahir. Karena
merasa terganggu dengan tangisan bayinya, sang ayah meletakkan bayinya di
garasi sehingga mengalami pneumonia dan meninggal pada usia sepuluh
minggu. Anak kedua mereka lahir dengan memiliki kelainan dan meninggal
pada usia dua hari. Anak ketiga mereka seorang laki-laki lahir dan dibesarkan
dengan tidak layak, ibunya dilarang untuk berkomunikasi dengannya sehingga
perkembangan fisiknya dan bahasanya terlambat. Diusia empat tahun, nenek
dari pihak ibu khawatir akan perkembangan cucunya dan membawa cucunya
untuk mengambil alih perawatannya hingga beberapa bulan dan
mengembalikannya kepada orang tuanya.
Genie adalah anak keempat yang lahir ketika sang ayah mulai
mengisolasi ibu dan kakaknya dari dunia luar. Ibu dan kakaknya dilarang
berkomunikasi dengannya. Genie dibesarkan dengan komunikasi yang sangat
minim, ayahnya akan mulai memukul-mukul pintu, menggonggong dan
menggeram jika mendengar Genie membuat suara dari dalam kamar. Ayahnya
terus menanamkan rasa takut yang intens kepada Genie. Ibunya yang buta dan
kakaknya tidak dapat berbuat apa-apa karena juga diancam dengan
menggunakan pistol.

34
Ayah Genie yakin Genie akan mati diusianya yang ke 12 dan berjanji
kepada ibunya akan melepaskannya jika Genie bisa melewati usia tersebut.
Namun diusianya yang ke 13 tahun, sang ayah tetap mengisolasi Genie dan
mengingkari janjinya. Sang ibu yang sudah tidak tahan bertengkar hebat
dengan sang ayah dan mengancam akan keluar jika tidak diizinkan menemui
kedua orangtuanya. Ayah Genie pun akhirnya mengalah. Sang ibu membawa
Genie ke rumah neneknya. Sang kakak sudah lebih dulu melarikan diri dari
rumah dan tinggal dengan teman-temannya.
Satu minggu kemudian, Ibu Genie ingin mengajukan tunjangan untuk
tunanetra dan membawa Genie bersamanya. Namun karena kebutaannya, sang
ibu tidak sengaja masuk ke kantor layanan sosial. Pekerja sosial di tempat itu
langsung merasakan ada yang salah ketika melihat Genie dan terkejut ketika
mengetahui usia sebenarnya. Setelah menanyai ibu Genie, akhirnya mereka
memutuskan menghubungi polisi. Orang tua Genie ditangkap, sedangkan
karena kondisi fisik Genie dibawa ke rumah sakit anak. Berita Genie akhirnya
tersebar luas melalui media. Ayah Genie bunuh diri dengan menembak dirinya,
dihari panggilan pengadilannya dijadwalkan. Kasus kriminal ibunya juga
dibatalkan, karena bukti menunjukkan ia berusaha melarikan diri dari
suaminya yang kejam. Namun, tetap saja ia tidak diberikan hak asuh atas
anaknya, karena rekam jejak yang mengerikan dalam rumah tangga itu.
Selanjutnya Genie dikirim untuk dirawat oleh dokter dan terapis.
Kasus Genie menarik perhatian para ilmuan dan psikolog. Saat
ditemukan Genie sangat pucat, perut buncit dan kurang gizi. Berdasarkan hasil
pemeriksaan sinar x usia tulangnya 11 tahun. Meskipun penglihatannya
normal, namun ia tidak bisa fokus pada jarak lebih dari 10 kaki, sesuai dengan
dimensi ruangan tempat ia disekap ayahnya. Keterampilan motorik kasar
Genie sangat parah, dia tidak bisa berdiri tegak dan meluruskan anggota
tubuhnya. Gerakannya sangat ragu dan goyah. Genie tidak bisa mengunyah
dan menelan cairan sekalipun. Dia mengompol dan tidak bereaksi terhadap
suhu ekstrem.
Berdasarkan penelitian dokter usia mental atau kemampuan kognitif
Genie ada pada usia 13 bulan. Genie sangat tertarik dengan benda-benda di
sekitarnya dan suara-suara yang dia dengar. Sangat menghindari kontak fisik
dengan orang lain termasuk ibunya sendiri. Perilaku Genie sangat antisosial
dan sangat sulit dikendalikan. Ketika marah Genie menyerang dirinya sendiri
dengan liar tanpa ekspresi. Tidak pernah menangis dan hampir tidak pernah
berbicara.
Genie dirawat intensif di rumah sakit dan mengalami pemulihan fisik.
Di usia 18 tahun, Genie kembali bersama ibunya. Meskipun secara fisik Genie
sudah sehat namun masih tetap minim komunikasi dan interaksi dengan orang-
ornag di sekitarnya. Hingga kini, tak ada yang tahu nasib Genie semenjak
diselamatkan 48 tahun lalu dari kurungan ayahnya. Ada yang menyebut bahwa
pada tahun 2016, Genie masih hidup di panti pengasuhan, di umurnya yang
hampir menginjak 60 tahun.
https://en.wikipedia.org/wiki/Genie_(feral_child)

35
Kisah Genie memberikan gambaran yang sangat jelas, betapa pengaruh pola
asuh orang tua dan lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan
mental anak. Ketersediaan stimulus dari lingkungan yang diterima anak akan
mempengaruhi perkembangan fisik dan mentalnya. Genie adalah contoh anak
yang dibatasi secara ekstrem dengan dunia luar, hampir tidak mengenal suara
selain gonggongan dan pukulan, menjadikannya sangat antisosial dan tidak bisa
berkomunikasi karena hampir tidak mengenal kata dan ekspresi. Bahkan hingga
dewasa sikap mentalnya sulit untuk dirubah. Di sini terlihat betapa pentingnya
memperhatikan stimulus lingkungan di usia anak. Semakin banyak stimulus dan
rangsangan dari luar semakin banyak anak belajar dan semakin berkembang
kemampuan kognitifnya. Peran orang tua adalah faktor terbesar yang akan
membentuk diri anak hingga dewasa.

4. Tugas Terstruktur/Latihan
1) Jelaskan mengapa ilmu tentang perkembangan peserta didik mendukung
kompetensi pedagogik seorang guru, berikan contohnya!
2) Jelaskan implikasi tahapan perkembangan moral oleh Kohlberg terhadap
pembelajaran PPKn di kelas!

B. Penutup
1. Rangkuman
a. Psikologi perkembangan memiliki tiga tujuan utama yaitu : 1) sebagai
petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat
dari mereka pada usia usia tertentu, 2) memberi motivasi kepada setiap
individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok
sosial pada usia tertentu, 3) sebagai bekal dalam penyesuaian diri pada situasi
baru.
b. Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget dibagi menjadi empat
tahapan yaitu : 1) tahap sensori, 2) tahap praoperasional, 3) tahap operasi
konkrit, dan 4) tahap operasi formal

36
c. Tahapan perkembangan moral menurut Kohlberg dibagi menjadi tiga tahapan
yaitu : 1) Moralitas Prakonvensional yang terdiri dari a) kepatuhan dan
orientasi hukuman, b) individualisme dan pertukaran; 2) Moralitas
Konvensional yang terdiri dari a) hubungan antar pribadi yang baik, b)
memelihara tatanan sosial; 3) Moralitas Pascakonvensional yang terdiri dari a)
kontrak sosial dan hak-hak individual, b) prinsip-prinsip universal.
d. Tahapan perkembangan psikososial menurut Erikson dibagi menjadi 8 tahapan
yaitu, 1) Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya) pada kelahiran – 18
bulan, 2) Autonomy vs Doubt (kemandirian vs keraguan) pada usia 18 bulan –
3 tahun, 3) Initiative vs Guilt (inisiatif vs rasa bersalah) pada usia 3 tahun – 6
tahun, 4) Industry vs Inferiority (ketekunan vs rasa rendah diri) pada usia 6
tahun – 12 tahun, 5) Identity vs Role Confusion (identitas vs kekacauan
identitas)pada usia 12 tahun -18 tahun, 6) Intimacy vs Isolation (keintiman vs
isolasi) pada usia ± 18 tahun – 40 tahun, 7) Generativity vs Self Absorption
(generativitas vs stagnasi) pada usia ± 40 tahun – 65 tahun, 8) Integrity vs
despair (integritas vs keputusasaan) pada usia ± 65 ke atas.
e. Tahapan perkembangan kognitif menurut Bruner yaitu : 1) Enaktif, tahap
belajar dnegan memanipulasi objek secara langsung, 2) Ikonik, tahap melihat
dunia melalui visualisasi, 3) simbolik, memiliki gagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi bahasa dan logika.
f. Periode perkembangan memiliki tahapan sebagai berikut: 1) periode anak, 2)
periode remaja, dan 3) periode dewasa

37
2. Tes Formatif
1) Menurut Piaget, seorang anak sudah mulai dapat berpikir secara logis pada
tahapan....
a. Operasional konkret
b. Operasional
c. Operasional formal
d. Pra operasional
e. Sensori
2) Erikson memiliki hipotesis bahwa manusia melewati delapan tahap
psikososial sepanjang hidupnya. Pada masing-masing tahapan terdapat
masalah yang harus diatasi. Salah satunya adalah tahap generatif vs
stagnasi, yang terjadi sekitar usia...
a. 0 – 10 tahun
b. 10 – 20 tahun
c. 20 – 30 tahun
d. 30 – 40 tahun
e. 40 – 50 tahun
3) Pemenuhan kepuasan untuk makan, perasaan nyaman, cinta dan rasa aman
menghasilkan kepercayaan merupakan teori perkembangan psikososial
Erikson yaitu pada tahapan...
a. Inisiatif vs merasa bersalah
b. Otonomi vs ragu-ragu
c. Trust vs mistrust
d. Industri vs inferior
e. Intimasi vs isolasi
4) Ketidakberhasilan individu dalam mengatasi krisis intimacy vs isolation
ditunjukkan oleh......
a. Penyesalan terhadap apa yang dilakukan
b. Kebingungan dalam menentukan keputusan dan pilihan

38
c. Perasaan terisolasi dan tidak menaruh perhatian terhadap
lingkungannya
d. Perasaan tidak menyukai diri sendiri
e. Marah terhadap diri sendiri dan orang lain
5) Guru adalah teladan siswa. Perilaku baik dan buruk guru menjadi contoh
bagi siswa. Cara guru memuji, memarahi, membimbing, dan
memperlakukan murid akan ditiru oleh siswa. Contoh tersebut merupakan
implikasi dari teori…
a. Erikson
b. Kohlberg
c. Piaget
d. Bruner
e. Tolman
6) Pertumbuhan dan perkembangan merupakan istilah yang sering digunakan
secara bersamaan, namun keduanya memiliki perbedaan karena
perkembangan....
a. Menyatakan perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik atau
biologis
b. Digunakan untuk perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek
psikis atau rohani dan aspek sosial
c. Memiliki tempo atau irama sehingga perkembangan kadang cepat
kadang lambat
d. Berkembang sejak masa konsepsi hingga akhir hayar
e. Terhenti setelah tercapai kematangan
7) Salah satu karakteristik dari pubertas sampai dewasa adalah...
a. Terikat dalam aktivitas oregeneus
b. Mengalami kompeksoedipus atau kompleks ekstra
c. Keingintahuan seksual
d. emosi yang belum matang, berkembang kemampuan untuk menerima
dan memberi cinta
e. Perasaan bergantung pada orang lain

39
8) Berdasarkan perkembangan kognititf anak usia SD menurut Piaget
berimplikasi dalam pembelajaran di SD yaitu….
a. pembelajaran hendaknya berpusat pada siswa
b. materi pelajaran hendaknya dikongkritkan baik langsung maupun
melalui alat peraga
c. materi pelajaran diorganisasikan mulai dari yang mudah ke yang sukar
d. semua siswa SD pada dasarnya cukup cerdas, guru harus dapat
mengungkap bakat siswa
e. siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan secara bertahap
9) Perkembangan moral anak usia 10 s.d. 12 tahun ditunjukkan...
a. Anak berpendapat bahwa pemikirannya adalah satu-satunya yang
benar
b. Anak menyadari bahwa orang lain memiliki interpretasi sendiri yang
berbeda dengan interpretasi mereka
c. Anak mempunyai kepedulian yang bertolak belakang
d. Anak mengerti bahwa membiarkan orang lain tahu bahwa
permohonannya tidak akan dilupakan
e. Anak dapat membayangkan bahwa perspektif orang ketiga perlu
diperhitungkan
10) Ratu pergi ke kebun binatang bersama ayahnya. Ketika melewati kandang
harimau, Ratu berkata “Ayah, itu kucingnya besar sekali?. Ayah
tersenyum, dan menjawab “itu bukan kucing, itu harimau”. Lantas Ratu
menjawab, “kok mirip kucing, Yah? Ayah kemudian menjelaskan
perbedaan kucing dan harimau. Dalam llustrasi tersebut, yang merupakan
proses akomodasi adalah ketika Ratu...
a. Mendengarkan penjelasan Ayah tentang beda kucing dan harimau
b. Mendengar perkataan Ayah “itu bukan kucing, itu harimau”
c. Menyebut harimau sebagai kucing
d. Melihat harimau dalam kandang
e. Bertanya “kok mirip kucing?”

40
Daftar Pustaka

Ahmadi & shaleh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta:Rineka CIpta


Ali, M. 2009. Psikologi Remaja:Perkembangan Peserta Didik.Jakarta:Bumi
Aksara
Chaplin. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Dahar, Ratna wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Erlangga
Desmita, 2013. Psikologi Perkembangan, Bandung : Remaja Rosadakarya
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
dan Depdikbud
Hurlock, E.B. 2005. Perkembangan anak (jilid 1). Jakarta: Erlangga
Robert, E. Slavin. 2011. Psikologi Pendidikan.Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks
Santrock, John.W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Prenada Group
Shaffer, D.R. 2005. Developmental Psychology: Childhood&Adolescence. USA:
Wadsworth/Thomson learning, Inc
Sobur, Alex .2003. Psikologi Umum dan Lintasan Sejarah. Cetakan I. Bandung:
CV Pustaka Setia.
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grapindo Persada
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prestasi Pustaka
Walgito.2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi
Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosda

41
Kunci Jawaban Tes

No soal Jawaban
1. A
2. E
3. C
4. C
5. B
6. B
7. D
8. E
9. B
10. B

42
KEGIATAN BELAJAR 3:

TEORI DAN PERANGKAT


PEMBELAJARAN PPKn

i
DAFTAR ISI

hal
A. Pendahuluan ................................................................................ 1
1. Deskripsi Singkat .................................................................. 1
2. Relevansi ............................................................................... 1
3. Petunjuk Belajar .................................................................... 2
B. Inti ............................................................................................... 3
1. Capaian Pembelajaran ........................................................... 3
2. Uraian Materi ........................................................................ 3
a. Teori-Teori Belajar......................................................... 3
b. Perangkat Pembelajaran PPKn........................................ 19
c. Bentuk-Bentuk Evaluasi Pembelajaran PPKn................ 23
3. Contoh/Non Contoh/Ilustrasi................................................. 28
4. Tugas Terstruktur/Latihan ..................................................... 40
C. Penutup ........................................................................................ 41
1. Rangkuman ........................................................................... 41
2. Tes Formatif .......................................................................... 44
Daftar Pustaka ..................................................................................... 46
Kuci Jawaban ..................................................................................... 47

ii
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Dalam proses pembelajaran, baik formal, informal maupun nonformal, teori
pembelajaran memiliki peran yang penting. Teori pembelajaran akan menentukan
bagaimana proses pembelajaran itu terjadi. Sebelum merancang pembelajaran,
guru harus menguasai sejumlah teori tentang belajar, termasuk beberapa
pendekatan dalam pembelajaran. Penguasaan teori ini dimaksudkan agar guru
mampu mempertanggungjawabkan secara ilmiah perilaku mengajarnya di depan
kelas. Melalui teori-teori pembelajaran ini, guru akan memahami berbagai cara
bagaimana peserta didik belajar dan seterusnya menghubungkan prinsip dan
hukumnya dengan teknik mengajar untuk mencapai pembelajaran yang berkesan.
Dengan mempelajari teori dan perangkat pembelajaran Anda sebagai guru
diharapkan dapat memahami tentang bagaimana proses belajar terjadi pada diri
peserta didik, faktor apa saja yang dapat menunjang dan menghambat proses
belajar peserta didik, sehingga guru dapat merancang perencanaan pembelajaran
yang efektif dalam mencapai tujuan belajar.
Melalui Kegiatan Belajar 3 ini Anda akan diajak untuk belajar dan
memahami tentang teori-teori belajar, perangkat pembelajaran dan bentuk-bentuk
evaluasi pembelajaran. Kegiatan Belajar 3 ini memuat materi tentang : 1) Teori-
Teori Belajar, 2) Perangkat Pembelajaran PPKn dan 3) Bentuk-Bentuk Evaluasi
Pembelajaran PPKn.

