Anda di halaman 1dari 20

PARADIGMA PKN TERHADAP PEMBELAJARAN ETNOCIVIC

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Etnocivic


Dosen Pengampu : Dr. Wawan Shokib Rondli S.Pd, M.Pd.

Nama Anggota Kelompok 2 :

1. Nevananda Arica Lungdiansari (202033275)


2. Wahidatun Nisa Umasyithoh (202033278)
3. Friska Dyah Ayuk Pratiwi (202033293)
4. Nurul Khasanah (202033294)
5. Miftakhatul Ummayyah (202033295)
6. Khusnul Khotimah (202033300)

UNIVERSITAS MURIA KUDUS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
TAHUN PELAJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya sehinggga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Sholawat serta salam selalu kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
para sahabat, serta kami selaku umatnya. Semoga kita mampu meneladani beliau sebagai
manusia yang berguna.

Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dari
mata kuliah Pembelajaran Etnocivic. Di dalam makalah ini membahas tentang “Paradigma
Pkn Terhadap Pembelajaran Etnocivic”.

Makalah ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak. Terimakasih
kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah yaitu Dr Wawan Shokib Rondli S.Pd,
M.Pd, yang telah memberikan tugas kepada kami dan semua pihak yang telah membantu
memberikan saran serta masukan guna untuk menyampurnakan makalah ini.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh kerena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar makalah kami
menjadi lebih baik dan berguna dimasa yang akan datang.

