Anda di halaman 1dari 186

MODUL 6 PPG PPKn

PENGEMBANGAN EVALUASI BERBASIS ICT DAN


PEMANFAATAN HASIL PTK DALAM
PEMBELAJARAN PPKn

Penulis:

LIBER SIAGIAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2020

ii
KATA PENGANTAR

Tiada rangkaian kata yang terindah selain mengucapkan puji syukur


kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan lindungan-
Nya, sehingga pada kesempatan ini tim penulis modul Pendidikan Profesional
Guru (PPG) mata pelajaran PPKn telah berhasil menyelesaikan Modul 6 PPG
PPKn tahun 2020 yang berjudul : “Pengembangan Evaluasi Berbasis ICT dan
Pemanfaatan Hasil PTK dalam Pembelajaran PPKn” Sebagai salah satu tugas
pokok dalam penerapan Tridarma Perguruan Tinggi.
Modul 6 PPG PPKn tahun 2020 yang berjudul : Pengembangan Evaluasi
Berbasis ICT dan Pemanfaatan Hasil PTK dalam Pembelajaran PPKn ini
bertujuan agar para guru PPKn peserta PPG 2020 mampu mengevaluasi
masukan, proses dan hasil pembelajaran PPKn yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dengan menerapkan assemen otentik,
serta memanfaatkan hasil evaluasi untuk perbaikan kualitas pembelajaran; dan.
Berdasarkan tujuan tersebut maka setiap kegiatan belajar (KB) modul 6 ini,
memiliki keterkaitan dan relevansi antara satu dengan yang lain.
KB 1 membahas tentang bagaimana Evaluasi Pembelajaran PPKn
Berbasis ICT, KB 2 membahas tentang Keterampilan Guru PPKn dalam
Pembelajaran, KB 3 membahas tentang Model dan Media Pembelajaran PPKn
berbasis ICT, dan KB 4 membahas tentang PTK dalam Pembelajaran PPKn.
Penyelesaian Modul 6 PPG PPKn tahun 2020 yang berjudul :
Pengembangan Evaluasi Berbasis ICT dan Pemanfaatan Hasil PTK dalam
Pembelajaran PPKn ini, tidak luput dari dukungan, bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu selama proses
pengerjaan modul ini:
1. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan beserta jajarannya.
2. Penyelia Modul PPG PPKn 2020 Prof. Dr. Sapriya, M.Ed dan Dr.
Mohammad Mona Adha, M.Pd.

iii
3. Rektor Universitas Negeri Medan beserta jajarannya.
4. Tim Modul PPG PPKn 2020
5. Keluarga dan teman sejawat di Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Universitas Negeri Medan.
Terlalu banyak yang telah penulis terima dari mereka semua, semoga
Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang lebih baik dari yang telah
mereka berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih memerlukan
masukan dan kritikan, maka dengan tangan terbuka dan hati yang lapang, penulis
sangat menerima adanya kritik dan saran konstruktif untuk meningkatkan kualitas
penulisan modul PPG PPKn ini di masa yang akan datang, dengan harapan modul
ini dapat menjadi bermanfaat bagi kita semuanya. Amiin

Medan, 2 November 2019

Penulis

iv iv
KEGIATAN BELAJAR 1:
EVALUASI PEMBELAJARAN PPKn
BERBASIS ICT

v v
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1. Deskripsi Singkat ............................................................................................ 1
2. Relevansi......................................................................................................... 3
3. Petunjuk Belajar.............................................................................................. 3
B. INTI 3
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................................ 3
2. Uraian Materi .................................................................................................. 4
a. Evaluasi Pembelajaran ...............................................................................5
b. Media Pembelajaran Berbasis ICT .......................................................... 23
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi ................................................................. 30
4. Forum Diskusi .............................................................................................. 33
C. PENUTUP ........................................................................................................ 34
1. Rangkuman ................................................................................................... 34
2. Tes Formatif ................................................................................................. 34
3. Daftar Pustaka ............................................................................................... 38

vi vi
KEGIATAN BELAJAR 1 : EVALUASI PEMBELAJARAN PPKn
BERBASIS ICT

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu
dampak dari perkembangan zaman yang kian harinya mengalami kemajuan yang
pesat. Banyak hal yang melatarbelakangi perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi tesebut, salah satunya adalah adanya kebutuhan umat manusia yang
semakin harinya dituntut untuk dapat menjalankan segala sesuatunya dengan lebih
mudah dan efektif. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah
tidak bisa dibendung lagi. Dunia pendidikan merupakan salah satu yang paling
diuntungkan dengan adanya kemajuan teknologi informasi ini yang sangat cepat
ini, karena memperoleh manfaat yang luar biasa. Mulai dari eksplorasi sumber
belajar berupa materi-materi pembelajaran berkualitas seperti literatur, jurnal, dan
buku, membangun forum-forum diskusi ilmiah, sampai konsultasi/diskusi dengan
para pakar di dunia, semua itu dapat dengan mudah dilakukan dan tanpa
mengalami sekat-sekat karena setiap individu dapat melakukannya sendiri.
Dampak yang sedemikian luas tersebut telah memberikan warna atau wajah baru
dalam sistem pendidikan dunia khususnya pendidikan di Indonesia, yang dikenal
dengan berbagai istilah e-learning, distance learning, online learning, web based
learning, computer-based learning, dan virtual class room, dimana semua
terminologi tersebut mengacu pada pengertian yang sama yakni pendidikan
berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Bagi negara-negara maju, pendidikan berbasis TIK bukan hal yang baru
lagi. Mereka telah terlebih dulu dan lebih maju dalam menerapkan berbagai teknik
dan model pendidikan berbasis TIK. Indonesia masih tergolong baru dalam
menerapkan sistem ini. Sebagai pemula tentu kita punya kesempatan berharga
untuk belajar banyak atas keberhasilan dan kegagalan mereka sehingga penerapan
pendidikan berbasis TIK di Indonesia menjadi lebih terarah. Sebagai pemula,
pemerintah Indonesia sudah termasuk cepat dalam menanggapi kebutuhan dunia

11
pendidikan terhadap perkembangan TIK. Sebagai contoh, pada pendidikan tinggi
(kampus), ketersediaan internet kini semakin meluas, mulai tersedia
teknologi video conference, yang semuanya itu memberikan penguatan pada
proses belajar mengajar di kampus. Demikian juga pada pendidikan dasar,
menengah dan kejuruan, Pemerintah telah membangun situs pembelajaran e-
dukasi.net, penyediaan jardiknas merupakan wujud nyata langkah pemerintah
dalam membangun e-education pada dunia pendidikan di tanah air. Bahkan saat
ini hampir setiap pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten/kota berlomba-
lomba mengembangkan situs-situs layanan pendidikan khususnya penyediaan
materi-materi pembelajaran.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membentuk
sebuah jaringan yang dapat memberi kemungkinan para peserta didik berinteraksi
dengan sumber belajar secara luas. Jaringan internet dan web telah membuka
akses bagi setiap orang untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan atau
bahan ajar.
Saat ini teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana
komputasi dan pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana
belajar multimedia yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera
terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh peserta diklat. Sajian multimedia
berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran
komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan
suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang dapat
mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer
dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk
mempelajari dan mengajarkan materi perkuliahan yang relevan misalnya
rancangan grafis dan animasi.
Perkembangan teknologi dan informasi yang dimanfaatkan bagi dunia
pendidikan bahkan tidak sekedar sebagai sumber belajar bagi pembelajaran,
bahkan digunakan untuk melakukan aktivitas evaluasi-evaluasi dalam
pembelajaran baik evaluasi yang sifatnya sebagai latihan-latihan soal maupun
yang sifatnya sebagai evaluasi resmi (ujian).

2
2. Relevansi
Modul 6 yang membahas tentang Pengembangan Evaluasi berbasis ICT dan
pemanfaatan hasil PTK dalam pembelajaran PPKn pada diklat PPG dalam jabatan
ini sangat relevan menjadi mata latih peserta. Hal tersebut dikarenakan salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru PPKn adalah pemahaman dan
pemanfaatan ICT dalam evaluasi pembelajaran PPKn terhadap peserta didik.
Dengan memahami ICT dalam pembelajaran akan mempermudah guru untuk
memberikan penilaian yang otentik, serta memanfaatkan hasil evaluasi untuk
perbaikan kualitas pembelajaran.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 1 pada modul 6 ini, ada
beberapa hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda
tentang isi modul ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut; 1) Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan
penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir. 2) Lakukan kajian permulaan
terhadap tema evaluasi pembelajaran berbasis ICT dengan mencari beberapa
referensi yang relevan. 3) Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan Kegiatan
Belajar 1 pada modul 6 untuk memudahkan dalam memahami isi modul ini. 4)
Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata diklat ini sangat tergantung
kepada kesungguhan anda dalam mengerjakan latihan. Untuk itu, berlatihlah
secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat, berkaitan dengan latihan
soal yang telah disediakan pada modul 6 ini. 5) Bila anda menemui kesulitan,
silakan berdiskusi dengan sejawat, atau bertanya kepada instruktur atau fasilitator
yang mengajar mata diklat ini. 6) Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Mampu mengevaluasi masukan, proses dan hasil pembelajaran PPKn yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dengan
menerapkan assemen otentik, serta memanfaatkan hasil evaluasi untuk perbaikan
kualitas pembelajaran;

3
2. Uraian Materi
a. Evaluasi Pembelajaran
Pengertian
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya
dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk
mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) bahwa evaluasi pembelajaran adalah
suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secara
sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.
Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan
melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian
skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan aturan-
aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran
(measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar
dalam kegiatan evaluasi.
Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan
suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang
pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi
yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan
pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi
pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari
tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif,
penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi
pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input, proses, hasil dan
outcome.
Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.
a. 2. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran

4
Klasifikasi atau penggolongan evaluasi dalam bidang pendidikan sangat
beragam. Sangat beragamnya ini disebabkan karena sudut pandang yang saling
berbeda dalam melakukan kalsifikasi tersebut.
1) Jenis evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi:
a) Evaluasi diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
b) Evaluasi selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siwa yang
paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
c) Evaluasi penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan
siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik
siswa.
d) Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki
dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
e) Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil
dan kemajuan belajar siswa.
2) Jenis evaluasi berdasarkan sasaran:
a) Evaluasi konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai
rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan
yang muncul dalam perencanaan
b) Evaluasi input
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya
maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
c) Evaluasi proses
Evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai
kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan

5
faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
d) Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai
dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi,
ditingkatkan atau dihentikan.
e) Evaluasi outcome atau lulusan
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut,
yakni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.
3) Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran:
a) Evaluasi program pembelajaran
Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program
pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspek-aspek program
pembelajaran yang lain.
b) Evaluasi proses pembelajaran
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara proses pembelajaran dengan
garis-garis besar program pembelajaran yang ditetapkan, kemampuan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
c) Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan
pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam
aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
4) Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi
Berdasarkan objek:
a) Evaluasi input
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap,
keyakinan.
b) Evaluasi transformasi
Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran antara
lain materi, media, metode dan lain-lain.
c) Evaluasi output

6
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil
pembelajaran.
Berdasarkan subjek:
a) Evaluasi internal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator,
misalnya guru.
b) Evaluasi eksternal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator,
misalnya orang tua, masyarakat.
Prinsip-prinsip Evaluasi
Prinsip diperlukan sebagai pemandu dalam kegiatan evaluasi. Oleh karena
itu evaluasi dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya
senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip berikut ini:
1) Mendidik
Proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan sumbangan positif
pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik (dapat memberikan
umpan balik dan motivasi)
2) Terbuka atau transparan
Prosedur penilaian, kriteria penilaian ataupun dasar pengambilan keputusan
harus disampaikan secara transparan dan diketahui oleh pihak-pihak terkait
secara obyektif
3) Menyeluruh
Penilaian hasil belajar yang dilakukan harus meliputi berbagai aspek
kompetensi yang akan dinilai dari ranah pengetahuan kognitif, keterampilan
psikomotor, sikap dan nilai afektif yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak.
4) Terpadu dengan pembelajaran
Dalam melakukan penilaian kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan
kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga penilaian tidak hanya dilakukan
setelah siswa menyelesaikan pokok bahasan tertentu, tetapi juga dalam proses
pembelajaran.

7
5) Obyektif
Proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh
atau pertimbangan-pertimbangan subyektif dari penilai
6) Sistematis
Penilaian harus dilakukan secara terencana dan bertahap serta berkelanjutan
untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa
7) Berkesinambungan
8) Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus sepanjang rentang waktu
pembelajaran
9) Adil
Proses penilaian tidak ada siswa yang diuntungkan atau dirugikan
berdasarkan latar belakang sosial ekonomi, agama, budaya, bahasa, suku
bangsa, warna kulit dan gender.
Dengan memakai prinsip-prinsip di atas maka guru akan terarah dalam
menilai baik proses dan hasil dari peserta didik, sehingga penilaian guru tersebut
akan maksimal dan pembelajaran bisa berjalan dengan baik maka akan
mendorong sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sistem penilaian
yang digunakan di setiap lembaga pendidikan harus mampu memberikan
informasi yang akurat, mendorong peserta didik belajar, memotivasi tenaga
pendidik mengajar, meningkatkan kinerja lembaga dan meningkatkan kualitas
pendidikan
Ruang Lingkup Evaluasi
Ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan cakupan objek evaluasi itu sendiri.
Jika objek evaluasi itu tentang pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan
dengan pembelajaran menjadi ruang lingkup evaluasi pembelajaran.
Sesuai dengan petunjuk pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ruang lingkup
penilaian pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Penilaian Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak

8
setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran
tertentu.
2) Penilaian Kompetensi Rumpun Pelajaran
Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin
ilmu yang lebih spesifik. Dengan demikian, kompetensi rumpun pelajaran
pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang seharusnya
dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut.
3) Penilaian Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus dicapai
melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas
kurikulum pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang
mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat dan kecakapan hidup yang
harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar secara
berkesinambungan. Penilaian ketercapaian kompetensi lintas kurikulum ini
dilakukan terhadap hasil belajar dari setiap rumpun pelajaran dalam
kurikulum.
4) Penilaian Kompetensi Tamatan
Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah
peserta didik menyelesaikan jenjang tertentu.
5) Penilaian Terhadap Pencapaian Keterampilan Hidup
Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum,
kompetensi rumpun pelajaran dan kompetensi tamatan melalui berbagai
pengalaman belajar juga memberikan efek positif (nurturan effects) dalam
bentuk kecakapan hidup (life skills). Kecakapan hidup yang dimiliki peserta
didik melalui berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu dinilai sejauhmana
kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat bertahan dan
berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu dinilai antara lain:

9
a) Keterampilan diri (keterampilan personal): penghayatan diri sebagai
makhluk Tuhan YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri, dan
mandiri.
b) Keterampilan berpikir rasional: berpikir kritis dan logis, berpikir
sistematis, terampil menyusun rencana secara sistematis, dan terampil
memecahkan masalah secara sistematis.
c) Keterampilan sosial: keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis;
keterampilan bekerjasama, kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi;
keterampilan mengelola konflik; keterampilan mempengaruhi orang
lain.
d) Keterampilan akademik: keterampilan merancang, melaksanakan, dan
melaporkan hasil penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis
ilmiah; keterampilan mentransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil
penelitian untuk memecahkan masalah, baik berupa proses maupun
produk.
e) Keterampilan vokasional: keterampilan menemukan algoritma, model,
prosedur untuk mengerjakan suatu tugas; keterampilan melaksanakan
prosedur; keterampilan mencipta produk dengan menggunakan konsep,
prinsip, bahan dan alat yang telah dipelajari.
Penyajian Hasil Evaluasi
Ada empat bentuk penyajian hasil evaluasi, yaitu:
1) Evaluasi dengan menggunakan angka, misalnya 1 s.d. 10 atau 1 s.d. 100.
2) Evaluasi dengan menggunakan kategori, misalnya: baik, cukup, kurang.
3) Evaluasi dengan menggunakan uraian atau narasi, misalnya: perlu bimbingan
serius, keaktifan kurang, perlu pendalaman materi tertentu, atau siswa dapat
membaca dengan lancar.
4) Evaluasi dengan menggunakan kombinasi angka, kategori, dan uraian atau
narasi.
Teknik dan Bentuk Evaluasi
Istilah teknik dapat diartikan sebagai "alat". Jadi dalam istilah teknik
evaluasi hasil belajar terkandung arti alat-alat (yang digunakan dalam rangka

10
melakukan) evaluasi hasil belajar. Teknik evaluasi adalah cara yang dilakukan
dalam mengevaluasi hasil belajar. Sedangkan yang dimaksud evaluasi hasil
belajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengevaluasi proses hasil
belajar mengajar. Untuk melakukan evaluasi maka evaluator harus menguasai
teknik evaluasi. Dengan penilaian guru akan mengetahui perkembangan hasil
belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian
siswa atau peserta didik. Secara keseluruhan, teknik dan bentuk evaluasi dapat
digambarkan sebagai berikut:

objektif benar-salah

tulisan pilihan ganda


uraian
menjodohkan

E TEST lisan jawaban


V individu
A singkat
L
U
A
kelompok bebas
S tindakan
NON
I
TEST
terikat

1
1
1) Tes
Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan
evaluasi, yang didalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan
jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik tersebut.
Berdasarkan jumlah peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu tes kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari sudut penyusunannya,
tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes buatan guru (teacher-
made test) dan tes yang distandardisasi (standardized test).

Tes Standar Tes Buatan Guru


a. Berdasarkan isi dan tujuan-tujuan a. Berdasarkan isi dan tujuan-
yang bersifat umum. tujuan yang bersifat khusus.
b. Mencakup pengetahuan dan b. Mencakup pengetahuan dan
kecakapan yang luas kecakapan yang khusus.
c. Dikembangkan oleh tenaga yang c. Dikembangkan oleh seorang
berkompeten dan profesional. guru tanpa bantuan dari luar
d. Item-item sudah diujicobakan, d. Item-item jarang diuji cobakan
dianalisis, dan direvisi. sebelum menjadi bagian tes
e. Memiliki derajat kesahihan dan tersebut
keandalan yang tinggi e. Memiliki derajat kesahihan dan
f. Memiliki ukuran-ukuran bermacam- keandalan yang rendah
macam kelompok yang secara luas f. Biasanya terbatas pada kelas
mewakili performance seluruh atau satu sekolah sebagai suatu
daerah. kelompok pemakainya.

1. Tes Tertulis (written test)


Tes tertulis adalah tes yang menuntut jawaban dari siswa secara
tertulis. Tes tertulis diberikan kepada seorang atau sekelompok murid
pada waktu, tempat, dan untuk soal tertentu.
a. Tes Uraian
Secara garis besar ada dua bentuk tes tertulis, yaitu tes esai (essay
test) dan tes objektif (objective test). Tes esai dapat digunakan untuk
mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh tes objektif.

12
Tes esai sering disebut juga bentuk uraian, karena menuntut anak untuk
menguraikan jawabannya dengan kata-kata sendiri dalam bentuk, teknik,
dan gayanya sendiri. Tes esai sering disebut juga tes subjektif.
Tes esai ada dua bentuk, yaitu esai terbatas dan esai tak terbatas
(bebas).
1) Uraian terbatas. Misalnya, sebutkan fungsi komputer bagi
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran?
2) Uraian bebas
– Coba uraikan perkembangan pendidikan di Indonesia sejak
merdeka sampai sekarang.
– Bagaimana peranan Pancasila dalam mengatur tingkah laku
masyarakat?
Untuk mengoreksi tes esai, ada tiga cara yang dapat digunakan, yaitu:
1) Whole method, yaitu metode per nomor. Di sini guru mengoreksi
pekerjaan murid untuk setiap nomor. Misalnya, kita mengoreksi nomor
satu untuk seluruh siswa, kemudian nomor dua untuk seluruh siswa,
dan seterusnya.
2) Separated method, yaitu metode per lembar. Di sini guru mengoreksi
setiap lembar jawaban murid sampai selesai.
3) Cross method, yaitu metode bersilang. Guru mengoreksi jawaban
murid dengan jalan menukarkan hasil koreksi dari seorang korektor
kepada korektor yang lain.
Dalam pelaksanaan pengoreksian, guru boleh memilih salah satu di
antara ketiga metode tersebut, atau mungkin menggunakannya secara
bervariasi. Hal ini harus disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, guru
menghendaki hasil jawaban yang betul-betul objektif, maka lebih tepat bila kita
menggunakan metode bersilang (cross method). Sebaliknya, bila ada waktu
luang, maka ada baiknya kita menggunakan metode pernomor (whole method)
atau metode per lembar (separated method). Di samping metode-metode di
atas, ada juga metode lain untuk mengoreksi jawaban bentuk uraian, yaitu:
1) Analytical method, yaitu guru/instruktur sudah menyiapkan sebuah

1
3
model jawaban, kemudian dianalisis menjadi beberapa langkah yang
terpisah, dan bagi setiap langkah disediakan skor-skor tertentu. Setelah
satu model jawaban tersusun, maka jawaban masing-masing peserta
didik dibandingkan dengan model jawaban tersebut, kemudian diberi
skor sesuai dengan tingkat kebenarannya.
2) Sorting method, yaitu metode memilih yang dipergunakan untuk
memberi skor terhadap jawaban-jawaban yang tidak dibagi-bagi
menjadi unsur-unsur. Jawaban-jawaban murid dibaca secara
keseluruhan.
Kebaikan tes esai, antara lain: menyusun soalnya relatif mudah dan guru
dapat menilai kreatifitas siswa, menganalisa dan mensintesa suatu soal. Adapun
kelemahan tes esai, antara lain: sukar sekali dinilai secara tepat dan
komprehensif dan ada kecenderungan guru/instruktur untuk memberikan nilai
seperti biasanya.
b.Tes objektif
Tes objektif (objective test) menuntut peserta didik untuk memilih
jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan,
memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan
yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai
kemampuan peserta didik yang menuntut proses mental yang tidak begitu
tinggi seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal
kembali, pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip.
Tes objektif terdiri atas beberapa bentuk, yaitu benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan, dan melengkapi atau jawaban singkat.
Bentuk Benar-Salah (true false):
Di bawah ini ada sejumlah pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, benar atau salah. Anda diminta untuk menentukan
jawaban masing-masing pernyataan tersebut, benar atau salah. Jika benar
tulislah tanda tambah (+), sebaliknya jika salah tulislah tanda (O) di depan
nomor masing-masing pernyataan itu.
Kebaikan bentuk B – S antara lain mudah disusun dan

14
dilaksanakan, karena itu banyak digunakan, dapat mencakup materi yang
lebih luas, dapat dinilai dengan cepat dan objektif, banyak digunakan
untuk mengukur fakta-fakta dan prinsip-prinsip. Adapun kelemahan
bentuk B – S adalah ada kecenderungan peserta didik untuk menjawab
coba-coba; pada umumnya soal memiliki derajat keandalan yang rendah,
kecuali jika itemnya banyak sekali; sering terjadi kekaburan, karena itu
sukar untuk menyusun item yang benar-benar jelas.
Kelemahan yang paling menyolok dari bentuk benar–salah ini
adalah sangat mudahnya ditebak tanpa dapat diketahui oleh korektor.
Untuk menghilangkan kelemahan ini, maka harus menambahkan pada
item benar-salah ini dengan “koreksi”. Di sini test tidak hanya dituntut
memilih benar atau salah dari setiap item, tetapi harus dapat memberikan
koreksi jika suatu item dinyatakan salah oleh test.
Misalnya:

1.B – S: Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku.


2.B – S: Objektifitas merupakan tujuan evaluasi
Jika pernyataannya sudah benar, maka tidak perlu dikoreksi lagi,
artinya testi langsung menyilang huruf B (benar). Sebaliknya, jika
pernyataannya salah, testi harus membenarkan bagian kalimat yang
digarisbawahi atau cetak miring dan menempatkannya pada titik-titik atau
garis kosong yang terletak di belakang item yang bersangkutan. Adapun
bagian kata yang dicetak miring itu harus merupakan inti persoalannya.
Jadi, tidak boleh kata yang sembarangan.
Bentuk Pilihan-Ganda (multiple choice)
Soal tes bentuk pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur
hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan,
pengertian, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Bentuk pilihan-ganda
terdiri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa
pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dan dapat
pula dalam bentuk pernyataan (statement) yang belum sempurna yang

1
5
sering disebut stem. Sedangkan pilihan jawaban itu mungkin berbentuk
perkataan, bilangan atau kalimat dan sering disebut option.
Ada beberapa jenis bentuk pilihan-ganda ini, antara lain:
1.Distracters, yaitu option yang bukan merupakan jawaban yang benar
2.Analisis hubungan antar hal, yaitu untuk melihat kemampuan peserta
didik dalam menganalisis hubungan antara pernyataan dengan alasan
(sebab-akibat).
3. Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai
beberapa kemungkinan jawaban dan disediakan satu kemungkinan
jawaban yang salah. Tugas testi adalah memilih jawaban yang salah
tersebut.
4. Variasi berganda, yaitu memilih dari beberapa kemungkinan jawaban
yang semuanya betul, tetapi ada satu jawaban yang paling betul. Tugas
testi memilih jawaban yang paling betul itu.
5. Variasi yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang
memiliki beberapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas
testi adalah mencari satu kemungkinan jawaban dan melengkapinya.
Kebaikan tes bentuk pilihan ganda, antara lain: cara penilaian dapat
dilakukan dengan mudah, cepat, dan obyektif serta kemungkinan testi
menjawab dengan terkaan dapat dikurangi. Kelemahannya adalah
kebanyakan hanya digunakan untuk menilai ingatan saja, sukar menyusun
tes yang benar-benar baik serta memerlukan waktu dan tenaga yang banyak.
Bentuk Menjodohkan (matching)
Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan pilihan
ganda. Perbedaannya adalah pilihan ganda terdiri atas item dan option,
kemudian testi tinggal memilih salah satu option yang diberikan.
Sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda.
Kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan soal, dan kolom sebelah
kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah alternatif jawaban harus
dibuat lebih banyak dari jumlah soal.

16
Kebaikan tes bentuk menjodohkan antara lain: dapat dinilai dengan
mudah dan objektif, serta relatif mudah disusun. Kelemahannya adalah
ada kecenderungan untuk menekankan ingatan saja dan kurang baik untuk
menilai pengertian guna membuat tafsiran.
Bentuk Jawaban Singkat (short answer) dan Melengkapi
(completion):
Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan
kalimat dan atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah.
Soal bentuk jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk
pertanyaan.
Kebaikan tes bentuk jawaban singkat dan melengkapi antara lain
relatif mudah disusun, sangat baik untuk menilai kemampuan testi yang
berkenaan dengan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan terminologi serta
pemeriksaan dapat dilakukan dengan objektif. Kelemahannya adalah pada
umumnya hanya berkenaan dengan kemampuan mengingat saja,
sedangkan kemampuan yang lain agak terabaikan; pada soal bentuk
melengkapi, jika titik-titik kosong yang harus diisi terlalu banyak, para
testi sering terkecoh; pemeriksaan lembar jawaban membutuhkan waktu
yang cukup banyak.
Cara mengoreksi bentuk tes objektif:
Sesudah item disusun, kemudian diadakan tes, maka selanjutnya
kita mengoreksi jawaban siswa dari tiap item yang diberikan. Untuk
mengoreksi jawaban tersebut kita harus menggunakan kunci jawaban
(scoring key) sebagai acuan dan patokan yang pokok. Jika kunci jawaban
ini sudah disediakan, maka siapapun dapat mengoreksi jawaban tersebut
secara cepat dan tepat.
Kebaikan tes objektif, antara lain: seluruh materi yang diajarkan
dapat dinyatakan pada item-item tes objektif; kemungkinan jawaban
spekulatif dalam ujian dapat dihindarkan. Kelemahannya antara lain:
menyusun soalnya sangat sulit, membutuhkan waktu yang lama, ada

1
7
kemungkinan testi mencontoh jawaban orang lain dan berpikir pasif,
umumnya hanya mampu mengukur proses-proses mental yang dangkal.
2. Tes Lisan (oral test)
Tes lisan adalah suatu bentuk tes yang menuntut jawaban dari peserta
didik dalam bentuk bahasa lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban
dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan ataupun perintah yang
diberikan.
Kebaikan tes lisan antara lain dapat mengetahui langsung kemampuan
peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan; tidak perlu
menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok
permasalahannya saja; kemungkinan peserta didik akan menerka-nerka jawaban
dan berspekulasi dapat dihindari. Kelemahannya adalah memakan waktu yang
cukup banyak, apalagi jika jumlah siswanya banyak; faktor suabjektivitas sering
muncul bilamana dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seorang penguji dan
seorang siswa.
3. Tes Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan adalah bentuk tes yang menuntut jawaban siswa dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Peserta didik bertindak sesuai dengan
apa yang diperintahkan dan ditanyakan. Misalnya, coba praktikkan bagaimana
cara mengendarai sepeda motor dengan baik dan benar.
4. Jenis Tes Hasil Belajar
a.Tes formatif
Tes formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar siswa
selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feed back)
bagi penyempurnaan program belajar-mengajar, serta untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil
belajar-mengajar menjadi lebih baik. Soal-soal tes formatif ada yang
mudah dan ada pula yang sukar, bergantung kepada tugas-tugas belajar
(learning tasks) dalam program pengajaran yang akan dinilai. Tujuan
utama tes formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar, bukan untuk
menentukan tingkat kemampuan anak. Tes formatif sesungguhnya

18
merupakan criterion referenced test. Tes formatif yang diberikan pada
akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai tes formatif lagi,
sebab data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan
tingkat hasil belajar siswa. Tes tersebut lebih tepat disebut sebagai subtes
sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses belajar, maka maksud
itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan
program tahun berikutnya.
b.Tes Sumatif
Tes sumatif diberikan saat satuan pengalaman belajar dianggap telah
selesai. Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk menetapkan apakah
seorang siswa berhasil mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah
ditetapkan atau tidak. Tujuan tes sumatif adalah untuk menentukan angka
berdasarkan tingkatan hasil belajar siswa yang selanjutnya dipakai sebagai
angka rapor. Ujian akhir dan ulangan umum pada akhir caturwulan atau
semester termasuk ke dalam tes sumatif. Hasil tes sumatif juga dapat
dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran. Tes sumatif termasuk
norm-referenced test. Cakupan materinya lebih luas dan soal-soalnya
meliputi tingkat mudah, sedang, dan sulit.
c.Tes Penempatan (placement test)
Pada umunya tes penempatan dibuat sebagai prates (pretest). Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu
program belajar dan sampai dimana peserta didik telah mencapai tujuan
pembelajaran (kompetensi dasar) sebagaimana yang tercantum dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mereka. Dalam hubungan
dengan tujuan yang pertama masalahnya berkaitan dengan kesiapan siswa
menghadapi program yang baru, sedangkan untuk yang kedua berkaitan
dengan kesesuaian program pembelajaran dengan siswa.
d.Tes Diagnostik
Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang
dialami peserta didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya. Tes

1
9
diagnostik memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang
diperkirakan merupakan kesulitan bagi peserta didik. Soal-soal tersebut
bervariasi dan difokuskan pada kesulitan. Tes diagnostik biasanya
dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tes diagnostik diadakan
untuk menjajaki pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang telah
dikuasai mereka, apakah peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan
keterampilan tertentu yang diperlukan untuk dapat mengikuti suatu bahan
pelajaran lain. Oleh karena itu, tes diagnostik semacam itu disebut juga
test of entering behavior.

B. Nontes
Para ahli berpendapat bahwa dalam mengadakan evaluasi terhadap hasil
belajar, kita harus menggunakan teknik tes dan nontes, sebab hasil-hasil pelajaran
bersifat aneka ragam. Hasil pelajaran dapat berupa pengetahuan teoritis,
keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan
teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan.
Adapun perubahan sikap dan petumbuhan peserta didik dalam psikologi hanya
dapat diukur dengan teknik nontes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap,
angket, check list, dan rating scale.