2. Relevansi
Kegiatan Belajar 3 ini membahas tentang teori-teori belajar, perangkat
pembelajaran dan bentuk-bentuk evaluasi pembelajaran. Materi ini menjadi
bagian penting untuk Anda kuasai karena salah satu kompetensi mutlak yang
harus dimiliki seorang guru adalah memiliki kompetensi pedagogik yang
mencakup di dalamnya adalah pemahaman tentang teori-teori belajar dan
bagaimana menyusun perangkat dan evaluasi pembelajaran.

1
3. Petunjuk Belajar
Sebelum Anda mempelajari Kegiatan Belajar 3 ini, ada beberapa hal yang
harus Anda lakukan untuk mempermudah pemahaman Anda tentang isi kegiatan
belajar 3 ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Lakukan kajian permulaan tentang teori-teori belajar, perangkat pembelajaran
dan bentuk-bentuk evaluasi pembelajaran dengan mencari beberapa referensi
yang relevan.
b. Bacalah terlebih dulu deskripsi singkat Kegiatan Belajar 3
c. Munculkan pertanyaan-pertanyaan di benak Anda (atau dapat dituliskan)
tentang materi Kegiatan Belajar 3
d. Bacalah materi secara bertahap sambil berusaha menemukan jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul sebelumnya
e. Diskusikan materi-materi yang kurang jelas dengan teman-teman kelompok
belajar Anda
f. Kerjakan latihan dan nilailah sendiri pemahaman Anda terhadap Kegiatan
Belajar 3
g. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata kuliah ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda mempelajari materi dan mengerjakan
latihan. Untuk itu, berlatihlah, dan selamat belajar.

2
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
Mampu merumuskan indikator capaian pembelajaran berfikir tingkat tinggi
pada bidang studi PPKn yang harus dimiliki peserta didik mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara utuh (kritis, kreatif, komunikatif, dan
kolaboratif) yang berorientasi masa depan (adaptif dan fleksibel).

2. Uraian Materi
a. Teori-Teori Belajar
Teori belajar adalah seperangkat pernyataan umum yang digunakan untuk
menjelaskan kenyataan mengenai belajar. Teori belajar bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana proses belajar dengan menaruh perhatian terhadap
hubungan antar variabel yang menentukan hasil belajar (Budinigsih, 2005).
1) Pendekatan Empiris
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa
semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak
anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika
dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David
Hume, George Berkeley dan John Locke.
Istilah empirisme berasal dari bahasa Yunani empeirin yang berarti coba-
coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan
rasionalisme. Ada dua ciri pokok empirisme, yaitu teori tentang makna dan teori
tentang pengetahuan. Teori makna dinyatakan sebagai teori tentang asal
pengetahuan, yaitu asal-usul idea atau konsep. Sedangkan teori tentang
pengetahuan menyatakan bahwa semua kebenaran adalah kebenaran a posteriori,
yaitu kebenaran yang diperoleh melalui observasi.
Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan bagi manusia, mendahului rasio. Tanpa pengalaman rasio tidak
memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran tertentu. Kalaupun
menggambarkan sedemikian rupa,tanpa pengalaman hanya hayalan belaka.

3
Aliran ini beranggapan bahwa pengalaman merupakan faktor fundamental
dalam pengetahuan, ia merupakan sumber dari pengetahuan manusia (Sadullah,
2003). Sehingga, tanpa adanya rangsangan dan informasi dari indera maka
manusia tidak akan memperoleh pengetahuan apapun, karena inderalah yang
merupakan sumber utama pengetahuan dalam pandangan kaum empiris.
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu 1) pandangan bahwa semua ide atau
gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang
dialami, 2) pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan
bukan akal, 3) semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data
inderawi, 4) semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara
tidak langsung dari data inderawi, 5) akal budi sendiri tidak dapat memberikan
kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan
penggunaan panca indera kita, 6) empirisme sebagai filsafat pengalaman,
mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
Beberapa tokoh aliran empirisme adalah sebagai berikut:
a) Francis Bacon
Menurut Bacon pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang
diterima melalui persentuhan indra dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan
sumber pengetahuan sejati. Menurut Bacon, kita sudah terlalu lama dipengaruhi
oleh metode deduktif. Kesimpulan diambil dari dogma, itu tidak benar, haruslah
memperhatikan yang konkret, itulah tugas ilmu pengetahuan.
b) Thomas Hobbes
Thomas Hobbes lahir di Inggris pada tahun 1558 M. Dia adalah putra dari
pastor yang membangkang dan suka berdebat. Keluarganya terpaksa keluar dari
daerahnya akibat situasi yang kurang mendukung. Orang pertama pada abad ke-
17 yang mengikuti aliran empirisme di Inggris adalah Thomas Hobbes. Jika
Bacon lebih berarti dalam bidang metode penelitian, maka Hobbes dalam bidang
doktrin atau ajaran. Hobbes telah menyusun suatu sistem yang lengkap berdasar
kepada empirisme secara konsekuen. Meskipun ia bertolak pada dasar-dasar
empiris, namun ia menerima juga metode yang dipakai dalam ilmu alam yang
bersifat matematis. Ia telah mempersatukan empirisme dengan rasionalisme

4
matematis. Ia mempersatukan empirisme dengan rasionalisme dalam bentuk suatu
filsafat materialistis yang konsekuen pada zaman modern.
Menurut Hobbes, tidak semua yang diamati pada benda-benda adalah nyata,
tetapi yang benar-benar nyata adalah gerak dari bagian-bagian kecil benda-benda
itu. Segala gejala pada benda yang menunjukkan sifat benda itu ternyata hanya
perasaan yang ada pada si pengamat saja. Segala yang ada ditentukan oleh sebab
yang hukumnya sesuai dengan hukum ilmu pasti dan ilmu alam. Dunia adalah
keseluruhan sebab akibat termasuk situasi kesadaran kita. Hobbes memandang
bahwa pengenalan dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata.
Ketika melakukan proses penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman
dan akal yang mewujudkannya. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah
keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau
digabungkan dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang
telah diamati pada masa lalu. Pengamatan inderawi terjadi karena gerak benda-
benda di luar kita menyebabkan adanya suatu gerak di dalam indera kita. Hobbes
menyatakan bahwa tidak ada yang universal kecuali nama belaka.
c) John Locke
John Locke lahir di Inggris pada tanggal 29 Agustus 1632. Locke sering di
sebut sebagai tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan psikologi.
Teori yang sangat penting darinya adalah tentang gejala kejiwaan yaitu bahwa
jiwa itu pada saat mula-mula seseorang dilahirkan masih bersih bagaikan sebuah
tabula rasa (Solomon &Higgins,2002).
Fokus filsafat Locke adalah antitesis pemikiran Descrates. Baginya,
pemikiran Descrates mengenai akal budi kurang sempurna. Pengenalan manusia
terhadap seluruh pengalaman yang dilaluinya melalui mencium, merasa,
mengecap, dan mendengar menjadi dasar bagi hadirnya gagasan-gagasan dan
pikiran sederhana (Adian, 2002)
Yang membedakan Locke dengan lainnya adalah karakter pemikirannya
yang empiris dibangun atas dasar tunggal dan serbaguna. Semua pengetahuan,
kata Locke, berawal dari pengalaman. Pengalaman memberi kita sensasi-sensasi.

5
Dari sensasi ini kita memperoleh berbagai macam ide baru yang lebih kompleks.
Pikiran kita terpengaruh oleh perasaan refleksi.
Selain itu, Locke membedakan antara apa yang dinamakannya “kualitas
primer” dan “kualitas skunder”. Yang dimaksud dengan kualitas primer adalah
luas, berat, gerakan, jumlah dan sebagainya. Jika sampai pada masalah kualitas
seperti ini, kita dapat merasa yakin bahwa indra-indra menirunya secara objektif.
Tapi, kita juga akan merasakan kualitas- kualitas lain dalam benda–benda. Kita
akan mengatakan bahwa sesuatu itu manis atau pahit, hijau atau merah. Locke
menyebut ini sebagai kualitas skunder. Penginderaan semacam ini tidak meniru
kualitas- kualitas sejati yang melekat pada benda- benda itu sendiri (Maksum,
2008)
Proyek epistemologis Locke mencapai puncaknya dalam positivisme.
Empirisme memiliki keyakinan bahwa semesta adalah sesuatu yang hadir melalui
data indrawi. Karenanya pengetahuan harus bersumber pengalaman dan
pengamatan empirik (Anees &Hambali, 2003).
d) David Hume
David Hume adalah pelopor para empiris, yang percaya bahwa seluruh
pengetahuan tentang dunia berasal dari indra. Menurutnya, ada batasan-batasan
yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indra.
Empirisme mendasarkan pengetahuan bersumber pada pengalaman, bukan rasio.
Hume memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengetahuan itu
dapat bersifat lahiriah dan dapat pula bersifat batiniyah. Oleh karena itu
pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan
sempurna. Dua hal yang dicermati oleh Hume adalah substansi dan kausalitas.
Hume tidak menerima substansi, sebab yang dialami manusia hanya kesan- kesan
saja tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama- sama. Dari kesan muncul
gagasan.
Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I
never catch myself at any time without a perception (saya selalu memiliki persepsi
pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa
seluruh pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan.

6
Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu
pengetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri
manusia (kesan yang disistematiskan) dan kemudian menjadi pengetahuan. Di
samping itu pemikiran Hume ini merupakan usaha analisis agar empirisme dapat
dirasionalkan teutama dalam pemunculan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada
pengamatan dan uji coba, kemudian menimbulkan kesan-kesan, kemudian
pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan.

2) Pendekatan Behavioristik
Behavoristik memandang bahwa lingkungan adalah pembentuk perilaku
individu (Baruque, 2014). Aliran behavioristik memiliki pandangan bahwa hasil
belajar dalam hal ini perubahan perilaku bukanlah berasal dari kemampuan
internal manusia tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respons. Oleh
karena itu siswa akan memperoleh hasil belajar apabila dapat menemukan
hubungan antara stumulus (S) dengan respons (R) (Rifa’i, 2012).
Teori-teori belajar dari aliran behavioristik merupakan teori tentang belajar
manusia yang mengemukakan bahwa seseorang akan belajar karena adanya
reward (penghargaan) dan reinforcement (penguatan). Suatu perilaku menurut
teori ini akan dihentikan jika diberikan hukuman. Adanya stimulus atau
rangsangan berupa penghargaan dan penguatan serta hukuman ini akan
menimbulkan respon, sehingga pada teori belajar behavioristik dikenal istilah
stimulus-respon. Psikologi yang mempelajari teori behavioristik ini menganggap
bahwa sebagai bukti seseorang telah belajar, maka terjadi perubahan tingkah laku.
Ormrod (2003) mengemukakan bahwa ada lima asumsi dasar mengenai belajar
menurut pandangan behaviorisme yakni : 1) sebagian besar prilaku orang
diperoleh dari pengalaman karena rangsangan dari lingkungan, 2) belajar
merupakan hubungan berbagai peristiwa yang dapat diamati yakni hubungan
antara stimulus dan respon, 3) belajar memerlukan suatu perubahan prilaku, 4)
belajar paling mungkin terjadi ketika stimulus dan respon muncul pada waktu
berdekatan, 5) banyak spesies, termasuk manusia belajar dengan cara -cara yang
hampir sama.

7
Pada praktiknya di kelas, guru mengajar dan ini merupakan bentuk
pemberian stimulus. Kemudian siswa akan memberikan respon. Sampai saat ini,
aliran behavioristik masih mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan dan
pembelajaran di sekolah-sekolah.
Ada banyak tokoh psikologi pendidikan yang berpengaruh yang mendukung
dan memperkuat teori behavioristik oleh Gage dan Berliner. Misalnya Pavlov,
Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, B.F. Skinner, Bandura.

a) Teori Belajar Connectionism (Thorndike)


Teori yang dikemukakan Thorndike dikenal dengan teori stimulus-respon
(S-R). Dalam teori S-R dikatakan bahwa dalam proses belajar, pertama kali
organisme (hewan, orang) belajar dengan cara coba salah (trial end error).
Apabila suatu organisme berada dalam suatu situasi yang mengandung masalah,
maka organisme itu akan mengeluarkan tingkah laku yang serentak dari kumpulan
tingkah laku yang ada padanya untuk memecahkan masalah itu.
Berdasarkan pengalaman itulah, maka pada saat menghadapi masalah yang
serupa, organisme sudah tahu tingkah laku mana yang harus dikeluarkannya untuk
memecahkan masalah. Ia mengasosiasikan suatu masalah tertentu dengan suatu
tingkah laku tertentu. Sebagai contoh seekor kucing yang dimasukkan dalam
kandang yang terkunci akan bergerak, berjalan, meloncat, mencakar, dan
sebagainya sampai suatu ketika secara kebetulan ia menginjak suatu pedal dalam
kandang itu sehingga kandang itu terbuka dan kucing pun bisa keluar. Sejak saat
itulah, kucing akan langsung menginjak pedal ketika dimasukkan dalam kandang
yang sama.
Menurut Thorndike (dalam Budiningsih, 2005) belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain
yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan.

8
Dalam teori ini pengulangan-pengulangan respon atau tindakan dalam
menanggapi stimulus atau stimulus baru itu sangat penting sehingga seseorang
atau organisme mampu menemukan tindakan yang tepat dan dilakukan secara
terus-menerus agar lebih tajam dan tidak terjadi kemunduran dalam tindakan atau
respon terhadap stimulus. Adapun beberapa ciri-ciri belajar menurut Thorndike
antara lain : 1) ada motif pendorong aktivitas, 2) ada berbagai respon terhadap
sesuatu, 3) ada eliminasi respon-respon yang gagal atau salah, 4) ada kemajuan
reksi-reaksi mencapai tujuan.
Thorndike menyatakan bahwa belajar pada hewan maupun manusia
berlangsung berdasarkan tiga macam hukum pokok belajar, yaitu : 1) hukum
Kesiapan (Law of Readiness) yaitu dalam belajar seseorang harus dalam keadaan
siap baik fisik maupun psikis, 2) hukum Latihan (Law of Exercise) yaitu untuk
menghasilkan tindakan yang cocok dan memuaskan untuk merespon suatu
stimulus maka seseorang harus mengadakan percobaan dan latihan yang berulang-
ulang, 3) hukum Akibat (Law of Effect) yaitu jika suatu tindakan diikuti oleh suatu
perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan tindakan itu
diulangi dalam situasi yang mirip akan meningkat. Akan tetapi, bila suatu perilaku
diikuti oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan,
kemungkinan perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi konsekuensi perilaku
seseorang pada suatu waktu memegang peranan penting dalam menentukan
perilaku orang itu selanjutnya (Dahar, 2011).
Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di atas,
konsep penting dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang
dinamakan transfer of training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah
dipelajari oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal lain di masa yang
akan datang. Dalam konteks pembelajaran konsep transfer of training merupakan
hal yang sangat penting, sebab seandainya konsep ini tidak ada, maka apa yang
akan dipelajari tidak akan bermakna.

9
b) Teori Classical Conditioning (Pavlov)
Dapat dikatakan bahwa pelopor teori coditioning adalah Ivan Petrovich
Pavlov. Menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang
terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan
reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita
memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori
conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang
diutamakan dalm teori ini adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis.
Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak
lain adalah hasil daripada conditioning. Yaitu hasil daripada latihan-latihan atau
kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang
tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya : 1) Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang
dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya
berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat,
2) Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika
refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

c) Teori Contigous Conditioning (Guthrie)


Menurut teori contiguous conditioning, belajar itu adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian
menimbulkan reaksi (respons). Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku
manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-deretan tingkah
laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan reaksi dari
stimulus sebelumnya, dan kemudian unit tersebut menjadi stimulus untuk tingkah
laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga membentuk deretan-
deretan tingkah laku yang terus menerus. Jadi pada proses conditioning ini terjadi
asosiasi antara unit-unit tingkah laku secara berurutan.