Kudus, Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A.Latar Belakang....................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah...............................................................................................................5
C.Tujuan.................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................7
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................7
A.Pengertian paradigma baru PKN........................................................................................7
B.Pengertian Pembelajaran Etnocivic....................................................................................7
C.Bagaimana paradigma PKN dapat diterapkan dalam pembelajaran etnoCivic?................7
D.Apa saja manfaat penerapan paradigma PKN dalam pembelajaran etnocivic?.................8
E.Apa saja kendala-kendala yang mungkin muncul dalam penerapan paradigma baru pkn
dalam pembelajaran etnocivic..............................................................................................10
F.Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala tersebut?.....................................................10
G.Bagaimana evaluasi dan penilaian Pembelajaran Etnocivic yang menerapkan paradigma
PKN dilakukan?....................................................................................................................11
H.Bagaimana implementasi pembelajaran etnocivic dengan paradigma PKN di Indonesia?
..............................................................................................................................................14
I.Apa dampak dari penerapan paradigma PKN dalam Pembelajaran Etnocivic terhadap
peningkatan karakter dan keterampilan sosial siswa?..........................................................15
J.Apa tantangan dan peluang yang muncul dari penerapan paradigma PKN dalam
Pembelajaran Etnocivic di masa depan?..............................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
A.Simpulan...........................................................................................................................17
B.Saran.................................................................................................................................17
Soal dan Kunci Jawaban.......................................................................................................18
Glosarium.................................................................................................................................19
Daftar Pustaka..........................................................................................................................20
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paradigma dalam hal ini yang akan dibahas merupakan kesepakatan dari suatu
komunitas Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn), mengenai hal-hal yang bersifat
mendasar seperti: materi pokok keilmuan, sudut pandang atau orientasi, visi dan misi.
PKn (Civic Education) sendiri merupakan mata pelajaran yang bertugas bagaimana
membentuk warga negara yang baik (how a good citizen). Warga negara yang baik
adalah warga negara yang sadar terhadap hak dan kewajibannya. Dengan kesadaran
terhadap hak dan kewajibannya maka seorang warga negara diharapkan menjadi
kritis, partisipatif dan bertanggung jawab. Ukuran warga negara yang baik tentunya
sangat dipengaruhi oleh ideologi nasional masing-masing negara. Bagi bangsa
Indonesia ideologi Pancasila merupakan acuan dalam membina warga negara yang
baik.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sebagai PKn versi
paradigma baru memiliki fungsi memberdayakan warga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara yang sejalan dengan Pancasila. Pengertian paradigma
biasanya disederhanakan sebagai cara berpikir. Arti lain paradigma berarti juga suatu
model atau rancangan pikiran yang digunakan dalam pendidikan kewarganegaraan di
Indonesia. Jadi paradigma baru PKn merupakan cara berpikir baru tentang PKn.
Pada hakikatnya proses pembangunan karakter dan bangsa harus dengan
sengaja dimaksudkan untuk membangun masyarakat bangsa dan negara Indonesia
yang demokratis, religius, beradab, bersatu, dan berkeadilan sosial. Dalam proses
itulah, pembangunan karakter dan bangsa harus disikapi dan diperlakukan sebagai
kebutuhan yang sangat mendesak yang secara konseptual dan programatik
memerlukan pola pemikiran atau paradigma baru. Misi PKn dengan paradigma
barunya adalah mengembangkan pendidikan demokrasi yang secara psiko-pedagogis
dan sosio-andragogis berfungsi mengembangkan tiga karakteristik pokok warga
negara yang demokratis, yakni civic intelligence atau kecerdasan warga negara, civic
responsibility atau tanggung jawab warga negara dan civic participation atau
partisipasi warga negara. Kecerdasan warga negara demokratis yang perlu
dikembangkan bukan hanya kecerdasan rasional melainkan juga dalam kecerdasan
spiritual, emosional dan sosial. Dengan demikian paradigma baru PKn secara
konseptual dan programatik bersifat multidimensional.
Oleh karena itu, kemampuan di atas sangat penting bagi Anda sebagai
mahasiswa calon guru kelas atau guru mata pelajaran PKn di SD. Selain itu,
penguasaan anda mengenai paradigma baru PKn baik tentang kualitas warga negara
yang demokratis maupun pembelajaran untuk mengembangkan warga negara yang
demokratis sangat berguna dalam mengatasi kesulitan memilih dan menyusun materi
serta menentukan model pembelajaran yang cocok untuk pokok bahasan tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian paradigma Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)?
2. Apa itu Pembelajaran Etnocivic?
3. Bagaimana paradigma PKN dapat diterapkan dalam Pembelajaran Etnocivic?
4. Apa saja manfaat penerapan paradigma PKN dalam Pembelajaran Etnocivic?
5. Apa saja kendala-kendala yang mungkin muncul dalam penerapan paradigma
PKN dalam Pembelajaran Etnocivic?
6. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala tersebut?
7. Bagaimana evaluasi dan penilaian Pembelajaran Etnocivic yang menerapkan
paradigma PKN dilakukan?
8. Bagaimana implementasi pembelajaran etnocivic dengan paradigma PKN di
Indonesia?
9. Apa dampak dari penerapan paradigma PKN dalam Pembelajaran Etnocivic
terhadap peningkatan karakter dan keterampilan sosial siswa?
10. Apa tantangan dan peluang yang muncul dari penerapan paradigma PKN dalam
Pembelajaran Etnocivic di masa depan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian paradigma Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)?
2. Mengetahui itu Pembelajaran Etnocivic?
3. Mengetahui paradigma PKN dapat diterapkan dalam Pembelajaran Etnocivic?
4. Mengetahui saja manfaat penerapan paradigma PKN dalam Pembelajaran
Etnocivic?
5. Mengetahui kendala-kendala yang mungkin muncul dalam penerapan paradigma
PKN dalam Pembelajaran Etnocivic?
6. Mengetahui cara mengatasi kendala-kendala tersebut?
7. Mengetahui evaluasi dan penilaian Pembelajaran Etnocivic yang menerapkan
paradigma PKN dilakukan?
8. Mengetahui implementasi pembelajaran etnocivic dengan paradigma PKN di
Indonesia?
9. Mengetahui dampak dari penerapan paradigma PKN dalam Pembelajaran
Etnocivic terhadap peningkatan karakter dan keterampilan sosial siswa?
10. Mengetahui tantangan dan peluang yang muncul dari penerapan paradigma PKN
dalam Pembelajaran Etnocivic di masa depan?
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian paradigma baru PKN


Paradigma baru PKn sering disebut sebagai pendidikan kewarganegaraan yang
bermutu karena dalam paradigma pendidikan kewarganegaraan mencakup tiga aspek
keilmuan, yaitu civic knowledge, civic skills, civic dispotition. Paradigma baru ini
merupakan upaya untuk menggantikan paradigma lama PKn(PPKn), yang antara lain
bercirikan struktur keilmuan yang tidak jelas, materi disesuaiakan dengan kepentingan
politik rezim (hegemoni penguasa), memiliki visi untuk memperkuat state building
( negara otoriter birokratis; kooptasi negara) yang bermuara pada posisi warga negara
sebagai kaula atau obyek yang sangat lemah ketika berhadapan dengan penguasa.
Akibat dari kondisi ini, PKn semakin sulit untukmengembangkan karakter warga
negara yang demokratis, sehingga menjadi lahan subur bagi berkembangnya
otoriterisme.