A.7. Langkah-langkah dalam Evaluasi Pembelajaran


Langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi,
yaitu:
a. Membuat perencanaan:
Perencanaan evaluasi harus dirumuskan secara jelas dan spesifik, sehingga
perencanaan tersebut betul-betul menjadi petunjuk dan acuan dalam
menentukan langkah-langkah selanjutnya. Melalui perencanaan evaluasi, guru
dapat menetapkan tujuan-tujuan tingkah laku (behavioral objective) yang akan
dicapai, dapat mempersiapkan pengumpulan informasi yang dibutuhkan dan
dapat menggunakan waktu-waktu yang tepat, yaitu dengan :
1. Menyusun kisi-kisi

20
2. Uji-coba
b. Pengumpulan data/Pelaksanan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu
evaluasi, baik melalui tes (tertulis, lisan maupun perbuatan) maupun melalui
nontes. Dalam pelaksanaan tes lisan kita harus memperhatikan kondisi
tempat tes diadakan. Tempat ini harus terang dan enak dipandang serta tidak
menakutkan, sehingga peserta didik tidak takut dan gugup. Suasana tes
harus kondusif agar peserta didik nyaman mengerjakan tes. Dalam
pelaksanaan tes lisan, guru tidak boleh membentak dalam memberikan
pertanyaan dan tidak boleh memberikan kata-kata yang merupakan kunci
jawaban.
Jika semua data sudah dikumpulkan, data itu perlu kita seleksi dengan
teliti, sehingga kita dapat memperoleh data-data yang baik dan benar. Bila
data yang terkumpul tidak diseleksi lagi, maka ada kemungkinan data itu tidak
relevan dengan tujuan yang kita maksudkan, bahkan mungkin pula
bertentangan, sehingga mengakibatkan kekaburan atau kekurangjelasan.
c. Pengolahan data
Setelah semua data kita kumpulkan, baik data itu dari kita langsung
yang mengadakan kegiatan evaluasi maupun dari orang lain yang
mengevaluasi orang yang kita maksud, data tersebut harus diolah. Mengolah
data berarti ingin memberikan nilai dan makna kepada testi mengenai
kualitas hasil pekerjaannya. Misalnya, jika seorang murid mendapat nilai
65, kita belum dapat memberikan keputusan tentang murid itu, apakah yang
termasuk cerdas atau kurang apalagi memberikan keputusan mengenai
aspek keseluruhan kepribadian murid. Dalam pengolahan data biasanya
sering digunakan analisis statistik, terutama jika bertemu dengan data
kuantitatif, yaitu data-data yang berbentuk angka-angka.
d. Penafsiran data
Jika data hasil evaluasi sudah diolah dengan aturan-aturan tertentu,
langkah selanjutnya adalah menafsirkan data itu, sehingga memberikan
makna. Memberikan penafsiran (interpretation) maksudnya adalah

2
1
membuat pernyataan (statement) mengenai hasil pengolahan data.
Penafsiran terhadap suatu hasil evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu
yang disebut norma. Norma dapat ditetapkan terlebih dahulu secara rasional
dan sistematis sebelum kegiatan evaluasi dilaksanakan, tetapi dapat pula
dibuat berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam melaksanakan evaluasi.
Sebaliknya, bila penafsiran data itu tidak berdasarkan kriteria atau norma
tertentu hanya berdasarkan pertimbangan pribadi dan kemanusiaan, maka
termasuk kesalahan yang besar. Putusan ini tidak objektif dan merugikan
semua pihak.
Ada dua jenis penafsiran data, yatu penafsiran kelompok dan penafsiran
individual. Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk
mengetahui karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, antara
lain prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap guru
dan materi pelajaran yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok. Tujuan
utamanya adalah sebagai persiapan untuk melakukan penafsiran kelompok,
untuk mengetahui sifat-sifat tertentu pada suatu kelompok dan untuk
mengadakan perbandingan antar kelompok.
Sedangkan penafsiran individual adalah penafsiran yang hanya tertuju
kepada individu saja. Misalnya, dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan
atau situasi klinis lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk melihat tingkat
kesiapan anak (readiness), pertumbuhan dan kemajuan, serta kesulitan-
kesulitan yang dihadapinya.
Dalam mengadakan penafsiran data, baik secara kelompok maupun
individual, guru harus menggunakan norma-norma yang standar, sehingga
data yang diperoleh dapat dibandingkan dengan norma-norma tersebut.
Berdasarkan norma ini kita dapat menafsirkan bahwa peserta didik
mencapai tarap kesiapan yang memadai atau tidak, ada kemajuan yang
berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak. Jika ingin menggambarkan
pertumbuhan anak, penyebaran skor, dan perbandingan antar kelompok,
maka kita perlu menggunakan garis (kurva), grafik, atau dalam beberapa
hal diperlukan profil, dan bukan dengan daftar angka-angka. Daftar angka-

22
angka biasanya digunakan untuk melukiskan posisi atau kedudukan anak.
e. Laporan
Semua kegiatan dan hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai
pihak yang berkepentingan, seperti pimpinan/kepala sekolah, pemerintah,
dan peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang dicapai
peserta didik dapat diketahui oleh berbagai pihak dan dapat menentukan
langkah selanjutnya. Di samping itu, laporan juga penting bagi peserta didik
itu sendiri agar ia mengetahui kemampuan yang dimilikinya, dan atas dasar
itu ia menentukan kemana arah yang harus ditempuhnya serta apa yang
harus dilakukannya.
a.8. Manfaat Evaluasi Pembelajaran Bagi Siswa, Guru dan Sekolah
Dalam praktiknya, masih banyak guru yang tidak atau kurang
memahami pemanfaatan hasil evaluasi, sehingga hasil evaluasi formatif atau
sumatif (misalnya) banyak dimanfaatkan hanya untuk menentukan kenaikan
kelas dan mengisi buku rapor. Meskipun demikian, untuk melihat pemanfaatan
hasil evaluasi ini secara komprehensif, kita dapat meninjaunya dari berbagai
pihak yang berkepentingan, yaitu:
a) Bagi peserta didik, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:
1. Membangkitkan minat dan motivasi belajar
2. Membentuk sikap yang positif terhadap belajar dan pembelajaran
3. Membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik
4. Mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelas
b) Bagi guru, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:
1. Promosi peserta didik, seperti kenaikan kelas atau kelulusan
2. Mendiagnosis peserta didik yang memiliki kelemahan atau kekurangan,
baik secara perseorangan atau kelompok
3. Menentukan pengelompokan dan penempatan peserta didik berdasarkan
prestasi masing-masing
4. Feedback dalam melakukan perbaikan terhadap sistem pembelajaran
5. Menyusun laporan kepada orang tua guna menjelaskan pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik

2
3
6. Dijadikan dasar pertimbangan dalam membuat perencanaan
pembelajaran
7. Menentukan perlu tidaknya pembelajaran remedial
c) Bagi orang tua, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:
1. Mengetahui kemajuan belajar peserta didik
2. Membimbing kegiatan belajar peserta didik di rumah
3. Menentukan tindak lanjut yang sesuai dengan kemampuan anaknya
4. Memprakirakan kemungkinan berhasil tidaknya anak tersebut dalam
pekerjaannya
d) Bagi administrator sekolah, hasil evaluasi dimanfaatkan untuk:
1. Menentukan penempatan peserta didik
2. Menentukan kenaikan kelas
3. Pengelompokan peserta didik di sekolah mengingat terbatasnya fasilitas
pendidikan yang tersedia serta indikasi kemajuan peserta didik pada
waktu mendatang.
e) Bagi penelitian pendidikan, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan sebagai data
yang sangat diperlukan oleh para peneliti pendidikan.
f) Bagi pemerintah
- Memberikan informasi yang valid tentang kinerja kebijakan, program &
kegiatan yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai & kesempatan telah dapat
dicapai
- Memberikan sumbangan pada klarifikasi & kritik terhadap nilai-nilai yg
mendasari pemilihan tujuan & target
- Melihat peluang adanya alternatif kebijakan, program, kegiatan yang
lebih tepat, layak, efektif, efisien
- Memberikan umpan balik terhadap kebijakan, program dan proyek
- Menjadikan kebijakan, program dan proyek mampu
mempertanggungjawabkan penggunaan dana publik
- Membantu pemangku kepentingan belajar lebih banyak mengenai
kebijakan, program dan proyek
- Dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pengguna utama yang dituju oleh

24
evaluasi
- Negosiasi antara evaluator dan pengguna utama yang dituju oleh
evaluasi
B. Media Pembelajaran Berbasis ICT (Information and Communication
Technology)
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berasal dari bahasa Inggris
yaitu Information and Communication Technologies (ICT) adalah payung besar
terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan
menyampaikan informasi. ICT mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan
teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan
dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan
informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari
perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan
teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi
Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala
kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan
informasi antar media. Istilah ICT muncul setelah adanya perpaduan antara
teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan
teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20.
Seiring berkembangnya zaman, ICT/TIK semakin digunakan di dunia
pembelajaran, hal itu bisa terjadi karena ICT/TIK dirasa membawa keuntungan
baik bagi pengajar maupun pelajar, keuntungan atau dampak positif dari
pembelajaran yang menggunakan ICT/TIK tersebut antara lain adalah :
a. Pelajar jadi lebih mudah dalam belajar, karena kebanyakan pelajar lebih
suka praktek dibandingkan teori.
b. Pengajar jadi lebih mudah mengajar jadi lebih mudah menyampaikan
materi dengan membuat presentasi-presentasi.
c. Bagi pelajar maupun pengajar, pemberian dan penerimaan materi atau
tugas tidak harus bertatap muka, jadi jika pengajar berhalangan hadir tetap
dapat memberi tugas atau materi melalui e-mail.

2
5
d. Dalam membuat laporan baik bagi pelajar, maupun pengajar jadi lebih
mudah karena jika memakai komputer, akan mudah dikoreksi jika ada
kesalahan.
e. Dalam belajar, baik pelajar maupun pengajar akan lebih mudah mencari
sumber karena adanya internet.
f. Pembelajaran yang menggunakan ICT/TIK bisa dibuat menjadi lebih
menarik, misalnya dengan memunculkan gambar atau suara, sehingga
pelajar menjadi lebih antusias untuk belajar.
Segala sesuatu pasti ada dampak positif dan negatif, tidak terkecuali
pembelajaran yang menggunakan ICT/TIK. Pembelajaran yang menggunakan
ICT/TIK hanya bisa dilaksanakan oleh sekolah yang mampu, bagi sekolah-
sekolah yang kurang mampu akan ketinggalan, dan siswanya akan kesulitan jika
mereka masuk ke sekolah lanjutan di kota besar yang sudah sering menggunakan
ICT/TIK. Setiap pelajar harus mendapat fasilitas yang sama, jadi dalam
pembelajaran yang menggunakan komputer, setiap pelajarnya harus memakai 1
komputer yang memadai, jika komputer yang dalam kondisi baik hanya sebagian,
akan ada siswa yang hanya menonton, sehingga mereka tidak menguasai
penggunaan komputer.
Pada kegiatan belajar mengajar, siswa-siswa yang tidak antusias dalam
penerimaan materi sering kali lebih suka main game selama pembelajaran,
sehingga mereka tidak konsentrasi dan tidak menerima materi yang diajarkan.
Dalam pembelajaran yang menggunakan internet yang tidak dibatasi, sering kali
pelajar menggunakan internet bukan untuk keperluan belajar, misalnya membuka
situs youtube untuk menonton video dalam proses belajar. Bagi pengajar yang
malas masuk kelas cenderung memberi tugas-tugas yang memanfaatkan internet
sehingga tatap muka dengan pelajar jarang terjadi, akibatnya pengajar tidak
mengenali pelajarnya.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta pergeseran
paradigma pendidikan mempengaruhi metode dan proses pembelajaran. E-
learning merupakan salah satu bentuk penerapan dari perubahan proses
pembelajaran tersebut. Dilihat dari sisi fungsi e-learning memiliki 3(tiga) fungsi

26
yaitu sebagai suplemen (pelengkap), komplemen (pelengkap), dan substitusi
(pengganti).
Glossary of elearning terms (Glossary, 2001) menyatakan suatu definisi
yang lebih luas bahwa e-learning adalah sistem pendidikan yang mengggunakan
aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet,
jaringan komputer, maupun komputer Standalone.
Banyak perubahan dengan sangat cepat tentang e-learning, sebelum kata
“e-learning” menjadi popular banyak kata-kata pembelajaran yang telah
digunakan dan masih tetap digunakan seperti terlihat di bawah ini :
· Pembelajaran jarak jauh (open distance learning)
· Pengajaran berbasis web (web based training)
· Pengajaran berbantuan komputer (computer based training)
· Pembelajaran secara online (online training)
E-learning merupakan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta didik tidak harus terikat
dengan ruang kelas untuk mendapatkan atau menerima materi pelajaran dari
pengajar serta juga dapat mempersingkat jadwal target pembelajaran.
Bentuk tes yang dapat dikembangkan dengan menggunakan fasilitas
teknologi informasi dan komunikasi
Tes Objektif :
 True – False (benar salah)
 Multiple Choice (pilihan ganda)
 Multi Select (pilihan ganda asosiasi)
 Mathcing (menjodohkan)

Tes Non Objektif :

 Jumble exercise (menyusun huruf/kata)


 Fill in the Blank (close activity melengkapi ja a an singkat
 Crossword (teka-teki silang)

2
7
b.1 Media Evaluasi Pembelajaran dengan Google Form

Banyak media atau alat berbasis e-learning yang dapat digunakan untuk
media pembelajaran, namun kembali kepada tujuan awal dari pembuatan media
pembelajaran tersebut. Google form merupakan alat bebas bayar (free) yang
fungsi utamanya untuk membuat formulir baik untuk pengumpulan informasi
maupun kuis secara online. Google form juga dapat dikolabosarikan dengan situs
atau media lain contohnya: google docs, google drive, youtube.
Adapun beberapa fungsi Google Form untuk dunia pendidikaan adalah
sebagai berikut:
1) Memberikan tugas latihan/ ulangan online melalui laman website
2) Mengumpulkan pendapat orang lain melalui laman website
3) Mengumpulkan berbagai data siswa/ guru melalui halaman website
4) Membuat formulir pendaftaran online untuk sekolah
5) Membagikan kuesioner kepada orang-orang secara online
Adapun keunggulan dari layanan Google Form ini adalah sebagai berikut.
1) Tampilan formnya menarik Aplikasi ini menyediakan fasilitas kepada
penggunanya untuk memasukkan dan menggunakan foto atau logonya sendiri di
dalam survey tersebut. Aplikasi ini juga memiliki banyak template yang menbuat
kuis dan kuesioner online tersebut semakin menarik dan hidup.
2) Memiliki berbagai jenis tes yang bebas dipilih Aplikasi ini menyediakan
fasilitas pilihan tes yang bebas digunakan sesuai dengan keperluan pengguna.
Misalnya pilihan jawaban pilihan ganda, ceklis, tarik-turun, skala linier, dan lain
sebagainya. Anda juga dapat menambahkan gambar dan video YouTube ke dalam
kuis anda.
3) Bisa digunakan pada berbagai perangkat elektronik Aplikasi ini dapat
digunakan setiap orang untuk membuat kuisioner online dan kuis online
menggunakan laptop atau smartphone yang terhubung dengan internet lalu
membagikan alamat link formnya kepada para responden sasaran atau
menempelkannya di sebuah halaman website.
4) Dapat dikerjakan bersama orang lain pembuatan item pertanyaan kuisioner

28
ataupun kuis menggunakan Google form bisa dikerjakan bersama orang lain atau
siapa saja yang diinginkan oleh pengguna.
5) Kuis ataupun kuesioner bisa ditanggapi dengan cepat Dengan aplikasi ini, para
respondennya bisa memberikan tanggapannya dimanapun dan kapanpun dengan
mengklik alamat web atau link yang dibagikan pembuat kuisioner tersebut
menggunakan komputer atau handphone yang terhubung ke internet. Semua
tanggapan dan jawaban orang lain akan secara otomatis ditampung, disusun,
dianalisa dan disimpan oleh aplikasi Google Form dengan cepat dan aman.
6) Formulirnya responsive, berbagai jenis kuis dan kuesioner dapat dibuat dengan
mudah, lancer dan hasilnya tampak profesional dan indah.
7) Mendapatkan jawaban dengan cepat. Aplikasi ini berbasis website sehingga
setiap orang dapat memberikan tanggapan atau jawaban terhadap kuis ataupun
kuisioner secara cepat dimanapun ia berada dengan menggunakanaplikasi internet
komputer/laptop ataupun Handphone. Karena itu, dengan menggunakan aplikasi
ini maka seorang guru atau pegawai tidak memerlukan kertas lagi untuk mencetak
kuis atau kuisionernya. Waktu yang diperlukannya juga akan semakin hemat
dalam membagikan, mengumpulkan kembali dan menganalisis hasil kuis dan
angketnya.
8) Hasilnya langsung tersusun dianalisis secara otomatis. Pengguna juga dapat
melangkah lebih jauh bersama hasil data dengan melihat semuanya di
Spreadsheet, yakni aplikasi semacam Ms. Office Excel.
9) Gratis. Aplikasi ini gratis untuk semua orang. Aplikasi ini langsung digunakan
dengan cukup mendaftarkan diri secara gratis pada akun Google.
10) Tidak perlu memiliki Website tersendiriKuesioner ataupun kuis online bias
dibuat oleh semua orang dengan tanpa harus memiliki sebuah laman website
ataupun blog. Aplikasi ini bisa ditampilkan pada sebuah pesan e-mail, dan pada
sub domain Google ketikan alamatnya dikunjungi.
Media evaluasi pembelajaran berbasis komputer menggunakan software
Google Form (Google formulir) adalah sebuah aplikasi yang dikembangkan
Google untuk membuat sebuah survei dan kuesioner yang dikembang. Google
Formulir adalah sebuah aplikasi rintisan Google untuk membuat, mengedit, dan

2
9
menyimpan dokumen. Formulir yang dibuat dalam Google formulir secara
otomatis akan tersimpan di Google drive dan dapat dengan mudah dibagikan
kepada siapa saja. (G Suite by Google cloud, Formulir). Walaupun aplikasi ini di-
branding untuk membuat survei dan kuesioner, Google formulir juga bisa
digunakan untuk membuat media evaluasi pembelajaran. Google Formulir dipilih
sebagai media evaluasi karena aplikasi ini dapat diakses dengan mudah oleh
semua orang. Pada Google Formulir guru tidak perlu membuat soal evaluasi
dalam beberapa paket karena Google secara otomatis akan mengacak urutan soal
dan opsi jawaban. Untuk soal pilihan ganda dan isian singkat, Google Formulir
dapat mengoreksi jawaban secara otomatis dan peserta didik dapat mengetahui
nilai hasil evaluasi pembelajaran setelah selesai mengerjakan. Google formulir
akan secara otomatis menyimpan hasil pekerjaan peserta didik dan guru dapat
mengunduh dalam bentuk dokumen Excel lengkap dengan nilai yang diperoleh
dan jawaban yang dipilih oleh peserta didik. Peserta didik masa kini sangat akrab
dengan teknologi informatika, terutama smartphone. Kondisi ini sangat
mendukung penggunaan Google formulir sebagai media evaluasi. Google
formulir dapat dengan mudah diakses oleh semua pihak, baik menggunakan
perangkat komputer maupun menggunakan smartphone. Jika peserta didik tidak
mungkin menggunakan laboratorium komputer, maka evaluasi tetap bisa
dilaksanakan menggunakan smartphone yang dimiliki peserta didik.
4. Contoh dan Non Contoh/ Ilustrasi
Evaluasi berbasis ICT
Menggunakan sarana google formulir
Cara mendapatkan Google Form sebagai berikut:
a. Buka browser Anda
b. Masuk akun gmail Anda
c. Klik Google App di pojok kanan atas dan pilih Drive.
d. Pilih New – More – Google Form – Pilih salah satu Blank form atau From a
template.
e. Silakan berkreasi dan manfaatkan tools yang ada.
3. Cara kerja dan cara menggunakan Google Form

30
Google Form sangat mudah digunakan bahkan bagi pemula sekalipun. Tidak
membutuhkan koding maupun keahlian khusus. Google Form sebenarnya adalah
formulir online. Untuk membuatnya cukup mengedit (menambah) menu formulir
tersebut cukup dengan memanfaatkan fitur-fitur yang ada. Penjelasan mengenai
fitur-fitur tersebut sebagai berikut:
Penjelasan difokuskan menggunakan Blank form
Penjelasan difokuskan menggunakan Blank form

Tampilan awal Google Form


Menu utama
1. Judul Google Form
Judul dapat diganti sesuai keinginan Anda dengan cara mengklik sekali pada
tulisan “Untitled form”.
2. Color Palette
Berfungsi untuk mengganti warna maupun tema Google Form.
3. Preview
Berfungsi untuk melihat hasil pekerjaan Anda.
4. Setting

3
1
Pada menu ini terdapat 3 sub menu yakni :
a. Generel
b. Presentation
Salah satu fungsi bagian ini adalah sebagai pengatur pesan konfrimasi.

c. Quizzes
Bagian ini merupakan tools tambahan jika ingin membuat kuis
menggunakan Google Form. Jika Anda mengaktifkan tools ini secara
otomatis Google Form Anda akan disetting dalam basis pembuatan kuis.
5. Send
Digunakan untuk mengirim Google Form Anda kepada publik atau email
orang lain
6. More
Terdapat beberapa sub menu sebagai menu utama untuk stelan Google
form
7. Google Account
Digunakan jika Anda ingin keluar dari Google Form
8. Back
Digunakan jika Anda ingin kembali ke menu awal dari Google Form.
Menu tambahan
9. Add question
Berfungsi untuk menambah kolom pertanyaan.
10. Add title and description

32
Berfungsi untuk judul utama dari kumpulan kolom pertanyaan.
11. Add image
Berfungsi untuk menambah gambar.
12. Add video
Berfungsi untuk menambah video.
13. Add section
Berfungsi untuk menambah section baru.
14. Pilihan tipe pertanyaan
15. Show
Berfungsi untuk menambah
16. Required
Berfungsi untuk membuat pertanyaan agar wajib dijawab.
17. Delete
Berfungsi untuk menghapus form pertanyaan.
18. Copy
Berfungsi untuk menyalin form pertanyaan.
19. Kolom pertanyaan
Digunakan sebagai kolom pertanyaan.
20. Kolom judul
Digunakan sebagai kolom judul form yang dibuat.
Tab Question dan Responses
21. Question
Sebagai tempat kumpulan form pertanyaan.
22. Responses
Berfungsi untuk melihat hasil dari data yang masuk
Dengan memanfaatkan berbagai tools yang ada, Interaktif atau tidak hasil
dari karya Anda tergantung kreatifitas yang dimikili. Semakin Anda
kreatif maka semakin menarik pula Google Form yang Anda buat.

1. Forum Diskusi.
a. Penilaian Otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru

3
3
tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat
bahwa tujuan pembelajran telah benar-benar dikuaisai. Coba
saudara jelaskan bagaimanakah karakteristik penilaian otentik itu?
b. Peran ICT sangat penting dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Bagaimana analisa saudara mengenai arti penting ICT dalam
penilaian pembelajaran dan dampak negatifnya dalam proses
belajar mengajar?
C. PENUTUP

1. Rangkuman
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT) salah satu sarana
yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia saat sekarang ini. Dalam
dunia pendidikan, ICT salah satu sarana yang dapat membantu meningkatkan
kualitas pendidikan, karena melalui ICT dapat dikembangkan krativitas
pengajaran yang sangat membantu dalam kelancaran dan keberhasilan proses
belajar mengajar. Peningkatan kompetensi guru merupakan hak setiap guru.
Untuk mendorong peningkatan kompetensi guru adalah dengan pemanfaatan ICT
dalam pembelajaran dan merancang serta melaksanakan evaluasi dan penilaian
pembelajaran berbasis ICT. Google Form dapat menjadi salah satu software yang
direkomendasikan untuk membuat alat evaluasi (penilaian). Tampilan muka dan
caranya sangat sederhana sehingga mudah untuk dimengerti.

2. Tes Formatif
1. Kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu,
yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan, suatu kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak
ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan, proses untuk melihat
apakah perencanaan yang sedang di bangun berhasil sesuai dengan
harapan awal atau tidak, dan suatu proses atau kegiatan yang sistematis

34
dan menentukan kualitas (nilai atau arti) daripada sesuatu berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu. Uraian tersebut merupakan
pengertian-pengertian dari...
a. Evaluasi
b. Perencanaan
c. Pelaksanaan
d. Hasil
e. Strategi
2. Suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan
menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan
kualitas (nilai atau arti) berbagai komponen pembelajaran berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk pertanggungjawaban
guru dalam melaksanakan pembelajaran...
a. Evaluasi pembelajaran
b. Evaluasi produk
c. Evaluasi input
d. Evaluasi ouput
e. Evaluasi konteks
3. Untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran, melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk
mengingat kembali materi yang disajikan, mengetahui tingkat
perubahan perilakunya, dan mengetahui siapa diantara peserta didik
yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian
khusus agar ia dalam mengejar kekurangannya...
a. Manfaat evaluasi pembelajaran
b. Tujuan evaluasi pembelajaran
c. Prinsip evaluasi pembelajaran
d. Jenis evaluasi pembelajaran
e. Prosedur evaluasi pembelajaran
4. Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang
telah berlangsung/ dilaksanakan oleh guru, membuat keputusan

3
5
berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil pembelajaran, dan
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka
upaya meningkatkan kualitas keluaran....
a. Prinsip evaluasi pembelajaran
b. Tujuan evaluasi pembelajaran
c. Manfaat evaluasi pembelajaran
d. Jenis evaluasi pembelajaran
e. Prosedur evaluasi pembelajaran
5. Kegiatan evaluasi dilaksanakan secara terus-menerus. Evaluasi tidak
hanya dilakukan sekali setahun atau persemester, tetapi dilakukan
secara berkelanjutan mulai dari proses pembelajaran dengan
memperhatikan peserta didik hingga ia tamat dari institusi tersebut....
a. Prinsip berkesinambungan
b. Prinsip menyeluruh
c. Prinsip objektivitas
d. Prinsip validitas
e. Prinsip subjektivitas
6. Dari 25 soal ulangan umum untuk mata pelajaran PPKn, Adi
mengerjakan 17 butir soal dengan benar. Sementara kawan yang
terpandai hanya 1 butir soal yang salah, dan anak yang terbodoh di
kelas itu hanya mampu mengerjakan 5 butir soal dengan benar. Jika
pendekatan kriteria dengan skala 100 yang digunakan, maka nilai
ulangan umum ahasa Indonesia yang diperoleh Adi adalah ….
a. 17,00
b. 24,00
c. 68,00
d. 96,00
e. 95,00
7. Berikut adalah keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh seorang
siswa dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
bidang pendidikan. Yang tidak termasuk sebagai keuntungan yaitu....

36
a. Dapat mengakses informasi-informasi hasil penelitian orang lain.
b. Akses ke sumber pengetahuan dapat dilakukan kapan dan dimana
saja
c. Akses ke para ahli menjadi lebih mudah karena tidak dibatasi pada
jarak dan waktu
d. Melalui belajar jarak jauh bisa tidak datang ke sekolah
e. Akses terhadap media-media pembelajaran yang menarik
8. Suatu pendekatan dalam pembelajaran yang mengoptimalkan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sumber
belajar dan sebagai medium penyampaian pesan dalam pembelajaran
disebut pembelajaran berbasis....
a. TIK
b. CBT
c. Simulasi
d. Grafis
e. Tutorial
9. Seiring berkembangnya zaman, ICT/TIK semakin digunakan di dunia
pembelajaran, hal itu bisa terjadi karena ICT/TIK dirasa membawa
keuntungan baik bagi pengajar maupun pelajar, keuntungan atau
dampak positif dari pembelajaran yang menggunakan ICT/TIK.
Dampak negatif yang timbul antara lain adalah:
a. Pelajar jadi lebih mudah dalam belajar, karena kebanyakan pelajar
lebih suka praktek dibandingkan teori.
b. Pengajar jadi lebih mudah mengajar jadi lebih mudah
menyampaikan materi dengan membuat presentasi-presentasi.
c. Bagi pelajar maupun pengajar, pemberian dan penerimaan materi
atau tugas tidak harus bertatap muka, jadi jika pengajar
berhalangan hadir tetap dapat memberi tugas atau materi melalui e-
mail.
d. Dalam membuat laporan baik bagi pelajar, maupun pengajar jadi
lebih mudah karena jika memakai komputer, akan mudah dikoreksi

3
7
jika ada kesalahan.
e. Pembelajaran dapat dilakukan melalui on line jaringan internet.
10. Yang tidak termasuk dalam keunggulan dari Google Form di bawah ini
yaitu:
a. Tampilan Formnya menarik
b. Memiliki berbagai jenis tes yang bebas dipilih
c. Bisa digunakan pada berbagai perangkat elektronik
d. Dapat dikerjakan bersama orang lain.
e. Aplikasi Berbayar

3. Daftar Pustaka
Asmani, Jamal Ma'mur. 2011. Tips Efektif Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan .Jogjakarta:
DIVA Press.
Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.
Jakarta: Gaung Persada Press.
Darmawan, Deni. 2011. Teknologi Pembelajaran, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Fatria, F. & Listari. (2017). Penerapan Media Pembelajaran Google Drive
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Penelitian Pendidikan
Bahasa dan Sastra2 (1): 138-144
Fauzi, M.R. (2014). Penggunaan Google Form Sebagai Alat Evaluasi
Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi. Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. UPI. Bandung
Mayer, Richard E.. 2001. Multimedia Learning; Prinsip - prinsip dan
Aplikasi, 2001, Terjemahan Teguh Wahyu Utomo. 2009. Yogyakarta:
Pustaka Press.
Sutjiono, Thomas Wibowo Agung, 2005, Pendayagunaan Media
Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV /Juli 2005.
Tamba, E. (2012). Pemanfaatan Google Docs Untuk Sarana Penunjang
Pendidikan Komunitas Pembelajaran TIK. Skripsi. Program Studi
Teknik Informatika, UKSW. Salatiga
Wibawanto,W. (2017). Desain dan Pemrograman Multimedia
Pembelajaran Interaktif. Penerbit Cerdas Ulet Kreatif. Jember
Zaenal, A. (2011). Buku Pintar Google. Penerbit Media Kita. Jakarta

38
Kunci Jawaban:

No Jawaban No Jawaban

1 A 6 C

2 A 7 D

3 B 8 A

4 C 9 A

5 A 10 B

3
9
KEGIATAN BELAJAR 2:
KETERAMPILAN GURU PPKn
DALAM PEMBELAJARAN

i
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1. Deskripsi Singkat ......................................................................................... 1
2. Relevansi ......................................................................................................1
3. Petunjuk Belajar ........................................................................................... 1
B. INTI 2
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ......................................................... 2
2. Uraian Materi ............................................................................................... 2
a. Sikap Profesional Guru PPKn ............................................................... 2
b. Keterampilan Guru Dalam Pembelajaran PPKn ................................... 7
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi .............................................................. 40
4. Forum Diskusi ............................................................................................ 41
C. PENUTUP...................................................................................................... 41
1. Rangkuman ................................................................................................ 41
2. Tes Formatif ............................................................................................... 42
3. Daftar Pustaka ............................................................................................ 45

ii ii
KEGIATAN BELAJAR 2 : KETERAMPILAN GURU PPKn DALAM
PEMBELAJARAN

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat.
Kemajuan dalam dunia pendidikan dari waktu ke waktu adalah suatu
keniscayaan dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia yaitu semakin lebih
baik. Kemajuan suatu bangsa, tidak melebihi dari kemajuan pendidikan pada
bangsa itu sendiri, maka peran guru sangat sentral sekali dalam pemajuan
pendidikan yang berkualitas.
Guru yang profesional diharapkan dalam mendidik generasi muda bangsa
untuk dapat mencapai kemajuan bangsa dalam mencapai dan mewujudkan cita-
cita bangsa. Maka senantiasa berusaha untuk meningkatkan kompetensi guru
sebagai pendidik, sebagai pengajar, sebagai pelatih.
2. Relevansi
Modul 6 yang membahas tentang Keterampilan guru dalam pembelajaran
PPKn pada diklat PPG dalam jabatan ini sangat relevan menjadi mata latih
peserta. Hal tersebut dikarenakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru PPKn adalah menguasai keterampilan dasar guru dalam
pembelajaran PPKn terhadap peserta didik. Dengan memahami keterampilan
dasar guru dalam pembelajaran akan mempermudah guru untuk mengelola dan
mendesain kegiatan belajar mengajar untuk perbaikan kualitas pembelajaran.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 2 pada modul 6 ini, ada
beberapa hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda
tentang isi modul ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut; 1) Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan
penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir. 2) Lakukan kajian permulaan
terhadap tema keterampilan guru dalam pembelajaran dengan mencari beberapa
referensi yang relevan. 3) Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan Kegiatan
Belajar 2 pada modul 6 untuk memudahkan dalam memahami isi modul ini. 4)

1
Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata diklat ini sangat tergantung
kepada kesungguhan anda dalam mengerjakan latihan. Untuk itu, berlatihlah
secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat, berkaitan dengan latihan
soal yang telah disediakan pada modul 6 ini. 5) Bila anda menemui kesulitan,
silakan berdiskusi dengan sejawat, atau bertanya kepada instruktur atau fasilitator
yang mengajar mata diklat ini. 6) Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Mampu mengevaluasi masukan, proses dan hasil pembelajaran PPKn yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dengan
menerapkan assesmen otentik, serta memanfaatkan hasil evaluasi untuk
perbaikan kualitas pembelajaran.
2. Uraian Materi
a. Sikap Profesional Guru PPKn
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan
secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama.
Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi pembincangan utama ketika berbicara
tentang permasalahan pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen
manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam
pembangunan pendidikan, guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta
didik dalam proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling
berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas.
Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tidak akan memberikan hasil yang signifikan tanpa didukung
oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas
pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.
Kualitas tersebut dapat diukur dari baik tidaknya kinerja guru, oleh sebab itu
kinerja guru dapat terlihat dari kompeten tidaknya dalam melaksanakan
kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru di samping
kualifikasi akademik. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru dalam

2
melaksanakan tugas sebagai seorang guru secara profesional yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi ini terbagi ke dalam empat
hal yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Kompetensi
pedagogik ialah kompetensi yang harus dikuasai dalam mengelola pembelajaran.
Kompetensi kepribadian ialah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
yang mencirikan sikap stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan dan
berakhlak mulia. Kompetensi sosial adalah kompetensi yang harus dimiliki guru
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah
dan di luar lingkungan sekolah. Sedangkan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan seorang guru terhadap materi pelajaran secara mendalam.
Menurut Hamalik (2009), Lembaga Pendidikan Guru (LPG) merupakan
salah satu cara untuk mengembangkan kompetensi guru karena lembaga
pendidikan guru merupakan suatu lembaga yang selalu mendapatkan perhatian,
baik oleh para ahli pendidikan maupun oleh para administrator pendidikan dalam
berbagai tingkat wewenang dan tanggung jawab dalam sektor pendidikan.
Perhatian itu wajar diberikan mengingat pentingnya peranan lembaga pendidikan
guru, baik pre-service maupun in-service, dalam rangka mempersipkan dan
menyediakan calon-calon guru dalam berbagai jenjang persekolahan, sejak dari
Taman Kanak-kanak sampai dengan pendidikan tingkat menengah. Sementara
Djamarah (1994) menggambarkan kompetensi sebagai suatu tugas yang menandai
atau pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh
jabatan seseorang.
Berkaitan dengan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru sebagai
tenaga edukatif yang berperan menjalankan tugasnya dengan kompetensi dan
profesional. Guru tidak hanya melakukan pengajaran atau mentransfer ilmu
pengetahuan saja. Guru juga dituntut untuk mampu memberi bimbingan,
keteladanan, pelatihan pada peserta didik dan pengabdian pada masyarakat serta
melakukan tugas-tugas administratif lainnya. Usman (2013) mengemukakan
bahwa “tugas guru sebagai profesi adalah mendidik, mengajar dan melatih.”
Mendidik artinya meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar
artinya mentransfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,

3
sedangkan melatih artinya mengembangkan keterampilan pada diri siswa. Oleh
karena itu Kunandar, (2007) mengemukakan bahwa profesionalisme guru
mempunyai makna penting, yaitu:
1) Profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahteraan
masyarakat umum;
2) Profesionalisme guru merupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi
pendidikan yang selama ini dianggap oleh sebagian masyarakat rendah;
3) Profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri
yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan
memaksimalkan kompetensinya.
Dalam konteks tersebut guru merupakan komponen yang sangat penting
dalam sebuah proses pendidikan. Guru adalah sales agent dari lembaga
pendidikan. Guru dianggap sebagai kunci dalam menentukan keberhasilan sebuah
lembaga pendidikan. Sementara itu Nurdin dan Andriantoni (2009)
mengemukakan bahwa guru profesional adalah guru yang secara administratif,
akademis dan kepribadian telah memenuhi persyaratan dalam bentuk hubungan
multidimensional dengan muridnya. Hubungan multidimensional ini merupakan
manifestasi dari terpenuhinya persyaratan bagi seseorang untuk menjadi guru
profesional.
Guru profesional adalah tuntutan semua pihak terhadap seseorang yang
berprofesi sebagai guru. Hanya saja untuk memenuhi persyaratan sebagai guru
profesional belum tercapai sebagaimana yang menjadi tuntutan semua pihak.
Profesionalisme guru saat ini masih menjadi isu perbincangan di kalangan
masyarakat. Profesionalisme dan kualitas guru sebagai tenaga pendidik masih
dianggap rendah. Berkaitan dengan masalah rendahnya kualitas guru tersebut,
fenomena yang terjadi sekarang adalah masih adanya guru yang bukan berasal
dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan tidak memiliki
sertifikat profesi. Tidak sedikit sekolah yang kekurangan guru menempatkan
orang yang kurang tepat untuk menjadi guru, misalnya karena terdesak oleh
kebutuhan tenaga pendidik, maka orang yang bukan berlatar belakang pendidikan
guru pun diangkat menjadi guru. Peningkatan profesionalisme guru dapat

4
dilakukan dengan memberikan pelatihan, seminar, dan bentuk penataran lainnya.
Peningkatan kemampuan tersebut dapat berupa pelatihan-pelatihan dan
pengembangan-pengembangan yang umumnya berupa education and training, on
the job training dan in service training yang salah satunya adalah melalui
pelaksanaan kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (Suparlan, 2005).
Terdapat variasi mengajar pada guru, sebagian guru cenderung hanya
sebagai pengajar, proses pembelajaran terkesan sangat kaku, kurang fleksibel,
kurang demokratis dan guru cenderung lebih dominan di dalam kelas. Guru PPKn
lebih banyak mengejar target yang berorientasi pada nilai ujian akhir. Di samping
itu, guru masih mempertahankan penggunaan metode konvensional yang
monoton. Contohnya penggunaan metode ceramah atau metode diskusi dalam
pelajaran PPKn. Pelajaran PPKn diidentikan dengan pelajaran yang memuat
konsep-konsep atau materi-materi yang siapapun dapat menguasainya karena
pengajarannya pun terbatas pada kemampuan menyampaikan materi dengan
membacakan buku teks pelajaran dan menggunakan metode ceramah. Metode
tersebut membuat siswa cepat lupa dengan materi yang telah diberikan, timbul
rasa bosan, jenuh bahkan mengantuk yang kemudian akibatnya siswa mengobrol
saat jam pelajaran berlangsung, melamun dan tidak memperhatikan guru.
Di samping itu, aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah
dan kegiatan akademik lainnya dirasakan masih minim. Sementara itu, perubahan-
perubahan, pembaharuan serta IPTEK yang terus berkembang menuntut guru
untuk dapat beradaptasi dan mensejajarkan diri sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan zaman. Masalah-masalah tersebut mencerminkan
sisi keprofesionalan seorang guru masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan uraian di
atas maka dapat dikatakan bahwa guru-guru PPKn haruslah mampu menjadi
sosok yang professional berdasarkan:
1) Apersepsi dan motivasi, guru PPKn melakukan persiapan pembelajaran, yaitu
guru mengaitkan materi pelajaran dengan materi pembelajaran sebelumnya,
mengajukan pertanyaan yang menantang dan menyampaikan tujuan
pembelajaran, menyampaikan gambaran umum tentang materi yang akan
diajarkan, sehingga siswa termotivasi terhadap materi yang akan dipelajari.