10
Secara sederhana dapat diartikan bahwa gabungan atau kombinasi suatu
kelas stimuli yang menyertai atau mengikuti suatu gerakan tertentu, maka ada
kecenderungan bahwa gerakan itu akan diulangi lagi pada situasi/stimuli yang
sama. Pandangan Guthrie tentang motivasi, lupa, hukuman, niat, transfer
trainingsebagai berikut:
Menurut Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons alternatif dalam
satu pola stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan respons alternatif, pola
stimulus itu kemudian akan cenderung menghasilkan respons baru. Jadi menurut
Guthrie, lupa pasti melibatkan proses belajar baru.
Selanjutnya hukuman, Guthrie mengatakan efektivitas hukuman ditentukan
oleh apa penyebab tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu.
Hukuman bekerja baik bukan karena rasa sakit yang dialami oleh individu
terhukum, tetapi karena hukuman mengubah cara individu merespons stimuli
tertentu. Hukuman akan efektif jika menghasilkan respons baru terhadap stimuli
yang sama.
Motivasi fisiologis menurut Guthrie adalah maintaining stimuli (stimuli
yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan
tercapai. Misalnya, seorang siswa yang mendapat nilai jelek saat ulangan, guru
tidak boleh memarahinya. Menurut Guthrie, guru seharusnya memberi dorongan
agar siswa tersebut lebih rajin belajar.
Respons yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions
(niat). Respons tersebut dinamakan niat karena maintaining stimuli dari dorongan
biasanya berlangsung selama periode waktu tertentu (sampai dorongan berkurang).
Gambarannya, ketika seorang siswa sudah paham dengan materi yang
disampaikan oleh guru maka dia akan langsung mengerjakan soal yang diberikan.
Tetapi jika dia belum paham maka dia akan mengacungkan tangan untuk bertanya
kepada guru mengenai materi yang belum dipahaminya.
Pada dasarnya seseorang akan menunjukkan respons yang sesuai dengan
stimuli jika pada kondisi yang sama. Saran Guthrie adalah selalu mempraktikkan
perilaku yang persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti, selain itu, kita
harus melatihnya dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita

11
diuji. Gagasan mengenai pemahaman, wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau
tidak ada maknanya bagi Guthrie. Satu-satunya hukum belajar adalah hukum
kontiguitas, yang menyatakan bahwa ketika dua kejadian terjadi bersamaan,
keduanya akan dipelajari.
Beberapa metode dipergunakan Guthrie dalam mengubah tingkah laku,
ialah:
a) Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method)
Metode ini menganggap manusia adalah suatu organisme yang selalu
mereaksi kepada stimulus-stimulus tertentu. Jika suatu reaksi terhadap stimulus
tertentu telah menjadi kebiasaan, maka cara untuk mengubahnya adalah dengan
cara menghubungkan stimulus dengan reaksi yang berlawanan dengan reaksi yang
hendak dihilangkan.
b) Metode Membosankan (Exhaustion Method)
Hubungan antara stimulus dan reaksi yang buruk itu dibiarkan saja sampai
pelakunya merasa bosan. Sebagai contoh, misalnya seorang siswa yang suka
membuat catatan kecil untuk mencontek, maka untuk menghentikan perilaku
buruk itu, seorang guru bisa menyuruh siswa tersebut membuat catatan berlembar-
lembar secara terus menerus sehingga ia akan bosan dengan sendirinya.
c) Metode Mengubah Lingkungan (Change of Environment Method)
Suatu metode yang dilakukan dengan jalan memutuskan atau memisahkan
hubungan antara Stimulus (S) dan Reaksi (R) yang buruk yang akan dihilangkan,
yakni dengan mengubah stimulusnya. Sebagai contoh, misalnya kita akan
mengubah tingkah laku/ kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seorang anak
di sekolahnya, dengan memindahkan anak itu ke sekolah lain.

d) Teori Operant Conditioning (Skinner)


Dalam perspektif behaviorisme, perilaku manusia yang dapat diamati atau
dilihat, dapat dianalisa, diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Skinner meyakini
bahwa perilaku manusia dapat dijelaskan hanya dengan melihat berbagai faktor
eksternal yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu, dan karena itulah kita
tidak perlu melihat ke dalam pikiran dan motivasi internal seseorang.

12
Atas dasar inilah, Skinner kemudian mengenalkan istilah operant
conditioning untuk mengilustrasikan pemahaman perilaku manusia yang begitu
kompleks tanpa mempelajari pemikiran mental dan motivasi internal manusia.
Oleh karena itulah, operant conditioning kerap kali disebut juga dengan
Skinnerian Conditioning. Istilah operant conditioning sendiri dapat dimaknai
sebagai sebuah bentuk pembelajaran dimana perilaku bergantung atau
dikendalikan oleh ganjaran dan konsekuensi.
Studi Skinner tentang pembelajaran berpusat pada tingkah laku dan
konsekuensi-konsekuensinya (Sagala, 2006). Perubahan perilaku yang dicapai
sebagai hasil belajar tersebut melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul
yakni operant conditioning ( Baharudin & Wahyuni, 2008).
Operant adalah perilaku yang diperkuat jika akibatnya menyenangkan.
Operant merupakan tingkah laku yang ditimbulkan oleh organisme itu sendiri.
Operant belum tentu didahului oleh stimulus dari luar. Operant conditioning telah
terbentuk bila dalam frekuensi tingkah laku operant yang bertambah atau bila
timbul tingkah laku operant yang tidak tampak sebelumnya. Frekuensi terjadinya
tingkah laku operant ditentukan oleh akibat dari tingkah laku itu sendiri
(Djiwandono, 2008).
Asumsi dasar teori operant conditioning yang dikemukakan oleh Skinner
adalah sebagai berikut: 1) perilaku manusia dapat dijelaskan dengan
menggunakan seperangkat aturan hukum, 2) perilaku seharusnya dapat dipelajari
pada tataran yang lebih sederhana yaitu pada tahapan yang paling mendasar, 3)
prinsip-prinsip pembelajaran yang ada sebagai hasil dari penelitian terhadap
hewan seharusnya diterapkan kepada manusia, 4) perubahan dalam perilaku
hanyalah dasar untuk menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi.
Terdapat dua konsep dasar yang paling utama dalam teori operant
conditioning, yaitu reinforcement (peneguhan) dan punishment (hukuman). Selain
kedua konsep dasar tersebut, konsep dasar teori operant conditioning lainnya
adalah extinction, spontaneous recovery, generalization, discrimination, dan
shaping.

13
Reinforcement atau peneguhan adalah stimuli yang meningkatkan atau
menguatkan tingkatan perilaku dalam sebuah organisme. Reinforcement atau
peneguhan memiliki dua bentuk yaitu positive reinforcement dan negative
reinforcement. Positive reinforcement menguatkan perilaku dengan cara
menyuguhkan stimulus positif segera setelah terjadinya perilaku. Negative
reinforcement menguatkan perilaku dengan cara menghilangkan stimulus negatif
segera setelah terjadinya perilaku.
Punishment atau hukuman adalah stimuli yang menurunkan atau
melemahkan tingkatan perilaku dalam sebuah organisme. Punishment memiliki
dua bentuk, yaitu positive punishment dan negative punishment. Positive
punishment melemahkan perilaku dengan menyajikan stimulus aversif segera
setelah terjadinya perilaku. Negative punishment melemahkan perilaku dengan
menghapus stimulus positif segara setelah terjadinya perilaku.
Extinction terjadi ketika perilaku yang diperkuat sebelumnya tidak lagi
diperkuat dengan peneguhan positif maupun peneguhan negatif. Konsep
extinction dalam teori operant conditioning memiliki kesamaan dengan teori
classical conditioning. Spontaneous recovery terjadi ketika perilaku yang telah
hilang kembali muncul tanpa adanya peneguhan. Hal ini sifatnya muncul tiba-tiba,
karena stimulus yang dihasilkan hanya muncul saat respon aktif secara mendadak.
Generalization terjadi ketika seorang individu belajar untuk membuat tanggapan
tertentu terhadap stimulus tertentu dan kemudian membuat tanggapan yang sama
atau serupa namun dalam situasi yang berbeda. Shaping adalah metode
pengkondisian yang banyak digunakan dalam pelatihan hewan dan mengajarkan
bahasa nonverbal manusia. Hal ini tergantung pada keberagaman operant dan
peneguhan. Shaping terjadi dengan cara mengurangi atau memecah perilaku yang
kompleks ke dalam beberapa perilaku yang lebih sederhana. Discrimination
terjadi ketika seorang individu belajar untuk memperhatikan berbagai aspek unik
atau yang tidak biasa dari situasi yang sama dan kemudian memberikan tanggapan
secara berbeda.

14
e) Teori Social Learning (Bandura)
Teori belajar sosial Bandura menguraikan kumpulan ide mengenai cara
perilaku dipelajari dan diubah. Penerapan teori ini hampir pada seluruh perilaku,
dengan perhatian khusus pada cara perilaku baru diperoleh melalui belajar
mengamati (observationallearning). Teori Bandura menggunakan sudut pandang
kognitif dalam menguraikan belajar dan perilaku. Bandura berasumsi tentang
pikiran manusia dan menafsirkan pengalaman mereka. Bandura membantah
bahwa belajar kompleks hanya dapat terjadi ketika orang sadar dari apa yang
dikuatkan. Rangkaian kejadian itu merupakan perilaku ingin yang diikuti oleh
penguatan, tetapi Bandura membantah bahwa penguatan seperti itu tidak akan
memberikan pengaruh yang kuat pada perilaku.
Menurut pemikiran Bandura, hadiah dan hukuman jauh lebih sesuai untuk
menunjukkan perilaku baru daripada untuk belajar. Self Control dan Modeling
satu hal utama dari penelitian Bandura menguraikan kapasitas “self reactive” pada
orang. Manusia tidak sesederhana mesin yang dikendalikan stimulus dari luar,
tetapi justru manusia menilai upayanya, hadiah dan hukuman dirinya sendiri dan
dapat mengatur perilakunya tanpa kontrol dari luar.
Lantas bagaimana implikasi pendekatan behavioristik dalam pembelajaran
PKn? Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dalam konteks pembelajaran
PKn, teori behavioristik sangat erat kaitannya dalam membentuk watak dan
karakter warga negara yang baik karena dengan memberikan stimulus yang baik
maka siswa diharapkan memperoleh respon yang baik pula sehingga PKn
dibelajarkan sesuai tujuan dan hakikat PKn.
Aplikasi teori behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran PKn tergantung
dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behaviorisme memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau

15
pebelajar. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah
ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna
yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik
struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman
yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh
pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

3) Pendekatan Konstruktivisme
Pembelajaran model konstruktivisme menurut Karli dan Margaretha (2002)
adalah proses pembelajaran yang diawali konflik kognitif, yang pada akhirnya
pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan hasil
interaksi dengan lingkungannya. Tobin dan Timmons (dalam Isjoni,2007)
menegaskan bahwa pembelajaran yang berlandaskan pandangan konstruktivisme
harus memperhatikan empat hal, yaitu: 1) pengetahuan awal siswa, 2) belajar
melalui pengalaman, 3) melibatkan interaksisosial, dan 4) kepahaman.
Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang
berkeyakinan bahwa orang secara aktif membangun atau membuat
pengetahuannya sendiri dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri
pula (Abimanyu, 2008). Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan
pengetahuan terdahulu dan pengalaman belajar yang bermakna (Muslich, 2007).
Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap
manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk
menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang
lain. Manusia belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi
dan hal yang diperlukan guna mengembangkan dirinya (Thobroni, 2015).
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual,
pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba (Sagala, 2006).
Tujuan dilaksanakannya pembelajaran konstruktivisme yaitu (1)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung kepada benda-

16
benda konkrit ataupun model artifisial, (2) memperhatikan konsepsi awal siswa
guna menanamkan konsep yang benar, dan (3) sebagai proses mengubah
konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan mungkin salah (Karfi, dkk, 2002).
Tujuan konstruktivisme yaitu: 1) Mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyanya 2) Membantu siswa
untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap 3)
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri
(Thobroni, 2015).
Terdapat kekhususan pandangan tentang belajar dalam teori belajar
konstruktivisme apabila dibandingkan dengan teori belajar behaviorisme dan
kognitivisme. Teori behaviorisme lebih memperhatikan tingkah laku yang
teramati, dan teori belajar kognitivisme lebih memperhatikan tingkah laku belajar
dalam memproses informasi atau pengetahuan yang sedang dipelajari peserta
didik tanpa mempertimbangkan pengetahuan atau informasi yang telah dikuasai
sebelumnya
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan
begitu saja dari pikiran guru kepada peserta didik. Artinya, bahwa peserta didik
harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya, dengan kata lain peserta didik tidak
diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu
pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Pembelajaran yang mengacu pada
teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan peserta didik
dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru, dengan
kata lain peserta didik lebih didorong untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan
mereka melalui kegiatan asimilasi dan akomodasi (Lapono, 2008)
Secara garis besar langkah-langkah penerapan pendekatan konstruktivisme
di dalam kelas adalah sebagai berikut : a) Kembangkan pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksikan sendiri pengalaman dan keterampilan barunya b) Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik c) Kembangkan sifat ingin
tahu siswa dengan bertanya. d) Ciptakan “Masyarakat Belajar” (Abimanyu,2008).

17
Dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan pembelajaran dengan
pendekatan teori konstruktivistik merupakan salah satu pendekatan yang bertujuan
untuk meningkatkan cara berpikir kritis peserta didik sehingga diharapkan peserta
didik mampu mengkritis, memberikan pendapat serta menganalisis permasalahan
sosial yang terjadi di masyarakat dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
Pandangan kontruktivisme terhadap pembelajaran PKn sekarang ini
sangatlah penting. Penelusuran prinsip-prinsip pembelajaran PKn menurut
pandangan kontruktivisme memerlukan analisis pemikiran dan interprestasi yang
hati-hati. Sebabnya adalah teori ini menjelaskan perubahan yang kualitatif
kecerdasan seseorang hingga kemampuan berpikir logis yang dapat memahami
dunia realita dalam fenomena dan permasalahannya.
Piaget dalam Sukadi (2007) merekomendasikan penggunaan model
pembelajaran siswa aktif yang memungkinkan siswa menemukan dan
mengkontruksi sendiri pengetahuan dan kebenaran yang dipelajarinya khususnya
dalam pembelajaran PKn. Dalam proses pembelajaran Pkn ada beberapa isu yang
harus diperhatikan dalam proses belajar-mengajar. Pertama, ada isu yang terkait
dengan perkembangan kognisi yang harus diperhatikan, yaitu masalah perbedaan
individu dalam belajar PKn, masalah kesiapan belajar, dan masalah motivasi
siswa dalam belajar. Dalam masalah perbedaan individual, pandangan
kontruktivis, terutama lagi pada kontruktivis sosial, menekankan pentingnya guru
memahami perbedaan individu dalam pemilikan pengetahuan awal terutama juga
terkait dengan pengaruh budaya tertentu terhadap pembentukan struktur kognisi
seseorang dan sekelompok orang tertentu ( Piaget dalam Sukadi,2007).
Dalam masalah kesiapan belajar siswa khususnya dalam pembelajaran PKn
pandangan kontruktivis memaknainya baik sebagai kapasitas individu untuk
mengasimilasi informasi baru, maupun dalam hubungan dengan kontruktivis
struktur kognisi yang logis. Ini tidak berarti paham kontruktivis terutama Piaget,
mensyaratkan segi kematangan siswa sesuai dengan tahap perkembangan. Dalam
hal ini menyatakan bahwa untuk perolehan belajar, siswa perlu memiliki

18
pengalaman terhadap lingkungan, siswa perlu beraktivitas mandiri dan siswa perlu
berinteraksi dengan lingkungan sosial.
Kedua, ada beberapa isu yang juga harus diperhatikan oleh guru dalam
kaitannya dengan pembelajaran PKn di kelas, antara lain: perlunya guru
memfasilitasi perkembangan keterampilan belajar, tranfer belajar dan
pembelajaran denganp pemecahan masalah. Keterampilan belajar yang pada
dasarnya merupakan kemampuan individu untuk mengorganisir prilakunya secara
efisien atau mencoba langkah-langkah untuk memecahkan beberapa masalah yang
ditetapkan sebelumnya, dapat dicapai melalui kegiatan memunculkan masalah,
mengkaji permasalahan dan mengkaji jawaban-jawabannya. Guru juga perlu
membantu siswa dalam menberikan pengetahuan melalui proses generalisasi
konsep pada berbagai dimensi fenomena atau permasalahan. Akhirnya guru juga
perlu menfasilitasi siswa untuk belajar memecahkan masalah melalui penerapan
prinsip-prinsip PKn untuk menemukan tujuan pembelajaran yang sebenarnya.

b. Perangkat Pembelajaran PPKn


Perangkat adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang
akan digunakan dalam proses pencapaian kegiatan yang diinginkan. Pembelajaran
adalah proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala
potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa
itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya
belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan
sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tententu (Sanjaya,
2010)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun agar pembelajaran dapat
berjalan dengan interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup untuk
kemandirian, dan kreativitas sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik (Depdiknas, 2008). Perencanaan pembelajaran
merupakan bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

19
Berdasarkan Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses
dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. RPP disusun untuk
setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu pertemuan atau lebih.
Komponen RPP terdiri atas (Depdiknas, 2008): 1) identitas mata pelajaran,
yang meliputi nama satuan pendidikan, nama mata pelajaran, kelas dan semester,
dan jumlah pertemuan; 2) Standar kompetensi (SK), merupakan kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik; 3) Kompetensi dasar (KD), yaitu sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik; 4) Indikator pencapaian
kompetensi, yaitu perilaku yang dapat diukur untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi; 5) Tujuan pembelajaran, menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan; 6) Materi ajar; 7) Alokasi waktu, ditentukan sesuai dengan
beban belajar dan keperluan pencapaian KD; 8) Metode pembelajaran, merupakan
cara, strategi, atau pendekatan yang digunakan guru untuk mewujudkan suasana
belajar kondusif agar peserta didik mencapai KD; 9) Kegiatan pembelajaran, yang
terdiri dari tiga kegiatan pokok yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup; 10) Penilaian hasil belajar dan sumber belajar, disesuaikan
dengan indikator pencapaian kompetensi.
Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab IV
Pasal 20 yang menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya
beberapa hal, diantaranya:
1) Tujuan pembelajaran
Dalam Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Tujuan pembelajaran
dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai atau dikuasai oleh
siswa. Melalui rumusan tujuan, guru dapat memproyeksikan apa yang harus
dicapai oleh siswa setelah berakhir suatu proses pembelajaran.
2) Materi/isi
Materi/isi pelajaran berkenaan dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai
siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Materi pelajaran harus digali dari
berbagai sumber belajar sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai.