B. Pengertian Pembelajaran Etnocivic


Pembelajaran Etnocivic merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
menggabungkan antara etnografi dan kewarganegaraan. Dalam pembelajaran ini,
siswa akan belajar mengenai budaya, nilai, norma, dan kearifan lokal suatu
masyarakat serta bagaimana masyarakat tersebut berinteraksi dan berpartisipasi dalam
kehidupan bernegara. Pembelajaran Etnocivic bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap masyarakat multikultural dan membentuk karakter serta
keterampilan sosial siswa agar mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dengan baik dan benar.

C. Bagaimana paradigma PKN dapat diterapkan dalam pembelajaran etnoCivic?


Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dapat diterapkan dalam
Pembelajaran Etnocivic dengan mengutamakan pemahaman dan pengembangan
keterampilan siswa dalam berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi dan
masyarakat multikultural. Paradigma PKN mengajarkan nilai-nilai demokrasi, hak
asasi manusia, keadilan, toleransi, dan persamaan serta cara-cara untuk
mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Dalam Pembelajaran Etnocivic, paradigma PKN dapat diaplikasikan
dalam pembelajaran yang bersifat partisipatif, kolaboratif, dan inklusif sehingga siswa
dapat memahami perbedaan budaya, nilai, dan norma yang ada dalam masyarakat
serta mampu berinteraksi dan berpartisipasi dalam masyarakat tersebut dengan baik
dan benar. Selain itu, penerapan paradigma PKN juga akan membantu siswa
memahami pentingnya menghargai hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.penerapan civic skills dan
karakter kewarganegaraan dalam PBK ? Tentang hal ini dapat dijelaskan bahwa
tuntutan dalam PKn untuk mengembangkan ketrampilan dan karakter
kewarganegaraan, sesungguhnya telah terakomodasi dalam CTL maupun portofolio.
Hal itu dapat ditunjukkan, misalnya ketika siswa diminta untuk menentukan
posisi/sikap tentang isu kewarganegaraan hal ini termasuk dalam komponen
konstruktivisme dari CTL. Kemudian misalnya, ketika siswa dituntut untuk
melakukan bertanya , berdskusi secara sopan-santun, bernegoisasi, melakukan
konsensus , hal ini termasuk komponen bertanya dan masyarakat belajar dari CTL.