5
2) Menyampaikan kompetensi dan rencana kegiatan pembelajaran, guru
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan menyampaikan rencana
kegiatan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan standar
kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran sehingga siswa dapat
memahami materi pembelajaran.
3) Penguasaan materi pelajaran, kemampuan guru PPKn dalam penguasaan
materi pada suatu proses pembelajaran, berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman siswa untuk memahami materi yang akan diajarkan.
4) Penerapan strategi pembelajaran yang mendidik, guru memilihkan strategi
pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
5) Pendekatan scientific, guru PPKn memahami dan menerapkan pendekatan
scientific dalam pembelajaran
6) Penerapan pembelajaran tematik terpadu, penyajian materi pembelajaran sesuai
dengan tema, berdasarkan kurikulum, memuat komponen karakteristik, dan
penyajian yang bernuansa aktif dan menyenangkan.
7) Pemanfaatan sumber belajar dan media dalam pembelajaran
8) Melibatkan peserta didik di pembelajaran. Guru menumbuhkan partisipasi aktif
peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar, guru
merespon positif partisipasi peserta didik, guru menunjukan sikap terbuka
terhadap respons peserta didik, guru menunjukan hubungan terbuka terhadap
pribadi yang kondusif, dan menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta
didik dalam belajar.
9) Penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran, guru PPKn
dalam pembelajaran yaitu menggunakan bahasa lisan maupun tulisan secara
jelas dan lancar dan yang baik dan benar.
10) Menutup pembelajaran, guru PPKn dalam melaksanakan kegiatan menutup
pembelajaran yaitu dengan menyimpulkan materi, refleksi, pengayaan dan
evaluasi.
Profesional guru PPKn harus mendapatkan perhatian yang lebih dari
kementerian terkait, dinas daerah serta kepala sekolah. Perhatian yang diberikan
kepada guru-guru PPKn haruslah berupa fasilitas yang memadai untuk

6
mendukung kegiatan pembelajaran PPKn serta memberikan bimbingan kepada
guru-guru PPKn dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
seorang guru khususnya guru PPKn. Sementara itu untuk guru-guru PPKn,
mengingat begitu kompleksnya tugas dan peran guru, hendaknya interaksi dengan
peserta didik selalu terjalin dengan baik sehingga suasana belajar di kelas berjalan
dengan baik, selalu mempertahankan dan meningkatkan kompetensi profesional
dalam pembelajaran yang meliputi kompetensi profesional, selalu menambah
wawasan keilmuan baik melalui membaca buku-buku, melihat berita aktual atau
melihat kegiatan yang berwawasan kompetensi khususnya pendidikan
kewarganegaraan dengan mengikuti seminar-seminar dan lebih kreatif dalam
kegiatan dalam kegiatan pembelajaran untuk dapat menghidupkan suasana kelas,
agar dapat menarik dan memotivasi minat peserta didik dalam proses belajar
mengajar.
b. Keterampilan Guru Dalam Pembelajaran PPKn
1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) merupakan suatu karakteristik
umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan
yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar pada dasarnya
adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus
dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas
pembelajarannya secara terencana dan profesional (Rusman, 2012). Sedangkan
menurut Zainal (2010), komponen pertama dalam mengajar adalah keterampilan
membuka dan menutup pelajaran. Jadi dalam keterampilan membuka pelajaran
guru PPKn haruslah mampu memberikan pengajaran atau pengarahan terhadap
materi yang akan diajarkan pada peserta didik agar siap mental dan tertarik untuk
mengikutinya. Strategi membuka dan menutup pelajaran (set introduction and
closure) sebenarnya merupakan gabungan antara dua macam keterampilan
mengajar yang perlu dilatihkan dalam pengajaran mikro.
Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran merupakan
keterampilan guru dalam menyiapkan mental dan menimbulkan perhatian siswa
agar terpusat pada materi yang akan dipelajari (Bahri, 2008). Sejalan dengan

7
pendapat tersebut, Mulyasa (2006) berpendapat bahwa membuka dan menutup
pembelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai
dan mengakhiri pembelajaran. Sementara menurut Mulyadi (2009) kegiatan
membuka dan menutup pembelajaran adalah kegiatan awal dan akhir yang
dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam memulai dan mengakhiri
pembelajaran yang telah diikuti.
Menurut Santridarus (2008) membuka dan menutup pembelajaran juga
dapat diartikan aktifitas menjelang awal pembelajaran dan akhir kegiatan
pembelajaran dengan maksud agar siswa memperoleh gambaran yang utuh
tentang pokok materi. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa
membuka dan menutup pembelajaran merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
guru PPKn yang harus dilakukan agar siswa memperoleh gambaran yang utuh
tentang pokok materi dan tujuan pembelajaran PPKn yang ingin dicapai dari
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru PPKn. Selain tujuan
pembelajaran PPKn ada hal lain yang ingin dicapai yaitu pengetahuan, sikap, dan
keterampilan telah dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu kegiatan membuka
dan menutup pembelajaran merupakan suatu keterampilan dasar mengajar yang
harus dimiliki oleh seorang guru PPKn sebagai modal awal untuk melaksanakan
tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan profesional. Hal ini karena
keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
membuka dan menutup pembelajaran mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.
Dengan demikian, jika seorang guru melakukan kegiatan membuka dan menutup
pembelajaran dengan efektif, efisien, dan menarik, maka anak didik akan
memiliki minat dan motivasi untuk mengikuti pembelajaran, tapi sebaliknya jika
seorang guru tersebut membuka dan menutup pembelajaran tidak menarik maka
minat dan motivasi anak didik akan berkurang.
Keterampilan membuka pelajaran merupakan kunci dari seluruh proses
pembelajaran yang harus dilaluinya. Sebab jika seorang guru pada awal
pembelajaran tidak mampu menarik perhatian peserta didik, maka proses dan
tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. Kegiatan membuka
pelajaran tidak hanya dlakukan oleh guru pada awal pembelajaran, tetapi pada

8
setiap kegiatan inti pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengemukakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menarik perhatian siswa,
memberi acuan dan memberikan kaitan antara materi pembelajaran yang akan
dikuasai oleh peserta didik dengan bahan yang akan diajarkan.
Untuk menciptakan kondisi kesiapan mental siswa dalam mengikuti
pembelajaran, maka kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dengan melakukan
kegiatan yang bersifat adminitrasi:
 Mengecek kehadiran siswa
 Menyiapkan alat-alat pelajaran
 Mempersiapkan buku sumber dan kegiatan administrasi.
Kegiatan atau pemeriksaan yang bersifat adminitrasi saja pada saat
mengawali pembelajaran, belum tentu bisa mencapai sasaran menumbuhkan
kesiapan mental siswa secara optimal. Dengan demikian kegiatan pembukaan
pembelajaran selain untuk mempersiapkan hal-hal yang bersifat teknis
adminitratif, terutama harus memfokuskan pada upaya mengkondisikan baik fisik
dan mental, perhatian dan motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan inti
pembelajaran.
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran memiliki tujuan yaitu:
a. Membantu siswa mempersiapkan diri agar sejak semula sudah dapat
membayangkan pelajaran yang akan dipelajarinya.
b. Menimbulkan minat dan perhatian siswa pada apa yang akan dipelajari dalam
kegiatan belajar mengajar.
c. Membantu siswa agar mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
d. Membantu siswa agar mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman
yang telah dikuasainya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang
belum dikenalnya (Husdarta dan Yudha, 2013).
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran selain untuk mempersiapkan hal-
hal yang bersifat teknis adminitratif, terutama harus memfokuskan pada upaya
menkondisikan kesiapan baik fisik dan mental, perhatian dan motivasi siswa
untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran. Membuka dan menutup pelajaran
pada umumnya dilakukan agar proses dan hasil belajar dapat dicapai secara efektif

9
dan efisien yaitu langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dengan tepat
sehingga akan menghasilkan suatu hasil belajar yang maksimal. Hasil belajar
tersebut dapat dilihat dari tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang telah
dipelajarinya.
Menurut Marno dan Idris (2008), komponen keterampilan dalam membuka
dan menutup pelajaran meliputi dua kategori yaitu kategori yang berpengaruh
pada proses asimilasi dan akomodasi ide, dan kategori yang berpengaruh pada
motivasi siswa belajar. Komponen-komponen tersebut yaitu:
a. Membangkitkan perhatian/minat siswa. Beberapa cara untuk membangkitkan
perhatian dan minat siswa antara lain: 1) Variasi gaya mengajar guru; 2)
Penggunaan alat bantu mengajar; 3) Variasi dalam pola interaksi.
b. Menimbulkan motivasi. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan
mendorong perhatian dan minatnya terkonsentrasi pada hal-hal yang harus
dipelajari, sehingga dapat mencapai tujuan belajar secara maksimal. Cara untuk
menimbulkan motivasi belajar pada siswa, antara lain: 1) Bersemangat dan
antusias. 2) Menimbulkan rasa ingin tahu. 3) Mengemukakan ide yang
tampaknya bertentangan. 4) Memerhatikan dan memanfaatkan hal-hal yang
menjadi perhatian siswa.
c. Memberi acuan atau struktur. Cara memberikan acuan atau struktur dapat
dilakukan guru antara lain: 1) Mengemukakan kompetensi dasar, indikator
hasil belajar, dan batas-batas tugas. 2) Memberi petunjuk atau saran tentang
langkah-langkah kegiatan. 3) Mengajukan pertanyaan pengarahan.
d. Menunjukkan kaitan. Apabila guru akan menjelaskan materi baru, maka harus
dikaitkan dengan materi yang telah diketahui sebelumnya. Beberapa hal yang
perlu dilakukan guru adalah: 1) Mencari batu loncatan. 2) Mengusahakan
kesinambungan. 3) Membandingkan atau mempertentangkan.
Perhatian siswa dalam pembelajaran PPKn dapat ditimbulkan dengan
memberikan sikap dan gaya mengajar guru PPKn itu sendiri. Misalnya, guru
PPKn memberikan variasi gaya mengajarnya dengan berdiri ditengah kemudian
berjalan kebelakang atau ke samping, variasi penggunaan suara, intonasi, cara
masuk kelas, gerak tangan, ekspresi muka, dan sebagainya yang semuanya

10
bermakna. Ketertarikan siswa dapat ditimbulkan dengan penggunaan alat bantu
mengajar seperti gambar, model, skema, surat kabar, dan sebagainya. Variasi pola
interaksi perlu dikembangkan agar siswa tidak merasa bosan. Karena biasanya
guru menerangkan sedangkan siswa mendengarkan. Maka perlu diadakan pola
interaksi yang bervariasi, misalnya guru PPKn memberikan tugas kepada seorang
siswa dan siswa lain memberikan tanggapan.
Sebagai guru PPKn hendaknya bersikap ramah, antusias, dan penuh
semangat agar mendorong siswa ikut aktif dan mau terlibat. Cara yang dapat
digunakan guru yaitu menceritakan suatu peristiwa aktual yang menimbulkan
pertanyaan atau menunjukkan model atau gambar yang merangsang siswa untuk
berpikir. Membuka pelajaran dapat diawali dengan mengungkapkan hal-hal yang
sedang aktual dan relevan dengan materi yang akan dipelajari..
Guru dapat menanyakan sesuatu kepada siswa yang bertujuan mengarahkan
pada topik pelajaran dan membantu siswa memerhatikan hal yang akan dijelaskan.
Bahan pengait atau apersepsi diantaranya adalah hal-hal yang sudah diketahui
siswa seperti pengalaman, minat, dan kebutuhan siswa. Sebelum memulai
pelajaran baru, guru dapat meninjau kembali inti pelajaran yang lalu atau dapat
meminta siswa untuk meringkas, kemudian baru membuat kaitan dengan
pelajaran baru. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membandingkan atau
mempertentangkan antara pengetahuan lama dan pengetahuan baru. Kegiatan
membuka pelajaran dapat dilakukan secara efektif dan berhasil dengan
memperhatikan komponen-konponen yang berkaitan dengan karakteristik siswa.
Prinsip-prinsip penerapan membuka dan menutup pelajaran menurut Marno
dan Idris (2008) yaitu:
a. Prinsip bermakna. Penerapan prinsip bermakna adalah mempunyai nilai
tercapainya tujuan penggunaan keterampilan membuka pelajaran. Artinya, cara
guru dalam memilih dan menerapkan komponen keterampilan membuka
pelajaran mempunyai nilai yang sangat tepat bagi siswa dalam mengondisikan
kesiapan dan ketertarikan siswa untuk mengikuti pelajaran.
b. Kontinu (berkesinambungan). Antara gagasan pembukaan dengan pokok
bahasan tidak terjadi garis pemisah. Oleh karena itu, gagasan pembukaan

11
dengan pokok bahasan dari segi materi harus ada relevansinya. Pengurutan
materi pokok sangat membantu kesinambungan materi pembelajaran dan
terutama kesinambungan membuka pelajaran.
c. Fleksibel (penggunaan secara luwes). Berarti penggunaan yang tidak kaku,
tidak terputus-putus atau lancar. Fluency (kelancaran) dalam susunan gagasan,
ide, atau cerita dapat memudahkan peserta didik dalam mengonsepsi keutuhan
konsep pembuka dan dapat pula dengan mudah mengantisipasi pokok bahasan
yang akan dipelajari.
d. Antusiasme dan kehangatan dalam mengomunikasikan gagasan. Antusiasme
menandai kadar motivasi yang tinggi dan hasil ini akan berpengaruh pada
motivasi yang tinggi pula pada peserta didik. Dengan antusiasme guru dalam
mengomunikasikan gagasan pembuka, mendorong anak untuk menilai bahwa
pokok bahasan yang akan dipelajari mempunyai arti yang sangat penting.
Dengan demikian, peserta didik akan tinggi perhatian dan minatnya, yang pada
gilirannya akan memengaruhi tingginya aktivitas belajar.
Selain prinsip penerapan membuka dan menutup pelajaran, ada pula prinsip-
prinsip teknis dalam membuka dan menutup pelajaran sebagai berikut:
a. Singkat, padat, dan jelas.
b. Keterampilan tidak diulang-ulang atau berbelit-belit.
c. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak.
d. Disertai contoh atau ilustrasi seperlunya.
e. Mengikat perhatian anak (Marno dan Idris, 2008).
Mengikat perhatian anak harus sesuai dengan isi dan tujuan pembelajaran
atau bermakna serta diperlukan suatu susunan bahan pelajaran yang tepat dan ada
kaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya agar jelas dan tepat. Kegiatan
membuka pelajaran yang diterapkan hendaknya sesuai dengan tujuannya yaitu
melakukan kegiatan yang ada kaitannya dengan materi pelajaran.

12
Gambar 2.1: Guru Membuka Pelajaran
(Sumber: Google.com)
2. Keterampilan Menjelaskan
Secara etimologis kata “menjelaskan” bermakna membuat sesuatu menjadi
jelas. Dalam kegiatan menjelaskan terkandung makna pengkajian informasi secara
sistematis sehingga yang menerima penjelasan mempunyai gambaran yang jelas
tentang hubungan informasi yang satu dengan yang lainnya (Winataputra 2002).
Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara
sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan (Hasibuan dan Moedjiono
2012).
Guru menggunakan istilah menjelaskan untuk penyajian lisan didalam
interaksi edukatif. Proses interaksi edukatif menuntut keterlibatan kemampuan
kognitif anak didik untuk pemahaman. Karena itu tidak semua cerita dapat disebut
menjelaksan. Pengertian menjelaskan disini adalah pemberian informasi secara
lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan
sebab akibat, antara yang sudah dialami dan yang belum dialami, antara
generalisasi dengan konsep, antara konsep dengan data, atau sebaliknya.
Keberhasilan guru menjelaskan ditentukan oleh tingkat pemahaman yang
ditentukan anak didik (Bahri, 2000). Penyampaian informasi yang terencana
dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama
kegiatan menjelaskan

13
Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari
kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas. Tujuan pemberian
penjelasan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru PPKn adalah sebagai
berikut:
a. Membimbing siswa untuk dapat memahami konsep dan prinsip secara objektif
dan bernalar
b. Melibatkan siswa untuk berpikir dengan memacahkan masalah-masalah atau
pertanyaan.
c. Mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dengan
untuk mengatasi kesalahpahaman siswa.
d. Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan
menggunakan bukti-bukti dalam memecahkan masalah.
Menurut Rusman (2010) keterampilan menjelaskan harus dikuasai oleh
seorang guru agar siswa memperoleh pemahaman yang utuh dan jelas tentang
materi yang disampaikan guru. Berkenaan dengan keterampilan menjelaskan ini,
ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru, yaitu:
a. Keterkaitan dengan tujuan. Apapun yang dilakukan guru dalam menjelaskan
materi pelajaran harus bermuara pada pencapaian tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
b. Relevan antara penjelasan dengan materi dan karakteriktis siswa, penjelasan
guru harus sesuai dengan materi yang diajarkan, hindari improvisasi yang
berlebihan sehingga ke luar konteks materi yang diajarkan. Materi yang
dijelaskan oleh guru harus sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik itu
usia, tugas perkembangan, tingkat kesukaran dan sebagainya.
c. Kebermaknaan. Apapun yang dijelaskan guru harus bermakna bagi siswa baik
untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.
d. Dinamis. Guru dapat memadukannya dengan tanya jawab, atau menggunakan
media pembelajaran, agar penjelasan lebih menarik dan sistematis, penjelasan
harus mudah dipahami oleh siswa dan tidak verbalisme.
e. Penjelasan dilakukan dalam kegiatan dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan
kegiatan penutup.

14
Kegiatan menjelaskan mempunyai beberapa tujuan, seperti yang tertera dalam
(Winataputra, 2004) yaitu:
a. Membantu siswa memahami berbagai konsep hukum, dalil, dan sebagainya
secara objektif dan bernalar.
b. Membimbing siswa menjawab pertanyaan “mengapa” yang muncul dalam
proses pembelajaran.
c. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam memecahkan berbagai masalah
melalui cara berpikir yang lebih sistematis.
d. Mendapatkan balikan dari siswa tentang pemahamannya terhadap konsep yang
dijelaskan.
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penalaran dalam
penyelesaian ketidakpastian.
Penguasaan keterampilan menjelaskan akan memungkinkan guru untuk
mengelola kelas lebih baik. Menurut (Winataputra, 2004) ada beberapa
keuntungan yang diperoleh guru, antara lain:
a. Meningkatkan efektivitas pembicaraan di kelas sehingga benar-benar
merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa.
b. Memperkirakan tingkat pemahaman siswa terhadap penjelasan yang diberikan.
c. Membantu siswa menggali pengetahuan dari berbagai sumber.
d. Mengatasi kekurangan berbagai sumber belajar.
e. Menggunakan waktu kegiatan belajar mengajar secara efektif.
Keterampilan menjelaskan seorang guru dapat dikelompokkan menjadi dua
aspek utama, yaitu keterampilan merencanakan penjelasan dan keterampilan
menyajikan penjelasan (Wardani, 2005). Tingkat penguasaan guru terhadap kedua
aspek keterampilan ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk dapat
menguasai keterampilan merencanakan penjelasan dan keterampilan menyajikan
penjelasan agar pelajaran yang disajikan guru dapat memberikan pengaruh yang
baik terhadap pemahaman siswa.
Penjelasan yang diberikan guru PPKn perlu direncanakan dengan baik
terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan yang menerima pesan, yang

15
berkenaan dengan isi pesan atau materi meliputi penganalisaan masalah secara
keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang
dikaitkan dan generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
Merencanakan isi pesan atau materi pembelajaran merupakan tahap awal dalam
proses menjelaskan. Menurut (Winataputra, 2004), perencanaan isi pesan
mencakup tiga hal penting:
a. Menganalisis masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan termasuk
unsur-unsur yang terkait dalam masalah tersebut.
b. Menetapkan jenis hubungan anatara unsur-unsur yang dapat berupa perbedaan,
pertentangan, saling menunjang, atau hubungan prasyarat.
c. Menelaah, rumus, prinsip, atau generalisasi yang mungkin dapat digunakan
dalam menjelaskan masalah yang ditentukan.
Sedangkan mengenai perencanaan penjelasan yang berhubungan dengan
yang menerima pesan (siswa) hendaknya diperhatikan hal-hal atau perbedaan-
perbedaan pada setiap anak. Karakteristik siswa sebagai penerima pesan juga
dipertimbangkan dengan cermat. Karakteristik siswa yang perlu dianalisis antara
lain mencakup usia, jenis kelamin, jenjang kemampuan, latar belakang, dan
lingkungan belajar (Winataputra, 2004). Pemahaman guru terhadap karakteristik
siswanya sangat penting agar dalam memberikan penjelasan sesuai dengan
kondisi jasmani, kemampuan, maupun psikologi siswa.
Keterampilan menyajikan penjelaskan memegang peran penting dalam
mengimplementasikan rencana penjelasan yang sudah dirancang sebelumnya.
Keterampilan menyajikan penjelasan terdiri dari beberapa komponen, yaitu
kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan balikan
(Winataputra, 2004).
a. Kejelasan. Kejelasan suatu kegiatan penjelasan dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kelancaran berbicara, kejelassan dalam pengucapan kosakata,
kemampuan menyususn kalimat, penggunaan istilah yang sesuai dengan
kemampuan berpikir siswa, dan lain sebagainya. Kelancaran dan kejelasan
ucapan dalam berbicara sangat menentukan kualitas suatu penjelasan. Apabila
guru menggunakan istilah yang baru yang masih asing bagi siswa, hendaknya

16
diberikan definisi dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
siswa.
b. Penggunaan contoh dan ilustrasi. Suatu penjelasan akan lebih mudah dipahami
apabila disertai dengan contoh dan ilustrasi yang sesuai. Penggunaan contoh
akan membantu pemahaman siswa dalam konsep yang abstrak dan kompleks.
Pemberian ilustrasi akan lebih bermakna apabila berkaitan dengan kehidupan
nyata siswa.
c. Pemberian tekanan. Dalam memberikan penjelasan, sering kali guru berbicara
panjang lebar tentang hal yang sebenarnya tidak terlalu berkaitan dengan
pokok pembelajaran. Guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah-
masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting.
d. Balikan. Tujuan dari diberikan penjelasan adalah agar siswa memperoleh
pemahaman. Tidak ada salahnya ketika di tengah penjelasan guru meluangkan
waktu untuk memeriksa tingkat pemahaman siswa dengan cara mengajukan
pertanyaan atau membaca ekspresi siswa ketika menerima penjelasan guru.
Dalam memberikan penjelasan, guru sebaiknya memperhatikan prinsip-
prinsip penggunaan penjelasan. Menurut Wardani, (2005) prinsip-prinsip dalam
memberikan penjelasan adalah sebagai berikut:
a. Memperhatikan kaitan antara yang menjelaskan (guru), yang mendengarkan,
dan bahan yang dijelaskan. Ketiga komponen ini harus mempunyai kaitan yang
jelas, sehingga bahan yang dijelaskan guru sesuai dengan khasanah
pengalaman dan latar belakang kehidupan siswa.
b. Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah dan akhir pelajaran, tergantung
dari munculnya kebutuhan akan penjelasan.
c. Penjelasan yang diberikan harus bermakna dan sesuai dengan tujuan pelajaran.
d. Penjelasan dapat disajikan sesuai dengan rencana guru atau bila kebutuhan
akan suatu penjelasan muncul dari siswa, misalnya jika siswa mengajukan
suatu pertanyaan yang memerlukan penjelasan.
3. Keterampilan Mengadakan Variasi
Belajar mengajar adalah keterampilan dasar mengajar yang termasuk di
dalamnya keterampilan mengadakan variasi yang berguna bagi siswa dan guru

17
untuk mengatasi kejenuhan dan kebosanan yang dialami siswa maupun guru
dalam proses pembelajaran dan untuk mengatasi kondisi ruangan yang tidak
nyaman serta proses pembelajaran yang sudah tidak efektif (Suwarna, 2005).
Dengan memperbaiki gaya mengajar saja belum dapat mengatasi persoalan yang
terjadi, namun dengan harapan bervariasinya proses penbelajaran yang diberikan
akan membuat siswa nyaman melaksanakan pembelajaran di kelas dan suasana
kelas menjadi lebih kondusif dan efisien.
Jika ingin mencapai tujuan pembelajaran tersebut, seorang guru PPKn
haruslah mampu siap dengan segala perubahan yang dialami oleh siswa misalnya,
siswa mulai mengantuk, mood siswa sudah mulai bosan saat jam pembelajaran,
rasa jenuh bahkan sudah tidak nyaman dalam proses pembelajaran, siswa ramai
sendiri atau tidak fokus saat guru menjelaskan di depan kelas. Oleh karena itu
guru harus mempunyai keterampilan memvariasi proses pembelajaran yang lebih
meningkatkan motivasi lebih terhadap semua siswa.
Kreativitas guru tersebut dapat dituangkan dalam keterampilan guru untuk
melakukan variasi dalam mengajar. Apa yang harus dilakukan oleh guru dalam
hal ini bersifat situasional yang berarti semua mengikuti irama siswa pada saat
kegiatan pembelajaran. Tindakan hurus dalam membuat variasi mengajar dapat
dilakukan secara terencana maupun mendadak sesuai dengan keadaan yang harus
dihadapi oleh guru dengan tepat.
Menurut Agung dan Wibawa (2014) salah satu hal yang mempengaruhi
efektifitas kegiatan belajar di kelas adalah rasa bosan yang timbul pada diri siswa,
guru dituntut untuk kreatif di dalam kelas untuk mengatasi atau mencegah
datangnya rasa bosan pada siawa. Jadi dapat dikatakan bahwa kreativitas guru
PPKn tersebut dapat dilaksanakan dalam proses belajar mengajar untuk
mendapatkan hasil yang efisien sehingga siswa mampu memahami apa yang ingin
dicapai dari proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Variasi dalam kegiatan
belajar mengajar tersebut berupa perubahan kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan motivasi para siswa serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.
Keterampilan mengadakan variasi ini dapat juga dipakai untuk penggunaan

18
keterampilan mengajar yang lain, seperti dalam mengunakan keterampilan
bertanya memberi pengutan, menjelaskan dan sebagainya (Saud, 2009)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengadakan
variasi yang dilakukan oleh guru PPKn merupakan suatu proses perubahan dalam
pembelajaran yang bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan dan kebosanan
serta berubahnya mood siswa dalam proses pembelajaran untuk menerima bahan
pengajaran yang diberikan guru dan memusatkan perhatian siswa sehingga siswa
dapat selalu aktif dan terfokus dalam proses pembelajaran. Keterampilan
mengadakan variasi ini juga dapat digunakan untuk penggunaan keterampilan
mengajar yang lain, seperti dalam menggunakan keterampilan bertanya, memberi
penguatan, menjelaskan dan sebagainya.
Dalam mengadakan variasi dalam sebuah pembelajaran seorang guru PPKn
perlu mengerti dan memahami terlebih dahulu apa sebenarnya tujuan dari
mengadakan variasi tersebut. Setelah guru mengetahui hal tersebut maka guru
akan lebih mudah menerapkan pembelajaran di dalam kelas. Menurut Suwarna
(2005) adapun tujuan yang menjadi pokok dari pengadaan variasi dalam kelas
yaitu antara lain:
a. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek
pembelajaran
b. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan
berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih
baik.
c. Meningkatkan kadar CBSA dalam proses belajar mengajar dengan melibatkan
siswa dengan berbagai tingkat kognitif.
Sementara dalam proses mengadakan variasi pada proses belajar mengajar
seorang guru PPKn harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Keterampilan mengajar variasi serta hubungannya dengan keterampilan-
keterampilan guru profesionnal lainnya, seperti penguasaan berbagai metode
mengajar dan keterampilan mengajukan pertanyaan.

19
b. Penggunaan berbagai keterampilan mengajar dengan variasi perlu
direncanakan sebelumnya dan sebaliknya dicantumkan dalam satuan pelajaran
yang harus disusun sebagai persiapan mengajar.
c. Penggunaan variasi sangat dianjurkan, tetapi harus luwes dan wajar serta sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Pemakaian variasi yang berlebihan justru akan
menimbulkan kebingungan dan mengganggu proses belajar mengajar. oleh
karena itu guru perlu memperhatikan reaksi siswa, baik reaksi tingkah laku
ataupun reaksi perhatian siswa.
Variasi dalam mengajar dapat dilakukan dengan penggunaan suara maupun
dengan isyarat-isyarat nonverbal, seperti pandangan mata, ekspresi roman muka,
gerak-gerik tangan atau kepala dan gerak badan. Selain itu masih ada isyarat
ekstra verbal yaitu intonasi dan warna serta bunyian. Oleh karena itu menurut
Saud (2009) adapun yang menjadi komponen utama dalam mengadakan variasi
adalah:
a. Penggunaan variasi suara. Variasi suara adalah perubahan suara dari keras
menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari
gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-
kata tertentu.
b. Pemusatan perhatian siswa. Guru dapat memusatkan perhatian siswa pada hal-
hal yang dianggap penting dapat dengan gaya bahasa menurut kebutuhan anak.
c. Kesenyapan guru. Adanya kesenyapan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan
disengaja selagi guru menerangkan sesuatu, merupakan alat yang baik untuk
menarik perhatian siswa.
d. Mengadakan kontak pandang dan gerak. Apabila guru sedang berbicara atau
berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas
dan melihat ke mata murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang
akrab dengan mereka.
e. Gerakan badan dan mimik. Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala,
dan gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi.
Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan
lisan yang dimaksudkan.

20
f. Pergantian posisi guru di dalam kelas. Pergantian guru di dalam kelas dapat
digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Terutama sekali dalam
menyampaikan pelajaran di dalam kelas, gerakan hendaknya bebas, tidak kikuk
atau kaku, dan hindari tingkah laku negatif.
Sementara ada hal lain juga yang harus diperhatikan oleh seorang guru
PPKn dalam proses belajar mengajar yaitu media pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan oleh guru tersebut. Media pembelajaran
apabila ditinjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga
bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Pergantian penggunaan jenis
yang lain mengharuskan anak menyesuaikan inderanya, sehingga dapat
mempertinggi perhatiannya. Hal itu karena setiap anak mempunyai perbedaan
kemampuan dalam menggunakan alat inderanya, ada beberapa anak yang
termasuk tipe visual, auditif, atau motorik. Oleh karenanya Saud (2009)
mengelompokkan variasi pembelajaran kedalam beberapa bagian yaitu;
a. Variasi yang dapat dilihat. Media yang termasuk ke dalam jenis ini ialah:
grafik, bagan, poster, gambar, film, dan slide.
b. Variasi media yang dapat didengar. Suara guru termasuk di dalam media
komunikasi yang utama didalam kelas. Rekaman suara, suara radio, musik,
deklamasi, puisi, sosiodrama, telepon, dapat dipakai sebagai penggunaan
indera dengan divariasikan dengan indera lainya.
c. Variasi media yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakan, yang termasuk di
dalam hal ini, misalnya peragaan yang dilakukan oleh guru atau siswa, model,
patung, topeng, dan boneka yang dapat digunakan anak untuk diraba,
dipergerakan dan dimanipulasi.
d. Variasi media yang dapat didengar. Media yang termasuk ini, misalnya film,
televisi, slide projector yang diiringi penjelasan guru. Tentu saja penggunaanya
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Ketika media yang akan digunakan telah ditetapkan maka seorang guru
PPKn haruslah mengetahui pola interaksi seperti apa yang akan digunakan oleh
guru tersebut dengan siswa. Karena pada dasarnya pola interaksi guru dan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar nemiliki corak yang sangat beraneka ragam.

21
Mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang
dilakukan oleh siswa. Hal ini bergantung pada keterampilan guru dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi guru-
siswa dan siswa-siswa agar kegiatan pembelajaran tidak menimbulkan kebosanan,
kejenuhan. Suasana kelas pun menjadi hidup. Oleh karena itu pada dasarnya
sebuah variasi pada proses pembelajaran memiliki sebuah prinsip yang dijadikan
acuan bagi guru PPKn dalam proses pembelajarannya, yaitu sebagai berikut:
a. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Penggunaan variasi yang wajar dan
beragam dianjurkan dalam prinsip ini. Sedangkan pemakaian yang berlebihan
akan menimbulkan kebingungan dan dapat mengganggu proses belajar
mengajar.
b. Variasi harus digunakan dengan lancar dan berkesinambungan sehingga tidak
akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu proses pembelajaran.
c. Variasi harus direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan
dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
Oleh karena itu keterampilan mengadakan variasi adalah suatu proses
perubahan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan
dan kebosanan serta berubahnya mood siswa dalam proses pembelajaran untuk
menerima bahan pengajaran yang diberikan guru dan memusatkan perhatian siswa
sehingga siswa agar dapat selalu aktif dan terfokus dalam proses pembelajaran.
Keterampilan mengadakan variasi ini juga dapat digunakan untuk penggunaan
keterampilan mengajar yang lain, seperti dalam menggunakan keterampilan
bertanya, memberi penguatan, menjelaskan dan sebagainya.
4. Keterampilan Memberikan Penguatan
Dalam kegiatan belajar-mengajar, penghargaan mempunyai arti penting bagi
tingkah laku dan keterampilan siswa. Tingkah laku dan keterampilan siswa yang
baik bisa diberi penghargaan dalam bentuk senyuman maupun kata-kata pujian
yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan keterampilan siswa.
Penguatan atau reinforcement adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang
dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

22
Dalam hal ini menurut Barnawi dan Arifin (2012), penguatan adalah respon
positif dalam pembelajaran yang diberikan guru terhadap perilaku peserta didik
dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut.
Keterampilan memberi penguatan mempunyai dua jenis penguatan yaitu
penguatan verbal dan non-verbal, penguatan verbal dinyatakan melalui kata-kata
dan melalui kalimat. Sedangkan penguatan non-verbal dapat diungkapkan dengan
berbagai cara seperti gerak isyarat, pendekatan, sentuhan, melalui kegiatan yang
menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda, serta penguatan tidak penuh
dan penuh.
Sementara menurut pendapat Hasibuan dan Sulthoni (2000), penguatan
merupakan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku
tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut muncul kembali.
Penghargaan mempunyai pengaruh positif bagi peserta didik, yakni mendorong
peserta didik memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan kegiatannya atau
usahanya. Dan menurut pendapat Widodo (2007), keterampilan memberikan
penguatan baru akan nampak pada saat guru memberikan respon terhadap
munculnya tingkah laku siswa yang bernilai positif, sehingga dapat meningkatkan
perhatian dan motivasi belajar siswa ke arah yang lebih positif. Penguatan dapat
diberikan dalam bentuk verbal (kata-kata/pujian), dan nonverbal seperti: gerakan
mendekati, mimik, dan gerakan badan, sentuhan, dan kegiatan yang
menyenangkan siswa.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam proses
pembelajaran guru PPKn diaharapkan mampu memberikan penguatan atau
reinforcement dikarenakan hal tersebut merupakan salah satu bentuk penciptaaan
suasana belajar yang menyenangkan kepada siswa dengan tujuan agar frekuensi
tingkah laku positif siswa dapat meningkat. Karena pada dasarnya didalam proses
belajar mengajar seorang guru dan peserta didik haruslah mampu saling
berinteraksi satu dengan yang lain agar tercipta suasana yang menyenangkan.
Proses belajar mengajar yang menyenangkan akan meningkatkan semangat
kepada siswa dalam mendengarkan guru didalam menerangkan bahan ajar yang
sudah dipersiapkan.