20
3) Strategi dan Metode Pembelajaran
Strategi adalah rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan
tertentu, sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi. Dengan demikian strategi dan metode itu tidak
bisa dipisahkan. Strategi dan metode pembelajaran harus dirancang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
4) Media dan Sumber Belajar
Media dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu untuk
mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan sumber belajar adalah
segala sesuatu yang mengandung pesan yang harus dipelajari sesuai dengan
materi pelajaran.
5) Evaluasi
Evaluasi dalam KTSP diarahkan bukan hanya sekedar untuk mengukur
keberhasilan setiap siswa dalam pencapaian hasil belajar, tetapi juga untuk
mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan setiap
siswa. Oleh sebab itu, dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran setiap guru
tidak hanya menentukan tes sebagai alat evaluasi akan tetapi juga menggunakan
nontes dalam bentuk tugas, wawancara, dan lain sebagainya.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-
komponen yang satu sama lain saling berkaitan, dengan demikian maka
merencanakan pelaksanaaan pembelajaran adalah merencanakan setiap komponen
yang saling berkaitan.
Penyusunan RPP dalam garis besarnya dapat mengikuti langkah- langkah
sebagai berikut (Khaeruddin dkk, 2007):
1) Mengisi kolom identitas
2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan
3) Menentukan SK dan KD, serta Indikator yang akan digunakan yang terdapat
pada Silabus yang telah disusun
4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dasar, serta
indikator yang telah ditentukan

21
5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok pembelajaran yang
terdapat dalam silabus. Materi standar merupakan uraian dari materi pokok
6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan
7) Merumuskan langkah- langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal,
inti, dan akhir
8) Menentukan sumber belajar yang digunakan
9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik
penskoran
Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, prinsip-prinsip penyusunan RPP
adalah sebagai berikut:
1) RPP memperhatikan perbedaan individu peserta didik. RPP disusun dengan
memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat
intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi,
gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,
norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2) RPP mendorong partisipasi aktif peserta didik. Proses pembelajaran
dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi,
minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar
3) RPP mengembangkan budaya membaca dan menulis. Proses pembelajaran
dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam
bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan
4) RPP memberikan umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan
program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi
5) RPP memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan
memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP
disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas
mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

22
6) RPP menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan
mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dengan penyusunan RPP yang baik, diharapkan proses pembelajaran yang
dilakukan oleh para siswa juga dapat lebih bermakna dan kompetensi dasar yang
diharapkan dapat tercapai. Di dalam RPP, prinsip-prinsip yang digunakan dalam
menentukan materi pembelajaran adalah kesesuaian, keajegan, dan kecukupan.
Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi
dan pencapaian kompetensi dasar, selain itu materi yang diajarkan hendaknya
cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang
diajarkan.
Dalam mengembangkan materi pembelajaran perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut: 1) potensi peserta didik, 2) relevansi dengan karakteristik daerah, 3)
tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta
didik, 4) kebermanfaatan bagi peserta didik, 5) struktur keilmuan, 6) aktualitas,
kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, 7) relevansi dengan kebutuhan
peserta didik tuntutan lingkungan, dan 8) alokasi waktu (Depdiknas, 2008).

c. Bentuk-Bentuk Evaluasi Pembelajaran PPKn


Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1
ayat 21 dijelaskan bahwa “evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan”. Selanjutnya, dalam
PP.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I pasal 1 ayat 17
dikemukakan bahwa “penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Secara umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui
efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Indikator efektivitas
dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik.
Perubahan tingkah laku itu dibandingkan dengan perubahan tingkah laku yang

23
diharapkan sesuai dengan kompetensi, tujuan dan isi program pembelajaran.
Adapun secara khusus, tujuan evaluasi adalah untuk : 1) Mengetahui tingkat
penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. 2)
Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses belajar,
sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedial
teaching, 3) Mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang
digunakan guru, baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber
belajar.
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka pelaksanaan
evaluasi hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip : kontinuitas, komprehensif,
objektivitas, kooperatif, dan praktis. Di samping itu, evaluasi juga harus
memperhatikan prinsip keterpaduan, prinsip berorientasi kepada kecakapan hidup,
prinsip belajar aktif, prinsip kontinuitas, prinsip koherensi, prinsip keseluruhan,
prinsip paedagogis, prinsip diskriminalitas, dan prinsip akuntabilitas.
Secara keseluruhan, teknik dan bentuk evaluasi dapat digambarkan sebagai
berikut :

24
Evaluasi

Tes Non tes

Tulisan Lisan Tindakan obervasi wawancara Daftar cek Skala sikap Rating scale

Objektif klompok

b-s individu

p-g

menjodohkan

Jawaban
singkat

Uraian

Bebas

terikat

25
a. Tes
Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan
evaluasi, yang didalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan jawaban
itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik tersebut. Berdasarkan jumlah
peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes kelompok dan
tes perorangan. Dilihat dari sudut penyusunannya, tes hasil belajar dapat
dibedakan atas dua jenis, yaitu tes buatan guru (Teacher-Made Test) dan tes yang
distandardisasi (Standardized Test).
1. Tes Tertulis (written test)
Tes tertulis adalah tes yang menuntut jawaban dari siswa secara tertulis. Tes
tertulis diberikan kepada seorang atau sekelompok murid pada waktu, tempat, dan
untuk soal tertentu
a.Tes Uraian
Secara garis besar ada dua bentuk tes tertulis, yaitu tes esai (essay test) dan
tes objektif (objective test). Tes esai dapat digunakan untuk mengukur kegiatan-
kegiatan belajar yang sulit diukur oleh tes objektif. Tes esai sering disebut juga
bentuk uraian, karena menuntut anak untuk menguraikan jawabannya dengan
kata-kata sendiri dalam bentuk, teknik, dan gayanya sendiri. Tes esai sering
disebut juga tes subjektif. Tes esai ada dua bentuk, yaitu esai terbatas dan esai tak
terbatas (bebas).
b.Tes objektif
Tes objektif (objective test) menuntut peserta didik untuk memilih jawaban
yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan
jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum
sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan peserta didik
yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi seperti kemampuan
mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, pengertian, dan kemampuan
mengaplikasikan prinsip-prinsip. Tes objektif terdiri atas beberapa bentuk, yaitu
benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi atau jawaban singkat.
a. Bentuk Pilihan-Ganda (multiplechoice)
Soal tes bentuk pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar
yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi,
analisi, sintesis dan evaluasi. Bentuk pilihan-ganda terdiri atas pembawa pokok
persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan
dalam bentuk pertanyaan dan dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement)
yang belum sempurna yang sering disebut stem. Sedangkan pilihan jawaban itu
mungkin berbentuk perkataan, bilangan atau kalimat dan sering disebut option.
b. Bentuk Menjodohkan (matching)
Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan pilihan ganda.
Perbedaannya adalah pilihan ganda terdiri atas item dan option, kemudian testi
tinggal memilih salah satu option yang diberikan. Sedangkan bentuk
menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda. Kolom sebelah kiri menunjukkan
kumpulan soal, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban.
Jumlah alternatif jawaban harus dibuat lebih banyak dari jumlah soal.
c. Bentuk Jawaban Singkat (short answer) dan Melengkapi (completion)
Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat
dan atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal bentuk
jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Dengan kata
lain, item tersebut berupa suatu kalimat bertanya yang dapat dijawab dengan
singkat.

2. Tes Lisan (oral test)


Tes lisan adalah suatu bentuk tes yang menuntut jawaban dari peserta didik
dalam bentuk bahasa lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan
kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan ataupun perintah yang diberikan.
Beberapa petunjuk praktis dalam pelaksanaan tes lisan : 1) Jangan terpengaruh
oleh faktor-faktor subjektivitas, 2) Berikanlah skor bagi setiap jawaban yang
dikemukakan oleh peserta didik. 3) Catatlah hal-hal atau masalah yang akan
ditanyakan dan ruang lingkup jawaban yang diminta untuk setiap pertanyaan. 4)

26
Ciptakan suasana ujian yang menyenangkan, 5) Jangan mengubah suasana ujian
lisan menjadi suasana diskusi atau suasana pembelajaran (instruction).

3.Tes Perbuatan (performance test)


Tes perbuatan adalah bentuk tes yang menuntut jawaban siswa dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Peserta didik bertindak sesuai dengan
apa yang diperintahkan dan ditanyakan.

b. Nontes
Para ahli berpendapat bahwa dalam mengadakan evaluasi terhadap hasil
belajar, kita harus menggunakan teknik tes dan nontes, sebab hasil-hasil pelajaran
bersifat aneka ragam. Hasil pelajaran dapat berupa pengetahuan teoritis,
keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan
teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan.
Adapun perubahan sikap dan petumbuhan peserta didik dalam psikologi hanya
dapat diukur dengan teknik nontes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap,
angket, check list, dan rating scale.

27
3. Contoh/Noncontoh/Iustrasi
Contoh RPP (Direktorat Pembinaan SMA, 2017)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA............
Mata Pelajaran : PPKn
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Sistem hukum dan peradilan di Indonesia
Alokasi Waktu : 4 JP (2 pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, tanya jawab, penugasan dan kajian konstitusionalitas siswa
dapat mensyukuri nilai-nilai dalam sistem hukum dan peradilan di Indonesia,
menunjukkan sikap disiplin, memiliki pengetahuan tentang sistem hukum dan
peradilan di Indonesia serta keterampilan dalam menyajikan hasil analisis tentang
sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Mensyukuri nilai-nilai dalam sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa
Menunjukkan sikap positif sesuai dengan nilai-nilai dalam sistem hukum
dan peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 secara adil.
Mengembangkan sikap sadar hukum sesuai dengan nilai-nilai dalam
sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara adil.
Menunjukkan sikap disiplin terhadap aturan sebagai cerminan sistem hukum
dan peradilan di Indonesia
Bersikap disiplin terhadap aturan sebagai cerminan sistem hukum dan

28
peradilan di Indonesia
Mendeskripsikan sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Menyebutkan sistem hukum Indonesia sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Mengklasifikasikan penggolongan hukum sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Menjelasakan sumber dan subyek hukum sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Menentukan sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Menganalisis sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Menyaji hasil penalaran tentang sistem hukum dan peradilan di Indonesia
sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Menyajikan hasil analisis sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

C. Materi Pembelajaran
1. Faktual:
Sistem hukum dan peradilan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan-peraturan lain yang
terkait.
2. Konseptual:
Sistem hukum dan peradilan di Indonesia yang berazaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3. Prosedural:
Mekanisme penegakkan hukum dan peradilan di Indonesia

29
D. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran kajian konstitusionalitas dengan meode diskusi, tanya
jawab, presentasi, dan penugasan
E. Media Pembelajaran
1. Laptop
2. LCD
3. Video Pembelajaran persidangan Anggelina Sondak
F.Sumber Belajar
1. ................................. 2016. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas XSMA/MA/SMK/MAK Semester 1. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
2. .................................... 2013. UUD Negera Republik Indonesia Tahun 1945.
Jakarta: Majelis Permusyawaratan Rakyat.
G. Langkah – Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Kesatu (2JP)
a. Kegiatan Pendahuluan
 Memberi salam/menyapa siswa.
 Memperhatikan kesiapan psikis dan fisik siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan memperhatikan kebersihan, kerapian, ketertiban dan
kehadiran siswa.
 Memberi motivasi untuk mengkondisikan suasana belajar yang
menyenangkan dengan menyuarakan yel-yel PPKn yang telah dibuat
sebelumnya.
 Meminta salah seorang siswa sesuai dengan gilirannya untuk memimpin
doa.
 Meminta semua siswa berdiri tegak dengan sikap hikmat untuk
menyanyikan lagu Nasional Bagimu Negeri dipimpin oleh salah seorang
siswa sesuai dengan gilirannya.
 Memberikan apersepsi dengan menanyakan “Bagaimana menurut
pendapat kalian ketika menjumpai seseorang yang kena operasi lalu lintas

30
disebabkan tidak membawa SIM dan tidak menggunakan helm saat
mengendarai sepeda motor?”
 Menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator pencapaian kompetensi.
 Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan siswa.
 Menyampaikan hal-hal yang akan dinilai dalam pembelajaran termasuk
teknik dan bentuk penilaian yang akan digunakan.
b. Kegiatan Inti
 Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya dipilih secara
heterogen.
 Guru menayangkan video kasus peradilan Anggelina Sondak.
 Siswa dalam kelompok mengamati tayangan video, kemudian
mengidentifikasi serta menyelaraskan kasus dalam tayangan video dengan
ketentuan konstitusional yang ada, selanjutnya guru meminta siswa
bekerjasama dan berdikusi tentang sistem hukum Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
penggolongan hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, sumber dan subyek hukum sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Siswa di dalam kelompok menyampaikan gagasan upaya dan niatan untuk
menumbuhkan sikap positif dan sikap sadar hukum berkaitan dengan nilai-
nilai dalam sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara adil
berdasarkan tayangan video, dan pengalamannya mengembangkan nilai
sikap sadar hukum sesuai dengan nilai-nilai dalam sistem hukum dan
peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 secara adil.
 Siswa melaksanakan diksui kelas untuk berbagi informasi tentang hasil
diskusi kelompok dalam rangka membangun sikap positif, sikap sadar
hukum, dan sikap disiplin.

31
 Siswa membangun komitem untuk menerapkan sikap positif dan sikap
sadar hukum berkaitan dengan nilai-nilai dalam sistem hukum dan
peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta bersikap disiplin terhadap aturan
sebagai cerminan sistem hukum dan peradilan di Indonesia
c. Kegiatan Penutup
 Guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran.
 Guru mengingatkan kembali tentang komitmen yang sudah dibangun.
 Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang telah menunjukkan
komitmen.
 Guru memberikan tugas:
 Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran berikutnya.
 Guru menutup pembelajaran dengan memberi salam.
2. Pertemuan Kedua (2JP)
a. Kegiatan Pendahuluan
 Memberi salam/menyapa siswa.
 Memperhatikan kesiapan psikis dan fisik siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan memperhatikan kebersihan, kerapian, ketertiban dan
kehadiran siswa.
 Memberi motivasi untuk mengkondisikan suasana belajar yang
menyenangkan dengan menyuarakan yel-yel PPKn yang telah dibuat
sebelumnya.
 Meminta salah seorang siswa sesuai dengan gilirannya untuk memimpin
doa.
 Meminta semua siswa berdiri tegak dengan sikap hikmat untuk
menyanyikan lagu Nasional Tanah Air Indonesia dipimpin oleh salah
seorang siswa sesuai dengan gilirannya.
 Memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan: “ apa yang kalian
ketahui tentang sumber dan subyek hukum sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945?”

32
 Menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator pencapaian kompetensi.
 Mengingatkan kembali komitmen sikap positif, sikap sadar hukum, dan
sikap disiplin yang telah dibangun kegaitan pembelajaran sebelumnya
b. Kegiatan Inti
 Siswa duduk sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan
sebelumnya.
 Siswa dalam kelompok memberikan argumentasi untuk memberikan
alasan terhadap peristiwa/kasus pelanggaran lalu lintas berdasarkan kajian
konstitusionalitas (berdasarkan sistem hukum dan peradilan di Indonesia
sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945).
 Siswa diminta menuju perpustakaan (ada yang mencari informasi dari
buku referensi, internet, mas media, dll tentang sistem hukum dan
peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 terkait dengan kasus pelanggaran lalu
lintas).
 Siswa bekerjasama dan berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan
sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berlaku di
masyarakat.
 Siswa berdiskusi untuk menganalisis sistem hukum dan peradilan di
Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berlaku di masyarakat.
 Setiap kelompok menyusun kesimpulan mengenai hasil kajian
konstitusionalitas (kesesuaiannya dengan ketentuan atau perundang-
undangan yang berlaku)
 Setiap kelompok menyajikan hasil kajian konstitusionalitas dan
memberikan argumentasi pada kasus yang dikaji untuk ditanggapi oleh
kelompok lain.
 Siswa berkomitmen untuk menerapkan sikap positif dan sikap sadar
hukum berkaitan dengan nilai-nilai dalam sistem hukum dan peradilan di

33
Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta bersikap disiplin terhadap aturan sebagai
cerminan sistem hukum dan peradilan di Indonesia.
c. Penutup
 Guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran.
 Guru mengingatkan kembali tentang komitmen yang sudah dibangun.
 Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang telah menunjukkan
komitmen.
 Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran berikutnya dan meminta
siswa membuat “jembatan keledai” sesuai dengan strateginya masing-
masing untuk meningkatkan retensi mereka terhadap materi.
 Guru menutup pembelajaran dengan memberi salam.