D. Apa saja manfaat penerapan paradigma PKN dalam pembelajaran etnocivic?


1. Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) merupakan materi substansi
yang harus diketahui oleh warga negara. Pada prinsipnya pengetahuan yang harus
diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak-kewajiban /peran sebagai
warga negara dan pengetahuan yang mendasar tentang struktur dan sistem politik
pemerintahan dan sistem sosial yang ideal sebagaimana terdokumentasi dalam
Pancasila dan UUD 1945, maupun yang telah menjadi konvensi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara serta nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis
serta cara – cara kerjasama untuk mewjudkan kemajuan bersama dan hidup
berdampingan secara damai dalam masyarakat internasional.
2. Ketrampilan KewarganegaraanKetrampilan kewarganegaraan (civic skills),
merupakan ketrampilan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan,
agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat
dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan
bernegara. Civic skills mencakup intelectual skills (ketrampilan intelektual) dan
participation skills (ketrampilan partisipasi). Ketrampilan intelektual yang
terpenting bagi terbentuknya warga negara yang berwawasan luas, efektif dan
bertanggung jawab antara lain adalah ketrampilan berpikir kritis. Ketrampilan
berpikir kritis meliputi mengidentifikasi, menggambarkan / mendeskripsikan,
menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan
pendapat yang berkenaan dengan masalah –masalah publik. Ketrampilan
intelektual tampak ada upaya diakomodasi KBK Kewarganegaraan (2004) yang
secara komplit dinyatakan dalam Praktek Pembelajaran Kewarganegaraan
diharuskan adanya pengembangan dan penerapan cara berpikir kritis, rasional, dan
kreatif untuk mendukung kompetensi dasar. Juga dapat ditemui pada indikator,
meskipun belum memadai bahkan masih ada kemampuan “menyebutkan” sebagai
sesuatu kemampuan yang sangat rendah dan tidak termasuk dalam kategori
berpikir kritis masih digunakan Pentingya ketrampilan partisipasi dalam
demokrasi telah digambarkan oleh Aristoteles dalam bukunya Politics (340)
(dalam Branson, dkk., 1999 : 4). Aristoteles menyatakan, “Jika kebebasan dan
kesamaan sebagaimana menurut sebagaian pendapat orang dapat diperoleh
terutama dalam demokrasi, maka kebebasan dan kesamaan itu akan dapat dicapai
apabila semua orang tanpa kecuali ikut ambil bagian sepenuhnya dalam
pemerintahan”. Dengan kata lain cita – cita demokrasi dapat diwujudkan dengan
sesungguhnya bila setiap warga negara dapat berpartisipasi dalam
pemerintahannya.
3. Karakter Kewarganegaraan
Karakter kewarganegaraan (civic dispositions), merupakan sifat – sifat yang harus
dimiliki setiap warga negara untuk mendukung efektivitas partisipasi politik,
berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya martabat dan harga diri
dan kepentingan umum. Dalam KBK Kewarganegaraan (2003) tentang karakter
kewarganegaraan belum dikembangkan secara baik dan lengkap. Dikatakan
demikian, karena karakter kewarganegaraan belum terumuskan pada setiap
kompetensi dasar, hasil belajar maupun indikatornya. Begitu pula meskipun telah
disentuh karakter publik (misalnya : mematuhi perundang – undangan nasional;
mengapresiasi dinamika politik Indonesia ) namun karakter publik yang kritis
terhadap undang – undang maupun terhadap sistem politik maupun rejim tampak
kurang diperhatikan padahal hal ini sangat penting dalam masyarakat demokratis.
Supaya segala produk undang – undang sejalan dengan aspirasi dan di bawah
kontrol masyarakat. Sehingga misalnya dalam praktek pembelajaran
kewarganegaraan perlu dimasukkan karakter publik yang berupa
“Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat “. Sedangkan untuk
karakter privat dalam KBK juga nasibnya sama dengan karakter publik. Misalnya,
karakter privat ini dapat dipahami dengan rumusan “membiasakan diri
mengemukakan pendapat secara benar dan bertanggung jawab”, “membiasakan
diri melaksanakan budaya demokrasi di lingkungan masyarakat”. Dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kondisi transisional dan sangat
dinamis, dimana antara fakta dan isu; benar dan salah cenderung berkembang
menjadi kabur (absurd) atau “dikaburkan”.

D. Apa saja kendala-kendala yang mungkin muncul dalam penerapan paradigma


baru pkn dalam pembelajaran etnocivic
1. Pertama kurikulum yang terlalu berat Konten kurikulum untuk tingkat SD terlalu
tinggi dibandingkan kemampuan anak usia SD.
2. Kedua kurangnya kemampuan dalam menangkap kata kunci dalam SK dan KD.
Dalam melakukan penelaah terhadap SK dan KD selama ini, guru masih banyak
kekeliruan.
3. Ketiga, tidak adanya teman belajar, kurangnya motivasi, kurang tersedianya
waktu, dan metode diskusi dan tanya jawab yang pada umumnya menyulitkan
siswa.

E. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala tersebut?


Beberapa kendala yang mungkin muncul dalam penerapan paradigma PKN
dalam Pembelajaran Etnocivic antara lain kurangnya sumber daya, terbatasnya waktu,
kurangnya pengalaman atau pemahaman guru dalam mengimplementasikan
pembelajaran inklusif, serta adanya perbedaan pandangan atau persepsi siswa
mengenai nilai-nilai yang diajarkan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut,
beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memaksimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia, termasuk buku, media
pembelajaran, dan teknologi informasi dan komunikasi.
2. Mengatur jadwal pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga dapat mencakup
materi yang diinginkan.
3. Memberikan pelatihan atau bimbingan kepada guru mengenai strategi dan teknik
pembelajaran inklusif yang efektif.
4. Melibatkan orang tua atau masyarakat dalam pembelajaran untuk meningkatkan
partisipasi dan dukungan mereka.
5. Memperkuat komunikasi dan dialog antara guru dan siswa untuk menyelesaikan
perbedaan pandangan atau persepsi terhadap nilai-nilai yang diajarkan.
6. Mengembangkan kurikulum yang inklusif dan berbasis kearifan lokal, sehingga
siswa dapat memahami dan menghargai perbedaan budaya, nilai, dan norma yang
ada dalam masyarakat.
7. Melibatkan komunitas lokal dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat
belajar langsung dari praktisi atau tokoh masyarakat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan tentang kearifan lokal dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.
8. Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif dan kolaboratif, sehingga
siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan berdiskusi dengan teman
sekelas mengenai isu-isu yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
9. Memberikan bimbingan dan pendampingan kepada siswa dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan partisipatif dan kolaboratif di luar kelas yang berkaitan dengan
pembelajaran Etnocivic.
10. Melakukan evaluasi dan penilaian pembelajaran secara berkelanjutan dan
menggunakan instrumen penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
Etnocivic dan paradigma PKN.