23
Dalam pemberian penguatan seorang guru PPKn harus memperhatikan
beberapa prinsip-prinsip dalam memberi penguatan terhadap materi ajar yang
sedang diajarkan kepada siswa agar mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh
karena itu menurut Barnawi dan Arifin (2012), adapun yang menjadi prinsip-
prinsip yang harus diperhatikan guru saat memberikan penguatan ialah sebagai
berikut:
a) Kehangatan
Penguatan yang diberikan oleh guru harus penuh dengan kehangatan.
Kehangatan dapat ditunjukkan melalui cara bersikap tersenyum, melalui suara dan
mimik. Kehangatan akan membuat hubungan baik dan saling mempercayai antara
guru dan peserta didik sehingga penguatan dari guru akan diterima dengan positif
oleh peserta didik.
b) Antusiasme
Antusiasme merupakan stimulus untuk meningkatkan perhatian dan
motivasi peserta didik. Penguatan yang antusias akan menimbulkan kesan
sungguh-sungguh dan mantap di hadapan peserta didik.
c) Kebermaknaan
Inti dari kebermaknaan adalah peserta didik tahu bahwa dirinya memang
layak mendapat penguatan karena tingkah laku dan penampilannya sehingga
penguatan tersebut dapat bemakna baginya. Jangan sampai guru memberikan
penguatan yang berlebihan dan tidak relevan dengan konteksnya.
d) Menghindari penggunaan respons yang negatif
Teguran dan hukuman yang berupa respons negatif harus dihindari oleh
guru. Respons negatif yang bernada hinaan, sindiran, dan ejekan harus dihindari
karena dapat mematahkan semangat peserta didik. Apabila peserta didik
memberikan jawaban yang salah, guru tidak boleh langsung menyalahkannya,
misalnya dengan mengatakan, “Jawaban kamu salah!” Namun, sebaliknya guru
memberikan pertanyaan tuntunan (prompting question), atau menggunakan sistem
pindah gilir ke peserta didik lain.
Dari uraian di atas, prinsip-prinsip yang harus diperhatikan guru dalam
memberi penguatan pada proses belajar mengajar meliputi, kehangatan,

24
antusiasme, kebermaknaan dan menghindari penggunaan respon yang negatif.
Pemberian penguatan harus sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh siswa.
Menurut pendapat Barnawi dan Arifin (2012), menyebutkan beberapa cara
yang dapat digunakan untuk memberi penguatan (reinforcement), yaitu:
a) Penguatan kepada pribadi tertentu
Penguatan kepada pribadi tertentu merupakan penguatan yang jelas
diberikan kepada salah satu peserta didik, misalnya dengan menyebutkan
namanya. Penguatan tidak akan efektif apabila tidak jelas ditujukan kepada siapa.
b) Penguatan kepada kelompok peserta didik
Pemberian penguatan juga dapat dilakukan kepada kelompok peserta didik.
Kelompok peserta didik yang telah menyelesaikan tugas dengan baik harus diberi
penguatan agar kelompok tersebut dapat termotivasi untuk meningkatkan
kemampuannya secara berkelanjutan. Penguatan sebaiknya tidak hanya diberikan
karena hasil pembelajaran, tetapi diberikan pula pada hal-hal positif yang terjadi
selama pembelajaran. Hal-hal positif yang patut diberi apresiasi adalah semangat
belajar, berfikir nalar, kerjasama tim, prestasi, keakraban, kedekatan, dan lain
sebagainya.
c) Pemberian penguatan dengan cara segera
Penguatan dengan cara segera adalah penguatan yang diberikan sesegera
mungkin setelah muncul respons peserta didik yang diharapkan. Penguatan yang
sempat tertunda tidak akan efektif. Bahkan, dapat menimbulkan kesan kepada
peserta didik bahwa guru kurang peduli terhadap mereka.
d) Variasi dalam penggunaannya
Guru hendaknya memberikan penguatan yang bervariasi. Tidak tebatas pada
satu jenis saja. Apabila penguatan yang diberikan hanya sejenis saja, akan
menimbulkan kebosanan dan lama kelamaan penguatan tersebut tidak akan
efektif. Di samping itu, apabila guru menggunakan penguatan yang itu-itu saja,
peserta didik akan menjadikannya sebagai bahan tertawaan. Biasanya peserta
didik akan ikut-ikutan menggunakan penguatan.
Penggunaan komponen keterampilan dalam kelas harus bersifat selektif,
hati-hati disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar

25
belakang, tujuan dan sifat tugas. Pemberian penguatan harus bermakna bagi siswa.
Menurut Barnawi dan Arifin (2012), beberapa komponen keterampilan memberi
penguatan adalah sebagai berikut:
a. Penguatan verbal
Tanggapan guru yang berupa kata-kata pujian, dukungan, dan pengakuan
dapat digunakan untuk memberikan penguatan atas kinerja peserta didik. Peserta
didik yang telah mendapatkan penguatan akan merasa bangga dan termotivasi
untuk meningkatkan kembali prestasi belajarnya..
b. Penguatan Nonverbal
Penguatan nonverbal dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
ialah sebagai berikut:
a) Penguatan berupa mimik dan gerakan badan.
b) Penguatan dengan cara mendekati.
c) Penguatan dengan sentuhan.
d) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan. kegiatan yang menyenangkan
bisa dalam bentuk kegiatan bernyanyi bersama.
e) Penguatan berupa simbol atau benda.
Menurut pendapat Ormrod (2008), komponen penguatan tidak hanya terdiri
dari komponen penguatan verbal dan penguatan non-verbal, tetapi terdapat
penguatan positif dan penguatan negatif.
a. Penguatan Positif
Penguatan positif berupa pemberian ganjaran untuk merespon perilaku
peserta didik yang sesuai dengan harapan guru sehingga siswa tetap merasa
senang mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan positif bertujuan untuk
mempertahankan dan memelihara perilaku positif. Penguatan positif dapat berupa
pujian, angka bintang, penambahan point, dan lain sebagainya.
b. Penguatan Negatif
Penguatan negatif berupa penghentian keadaan yang kurang menyenangkan
sehingga peserta didik merasa terbebas dari keadaan tersebut. Penguatan negatif
menyebabkan peningkatan suatu perilaku melalui penghilangan sebuah stimulus,
alih-alih menambah suatu stimulus. Penguatan negatif berbeda dengan hukuman.

26
Menurut Wilis dan Dahar (2011), hukuman merupakan konsekuensi-konsekuensi
yang tidak memperkuat perilaku yang bertujuan untuk mengurangi perilaku
dengan menghadapkan konsekuensi konsekuensi yang tidak diinginkan.
Sedangkan penguatan negatif merupakan memperkuat perilaku yang diinginkan
dengan menghilangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan.
5. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri, sebab pada
umumnya guru dalam pengajarannya selalu melibatkan atau menggunakan tanya
jawab. Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban atau balikan dari orang lain. (Supriyadi, 2013).
Keterampilan bertanya adalah kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam
melakukan tanya jawab supaya berjalan lancar dan kodusif. Keterampilan
bertanya harus dilakukan dengan berbagai variasi supaya saat melakukan tanya
jawab siswa tidak merasa bosan.
Keterampilan bertanya dibedakan atas keterampilan dasar mengajar tingkat
dasar dan keterampilan dasar mengajar tingkat lanjut. Keterampilan dasar
mengajar tingkat dasar mempunyai komponen dasar yang diterapkan dalam
mengajukan pertanyaan. Sedangkan keterampilan dasar mengajar tingkat lanjut
merupakan lanjutan dari keterampilan dasar mengajar tingkat dasar dan berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, meningkatkan partisipasi
siswa, dan mendorong siswa agar mengambil inisiatif sendiri. (Saud, 2009).
Adapun yang menjadi tujuan keterampilan bertanya meliputi:
1. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok
bahasan.
2. Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
3. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
4. Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
6. Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
7. Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.
8. Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar

27
Menurut Suwarna, (2005) dalam memberikan sebuah pertanyaan seorang guru
haruslah berpegang pada beberapa prinsip-prinsip, yaitu sebagai berikut:
1. Kehangatan dan antusias. Peningkatan partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran, guru perlu menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan
pertanyaan maupun ketika menerima jawaban dari siswa. Sikap dan gaya guru
termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada
tidaknya kehangatan dan keantusiasannya.
2. Kebiasaan yang perlu dihindari, a) Jangan mengulag-ulang pertanyaan apabila
siswa tidak mampu menjawabnya. b) Jangan mengulag-ulang jawaban siswa.
c) Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa
memperoleh kesempatan untuk menjawabnya. d) Usahakan agar siswa tidak
menjawab pertanyaan secara serempak, karena guru tidak mengetahui dengan
pasti siapa yang menjawab dengan benar dan siapa yang salah. e) Menentukan
siswa yang harus menjawab sebelum mengajukan pertanyaan, oleh karena itu
pertanyaan hendaknya ditujukan lebih dulu kepada seluruh siswa baru
kemudian guru menunjuk salah seorang untuk menjawab. f) Guru terkadang
mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda, menghendaki beberapa jawaban
atau kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.
Ketika memberikan sebuah pertanyaan menurut Suwarna (2005) seorang
guru haruslah mengetahui atau mempunyai beberapa keterampilan dasar mengajar
berkaitan dengan bertanya kepada siswa, yaitu sebagai berikut:
a. Komponen keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat dasar
1) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat. Pertanyaan guru harus
diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang
mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
2) Pemberian acuan. Sebelum memberikan pertanyaan, terkadang guru perlu
memberikan acuan berupa pertanyaan yang berisi informasi yang releven
dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.
3) Pemindahan giliran. Ada saatnya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari
seorang siswa, karena jawaban belum benar atau belum memadai. Untuk itu
guru dapat menggunakan teknik pemindahan pemindahan giliran. Mula-mula

28
guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, kemudian memilih salah
seorang siswa untuk menjawab dengan cara menyebut namanya atau dengan
menunjuk siswa itu.
4) Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya di dalam pelajaran, guru perlu
menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan acak. Guru hendaknya
berusaha agar siswa mendapat giliran secara merata.
5) Pemberikan waktu berpikir. Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh
siswa, guru perlu memberi waktu beberapa detik untuk berpikir sebelum
menunjuk salah seorang siswa untuk menjawabnya.
6) Pemberian tuntunan. Bila seorang siswa memberikan jawaban salah atau tidak
dapat menjawab guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa itu, agar
siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.
b. Komponen keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat lanjut
1) Pengubahan tuntunan tingkat kognisi dalam menjawab pertanyaan. Pertanyaan
yang dikemukakan oleh guru dapat mengandung proses mental yang berbeda-
beda dari proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh
karena itu, dalam mengajukan pertanyaan hendaknya guru berusaha mengubah
tuntunan tingkat kognisi dalam menjawab pertanyaan dari tingkat yang paling
rendah, yaitu evaluasi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis.
2) Pengaturan urutan pertanyaan. Untuk mengembangkan tingkat kognisi dari
yang lebih rendah ke lebih tinggi dan kompleks, hendaknya guru dapat
mengatur urutan pertanyaan yang diajukan siswa. Misalnya guru mengajukan
pertanyaan ingatan, setelah itu pertanyaan pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
3) Penggunaan pertanyaan pelacak. Jika jawaban yang diberikan oleh siswa
dinilai benar oleh guru tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi sempurna, guru
dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut.
4) Peningkatan terjadinya interaksi. Agar siswa lebih terlihat secara pribadi dan
lebih bertanggung jawab atas kemajuan dan hasil diskusi, hendaknya guru
mengurangi atau menghilangkan peranan sebagai penanya sentral dengan cara
mencegah pertanyaan dijawab oleh seorang siswa. Jika siswa mengajukan

29
pertanyaan guru tidak segera menjawab tetapi melontarkan kembali kepada
siswa lainnya.
Terdapat beberapa cara untuk penggolongan jenis-jenis pertanyaan, dimana
dalam hal ini penggolongan terdiri atas jenis-jenis pertanyaan menurut
maksudnya, jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom, dan jenis-jenis
pertanyaan menurut luas sempitnya pertanyaan.
a. Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya
1) Pertanyaan permintaan (Compliance Question). Pertanyaan yang
mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk
pertanyaan. Contoh: Amir, maukah kamu menutupkan jendela yang di sebelah
sana?
2) Pertanyaan Retoris (Rhetorical Question). Pertanyaan yang tidak menghendaki
jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru. Hal itu diucapkan karena
merupakan teknik penyampaian informasi kepada siswa. Contoh: Mengapa
beriman kepada malaikat akan berdampak positif bagi kehidupan kita sehari-
hari? Karena, dengan mengingat adanya malaikat kita akan menyadari bahwa
kehidupan di dunia ini ternyata ada yang mengawasi setiap perbuatan kita.
3) Pertanyaan mengarahkan/menuntun (Prompting Question). Pertanyaan yang
diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berpikirnya. Apabila
siswa tidak menjawab pertanyaan atau salah, hendaknya guru mengajukan
pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan/menuntun proses berpikir siswa
dan akhirnya dapat menemukan jawaban dari pertanyaan yang pertama
diberikan.
4) Pertanyaan menggali (Probing Question). Pertanyaan yang akan mendorong
siswa untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan sebelumnya.
Dengan pertanyaan menggali, siswa didorong untuk meningkatkan kualitas
ataupun kuantitas jawaban yang telah diberikan pada pertanyaan sebelumnya.
b. Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi bloom
1) Pertanyaan pengetahuan (Precall Question atau Legde Question). Pertanyaan
yang mengharapkan jawaban sifatnya hafalan atau ingatan terhadap apa yang

30
telah dipelajari siswa. Kata-kata yang sering digunakan dalam menyusun
pertanyaan pengetahuan adalah apa, dimana, kapan, siapa, atau sebutkan.
2) Pertanyaan pemahaman (Comprehension Question). Pertanyaan ini menuntut
siswa untuk menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisasi informasi-
informasi yang pernah diterimanya dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang
sering digunakan untuk menyusun pemahaman adalah jelaskan/uraikan dengan
kata-katamu sendiri, bandingkan.
3) Pertanyaan penerapan (Aplication Question). Pertanyaan yang menuntut siswa
untuk memberikan jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan,
informasi, aturan-aturan, kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya pada
suatu kasus atau kejadian sesungguhnya.
4) Pertanyaan analisis (Analysis Question). Pertanyaan yang menuntut siswa
untuk menemukan jawaban dengan cara mengidentifikasikan motif masalah,
mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan,
dan menarik kesimpulan berdasarkan informasi-informasi yang ada.
5) Pertanyaan sintesis (Synthesis Question). Ciri dari pertanyaan ini jawabannya
yang benar dan tidak tunggal, melainkan lebih dari satu dan menghendaki
siswa untuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis
menuntut siswa untuk membuat ramalan/prediksi, memecahkan masalah
berdasarkan imajinasi, dan mencari komunikasi.
6) Pertanyaan evaluasi (Evaluation Question). Pertanyaan semacam ini
menghendaki siswa untuk menjawabnya dengan cara memberikan penilaian
atau pendapatnya terhadap suatu isu.
Keterampilan bertanya harus dilakukan bervariasi supaya siswa tidak
merasa bosan. Keterampilan bertanya memiliki tujuan yang sangat penting bagi
siswa. Selain memiliki tujuan, keterampilan bertanya juga memiliki prinsip-
prinsip yang harus diterapkan saat kegiatan tanya jawab. Keterampilan bertanya
juga memiliki komponen-komponen tersendiri serta jenis-jenis pertanyaan yang
bervariasi yang dapat diterapkan seorang guru kepada siswanya. Seorang guru
harus memiliki keterampilan bertanya karena bertanya merupakan kegiatan yang
efektif dalam pembelajaran untuk mendorong daya berpikir siswa. Saat

31
melakukan kegiatan bertanya seorang guru juga dapat memotivasi dan membuat
siswa menjadi lebih aktif saat pembelajaran. Bertanya juga merupakan salah satu
teknik untuk melatih daya ingat dan melatih fokus siswa. Selain itu, proses
evaluasi, penilaian, pengukuran dan pengujian bisa dilakukan melalui pertanyaan.

Gambar 2.2: Guru Memberikan Pertanyaan Kepada Siswa


(Sumber: Google.com)
6. Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan dasar dalam mengajar siswa sangat diperlukan oleh guru
PPKn merupakan mengelola kelas dengan baik. Oleh karena itu mengelola kelas
merupakan keterampilan guru yang harus dipunya untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang optimal serta mampu mengendalikan kondisi pembelajaran
yang terganggu. Kondisi pembelajaran yang optimal dapat tercapai apabila guru
mampu mengarahkan siswa dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan
dan tidak membosankan. Oleh karena itu peran guru sebagai pengelola kelas
merupakan peran yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang
sangat kondusif bagi peserta didik dalam mencapai proses belajar mengajar yang
hendak dicapai.
Sementara menurut Usman (2013) pengelola kelas merupakan keterampilan
guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Dengan
kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang

32
optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Termasuk kedalam hal ini
misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau
penetapan normal kelompok yang produktif. Sementara menurut (Mulyasa, 2013)
pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam
pembelajaran.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikanya dalam suasana yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal
yang baik antara guru dangan siswa dan siswa dengan siswa merupakan syarat
keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas secara umum adalah
penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal. Sedangkan pengertian pengelolaan kelas (classroom
management) menurut Webber dalam Usman (2013) mengatakan bahwa
berdasarkan pendekatannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1) Berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach), pengelolaan kelas
adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa. Guru berperan
menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara
ketat. Otoritas guru tidak sepenuhnya, guru memang mempunyai hak
kekuasaan, namun ada pemegang kekuasaan di atas guru misalnya kepala
sekolah, dan lain-lain.
2) Berdasarkan pendekatan permisif (permissive approach), pengelolaan kelas
adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada
siswa dalam melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan apa yang mereka
inginkan. Fungsi guru adalah menciptakan kondisi siswa agar merasa aman
untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
3) Berdasarkan pendekatan modifikasi tingkah laku, pengelolaan kelas adalah
upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang
bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah
munculnya atau memperbaiki perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa.

33
Oleh dari itu menurut Usman (2002) pengelolaan kelas mempunyai dua
tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1) Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan
fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar
mencapai hasil yang baik.
2) Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
Sementara menurut Ahmad (1995), tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai
berikut:
1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi belajar mengajar.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar yang mendukung
dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional,
dan intelektual siswa dalam kelas.
Menurut Usman (2013) prinsip penggunaan pengelolaan kelas
diklasifikasikan menjadi tujuh, yaitu:
1) Kehangatan dan keantusiasan: kehangatan dan keantusiasan guru dapat
memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan
salah satu syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal.
2) Tantangan: penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3) Bervariasi: penggunaan alat atau media, gaya dan interaksi belajar-mengajar
yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif
dan menghindari kejenuhan.

34
4) Keluwesan: keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta
menciptakan iklim belajar-mengajar yang efektif.
5) Penekanan pada hal-hal yang positif: pada dasarnya, didalam mengajar dan
mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif menghindari pemusatan
perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.
6) Penanaman disiplin diri: pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa
merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu
mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri
hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pegendalian diri dan
pelaksanaan tanggung jawab.
Adapun yang menjadi komponen-komponen pengelolaan kelas menurut
Wardani (2005), meliputi:
1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal.
a) Memperlihatkan sikap yang tanggap dengan melihat secara jeli dan seksama,
mendekatkan diri, memberikan sebuah pernyataan, atau memberi reaksi
terhadap gangguan kelas.
b) Membagi perhatian secara visual dan verbal.
c) Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut
tanggungjawab siswa.
d) Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.
e) Menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa
peringatan atau ocehan, serta membuat aturan.
f) Memberikan penguatan seperlunya.
2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang
optimal.
a) Modifikasi tingkah laku. Dalam strategi ini, hal pokok yang harus dikuasai
seorang guru adalah mengajarkan tingkah laku baru yang diinginkan dengan
cara memberikan contoh, bimbingan dan meningkatkan munculnya tingkah
laku siswa yang baik dengan memberikan penguatan.

35
b) Pengelolaan/proses kelompok. Dalam strategi ini kelompok dimanfaatkan
dalam memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas yang muncul,
terutama melalui diskusi.
c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
Dalam strategi ini perlu ditekankan bahwa setiap tingkah laku yang keliru
merupakan gejala dari suatu permasalahan.
Sementara menurut (Sartika, 2014) kemampuan dan keterampilan
mengelola kelas dalam proses belajar mengajar yang baik sebagai berikut:
1. Menciptakan situasi yang memungkinkan anak untuk belajar, sehingga
merupakan titik awal keberhasilan pengajaran.
2. Siswa belajar dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi yang
merangsang untuk belajar.
Jadi dalam proses pembelajaran, seorang guru PPKn haruslah mampu
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat melakukan pembelajaran,
menumbuhkan sikap yang ramah, mempersiapkan siswa untuk belajar dan siswa
dapat merasakan kenyamanan dalam keadaan ataupun suasana yang sewajarnya.
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin, menghilangkan berbagai hambatan yang dapat
menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar, menyediakan dan mengatur
fasilitas serta peralatan belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar
sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
7. Keterampilan Membimbing Diskusi
Diskusi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
yang berbentuk kelompok untuk bertukar pikiran, gagasan, dan informasi secara
lisan dan bertatap muka untuk mencari kesepakatan dalam menyelesaikan suatu
masalah. Berdiskusi dapat memperluas pengetahuan dan pengalaman. Diskusi
yang melibatkan beberapa orang disebut diskusi kelompok. Menurut Sanjaya,
Sumantri dan Permana dalam Abimanyu (2008) menyatakan bahwa metode
diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang
melibatkan siswa secar aktif untuk membicarakan dan menemukan bersama dan

36
pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Dalam diskusi ini guru
berperan sebagai pemimpin diskusi, atau guru dapat mendelegasikan tugas
sebagai pemimpin itu kepada siswa, walaupun demikian guru masih harus
mengawasi pelaksanaan diskusi yang dipimpin oleh siswa itu. Pendelegasian itu
terjadi setelah siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi.
Pemimpin diskusi harus mengorganisir kelompok yang dipimpinnya agar setiap
anggota diskusi dapat berpartisipasi secara aktif.
Menurut Usman (2013) diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur
yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal
dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau
pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang harus ada
dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi, tidak semua guru dan calon guru
mampu membimbing para siswanya untuk berdiskusi tanpa mengalami latihan.
Oleh karena itu, keterampilan ini perlu diperhatikan agar para guru dan calon guru
mampu melaksanakan tugas ini dengan baik. Menurut Mulyasa (2013) melalui
diskusi kelompok dalam pembelajaran memungkinkan siswa:
1) Berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah.
2) Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam
pembelajaran.
3) Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
4) Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi.
5) Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan
bertanggungjawab
Keterampilan membimbing diskusi merupakan keterampilan dasar mengajar
yang diperlukan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Mengingat keterlibatan siswa dalam pembelajaran merupakan hal
yang sangat dituntut dalam setiap pembelajaran, guru dituntut untuk menguasai
keterampilan membimbing diskusi. Alasan pentingnya diskusi adalah agar
dominasi guru di dalam kelas dapat dikurangi sehingga tersedia kesempatan bagi
siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru
dalam kaitan ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi

37
kelompok. Melalui diskusi kelompok diharapkan siswa dapat berpikir secara lebih
kritis serta mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan baik. Alasan
lain sehingga beberapa tujuan bersama akan yang jauh lebih efektif dapat tercapai
jika dilakukan melalui diskusi kelompok. Tujuan-tujuan tersebut adalah tujuan-
tujuan dalam ranah keterampilan serta nilai dan sikap. Misalnya, keterampilan
berbicara, mengungkapkan pendapat, keterampilan berbahasa, sopan santun dalam
mengajukan perbedaan pendapat, serta keterampilan berinteraksi bersama, akan
jauh lebih efektif pencapaiannya jika dilakukan melalui diskusi kelompok. Dalam
hal ini, guru berkewajiban untuk membimbing kegiatan diskusi kelompok
tersebut. Melalui bimbingan guru, pimpinan diskusi kelompok ada pada siswa.
Oleh karena itu, para guru perlu memahami hakikat, prinsip serta komponen-
komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok, kemudian berlatih
secara sistematis untuk menguasainya (Anitah, 2007).
Sementara menurut Mulyasa (2013) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
membimbing diskusi yaitu;
a. Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, kegiatannya
antara lain, merumuskan tujuan dan topik yang akan didiskusikan,
mengembangkan masalah, catat kesalahan yang menyimpang, memperluas
masalah, intinya merangkum kembali permasalahan supaya jelas, menjelaskan
gagasan peserta didik dengan memberikan informasi yang jelas.
b. Menganalisis pendapat peserta didik, yaitu dengan menganalisis bersama yang
dikemukakan memiliki dasar yang kuat, menjelaskan hal-hal yang telah
disepakati. Setelah diperoleh informasi alasan-alasan dari masing-masing
pendapat yang berbeda-beda tersebut, maka pemimpin diskusi menindaklanjuti
dengan kesepakatan terhadap hal-hal mana saja yang disepakati bersama dan
yang tidak disepakati sehingga diskusi tersebut membuahkan kesimpulan
bersama.
c. Meluruskan alur berpikir peserta didik, yaitu dengan mencakup mengajukan
beberapa pertanyaan menantang siswa untuk berpikir, member dukungan
terhadap pendapat peserta didik yang penuh perhatian, memberikan waktu
berpikir, dan meningkatkan partisipasi siswa.

38
d. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, yaitu melalui memancing pendapat
peserta didik yang kurang berpartisipasi, mendorong peserta didik untuk
mengomentari pendapat temannya, meminta pendapat peserta didik ketika
terjadi kebuntuan.
e. Menutup kegiatan diskusi, yaitu dengan cara merangkum hasil diskusi, tindak
lanjut, menilai proses diskusi yang telah dilakukan.
Agar dapat menerapkan keterampilan membimbing diskusi secara efektif,
seorang guru PPKn harus memperhatikan beberapa prinsip antara lain:
a. Diskusi hendaknya berlangsung dalam diskusi terbuka antar murid, dalam hal
ini ditandai dengan keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan antar
pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, dan
kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian, semua anggota
kelompok mempunyai keinginan untuk dikenal dan dihargai, dapat merasa
aman dan bebas untuk mengemukakan pendapat.
b. Perlu perencanaan dan persiapan yang matang berupa topik yang dipilih,
masalah yang bisa menjadi perdebatan antar siswa sehingga menyebabkan
adanya rasa ingin mengetahui dari siswa, serta memiliki informasi pendahuluan
yang berhubungan dengan topik yang diberikan oleh guru kepada siswa.
Oleh karena itu menurut Usman (2013) komponen-komponen keterampilan
dalam membimbing diskusi bagi seorang guru khususnya guru PPKn adalah,
sebagai berikut:
a. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
b. Memperluas masalah atau urunan pendapat
c. Menganalisis pandangan siswa
d. Meningkatkan usulan siswa
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
f. Menutup diskusi

39
Gambar 2.3: Guru Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
(Sumber: Google.com)
Oleh karena itu mengajar dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh
guru khususnya guru PPKn dengan memberikan materi, metode, serta media
pembelajaran yang bertujuan untuk mengubah perilaku siswa. Dalam kegiatan
mengajar seorang guru perlu dan harus memiliki beberapa keterampilan dasar
mengajar, salah satunya keterampilan membimbing diskusi. Diskusi kelompok
adalah proses yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah bersama. Alasan mengapa
pentingnya diskusi adalah agar guru tidak terlalu mendominasi di dalam kelas dan
siswa berkesempatan untuk berpartisipasi secara aktif. Agar dalam membimbing
diskusi dapat berjalan secara efektif ada 6 komponen yang perlu dikuasi oleh guru
antara lain memusatkan perhatian, memperjelas masalah atau uraian pendapat,
menganalisis pandangan, meningkatkan urunan, menyebarkan kesempatan
berpartisipasi, dan menutup diskusi. Agar dapat menerapkan keterampilan
membimbing diskusi secara efektif, guru harus memperhatikan beberapa prinsip
antara lain diusahakan diskusi berlangsung secara terbuka, perlu perencanaan dan
persiapan yang matang serta pemilihan topik diskusi yang relevan dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi
Sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen¸ bahwa guru Indonesia harulah professional, karena pekerjaan guru
sudah diakui sebagai profesi. Kemudian telah dilakukan pemerintah upaya untuk
mensertifikasi guru-guru melalui Penilaian portofolio, PLPG dan saat ini dengan
cara PPG (Pendidikan Profesi Guru). Sudah banyak guru yang telah dinyatakan

40
professional yang ditandai dengan telah memiliki sertifikat pendidik dan
melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertanggungjawab.
Namun banyak juga guru yang masih tetap kurang berkualitas dalam tugasnya,
walaupun telah memiliki sertifikat mendidik, masih sulit berubah, walaupun
selama proses sertifikasi melalui PPG, telah dimuati dengan dengan kompetensi-
kompetensi bagi seorang guru professional.
4. Forum Diskusi
Bahan Tugas
CPMK Sub-CPMK
Kajian Terstruktur
Mampu Mampu membentuk sikap 1.Sikap 1. Jelaskanlah
mengevaluasi profesional sebagai calon guru Profesional bagaimana
masukan, proses serta mampu berlatih, menguasai, calon guru sikap
dan hasil dan melaksanakan delapan PPKn professional
pembelajaran keterampilan dasar mengajar 2 Keterampilan sorang guru
PPKn yang sesuai situasi pengajaran yang guru dalam PPKn
mencakup sikap, dilaksanakan dalam waktu dan pembelajaran 2. Bagaimana
pengetahuan, jumlah siswa yang terbatas. PPKn pendapat
dan Delapan keterampilan dasar anda tentang
keterampilan mengajar meliputi: keterampila
peserta didik 1. Keterampilan dasar membuka n dasar guru
dengan dan menutup pelajaran dalam
menerapkan 2. Keterampilan dasar menjelaskan penerapan
assemen otentik, 3. Keterampilan dasar mengadakan pembelajara
serta variasi n di kelas
memanfaatkan 4. Keterampilan dasar memberikan
hasil evaluasi penguatan
untuk perbaikan 5. Keterampilan dasar bertanya
kualitas 6. Keterampilan dasar mengelola
pembelajaran kelas
7. Keterampilan dasar mengajar
perorangan/kelompok kecil
8. Keterampilan dasar
membimbing diskusi kelompok
kecil

4. PENUTUP
a. Rangkuman
Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, guru juga
sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses
dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun

41
yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan
hasil yang segnifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas.
Keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang guru adalah:
1. Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran
2. Keterampilan dasar menjelaskan
3. Keterampilan dasar mengadakan variasi
4. Keterampilan dasar memberikan penguatan
5. Keterampilan dasar bertanya
6. Keterampilan dasar mengelola kelas
7. Keterampilan dasar mengajar perorangan/kelompok kecil
8. Keterampilan dasar membimbing diskusi kelompok kecil

b. Test formatif
1. Guru tidak hanya melakukan pengajaran atau mentransfer ilmu pengetahuan
saja, adalah juga dituntut untuk mampu memberi bimbingan, keteladanan,
pelatihan pada peserta didik. Dengan demikian tugas guru adalah:
a. Motivator, inisiator dan fasilitator
b. Mendidik, mengajar dan melatih
c. Membentuk, mengasah dan memoles
d. Menerima, memproses dan menghasilkan
e. Mengasah, membentuk dan menyempurnakan.
2. Sebagai guru profesional, harus menguasai berbagai kompetensi yang
dipersyaratkan untuk seorang guru. Setidaknya seorang guru memiliki
kompetensi…
a. Kompetensi mengajar, mendidik, menilai dan merefleksi
b. Kompetensi mengelola kelas, menilai, memanfaatkan hasil penilaian
c. Kompetensi merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
d. Kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional
e. Kompetensi pedagogik, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
3. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, guru harus memilihkan pendekatan
pembelajaran yang tepat. Dalam pengembangan kurikulum 2013, pendekatan
yang tepat tersebut adalah…
a. student active learning
b. teacher active learning

42
c. problem based learning
d. project based learning
e. scientific approach
4. Seorang guru PPKn merumuskan indikator pencapaian kompetensi
menyimpulkan pentingnya kerjasama dalam masyarakat di bidang ketertiban
dan keamanan. Untuk itu, guru menentukan materi ajar yang tepat yaitu ....
a. pelanggaran hukum di kalangan remaja
b. bentuk-bentuk keragaman sosial budaya
c. keragaman sosial budaya Indonesia
d. kemerdekaan mengemukakan pendapat
e. peran pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja
5. Apabila guru menentukan tujuan pembelajaran: siswa dapat menyimpulkan
pentingnya pengembangan wisata daerah tempat tinggalnya, maka pendekatan
yang cocok diadopsi adalah pendekatan ....
a. deduktif
b. individual
c. kelompok
d. induktif
e. personal
6. Seorang guru PPKn SMP ingin menerapkan pendekatan pembelajaran
kontekstual model konstruktivisme. Untuk itu, guru menentukan indikator yang
sesuai yaitu ....
a. menentukan berbagai dampak jika nilai-nilai Pancasila tidak diamalkan
b. mengidentifikasi adat-istiadat dan budaya masyarakat Indonesia
c. menjelaskan perilaku yang sesuai dengan sila-sila Pancasila
d. menyebut berbagai contoh pengalaman nilai-nilai Pancasila
e. mendiskusikan kelebihan nilai-nilai demokrasi Pancasila
7. Seorang guru melihat yang pertama kalinya ada siswa tidak berdoa ketika
teman-temannya berdoa bersama, maka reinforcement yang tepat diberikan
oleh guru kepada anak tersebut adalah ....
a. memintanya keluar kelas supaya jera

43
b. memberikan teguran tegas
c. memberikan tugas tambahan
d. memberikan peringatan langsung
e. memberikan peringatan tidak langsung
8. Pelaksanaan penilaian hasil belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran PPKn. Untuk menuntun siswa berpikir lebih kreatif
dalam menyelesaikan soal-soal, maka guru harus menyusun instrumen soal
pada ketegori...
a. low order thinking skill
b. medium order thinking skill
c. higher order thinking skill
d. cognitive category
e. psycomotoric skill
9. Metode pembelajaran yang sesuai untuk indikator pencapaian kompetensi:
“mendeskripsikan perkembangan penerapan Pancasila sebagai dasar Negara
dari masa ke masa” adalah model pembelajaran ....
a. cooperative learning
b. inquiry learning
c. problem based learning
d. problem solving
e. discovery learning
10. Salah satu permasalahan dalam pembelajaran PPKn yang sering ditemukan
adalah materinya bersifat abstrak karena berupa nilai dan norma. Solusi yang
bisa dipergunakan guru terhadap masalah belajar tersebut adalah ....
a. pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik
b. pembelajaran menggunakan model problem based learning
c. pembelajaran menggunakan model project based learning
d. pembelajaran menggunakan model discovery learning
e. pembelajaran menggunakan model vct

44
c. Daftar Pustaka
Abimanyu, S. 2008. Strategi Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional.
Ahmad S. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Padang:
Quantum Teaching.
Anitah, S. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Barnawi., dan Mohammad, Arifin. 2012. Etika dan Profesi Kependidikan.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Dahar dan Ratna Wiliah. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung :
Erlangga.
Djmarah. 1994. Pengertian KompetensidanProfesi Keguruan. Gorontalo: Ideal
Publising
Djamarah, Saiful B. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hasibuan, J.J., dan Sulthoni. 2000. Kemampuan Dasar Mengajar. Yogyakarta :
UNY Press.
Hasibuan dan Moedjiono. 2012. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Husdarta & Yudha M. Saputra. 2013. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan
Jasmani dan Rohani. Bandung: Alfabeta.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Gur, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.Marno & Idris. 2008. Strategi & Metode
Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulyasa, E. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nurdin, Syafruddin dan Andriantoni. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Rusman. 2010. Model – Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Saiful, Bahri D. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
PT. Rineka Cipta,
Sartika, Dewi. 2014. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas. Jambi: Universitas
Jambi.
Saud, Udin. 2009. Pengembangan profesi guru. Bandung: cv. Alfabeta
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogjakarta: Hikayat.
Supriyadi. 2013. Strategi Belajar & Mengajar. Yogyakarta: Jaya Ilmu.