I.Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Teknik Penilaian Sikap (spiritual dan sosial):
 Sikap (spiritual dan sosial): Penilaian diri terhadap komitmen membangun
sikap positip, sadar hukum, dan disiplin; dan Jurnal.
 Pengetahuan: tes tulis
 Keterampilan: unjuk kerja
2. Bentuk Instrumen:
 Sikap: rubrik penilaian diri dan jurnal (Lampiran 1)
 Pengetahuan: tes uraian (Lampiran 2)
 Keterampilan: rubrik unjuk kerja dari simulasi yang dilakukan oleh tiap
kelompok sesuai dengan tugas yang diberikan, yaitu:
- Kel A sikap saat mengendarai sepeda motor
- Kel B tentang amnesti pajak
- Kel C tentang IMB
- Kel D tentang AMDAL

34
 Penilaian Keterampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan siswa
dalam presentasi, kemampuan bertanya, kemampuan menjawab
pertanyaan atau mempertahankan argumentasi kelompok, kemampuan
dalam memberikan masukan/saran pada saat menyampaikan hasil
telaah/analisis tentang sistem hukum, penggolongan hukum. (Lampiran 3)

......................, ................,2019
Mengetahui Guru Mata Pelajaran,
Kepala Sekolah...................

................................................ .............................................

35
Lampiran RPP (1)
a. Rubrik Penilaian Diri terhadap Sikap Positif, Sadar Hukum dan Disiplin
SMA :
Mata pelajaran:
Materi :
Nama Siswa :
No Aspek sikap Jawaban alasan Komitmen
ya tidak yang akan
dibangun
1 Saat mengendarai sepeda motor
saya:a.MembawaSIMb.MembawaSTNKc.Men
ggunakan helm
Saat menjumpai tanda dilarangparkir saya
berhenti di tempat tersebut
Saat menjumpai warna lampu kuning pada
trafict light, saya mempercepat laju kendaraan
Saat menjumpai razia kendaraan bermotor,
saya menunjukkan SIM danSTNK
Saat terkena razia kendaraan bermotor dan saya
tidak membawa surat, maka saya akan:
a.mengikuti keputusan petugas
raziab.menjalani prosedur penyelesaian secara
hukum

b. Jurnal
No Waktu Nama Kejadian/perilaku Butir/sikap Pos/neg Tindak lanjut

36
Lampiran RPP (2)
a. Tes tulis
No IPK Indikator butir soal Soal (*)
3.3.1. Menyebutkan Disajikan ilustrasi sistem Menyesuaikan
sistem hukum hukum Indonesia sesuai dengan indikator
Indonesia sesuai dengan Undang-Undang butir soal
dengan Undang- Dasar Negara Republik
Undang Dasar Indonesia Tahun 1945, siswa
Negara Republik dapat menyebutkan sistem
Indonesia Tahun hukum yang berlaku
1945 berdasarkan ilustrasi tersebut
MengklasifikasikanDisajikan ilustrasi teks
penggolongan tentang penggolongan hukum,
hukum sesuai siswa dapat
dengan Undang- mengklasifikasikan
Undang Dasar penggolongan hukum sesuai
Negara Republik dengan Undang-Undang
Indonesia Tahun Dasar Negara Republik
1945. Indonesia Tahun
1945berdasarkan ilustrasi
tersebut
Menjelasakan Disajikan ilustrasi
sumber dan subyek praperadilan yang terjadi pada
hukum sesuai suatu peristiwa, siswa dapat
dengan Undang- menjelaskan sumber dan
Undang Dasar subyek hukum sesuai dengan
Negara Republik Undang-Undang Dasar
Indonesia Tahun Negara Republik Indonesia
1945 Tahun 1945berdasarkan
ilustrasi tersebut
Menentukan sistem Disajikan peristiwa
hukum dan persengketaan tanah, siswa
peradilan di dapat menentukan sistem
Indonesia sesuai hukum dan peradilan di
dengan Undang- Indonesia sesuai dengan
UndangDasar Undang-UndangDasar Negara
Negara Republik Republik Indonesia Tahun
Indonesia Tahun 1945berdasarkan peristiwa
1945 tersebut
Menganalisis Disajikan ilustrasi gugatan
sistem hukum dan mengenai dialihkannya
peradilan di kewenangan pendidikan
Indonesia sesuai menengah atas ke
dengan Undang- pemerintahan provinsi,
Undang Dasar siswa dapat menganalisis

37
Negara Republik sistem hukum dan peradilan
Indonesia Tahun di Indonesia sesuai dengan
1945 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia
Tahun 1945berdasarkan
ilustrasi tersebut.

38
Lampiran RPP (3)
Rubrik unjuk kerja presentasi
NO Nama Kemampuan Kemampuan Memberi Niai
peserta bertanya (*) menjawab/ masukan/ keterampilan
didik Argumentasi saran (*) (**)
(*)
1234 1234 1234

Pedoman penskoran
No Aspek Pedoman penskoran
1. Kemampuan Skor 4 selalu bertanya
bertanya Skor 3 sering bertanya
Skor 2 kadang-kadang bertanya
Skor 1 tidak pernah bertanya
2. Kemampuan Skor 4 materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/ Skor 3 materi/jawaban benar, rasional dan tidak jelas
argumentasi Skor 2 materi/jawaban benar, tidak rasional dan tidak jelas
Skor 1 materi/jawaban tidak benar, tidak rasional dan tidak
jelas
3. Kemampuan Skor 4 selalu memberi masukan
memberi Skor 3 sering memberi masukan
masukan Skor 2 kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 tidak pernah memberi masukan
(*) diisi sesuai pedoman penskoran
(**) nilai keterampilan diperoleh dari perhitungan

Jumlah skor yang diperolehx100


Skor maksimal/12

39
4. Tugas Terstruktur/Latihan
1) Berdasarkan contoh RPP pada bagian d) diskusikan dengan temanmu
beberapa hal berikut:
a) Pelajari rumusan indikator capaian pembelajarannya, berikan komentar
Anda tentang rumusan tersebut berdasarkan parameter sikap, keterampilan
dan pengetahuan!
b) Pelajari rancangan materi, media, sumber belajar dan evaluasi
pembelajaranya, rekonstruksi ulang rancangan tersebut sehingga sesuai
dengan tuntutan kecakapan abad 21 yakni kreativitas dan inovasi, berpikir
kritis, memecahkan masalah, komunikasi dan kolaborasi!

C. Penutup
1. Rangkuman
a. Empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman dengan cara observasi/ penginderaan. Ajaran-ajaran pokok
empirisme yaitu: a) Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan
abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, b)
Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan
akal atau rasio, c) Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada
data inderawi, d) Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di
simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa
kebenaran definisional logika dan matematika), e) Akal budi sendiri tidak
dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada
pengalaman inderawi dan penggunaan pancaindera kita. Akal budi mendapat
tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
b. Aliran behavioristik memiliki pandangan bahwa hasil belajar (perubahan
perilaku) bukanlah berasal dari kemampuan internal manusia (insight) tetapi
karena faktor stimulus yang menimbulkan respons. Untuk itu agar aktivitas
belajar siswa bisa mencapai hasil belajar yang maksimal, maka harus

40
menggunakan stimulus yang dirancang sedemikian rupa sehingga bisa
menimbulkan respons yang positif dari siswa. Asumsi dasar mengenai belajar
menurut pandangan behaviorisme yakni : a) Sebagian besar prilaku orang
diperoleh dari pengalaman karena rangsangan dari lingkungan, b) Belajar
merupakan hubungan berbagai peristiwa yang dapat diamati yakni hubungan
antara stimulus dan respon, c) Belajar memerlukan suatu perubahan prilaku, d)
Belajar paling mungkin terjadi ketika stimulus dan respon muncul pada waktu,
e) Banyak spesies, termasuk manusia belajar dengan cara -cara yang hampir
sama.
c. Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang berkeyakinan
bahwa orang secara aktif membangun atau membuat pengetahuannya sendiri
dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri pula. Secara garis
besar langkah-langkah penerapan pendekatan konstruktivisme di dalam kelas
adalah sebagai berikut : a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksikan sendiri pengalaman dan keterampilan barunya b)
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik c)
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d) Citpakan “Masyarakat
Belajar” (belajar dalam kelompok -kelompok).
a. perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya beberapa hal, diantaranya : 1)
tujuan pembelajaran, 2) materi/isi, 3) strategi dan metode pembelajaran, 4)
media dan sumber belajar, 5) evaluasi.

41
2. Tes Formatif
1) Sebuah teori belajar secara filosofis tentang perspektif bahwa para peserta
didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada merupakan
teori belajar...
a. Behaviorisme
b. Kognitifisme
c. Konstruktivisme
d. Afektifisme
e. Empiris
2) Jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan
Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula
hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons merupakan teori belajar
behaviorisme...
a. Law of Effect
b. Law of Readiness
c. Law of Exercise
d. Law of Respondent Conditioning
e. Law of Contigous Conditioning
3) Seorang guru melakukan aktifitas pembelajaran sebagai berikut:
- Membekali murid tidak hanya dengan fakta-fakta, melainkan
diarahkan pada kemampuan penguasaan dalam proses berpikir dan
berkomunikasi
- Berperan sebagai fasilitator dan pembimbing belajar peserta didik
- Melakukan penilaian yang mencakup cara-cara penyelesaian masalah
dengan berpatokan pada aturan yang berlaku, seperti peta konsep,
diagram ven, portofolio, uji kompetensi dan ujian komprehensif
Aktivitas guru tersebut menggunakan pembelajaran yang berbasis...

42
a. Kognitivisme
b. Konstruktivise
c. Humanisme
d. Behaviorisme
e. Empirise
4) Salah satu langkah penyusunan silabus adalah merumuskan indikator
pencapaian kompetensi, dalam menyusun indikator pengembangnya sesuai
dengan, kecuali ... .
a. Karakteristik siswa
b. Mata pelajaran
c. Potensi siswa
d. Jenis tes
e. Tujuan pembelajaran
5) Salah satu prinsip dalam menyusun RPP adalah perbedaan individu siswa
antara lain, kecuali...
a. Tingkat intelektual
b. Gaya belajar
c. Motivasi belajar
d. Sistematis
e. Minat belajar
6) Perumusan indikator merupakan penjabaran dari...
a. Tujuan pembelajaran umum
b. Standar kompetensi
c. Materi pelajaran
d. Kompetensi dasar
e. Tujuan pembelajaran khusus
7) Teknik tes cocok digunakan untuk menguji aspek...
a. Kognitif
b. Afekif
c. Psikomotorik
d. Kognitif dan psikomotor

43
e. Psikomotorik dan afektif
8) Kelemahan tes menjodohkan adalah...
a. Untuk mengukur proses mental yang rendah
b. Pembuatan soal mudah
c. Cocok mengukur informasi yang berbentuk fakta
d. Sulit mengukur proses mental yang tinggi
e. Siswa bisa menafsirkan jawaban secara bebas
9) 1. Membuat soal
2. menyusun kisi-kisi
3. analisis silabus
4. membuat kunci jawaban
5. menyusun pedoman penskoran
6. menyusun lembar jawaban
Urutan langkah-langkah menyusun kisi-kisi soal adalah...
a. 1-2-3-4-5-6
b. 3-2-1-6-4-5
c. 3-2-1-6-5-4
d. 3-2-1-5-6-4
e. 6-5-4-2-3-1
10) Suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif,
dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Pernyataan di atas merupakan pengembangan instrumen evaluasi...
a. Jenis non tes dalam bentuk obsevasi
b. Jenis non tes dalam bentuk Wawancara
c. Jenis non tes dalam bentuk Angket
d. Jenis non tes dalam bentuk Studi Kasus
e. Jenis non tes dalam bentuk Sosiometri

44
Daftar Pustaka

Abimanyu, Soli dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Adian, Donny Gahral. 2002. Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan. Jakarta
Selatan: Teraju
Baharuddin dan Wahyuni, N,. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogjakarta:
Ar-Ruzz Media Group.
Baruque, M. 2014. Learning Theory and Instructional Design Using Learning
Objects. Journal of Educational Multimedia and Hypermedia
Bambang Q-Anees dan Adang Hambali. 2008. Pendidikan karakter berbasis Al-
Quran. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Dahar, Ratna Willis. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Depdiknas.2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Balai Pustaka
Djiwandono. Sri Esti Wuryani. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia
Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: Alfabeta
Karfi, H, dkk. 2002. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Bina Media
Informasi
Karli, H dan S.Y.Margaretha. 2002. Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi Model-Model Pembelajaran 2. Bandung : Bina media
informasi.
Khaeruddin, dkk. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep dan
Implementasinya di Madrasah. Jogjakarta. Nuansa Aksara.
Lapono, N, dkk. 2008. Belajar Dan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Pendidikan
Tinggi Depdiknas
Maksum, Ali. 2008. Pengantar filsafat: dari masa kelasik hingga post-
modernisme, Yogyakarta : Ar-Ruzz

45
Muslich, Mansur. 2007. KTSP. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Panduan Bagi Guru. Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.
Jakarta : Bumi Aksara
Ormrod, JE. 2003. Educationalpsychology : developinglearners. New Jersey,
Person EducationInc.
Rifa'i,Achmad.dkk.,2012.Psikologi Pendidikan .Semarang : Unnespress
Sadulloh Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: AlFABETA
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group
Solomon, Robert C., and Kathleen M. Higgins. 2002. Sejarah
Filsafat.Diterjemahkan olehSaut Pasaribu. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktek.Yogjakarta:
Arr-Ruzz

46
Kunci Jawaban Tes

No soal Jawaban
1. A
2. A
3. B
4. D
5. D
6. D
7. A
8. D
9. C
10. A

47
KEGIATAN BELAJAR 4

KOMUNIKASI INTERAKSI
PROFESIONAL GURU PPKn

i
DAFTAR ISI

hal
A. Pendahuluan .......................................................................... 1
1. Deskripsi Singkat .................................................................. 1
2. Relevansi ............................................................................... 1
3. Petunjuk Belajar .................................................................... 2
B. Inti ......................................................................................... 3
1. Capaian Pembelajaran ........................................................... 3
2. Uraian Materi ........................................................................ 3
a. Pembelajaran PPKn Berbasis TIK.................................. 3
b. Komunikasi dalam Pembelajaran PPKn dengan
Memperhatikan Etika Guru........................................... 16
3. Contoh/Non Contoh/Ilustrasi................................................. 20
4. Tugas Terstruktur/Latihan ..................................................... 20
C. Penutup ........................................................................................ 20
1. Rangkuman ........................................................................... 20
2. Tes Formatif ........................................................................... 21
Daftar Pustaka ..................................................................................... 23
Tugas Akhir ......................................................................................... 24
Tes Sumatif ........................................................................................ 25
Kunci Jawaban ..................................................................................... 26

ii

ii
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kini menjadi
bagian dari tuntutan kompetensi guru. Selain untuk mendukung pelaksanaan tugas
(penyusunan perencanaan, penyajian pembelajaran, evaluasi dan analisis hasil
evaluasi) maupun sebagai sarana untuk memperoleh sumber informasi dan
sumber belajar yang lebih luas tanpa dibatasi ruang dan waktu. Sehingga setiap
guru pada semua jenjang dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan
menggunakan TIK dan mengintegrasikannya dalam pembelajaran.
Dengan mempelajari komunikasi interaksi profesional guru PPKn, Anda
sebagai guru diharapkan dapat memahami tentang bagaimana proses
pembelajaran PPKn berbasis TIK dan dapat menerapkan dalam pembelajaran di
kelas. Melalui Kegiatan Belajar 4 ini Anda akan diajak untuk belajar dan
memahami tentang pembelajaran PPKn berbasis TIK dan bagaimana menerapkan
PPKn berbasis TIK dengan tetap memperhatikan etika dan norma-norma sosial.
Kegiatan Belajar 4 ini memuat materi tentang : 1) Pembelajaran PPKn Berbasis
TIK, 2). b). Komunikasi dalam Pembelajaran PPKn dengan Memperhatikan Etika
Guru

2. Relevansi
Kegiatan Belajar 4 ini membahas tentang pembelajaran PPKn berbasis TIK
Materi ini menjadi bagian penting untuk Anda kuasai karena salah satu
kompetensi yang harus dimiliki seorang guru di era disrupsi ini adalah memiliki
kemampuan untuk menggunakan TIK dalam pembelajaran sehingga dapat
memenuhi tuntutan tujuan pendidikan sesuai perkembangan zaman.

3. Petunjuk Belajar
Sebelum Anda mempelajari Kegiatan Belajar 4 ini, ada beberapa hal yang
harus Anda lakukan untuk mempermudah pemahaman Anda tentang isi kegiatan
belajar 4 ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.

1
a. Lakukan kajian permulaan tentang komunikasi interaksi profesional guru
PPKn dengan mencari beberapa referensi yang relevan.
b. Bacalah terlebih dulu deskripsi singkat Kegiatan Belajar 4
c. Munculkan pertanyaan-pertanyaan di benak Anda (atau dapat dituliskan)
tentang materi Kegiatan Belajar 4
d. Bacalah materi secara bertahap sambil berusaha menemukan jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul sebelumnya
e. Diskusikan materi-materi yang kurang jelas dengan teman-teman kelompok
belajar Anda
f. Kerjakan latihan dan nilailah sendiri pemahaman Anda terhadap Kegiatan
Belajar 4
g. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata kuliah ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda mempelajari materi dan mengerjakan
latihan. Untuk itu, berlatihlah, dan selamat belajar.