F. Bagaimana evaluasi dan penilaian Pembelajaran Etnocivic yang menerapkan


paradigma PKN dilakukan?
Penilaian pembelajaran PKN menitikberatkan pada penilaian kepribadian.
Penilaian kepribadian dilakukan dengan cara mengamati perubahan perilaku dan
sikap guna menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik. Sedangkan
untuk mengukur aspek kongnitif dapat dilakukan dengan melakukan ujian, ulangan
dan penugasan. Berikut macam-macam penilaian pembelajaran pkn :
1. Penilaian Projek
Penilaian projek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode waktu
tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data.
Hasil belajar dapat dinilai ketika siswa melakukan proses suatu projek misalnya:
 Merencanakan investigasi
 Bekerja dalam tim
 Arahan diri

Selain itu hasil apabila dinilai pada produk suatu proyek, misalnya:
 Mengidentifikasikan dan menggumpulkan informasi
 Menganalisis data
 Mengkomunikasikan hasil
Penilaian proyek dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam
mengkomunikasikan temuan-temuan dengan bentuk yang tepat dalam hal
mempresentasikan hasil melalui laporan tulis.

2. Penilaian sikap
Dalam penilaian sikap, objek sikap yang dapat dinilai dalam proses
pembelajaran yaitu:
 Sikap terhadap materi pelajaran
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran.
Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan
berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan
lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
 Sikap terhadap guru atau pengajar
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik
yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung
mengabaikan hal-hal yang diajarkan.
 Sikap terhadap proses pembelajaran
Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana
pembelajaran, strategi, metodelogi, dan teknik pembeljaran yang
digunakan.
 Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan
suatu materi pelajaran.
Dalam PKN, banyak sekali objek sikap yang menjadi isi dalam standar isi baik
distandar kompetensi maupun kompetensi dasar.
Berkaitan dengan pembelajaran PKN yang bercirikan penilaian kepribadian,
tampak bahwa teknik penilaian yang dekat dengan karakteristik ini adalah teknik
penilaian sikap. Hal demikian dirasakan tepat oleh karena sejalan dengan ide pokok
PKN yang ingin membentuk karakter warga Negara ideal (BSNP, 2006). Meskipun
demikian pengembangan sikap tidak bisa dipisahkan dari dimensi pengetahuan.
Dimensi kognitif, afektif, psikomotorik dlam PKN dinyatakan dengan pengetahuan
kewarganegaraan, sikap/watak kewarganegaraan dan keterampilan kewarganegaraan
( Branson, 1998 ; 1999 ). Untuk mengukur aspek kognitif siswa, maka dapat
dilakukan dengan berbagai ulangan dan penugasan.
Sebagaimana telah dikemukakan, penyusunan instrument penilaian didasarkan
atas indikator. Indikator pencapaian tujuan hasil belajar dibuat sendiri oleh guru.
Setelah indikator dirumuskan maka dapat ditentukan pula instrument penilaiannya.
Penentuan instrument penilaian disesuaikan dengan karakteristik dimensi baik dalam
kompetensi dasar maupun indicator. Jika kompetensi dasarnya menekankan pada
ranah pengetahuan kewarganegaraan maka instrument penilaiannya adalah yang
mampu mengukur pengetahuan kewarganegaraan peserta didik. Jika kompetensi
dasarnya menekankan pada ranah sikap kewarganegaraan maka instrument
penilaiannya mampu mengukur sikap kewarganegaraan peserta didik. Sedangkan
jika kompetensi dasarnya menekankan pada ranah kecakapan kewarganegaraan
maka instrument penilaiannya adalah mengukur kecakapan kewarganegaraan peserta
didik.
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan pendekatan baru yang akhir-akhir ini sering
diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan disekolah.
Tujuan penilaian portofolio:
- Menghargai perkembangan yang dialami siswa
- Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung
- Memberi perhatian pada hasil kerja siswa yang terbaik
- Meningkatkan efektifitas proses pembelajaran
- Membina pertumbuhan konsep diri positif pada siswa

