Anda di halaman 1dari 45

MODUL 3 PPG PPKn

KONSEP DASAR KEILMUAN


KEWARGANEGARAAN

Penulis:

RAMSUL NABABAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
2022
KATA PENGANTAR

Tiada rangkaian kata yang terindah selain mengucapkan puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan lindungan-Nya,
sehingga pada kesempatan ini tim penulis modul Pendidikan Profesional Guru
(PPG) mata pelajaran PPKn telah berhasil menyelesaikan Modul 3 PPG PPKn
tahun 2022 yang berjudul: “Konsep Dasar Keilmuan Kewarganegaraan”
Sebagai salah satu tugas pokok dalam penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Modul 3 PPG PPKn tahun 2022 yang berjudul: Konsep Dasar Keilmuan
Kewarganegaraan ini bertujuan agar para guru PPKn peserta PPG 2022
menguasai materi dan aplikasi materi bidang studi PPKn yang mencakup : a).
konsep, prinsip, prosedur, dan metode keilmuan serta nilai, norma, dan moral
yang menjadi muatan kurikulum dan proses pembelajaran dan/atau pembudayaan
dalam konteks pendidikan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
bangsa dan kewarganegaraan di sekolah dan/atau masyarakat;b.) struktur,
metode, dan spirit keilmuan kewarganegaraan, hukum, politik kenegaraan, sejarah
perjuangan bangsa, dan disiplin lainnya berlandaskan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi
landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
ber- Bhinneka Tunggal Ika dalam keberagaman yang kohesif dan utuh, c) isu-isu
dan/ atau perkembangan terkini kewarganegaraan meliputi bidang ideologi,
politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam
konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), termasuk advance materials secara bermakna yang
dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofis), dan “
bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari; Berdasarkan tujuan
tersebut maka setiap kegiatan belajar (KB) modul 3 ini, memiliki keterkaitan dan
relevansi antara satu dengan yang lain.
KB 1 membahas tentang bagaimana Konsep Dasar, Prinsip dan Prosedur
Pembelajaran PPKn, KB 2 membahas tentang bagaimana Struktur, Metode dan
Spirit Keilmuan Kewarganegaraan, KB 3 membahas tentang Konsep Kajian

ii
Keilmuan Kewarganegaraan Berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, dan KB 4
membahas tentang Isu-isu Kewarganegaraan.
Penyelesaian Modul 3 PPG PPKn tahun 2022 yang berjudul : Konsep Dasar
Keilmuan Kewarganegaraan, tidak luput dari dukungan, bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu selama proses
pengerjaan modul ini:
1. Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta
jajarannya.
2. Penyelia Modul PPG PPKn 2022 Prof. Dr. Sapriya, M.Ed dan Dr.
Mohammad Mona Adha, M.Pd.
3. Rektor Universitas Negeri Medan beserta jajarannya.
4. Tim Modul PPG PPKn 2022
5. Keluarga dan teman sejawat di Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Universitas Negeri Medan.
Terlalu banyak yang telah penulis terima dari mereka semua, semoga Tuhan Yang
Maha Esa memberikan imbalan yang lebih baik dari yang telah mereka berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih memerlukan masukan dan
kritikan, maka dengan tangan terbuka dan hati yang lapang, penulis sangat
menerima adanya kritik dan saran konstruktif untuk meningkatkan kualitas
penulisan modul PPG PPKn ini di masa yang akan datang, dengan harapan modul
ini dapat menjadi bermanfaat bagi kita semuanya. Amiin

Medan, 27 Juni 2022

Penulis

iii
KEGIATAN BELAJAR 1:
KONSEP DASAR, PRINSIP DAN
PROSEDUR PEMBELAJARAN PPKn

iv
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................1


A. PENDAHULUAN ................................................................................................1
1. Deskripsi Singkat .............................................................................................1
3 Relevansi ............................................................................................................3
3. 4B. KEGIATAN INTI ................................................................................5
5 Capaian Pembelajaran .....................................................................................5
5 Uraian Materi....................................................................................................6
a6
b17 ..................................................................................................................... 233. Conto
4. Forum Diskusi.......................................................................................................31
C. PENUTUP ............................................................................................................33
33 Rangkuman .....................................................................................................33
34 Tes Formatif ....................................................................................................34
37 Daftar Pustaka ................................................................................................38

v
A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat
Upaya untuk menyiapkan guru profesional PPKn, Modul 3 ini akan diawali
dengan kegiatan belajar satu (KB 1) dengan membahas materi tentang konsep
dasar, prinsip dan prosedur pembelajaran PPKn, sehingga secara umum akan
membahas tentang kesiapan dan kemapanan guru yang profesional dalam
mendidik dan mengajar para peserta didiknya, sehingga dibutuhkan kemampuan
memahami dan mengimplementasikan konsep dasar, prinsip dan prosedur
pembelajaran PPKn, hal ini menjadi sebuah upaya guru secara komprehensif
dalam mengembangkan kompetensi guru PPKn dari sudut kemampuan pedagogis
atau bekal awal bagi guru PPKn untuk secara baik menguasai pembelajaran PPKn
dari segi keilmuannya. Secara khusus kegiatan belajar ini membantu guru PPKn
untuk memahami dan mampu mengaplikasikan pembelajaran PPKn baik dilihat
dari sudut perspektif konsep, prinsip, dan prosedur pembelajarannya.