2
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
Mampu merumuskan indikator capaian pembelajaran berfikir tingkat tinggi
pada bidang studi PPKn yang harus dimiliki peserta didik mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara utuh (kritis, kreatif, komunikatif, dan
kolaboratif) yang berorientasi masa depan (adaptif dan fleksibel).

2. Uraian Materi
a. Pembelajaran PPKn Berbasis TIK
Pembelajaran berbasis TIK sudah dikenalkan sejak Thorndike dan Dewey
memperkenalkan falsafah teknologi pengajaran melalui perspektif mereka di
tahun 1901. Berkembangnya komputer memberikan ide para akademisi dan
keilmuan di bidang pendidikan menggabungkan dan menyelipkan ilmu komputer
sebagai media maupun alat mempermudah berjalannya sistem pendidikan.
Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai adaptasi dari TIK
(Information and Communication Technology) adalah berbagai aspek yang
melibatkan teknologi, rekayasa dan teknik pengolahan yang digunakan dalam
pengendalian dan pemrosesan informasi serta penggunaannya, hubungan
komputer dengan manusia dan hal yang berkaitan dengan sosial, ekonomi dan
kebudayaan (British Advisory Council for applied Research and Development:
Report on Information Technology. 1980). Teknologi informasi dan komunikasi
adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika terutama komputer, untuk
menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk
kata-kata, bilangan dan gambar (https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/ ).
Selanjutnya Sannai (2004) mendefinisikan TIK sebagai sebuah media atau
alat bantu dalam memperoleh pengetahuan antara seseorang kepada orang lain.
Isjoni dan Ismail (2008) menyebutkan teknologi informasi dan komunikasi
merupakan perpaduan seperangkat teknologi terutama mikroelektronik komputer,
teknologi komunikasi yang membantu proses pengumpulan, penyimpanan,
pemrosesan, penghantaran, dan juga penyajian data informasi melalui berbagai
media meliputi teks, audio,video, grafik, dan gambar.

3
TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi
komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan
proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat
yang satu ke lainnya. Jadi TIK mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan
yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi
antar media.
TIK diprogram untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima
peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran
melalui TIK diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) bagi
peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Dalam
menghadirkan fungsi teknologi, asas praktis, efektif dan efisien menjadi acuan
utama. Artinya kalau kehadirannya justru menyulitkan dan menambah beban
materi dan waktu maka kehadiran TIK justru tidak ada gunanya.
Namun di era industri 4.0 saat ini kehadiran TIK menjadi sebuah
keniscayaan dan tidak bisa dihindari. Di mana perangkat komunikasi nirkabel
sudah merambah sampai ke pelosok pedesaan. Kehadiran teknologi ini harus
digunakan sebaik-baiknya dengan pengelolaan yang tepat.
Selain fungsinya sebagai alat bantu pemecahan masalah manusia, TIK juga
dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran seperti: 1)
meningkatkan kualitas pembelajaran, 2) memperluas akses terhadap pendidikan
dan pembelajaran, 3) mengurangi biaya pendidikan, 4) menjawab keharusan
berpartisipasi dalam TIK, dan 5) mengembangkan keterampilan TIK yang
diperlukan siswa ketika bekerja dan dalam kehidupannya nanti (Krisnadi, 2009).
Selain itu, TIK memiliki beberapa manfaat, antara lain : 1) presenting
information, yaitu memiliki keunggulan dalam menyampaikan pesan atau
informasi, 2) quick and automatic completion of routine tasks, memberikan
kemudahan dalam menyelesaikan tugas-tugas, 3) assessing and handling
information, memperoleh dan mengirimkan pesan atau informasi dengan mudah
dan cepat (Isjoni dan Ismail, 2008).

4
Dalam penggunaannya ada beberapa prinsip penggunaan TIK dalam
pembelajaran di kelas yaitu sebagai berikut : 1) Efektif dan efisien. Penggunaan
TIK harus memperhatikan kemanfaatan dari teknologi ini yaitu mampu
mengefektifkan belajar. Dengan menggunakan TIK, informasi diperoleh dengan
lebih mudah dan terjangkau dari segi biaya maupun waktu, 2) Optimal. Dengan
menggunakan TIK, pembelajaran menjadi lebih luas cakupannya, kekinian,
modern dan terbuka, 3) Menarik. Artinya, pembelajaran di kelas akan lebih
menarik dan memancing keingintahuan siswa, 4) Merangsang daya kreatifitas
berpikir siswa. Dengan menggunakan TIK tentu saja diharapkan siswa mampu
menumbuhkan kreativitasnya dengan maksimal.
Penggunaan TIK tentu memiliki sisi positif dan sisi negatif. Diantara
dampak positif dari pembelajaran yang menggunakan TIK antara lain adalah : 1)
siswa jadi lebih mudah dalam belajar, karena kebanyakan pelajar lebih suka
praktek dibandingkan teori, 2) Guru jadi lebih mudah mengajar dan mudah
menyampaikan materi dengan membuat presentasi-presentasi, 3) Bagi siswa
maupun guru, pemberian dan penerimaan materi atau tugas tidak harus bertatap
muka, jadi jika guru berhalangan hadir tetap dapat memberi tugas atau materi
melalui e-mail, 4) Dalam membuat laporan, baik bagi siswa maupun guru jadi
lebih mudah karena jika memakai komputer akan mudah dikoreksi jika ada
kesalahan, 5) Dalam belajar, baik guru maupun siswa akan lebih mudah mencari
sumber karena adanya internet, 6) Pembelajaran yang menggunakan TIK bisa
dibuat lebih menarik, misalnya dengan memunculkan gambar atau suara sehingga
siswa lebih antusias untuk belajar.
Selain sisi positif, penggunaan TIK tentu juga memiliki sisi negatif
diantaranya: 1) Pembelajaran yang menggunakan TIK hanya bisa dilaksanakan
oleh sekolah yang mampu, bagi sekolah-sekolah yang kurang mampu akan
ketinggalan, dan siswanya akan kesulitan jika mereka masuk ke sekolah lanjutan
di kota besar yang sudah sering menggunakan TIK, 2) Setiap pelajar harus
mendapat fasilitas yang sama, jadi dalam pembelajaran yang menggunakan
komputer, setiap pelajarnya harus memakai 1 komputer yang memadai, jika
komputer yang dalam kondisi baik hanya sebagian, akan ada siswa yang hanya

5
menonton, sehingga mereka tidak menguasai penggunaan komputer, 3) Dalam
pembelajaran, siswa-siswa yang tidak antusias dalam penerimaan materi sering
kali lebih suka main game selama pembelajaran, sehingga mereka tidak
konsentrasi dan tidak menerima materi yang diajarkan, 4) Dalam pembelajaran
yang menggunakan internet yang tidak dibatasi, sering kali siswa menggunakan
internet bukan untuk keperluan belajar, misalnya membuka situs youtube untuk
menonton video dalam proses belajar.
Bagaimanakah pengelolaan kelas yang menerapkan TIK dalam
pembelajaran? Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam
mengelola kelas berbasis TIK, diantaranya adalah: 1) penggunaan TIK sebaiknya
dibagi dalam tiga katagori, yaitu one laptop for all students, one student one
laptop, dan one laptop for four students, 2) pengunaan TIK bersifat “one laptop
for all student” digunakan pada saat guru memberikan konsep dasar yang harus
dikuasai siswa secara menyeluruh. Adapun one student one laptop dan one laptop
for four students digunakan untuk tahap pengembangan konsep, yang memerlukan
aktifitas eksplorasi atau pemecahan masalah, 3) penggunaan fasilitas hendaknya
tidak terlalu sering bersifat individual, yaitu “one student one laptop“, tetapi
sesekali harus diberikan fasilitas bersifat kerjasama, “one laptop for four student“,
4) guru harus menetapkan standar operasional prosedur (SOP) dalam penggunaan
TIK dikelas. SOP ini mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab, 5)
guru merancang kelas yang berbasis TIK yang bersifat dinamis sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran. Harus dibedakan tempat duduk siswa ketika
kebutuhannya one laptop for all students, one student one laptop, dan one laptop
for four students.
Beberapa aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam
pengembangan pembelajaran PPKn yang dapat dikembangkan diantaranya
adalah:

1) Pembelajaran Berbasis Komputer (PBK)


Pembelajaran berbasis komputer yaitu penggunaan komputer sebagai alat
bantu dalam proses pembelajaran. Dalam PBK, komputer digunakan sebagai

6
perangkat sistem pembelajaran secara individual dan menerapkan prinsip belajar
tuntas. Pembelajaran berbasis komputer adalah program pembelajaran dengan
menggunakan software komputer berupa program komputer yang berisi tentang
muatan pembelajaran meliputi judul, tujuan, materi pembelajaran, evaluasi
pembelajaran untuk peserta didik memperoleh informasi dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya dalam pembelajaran (Rusman, 2011).
Pembelajaran berbasis komputer merupakan program pembelajaran yang
memanfaatkan komputer secara langsung untuk menyampaikan isi pelajaran,
memberikan latihan dan mengevaluasi kemajuan belajar peserta didik. Materi
pembelajaran dibuat dalam bentuk powerpoint atau CD pembelajaran interaktif.
Menurut Thomson (dalam Elida & Nugroho, 2003) pada saat dipergunakan
dalam pembelajaran, komputer meningkatkan motivasi peserta didik. Peserta
didik menikmati kerja komputer dan ingin menghabiskan waktu, karena komputer
memberikan tantangan . Disamping itu komputer dapat menampilkan perpaduan
antara teks, gambar, animasi gerak dan suara secara bersamaan.
Perancangan dan pembangunan aplikasi sebuah media pembelajaran PBK
menitikberatkan pada sebuah komunikasi pengguna dengan komputer.
Komunikasi antara pengguna dengan komputer dalam PBK meliputi tahap-tahap
(1) Komputer menyajikan materi, (2) Pengguna mempelajari materi, (3)
Komputer mengajukan pertanyaan, (4) Pengguna memberikan respon, (5)
Komputer memeriksa respon tersebut, bila dinilai benar, komputer menyajikan
materi berikutnya, tetapi jika dinilai salah, komputer memberikan jawaban yang
benar beserta penjelasannya (Harjanto, 2012).
PBK memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaannya yaitu, 1)
berorientasi pada tujuan pembelajaran, 2) berorientasi pada pembelajaran
individual, 3) berorientasi pada pembelajaran mandiri, dan 4) berorientasi pada
pembelajaran tuntas (Rusman, 2011).
Beberapa model PBK yang dapat diterapkan dalam pembelajaran PKn
antara lain:

7
a) Model Drills
Model drills adalah suatu model pembelajaran dengan cara melatih siswa
terhadap pelajaran yang disajikan. Model ini dikemas dalam bentuk latihan yang
terus-menerus sehingga menjadikan siswa terbiasa dengan latihan yang disajikan,
dan menjadi mahir. Model Drills pada dasarnya merupakan salah satu model
pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang konkret
melalui ciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang
sebenarnya. Model Drills diaplikasikan dalam bentuk program komputer yang
berisi materi pelajaran dalam bentuk latihan-latihan. Melalui sistem komputer
kegiatan pembelajaran dilakukan secara mastering learning (belajar tuntas), maka
guru dapat melatih siswa secara terus menerus sampai mencapai ketuntasan dalam
belajar.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis komputer model Drills meliputi :
a) pendahuluan yang terdiri dari judul program, tujuan penyajian, dan petunjuk, b)
penyajian informasi yang terdiri dari mode penyajian drills, panjang teks
penyajian, grafik, diagram, animasi, warna dan penggunaannya serta penutup
(Darmawan, 2012).
Model Drills yang diaplikasikan dalam program komputer dapat membantu
meningkatkan kulitas pembelajaran PPKn terutama pada materi-materi yang
membutuhkan latihan dan pengulangan untuk dapat menguasai materi tersebut.
Dalam pembelajaran PPKn yang memfokuskan pada pembentukan karakter
warganegara yang baik, dibutuhkan model pembelajaran yang mampu
memberikan contoh-contoh konkret dan pengulangan-pengulangan agar
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dipahami dengan baik dan
tertanam di dalam benak peserta didik. Dengan konsep pengulangan dan latihan
dalam model pembelajaran Drills diharapkan karakter siswa dapat terbentuk.

b) Model Tutorial
Model tutorial memperkenalkan materi pelajaran baru kepada siswa dan
kemudian ditindaklanjuti dengan latihan dan praktek. Program ini digunakan
untuk pengayaan pelajaran atau membantu siswa yang tidak hadir pada pelajaran

8
tertentu. Program ini juga digunakan untuk mengulang terhadap pelajaran yang
telah disampaikan sebelumnya.
Program tutorial merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan software berupa program komputer
yang berisi materi pelajaran dan soal-soal latihan. Tujuan dari model tutorial ini
adalah untuk :1) meningkatkan penguasaan pengetahuan para siswa sesuai dengan
yang dimuat dalam software pembelajaran; melakukan usaha-usaha pengayaan
materi yang relevan; (2) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa
tentang cara memecahkan masalah, mengatasi kesulitan atau hambatan agar
mampu membimbing diri sendiri, dan (3) untuk meningkatkan kemampuan siswa
tentang cara belajar mandiri dan menerapkannya.
Tahapan atau langkah-langkah PBK model tutorial adalah sebagai berikut:
1) penyajian informasi (presentation of information), yaitu berupa materi
pelajaran yang akan dipelajari siswa, 2) pertanyaan dan respons (question of
responses), yaitu berupa soal-soal latihan yang harus dikerjakan siswa, 3)
penilaian respons (judging of responses), yaitu komputer akan memberikan
respons terhadap kinerja dan jawaban siswa, 4) pemberian balikan respons
(providing feedback about responses), yaitu setelah selesai, program akan
memberikan balikan. Apakah telah sukses/berhasil atau harus mengulang, 5)
pengulangan (remediation), 6) segmen pengaturan pelajaran (sequencing lesson
segment).
Adapun langkah-langkah pembuatan PBK model tutorial meliputi: 1)
pendahuluan yang terdiri dari judul program, tujuan penyajian, petunjuk, stimulasi
prioritas pengetahuan, dan inisial kontrol siswa; 2) penyajian informasi yang
terdiri dari mode penyajian, panjang teks penyajian, grafik, aniasi, warna dan
penggunaannya, pertanyaan dan jawaban, penilai respons, pemberian balikan
respons, pengulangan, segen pengaturan pelajaran dan penutup.
Dalam pembelajaran PPKn model tutorial memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berinteraksi dengan materi yang disajikan dan berpartisipasi aktif
dalam pengalaman belajar. Partisipasi tersebut bukan hanya dengan menjawab
pertanyaan, juga berlatih ide-ide baru, bertanya, dan menguji proses belajar

9
mereka sendiri. Siswa menjadi lebih aktif dan pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan.

c) Model Simulasi
Merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan
pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan tiruan bentuk
pengalaman yang mengikuti suasana sebenarnya dan berlangsung dalam suasana
yang tanpa resiko. Model simulasi adalah model PBK yang menampilkan materi
pelajaran yang dikemas dalam bentuk simulasi - simulasi pembelajaran dalam
bentuk animasi yang menjelaskan konten secara menarik, hidup dan memadukan
unsure teks, gambar, audio, gerak dan paduan warna yang serasi dan harmoni.
Secara umum, tahapan materi model tutorial adalah sebagai berikut: 1)
Pengenalan, 2) Penyajian Informasi (simulasi 1, simulasi 2 dan seterusnya), 3)
Pertanyaan dan respons jawaban, 4) Penilaian respons, 5) Pemberian feedback
tentang respons, 6) Pembetulan, 7) Segmen Pengaturan Pengajaran, dan 8)
Penutup. Adapun langkah pembuatan PBK model simulasi meliputi: 1)
pendahuluan yang terdiri dari judul program , tujuan penyajian dan petunjuk, 2)
penyajian informasi yang terdiri dari mode penyajian, panjang teks penyajian,
grafik, animasi, warna dan penggunaannya, penggunaan acuan dan penutup,
(Rusman, 2011).
Model simulasi yang diterapkan dalam pembelajaran PPKn memiliki
banyak kelebihan. Pembelajaran PPKn akan lebih bermakna jika disajikan secara
konkret, karena materi PPKn adalah materi yang sangat dekat dengan kehidupan
siswa. Dengan model simulasi, contoh-contoh konkret dapat disajikan.
Permasalahan dan penyelesaiannya juga dapat langsung diterapkan secara
simulasi. Sehingga siswa benar-benar memahami isi dan pesan dari materi yang
disampaikan.

d) Model Games
Model Games adalah program pembelajaran yang lebih menekankan pada
penyajian bentuk -bentuk permainan dengan muatan bahan pelajaran di dalamnya.