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika merancang penilaian portofolio:

- Menentukan tujuan apakah akan memantau proses atau mengevaluasi hasil


akhir.
- Isi portofolio harus sesuai dengan tujuan yang akan dinilai.
- Guru harus menentukan seleksi terhadap hasil kerja siswa
- Membedakan portofolio kelompok dan individual.
4. Penilaian Hasil Kerja
Penilaian hasil kerja siswa adalah penilaian terhadap keterampilan siswa dalam
membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk tersebut.
Dalam membuat suatu hasil karya ada tiga tahap yang haarus dilalui siswa yaitu:
- Tahapan perencanaan
- Tahap produksi
- Dan tahap akhir

Penilaian hasil kerja biasanya digunakan guru untuk:

- Menilai penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum


mempelajari keterampilan.
- Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada akhir jenjang
- Dan menilai keterampilan siswa yang memasuki institusi pendidikan
kejuruan.

G. Bagaimana implementasi pembelajaran etnocivic dengan paradigma PKN di


Indonesia?
Dalam penerapan pendidikan karakter pada pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan dapat terlihat mulai dari awal pembelajaran sampai kepada kegiatan
penutup. Proses mengimplementasikn nilai-nilai pendidikan karakter dalam
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Perencanaan Proses Pengimplementasian nilai-nilai pendidikan karakter dilakukan
sesuai dengan rancangan yang telah dibuat oleh Kemendikbud. Implentasi nilai
pendidikan karakter pada saat proses pembelajaran di kelas berpacu kepada
kompetensi dasar dan indikator. Dalam pembuatan silabus dan RPP memuat nilai-
nilai pendidikan karakter yang akan dimasukan ke dalam indikator pembelajaran.
Sehingga, nantinya nilai pendidikan karakter. Yang termuat dalam indikator akan
dilakukan pada saat proses pembelajaran. Dengan kata lain, pada proses pembuatan
RPP pendidik juga harus bisa memperhatikan indikator pencapaian pembelajarannya.
Sehingga, dari indikator tersebut pendidik dapat mengetahui nilai karakter apa saja
yang perlu diadakan pada proses pembelajaran di kelas.
2. Pelaksanaan Pada proses pelaksanaan pengimplementasian nilai pendidikan karakter
pada peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Menurut Hardini,
menyebutkan bahwa dalam melakukan implementasi nilai pendidikan karakter pada
proses pembelajaran dapat dilakukan melalui strategi pembelajaran sebagai berikut,
diantaranya (a) ceramah, (b) demontrasi, (c) diskusi, (d) simulasi, dan (e) praktik
pengalaman belajar lapangan.Selain dengan menerapkan strategi seperti yang telah
disampaikan diatas pemilihan media pembelajaran juga dapat mempengaruhi proses
pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukannya pemilihan media pembelajaran yang
sesuai dan tepat dengan kebutuhan peserta didiknya agar bisa mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif.

H. Apa dampak dari penerapan paradigma PKN dalam Pembelajaran Etnocivic


terhadap peningkatan karakter dan keterampilan sosial siswa?
PKn sangat strategis dalam pembentukan karakter bangsa, secara substansi
pendidikan kewarganegaran dimanfaatkan sebagai wahana untuk tujuan tertentu
sesuai dengan kepentingan setiap rezim yang sedang berkuasa di Indonesia. PKn
sebagai salah satu pilar penyangga dalam pembentukan karakter dan jati diri bangsa
yang artinya bahwa PKn mendidik warga negara menjadi warga negara yang baik
(good citizen), warga negara yang cerdas (smart citizen) dalam menghadapi
perkembangan dunia pada era kompetitif dalam memecahkan masalah-masalah sosial
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. PKn bertujuan untuk menghidupkan
karakter warga negara yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, antara lain nilai
ketaqwaan, nilai keimanan, nilai kejujuran, nilai kepedulian, hingga nilai etika atau
sopan santun. PKn menjadi salah satu sarana yang tepat untuk mengimplementasikan
nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran PKn kepada peserta didik, karena pada
dasarnya tujuan PKn adalah untuk menciptakan peserta didik menjadi generasi muda
yang berakhlak mulia, menjadi warga negara yang demokratis dan berkarakter sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.