45
Suwarna. 2005. Pengajaran Mikro. Jogjakarta: Tiara Wacana.
Usman, M. U. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
----------------. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Wardani, I. G. 2005. Pemantapan Kemampuan Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Winataputra, U. S. 2004. Starategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Widodo, H. 2007. Menjadi Guru yang Baik. Semarang: Aneka Ilmu.
Zainal, A. 2010. Micro Teaching. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kunci Jawaban
No Jawaban No Jawaban
1 B 6 C
2 D 7 B
3 E 8 C
4 A 9 E
5 D 10 A

46
KEGIATAN BELAJAR 3:
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
PPKn YANG INOVATIF DAN KREATIF
SESUAI MATERI PEMBELAJARAN
PPKn BERBASIS ICT

i 47
DAFTAR ISI

KEGIATAN BELAJAR 3 : MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PPKN


YANG INOVATIF DAN KREATIF SESUAI
MATERI PEMBELAJARAN PPKN
BERBASIS ICT

A. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1. Deskripsi Singkat ............................................................................................ 1
2. Relevansi......................................................................................................... 4
3. Petunjuk Belajar.............................................................................................. 4
B. INTI 5
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................................ 5
2. Uraian Materi .................................................................................................. 6
a. Model-Model Pembelajaran PPKn Yang Inovatif Dan Kreatif Sesuai
Materi Pembelajaran PPKn Berbasis ICT ................................................. 5
b. Model Pembelajaran Peer Teaching dan Penilaian Peer Teaching dalam
Pembelajaran PPKn ............................................................................. 28
c. Media Pembelajaran PPKn dalam Proses Pembelajaran PPKn ........... 32
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi ............................................................. 38
4. Forum Diskusi .......................................................................................... 40
C. PENUTUP .................................................................................................... 41
1. Rangkuman ............................................................................................... 41
2. Tes Formatif .............................................................................................. 34
3. Daftar Pustaka ........................................................................................... 44

ii ii
KEGIATAN BELAJAR 3 : MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PPKN
YANG INOVATIF DAN KREATIF SESUAI
MATERI PEMBELAJARAN PPKN BERBASIS
ICT

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) telah menciptakan tradisi dan budaya baru dalam
peradaban umat manusia. TIK yang ditunjang teknologi elektronika mempunyai
pengaruh yang sangat luas ke berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang
pendidikan. Sistem pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan mempunyai
tujuan untuk mewujudkan sistem pendidikan menjadi lebih berkualitas. Berdasarkan
tujuan tersebut, perlu dirancang dan dikembangkan suatu sistem kurikulum yang
tepat. Kurikulum yang tepat itu antara lain disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, terutama dewasa ini sedang berkembang teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Penerapan TIK / ICT memiliki keunggulan
tersedianya informasi secara luas, cepat, dan tepat, adanya kemudahan dalam proses
pembelajaran dan dukungan teknologi untuk memudahkan proses belajar mengajar.
Penerapan TIK / ICT juga memiliki keunggulan khas yaitu tidak terbatasi oleh tempat
dan waktu.
Pada saat ini, pembelajaran ICT di lingkungan sekolah/universitas merupakan
hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan
informasi dan komunikasi dalam berbagai keperluan seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). ICT yang secara sederhana disimbolkan
dengan perangkat computer dan jaringan internet serta perangkat komunikasi telah
banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas kerja para pelajar mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Satu bentuk produk TIK yang sedang menjadi “trend” adalah internet yang
berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadiran internet
telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam
berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era
globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubung dengan

1
sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan.
Melalui internet setiap orang dapat berkomunikasi. Bahkan, dunia pendidikan pun
tidak luput untuk memanfaatkannya sehingga kelas maya dapat tercipta
Pembelajaran di kelas merupakan proses belajar-belajar. Dimana seorang guru
menjadikan pengalaman belajar sebagai bahan introspeksi agar pembelajaran semakin
baik dan kondusif, disisi lain, peserta didik yang menjadi subjek belajar harus betul-
betul menggunakan momentum pembelajaran sebagai ajang mengumpulkan dan
menyempurnakan pengetahuan.
Dalam pembelajaran, berbagai strategi dilakukan oleh guru agar pembelajaran
dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kesiapan dalam pembelajaran,
ketepatan dalam pemilihan model pembelajaran dan penguasaan materi menjadi kunci
efektifnya pembelajaran.
E-learning (electronic learning) merupakan satu model pembelajaran dengan
menggunakan media TIK khususnya internet. Dengan e-learning memungkinkan
terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh. E-learning merupakan dasar dari
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta didik
tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari
seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target
waktu pembelajaran dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh
sebuah program pembelajaran.
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan materi, peserta
didik dengan pengajar maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling tukar
informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.
Dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan
penguasaannya terhadap materi pembelajaran

2. Relevansi
Modul 6 yang membahas tentang Pengembangan Evaluasi berbasis ICT dan
pemanfaatan hasil PTK dalam pembelajaran PPKn pada diklat PPG dalam jabatan ini
sangat relevan menjadi mata latih peserta. Hal tersebut dikarenakan salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru PPKn adalah pemahaman dan
pemanfaatan ICT dalam pembelajaran PPKn terhadap peserta didik. Dengan
memahami ICT dalam pembelajaran akan mempermudah guru untuk memberikan

2
penilaian yang otentik, serta memanfaatkan hasil evaluasi untuk perbaikan kualitas
pembelajaran serta menerapkan beberapa model pembelajaran PPKn yang inovatif
dan kreatif sesuai materi pembelajaran PPKn berbasis ICT

3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 3 pada modul 6 ini, ada beberapa
hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi modul
ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut; 1) Pahamilah
terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan penting dalam diklat mulai
tahap awal sampai akhir. 2) Lakukan kajian permulaan terhadap tema model-model
pembelajaran PPKn yang inovatif dan kreatif sesuai materi pembelajaran PPKn
berbasis ICT dengan mencari beberapa referensi yang relevan. 3) Pelajari terlebih
dahulu langkah dan tahapan Kegiatan Belajar 3 pada modul 6 untuk memudahkan
dalam memahami isi modul ini. 4) Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam
mata diklat ini sangat tergantung kepada kesungguhan anda dalam mengerjakan
latihan. Untuk itu, berlatih lah secara mandiri atau berkelompok dengan teman
sejawat, berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan pada modul 6 ini. 5) Bila
anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat, atau bertanya kepada
instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini. 6) Selamat belajar, semoga
sukses dan berhasil.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Mampu mengevaluasi masukan, proses dan hasil pembelajaran PPKn yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dengan menerapkan model-model
pembelajaran PPKn yang inovatif dan kreatif sesuai materi pembelajaran PPKn
berbasis ICT untuk perbaikan kualitas pembelajaran;
2. Sub Capaian Pembelajaran
1. Mampu merancang, melaksanakan, dan menerapkan model-model
pembelajaran PPKn yang inovatif dan kreatif sesuai materi pembelajaran
PPKn berbasis ICT
2. Mampu menjadi observer dan penilai dalam proses pembelajaran PPKn serta
memberikan masukan tentang kekurangan dan kelebihan penampilan teman
sejawat dalam menyelenggarakan pembelajaran

3
3. Mampu menggunakan media pembelajaran berbasis ICT dalam proses
pembelajaran PPKn di kelas
3. Uraian Materi

A. Model-model Pembelajaran PPKn Yang Kreatif dan Inovatif Sesuai


Materi Pembelajaran PPKn
Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk mengembangkan aktivitas
dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan berbagai pengalaman
belajar. Namun dalam pelaksanaannya seringkali kita sebagai seorang guru tidak
sadar, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang kita laksanakan justru
menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Dipandang dari sudut manapun, kebutuhan akan kreativitas sangat penting.
Berkembangnya teknologi serta dampak yang ditimbulkannya sangat menuntut
kemampuan untuk beradaptasi secara kreatif dan kepiawaian mencari pemecahan
yang imajinatif. Demikian pula dari sudut pendidikan. Sudah saatnya penekanan
dalam proses belajar mengajar yang hanya menekankan pada pemikiran reinovatif,
hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan untuk
ditinggalkan, kini beralih ke proses-proses pemikiran yang tinggi termasuk berfikir
kreatif dan inovatif. Dengan kata lain saat ini kreativitas dan berfikir inovatif benar-
benar dibutuhkan agar kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran PPKn dapat
tercapai.
Model Pembelajaran kreatif dan inovatif dalam bidang studi PPKn lebih
memungkinkan untuk diterapkan. Model pembelajaran kreatif dan inovatif memberi
kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreatifitasnya,
sehingga dalam model ini yang lebih dominan berperan adalah siswa sedangkan guru
hanya bertindak sebagai organisator, fasilitator dan evaluator.
Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran ini maka harus didukung
dengan kondisi lingkungan yang kondusif. Karena masih ada lingkungan yang kurang
kondusif yang kurang menghargai imajinasi atau fantasi, yang sebenarnya hal ini
dapat mendorong kreativitas dan inovasi. Kreativitas juga tidak berkembang dalam
kebudayaan yang terlalu menekankan komformitas dan tradisi, dan kurang terbuka
terhadap perubahan atau perkembangan baru. Agar model pembelajaran ini dapat
efektif, maka terlebih dahulu guru harus memahami bahwa seseorang akan menjadi

4
lebih kreatif dalam mengatasi setiap masalah (misalnya dalam pemenuhan kebutuhan
hidup) apabila dihadapkan pada kondisi dan suasana lingkungan yang menantang.
Oleh sebab itu jangan sampai muncul hambatan dalam kreativitas seseorang yang
salah satunya karena kurang adanya dukungan dan respon terhadap gagasan-gagasan
baru.
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered.
Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman
sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada
paradigma konstruktivistik.
Pembelajaran inovatif biasanya berlandaskan paradigma konstruktivistik
membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi
informasi baru. Transformasi terjadi melalui kreasi pemahaman baru (Gardner, 1991)
yang merupakan hasil dari munculnya struktur kognitif baru. Pemahaman yang
mendalam terjadi ketika hadirnya informasi baru yang mendorong munculnya atau
menaikkan struktur kognitif yang memungkinkan para siswa memikirkan kembali ide-
ide mereka sebelumnya. Dalam setting kelas konstruktivistik, para siswa bertanggung
jawab terhadap belajarannya, menjadi pemikir yang otonom, mengembangkan konsep
terintegrasi, mengembangkan pertanyaan yang menantang, dan menemukan
jawabannya secara mandiri (Brook & Brook, 1993; Duit, 1996; Savery & Duffy,
1996).
1. Kemampuan yang Harus Dimiliki Guru PPKn Dalam Penerapan Model
Pembelajaran Kreatif dan Inovatif
Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa salah satu syarat untuk terlaksananya
model pembelajaran kreatif dan inovatif adalah siswa harus diberi kebebasan.
Kebebasan dalam hal ini adalah kebebasan belajar dan menemukan sesuatu dari
pengalaman belajarnya dan mencoba mengaplikasikannya dalam kehidupan. Salah
satu pendekatan dalam konsep kreativitas adalah pendekatan sosial psikologis yang
berasumsi bahwa kreativitas individu merupakan hasil dari proses interaksi sosial yang
berkesinambungan, dimana antara potensi dan kepribadian, keduanya mempengaruhi
serta dipengaruhi oleh lingkungan.
Mengacu pada pendekatan sosial psikologis tersebut, untuk dapat menerapkan
model pembelajaran kreatif dan inovatif dalam bidang studi PPKn, guru PPKn harus
memiliki kemampuan tertentu. Kemampuan tersebut yang utama adalah kemampuan
5
memahami konsep kreatif dan inovatif sehingga dapat menerapkannya pada bidang
studi PPKn, dengan terlebih dahulu mengkaji pokok-pokok bahasan bidang studi
PPKn yang dapat mengunakan model tersebut. Guru harus dapat menciptakan
kreativitas siswa dengan cara memberi dukungan dan respon terhadap gagasan-
gagasan baru.

Agar guru dapat melaksanakan hal tersebut maka guru PPKn harus memahami
pula mengapa kreativitas begitu bermakna dalam hidup, sebagaimana dikatakan Utami
Munandar (2002) bahwa:
1) Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi
sepenuhnya. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya yang
merupakan kebutuhan tertinggi dalam hidup manusia.
2) Sampai saat ini kreativitas atau berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk
melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
masalah merupakan bentuk pemikiran yang masih kurang mendapatkan
perhatian dalam dunia pendidikan.
3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan
lingkungan, tetapi terlebih-lebih memberikan kepuasan kepada individu.
4) Kreativitas memungkinkan manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Selain itu guru PPKn harus pula memahami proses kreatif, yang diungkapkan
oleh Graham Wallas (1926) dalam bukunya „The Art of Thought’ yang mengatakan
bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu (1) persiapan; (2) inkubasi; (3)
iluminasi, dan (4) verifikasi

Tahap persiapan/orientasi (preparasi), seseorang mempersiapkan diri untuk


memecahkan masalah dengan belajar berfikir, mencari jawaban, bertanya kepada
orang lain. Pada tahap persiapan ide datang dan timbul dari berbagai kemungkinan,
dan ini dapat berasal dari guru melalui penjelasan atau penyampaian informasi topik
materi pelajaran atau dapat pula dari siswa yang sebelumnya telah ditugaskan oleh
guru untuk mencari ide atau gagasan yang terkait dengan materi pembelajaran.
Pada tahap inkubasi, kegiatan mencari dan menghimpun data atau informasi
tidak dilanjutkan. Inkubasi adalah tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri
untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan
masalahnya secara sadar, tapi “ mengeramnya “ dalam alam pra-sadar, yaitu
dimaksudkan diharapkan hadirnya suatu pemahaman serta kematangan terhadap ide
6
yang tadi timbul (setelah dieram). Contoh bentuk tahap ini adalah meditasi dan latihan
meningkatkan kreativitas.
Tahap iluminasi adalah tahap timbulnya „insight’, yaitu saat timbulnya
inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologi yang mengawali dan
mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru. Suatu tingkat penemuan saat
inspirasi yang tadi diperoleh, dikelola, digarap, kemudian menuju kepada
pengembangan suatu hasil (product development). Pada masa ini terjadi komunikasi
terhadap hasilnya dengan orang yang signifikan (dalam hal ini adalah guru atau orang
lain yang berkompeten) bagi penentu, sehingga hasil yang telah dicapai dapat lebih
disempurnakan lagi.
Tahap verifikasi (verification) atau tahap evaluasi adalah tahap dimana ide
atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran
kritis dan konvergen (pemikiran kreatif) dan diikuti oleh proses konvergensi
(pemikiran kritis). Tahap ini dapat dilakukan misalnya dalam bentuk simulasi dan
diskusi hasil penemuan tersebut.

Selain itu, karena dalam model pembelajaran kreatif dan inovatif diperlukan
keterlibatan siswa secara aktif, maka guru PPKn harus memiliki keterampilan
memotivasi siswa untuk dapat memunculkan minat dan meningkatkan retensi belajar.
Hal ini dapat dilakukan guru PPKn dengan cara selalu mengaitkan pengetahuan baru
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa, serta harus memperhatikan
perbedaan individual yang ada pada diri siswa. Menurut Teori Belajar Kognitif, maka
pola pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana
ke kompleks.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mengaplikasi model
pembelajaran kreatif dan inovatif dalam bidang studi PPKn, maka guru PPKn harus
memiliki kemampuan, antara lain:
- Kemampuan memahami konsep kreatif dan produktf, antara lain:
a. Makna kreativitas dalam pembelajaran
b. Tahap-tahap proses kreatif.

- Kemampuan akademik dan teknis dalam proses belajar mengajar, antara lain:
a. Analisis materi ajar
b. Konsep motivasi belajar
c. Pemahaman perbedaan individual siswa.

7
Pembelajaran model kreatif dan inovatif ini melandaskan pada Teori Belajar
Kognitif, salah satunya Teori Belajar menurut Piaget. Guru PPKn dapat
mengaplikasikan kemampuannya tersebut kedalam tahap-tahap proses kreatif dari
Graham Wallas dalam bentuk dalam langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget
sebagai berikut:
a) Menentukan tujuan pembelajaran
b) Memilih materi pelajaran
c) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif
d) Menentukan kegiatan belajar sesuai dengan topik-topik tersebut(misalnya
penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi).
e) Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan
cara berfikir siswa.
f) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
2. Pengelolaan Kelas (Classroom Management) dalam Pembelajaran
Kreatif dan Inovatif Dalam Bidang Studi PPKn.
Tahap-tahap proses kreatif di atas menjadi inspirasi bagi guru PPKn dalam
menciptakan Classroom Management dalam pembelajaran PPKn. Untuk ini maka dua
hal utama yang harus diperhatikan untuk berhasilnya penerapan model kreatif dan
produkti adalah:
A. Siswa harus berperan secara aktif dalam pembelajaran
B. Perbedaan individual siswa harus diakomodasi.
Untuk dapat memenuhi dua hal tersebut, maka langkah yang dapat dilakukan oleh
guru adalah:
1. Mengidentifikasi siswa antara yang aktif, biasa dan kurang aktif
2. Mengidentifikasi siswa dari kemampuan akademik: pintar, biasa dan kurang
pintar
Memperhatikan hal di atas, maka pembelajaran model ini tidak dapat dilakukan
hanya dengan model belajar klasikal yang menggunakan metoda ceramah (mono
metoda), karena dengan model seperti itu siswa lebih banyak pasif yang sangat
bertolak belakang dengan ciri dari model pembelajaran kreatif dan inovatif. Walaupun
model pembelajaran di Indonesia belum dapat meninggalkan model klasikal,
kelemahan dari model kelasikal dapat dieliminir dengan memadukannya dengan
model invidual. Misalnya dengan cara membuat kelompok belajar siswa, sehingga
perbedaan indidual siswa dapat terakomodir.
8
Agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan, maka kegiatan
pembelajaran dapat diskenario secara bervariasi, artinya kegiatan pembelajaran tidak
monoton dengan hanya menggunakan satu metoda saja atau hanya dengan
menciptakan suatu kelompok belajar yang menetap. Metoda pembelajaran dapat
digunakan secara bervariasi, antara lain metoda diskusi, metoda role playing, metoda
pemberian tugas, metoda kerja kelompok, metoda karyawisata, metoda demonstrasi
dan metoda eksperimen. Sedangkan pada prakteknya, agar daya kreatif dan inovatif
dimiliki oleh seluruh siswa, maka siswa dapat dibentuk kelompok belajar dengan
alternatif berikut:
a. Kelompok belajar atau kelompok tugas siswa, yang terdiri dari satu
kelompok beranggotakan siswa yang aktif, satu kelompok yang
beranggotakan siswa yang biasa-biasa saja dan satu kelompok yang
beranggotakan siswa yang kurang/tidak aktif atau dilihat dari kemampuan
akademiknya yaitu antara siswa yang pintar, sedang dan kurang pintar.
Pembentukan kelompok model ini, adalah dimaksudkan untuk melihat
perbedaan hasil model pembelajaran kreatif dan inovatif antara ketiga
karakteristik tersebut. Tentu saja pengelompokkan model pertama ini tidak
dapat dipertahankan selamanya, karena hal ini bisa menimbulkan rasa
kurang percaya diri atau percaya diri yang berlebihan (over confidence)
dari kelompk tertentu. Oleh karena itu guru harus dapat memvariasikan
kegiatan belajar dengan kelompok model kedua.
b. Kelompok belajar atau kelompok tugas siswa, yang terdiri dari beberapa
kelompok yang didalamnya beranggotakan percampuran dari ketiga
karakteristik siswa di atas. Model pengelompokkan ini dapat
menghilangkan perasaan negatif seperti halnya pada pengelompokkan
model pertama, namun dengan syarat siswa yang memiliki kemampuan
akademik lebih baik dari siswa lainnya tidak boleh terlalu dominan atau
mengganggap remeh siswa lainnya. Disini siswa tersebut harus dapat
menjadi pembimbing bagi siswa yang kurang. Untuk efektifnya model
pengelompokkan ini, maka guru harus berperan aktif dengan cara
melakukan monitoring terhadap kerja kelompok.

3. Jenis-jenis dan Langkah-langkah Model Pembelajaran PPKn Yang


Inovatif Dan Kreatif Sesuai Materi Pembelajaran PPKn

9
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran.
Dalam praktiknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang
paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model
pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan
ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Menurut Joice dan
Weil dalam Winataputra (2002), model mengajar memiliki beberapa unsur. Unsur-
unsur tersebut adalah sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak
intruktusional, dan pengiring. Sintaks merupakan tahapan-tahapan atau urutan
kegiatan dari model itu, sedangkan sistem sosial merupakan situasi, norma, suasana
yang berlaku dalam model tersebut. Berikut ini beberapa model pembelajaran, untuk
dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang
dihadapi.
1. Kooperatif (CL, Cooperative Learning).
Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksikan konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inquiry. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok
kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa
heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada control dan fasilitas, dan meminta
tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran
kooperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen,
kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau
tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata
kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang
akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan
suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan
model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,

10
inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar
kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry
(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan,
analisis-sintesis), reflection (review, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment
(penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktivitas-usaha siswa, penilaian porto folio, penilaian objektif dari berbagai aspek
dengan berbagai cara).
3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda
dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process
of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip,
algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia
empiris) dan vertikal (reorganisasi matematika melalui proses dalam dunia rasio,
pengembangan matematika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan
proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal dalam konteks melalui refleksi,
informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-interkoneksi antar konsep), interaksi
(pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam
penemuan).
4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada
keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran
langsung. Sintaksnya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan
terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan
metode ceramah atau expositor (ceramah bervariasi).
5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini
melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah
suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan
agar siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah meta kognitif, elaborasi (analisis),

11
interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,
generalisasi, dan inkuiri.
6. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin,
belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau
menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaksnya
adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau
individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifikasi,
mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
7. Problem Posing
Problem Posing yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu
merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih mudah sehingga
dipahami. Sintaksnya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan,
minimalisasi tulisan-hitungan, cari alternatif, menyusun soal-pertanyaan.
8. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang
menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya
juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan
menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-
interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi
mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh
jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan
proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih
mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpaduan,
keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematika (gunakan
gambar, diagram, tabel), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan
berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimbingan (sedikit
demi sedikit dilepas mandiri). Sintaksnya adalah menyajikan masalah,
pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan
pengarahan, membuat kesimpulan.
9. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan
serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses

12
berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksikan
konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru
tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk
siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif,
siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan
dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun
demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya
serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada
lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman,
menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus
dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi
10. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus,
mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiris), dan diakhiri dengan
aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi
berarti mengenalkan konsep baru dan alternatif pemecahan, dan aplikasi berarti
menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
11. Reciprocal Learning
Weinstein & Mayer (1986) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus
memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan
memotivasi diri. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999)
mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan,
berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
12. SAVI ( Somatic, Auditory, Visualization, and Intelectually)
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar
haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri
adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (gerakan tangan,
aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang
bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak,
berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi;
Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui
mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan

13
alat peraga; dan Intellectually yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan
kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan
berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,
menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
13. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bias berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok
bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana
diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu
dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian bodoran.
Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa
pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian
rapor. Sintaksnya adalah sebagai berikut:
a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi
dan mekanisme kegiatan
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati
4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari
tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang level nya
paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil
kesepakatan kelompok.
c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang
telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu
(misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa\sa
dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor
kelompok asal. Siswa pada tiap meja tumamen sesuai dengan skor yang diperolehnya
diberikan sebutan (gelar) paling baik, sangan baik, baik, sedang.
d. Bumping, pada turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.),
dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar
tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk
meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan
penghargaan kelompok dan individual.

14
14. VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic)
Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan
memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkan lah
potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah
tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan
kinesthetic.
15. AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada
Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan
dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quiz.
16. TAI (Team Assisted Individually)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam
Kelompok (BidaK) dengan karakteristikk tanggung jawab belajar adalah pada siswa.
Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari
guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.
Sintaks BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan
berikan bahan ajar berupa modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh
siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling
berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes
formatif.
17. STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah sati model pembelajaran kooperatif dengan sintaks:
pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-
modul secara kolaboratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas,
kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan
rekor tim dan individual dan berikan reward.
18. NHT (Numbered Head Together)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks:
pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu,
berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa
tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat
tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor
siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis
individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri

15
reward.
19. Jigsaw
Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran kooperatif dengan sintaks
seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen,
berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak
siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu,
tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang
sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksana
tutorial pada kelompok asal oleh anggotanya kelompok ahli, penyimpulan dan
evaluasi, refleksi.
20. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe kooperatif dengan sintaks: Guru
menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja
kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi
kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan
hasil kuis dan berikan reward.
21. GI (Group Investigation)
Model kooperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen
dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon,
mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan
keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengolahan data
penyajian data hasil investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan
siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
22. MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan
masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah
berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana,
identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadi konektivitas, pilih
strategi solusi
23. CPS (Creative Problem Solving)
Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah
melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai

16
dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan
fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinal untuk menentukan
solusi, presentasi dan diskusi.
24. TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak,
mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan
presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi. Sintaksnya adalah:
informasi, kelompok (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
25. TS-TS (Two Stay – Two Stray)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan kelompok lain. Sintaksnya adalah kerja kelompok, dua siswa
bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk
menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal,
kerja kelompok, laporan kelompok.
26. CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)
Sintaksnya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0)
organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan
menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.
27. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta
kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara
saksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan
mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-
bagaimana, dari mana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan
membaca teks dan cari jawabannya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang
diberikan (catat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh
28. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect,
yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks
aktual yang relevan.
29. MID (Meaningful Instructional Design)
Model ini adalah pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan
efektivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-
konstruktivis. Sintaksnya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait

17
dengan pengalaman, analisis pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction
melakukan fasilitasi pengalaman belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi
konsep
30. KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka
pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan
(mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan
kata kunci serta koreksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui
refleksi diri tentang gaya belajar.
31. CRI (Certainly of Response Index)
CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan
dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilikinya untuk memilih
dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. CRI menggunakan rubric
dengan penskoran 0 untuk jawaban yang ditebak , 1 untuk hampit tertebak, 2 untuk
tidak yakin, 3 untuk yakin, 4 untuk hampir tepat, dan 5 untuk tepat sekali.
32. DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan
penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi
berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanjutnya menyelesaikan
masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap yang menyebabkan munculnya
masalah tersebut.
Sintaksnya adalah: identifikasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan
solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah
penyelesaian masalah sebagai berikut: menuliskan pernyataan masalah awal,
mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi,
mengidentifikasi kausal, implementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan
pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.
33. DMR (Dis kursus Multi Representasi)
DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan,
dan pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok.
Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup.
34. CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis
secara kooperatif –kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4

18
orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa
bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan)
terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil
kelompok, refleksi.
35. IOC (Inside Outside Circle)
IOC adalah mode pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran
besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang
bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Sintaksnya
adalah: Separuh dari jumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar,
separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang
berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkaran luar
berputar kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan
seterusnya
36. Tari Bambu
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi
informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur.
Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukaran pengalaman dan
pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depan
kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan
kelompok siswa pertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalaman dan
pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya
pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.
37. Artikulasi
Artikulasi adalah mode pembelajaran dengan sintaks: penyampaian kompetensi,
sajian materi, bentuk kelompok berpasangan se bangku, salah satu siswa
menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian,
presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.
38. Debate
Debat adalah model pembelajaran dengan sintaks: siswa menjadi 2 kelompok
kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh
masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu
kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara
bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola
perlu.

19
39. Role Playing
Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario
pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari scenario tersebut,
pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk
melakonkan scenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang
dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan dan
refleksi.
40. Talking Stick
Sintak pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok,
siswa membaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan
memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab
pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan
pertanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.
41. Snowball Throwing
Sintaksnya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok,
pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja
kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok
lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan evaluasi
42. Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa
mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi,
refleksi.
43. Course Review Hooray
Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk
pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke
dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya
nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban
benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya,
pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
44. Demonstration
Pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan media atau
eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum
materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk
siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, diskusi kelas,

20
penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
45. Explicit Instruction
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-
prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaksnya adalah: sajian informasi
kompetensi, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan secara prosedurnya,
membimbing pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan
dan evaluasi, refleksi.
46. Scramble
Sintaksnya adalah: buatlah kartu soal sesuai materi bahan ajar, buat kartu
jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada
kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu
soal untuk jawaban yang cocok.
47. Pair Checks
Siswa berkelompok berpasangan se bangku, salah seorang menyajikan
persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar
peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
48. Make-A Match
Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang
berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan
berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan
persoalannya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan
dikocok, untuk badak berikutnya pembelaan seperti babak pertama, penyimpulan dan
evaluasi, refleksi.
49. Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat cocok untuk me review pengetahuan awal siswa.
Sintaksnya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa
berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi
hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok,
evaluasi dan refleksi.
50. Examples Non Examples
Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan
kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa
mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil
kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

21
51. Picture and Picture
Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan
berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik,
guru mengonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi
bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
Cooperative Script
Buat kelompok berpasangan se bangku, bagikan wacana materi bahan ajar,
siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah
seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan
refleksi.
52. LAPS-Heuristics
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangka
solusi masalah. LAPS (Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa
masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana
sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan
pengecekan.
53. Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept, Metacognitive questioning,
Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verification,
Enrichment. Sintaksnya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa
latihan dan bertanya, balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi.
54. Generatif
Basi generatif adalah konstruksi isme dengan sintaks orientasi-motivasi,
pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restrukturisasi sajian konsep, aplikasi,
rangkuman, evaluasi, dan refleksi
55. Circuit Learning
Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan
perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaksnya adalah kondisikan
situasi belajar kondusif dan fokus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola
pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi
56. Complete Sentence
Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintaks:
siapkan blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan
kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS

22
dibagikan berupa paragraph yang kalimatnya belum lengkap, siswa berkelompok
melengkapi, presentasi.
57. Concept Sentence
Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk
kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tiap
kelompok membuat kalimat berdasarkan kata kunci, presentasi.
58. Time Token
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan
keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama
sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa
diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca)
berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.
59. Take and Give
Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan
kartu dengan yang berisi nama siswa – bahan belajar – dan nama yang diberi,
informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh
berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-
perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya
dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi
60. Super item
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara
bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah. Sintaksnya
adalah diilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal
bertingkat, berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-
koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.
61. Hibrid
Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan
cara siswa mengadopsi konsep. Sintaksnya adalah pembelajaran expository,
kooperatif-inquiry-solusi-workshop, virtual workshop menggunakan computer-
internet.
62. Tre finger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks:
keterbukaan-urun ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses
rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-

23
minat-kuriositas-tanya, kelompok-kerja sama, kebebasan-terbuka, reward.
63. Kumon
Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, keterampilan, kerja individual,
dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep,
latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung
dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing.

64. Quantum
Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orchestra-
simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif,
partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-
bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi
reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat, alami-dengan dunia realitas siswa,
namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-
komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan
reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.

4. Model Pembelajaran PPKn Berbasis ICT


Pada saat ini, pembelajaran ICT di lingkungan sekolah/universitas merupakan
hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan
informasi dan komunikasi dalam berbagai keperluan seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). ICT yang secara sederhana disimbolkan
oleh perangkat computer dan jaringan internet serta perangkat komunikasi telah
banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas kerja para pelajar mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Satu bentuk produk TIK yang sedang menjadi “trend” adalah internet yang
berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadiran internet
telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam
berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era
globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan
dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau
kebangsaan.Melalui internet setiap orang dapat berkomunikasi. Bahkan, dunia
pendidikan pun tidak luput untuk memanfaatkannya sehingga kelas maya dapat
tercipta.
Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber

24
teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan
menggunakan internet. Istilah lain yang makin populer saat ini ialah e-learning yaitu
satu model pembelajaran dengan menggunakan media TIK khususnya internet.
Dengan e-learning memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh. E-
learning merupakan dasar dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan e-learning, peserta didik tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk
menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat
mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran dan tentu saja menghemat biaya
yang harus dikeluarkan oleh sebuah program pembelajaran.
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan materi, peserta
didik dengan pengajar maupun sesame peserta didik. Peserta didik dapat saling tukar
informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.
Dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan
penguasaanya terhadap materi pembelajaran.
Selain e-learning, potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah dapat juga
memanfaatkan e-laboratory dan e-library. Adanya laboratorium virtual (virtual lab)
memungkinkan guru dan siswa dapat belajar menggunakan alat-alat laboratorium atau
praktikum tidak di laboratorium secara fisik, tetapi dengan menggunakan media
computer. Perpustakaan elektronik (e-library)sekarang ini sudah menjangkau berbagai
sumber buku yang tak terbatas untuk bisa diakses tanpa harus membeli buku/sumber
belajar tersebut.
Beberapa aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam pengembangan
pembelajaran yang dapat dikembangkan antara lain :
a. Pembelajaran Berbasis Komputer
Pembelajaran berbasis computer yaitu penggunaan computer sebagai alat bantu
dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Penggunaan computer secara langsung denga
peserta didik untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan
mengevaluasi kemajuan belajar peserta didik. Materi pembelajaran dibuat dalam
bentuk powerpoint atau CD pembelajaran interaktif.
Pembelajaran berbasis computer merupakan program pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan software computer (CD
pembelajaran) berupa program computer yang berisi tentang judul, tujuan, materi
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
b. Blended E – Learning
Blended E-Learning adalah pembelajaran terintegrasi/terpadu dengan

25
menggunakan jaringan internet (network), intranet (Local Area Network), atau
ekstranet (Wide Area Network) sebagai pengantar materi, interaksi atau fasilitas.
Blended E-Learning disebut juga online learning. Pada pembelajaran model ini
pembelajaran dapat disajikan dalam format; (1) E-mail (pengajar dan peserta didik
berinteraksi dalam pembelajaran dengan menggunakan fasilitas e-mail), (2) Mailing
List/grup diskusi, bisa menggunakan fasilitas e-mail atau fasilitas jejaring social
seperti facebook atau twitter (3) Mengunggah bahan ajar dari internet, peserta didik
dapat mencari bahan ajar melalui internet untuk menambah pengetahuan tentang
pokok bahasan yang sedang dipelajari, (4) Pembelajaran interaktif melalui web/blog,
(5) Interactive Conferencing, berupa pembelajaran langsung jarak jauh.
c. Pembelajaran berbasis web
Sekolah harus menyediakan/membuat website sekolah yang diantaranya berisi
materi-materi pelajaran. Setiap pengajar harus memiliki blog sendiri yang berisi mata
pelajaran yang diajarkan, bisa berkomunikasi tentang materi pelajaran dengan peserta
didik di dunia maya, dengan demikian akan tercipta virtual class room (kelas dunia
maya) yang dapat memotivasi dan menambah wawasan pengetahuan peserta didik.
d. Penilaian berbasis TIK
Penilaian hasil belajar peserta didik memerlukan pengolahan dan analisis yang
akurat, obyektif, transparan dan integral agar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh
karena itu perlu dikembangkan penilaian berbasis computer yang bisa diakses oleh
peserta didik, pengajar dan orang tua.
e. Perpustakaan online
Sumber belajar pokok bagi peserta didik adalah buku-buku pelajaran dan
buku-buku referensi yang lengkap. Buku-buku tersebut biasanya ada di perpustakaan
sekolah. Semakin banyaknya buku dan banyaknya peserta didik yang memanfaatkan
perpustakaan, membutuhkan manajemen perpustakaan yang baik. Salah satu strategi
pelayanan perpustakaan berbasis computer adalah perpustakaan online. Perpustakaan
online adalah fasilitas perpustakaan dalam dunia digital yang ada di internet yang
memungkinkan seorang pencari informasi dapat mengakses ke segala sumber ilmu
pengetahuan dengan cara yang mudah tanpa adanya batasan waktu dan jarak.