10
Model games membuat peserta didik terlibat dalam situasi menang atau kalah
yang meminta mempraktikan kemampuan untuk mengetahui proses
perkembangan. Penekanan model games ini terletak pada upaya memaksimalkan
aktivitas belajar mengajar dalam bentuk interaksi antara peserta didik dan materi
pelajaran dalam bentuk permainan.
Komponen pembuatan PBK model games meliputi: 1) pendahuluan yang
terdiri dari judul program, tujuan, aturan, petunjuk bermain, pilihan permainan, 2)
bentuk games yang terdiri dari skenario, tingkat permainan, pelaku permainan,
aturan permainan dan tantangan dalam pencapaian tujuan, 3) penutup yang terdiri
dari pemberitahuan siapa pemenang dengan skor terbaik dan pemberian
penghargaan.
Penerapan PBK model games dalam pembelajaran PPKn membantu siswa
untuk memahami materi dengan suasana dan kondisi belajar yang lebih
menyenangkan. Materi-materi PPKn yang terkesan teoritis dapat disampaikan
dengan lebih fun, menarik dan bermakna.

2) Pembelajaran Berbasis Web


Beragam terminologi belajar menggunakan fasilitas internet misalnya,
Internet Based Learning, Web Based Learning, E-Learning dan Computer
Supported Learning Resources. Web merupakan kumpulan-kumpulan dokumen
yang banyak tersebar di beberapa komputer server yang berada di seluruh penjuru
dunia dan terhubung menjadi satu jaringan melalui jaringan yang disebut internet.
Hampir 80% layanan internet adalah website. faktor utama yang yang membuat
website begitu cepat berkembang adalah karena penyebaran informasi melalui
website sangat cepat dan mencakup area yang luas (mendunia), tidak dibatasi oleh
jarak dan waktu.
Pembelajaran berbasis web merupakan suatu pembelajaran yang bisa
diakses melalui jaringan internet. Pembelajaran berbasis web dapat didefinisikan
sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses
pendidikan (Rusman, 2011). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar

11
dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya maka kegiatan itu dapat disebut sabagai
pembelajaran berbasis web.
Pembelajaran berbasis web menawarkan kecepatan dan tidak terbatasnya
pada ruang dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan
mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan dimana saja. Selama komputer
saling terhubung dengan jaringan internet akan memberikan kemudahan bagi
siapa saja untuk mendapatkan informasi.
Komponen yang harus diperhatikan dalam mengembangkan sistem
pembelajaran berbasis Web, yaitu : 1) learning event plan (rencana
pembelajaran), 2) learning materials presentation (materi pelajaran), 3) learner
assessment (penilaian belajar), 4) internet resources (sumber internet), 5)
instructional support (pendukung pembelajaran), dan 6) technical support
(pendukung teknis) (Jolliffe dkk., 2001). Bila dirancang dengan baik dan tepat,
pembelajaran berbasis web bisa menjadi pembelajaran yang menyenangkan,
memiliki unsur interaktif yang tinggi, menyebabkan peserta didik mengingat lebih
banyak materi pelajaran, serta mengurangi biaya-biaya operasional yang biasanya
dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti pembelajaran.
Karena sifatnya virtual, pembelajaran berbasis web dianggap telah
memberikan fleksibilitas terhadap kegiatan pengaksesan materi pembelajaran.
Penghantaran materi pembelajaran kini tidak lagi tergantung pada media fisik
seperti buku pelajaran cetak atau CD-ROM. Materi pembelajaran kini berbentuk
data digital yang bisa diuraikan melalui perangkat elektronik seperti komputer,
smartphone, telepon selular atau piranti elektronik lainnya.
Syarat utama belajar melalui web adalah adanya akses dengan sumber
informasi melalui internet. Selanjutnya adanya informasi tentang dimana letak
sumber informasi yang ingin didapatkan. Ada beberapa sumber data yang dapat
diakses dengan bebas dan gratis, tanpa proses administrasi pengaksesan yang
rumit. Ada beberapa sumber informasi yang hanya diakses oleh pihak yang
memang telah diberi otorisasi pemilik sumber informasi. Mewujudkan
pembelajaran berbasis web bukan sekedar meletakkan materi belajar pada web
kemudian diakses melalui komputer, web digunakan bukan hanya sebagai media

12
alternatif pengganti kertas untuk menyimpan berbagai dokumen atau informasi.
Web digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang tidak dimiliki kertas maupun
yang lain.
Pembelajaran berbasis web dibangun melalui beberapa prinsip yang
berperan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran ini pada tahap
implementasi. Beberapa prinsip yang setidaknya harus dipenuhi dalam
menerapkan pembelajaran berbasis web yaitu : 1) interaksi, yaitu kapasitas
komunikasi dengan orang lain yang tertarik pada topik yang sama atau
menggunakan pembelajaran berbasis web yang sama, 2) ketergunaan, yaitu
kemudahan penggunaannya oeh siswa, yang memilki dua prinsip yaitu konsisten
dan sederhana, 3) relevansi, yaitu adanya ketepatan dan kemudahan. Setiap
informasi hendaknya dibuat sangat spesifik untuk meningkatkan pemahaman
peserta didik dan menghindari bias (Rusman, 2011).
Jolliffe, dkk (2001) menjelaskan beberapa karakteristik pembelajaran
berbasis web antara lain: 1) materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik dan
berbagai elemen multimedia, 2) komunikasi dilakukan secara serentak dan tak
serentak seperti video conferencing, chats rooms, atau discussion forums, 3)
digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya, 4) dapat digunakan
berbagai elemen belajar berbasis CD-ROM, untuk meningkatkan komunikasi
belajar, 5) materi ajar relatif mudah diperbaharui, 6) meningkatkan interaksi
antara guru dan siswa, 7) memungkinkan bentuk komunikasi belajar formal dan
informal, 8) dapat menggunakan ragam sumber belajar yang luas di internet.
Adapun langkah-langkah pengembangan bahan ajar berbasis web dimulai
dari penentuan sasaran, pemilihan topik, pembuatan peta materi, perumusan
tujuan, penyusunan alat evaluasi, pengumpulan referensi, penyusunan bahan,
editing, upload, dan testing.

3) Blended Learning
Blended Learning adalah sebuah model pembelajaran yang menggabungkan
antara pembelajaran tatap muka dengan e-learning. Blended Learning merupakan
konsep baru dalam pembelajaran di mana penyampaian materi dapat dilakukan di

13
kelas dan online (Bielawski dan Metcalf dalam Husamah, 2014). Sedangkan
Darmawan (2012) menjelaskan bahwa Blended Learning merupakan kombinasi
berbagai model pembelajaran yang ditujukan guna mengoptimalkan proses dan
layanan pembelajaran baik jarak jauh, tradisional, bermedia, bahkan berbasis
komputer.
Selanjutnya menurut Mortera-Gutierrez (2006) mengemukakan bahwa
Blended Learning merupakan kombinasi atau gabungan dari banyak pendekatan
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dimana didalamnya berisi
gabungan dari beberapa metode penyampaian materi yang berbeda, seperti
gabungan dari beberapa software, web based course atau komputer yang
digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi, dan metode tradisional yaitu
pembelajaran dengan tatap muka antara guru dan siswa.
Penggabungan pembelajaran tatap muka dengan e-learning disebabkan
karena terbatasnya waktu dan mudah membuat siswa merasa cepat bosan dalam
proses pembelajaran serta tuntutan perkembangan teknologi yang semakin luas.
Blended learning mencampurkan dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas
dengan tatap muka secara konvensional (classroom lesson) dengan pembelajaran
secara online. Maksudnya adalah adalah pembelajaran yang secara konvensional
biasa dilakukan di dalam ruangan kelas dikombinasikan dengan pembelajaran
yang dilakukan secara online baik yang dilaksanakan secara independen maupun
secara kolaborasi, dengan menggunakan sarana prasarana teknologi informasi dan
komunikasi. Gambar 2.4.1 memberikan gambaran konsep blended learning
sebagai berikut:

Independent Collaboration
Learning (in the
(online) classroom and
online)

Time in the
classroom
(face to face
learning)

Gambar 2.4.1. Konsep Blended Learning


(sumber:http://orangecharterschool.org/the-future-of-learning-has-arrived-at-ocs/)

14
Secara umum terdapat enam model blended learning yaitu : 1) face to face
driver yaitu melibatkan siswa tidak hanya sekedar tatap muka tetapi juga kegiatan
di luar kelas dengan mengintegrasikan teknologi web secara online, 2) rotation
yaitu mengintegrasikan pembelajaran online sambil bertatap muka di dalam kelas
dengan pengawasan guru, 3) flex yaitu memanfaatkan media internet dalam
penyampai pembelajaran kepada siswa dimana siswa dapat membentuk kelompok
diskusi, 4) online lap yaitu pembelajaran yang berlangsung di dalam ruang
laboratorium komputer dengan semua materi pembelajaran disediakan secara
softcopy, dimana guru dan siswa berinteraksi secara online, 5) self blend, yaitu
siswa mengikuti kursus online sebagai pelengkap keas tradisional yang tidak
harus di lakukan di dalam ruang tetapi juga di luar kelas, dan 6) online driver,
yaitu pembelajaran online dimana seorang guru mengunggah materi pembelajaran
di internet sehingga peserta dapat mengunduh dari jarak jauh agar peserta bisa
belajar mandiri di luar kelas dan dilanjutkan dengan tatap muka berdasarkan
waktu yang telah disepakati (Tucker, 2012).
Bagaimana langkah-langkah mengembangkan pembelajaran blended
learning? Berikut contoh sederhana langkah-langkah pembelajaran yang
menerapkan blended learning.

Tabel 2.1. Contoh Langkah-Langkah Pembelajaran Blended Learning


No Aktivitas Pembelajaran Waktu Pelaksanaan Platform
1 Pendahuluan
a. Guru memberikan tugas Sebelum pelaksanaan Blog guru
kepada siswa untuk membaca pembelajaran di
materi pelajaran dan menjawab sekolah
beberapa pertanyaan awal yang
ada di Blog Guru
b. Siswa mengakses Blog
guru, selanjutnya membaca dan
mengerjakan beberapa pertanyaan
guru.
c. Guru memberikan jadwal Sebelum pelaksanaan Group
untuk melakukan diskusi dari pembelajaran di Facebook
hasil jawaban siswa terhadap sekolah dengan jadwal
beberapa pertanyaan guru melalui yang telah ditentukan
Blog Siswa sebelumnya

15
No Aktivitas Pembelajaran Waktu Pelaksanaan Platform
d. Guru menyampaikan Pertemuan 1 (2 x 40
kompetensi Dasar, dan Tujuan menit) tatap muka (10
Pembelajaran menit)
2 Kegiatan inti
a. Siswa mempresentasikan 30 menit Blog siswa
hasil diskusi sebelumnya dengan
menayangkan Blog Siswa
b. Siswa diminta membuat 30 menit Website
artikel hasil diskusi dsn presentasi sekolah
yang dipublikasikan ke dalam
web sekolah
3 Penutup
a. Guru mengajak siswa 10 menit
untuk menyimpulkan bersama
b. Guru memberikan tugas Blog guru
selanjutnya melalui blog guru
(Sumber:http://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2015/02/Blended-
Learning_Wendhie.pdf)

b. Komunikasi dalam Pembelajaran PPKn dengan Memperhatikan Etika


Guru
Guru merupakan tenaga pendidik yang memberikan ilmu pengetahuan
kepada peserta didik di sekolah. Sebagai seorang guru, dituntut untuk memiliki
empat kompetensi seperti yang telah dipelajari dalam kegiatan belajar 1.
Kompetensi tersebut bukan hanya meliputi kemampuan guru dalam bidang
keilmuan dan pedagogiknya saja, tetapi juga kompetensi yang berkaitan dengan
kemampuan guru untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang yang
berada di ruang lingkup pekerjaannya dan kemampuan guru untuk menjadi
pribadi yang layak digugu dan ditiru.
Salah satu keterampilan yang penting dimiliki seorang guru dalam menjalan
tugas keprofesionalannya yaitu kemampuan untuk berkomunikasi. Komunikasi
adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan
stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau
membentuk perilaku orang lainnya (khalayak) (Jenis dan Kelly dalam
Vardiansyah, 2008). Pendapat lain oleh Berelson & Stainer (dalam Vardiansyah,
2008) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian

16
informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-
simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain.
Kemampuan komunikasi guru dapat diartikan sebagai kemampuan guru
untuk menyampaikan informasi maupun opini dalam belajar, tidak hanya
penyampaian materi pelajaran, tetapi juga berupa pengarahan serta memberikan
motivasi yang dilakukan guru kepada siswa sehingga terjadi timbal balik.
Beberapa keterampilan berkomunikasi yang perlu dimiliki oleh seorang guru
misalnya (Sukmadinata, 2005):
1) Kemampuan berbahasa dengan baik. Guru perlu memiliki kekayaan bahasa
dan kosakata maupun istilah lainnya. Guru perlu menguasai struktur kalimat
dan ejaan yang benar dan menguasai ucapan dan ragam bahasa yang tepat dan
baik.
2) Tinggi rendahnya volume suara yang dimiliki oleh seorang guru. Setiap orang
memiliki volume suara yang berbeda-beda. Kebiasaan bicara pun berbeda-
beda, ada yang cepat, lambat, keras dan pelan,
3) Penampilan guru. Setiap orang memiliki ciri fisik tertentu, meskipun demikian
guru hendaknya menguasai penampilan yang moderat sehingga
memperlihatkan sikap bersahabat, keramahan, keterbukaan dan lain
sebagainya,
4) Penguasaan guru akan bahan yang diajarkan. Guru yang tidak menguasai
bahan, tidak lancar dalam menyampaikan materi pelajaran. Banyak berhenti,
melihat buku, bahkan melakukan kekeliruan. Kesalahan tersebut akan
memecah dan mengganggu konsentrasi siswa.
Komunikasi guru siswa di dalam kelas lebih banyak tercipta dalam bentuk
komunikasi langsung atau tatap muka. Dalam kegiatan belajar mengajar tatap
muka komunikasi langsung dapat terjadi baik dalam situasi klasikal, kelompok,
ataupun individual. Beberapa bentuk komunikasi dalam situasi tersebut adalah :1)
Penyampaian informasi secara lisan yaitu interaksi belajar mengajar berintikan
penyampaian informasi yang berupa pengetahuan terutama dari guru kepada
siswa, 2) Penyampaian informasi secara tertulis yaitu berkomunikasi dengan
siswanya secara tertulis, berupaya penyampaian bahan tertulis tulisanya sendiri

17
atau karya orang lain supaya dibaca dan pelajari oleh siswa, 3) Penyampaian
melalui media elektronika, guru dan siswa berkomunikasi tidak secara tatap muka,
tetapi diperantarai oleh media, 4) Komunikasi dalam aktifitas kelompok, dalam
aktifitas kelompok, kemungkinan mengadakan komunikasi ini lebih kaya
dibandingkan dengan penyampaian informasi baik lisan ataupun tertulis
(Sukmadinata, 2005).
Berikut ini beberapa cara komunikasi yang efektif antara komunikator
(guru) dengan komunikan (sesama guru, kepala sekolah, pelajar, staf tata usaha
dan warga sekolah lainnya) (Sukarna, http://adesukarna.gurusiana.id/):
1) Menyederhanakan yang rumit. Guru harus bisa menyampaikan komunikasi
secara jelas dengan kata-kata yang tersusun rapi, sehingga informasi yang
disampaikan lebih mudah dipahami oleh lawan bicara.
2) Membiasakan berbicara yang baik di lingkungan sekolah, agar komunikasi
dengan komunikan berjalan kondusif, nyaman dan efektif.
3) Berbicara secara langsung. Berkomunikasi secara langsung merupakan bentuk
komunikasi yang paling efektif untuk menghindari kesalahpahaman atau salah
pengertian. Berkomunikasi lewat media sosial seperti lewat WA, facebook,
line, twitter atau instagram bila kurang berhati-hati bisa menimbulkan
kesalahpahaman dengan lawan bicara.
4) Menghargai adanya perbedaan kebudayaan. Warga sekolah memiliki budaya
yang beragam. Guru sebaiknya menghargai perbedaan budaya lawan
bicaranya tersebut agar komunikasi bisa berjalan dengan baik.
5) Memberikan feedback yang baik. Etika saat berkomunikasi adalah menyimak
apa yang disampaikan lawan bicara dan kemudian merespon atau menanggapi
apa yang telah disampaikan oleh lawan bicara.
6) Menyesuaikan antara ucapan dan perbuatan. Ucapan dan perbuatan guru
hendaknya selaras agar memperoleh kepercayaan dari lawan bicara.
7) Presentasi secara visual. Jika guru diharuskan untuk berkomunikasi dengan
cara presentasi, maka harus dipersiapkan dengan baik dan matang serta
menggunakan bahasa yang jelas, lugas dan memilih kata-kata dan kalimat
yang mudah dipahami oleh lawan bicara.

18
8) Jadilah humoris yang menyenangkan. Komunikasi akan terjalin dengan efektif
jika diselingi dengan humor. Suasana menjadi rileks dan cair sehingga
komunikasi berjalan dengan lancar.
9) Menerima masukan. Tidak menutup kemungkinan saat berkomunikasi ada
kritikan dan masukan. Guru hendaknya menerima kritikan dan masukan
tersebut agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
10) Murah senyum. Murah senyum akan menjadikan guru dipandang positif oleh
lawan bicara. Komunikasi bisa berlangsung dengan nyaman dan efektif.
Mengawali pembicaraan dengan senyuman membuat suasana komunikasi
menjadi lebih santai, hidup dan efektif.