I. Apa tantangan dan peluang yang muncul dari penerapan paradigma PKN
dalam Pembelajaran Etnocivic di masa depan?
a. Tantangan Penerapan Pancasila
Berikut tantangan penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
1. Munculnya paham atau pemikiran baru yang bertentangan dengan nilai-nilai
dan ideologi Pancasila.
2. Masuknya budaya asing yang mengikis budaya asli Indonesia.
3. Masuknya kebiasaan dan informasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.
b. Peluang penerapan PKN
Peluang penerapan PKN merupakan kesempatan dan usaha mencapai persatuan
dan kesatuan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila. Peluang penerapan Pancasila
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di era globalisasi dan digital seperti
sekarang, peluang penerapan Pancasila bisa dilakukan menggunakan teknologi
informasi. Dengan teknologi informasi kita bisa mengampanyekan nilai-nilai Pancasila
ke seluruh dunia dengan mudah dan cepat. Sehingga, praktik kehidupan sehari-hari
yang berpedoman pada Pancasila bisa menjadi insipirasi negara-negara lain di dunia.
Contohnya bahan kampanye Indonesia kepada negara-negara lain di dunia seperti
kerukunan dalam keberagaman di Indonesia yang disebarluaskan melalui teknologi
informasi. Selain itu, Pancasila sebagai ideologi negara yang terbuka juga dapat
menyerap nilai-nilai baru yang bermanfaat dan tidak menyimpang dengan nilai-nilai
sebelumnya bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Paradigma baru PKn sering disebut sebagai pendidikan kewarganegaraan yang
bermutu karena dalam paradigma pendidikan kewarganegaraan mencakup tiga aspek
keilmuan, yaitu civic knowledge, civic skills, civic dispotition. Sedangkan pembelajaran
Etnocivic merupakan suatu bentuk pembelajaran yang menggabungkan antara etnografi dan
kewarganegaraan. Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dapat diterapkan dalam
Pembelajaran Etnocivic dengan mengutamakan pemahaman dan pengembangan keterampilan
siswa dalam berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi dan masyarakat multikultural.
Untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran ini seperti memaksimalkan sumber daya,
mengatur jadwal pembelajaran, memberikan pelatihan pada guru, melibatkan komunikasi
guru antara siswa dan orang tua. Selain itu terdapat penilaian seperti penilaian projek,
penilaian sikap, penilaian portofolio, dan hasil kerja. Implementasi pembelajaran etnocivic
dapat diimplementasikan melalui pendidikan karakter. Dampak dari pembelajaran ini
menciptakan siswa menjadi generasi yang berakhlak mulia, serta menjadi warga negara yang
berkarakter sesuai nilai-nilai pancasila.

B. Saran
Paradigma PKn terhadap pembelajaran etnocivic diharapkan dapat mengembangkan
pendidikan demokrasi dengan 3 (tiga) fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan
warga negara (civic intelligence), membina tanggung jawab warga negara (civic
responsibility), dan mendorong partisipasi warga negara (civic participation). Kemampuan di
atas sangat penting sebagai mahasiswa calon guru kelas atau guru mata pelajaran PKn di SD.
Selain itu, penguasaan kita mengenai paradigma baru PKn baik tentang kualitas warga negara
yang demokratis sangat berguna dalam mengatasi kesulitan memilih dan menyusun materi
serta menentukan model pembelajaran yang cocok untuk pokok bahasan tertentu.

Soal dan Kunci Jawaban


Glosarium
Daftar Pustaka

(Cholisin, 2019)Cholisin. (2019). Pengembangan Paradigma Baru Pendidikan


Kewarganegaraan (Civic Education) Dalam Praktek Pembelajaran Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
(Sapriyadi, 2014)Sapriyadi, U. S. W. dan. (2014). Paradigma Baru PKn di SD/MI.
Repository UT, h.2.

Anda mungkin juga menyukai