B. Model Pembelajaran Peer Teaching dan Penilaian Peer Teaching dalam


Pembelajaran PPKn
Model pembelajaran peer teaching dikenal juga dengan istilah tutor sebaya.
Peer teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang berbasis active

26
learning. Sejumlah ahli percaya bahwa satu pelajaran benar-benar dikuasai hanya
apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik lainnya. Pembelajaran
peer teaching merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan kemampuan mengajar
teman sebaya.
“Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan dan mendorong pada peserta
didik mempelajari sesuatu dengan baik, dan pada waktu yang sama ia menjadi
narasumber bagi yang lain” (Sibermen, 2001:157). Selanjutnya menurut Harsanto
(2007:43) apabila “dipandang dari tingkat partisipasi aktif siswa, keuntungan belajar
secara berkelompok dengan tutor sebaya mempunyai tingkat partisipasi aktif siswa
lebih tinggi”.
Hidayati (2004:7) menyatakan bahwa “pengajaran oleh rekan sebaya (peer
teaching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru”. Hal ini disebabkan
latar belakang, pengalaman para siswa mirip satu dengan lainnya dibanding dengan
skemata guru. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut
memegang peran penting sebagai media untuk siswa belajar berani menjelaskan
kepada teman satu kelasnya serta mengenalkan budaya diskusi. Model ini dianggap
berhasil apabila setidaknya ada satu siswa yang menjelaskan dengan dibantu guru
yang bertugas menyimpulkan. Selain itu dilihat dari peserta atau siswa lain dimana
lebih memahami isi materi yang dijelaskan oleh temannya.
Semiawan (2000:69-70) mengemukakan dua macam bentuk peer teaching,
yakni untuk aktivitas di sekolah dan di luar sekolah. Jika bantuan diberikan kepada
teman sekelasnya di sekolah, maka:
a. Sejumlah siswa yang padai disuruh mempelajari suatu topik;
b. Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahas;
c. Kelas dibagi dalam kelompok dan siswa yang padai disebar ke setiap
kelompok untuk memberikan bantuan;
d. Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus;
e. Jika ada masalah yang tidak terpecahkan, siswa yang pandai meminta bantuan
kepada guru; dan
f. Guru mengadakan evaluasi.
Jika bantuan diberikan kepada teman sekelasnya di luar kelas, maka:
a. Guru menunjuk siswa yang pandai untuk memimpin kelompok belajar di luar
kelas;
b. Setiap siswa disuruh bergabung dengan siswa yang pandai tersebut, sesuai

27
dengan minat, jenis kelamin, jarak tempat tinggal, dan pemerataan jumlah
anggota;
c. Guru memberi tugas yang harus dikerjakan siswa di rumah;
d. Pada waktu yang telah ditentukan hasil kerja kelompok dibahas di kelas;
e. Kelompok yang baik diberi penghargaan;
f. Sewaktu-waktu guru berkunjung ke masing-masing kelompok untuk
berdiskusi; dan
g. Tempat diskusi dapat berpindah-pindah atau bergiliran.
Pada mata pelajaran PPKn metode pembelajaran tutor teman sebaya jarang
sekali dilakukan mengingat materi PPKn harus diterangkan dengan jelas oleh guru.
Namun tidak ada salahnya jika metode ini diterapkan dalam metode pembelajaran.
Guru bisa menerapkan metode pembelajaran tutor teman sebaya pada saat
pembahasan fenomena sosial tertentu.
Menurut Dale H. Schunk (2012:199-201) tahapan pembelajaran dengan tutor
sebaya pada umumnya mengikuti pola sebagai berikut:
1. Guru menyusun kelompok belajar. Setiap kelompok beranggotakan 3 atau 4
orang yang memiliki kemampuan beragam. Guru mengidentifikasi beberapa
peserta didik yang memiliki kemampuan yang lebih baik daripada temannya di
kelas yang sama untuk dijadikan tutor. Jumlah tutor sama dengan jumlah
kelompok belajar yang akan dibentuk.
2. Guru melatih tutor dalam materi yang akan dipelajari oleh kelas dan
menjelaskan latihan serta evaluasi yang akan dilakukan.
3. Guru menjelaskan materi pelajaran secara ringkas pada semua peserta didik
dan memberikan kesempatan tanya jawab
4. Guru memberikan tugas yang harus dikerjakan dan tata cara melakukan
evaluasi.
5. Tutor sebaya membantu temannya dalam mengerjakan tugas dan memberikan
penjelasan materi yang belum dipahami oleh temannya dalam satu kelompok
6. Guru mengamati aktivitas belajar dan memberi penilaian kompetensi.
7. Guru, tutor, dan peserta didik memberikan evaluasi proses belajar mengajar
untuk menetapkan tindak lanjut kegiatan putaran berikutnya.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
Tutor Sebaya menurut Endang Mulyatiningsih (2011: 235-236) adalah sebagai
berikut:
28
1. Guru menyusun kelompok belajar, setiap kelompok beranggota 3-4 orang
yang memiliki kemampuan beragam. Setiap kelompok minimal memiliki satu
orang peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dalam hal akademik
untuk menjadi tutor teman sejawat.
2. Guru menjelaskan tentang tata cara penyelesaian tugas melalui belajar
kelompok dengan metode Tutor Sebaya, wewenang dan tanggung jawab
masing-masing anggota kelompok, dan memberi penjelasan tentang
mekanisme penilaian tugas melalui peer assessment dan self-assessment.
3. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada semua peserta didik dan memberi
peluang tanya jawab apabila terdapat materi yang belum jelas.
4. Guru memberi tugas kelompok, dengan catatan peserta didik yang kesulitan
dalam mengerjakan tugas dalam mengerjakan tugas dapat meminta bimbingan
kepada teman yang ditunjuk sebagai tutor oleh guru.
5. Guru mengamati aktivitas belajar dan memberi penilaian kompetensi.
6. Guru, tutor dan peserta didik memberikan evaluasi proses belajar mengajar
untuk menetapkan tindak lanjut kegiatan putaran berikutnya.
Guru dalam pembelajaran dengan metode Tutor Sebaya ini berperan sebagai
fasilitator yang mengawasi kelancaran pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan
pengarahan dan bantuan jika siswa mengalami kesulitan dalam belajar dan
membimbing secara terbatas, artinya guru hanya melakukan intervensi ketika benar-
benar diperlukan oleh siswa.
Penilaian terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan peer teaching
dapat dilakukan dalam tiga tahapan, sebagai berikut:
1. Sebelum Pelaksanaan
Ada beberapa langkah yang harus dievaluasi oleh guru sebelum proses
pembelajaran dengan strategi peer teaching, hal-hal tersebut adalah:
a. Melakukan review terhadap materi dan tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode peer teaching;
b. Menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan aspek-aspek penilaian
kepada siswa;
c. Mempertimbangkan tipe-tipe peserta didik dalam belajar;
d. Menjelaskan feedback apa yang harus dibuat oleh siswa;
e. Menjelaskan beberapa aspek penilaian terhadap teman sejawat yang harus
diisi oleh siswa lainnya;

29
2. Saat Pelaksanaan
Langkah-langkah penilaian yang dapat dilaksanakan pada proses adalah
penilaian yang dilakukan oleh guru dan penilaian yang dilakukan oleh teman sejawat
berdasarkan petunjuk yang telah dijelaskan sebelum proses peer teaching
dilaksanakan.
3. Akhir Pelaksanan
Pada akhir pelaksanaan peer teaching, guru dapat mengajak siswa untuk
memberikan feedback dan refleksi atas strategi yang telah diterapkan. Siswa diminta
untuk menyampaikan tanggapan mereka terhadap strategi yang telah dilaksanakan.
Kekurangan dan kelebihannya. Selain itu guru dapat menyampaikan hasil evaluasi
proses peer teaching di hadapan para siswa demi perbaikan, atau siswa
mengemukakan hasil pengamatan mereka terhadap teman sejawatnya.

C. Media Pembelajaran PPKn dalam Proses Pembelajaran PPKn


Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar.
Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup
pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk
tujuan pembelajaran / pelatihan.
Media pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu alat bantu yang digunakan
pada proses pembelajaran. Dengan adanya media dimaksudkan dapat mempermudah
dalam menyampaikan materi ajar dari guru kepada penerima (siswa), sehingga dapat
mempertinggi efektifitas dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut
Bruner dalam buku yang dikutip Azhar Arsyad (2011:7), ada tiga tingkatan utama
modus belajar, yaitu: pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/gambar
(iconic), dan pengalaman abstrack (symbolic). Hasil belajar seseorang dimulai dari
pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan
seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang-lambang verbal
(abstrak).
1. Ciri Media Pembelajaran
Gerlach dan Elly, 1971 (dalam Arsyad, 2011) mengemukakan ciri media
menjadi alasan dalam penggunaan media yang dapat dilakukan apabila guru kurang
efisien dalam melakukan pengajaran:

30
a. Ciri Fiksatif
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam menyimpan,
melestarikan dan merekonstruksikan suatu objek atau peristiwa. Sebagai
contoh peristiwa sejarah yang sudah berlalu. Siswa bisa mempelajari
peristiwa-peristiwa bersejarah melalui media pembelajaran berupa rekaman
video, dokumentasi, dan foto-foto.
b. Ciri Manipulatif
Ciri manipulatif erat kaitannya dengan kejadian yang berlangsung berhari-
hari bahkan bertahun-tahun dapat disajikan dalam waktu beberapa menit saja.
Banyak peristiwa atau objek yang sulit diamati secara langsung dengan mudah
diamati melalui media pembelajaran berupa rekaman video dan foto. Sebagai
contoh siswa ingin mempelajari perkembangan janin dalam rahim ibu selama
sembilan bulan. Melalui bantuan media pembelajaran, waktu dapat
dipersingkat dengan menampilkan hal-hal yang dirasa penting saja melalui
rekaman video misalnya.
c. Ciri Distributif
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransformasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama.
Sebagai contoh penggunaan CD, flash disk, dan sebagainya dapat
memudahkan guru untuk mendistribusikan bahan pembelajaran. Informasi
yang terdapat didalamnya akan selalu terjaga sebagaimana aslinya
2. Klasifikasi Media Pembelajaran
Jenis media yang dimanfaatkan dalam pembelajaran cukup banyak macamnya,
mulai dari media yang paling sederhana, sampai kepada media yang cukup rumit dan
canggih. Menurut Edgar Dale dalam Rahmat (2008: 90) mengemukakan berbagai
jenis media yang terkenal dengan istilah kerucut pengalaman (the cone of experience)
yaitu :1) pengalaman langsung; 2) pengalaman yang diatur; 3) dramatisasi; 4)
demonstrasi; 5) karyawisata; 6) pameran; 7) gambar hidup; 8) rekaman, radio, gambar
mati; 9) lambang visual; dan 10)lambang verbal. Berdasarkan 10 pengalaman
tersebut, dapat belajar dengan mengalaminya secara langsung dengan melakukannya
atau berbuat (nomor 1 s.d 5); mengamati orang lain melakukannya (nomor 6 s.d 8);
dan membaca atau menggunakan lambang (nomor 9 s.d 10).
Sedangkan klasifikasi media pembelajaran menurut Azhar Arsyad (2011:29),

31
berdasarkan perkembangan teknologi media pembelajaran dapat digolongkan menjadi
tiga yaitu: (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio-visual, (3)
media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
Media pembelajaran dapat ditampilkan berupa gambar, teks, suara bahkan
berupa benda tiruan yang dirangkai sedemikian rupa untuk memudahkan siswa dalam
pembelajaran. Setiap media pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing, oleh karena itu guru harus dapat menentukan media mana yang sesuai
dengan bahan pembelajaran dan karakteristik siswa.
3. Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media pembelajaran secara umum adalah suatu alat bantu yang
digunakan oleh orang (dalam hal ini adalah guru) untuk menyampaikan pesan kepada
siswanya. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pembelajaran, media
pembelajaran memiliki beberapa fungsi, di antaranya (I Wayan Santyasa, 2007: 5 – 6)
sebagai berikut.:
a. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak objek yang
tidak mungkin dilihat secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik
dikarenakan: lokasi objek sangat jauh, objek terlalu besar, objek terlalu kecil,
objek bergerak terlalu lambat, objek bergerak terlalu cepat, objek terlalu
kompleks, objek mudah rusak, objek bersuara sangat halus, objek berbahaya.
Dengan menggunakan media yang tepat semua objek dengan sifat-sifat
tersebut dapat disajikan kepada peserta didik. Misalnya, video kehidupan
satwa liar di hutan Afrika, proses reaktor nuklir, foto satelit benda-benda
angkasa, foto mikroskop elektron sel/virus/bakteri, video yang dipercepat
proses fotosintesis, video yang diperlambat proses perjalanan arus listrik di
dalam suatu rangkaian, dan sebagainya.
b. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan dan perbedaan pengalaman
para peserta didik sehingga dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.
Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajari,
maka objek terebut dapat dibawa ke hadapan peserta didik. Objek yang
dimaksud dapat berbentuk benda nyata, miniatur, model, maupun rekaman
audio visual. Media juga dapat menampilkan benda atau peristiwa yang terjadi
di masa lampau dan sudah tidak ada sekarang, misalnya dengan gambar/foto,
slide, film, video, atau media lain siswa yang mengetahui dengan jelas
benda/peristiwa sejarah. Hal ini dimungkinkan karena sifat fiksasi media yang

32
dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau
kejadian. Dengan demikian, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret,
direkam, atau difilmkan kemudian disimpan dan dapat ditunjukkan kembali
seperti kejadian aslinya dan diamati ketika diperlukan.
c. Media pembelajaran dapat menjangkau audients yang besar jumlahnya
(kemampuan distributif) dan memungkinkan mereka mengamati suatu objek
secara bersamaan. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan ribuan
(maha)siswa dapat mengikuti kuliah/pelajaran yang disajikan seorang
profesor/guru dalam waktu yang sama. Demikian juga, melalui e-learning,
tidak ada batas jumlah peserta didik dan waktu untuk mempelajari materi yang
sama berkali-kali.
d. Media pembelajaran yang tepat dapat memberikan ilustrasi konsep dasar yang
benar, konkrit, dan realistis, sehingga media pembelajaran dapat memberikan
pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan
abstrak
e. Media pembelajaran yang baik juga dapat merangsang dan membangkitkan
motivasi dan minat belajar. Efek audio visual dalam multimedia dapat
memberikan rangsangan yang baik terhadap pancaindera pembelajar.
Demikian permainan (game) komputer biasanya menarik orang, sehingga
penyajian materi pembelajaran dalam bentuk permainan komputer juga dapat
menarik perhatian siswa.
f. Media pembelajaran interaktif memungkinkan adanya interaksi langsung
antara peserta didik dengan sumber belajar dan pelaksanaan belajar sesuai
dengan kemampuan, minat, dan waktu masing-masing. Dengan modul atau
paket pembelajaran berbantuan komputer, (maha)siswa dapat belajar sesuai
dengan kemampuan, waktu, dan kecepatan masing-masing. Sifat manipulatif
media dapat menampilkan objek atau kejadian dengan berbagai perubahan
(manipulasi) sesuai keperluan atau kreativitas siswa, misalnya diubah ukuran,
kecepatan, warna, serta dapat diulang-ulang
Manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran secara umum yaitu
bahwa dengan digunakannya media pembelajaran siswa dapat mudah menangkap
pengetahuan yang disampaikan oleh guru sehingga siswa akan merasa nyaman, guru
akan semakin mudah dalam menyampaikan pengetahuan, adanya pemanfaatan waktu
yang efektif, serta terciptanya tujuan pembelajaran.

33
4. Pemilihan dan Pengembangan Media Pembelajaran
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:4-5), mengungkapkan kriteria-kriteria
dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran yaitu: 1) ketepatannya dengan
tujuan pembelajaran, 2) dukungan terhadap isi bahan pembelajaran, 3) kemudahan
memperoleh media, 4) keterampilan guru dalam menggunakannya, 5) tersedia waktu
untuk menggunakannya, 6) sesuai dengan taraf berpikir peserta didik.
Sedangkan Azhar Arsyad (2011:75), mengemukakan beberapa kriteria yang
patut diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu:1) sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai, 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi, 3) praktis, luwes, dan bertahan, 4) guru terampil menggunakannya,
5) pengelompokan sasaran, 6) mutu teknis.
Jenis media yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran materi PPKn
diantaranya adalah:
a. Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matrik, gambar, flip chart, flannel,
data dan lain-lain
b. Suara (audio) baik suara guru maupun kaset
c. Suara yang disertai visualisasi (audio-visual) seperti tayangan televisi, film,
video dan sebagainya
d. Hal-hal yang bersifat materil, seperti model-model, benda contoh dan lain-lain
e. Gerak, Sikap dan perilaku seperti simulasi, bermain peran, dan lain-lain
f. Barang cetakan seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal dan brosur
g. Peristiwa atau ceritera kasus yang mengandung dilema moral.

5. Media Pembelajaran Berbasis ICT


Suatu media terkadang tidak dapat menyampaikan bentuk informasi tertentu
yang diperlukan untuk belajar (misalnya, buku tidak dapat menyampaikan informasi
berbentu suara atau gambar bergerak), ada informasi atau materi pembelajaran yang
dibutuhkan perlu disampaikan melalui sejumlah media pembelajaran (misalnya suara
dapat diperdengarkan melalui pemutar kaset atau player MP3, video dapat
diperlihatkan melalui pemutar video dan televisi atau komputer. Beberapa media
mungkin perlu dipergunakan secara bersamaan dalam suatu pembelajaran dengan
tujuan tertentu.
Pembelajaran merupakan sistem yang terdiri dari berbagai komponen. Dalam
pembelajaran terdapat komponen tujuan, komponen materi atau bahan, komponen strategi,

34
komponen alat dan media, serta komponen evaluasi. Dari sini tampak bahwa media
merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran, sehingga kedudukannya tidak
hanya sekedar sebagai alat bantu mengajar, tetapi sebagai bagian integral dalam proses
pembelajaran. Kedudukan media sangat penting, sebab dapat menunjang keberhasilan
pembelajaran. Bahkan bila dikaji lebih jauh, media tidak hanya sebagai penyalur pesan yang
harus dikendalikan sepenuhnya oleh sumber berupa orang, tetapi dapat juga menggatikan
sebagian tugas guru dalam penyajian materi pelajaran
Perkembangan teknologi ICT memungkinkan pemanfaatan fungsi berbagai
media pembelajaran dengan menggunakan satu alat yang disebut multimedia, yang
mampu menyampaikan informasi dan materi pembelajaran dalam bentuk teks,
gambar, suara, animasi, film, bahkan interaksi. Komputer adalah salah satu alat
multimedia, karena komputer mampu menyajikan informasi dan materi pembelajaran
dalam semua bentuk, bahkan dengan komputer situasi nyata yang memerlukan waktu
lama atau sangat mahal dan mengandung risiko dapat disimulasikan dengan komputer
(misalnya proses reaksi kimia, dampak suatu ledakan nuklir, perjalanan tata surya,
dll.). Melalui multimedia, konsep-konsep abstrak dapat disajikan secara lebih nyata
dalam proses pembelajaran untuk memudahkan (maha)siswa memahaminya.
Berdasarkan kegunaan dan cara pemakaiannya, multimedia pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni multimedia presentasi dan multimedia belajar
mandiri.
a. Multimedia Presentasi Pembelajaran: multimedia pembelajaran yang tidak
dapat digunakan untuk belajar secara mandiri oleh (maha)siswa, melainkan
digunakan oleh dosen/guru untuk membantu penyampaian materi
pembelajaran di kelas. Bentuknya dapat berupa slide power point yang
dilengkapi suara, animasi, video, namun tidak memungkinkan terjadinya
interaksi dengan (maha)siswa karena disajikan oleh dosen/guru.
b. Multimedia Pembelajaran Mandiri: multimedia yang berupa software
pembelajaran yang dapat digunakan oleh (maha)siswa untuk belajar secara
mandiri tanpa bantuan/ kehadiran dosen/guru. Biasanya, multimedia demikian
selain menyajikan materi pembelajaran dalam berbagai bentuk juga
memungkinkan pembelajar untuk berinteraksi, misalnya melakukan navigasi
ke berbagai materi pembelajaran atau aktivitas belajar seperti membaca,
menjawab pertanyaan, mengerjakan soal, mencoba dan menjalankan simulasi,
bahkan melakukan pemecahan masalah.

35
Berikut adalah tahapan di dalam mengolah dan menyajikan materi
pembelajaran ke dalam media berbasis ICT.
1. Kumpulkan sumber-sumber yang memuat materi sesuai topik-topik yang akan
diajarkan berdasarkan kurikulum atau kompetensi yang ingin dicapai.
Pemilihan sumber-sumber ini dapat mempertimbangkan isi, tingkat
keterbacaan, dan integritas penulisnya. Sumber-sumber ini dapat berupa buku,
majalah/ jurnal, atau sumber-sumber di Internet.
2. Buat rancangan struktur isi (outline) media dan urutan penyajian materi serta
bentuk interaksi sesuai dengan alur pembelajaran yang diharapkan. Bentuk-
bentuk interaksi yang dapat dipilih antara lain: drill and practice, tutorial,
permainan (game), simulasi, eksplorasi, penemuan (discovery), pemecahan
masalah (problem solving).
3. Pilih materi-materi yang sesuai dari sumber-sumber yang sudah terkumpul dan
sajikan isi setiap topik secara singkat dengan bahasa yang sederhana dan
komunikatif, dilengkapi dengan ilustrasi/visualisasi dalam bentuk gambar,
grafik, diagram, foto, animasi, atau audio-video. Di dalam memberikan
visualisasi materi tekstual, pengembang media perlu memerphatikan
persyaratan VISUALS, yakni (Elang Krisnadi, 2009):
a. Visible (mudah dilihat): jelas, tingkat keterbacaan tinggi,
resolusi/ketajaman grafis tinggi, mengandung satu makna
b. Interesting (menarik): isi pesan sesuai dengan kebutuhan pebelajar
(audien), tampilan baik dan memikat sehingga menimbulkan rasa ingin
tahu, menjaga kelangsungan proses komunikasi/interaksi/belajar
c. Simpel (sederhana): pesan terfokus, pemilihan kata/huruf/gambar tidak
mengubah makna pesan, bahasa dan tampilan lugas
d. Useful (berguna): sesuai dengan kebutuhan pebelajar (audien) dan tujuan
pembelajaran maupun hasil belajar yang diinginkan
e. Accurate (tepat): isi pesan mempunyai makna yang tepat, sesuai dengn
bidang ilmu, penyampaiannya cermat, didasarkan pada sumber yang dapat
dipertang-gung jawabkan
f. Legitimate (absah/benar/logis): isi pesan benar, disusun secara logis,
mengikuti kaidah keilmuan, dan masuk akal
g. Structure (terstruktur): rangkaian pesan disampaikan secara sistematis,
dengan urutan-urutan yang logis dan mudah dipahami.

36
Di kalangan umum, istilah ICT lebih merujuk pada teknologi komputer. Hal
ini tidaklah mengherankan karena komputer pada saat ini selain berfungsi sebagai alat
pengolah data juga dapat berfungsi untuk komunikasi melalui jaringan komputer
(Internet) serta alat multimedia (hiburan). Hampir semua komponen ICT sekarang ini
dapat dipakai secara bersama-sama dengan komputer. Jadi, untuk saat ini istilah ICT
dan komputer hampir dapat disama artikan jika ditinjau dari fungsinya
Komputer sebagai media pembelajaran dikenal dengan nama pembelajaran
dengan bantuan komputer atau Computer-Assisted Instruction (CAI). Penyajian pesan
dan informasi dalam CAI dapat berbentuk: (1) tutorial, (2) permainan instruksional,
(3) drill and practice, dan 4) simulasi. Keuntungan dengan pemanfaatan komputer
sebagai media pendidikan menurut Azhar Arsyad (2011:54-55), adalah:
- Komputer dapat mengakomodasikan siswa yang lambang menerima pelajaran,
- Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan, kegiatan
laboratorium atau simulasi
- Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat
disesuaikan dengan tingkat penguasaannya
- Kemampuan merekam aktivitas siswa selama menggunakan suatu program
pembelajaran memberi kesempatan lebih baik untuk pembelajaran secara
perorangan dan perkembangan setiap siswa selalu dapat dipantau
- Dapat berhubungan dengan, dan mengendalikan, peralatan lain seperti
compact disc, video tape, dan lain-lain dengan program pengendali dari
komputer.
Dengan demikian pemanfaatan komputer sebagai media pendidikan sangat
dibutuhkan. Pembelajaran komputer dibuat agar siswa dapat terangsang dalam belajar
menurut tingkat kecepatan penguasaan masing-masing karena siswa sebagai user.
Komputer mampu menampilkan gambar-gambar, video, teks yang dapat
dianimasikan, serta dapat menambah motivasi siswa untuk belajar karena komputer
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara dinamis, interaktif
dan perorangan. Dengan adanya komputer dalam proses pembelajaran pekerjaan guru
menjadi lebih ringan dan guru dapat memantau tingkat perkembangan prestasi siswa.
Secara umum, perangkat yang diperlukan untuk mengembangkan media
pembelajaran berbasis ICT meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software). Perangkat keras dapat berupa: computer, scanner, speaker, mikrofon,
CDROM, DVDROM, flash disk, kartu memori, kamera digital, kamera video dan

37
sebagainya. Pada saat ini tersedia banyak pilihan perangkat lunak yang dapat
digunakan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis ICT. Software
pengembangan media pembelajaran sangat beragam, mulai dari software umum
sampai software khusus pengembangan media. Berikut ini adalah contoh software dan
kegunaannya:
1. MS Word: dapat digunakan untuk membuat tampilan tekstual (berupa tulisan)
maupun gambar
2. MS Power Point: dapat digunakan untuk membuat slide presentasi,
mempunyai kemampuan menampilkan teks, suara, animasi, video, serta untuk
membuat media interaktif dengan fasilitas hyperlink yang dimiliki
3. MS Excel: software pengolah lembar data, dapat digunakan untuk membuat
media yang berupa grafik, maupun untuk membuat simulasi
4. Software untuk menggambar dan mengolah citra seperti MS Paint, Correl
Draw, dll
5. Software pengolah video seperti MS Movie Maker, VideoLiead, dll
6. Software pengolah suara seperti MS Sound Recorder
7. Software untuk membuat animasi flash seperti Macromedia Flash
8. Bahasa pemrograman umum seperti Pascal, Delphi, Visual Basic, Java, dll

Pengembangan Model Pembelajaran dengan Microsoft Power Point


Pembelajaran dengan menggunakan program Power Point lebih baik daripada
pembelajaran tanpa menggunakan program Power Point baik dari gaya belajar juga dari
prestasi siswa. Microsoft PowerPoint juga memiliki beberapa kunggulan yang
membuatnya pantas digunakan sebagai media belajar. Beberapa kelebihan tersebut antara
lain: a) Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi, baik
animasi teks maupun animasi gambar atau foto; b) Lebih merangsang peserta didik untuk
mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji; c) Pesan informasi secara
visual mudah dipahami peserta didik; d) Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan
bahan ajar yang sedang disajikan; d) Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat
dipakai secara berulang-ulang; dan e) Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau
magnetik(CD/Disket/Flashdisk), sehingga praktis untuk di bawa kemana-mana.
Bagi peserta didik, dengan multimedia diharapkan mereka akan lebih mudah untuk
menentukan dengan apa dan bagaiamana siswa dapat menyerap informasi secara cepat dan
efisien. Sumber informasi tidak lagi terfokus pada teks dari buku semata-mata tetapi lebih

38
luas dari itu. Kemampuan teknologi multimedia yang semakin baik dan berkembang akan
menambah kemudahan dalam mendapatkan pengetahuan siswa. Dalam Pembelajaran juga
sangat penting diadakannya media pembelajaran misalnya seperti media presentasi yang
merupakan penyajian materi melalui sebuah program komputer yang disajikan dengan
perangkat alat saji (proyektor). Pesan/ materi yang dikemas bisa berupa teks, gambar,
animasi dan video yang dikombinasi dalam satu kesatuan yang utuh.
Media pembelajaran berbasis presentasi Microsoft office powerpoint dapat
memudahkan dalam penyampaian materi dalam proses pembelajaran. Misalnya dengan
menggunakan Microsoft office powerpoint kita dapat mempersingkat materi pembelajaran
dengan menampilkan point- point dari materi tersebut.Pembelajaran dengan menggunakan
Microsoft office powerpoint dapat meningkatkan hasil belajar yang bersifat multimedia,
dengan menggunakan Microsoft office powerpoint juga proses pembelajaran dapat
mencampurkan berbagai media diantaranya teks, gambar, video dan animasi.
Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector yang memiliki
jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur
media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan
penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa.Program ini
dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif maupun kinestetik. Hal ini
didukung oleh teknologi perangkat keras yang berkembang cukup lama, telah memberikan
kontribusi yang sangat besar dalam kegiatan presentasi. Saat ini teknologi pada bidang
rekayasa komputer menggantikan peranan alat presentasi pada masa sebelumnya.Berbagai
perangkat lunak yang memungkinkan presentasi dikemas dalam bentuk multimedia yang
dinamis dan sangat menarik. Perkembangan perangkat lunak tersebut didukung oleh
perkembangan sejumlah perangkat keras penunjangnya. Salah satu produk yang paling
banyak memberikan pengaruh dalam penyajian bahan presentasi digital saat ini adalah
perkembangan monitor, kartu video, kartu audio serta perkembangan proyektor digital
(digital image projector) yang memungkinkan bahan presentasi dapat disajikan secara
digital untuk bermacam-macam kepentingan dalam berbagai kondisi dan situasi, serta
ukuran ruang dan berbagai karakteristik audience. Tentu saja hal ini menyebabkan
perubahan besar pada trend metode presentasi saat ini, dan dapat dimanfaatkan untuk
mengajarkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Pengolahan bahan presentasi dengan menggunakan komputer tidak hanya untuk
dipresentasikan dengan menggunakan alat presentasi digital dalam bentuk Multimedia
projector (seperti LCD, In-Focus dan sejenisnya), melainkan juga dapat dipresentasikan
melalui peralatan proyeksi lainnya, seperti over head projector (OHP) dan film slides

39
projector yang sudah lebih dahulu diproduksi. Sehingga lembaga atau instansi yang belum
memiliki perangkat alat presentasi digital akan tetapi telah memiliki kedua alat tersebut, dapat
memanfaatkan pengolahan bahan presentasi melalui komputer secara maksimal. Dalam sudut
pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah satu model pernbelajaran.
Penggunaannya yang menempati frekuensi paling tinggi dibandingkan dengan metode
lainnya. Berbagai alat yang dikembangkan, telah memberikan pengaruh yang sangat basar
bukan hanya pada pengembangan kegiatan praktis dalam kegiatan presentasi pembelajaran
akan tetapi juga pada teori-teori yang mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang
presentasi dengan alat bantu komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan
penyelenggaraan pembelajaran. Di antaranya tuntutan terhadap peningkatan kemampuan dan
keterampilan para guru dalam mengolah bahan-bahan pembelajaran ke dalam media
presentasi yang berbasis komputer.

4. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi


Sebelum proses belajar mengajar PKn di kelas dilakukan, guru telebih dahulu
membuat desain atau rencana pembelajaran. Desain atau rencana pembelajaran yang
disusun disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang
akan dibahas. Perencanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang
telah dirancang oleh guru dalam pelaksanaannya direalisasikan melalui media
powerpoint. Desain pembelajaran PKn yang disusun guru meliputi: standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran (terdiri dari: pendahuluan,
kegiatan inti, dan penutup), sumber pembelajaran dan media, penilaian. Selanjutnya
peneliti melakukan penilaian terhadap desain pembelajaran PKn yang telah disusun
oleh guru, hasil yang diperoleh adalah 100 ( kategori Amat Baik).
Desain pembelajaran PKn yang telah disusun, selanjutnya dijadikan acuan
oleh guru PKn untuk melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar PKn dikelas
dengan menggunakan media powerpoint dan model pembelajaran kooperatif. Hasil
observasi yang dilakukan terhadap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
dikelas dengan acuan pemanfaatan media powerpoint model kooperatif diperoleh nilai
akhir 93,33 (kategori Amat Baik). Berdasarkan perolehan nilai tersebut dapat
disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru mampu menjadikan
kegiatan proses belajar mengajar lebih menarik sehingga menimbulkan semangat
siswa untuk sungguh-sungguh belajar. Dalam kegiatan belajar, guru menampilkan
kemampuan secara maksimal dengan mengkondisikan situasi belajar yang

40
menyenangkan, aktif, dengan memanfaatkan media powerpoint dan model
pembelajaran kooperatif.
Langkah-langkah pembelajaran PKn model kooperatif dengan menggunakan
media powerpoint meliputi: (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan Inti, (3) Penutup. Pada
kegiatan pendahuluan, guru melakukan pengelolaan kelas, apersepsi, serta
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan materi yang
akan dibahas, yaitu: Pentingnya Usaha Pembelaan negara. Selanjutnya dalam kegiatan
inti, guru memulai kegiatan pembelajaran dengan menayangkan pertanyaan tentang
pengertian negara dengan menggunakan media powerpoint. Para siswa terlihat sangat
antusias berdiskusi kecil dengan teman sebangkunya masing-masing untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Dalam tanya jawab tentang pengertian negara ada 3 orang siswa
yang aktif mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya siswa dibagi menjadi 4
kelompok besar, masing-masing kelompok terdiri atas 8 orang siswa untuk melakukan
pembelajaran kooperatif dalam memecahkan permasalahan yang ditugaskan pada
kelompoknya. Setiap kelompok bertugas menjawab 1 pertanyaan yang ditugaskan
oleh guru PPKn.
Dalam kegiatan diskusi kelompok, semua anggota terlihat sangat aktif dan
saling bekerjasama dalam memecahkan permasalahan. Setelah diskusi kelompok
selesai, dilanjutkan dengan presentasi hasil diskusi oleh tiap-tiap kelompok. Guru
PPKn dalam pembelajaran kooperatif ini berperan sebagai fasilitator. Setelah semua
kelompok selesai mempresentasikan hasil diskusinya, dilanjutkan dengan kegiatan
tanya jawab oleh masing-masing kelompok kepada kelompok lainnya yang di
inginkan. Dalam sesi tanya jawab ada 19 orang siswa dari berbagai kelompok yang
aktif mengemukakan pendapatnya. Setelah kegiatan diskusi kelompok selesai,
dilanjutkan dengan penutup. Dalam kegiatan penutup ini, guru dan siswa bersama-
sama membuat simpulan dari materi yang telah dipelajari.
Selanjutnya, guru memberikan tugas kepada semua siswa untuk membuat
rangkuman secara tertulis tentang materi yang sudah dipelajari, dan dikumpulkan pada
pertemuan berikutnya. Siswa menyadari bahwa kegiatan pembelajaran PPKn model
kooperatif dengan menggunakan media powerpoint sangat menarik, menyenangkan
dan membuat mereka tidak bosan, sehingga memudahkan mereka memahami materi
yang dipelajari.

5. Forum Diskusi
1. Berdasarkan referensi untuk mengajar dengan model pembelajaran

41
ceramah ada frameworknya. Coba kemukakan sintak atau urutan untuk
mengajar dengan model ceramah yang benar ! selanjutnya jika materinya
tentang globalisasi, coba kemukakan pengembangan metode ceramah
berdasarkan materi tersebut.
2. Coba Anda Jelaskan bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan
model peer teaching. Dan kemukakan apa kelebihan dan kekerungan
model pembelajaran peer teaching.
3. Coba Anda Jelaskan alasan mengapa guru menggunakan media dalam
kegiatan pembelajarannya dan bagaimanakah prosedur perancangan media
pembelajaran.

C. PENUTUP
1. Rangkuman
Berkembangnya teknologi serta dampak yang ditimbulkannya sangat menuntut
kemampuan untuk beradaptasi secara kreatif dan kepiawaian mencari pemecahan yang
imajinatif. Demikian pula dari sudut pendidikan. Sudah saatnya penekanan dalam
proses belajar mengajar yang hanya menekankan pada pemikiran reinovatif, hafalan
dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan untuk
ditinggalkan, kini beralih ke proses-proses pemikiran yang tinggi termasuk berfikir
kreatif dan inovatif. Dengan kata lain saat ini kreativitas dan berfikir inovatif benar-
benar dibutuhkan agar kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran PPKn dapat
tercapai. Sebuah ide kreatif seorang guru sangat diperlukan untuk dapat mengubah
situasi pembelajaran menjadi menarik dan efektif sekaligus mengajak siswa lebih
aktif. Jika saat ini adalah era teknologi digital, ada kemungkinan ide pembelajaran
yang kita kembangkan adalah lebih banyak berhubungan dengan teknologi digital
karena secara mayoritas siswa akan lebih tertarik menghadapi sesuatu yang up to date.
Dalam era globalisasi persoalan-persoalan yang muncul dalam pembelajaran salah
satunya harus diantisipasi dengan inovasi-inovasi terhadap model pembelajaran atau
media pembelajaran. Seorang guru merupakan inovator yang pada dasarnya dituntut
untuk memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui inovasi
pembelajaran. Guru sebagai inovator pembelajaran mau tidak mau harus
meningkatkan kemampuan diantaranya : (1) Teknologi yang merupakan kekuatan
pendorong terhadap inovasi dan kesuksesan. Teknologi memang merupakan salah satu
sumber inovasi, akan tetapi bukanlah satu-satunya. Kenyataannya saat ini banyak guru
yang berupaya meraih keberhasilan untuk berinovasi. (2) Ada kreativitas yang

42
tergantung gagasan-gagasan yang dimunculkan. Seorang inovator adalah orang yang
berhasil mengambil peluang-peluang untuk mewujudkan gagasan-gagasan yang ada
dan secara realita dapat dikembangkan.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model
pembelajaran. Dalam praktiknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu,
dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri. Pada saat ini, pembelajaran ICT di lingkungan sekolah/universitas merupakan
hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan
informasi dan komunikasi dalam berbagai keperluan seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). ICT yang secara sederhana disimbolkan
oleh perangkat komputer dan jaringan internet serta perangkat komunikasi telah
banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas kerja para pelajar mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan materi, peserta
didik dengan pengajar maupun sesame peserta didik. Peserta didik dapat saling tukar
informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.
Dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan
penguasaanya terhadap materi pembelajaran.
Model pembelajaran peer teaching dikenal juga dengan istilah tutor sebaya.
Peer teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang berbasis active
learning. Sejumlah ahli percaya bahwa satu pelajaran benar-benar dikuasai hanya
apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik lainnya. Pembelajaran
peer teaching merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan kemampuan mengajar
teman sebaya.
Pemanfaatan komputer sebagai media pendidikan sangat dibutuhkan.
Pembelajaran komputer dibuat agar siswa dapat terangsang dalam belajar menurut
tingkat kecepatan penguasaan masing-masing karena siswa sebagai user. Komputer
mampu menampilkan gambar-gambar, video, teks yang dapat dianimasikan, serta
dapat menambah motivasi siswa untuk belajar karena komputer dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara dinamis, interaktif dan perorangan.
Dengan adanya komputer dalam proses pembelajaran pekerjaan guru menjadi lebih
ringan dan guru dapat memantau tingkat perkembangan prestasi siswa

43
Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran.Multimedia yang efektif dalam pembelajaran tidak hanya terdiri dari
menggunakan beberapa media bersama-sama, tapi menggabungkan media yang penuh
kesadaran dengan cara yang memanfaatkan karakteristik masing-masing individu,
memperluas dan meningkatkan pengalaman belajar. Dengan menggunakan
multimedia pembelajaran sangat membantu dalam proses belajar mengajar dan
memiliki keuntungan dan kelebihan dibandingkan menggunakan pembelajaran
konvensional.