19
3. Contoh/Noncontoh/Iustrasi
https://www.youtube.com/watch?v=xB7WSW8UL2w

4. Tugas Terstruktur/Latihan
Diskusikan dalam kelompok, dan kreasikanlah sebuah perencanaan PPKn
berbasis TIK!

C. Penutup
1. Rangkuman
a. TIK (Information and Communication Technology) adalah berbagai aspek
yang melibatkan teknologi, rekayasa dan teknik pengolahan yang digunakan
dalam pengendalian dan pemrosesan informasi serta penggunaannya,
hubungan computer dengan manusia dan hal yang berkaitan dengan social,
ekonomi dan kebudayaan.
b. Pembelajaran berbasis TIK berhubungan dengan pemanfaatan media
teknologi dan informasi, seperti komputer, internet, telepon, media audio
visual dan alat bantu lainnya yang dikemas dalam bentuk program
pembelajaran e-learning.
c. Beberapa pembelajaran berbasis TIK yang dapat dikembangkan dalam
pembelajaran PKn adalah : 1) Computer Based Instruction (CBI), 2) Web
Based Education (E-Learning), 3) Blended Learning.
d. Cara komunikasi yang efektif antara guru dengan masyarakat sekolah antara
lain: 1) menyederhanakan yang rumit, 2) membiasakan berbicara yang baik di
lingkungan sekolah, 3) Berbicara secara langsung, 4) menghargai adanya
perbedaan kebudayaan, 5) memberikan feedback yang baik, 6) menyesuaikan
antara ucapan dan perbuatan, 7) presentasi secara visual, 8) jadilah humoris
yang menyenangkan, 8) menerima masukan, 9) murah senyum.

20
2. Tes Formatif
1) Segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk
memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya
merupakan pengertian dari...
a. Teknologi komputer
b. Teknologi informasi
c. Teknologi komunikasi
d. Teknologi informasi dan komunikasi
e. Teknologi media
2) Penggunaan TIK dalam pembelajaran seperti fungsi teknologi lainnya harus
memenuhi asas berikut kecuali...
a. Praktis, mudah, dinamis
b. Praktis, efektif, efisien
c. Mudah, efektif, canggih
d. Efektif, menarik, mudah
e. Dinamis, mudah, efektif
3) Salah satu dampak positif yang didapat dari penerapan TIK dalam
pembelajaran PKn adalah...
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran
b. Memperdalam akses terhadap pembelajaran
c. Menambah biaya pendidikan
d. Memperluas pergaulan siswa
e. Mengembangkan keterampilan siswa
4) 1) Canggih
2) Efektif
3) Menarik
4) Optimal
Yang merupakan prinsip penggunaan TIK dalam pembelajaran di kelas
adalah..
a. 1), 2) dan 3)

21
b. 2), 3) dan 4)
c. 2) dan 3)
d. 1 dan 3)
e. 1) dan 2)
5) Salah satu model pembelajaran berbasis TIK dibawah ini, kecuali..
a. Computer based Instruction
b. E-Learning
c. Blended Learning
d. Problem based Learning
e. Web Based Learning
6) 1) pengguna memberi respon
2) komputer menyajikan materi
3) pengguna mempelajari materi
4) komputer mengajukan pertanyaan
5) komputer memeriksa respon
Urutan yang benar dalam aplikasi pembelajaran berbasis komputer adalah...
a. 2) – 3) – 4) – 1) – 5)
b. 2) – 1) – 5) – 3) – 4)
c. 4) – 1) – 5) – 2) – 3)
d. 1) – 2) – 3) – 4) – 5)
e. 2) – 3) – 4) – 5) – 1)
7) Salah satu model pembelajaran berbasis komputer di mana guru
memperkenalkan materi pelajaran baru kepada siswa dan kemudian
ditindaklanjuti dengan latihan dan praktek merupakan pembelajaran
berbasis komputer model...
a. Drills
b. Tutorial
c. Games
d. Simulasi
e. Blended

22
8) Model pembelajaran Blended Learning adalah model pembelajaran yang...
a. Menggabungkan pembelajaran klasik dan modern
b. Menggabungkan pembelajaran online dan tutorial
c. Menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan e-learning
d. Menggabungkan pembelajaran di dalam ruangan dan di luar ruangan
e. Menggabungkan pembelajaran mandiri dan terbimbing
9) Salah satu kemampuan guru yang berkaitan dengan penyampaian informasi
dan mempengaruhi hubungan sosial guru dengan masyarakat sekolah
adalah...
a. Kemampuan menguasai mata pelajaran
b. Kemampuan berkomunikasi yang efektif
c. Kemampuan berpenampilan
d. Kemampuan mengenali karakteristik siswa
e. Kemampuan guru bekerjasama dengan rekan sejawat
10) Beberapa keterampilan berkomunikasi yang perlu dimiliki oleh seorang
guru kecuali...
a. Kemampuan untuk menggunakan ejaan dan struktur kalimat yang benar
b. Menggunakan volume suara yang sesuai
c. Memiliki sikap bersahabat dan ramah
d. Menguasai bahan
e. Memiliki penampilan yang rapi dan sopan

23
Daftar Pustaka

British Advisory Council for applied Research and Development: Report on


Information Technology. 1980
Darmawan, D. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Elida & Nugroho, 2003. Pengembangan computer assisted instruction (CAI) pada
Praktikum Mata Kuliah Jaringan Komputer, Jurnal teknologi pendidikan,
Vol. 5 no. 1. ISSN 1441-2744
Harjanto.2012. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Isjoni dan M. A. Ismail. 2008. Pembelajaran Virtual Perpaduan Indonesia-
Malayia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Jolliffe, Alan, Jonathan Riter and David Stevens. 2001. The On line Learning
Hand Book, Canada : Kogan Page Limited.
Kadir, 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Krisnadi, Elang. 2009. Pemanfaatan Program CAI sebagai Sarana untuk
Membantu siswa dalam Menyerap konsep-konsep Matematika dengan
pendekatan Abstrak-konkret. Jakarta: pustekkom dan Pusat Informasi
Mortera-Gutiérrez, F. 2006. Faculty Best Practices Using Blended Learning in E-
Learning and Face-to-Face Instruction. International Journal on E-
Learning, 5 (3), pp. 313-337.
Rusman, dkk .2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
: Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sannai, Ananta. 2004. 2004. Dunia Teknologi dan Komunikasi. Jakarta: Rineka
Cipta
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung: Remaja Rosdakarya
Tucker,Catlin R. 2012. Blended Learning in Grades 4-12, London: Corwin Press
Ardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta : Indeks.
http://orangecharterschool.org/the-future-of-learning-has-arrived-at-ocs/
http://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2015/02/Blended-
Learning_Wendhie.pdf
http://adesukarna.gurusiana.id/

24
g) Tugas Akhir
1) Bagaimana pandangan Anda terhadap profesionalisme guru selama ini?
Kemampuan apa saja yang masih perlu dikembangkan untuk memenuhi
kriteria sebagai guru profesional di era industri 4.0?
2) Jelaskan perbedaan perkembangan kognitif menurut Piaget dan Bruner!
3) Jelaskan bagaimana pandangan belajar menurut teori behaviorisme?
4) Menurut Anda apa saja yang perlu disiapkan guru dalam merencanakan
pembelajaran PKn berbasis TIK?

h) Tes Sumatif
1) Pekerjaan profesional adalah...
a. Pekerjaan yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan tekun
b. Pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu
c. Pekerjaan yang menuntut keahlian khusus yang diperoleh melalui
pendidikan dan latihan
d. Pekerjaan yang dapat dilakukan oleh semua orang
e. Pekerjaan yang dilakukan berdasarkan pengalaman bertahun-tahun
2) Berikut yang bukan merupakan ciri profesi adalah...
a. Memiliki standar unjuk kerja yang baku
b. Memiliki lembaga pendidikan khusus
c. Memiliki organisasi profesi
d. Memiliki pengakuan yang layak dari pemerintah
e. Memiliki kode etik tertentu
3) Layanan profesional guru yang berkaitan dengan kurikulum dan
pembelajaran adalah...
a. Layanan instruksional
b. Layanan administrasi
c. Layanan pembelajaran
d. Layanan bantuan
e. Layanan bimbingan dan konseling

25
4) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan dan akhlah mulia merupakan...
a. Ciri guru profesional
b. Prinsip guru profesional
c. Kewajiban guru profesional
d. Tugas guru profesional
e. Pandangan hidup guru profesional
5) Seorang guru yang memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dan
memahami pengelolaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, dikatakan
telah memiliki salah satu kemampuan yang termasuk pada kompetensi...
a. Kompetensi pedagogik
b. Kompetensi profesional
c. Kompetensi mengajar
d. Kompetensi sosial
e. Kompetensi kepribadian
6) Guru yang memiliki kompetensi sosial yang baik memiliki ciri...
a. Memiliki pengetahuan tentang sifat dan karakteristik siswa
b. Memahami perbedaan dan mampu mengelola konflik
c. Berakhlak mulia
d. Menjadi teladan bagi siswa
e. Mampu mengelola kelas
7) Berikut yang merupakan ciri guru yang memiliki kompetensi kepribadian
menurut Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 pasal 28 yaitu...
a. Berkepribadian mantap, stabil dan dewasa
b. Arif, berwibawa dan disegani
c. Rajin dan displin
d. Menjadi teladan dan senang dipuji
e. Berakhlak mulia dan suka memberi

26
8) Dibawah ini salah satu tugas dari perkembangan adalah...
a. Perkembangan aspek-aspek tentu berjalan sejajar atau berkolerasi dengan
aspek lainnya
b. Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayat
c. Potensi genetic yang tidak bermutu
d. Dapat memberi pola dan struktur yang berbeda dalam interaksi dan
komunikasi
e. Dapat bertahan hidup
9) Setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat
invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini
terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
serta adanya pengorganisasian struktur berfikir. Teori ini dicetuskan oleh...
a. Erikson
b. Piaget
c. Kohlberg
d. Bruner
e. Gagne
10) Kohlberg membagi tahapan perkembangan moral ke dalam tigas tingkatan.
Tingkatan moralitas konvensional ditandai dengan....
a. Anak mematuhi sesuatu karena takut hukuman
b. Anak menganggap bahwa nilai dan prinsip lebih utama daripada hukum
c. Anak menganggap tindakan individu harus sesuai dengan aturan yang
berlaku di masyarakat
d. Anak menganggap bahwa jika mereka baik terhadap orang lain maka
orang lain akan baik juga terhadap mereka
e. Anak mngembangkan standar moral berdasarkan hak asasi manusia
universal
11) Di bawahini yang merupakan tahap psikososial Erikson masaremaja (10-20
tahun) adalah…
a. Keintiman vs isolasi

27
b. Otonomi vs mau dan ragu
c. Integritas vs keputusasaan
d. Identitas vs kebingungan identitas
e. Percaya vs tidak percaya
12) Jadilah contoh perilaku prasosial, murid meniru apa yang dilakukan guru
misalnya tindakan guru yang membantu murid ketiak sedang kesulitan,
kemungkinan akan ditiru oleh murid lainnya, ketika guru membentak anak
yang berbuat salah, mereka mungkin akan menirunya dengan membentak
teman-temannya. Contoh tersebut merupakan implikasi dari teori…
a. Piaget
b. Erikson
c. Kohlberg
d. Gagne
e. Bruner
13) Beradaptasi dengan masa pensiun, beradaptasi dengan perubahan fisik, dapat
berkembang penyakit kronik, adalah karasteristik dari..
a. Old-Old
b. Middle Old
c. Young old
d. Mix old
e. Old child
14) Urutan perkembangan manusia pada periode childhood yang benar adalah...
a. Infancy - pranatal - middle late childhood - early childhood
b. Pranatal- Infancy- early childhood- middle late childhood
c. middle late childhood- Pranatal- Infancy- early childhood
d. early childhood- middle late childhood- Pranatal- Infancy
e. Pranatal- Infancy- middle late childhood- early childhood
15) Teori yang berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan melebihi dari logika adalah...
a. Teori behavioristik

28
b. Teori empirisme
c. Teori kognitif
d. Teori konstruktivisme
e. Teori sosial
16) Berikut yang merupakan ciri teori behavioristik yaitu...
1) menekankan pada proses
2) siswa cenderung pasif
3) evauasi menggunakan tes subjektif
4) motivasi belajar bersifat ekstrinsik
a. 1, 2 dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4 saja
e. Semua benar
17) Di dalam proses pembelajaran, para siswa dihadapkan dengan situasi di mana
ia bebas untuk mengumpulkan data, membuat dugaan (hipotesis), mencoba-
coba (trial and error), mencari dan menemukan keteraturan (pola),
menggeneralisasi atau menyusun rumus beserta bentuk umum, membuktikan
benar tidaknya dugaannya itu. Hal ini merupakan penerapan teori belajar….
a. Sosial
b. Behaviorisme
c. Konstruktivisme
d. Empirisme
e. Humanistik
18) 1) guru lebih banyak memberi contoh
2) menekankan pada stimulus respon
3) siswa lebih aktif
4) memunculkan masalah yang relevan
Yang menunjukkan ciri pembelajaran konstruktivisme adalah...
a. 1 dan 3

29
b. 1 dan 2
c. 2 dan 3
d. 3 dan 4
e. 2 dan 4
19) Di bawah ini merupakan unsur-unsur dalam operant conditioning, kecuali...
a. Reinforcement
b. Punishment
c. Shaping
d. Modeling
e. Extinction
20) Implementasi penerapan prinsip-prinsip behaviorisme yang banyak
digunakan dala dunia pendidikan adalah sebagai berikut...
a. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila peserta didik ikut
berpartisipasi secara aktif di dalamnya
b. Materi pelajaran dikembangkan dalam unit-unit dan diatur berdasarkan
urutan yang logis sehingga peserta didik mudah mempelajarinya
c. Tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga
peserta didik dapat segera mengetahui apakah respon yang diberikan sudah
sesuai dengan yang diharapkan atau belum
d. Setiap kali peserta didik memberikan respon yang benar perlu diberikan
penguatan
e. Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apaliba
pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
21) Thorndike menyatakan bahwa asosiasi antara stimulus dan respon akan
melemah apabila latihan dihentikan, hukum tersebut adalah...
a. The law of readiness
b. The law of reject
c. The law of effect
d. The law of disuse
e. The law of useless

30
22) Menurut skinner hukuman justru menimbulkan efek yang tidak baik, yaitu
kecuali…
a. berefek negatif pada segi emosi.
b. Tidak menimbulkan agresifitas
c. Kadang-kadang menimbukan sakit jasmani
d. Bila sesuatu aktivitas diberikan hukuman, maka tingkah laku tersebut
selalu diberi hukuman agar konsekuen
e. Hukuman dapat membekas secara psikologis dibenak anak hingga dewasa
23) Yang tidak termasuk tokoh behavioristik adalah...
a. Ivan Pavlov
b. Edward L. Thorndike
c. B.F. Skinner
d. Jean Piaget
e. Watson
24) Berikut ini merupakan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi kecuali...
a. Mempermudah komunikasi
b. Membuka lahan pekerjaan baru
c. Kemudahan memperoleh informasi
d. Mempercepat perolehan informasi
e. Mendorong tindakan yang konsumtif
25) Dalam dunia pendidikan, TIK telah mendatangkan manfaat bagi kemajuan
pendidikan di Indonesia yaitu..
a. Menambah lapangan kerja
b. Pelayanan kesehatan jarak jauh
c. Pembelajaran jarak jauh
d. Mendorong tumbuhnya demokrasi
e. Membuka peluang bisnis baru

31
26) Dengan menggunakan TIK pembelajaran menjadi bernilai lebih dalam hal
keluasan cakupan, kekinian, kemodernan dan keterbukaan. Hal ini merupakan
prinsip penggunaan TIK yaitu...
a. Efektif
b. Efesien
c. Terbuka
d. Optimal
e. Menarik
27) Pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran tatap muka dan
pembelajaran online adalah...
a. Blended Learning
b. CBI
c. WBI
d. E-learning
e. Online learning
28) Yang bukan termasuk model pembelajaran berbasis komputer adalah
a. Model Drills
b. Model Games
c. Model Tutorial
d. Model simulasi
e. Model Practice
29) Pembelajaran yang mensyaratkan adanya akses terhadap sumber informasi
melalui internet merupakan ciri dari pembelajaran...
a. Computer Based Instruction
b. Web Based Education
c. Blended Learning
d. Problem Based Learning
e. Computer Assisted Instruction
30) Yang tidak termasuk model blended learning adalah...
a. Face to face friver

32
b. Rotation
c. Flex
d. Online lap
e. Online blend

33
Kunci Jawaban Tes Formatif
No soal Jawaban
1. C
2. B
3. A
4. B
5. D
6. A
7. B
8. C
9. B
10. E
Kunci Jawaban Tes Sumatif

No soal Jawaban
1. C
2. D
3. A
4. B
5. A
6. B
7. A
8. A
9. B
10. C
11. D
12. C
13. C
14. B
15. B
16. C
17. C
18. D
19. D
20. E
21. D
22. B
23. D
24. E
25. C
26. D
27. A
28. E
29. B
30. E

34

Anda mungkin juga menyukai