2. Test Formatif
1. Pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas maupun tutorial merupakan...
a. Model pembelajaran
b. Metode pembelajaran
c. Evaluasi pembelajaran
d. Program pembelajaran
e. Desain Pembelajaran
2. Melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang
kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan model pembelajaran...
a. Kooperatif
b. Kontekstual
c. Realistik
d. Berbasis masalah
e. TGT
3. Mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau
algoritma) merupakan model pembelajaran...
a. Problem solving
b. Problem posing
c. Problem terbuka
d. Probing-prompting
e. Realistik
4. Pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang
sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang
mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan

44
baru yang sedang dipelajari merupakan model pembelajaran...
a. Problem solving
b. Problem posing
c. Problem terbuka
d. Probing-prompting
e. Resiprokal
5. Mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri
dengan aplikasi (aduktif) merupakan model pembelajaran...
a. Bersiklus
b. Resiprokal
c. SAVI
d. TGT
e. RME
6. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi
lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, efisiensi
dalam waktu dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, media
memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, media
dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar,
merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. ...
a. Manfaat Media
b. Manfaat Evaluasi
c. Manfaat Metode
d. Manfaat Model
e. Manfaat Pembelajaran
7. Mempermudah proses belajar-mengajar, meningkatkan efisiensi belajar-
mengajar, menjaga relevansi dengan tujuan belajar, membantu konsentrasi
mahasiswa, komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk
belajar, wahana fisik yang mengandung materi instruksional, teknologi pembawa
informasi atau pesan instruksional, dan segala sesuatu yang dapat merangsang
proses belajar siswa merupakan...
a. Tujuan Evaluasi
b. Tujuan Media
c. Tujuan Metode
d. Tujuan Model
e. Tujuan Pembelajaran

45
8. Menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langkah,membuat duplikasi
dari obyek yang sebenarnya, membuat konsep abstrak ke konsep konkret,
memberi kesamaan persepsi, mengatasi hambatran waktu, tempat, jumlah, dan
jarak, menyajikan ulang informasi secara konsisten dan memberi suasana yang
belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik. merupakan...
a. Fungsi Metode
b. Fungsi Evaluasi
c. Fungsi Media
d. Fungsi Model
e. Fungsi Strategi
9. Dalam suatu pelajaran guru menyuruh siswa ke perpustakaan untuk menonton
tayangan terjadinya tsunami di Aceh. Guru tersebut dalam proses mengajar telah
menggunakan media. Media yang digunakan adalah ... .
a. Audio
b. Visual
c. Audio-visual
d. Proyeksi
e. Diagram
10. Untuk membantu siswa menguasai kemampuan menggambar berbagai bangun
datar, guru menggunakan poster berbagai gambar bangun datar dalam kegiatan
pembelajaran. Pemilihan media tersebut didasarkan pada kesesuaian dengan ... .
a. Karakteristik media
b. Tujuan pembelajaran
c. Karakteristik siswa
d. Situasi dan kondisi kelas
e. Desain Media

3. Daftar Pustaka

Arends, R.I. 1998. Learning to Teach. New York: MC Grow Hill. Inc.
Arikunto, S. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali.Badung
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, PT. Asdi Mahasatya
Darwanto. 2007. Televisi sebagai Media Pendidikan. Pustaka Pelajar.
Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan, cetakan ke-7. Bandung: Penerbit PT. Citra
Aditya Bakti.
Harsanto, R. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kasinius.

46
Hidayati, A. L. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Kagan, Spencer. 1992. Cooperative Learning. San Juan Capistrano : Kagan
Cooperative Learning
Krisnadi, Elang . (2009). Rancangan Materi Pembelajaran Berbasis ICT. disajikan
dalam Workshop Pengembangan Materi Pembelajaran Berbasis ICT di
FMIPA UNYpada tanggal 6 Agustus 2009
M.Ahmad Abdul Jawwab (2004), Mengembangkan Inovasi & Kreativitas
Berfikir,Bandung, PT. Syaamil Cipta Media

MD. Dahlan (1990), Model-model Mengajar Beberapa Alternatif Interaksi


BelajarMengajar, Bandung, CV. Diponegoro Media.
Meszaros, Bonnie T, et.al. (tt), National Content Standards in Economics, New York,
National Council of Economic Education.
Mulyatiningsih, E. 2011. Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik.
Yogyakarta : UNY PRESS
Munandar, Utami. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Munir, M.IT. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Bandung : Alfabeta
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabeta.
Schunk, D. H. 2012. Learning Theories: An Education Perspective (Teori-
teoriPembelajaran:Perspektif Pendidikan Edisi Keenam). Diterjemahkan oleh: Eva
Hamdiah, Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Semiawan, C. 2000. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia.
Semiawan, Conny R. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah
Menengah, Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta : PT Gramedia.
Sibermen, M. L. 2001. 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning). Jakarta:
Yakpendis.
Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset Dan Praktik. Bandung: Nusa
Slavin, R. E. (2010). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Smaldino, Sharon. 2011. Instructional Technology and Media for Learning,
Teknologi
Suciati dan P.Irawan (2001), Teori Belajar dan Motivasi, Jakarta, Depdiknas.
Sudjana, N. & Rivai, A. 1992. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit CV. Sinar Baru
Sukmana, Dian. 2005. Implementasi Program Lifeskill, Bandung, Mughni Sejahtera.
Suparno, Paul.1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan,
Yogyakarta, Pustaka Filsafat
Wallas, Graham. 1926, The Art of Thought dalam Utami Munandar (2002),Kreativitas
dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta :
T
Gramedia Pustaka Utama

47
Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Website :

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131930136/Pengembangan%20Media%20Pem
belajaran%20Berbasis%20ICT.pdf
http://susanti-vip.blogspot.com/2012/05/prinsip-penggunaan-ict-dalam.html

48
KEGIATAN BELAJAR 4:
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
DALAM PEMBELAJARAN PPKn

i 49
DAFTAR ISI

KEGIATAN BELAJAR 4 : PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM


PEMBELAJARAN PPKn

A. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1. Deskripsi Singkat ......................................................................................... 1
2. Relevansi ......................................................................................................3
3. Petunjuk Belajar ........................................................................................... 3
B. INTI 4
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ......................................................... 4
2. Uraian Materi ............................................................................................... 4
a. Proposal PTK Dalam Pembelajaran PPKn ..............................................4
b. Tahapan-Tahapan melaksanakan PTK dalam Pembelajaran PPKn ......11
c. Membuat PTK dalam Pembelajaran PPKn ...........................................12
d. Refleksi Dalam Pembelajaran PPKn .....................................................13
e. Tahapan Perlaksanaan PTK dalam Pembelajaran PPKn .......................14
f. Membuat Laporan PTK .........................................................................15
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi ............................................................... 45
4. Forum Diskusi ............................................................................................ 45
C. PENUTUP...................................................................................................... 46
1. Rangkuman ................................................................................................ 46
2. Tes Formatif ............................................................................................... 47
3. Daftar Pustaka ............................................................................................ 49

ii ii
KEGIATAN BELAJAR 4 : PENELITIAN TINDAKAN KELAS
DALAM PEMBELAJARAN PPKn

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat.
Peningkatan pencapaian kompetensi pembelajaran anak didik harus
senantiasa diusahakan oleh guru. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam
pembelajaran harus dapat diatasi, satu diantaranya dengan cara guru melakukan
penelitian tindakan kelas (classroom action research). Melalui penelitian tindakan
kelas, guru akan menemukan permasalahan dan memilihkan solusi pemecahan
masalah yang tepat serta melaksanakannya dalam pembelajaran. Guru
professional memahami masalah-masalah dalam pembelajarannya yang
bersumber dari faktor anak didik, suasana pembelajaran, tingkat kesulitan materi,
model dan metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
Dengan melakukan penelitian di kelas pembelajarannya sendiri, maka masalah-
masalah dalam proses belajar mengajar akan dapat diatasi yang pada akhirnya
mencapai tujuan pembelajaran.
2. Relevansi
Modul 6 yang membahas tentang penelitian tindakan kelas dalam
pembelajaran PPKn pada diklat PPG dalam jabatan ini sangat relevan menjadi
mata latih peserta. Hal tersebut dikarenakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru PPKn adalah menguasai kemampuan melakukan
penelitian tindakan kelas. Dengan memahami keterampilan melakukan PTK
dalam pembelajaran akan mempermudah guru untuk mengelola dan mendesain
kegiatan belajar mengajar untuk perbaikan kualitas pembelajaran.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 4 pada modul 6 ini, ada
beberapa hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda
tentang isi modul ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut; 1) Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan
penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir. 2) Lakukan kajian permulaan

1
terhadap tema keterampilan melakukan PTK dalam pembelajaran dengan mencari
beberapa referensi yang relevan. 3) Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan
Kegiatan Belajar 4 pada modul 6 untuk memudahkan dalam memahami isi modul
ini. 4) Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan anda dalam mengerjakan latihan. Untuk itu,
berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat, berkaitan
dengan latihan soal yang telah disediakan pada modul 6 ini. 5) Bila anda menemui
kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat, atau bertanya kepada instruktur atau
fasilitator yang mengajar mata diklat ini. 6) Selamat belajar, semoga sukses dan
berhasil.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan sebagai guru PPKn yang
profesional melalui penelitian, refleksi diri, pencarian informasi baru, dan inovasi.
2. Uraian Materi
a. Proposal PTK Dalam Pembelajaran PPKn
Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2015 tentang Guru dan Dosen
pada pasal 7 menyatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan profesionalisme, dengan
mensyaratkan empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial
dan profesional. Untuk mengembangkan kompetensi guru dan meningkatkan
kualitas pembelajaran ada beberapa hal yang harus dilakukan adalah satunya
adalah dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Suharsimi dalam Khairunnisa, dkk (2019) bahwa PTK merupakan
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tenaga yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Melalui PTK
permasalahan pendidikan dan pembelajaran bisa dikaji, ditingkatkan dan
dituntaskan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran berlangsung secara
inovatif dan memperoleh hasil belajar yang meningkat. Sementara menurut
menurut Hopkins dalam Nurizzati (2014) menyatakan bahwa PTK dapat
didefinisikan sebagai bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh

2
pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-
tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap
kondisi dalam praktek pembelajaran. Dengan demikian, akan diperoleh
pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik
tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu
perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan
ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan
professional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik
yang dilaksanakannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana
praktik tersebut dilaksanakan.
Fungsi PTK sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan kerja di
sekolah dan ruang kelas, misalnya, penelitian tindakan dapat memiliki lima
kategori fungsi sebagai (Cohen & Manion, 1980):
a) Alat untuk memecahkan masalah yang didiagnosis dalam situasi tertentu;
b) Alat pelatihan dalam jabatan, dengan demikian membekali guru yang
bersangkutan serta keterampilan dan metode baru, mempertajam kemampuan
analisisnya, dan perubahan;
c) Alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau inovasi pada pengajaran
dan pembelajaran ke dalam sistem sekolah yang biasanya menghambat inovasi
dan perubahan;
d) Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya kurang lancar antara guru
lapangan dengan penelitian akademis, dan memperbaiki kegagalan penelitian
tradisional dalam memberikan deskripsi yang jelas; dan
e) Alat untuk menyediakan alternatif yang lebih baik daripada pendekatan yang
lebih subjektif dan impresionistik pada pemecahan masalah di dalam kelas.
Pelaksanaan PTK merupakan cara yang efektif dalam mengidentifikasi
masalah belajar siswa sehingga solusi atas permasalahan tersebut juga dapat
secara tepat diberikan kepada siswa. PTK juga mampu menjadi sarana bagi guru
untuk dapat segera mengambil tindakan secara menyeluruh terkait permasalahan
siswa baik secara akademik maupun non akademik. Secara garis besar Penelitian
Tindakan Kelas ini terdapat empat langkah kegiatan (siklus) yang lazim

3
dilakukan. Menurut Arikunto (2006) keempat langkah tersebut adalah (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Adapun yang
menjadi tahapan tersebut adalah sebagai berikut
Tahap 1: Menyusun rencana tindakan (Planning), dalam tahap ini peneliti
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana
tindakan tersebut dilakukan. Seperti telah disampaikan dimuka, bahwa untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi maka peneliti minta masukan dari guru,
kepala sekolah dan teman sejawat.
Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting), tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas
adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan,
yaitu melakukan tindakan kelas.
Tahap 3: Pengamatan (observing), tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini
dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan
dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Jadi, keduanya berlangsung
dalam waktu yang bersamaan.
Tahap 4: Refleksi (Reflecting), tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam kegiatan ini peneliti
melakukan evaluasi diri atau dengan kata lain peneliti mengadakan “dialog” pada
diri sendiri terhadap apa yang telah dilakukannya.
b. Tahapan-Tahapan melaksanakan PTK dalam Pembelajaran PPKn
Melaksanakan PTK, memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang,
agar hasil yang diperoleh dari PTK yang dilaksanakan mencapai hasil yang
optimal. Menurut Zainal Aqib dalam Suyadi (2010), merumuskan langkah –
langkah PTK sebagai berikut:
1. Tahap 1: Tahap Perencanaan
Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga dasar, yakni
 Identifikasi masalah
 Merumuskan masalah
 Pemecahan masalah
2. Tahap 2: Acting (pelaksanaan)

4
3. Tahap 3: Observation (pengamatan)
4. Tahap 4: Refleksi
5. Tambahan: Siklus-siklus dalam PTK
Adapun yang menjadi tahapan dalam membuat PTK dalam pembelajaran PPKn
yakni;
1. Tahap perencanaan
Langkah pertama pelaksanaan PTK adalah melakukan perencanaan secara
matang dan teliti. Menurut Muslich (2011) dalam perencanaan PTK, terdapat tiga
dasar, yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan masalah.
Pada masing-masing kegiatan, terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya
dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya tahap perencanaan.
a) Identifikasi Masalah
Langkah pertama dalam menyusun rencana PTK adalah melakukan
identifikasi permasalahan. Menurut Sukayati (2008) identifikasi pada
pembelajaran PPKn ini mirip seperti diagnosis yang dilakukan oleh dokter kepada
pasiennya. Jika diagnosisnya tepat, maka obat yang diberikan pasti mujarab.
Sebaliknya, jika diagnosisnya salah, maka resep obatnya pasti juga tidak tepat
sasaran. Demikian pula dalam PTK dalam pembelajaran PPKn, identifikasi yang
tepat akan mengarahkan pada hasil penelitian, sehingga dapat bermanfaat bagi
peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PPKn. Sebaliknya,
identifikasi masalah yang keliru hanya akan membuat penelitian menjadi sia-sia,
disamping memboroskan waktu dan biaya. Identifikasi masalah menjadi titik tolak
bagi perencanaan PTK yang lebih matang. Sebab, tidak semua masalah belajar
siswa dapat diselesaikan dengan PTK. Empat langkah yang dapat dilakukan agar
identifikasi masalah mengenai sasaran dalam pembelajaran PPKn, yakni:
1) Masalah harus riil,
Masalah yang diangkat adalah masalah yang dapat dilihat, dirasakan, dan
didengar secara langsung oleh guru.
2) Masalah harus problematik
Banyak masalah di sekolah dalam pembelajaran PPKn akan tetapi tidak semua
masalah layak diangkat dalam PTK. Hanya permasalahan yang problematiklah

5
yang layak diangkat dalam PTK. Permasalahan yang bersifat problematik
adalah permasalahan yang bisa dipecahkan oleh guru, mendapat dukungan
literatur yang memadai, dan ada kewenangan untuk mengatasinya secara
penuh.
3) Manfaatnya jelas
Hasil penelitian harus bermanfaat secara jelas. Tentu, hal ini berkaitan erat
dengan kemampuan dalam mengidentifikasi atau mendiagnosis masalah. Untuk
mendapatkan manfaat PTK yang maksimal, harus menjawab pertanyaan-
pertanyaan ini. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut dibiarkan? Apa
yang akan terjadi jika masalah tersebut berhasil diatasi? Dan, tujuan
pendidikan mana yang akan gagal jika masalah tersebut tidak teratasi?
4) Masalah harus fleksibel
Masalah yang hendak diteliti harus bisa diatasi dengan mempertimbangkan
kemampuan peneliti, waktu, biaya, tenaga, sarana prasarana, dan lain
sebagainya. Jadi, tidak setiap masalah yang riil, problematik, dan bermanfaat
secara jelas dapat diatasi dengan PTK.
b) Analisis penyebab masalah dan merumuskannya
Langkah kedua dalam merencanakan PTK adalah menganalisis berbagai
kemungkinan penyebab munculnya permasalahan yang diangkat. Jadi, setelah
menemukan masalah yang riil, problematik, bermanfaat, dan fleksibel, maka
masalah tersebut harus ditemukan akar penyebabnya. Banyak cara yang bisa
dilakukan untuk menemukan penyebab masalah. Beberapa diantaranya adalah
dengan menyebar angket ke siswa, mewawancarai siswa, observasi langsung, dan
lain sebagainya. Di samping itu, peneliti juga bisa melakukan wawancara dengan
siswa dan observasi langsung. Kemudian, semua data dari segala sumber tersebut
dikumpulkan dan dianalisis secara kolaboratif sehingga penyebab utama
munculnya masalah dapat ditemukan.
Akar masalah tersebut harus digali sedalam-dalamnya sehingga ditemukan
akar masalah yang benar-benar menjadi penyebab utama terjadinya masalah. Akar
masalah inilah yang nantinya akan menjadi tolak ukur tindakan. Dengan
menemukan akar masalah, maka sama halnya dengan si peneliti telah menemukan

6
separuh dari solusi masalah. Sebab, solusi masalah sebenarnya merupakan
kebalikan dari akar masalah.
c) Ide untuk memecahkan masalah
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa akar masalah menjadi tumpuan bagi
rencana tindakan untuk mengatasi masalah. Rencana tindakan sebagai langkah
mengatasi masalah inilah yang disebut dengan ide orisinal peneliti. Tetapi,
sebelum memutuskan tindakan apa yang akan dikenakan kepada siswa, peneliti
harus mengembangkan banyak alternatif sebagai pengayaan tindakan. Hal yang
tidak kalah pentingnya adalah peneliti harus mempunyai dukungan teori atau
referensi rujukan atas tindakan yang akan dikenakan kepada siswa. Sebab, PTK
adalah kegiatan ilmiah sehingga tanpa adanya dukungan teori yang memadai,
sebaik apa pun tindakan guru, maka hal itu tidak akan dianggap sebagai perilaku
ilmiah. Setelah identifikasi masalah, menemukan akar masalah, merumuskan
masalah, dan menemukan alternatif tindakan sebagai solusi masalah, maka
peneliti dapat membuat judul penelitian.
2. Tahap Acting (pelaksanaan)
Menurut Kunandar (2011), tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan.
Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu,
yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa pada tahap ini, tindakan
harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa.
Hal ini akan berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar
hasilnya dapat disinkronkan dengan maksud semula.
3. Tahap Observation (pengamatan)
Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing). Menurut Supardi
dalam Kunandar (2011) menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap
III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini,
peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan,
dan alat atau instrumen pengumpulan data (angket/wawancara/observasi, dan lain-
lain).

7
Lebih lanjut Kunandar (2011) menyatakan jika PTK dilakukan secara
kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh kolaborator, bukan guru yang
sedang melakukan tindakan. Walaupun demikian, antara tindakan (dilakukan oleh
guru) dan pengamatan (dilakukan oleh kolaborator), keduanya harus berlangsung
dalam satu waktu dan satu tempat atau kelas. Inilah sebabnya, mengapa Suharsimi
mengatakan kurang tepat jika pengamatan disebut sebagai tahap ketiga. Sebab,
antara tahap kedua dan tahap ketiga itu berlangsung secara bersamaan. Walaupun
demikian, tidak ada salahnya kita menyebut “pengamatan” sebagai tahap ketiga
dalam PTK. Hanya saja, sebutan ini hanya untuk membedakan antara tindakan
dan pengamatan, bukan menunjukkan suatu urutan.
Ketika guru PPKn sedang melakukan tindakan di kelas, secara otomatis
seluruh perhatiannya terpusat pada reaksi siswa dan tindakan selanjutnya yang
akan diterapkan. Atas dasar ini, tidak mungkin guru mengamati tindakannya
sendiri. Di sinilah diperlukan seorang pengamat yang siap merekam setiap
peristiwa berkaitan dengan tindakan guru. Sambil merekam peristiwa yang terjadi,
pengamat sebaiknya juga membuat catatan-catatan kecil agar memudahkan dalam
menganalisis data.
4. Tahap Refleksi
Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi (reflecting).
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan.
Refleksi juga sering disebut dengan istilah "memantul.” Dalam hal ini, peneliti
seolah memantulkan pengalamannya ke cermin, sehingga tampak jelas
penglihatannya, baik kelemahan dan kekurangannya.
Menurut Kunandar (2011) jika penelitian dilakukan secara individu, maka
kegiatan refleksi lebih tepat disebut sebagai evaluasi diri. Evaluasi diri adalah
kegiatan untuk melakukan introspeksi terhadap diri sendiri. Ia harus jujur terhadap
dirinya sendiri dalam mengakui kelemahan dan kelebihannya. Dalam hal ini, guru
dan peneliti juga harus mengakui sisi-sisi mana yang telah sesuai dan sisi mana
harus diperbaiki. Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika
pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika
antara guru yang melakukan tindakan berhadapan langsung atau diskusi dengan

8
pengamat atau kolabolator. Tetapi, jika PTK dilakukan secara sendirian, maka
refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan diri sendiri untuk mengetahui
sisi-sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi lain yang harus
diperbaiki.
5. Tambahan: Siklus-Siklus dalam PTK
Siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, hingga pada evaluasi. Dalam hal ini, yang dimaksud
siklus-siklus dalam PTK adalah satu putaran penuh tahapan-tahapan dalam PTK,
sebagaimana disebutkan di atas. Jadi, satu siklus adalah kegiatan penelitian yang
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Menurut Kunandar (2011) jika dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus,
maka siklus kedua dan seterusnya merupakan putaran ulang dari tahapan
sebelumnya. Hanya saja, antara siklus pertama, kedua, dan selanjutnya selalu
mengalami perbaikan setahap demi setahap. Jadi, antara siklus yang satu dengan
yang lain tidak akan pernah sama, meskipun melalui tahap-tahap yang sama.
Setiap akhir refleksi selalu menjadi babak baru bagi siklus berikutnya. Artinya,
guru dan pengamat harus selalu diskusi setiap akhir refleksi untuk merencanakan
tindakan baru atau memasuki siklus kedua. Dengan proses atau tahapan yang
sama, guru dapat melanjutkan ke siklus-siklus berikutnya, jika memang sampai
pada siklus tertentu ia belum merasa puas atau belum berhasil mendongkrak
prestasi belajar siswa. Demikian seterusnya, sehingga semakin banyak siklus yang
dilalui, semakin baik hasil yang diperoleh. Hasilnya adalah, kepuasan guru dan
kepuasan siswa atas prestasi belajarnya.
c. Membuat PTK dalam Pembelajaran PPKn
Dalam membuat PTK pada pembelajaran PPKn diperlukan adanya rencana
penelitian berupa setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian, variabel
yang akan diselidiki, rencana tindakan, data dan cara pengumpulannya, indikator
kinerja dan analisis data yang akan dilakukan.
1. Setting dan karakteristik subjek penelitian
Pada bagian setting penelitian dan karakteristik subjek ini disebutkan dimana
penelitian tersebut akan dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik

9
dari kelas tersebut seperti komposisi peserta didik pria dan wanita, latar belakang
sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan
dan lain sebagainya. Aspek substantif permasalahan, juga dikemukakan pada
bagian ini.
2. Variabel yang akan diteliti
Pada bagian variabel yang akan diselidiki ditentukan variabel-variabel penelitian
yang dijadikan titik-titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi.
Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan peserta
didik, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan
belajar, dan lain sebagainya, namun dalam PTK, lazimnya variabel X yaitu
tindakan guru merupakan variabel (2) proses penyelenggaraan KBM seperti
interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara
belajar peserta didik, implementasi berbagai metode mengajar di kelas yang
inovatif, dan sebagainya, dan (3) varaibel output (Y) seperti rasa keingintahuan
peserta didik, kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan, motivasi
peserta didik, hasil belajar peserta didik, sikap terhadap pengalaman belajar yang
telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya. Menurut Arikunto
(2008) bahwa rencana tindakan ini digambarkan rencana tindakan yang akan
dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti:
a) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang
diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelacakan tes diagnostik untuk
menspesifikasi masalah. Pembuatan skenario pembelajaran dengan minimal 4
kali pertemuan tatap muka (penyajian materi, penilaian hasil belajar peserta
didik, analisis hasil penilaian, dan tindak lanjut yang dapat berupa pengajaran
remedial dan atau pengayaan), pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi
PTK, dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang
perlu ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternatif-alternatif
solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.
b) Implementasi tindakan yaitu skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur
tindakan yang akan diterapkan.

10
c) Observasi dan interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman/observasi
dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan
perbaikan yang dirancang.
d) Analisis dan refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan
rencana bagi tindakan berikutnya.
3. Data dan cara pengumpulannya
Pada bagian data dan cara pengumpulannya, PTK pada pembelajaran PPKn ini
ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan
dengan variabel X yaitu proses tindakan guru dan respon siswa maupun dampak
tindakan perbaikan (variabel Y) yang digelar, yang akan digunakan sebagai dasar
untuk menilai keberhasilan atau kekurang-berhasilan tindakan perbaikan
pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif,
atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpulan data setiap variabel yang diperlukan
juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif,
pembuatan jurnal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai
kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan) penggambaran
interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan
berbagai prosedur asesmen dan sebagainya. Selanjutnya dalam prosedur
pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK,
para guru juga harus aktif sebagai pengumpul data, bukan semata-mata sebagai
sumber data. Akhirnya semua teknik pengumpulan data yang digunakan harus
mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu.
Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh
lebih baik, penggunaan teknik perekaman data yang canggih dapat saja terkendala
pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.
Validasi dalam penelitian PTK diperlukan agar diperoleh data yang valid.
Validitas yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan data yang akan
dikumpulkan. Untuk data kuantitatif (berbentuk angka) umumnya yang divalidasi

11
instrumennya. Validitas yang digunakan, validitas teoretik maupun validitas
empirik. Untuk itu diperlukan kisi-kisi agar terpenuhinya validitas teoretik. Data
kualitatif (misalnya observasi, wawancara), dapat divalidasi melalui triangulasi:
triangulasi sumber, data berasal dari beberapa sumber. Atau triangulasi metode,
data berasal dari beberapa metode.
4. Indikator Kinerja
Pada bagaian Indikator kinerja ini tolak ukur keberhasilan tindakan
perbaikan yang akan dipakai, ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan
verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK; jika bertujuan mengurangi
kesalahan konsep peserta didik, misalnya, perlu ditetapkan kriteria keberhasilan
dalam bentuk pengurangan (jumlah jenis dan atau tingkat kegawatan) miskonsepsi
yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan
perbaikan yang dimaksud.
5. Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan sesuai dengan metode dan jenis data
yang dikumpulkan. Pada PTK, data yang dikumpulkan dapat berbentuk kuantitatif
maupun kualitatif. Pada PTK tidak harus menggunakan uji statistik, tetapi bisa
saja cukup dengan deskriptif. Data kuantitatif menggunakan analisis diskriptif
komparatif yaitu membandingkan misalnya nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah
siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2. Data kualitatif hasil pengamatan maupun
wawancara menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi
dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
6. Bagian Akhir
Pada bagian akhir proposal berisi daftar pustaka dan lampiran. Daftar
pustaka yang akan dipakai dalam penelitian disusun menurut urutan abjad
pengarang; hendaknya pustaka benar-benar relevan dan sungguh-sungguh akan
dipergunakan dalam penelitian.
d. Refleksi Dalam Pembelajaran PPKn
Refleksi dalam pembelajaran tidak dapat dipersempit pada satu metode saja
untuk diterapkan pada satu kelas (Suprijono, 2010). Guru membawa pengalaman
yang berbeda-beda ke dalam pembelajaran. Pengalaman-pengalaman yang

12
diperoleh siswa akan membentuk pengetahuan tentang diri mereka misalnya
minat, kapabilitas dan sikap-sikap mereka. Dimana dalam hal ini guru PPKn harus
mampu mengkondisikan siswa pada lingkungan belajar meliputi fasilitator agenda
pelaksanaan, ruang dan waktu pelaksanaan, dengan adanya lingkungan belajar
yang mendukung, motivasi belajar siswa akan dapat meningkat dengan baik,
sehingga tujuan pembelajaran dapat terwujudkan dengan baik terkendali.
Refleksi pada siswa dapat terjadi pada kondisi tertentu yang harus dipenuhi.
Secara umum menurut Moon (1999) ada tiga kondisi yang dapat mempengaruhi
terjadinya refleksi pada siswa, yaitu: (1) lingkungan belajar meliputi fasilitator
agenda pelaksanaan, ruang dan waktu pelaksanaan (2) pengelolaan refleksi
meliputi perencanaan tujuan dan hasil refleksi, strategi dalam membimbing
refleksi, dan mekanisme pelaksanaan refleksi (3) kualitas tugas yang diberikan
guru, misalnya tugas yang menuntut siswa mengintegrasikan apa yang baru
dipelajari dengan apa yang dipelajari sebelumnya, menuntut pelibatan proses
berpikir, serta membutuhkan evaluasi.
Hal ini sesuai menurut Dale (2012) yang berpendapat bahwa strategi refleksi
dalam pembelajaran merupakan metode pembelajaran yang selaras dengan teori
konstruktivisme yang memandang bahwa pengetahuan tidak diatur dari luar diri
seseorang tetapi dari dalam dirinya. Kontruktivisme mengarahkan untuk
menyusun pengalaman-pengalaman siswa dalam pembelajaran sehingga mereka
mampu membangun pengetahuan baru. Pembelajaran reflektif sebagai salah satu
tipe pembelajaran yang melibatkan proses refleksi siswa tentang apa yang
dipelajari, apa yang dipahami, apa yang dipikirkan, dan sebagainya, termasuk apa
yang akan dilakukan kemudian.
Pendapat tersebut didukung dengan pendapat Suprijono (2010) yang
mengungkapkan bahwa refleksi pembelajaran dapat digunakan untuk melatih
siswa berpikir aktif dan reflektif yang dilandasi proses berpikir ke arah
kesimpulan-kesimpulan yang definitif. Kegiatan refleksi seseorang dapat lebih
mengenali dirinya, mengetahui permasalahan dan memikirkan solusi untuk
permasalahan tersebut. Dengan demikian refleksi pembelajaran yang diberikan
oleh guru PPKn akan membantu siswa memahami materi berdasarkan

13
pengalaman yang dimiliki sehingga mereka memiliki kemampuan menganalisis
pengalaman pribadi dalam menjelaskan materi yang dipelajari. Proses belajar
yang mendasarkan pada pengalaman sendiri akan mengeksplorasi kemampuan
siswa untuk memahami peristiwa atau fenomena. Peran refleksi secara lebih rinci
dalam belajar menurut Khadijah (2011) dapat terlihat pada tiga hal, yaitu:
1. Membantu restruktur pemahaman pada struktur kognitif dalam melakukan
transformasi belajar,
2. Membantu representasi belajar dimana proses rekonsiderasi dan umpan
baliknya melibatkan manipulasi pemahaman.
3. Membantu mengembangkan pemahaman dalam penggunaan pengalaman siswa
sebagai bahan pelajaran tanpa meninggalkan konteks belajar itu sendiri
Refleksi dalam pembelajaran PPKn memiliki asumsi bahwa pembelajaran
tidak dapat dipersempit pada satu metode saja untuk diterapkan pada satu kelas.
Guru membawa pengalaman yang berbeda-beda ke dalam pembelajaran.
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa akan membentuk pengetahuan
tentang diri mereka misalnya minat, kapabilitas dan sikap-sikap mereka. Menurut
Moon (1999) mengatakan bahwa refleksi pada siswa dapat terjadi pada kondisi
tertentu yang harus dipenuhi. Secara umum ada tiga kondisi yang dapat
mempengaruhi terjadinya refleksi pada siswa, yaitu: (1) lingkungan belajar
meliputi fasilitator agenda pelaksanaan, ruang dan waktu pelaksanaan (2)
pengelolaan refleksi meliputi perencanaan tujuan dan hasil refleksi, strategi dalam
membimbing refleksi, dan mekanisme pelaksanaan refleksi (3) kualitas tugas yang
diberikan guru, misalnya tugas yang menuntut siswa mengintegrasikan apa yang
baru dipelajari dengan apa yang dipelajari sebelumnya, menuntut pelibatan proses
berpikir, serta membutuhkan evaluasi.
Menurut Khodijah (2011) teknik pelaksanaan refleksi dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok. Ada berbagai teknik yang dapat digunakan
guru dalam mendorong terjadinya refleksi dalam diri siswa, di antaranya: (a)
waktu dan ruang untuk merefleksi, (b) closing circle, (c) kartu indeks, (d) menulis
jurnal, dan (e) menulis surat. Sedangkan tahap pembelajaran terbagi menjadi
empat tahap, yaitu: (a) pendahuluan meliputi apersepsi, mengaitkan pengetahuan

14
awal siswa dengan pelajaran, dan menyampaikan tujuan pembelajaran; (b) diskusi
meliputi diskusi kelompok dan presentasi kelompok dalam diskusi kelas; (c)
refleksi meliputi analisis, pemaknaan dan evaluasi; dan (d) penutup meliputi
konfirmasi dan penarikan kesimpulan
e. Tahapan Perlaksanaan PTK dalam Pembelajaran PPKn
Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran merupakan salah satu tuntutan kompetensi guru, oleh karena itu
siapapun guru dan calon guru dituntut mampu melakukan penelitian tindakan
kelas untuk peningkatan keprofesionalan mereka. Menurut Arikunto (2008)
mengatakan bahwa bagian pertama sajian ini tentang Penyusunan Proposal PTK
berisi tentang: isi proposal, bagian pokok dan bagian akhir dari proposal PTK.
Sementara yang menjadi bagian kedua Penyusunan Laporan Hasil PTK
menguraikan tentang bagian awal, bagian pokok dan bagian akhir laporan hasil
PTK (yang akan terbit pada edisi mendatang). Penyusunan usulan/proposal
penelitian merupakan langkah awal penulisan penelitian. Penyusunan proposal
mencakup beberapa langkah yaitu 1) pengajuan usulan judul, 2) persetujuan judul,
3) pembimbingan (jika perlu), 4) revisi dan 5) pengesahan proposal yang telah
disetujui.
Lebih lanjut menurut Arikunto (2008) mengatakan bahwa PTK merupakan
kegiatan nyata, untuk meningkatkan mutu PBM; merupakan tindakan oleh guru
kepada siswa yang harus berbeda dari kegiatan biasanya. PTK terjadi dalam siklus
berkesinambungan; minimum dua siklus. Judul memuat gambaran upaya yang
dilakukan untuk perbaikan pembelajaran sesuai hasil analisis karakteristik siswa
dalam pembelajaran sebelumnya, tindakan yang diambil untuk merealisasikan
upaya perbaikan pembelajaran, dan setting penelitian. Judul sebaiknya tidak lebih
dari 15 kata/frasa.
Dalam penyusunan usulan penelitian/proposal penelitian perlu dilakukan
beberapa kegiatan pokok, yaitu; (1) mendeskripsikan dan menemukan masalah
dengan berbagai metode atau cara, (2) menentukan cara pemecahan masalah
dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu, (3) memilih dan
merumuskan masalah baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan

15
masalah dan cara pemecahannya, (4) menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai
dengan masalah yang ditetapkan, (5) memilih dan menyusun perspektif, konsep,
dan perbandingan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK, (6)
menyusun siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat
memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, (7) menetapkan cara
mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk
menjaring data, (8) menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data.
Hasil kegiatan di atas dituangkan dalam kerangka proposal yang terdiri dari
3 bagian yang ditulis tidak lebih dari 15 halaman (khusus untuk bagian pokok).
Tiga bagian itu adalah (1) bagian awal (halaman sampul, halaman persetujuan,
Kata Pengantar dan daftar isi), (2) bagian pokok (Pendahuluan: latar belakang,
rumusan masalah dan pemecahannya, tujuan dan manfaat penelitian; Kajian
pustaka: kajian teori, kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir dan
hipotesis, Rencana Penelitian: seting dan subyek penelitian, prosedur PTK,
pengumpulan dan analisis data) dan (3) bagian akhir.
Bagian pokok proposal terdiri dari 3 yaitu: (1) pendahuluan: latar belakang,
rumusan masalah dan pemecahannya, tujuan dan manfaat penelitian; (2) kajian
pustaka: kajian teori, kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir dan
hipotesis, dan (3) rencana penelitian: setting dan subyek penelitian, prosedur PTK,
pengumpulan dan analisis data.
1. Pendahuluan
Menurut Arikunto (2008) mengatakan bahwa pendahuluan proposal
penelitian berisikan latar belakang permasalahan. permasalahan penelitian, cara
pemecahan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
a) Latar Belakang Masalah
Dalam latar belakang permasalahan diuraikan urgensi penanganan
permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkan fakta-
fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini
maupun dari kajian pustaka. Dukungan beberapa hasil penelitian-penelitian
terdahulu (apabila ada) juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai

16
urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang
diusulkan.
Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya
tercermin dalam uraian di bagian ini. Menurut Aunurrachman (2009) untuk itu
beberapa hal berikut ini perlu dimasukkan dalam latar belakang masalah adalah
menuliskan kenyataan yang ada (kondisi awal) dalam hal ini kondisi awal sesuai
dengan permasalahan yang diteliti. Serta menuliskan harapan yang dituju (kondisi
akhir), yaitu kondisi setelah dilakukan penelitian. Harapan yang dituju (kondisi
akhir) dapat berupa kondisi akhir yang diteliti atau bagi subyek penelitian (peserta
didik/guru/kepsek), maupun kondisi akhir peneliti.
2. Permasalahan Penelitian
Menurut Hatimah dkk (2008) mengatakan bahwa dalam merumuskan
permasalah dalam penelitian PTK haruslah mengamati 2 hal yakni kesenjangan
antara kenyataan dan harapan. Kesenjangan yang dimaksud adalah (1)
Kesenjangan antara kondisi awal dan kondisi akhir masalah pokok dari subyek
penelitian, (2) Kesenjangan antara kondisi awal dan kondisi akhir masalah lain
dari peneliti. Dalam hal ini jika berkaitan dengan PTK pada pembelajaran PTK
maka menulis masalah yang dihadapi yaitu adanya kesenjangan antara harapan
(kondisi akhir) dengan kenyataan (kondisi awal): Masalah yang diteliti, nilai
ulangan kenyataan (kondisi awal)-nya masih rendah, harapan (kondisi akhir)-nya
meningkat; Masalah peneliti, kondisi awal pembelajarannya belum memanfaatkan
alat peraga, harapan (kondisi akhir)-nya menggunakan alat peraga.
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan
secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar-benar diangkat dari
masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui
PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan
yang secara teknis metodologik diluar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang
ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan
analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran
permasalahan yang perlu ditangani itu nampak menjadi perumusan masalah
tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut.

17
3. Cara Pemecahan Masalah
Menurut Arikunto (2008) mengatakan bahwa dalam bagian ini
dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual
yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus
terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka
pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau
berbagai program sekolah lainnya. Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan
PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal. Menulis cara pemecahan
masalah pada pembelajaran PPKn diperlukan sebuah identifikasi masalah,
pembatasan masalah dan perlu adanya solusi. Pada saat melakukan identifikasi
masalah, guru sudah harus mengkaji berbagai literatur yang relevan. Identifikasi
masalah pada umumnya berupa pertanyaan, banyaknya pertanyaan selalu lebih
dari satu sehingga banyaknya pertanyaan lebih banyak dari banyaknya rumusan
masalah.
Lebih lanjut Arikunto (2008) penggunaan kalimat tanya dimulai dari yang
komplek (holistik) sampai yang spesifik (atomistik). Kalimat tanya tersebut tidak
harus dijawab, karena hanya sebagai identifikasi masalah; kalimat tanya tersebut
harus mengacu/mengandung variabel pada masalah pokok (Y). Pembatasan
masalah, diperlukan adanya pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus;
Langkah awal, membatasi banyaknya variabel yang diteliti, variabel apa saja.
Membatasi atau menjelaskan variabel terikat, misalnya penyusunan proposal
Penelitian Tindakan Kelas, untuk peserta didik mana, kelas berapa, semester
kapan, tahun kapan, materi apa dan sebagainya. Membatasi atau menjelaskan
variabel bebas (X), misalnya, alat peraganya apa, apa yang dilakukan, siapa yang
melakukan, kapan tindakan itu akan dilakukan.
4. Rumusan Masalah
Menurut Arikunto (2008) rumusan masalah dikembangkan dari identifikasi
dan pembatasan masalah umumnya berbentuk kalimat tanya. Kalimat tanya pada
rumusan masalah lebih terinci karena telah melalui identifikasi dan pembatasan
masalah. Kalimat tanya yang diajukan mengacu ke variabel pada masalah pokok

18
(Y) dan variabel pada masalah lain yang diteliti (X). Kalimat tanya pada rumusan
masalah kelak harus terjawab setelah pelaksanaan tindakan. Kualitas penelitian
sangat dipengaruhi oleh kualitas jawaban bukan hanya banyaknya rumusan
masalah. Rumusan masalah akan dipakai sebagai dasar untuk penentuan teori
yang akan digunakan; Selain itu juga sebagai arah dalam menentukan judul
penelitian, sebagai arah dalam menentukan metode penelitian dan sebagai arah
dalam menentukan jenis penelitian
5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Menurut Arikunto (2008) tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas,
paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus
konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian
sebelumnya. Dengan sendirinya, artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal.
Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang PPKn yang bertujuan
meningkatkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran PPKn melalaui
penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM
baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan
hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.
Di samping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan
penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan-
keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi peserta didik sebagai pewaris
langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK,
bagi rekan-rekan guru lainnya serta mungkin bagi para dosen LPTK sebagai
pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi
pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks
PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
6. Kajian Pustaka
Menurut Arikunto (2008) pada bagian ini berisi kajian teori, penelitian yang
relevan (bila ada), kerangka berpikir dan hipotesis tindakan. Uraikan dengan jelas
kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari rancangan
penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang

19
mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut.
Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan
digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis
tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang
diharapkan/diantisipasi.
7. Kajian Teori
Menurut Arikunto (2008) pada kajian teori dipaparkan landasan substantif
dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam
menentukan alternatif yang akan diimplementasikan. Tinjauan pustaka berisi
falsafah dasar, teori, dan konsep yang sangat erat kaitannya dengan scope
penelitian yang akan dilakukan. Teori-teori yang diambil harus relevan dengan:
(1) permasalahan dilihat dari isinya, dan (2) variabel yang diteliti dilihat dari
judul/sub judul yang ditulis pada kajian teori terutama variabel tindakan (X) harus
dijelaskan bukan hanya teori tentang apa dan mengapa penting, tetapi bagaimana
secara teoritis implementasi variabel X dalam pembelajaran. Tinjauan pustaka
diambil dari teori-teori yang terbaru dan dari berbagai aliran. Untuk keperluan itu,
dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri
yang relevan maupun pelaku-pelaku PTK lain disamping terhadap teori-teori yang
lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Setelah itu dilanjutkan dengan ulasan
teoritik.
8. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan
Menurut Arikunto (2008) penelitian yang telah ada/dilakukan sebelumnya,
relevan dengan permasalahan dan variabel yang diteliti perlu dikaji untuk
menghindari duplikasi. Penelitian yang relevan yang perlu dikaji baik yang
dilakukan oleh peneliti sendiri maupun oleh orang lain. Kajian ini menjadi dasar
ulasan penelitian-penelitian empiris yang berkaitan dengan teori yang digunakan
sebagai landasan. Argumentasi logis dan teoretik diperlukan bukan hanya untuk
membuat ulasan, tetapi juga untuk menyusun kerangka teori/konseptual. Dari sini
akan nampak celah atau kesempatan yang membedakan penelitian kita dan
penelitian sebelumnya/lainnya.
9. Kerangka Pikir

20
Menurut Arikunto (2008) dalam kerangka pikir, perlu dicantumkan sebatas
yang diteliti dan dapat dikutip dari dua atau lebih karya tulis/bacaan. Kerangka
teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan
yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu. Semakin
banyak sumber bacaan, semakin baik, dengan jumlah minimal 10 (sepuluh)
sumber, baik dari teks book atau sumber lain misalnya jurnal, artikel dari majalah,
koran, internet dan lain-lain.
Sementara menurut Slamet (2011) bahwa kerangka pemikiran yang berisi
penjelasan teoritik digunakan untuk mendiagnosis masalah. Dari diagnosis ini,
kemudian dilanjutkan dengan memodelkan penelitian yang dibuat. Disini
terkandung teori dasar dan referensi penelitian terdahulu. Kerangka pemikiran
bisa juga dibantu dengan menampilkan bagan yang akan membantu
mempermudah pembaca mengetahui arah penelitian dan bagi peneliti bisa sebagai
petunjuk penguraian variabel dan indikator instrumen penelitian.
Pada akhir kerangka teori penulis menyusun model teori dengan memberi
keterangan. Model teori dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam
penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli
yang sudah ada, maupun kerangka yang berdasarkan teori-teori pendukung yang
ada. Dari kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus
dijabarkan jika dianggap perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi
harus dicantumkan.
10. Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto (2008) mengatakan bahwa hipotesis diturunkan dari
kerangka pemikiran. Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tinjauan pustaka,
dan kerangka pemikiran, maka dapat diturunkan hipotesis atau dugaan. Hipotesis
berisi hipotesis tindakan, bukan hipotesis statistik maupun hipotesis penelitian;
Dengan demikian merupakan jawaban sementara berdasarkan pada kajian teori
dan kerangka berpikir; Selain itu hipotesis menjawab rumusan masalah yang
diajukan, dan merupakan hipotesis tindakan bukannya hipotesis penelitian.
f. Membuat Laporan PTK

21
Laporan PTK merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian, atau
hal apa saja yang memerlukan informasi yang pasti, yang dibuat oleh seseorang
atau badan yang diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan hal itu. Ada
beberapa jenis laporan misalnya rapor sekolah, laporan hasil praktikum, dan hasil
tes laboratorium. Sedangkan laporan PTK termasuk jenis laporan lebih tinggi
penyajiannya. Laporan hasil PTK adalah laporan yang ditulis secara sistematis
berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru di kelasnya
sendiri. Tujuan menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat,
memberitahukan, dan merekomendasikan hasil penelitian. Maka dari itu laporan
PTK ditulis karena merupakan dokumen yang dapat dijadikan acuan, serta dapat
diketahui oleh umum, terutama oleh para guru yang barangkali mengalami
masalah yang sama dengan yang dilaporkan.
Sistematika laporan hasil PTK pada umumnya tidak jauh berbeda dari
laporan penelitian formal. Laporan hasil PTK terdiri dari 3 bagian yaitu: awal,
pokok, dan akhir.
a) Bagian Awal
Bagian awal laporan penelitian hasil PTK terdiri dari: halaman judul, kata
pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
Uraian berikut ini menjelaskan teknik penulisannya. Namun sebelum masuk ke
masing-masing item bagian awal laporan, disajikan terlebih dahulu tentang
sampul/cover laporan hasil PTK (Herijanto, 2011). Adapun yang disajikan pada
bagian awal, yakni:
 Sampul
 Halaman judul
 Halaman moto dan persembahan
 Abstrak
 Prakata
 Daftar isi
 Daftar tabel, gambar dan lampiran
b) Bagian Pokok

22
Pada bagian pokok laporan penelitian terdiri dari 5 BAB, yaitu BAB I
pendahuluan, BAB II kajian pustaka, BAB III metode penelitian tindakan kelas,
BAB IV pelaksanaan dan hasil penelitian tindakan kelas serta pembahasan, BAB
V penutup. Adapaun yang menjadi pokok tiap BAB yaitu sebagai berikut
BAB I Pendahuluan
Bagian ini adalah bab pertama laporan penelitian yang mengantarkan
pembaca untuk mengetahui ikhwal topik penelitian, alasan dan pentingnya
penelitian Wahidmurni, (2008). Oleh karena itu, bab pendahuluan memuat uraian
tentang
a. Latar belakang masalah
b. Identifikasi masalah
c. Rumusan masalah
d. Tujuan penelitian
e. Kegunaan penelitian
BAB II Kajian Pustaka
Pada bagian ini materi dari proposal diperluas dan dipertajam lagi sehingga
kajian penelitian yang relevan, teori, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan
menjadi lebih sempurna. Uraikan dengan lebih jelas lagi kajian pustaka dan teori
yang benar-benar mendasari rancangan penelitian tindakan. Tunjukkan adanya
dukungan temuan dan bahan penelitian lain terhadap pilihan tindakan untuk
mengatasi permasalahan penelitian. Dengan begitu kerangka berpikir atau
kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian makin kokoh. Demikian juga
hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang
diharapkan/diantisipasi. Dan isi pada bagian ini berupa;
a. Kajian teori
b. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan
c. Kerangka pikir
d. Hipotesis tindakan/penelitian
BAB III Metode Penelitian
Dalam metode penelitian ini dipaparkan berupa;
a. Setting dan karakteristik subjek penelitian

23
b. Variabel yang diselidiki
c. Prosedur penelitian
d. Data dan cara pengumpulannya
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada hasil penelitian dan pembahasan ini haruslah sesuai judulnya,
memaparkan uraian pelaksanaan masing-masing siklus dengan data lengkap,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi
penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Kemudian
perlu ditonjolkan hal yang mendasar yaitu hasil penelitian yang sesuai dengan
tujuan yang tercermin dari perubahan (kemajuan) pada diri peserta didik,
lingkungan, guru sendiri, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar
dan lain sebagainya. Kemukakan grafik dan/ tabel secara optimal, hasil analisis
data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara
sistematik dan jelas. Pada BAB IV ini terdapat beberapa hal yakni;
a. Pelaksanaan tindakan
b. Hasil analisis data
c. Pembahasan
BAB V Simpulan dan Saran
Menyimpulkan adalah mengikhtisarkan atau memberi pendapat berdasarkan
apa-apa yang diuraikan sebelumnya. Sejalan dengan itu, kesimpulan atau
simpulan adalah kesudahan pendapat atau pendapat terakhir yang dibuat
berdasarkan uraian sebelumnya (Herijanto, 2011). Dalam kaitan dengan PTK,
simpulan harus disusun secara singkat, padat, dan jelas; sesuai dengan uraian, dan
mengacu kepada pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan. Di samping itu,
simpulan harus disusun secara sistematis sesuai dengan urutan pertanyaan
penelitian/tujuan perbaikan
Bagian Akhir
Bagian akhir dari format laporan penelitian terdiri dari Daftar Pustaka dan
lampiran-lampiran. Ada dua hal yang berkaitan dengan Daftar Pustaka/acuan,
yaitu: 1) Petunjuk pengacuan pada teks, dan 2) Penyusunan Daftar Pustaka.

24
Tuliskanlah semua bacaan atau referensi yang dimuat dalam bagian pokok laporan
ini.
4. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi
Dalam pembelajaran PPKn kemungkinan akan ditemukan masalah pembelajaran
yang segera harus diatasi atau segera dicari solusi pemecahannya. Sebagai guru
yang profesional guru PPKn dengan niat yang tulus berusaha menemukan cara
mengatasi masalah pembelajaran dengan mengadakan penelitian tindakan kelas.
Karena penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas sendiri maka sangat mudah
untuk dilakukan dan sangat mudah untuk menemukan solusi terbaik dalam
mengatasi masalah pembelajaran PPKn.
5. Forum Diskusi
Tugas
CPMK Sub-CPMK Bahan Kajian
Terstruktur
Mampu 1. Mampu mengindentifikasi a. Langkah- 1. Jelask
mengembang masalah pembelajaran PPKn di langkah anlah
kan diri kelas dan merancang proposal membuat bagaimana
secara penelitian tindakan kelas proposal PTK cara
berkelanjutan (PTK) sesuai dengan kaidah dalam membuat
sebagai guru dan prinsip-prinsip penelitian. pembelajaran proposal,
PPKn yang 2. Mampu melakukan refleksi PPKn pelaksanaan
profesional terhadap pembelajaran PPKn b. Tahapan- dan laporan
melalui yang telah dilaksanakan dan tahapan PTK dalam
penelitian, memanfaatkan hasil refleksi melaksanakan pembelajara
refleksi diri, untuk perbaikan proses dan PTK dalam n PPKn
pencarian hasil pembelajaran. pembelajaran 2. Bagai
informasi 3. Mampu melaksanakan PTK PPKn mana
baru, dan dan memberikan solusi serta c. Membuat pendapat
inovasi. perbaikan atas proses dan hasil laporan PTK anda tentang
pembelajaran sesuai dengan dalam refleksi yang
masalah pembelajaran PPKn pembelajaran dilakukan
yang ditetapkan. PPKn2 guru PPKn
4. Mampu melaporkan hasil d. Hasil refleksi dalam usaha
PTK dan pembelajaran perbaikan
mendiseminasikannya secara PPKn pembelajara
lisan dan tulisan dalam forum n
ilmiah atau dalam bentuk
artikel yang dipublikasikan
dalam jurnal lokal atau
nasional
4. PENUTUP

25
a. Rangkuman
Pelaksanaan PTK merupakan cara yang efektif dalam mengidentifikasi
masalah belajar siswa sehingga solusi atas permasalahan tersebut juga dapat
secara tepat diberikan kepada siswa. PTK juga mampu menjadi sarana bagi
guru untuk dapat segera mengambil tindakan secara menyeluruh terkait
permasalahan siswa baik secara akademik maupun non akademik. Penelitian
Tindakan Kelas ini terdapat empat langkah kegiatan yang lazim dilakukan
yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi.
b. Test formatif
1 Peserta didik yang tidak dapat menjawab pertanyaan tentang materi
yang sedang di bahas berarti mengalami gejala…
a. kesulitan belajar
b. kesulitan konsentrasi
c. kesulitan menghapal
d. rendahnya motivasi
e. rendahnya daya ingat
2 Penelitian dilakukan adalah untuk mengatasi atau mencari jawab atas suatu
permasalahan. Didalam penelitian Tindakan kelas, permasalahan yang akan
dijawab adalah:
a. permasalahan siswa
b. permasalahan kurikulum
c. permasalahan sarana/prasarana
d. permasalahan manajerial kelas
e. permasalahan belajar
3 Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas jumlah siklus
berdasarkan ketentuan adalah...
a. sampai tercapai indikator kinerja dan setiap siklusnya tiga kegiatan
b. sampai tidak ada lagi data baru dan setiap siklusnya tiga kegiatan
c. maksimal lima siklusnya dan setiap siklusnya tiga kegiatan
d. dua sampai tiga siklus dan setiap siklus tiga kegiatan
e. tidak ada batasan siklus dan kegiatan.

26
4 Pengertian kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang
belajar. Adapun komponen dalam sebuah kelas yang dapat dikaji melalui
penelitian tindakan adalah:
a. permasalahan siswa yang sering terlambat datang masuk kelas
b. kurangnya kemampuan guru dalam menertibkan siswa dalam
pembelajaran
c. materi pelajaran yang terlalu bertele-tele pembahasannya
d. hasil pembelajaran siswa yang kurang mendukung nilai kelulusan
e. permasalahan dalam kesulitan belajar yang dialami siswa.
5 Contoh rumusan permasalahan dalam rangka menyusun proposal penelitian
tindakan kelas adalah...
a. Apakah pembelajaran cooperative learning teknik jiqsaw dapat
meningkatakan hasil belajar PPKn siswa kelas VII SMP Negeri
Tunggulwulung Kebumen?
b. Sejauhmana pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
motivasi belajar PPKn di SMP PGRI Glagahwangi Sumedang?
c. Bagaimana pengaruh pemanfaatan TIK dalam meningkatkan hasil belajar
PPKn siswa kelas VII SMP Berdikari Kranggan?
d. Efektifitas pembelajaran dengan media pandang dengan ditinjau dari
motivasi belajar pada mata pelajaran PPKn di SMP Wonosalam Sleman?
e. Apakah penerapan metode ceramah efektif.
6 Pelaksanaan PTK merupakan cara yang efektif dalam mengidentifikasi
masalah belajar siswa sehingga solusi atas permasalahan tersebut juga dapat
secara tepat diberikan kepada siswa. Hal ini adalah merupakan…
a. sarana penelitian tindakan kelas
b. fungsi penelitian tindakan kelas
c. tujuan penelitian tindakan kelas
d. manfaat penelitian tindakan kelas
e. pengertian penelitian tindakan kelas
7 Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran mengikuti
beberapa langkah sintaks. Langkah yang dilakukan sebelum masuk pada

27
perencanaan siklus berikutnya adalah:
a. merumuskan pendahuluan sebagai langkah awal kegiatan
b. observing, melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa
c. planning, merencanakan kegiatan pada siklus pertama
d. acting, melaksanakan seluruh kegiatan untuk penelitian tindakan
e. reflecting, merefleksi kegiatan yang sudah selesai dilakukan
8 Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, pengumpulan data penelitian
dilakukan pada langkah:
a. merumuskan pendahuluan sebagai langkah awal kegiatan
b. observing, melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa
c. planning, merencanakan kegiatan pada siklus pertama
d. acting, melaksanakan seluruh kegiatan untuk penelitian tindakan
e. reflecting, merefleksi kegiatan yang sudah selesai dilakukan
f. Ketika mengidentifikasi masalah dalam penelitian tindakan kelas, harus
tepat menemukan permasalahan, diantaranya permasalahan harus bersifat
problematik. Permasalahan yang bersifat problematik adalah…
a. permasalahan yang menuntut pemecahan
b. permasalahan yang bisa dipecahkan oleh guru
c. permasalahan yang selalu muncul dalam pembelajaran
d. permasalahan pembelajaran yang berkaitan dengan kurikulum
e. permasalahan pembelajaran dengan penekanan pada aktifitas siswa
g. PTK memiliki ciri khusus yaitu sikap reflektif berkelanjutan, yang artinya
bahwa…
a. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil
penelitian guna memperbaiki proses tindakan pada siklus berikutnya
b. PTK merupakan upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran secara
kolaboratif
c. PTK berangkat dari permasalahan pembelajaran riil sehari-hari yang
dialami oleh guru
d. PTK adalah penelitian eksperimen
e. PTK merupakan jenis penelitian yang paling tepat untuk perbaikan

28
proses pembelajaran
c. Daftar Pustaka
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
-----------. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara
Aunurrachman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Jakarta: Depdiknas
Dirjen
Budi H. 2011. Teknik Penulisan Laporan PTK. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Cohen, Louis & Lawrence Manion. 1980. Research Methods in Education,
London: Croom Helm
Hatimah, I, dkk. 2008. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Dirjen.
H. Dale. Schunk. 2012. Learning Theories An Educational Perspective.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kunandar.2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.
Rajawali Pers.
Moon, Jenife. 1999. A Handbook for Reflective Practice and Profesional
Development. USA: Routledge.
Muslich, Masnur. 2011. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.
Nisa, Khairun. 2019. Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan Proposal
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Guru-Guru SDN Gugus 2
Mataram. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat: 2(2), Mei
2019.
Nurizzati. 2014. Ketertolakan Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal
Edueksos: 3(1), Januari-Juni, 137.
Nyayu, Khadijah. 2011. Reflektive Learning sebagai Pendekatan Alternatif
dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam. Jurnal ISLAMICA: 6(1), Maret.
Slameto. 2008. Proposal, Pelaksanaan dan Evaluasi Keberhasilan PTK.
Seminar Nasional IKIP PGRI Semarang 19 Juni 2008.
----------. 2011. Penyusunan Proposal dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas.
Salatiga: Widya Sari Press.
Sukayati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: PPPTK Matematika.
Suprijono. 2010. Cooperative Learning dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Peajar.
Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogyakarta: Diva Press

29
Wahidmurni. 2008. Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian
Lapangan. Malang: IKIP Malang.
Kunci Jawaban
No Jawaban No Jawaban
1 a 6 b
2 e 7 e
3 d 8 c
4 e 9 b
5 a 10 a

d. Tugas Akhir.
1 Jelaskan tentang evaluasi pembelajaran komprehensif yang tepat pada mata
pelajaran PPKn.
2 Jelaskan tentang keterampilan dasar mengajar bagi seorang guru yang
professional.
3 Jelaskan tentang model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran PPKn
4 Jelaskanah arti pentingnya melaksanakan penelitian tindakan kelas pada
maa pelajaran PPKn
e. Test Sumatif.
1. Tes, sering diartikan dengan pengukuran dan penilaian tetapi jika disimak
lebih dalam, tes memiliki pengertian yang berbeda dengan yang lainnya.
a. Tes (instrument) adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran,
biasanya bersifat kuantitatif.
b. Tes (instrument) adalah tindakan mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik-buruk.
c. Tes (instrument) adalah sebuah proses atau rangkaian penentuan nilai
yang dimaksudkan untuk melihat sejauhmana tujuan pendidikan, proses
pembelajaran telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
d. Tes (instrument) adalah alat untuk memperoleh informasi tentang suatu
hal atau obyek

30
e. Tes (instrument) adalah tindakan mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik-buruk.
2. Penilaian sering diartikan sama dengan tes dan pengukuran. Tetapi jika
disimak lebih dalam, penilaian memiliki pengertian yang berbeda dengan
yang lainnya.
a. Penilaian adalah alat untuk memperoleh informasi tentang suatu hal atau
objek.
b. Penilaian adalah evaluation, yaitu tindakan mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk.
c. Penilaian adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, biasanya
bersifat kuantitatif.
d. Penilaian adalah sebuah proses atau rangkaian penentuan nilai yang
dimaksudkan untuk melihat sejauh mana tujuan dan proses pembelajaran
telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
e. Penilaian adalah proses pengumpulan data untuk menentukan
sejauhmana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah
tercapai
3. Evaluasi merupakan peristiwa mengukur dan menilai yang manfaatnya
adalah:
a. Merangsang guru untuk memahami makna tujuan pembelajaran PPKn
b. Merupakan umpan balik bagi guru untuk merubah kurikulum yang telah
dilaksanakan.
c. Membangkitkan motivasi belajar siswa, bila semua nilai-nilai yang
seharusnya tinggi, dicantumkan rendah.
d. Timbulnya nilai-nilai subjektif yang didasarkan pada kira-kira atau duga-
duga
e. Tidak perlu menata kembali bahan yang telah diajarkan atau yang telah
dikuasai oleh siswa, karena dapat membuang waktu.
4. Dalam pelaksanaan penilaian, jenis test ada dikategorikan pada test obyektif
dan test yang subyektif. Tes essay dapat dikategorikan sebagai tes subyektif,
karena…

31
a. Nilai validitas kontentnya yang tinggi.
b. Nilai validitas konstruknya yang rendah.
c. Nilai validitas ramalannya yang tinggi.
d. Nilai reliabilitasnya yang rendah.
e. Nilai reliabilitasnya yang tinggi
5. Dalam pelaksanaan penilaian, jenis test ada dikategorikan pada test obyektif
dan test yang subyektif. Tes multiple choice termasuk ke dalam tes yang
sifatnya objektif, karena...
a. Nilai validitas contentnya yang tinggi.
b. Nilai validitas constructnya yang rendah.
c. Nilai validitas ramalannya yang tinggi.
d. Nilai validitasnya yang rendah.
e. Nilai reliabilitasnya tinggi
6. Untuk memberikan nilai yang tepat untuk hasil belajar siswa, harus berdasar
data yang benar. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan sepeti di bawah
ini, kecuali..
a. Teknik pengumpulan data pre dan post test.
b. Teknik pegumpulan data unsur penting.
c. Teknik tes responsive diri.
d. Teknik pengumpulan data catatan pribadi.
e. Teknik pengumpulan dokumen
7. Untuk penyusunan instrumen soal yang tepat, harus mempedomani kaidah
penulisan soal. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan kualitas butir
tes uraian yang baik adalah ....
a. Menuntut jawaban berupa ungkapan pendapat siswa
b. Menuntut jawaban berupa fakta-fakta yang sebenarnya
c. Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
d. Ditulis oleh guru yang mengajar dikelas dikelas
e. Menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.

32
8. Pada evaluasi hasil belajar, dilaksanakan secara menyeluruh. Evaluasi
formatif berbeda dari evaluasi sumatif dilihat dari tujuan pelaksanaannya
yaitu ...
a. Evaluasi formatif dilaksanakan untuk menentukan tingkat penguasaan
siswa
b. Evaluasi sumatif dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan proses
pembelajaran
c. Evaluasi sumatif untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan
pembelajaran
d. Evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui tingkat perkembangan
siswa
e. Evaluasi formatif dilaksanakan pada waktu pelaksanaan pada akhir unit,
semester, catur wulan.
9. Sebelum mengajukan pertanyaan, pak guru terlebih dahulu menyajikan data
tentang keadaan sosial masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, pak Budi
sedang menerapkan teknik ...
a. Pendekatan sosial
b. memberi acuan
c. memberi tuntunan
d. mengadakan pemusatan
e. memberi waktu berpikir
10. seorang guru harus menguasai kemampuan bertanya yang baik kepada siswa
dalam pembelajaran. Teknik bertanya adalah cara-cara yang digunakan oleh
guru untuk mengajukan pertanyaan kepada ...
a. sesama guru
b. siswa bermasalah
c. para siswa
d. kepala sekolah
e. wali kelas

33
11. Pertanyaan yang menyebabkan orang melacak pikiran, perasaan, dan
perbuatan sendiri serta menilai keefektifan perbuatan tersebut disebut
pertanyaan ...
a. inventory
b. rhetorical
c. prompting
d. compliance
e. specially
12. Pertanyaan yang bertujuan untuk melancarkan dan mencetuskan gagasan
dalam pemecahan masalah disebut pertanyaan untuk ...
a. menggiring siswa
b. mencari gagasan
c. mengidentifikasi konsekuensi
d. mengungkapkan pikiran dan perbuatan
e. memacu gagasan siswa
13. Seorang guru merancang pembelajaran PPKn dengan tujuan ingin
menanamkan moral kewarganegaraan. Hal ini berarti, guru memberikan
proporsi lebih kepada komponen ...
a. civic mores
b. civic disposition
c. civic character
d. civic competence
e. civic knowledge
14. Guru merancang tujuan PPKn dengan menggabungkan antara komponen
civic knowledge dengan civic disposition. Rancangan tersebut,
memfokuskan pada pembentukan karakter ....
a. commitment
b. competence
c. confidence
d. compromi
e. scientific

34
15. Civics Education paradigma baru menekankan agar siswa memiliki
sejumlah civic competence secara utuh yang meliputi ...
a. civic knowledge, civic dispositions, civic skills
b. civic knowledge, civic skills, civic intellectual
c. civic dispositions, civic values, civic character
d. civic dispositions, civic responsibility, civic values
e. civic dispositions, civic national, civic global
16. Penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refle
Pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas maupun tutorial merupakan...
a. Model pembelajaran
b. Metode pembelajaran
c. Evaluasi pembelajaran
d. Program pembelajaran
e. Media Pembelajaran
17. Pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan
belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga
terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa
atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward
merupakan model pembelajaran...
a. Mind Mapping
b. STAD
c. Jigsaw
d. Debate
e. TGT
18. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan
ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa
dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian
tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai
bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi,
kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh

35
anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi merupakan
model pembelajaran...
a. mind mapping
b. STAD
c. jigsaw
d. debate
e. TGT.
19. Siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca
materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian
presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian
ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru
membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu
merupakan model pembelajaran...
a. mind mapping
b. STAD
c. jigsaw
d. debate
e. TGT
20. Seorang guru harus mampu menyediakan media yang tepat sebagai alat
bantu dalam pembelajaran. Apa saja prosedur dalam memilih media
pembelajaran...
a. identifikasi kebutuhan siswa dan perumusan tujuan.
b. evaluasi,identifikasi kebutuhan siswa dan perumusan tujuan.
c. identifikasi kebutuhan siswa, perumusan tujuan-materi dan evaluasi.
d. identifikasi kebutuhan siswa, perumusan tujuan-materi, perlibatan siswa
dan evaluasi.
e. evaluasi dan tindak lanjut
21. Berbagai macam media yang tepat dapat dipersiapkan oleh guru untuk
kegiatan pembelajaran di kelas. Apa saja posedur dalam menggunakan
media pembelajaran...
a. persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.

36
b. persiapan dan pelaksanaan.
c. pelaksanaan, pengembangan dan perancangan.
d. persiapan dan pengembangan.
e. persiapan dan perancangan
22. Jenis-jenis media yang tersedia dan yang dapat dirancang sendiri oleh guru
untuk pembelajaran, yang disesuaikan dengan materi, karakteristik siswa.
Manakah yang termaksud jenis media visual...
a. radio, grafik dan chart.
b. demonstrasi, chart dan grafik.
c. televisi, radio, dan telepon.
d. grafik,chart dan peta.
e. wallsheets dan over head proyektor (OHP)
23. Jenis-jenis media yang tersedia dan yang dapat dirancang sendiri oleh guru
untuk pembelajaran, yang disesuaikan dengan materi, karakteristik siswa.
Manakah yang termaksud jenis media audio-visual...
a. radio, handphone, televisi
b. film, video dan televisi.
c. wallsheets dan over head proyektor (OHP)
d. radio, televisi dan papan tulis.
e. grafik dan multimedia.
24. Refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat merupakan pengertian
dari...
a. PTK
b. strategi
c. model
d. metode
e. planning
25. Dalam tahapan pelaksanaan tindakan perbaikan di kelas, sebagai peneliti
guru akan...

37
1) Mengidentifikasi dampak tindakan perbaikan yang diberikan dengan
mengamati perilaku siswa
2) Mengidentifikasi penyebab masalah pembelajaran melalui wawancara
dengan siswa
3) Mengajar sebagaimana biasa sesuai jadwal belajar siswa
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 1, 2 dan 3
e. 2, 1 dan 3
26. PTK dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani
mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung
merupakan prinsip...
a. kritik refeksi
b. kritik efektif
c. kritik dialektis
d. kritik kolaboratif
e. kritik resiko
27. Refleksi pada dasarnya adalah ...
1) Mempertanyakan kepada diri sendiri mengapa masalah ini sampai terjadi
dikelasnya
2) Merencanakan berbagai alternatif tindakan yang mungkin dapat
dilakukan
3) Merenungkan dampak dari tindakan-tindakan yang sudah dilakukan
selama ini
a. 1, 2, dan 3
b. 1 dan 2
c. 1 dan 3
d. 2 dan 3
e. 3, 2 dan 1

38
28. Berikut adalah beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar PTK dapat
diterapkan secara kelembagaan, kecuali ...
a. dukungan dari pihak sekolah
b. kebebasan bagi guru untuk melakukan penelitian di kelasnya
c. pengawasan dari Kepala Sekolah
d. kerjasama antar personil sekolah
e. dukungan dana yang memadai
29. Agar mampu mengembangkan RPP dengan efektif dan memberikan hasil
yang signifikan, hal yang paling penting dilakukan sebelum memberikan
tindakan perbaikan adalah…
a. mempelajari proposal PTK
b. menyusun kembali RPP
c. melakukan simulasi perbaikan
d. berdiskusi dengan rekan sejawat
e. memvalidasi RPP
30. Guru PPKn harus mampu dalam menyusun proposal PTK untuk landasan
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Yang dimaksud dengan proposal
PTK pada dasarnya adalah ...
a. penelitian yang dilakukan guru di sekolah
b. prosedur penelitian yang harus dipatuhi guru pada saat melakukan
penelitian
c. rencana penelitian yang diusulkan guru untuk memperbaiki pembelajaran
dikelasnya
d. rencana penelitian sehubungan dengan evaluasi pembelajaran
e. rencana kegiatan penelitian yang diusulkan guru
Kunci Jawaban:
No Jawaban No Jawaban No Jawaban
1. D 11. A 21. A
2. B 12. D 22. D
3. A 13. A 23. B

39
4. A 14. B 24. A
5. A 15. A 25. E
6. C 16. A 26. C
7. A 17. B 27. A
8. D 18. C 28. E
9. D 19. D 29. B
10. C 20. D 30. C

40

Anda mungkin juga menyukai