Sesuai dengan amanat undang-undang no 14 tahun 2005, guru harus memiliki


kompetensi pedagogik, dengan tujuan kemampuan atau keterampilan guru dalam
mengelola proses pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan peserta
didik. Dalam kompetensi ini terdapat 7 aspek yang wajib dikuasai, diantaranya;

● Karakteristik para peserta didik

● Teori belajar serta prinsip pembelajaran yang mendidik

● Pengembangan kurikulum

● Pembelajaran yang mendidik

● Pengembangan potensi para peserta didik

● Cara berkomunikasi

● Evaluasi dan evaluasi belajar

1
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kemudian dalam Pasal 3 dijelaskan lebih lanjut bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Pasal 37 disebutkan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu


mata pelajaran yang wajib dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah di
Indonesia, dan untuk itu dikembangkan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang diharapkan dapat menjadi wahana edukatif dalam
mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Semangat Bhinneka Tunggal Ika dan
komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia

Konsep dasar, prinsip dan prosedur pendidikan pancasila dan kewarganegaraan


merupakan suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk
mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan
aktif dalam masyarakatnya yang berlandaskan nilai-nilai pancasila, mencakup
pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah atau secara formal, informal
dan non formal, seperti yang terjadi di lingkungan sekolah, keluarga, organisasi
keagamaan, organisasi kemasyarakatan, dan pengalaman komunikasi serta
berinteraksi dalam media sosial.

Menurut Winataputra (2016) muatan pada PPKn dalam rangka mencerdaskan


kehidupan bangsa yakni menumbuhkembangkan kecerdasan kewarganegaraan
civic intelligence yang merupakan prasyarat untuk pembangunan demokrasi
dalam arti luas, yang mempersyaratkan terwujudnya budaya kewarganegaraan

2
atau civic culture sebagai salah satu determinan tumbuh-kembangnya negara
demokrasi.

Guru yang memiliki kompetensi dalam mengembangkan konsep dasar, prinsip


dan prosedur proses pembelajaran PPKn harus memahami bagaimana kedudukan
mata pelajaran PPKn sebagai pendidikan nilai, moral/karakter pancasila dan
pengembangan kapasitas psikososial peserta didik secara runtut dan terpadu
dengan komitmen pengembangan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
dan perwujudan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Dengan demikian prinsip pembelajaran PPKn bermanfaat untuk membangun


manusia sebagai insan yang menekankan pada manusia yang berharkat,
bermartabat, bermoral, dan memiliki jati diri serta karakter tangguh baik dalam
sikap mental, daya pikir maupun daya ciptanya. Dalam proses pembelajaran PPKn
guru perlu memperhatikan peserta didik dalam pengembangan proses pembiasaan,
kematangan moral, dan penguasaan pengetahuan peserta didik untuk memperkuat
pembangunan watak, seperti penghargaan respect dan tanggung jawab
responsibility sebagai warga negara demokratis dan taat hukum democratic and
lawfull. Hal ini berarti pembentukan moralitas merupakan fokus yang perlu
diwujudkan dalam pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.

2. Relevansi
Modul 3 yang membahas tentang konsep dasar keilmuan PPKn pada diklat
Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan ini sangat penting dan relevan
menjadi mata latih peserta PPG dalam jabatan. Hal tersebut dikarenakan salah
satu kompetensi mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru PPKn yang
profesional adalah pemahaman tentang konsep dasar keilmuan PPKn terutama
dalam kaitannya dengan mengenali konsep dasar, prinsip, dan prosedur
pembelajaran PPKn, yang memuat nilai, norma, dan moral yang menjadi muatan
kurikulum dan proses pembelajaran dan/atau pembudayaan dalam konteks
pendidikan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa dan
kewarganegaraan di sekolah dan/atau masyarakat, struktur, metode, dan spirit
keilmuan kewarganegaraan, hukum, politik kenegaraan, sejarah perjuangan

3
bangsa, dan disiplin lainnya yang berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 sebagai hukum dasar dan menjadi landasan
konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang ber-
Bhinneka Tunggal Ika dalam keberagaman yang kohesif dan utuh serta Isu-isu
dan/atau perkembangan terkini kewarganegaraan meliputi bidang ideologi, politik,
hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam konteks
lokal, nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), termasuk advance materials.
Konsepsi advance materials yang dimaksud, yaitu dengan menguasai materi
ataupun bahan ajar yang akan diajarkan dan menguasai cara untuk
membelajarkannya dengan kemampuan secara bermakna yang dapat menjelaskan
aspek, “apa” (tertuju pada konten), “mengapa” (sebagai bentuk pemikiran yang
filosofis), dan “bagaimana” (wujud dari penerapan) dalam kehidupan sehari-hari,
hal ini sangat berpengaruh dalam konstelasi kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.

3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 1 (KB 1) ini, ada beberapa hal yang
harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi KB 1 ini.
Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan
penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian permulaan terhadap tema cinta tanah air dan bela negara
dengan mencari beberapa referensi yang relevan.
3. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 1 pada modul 1 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 1.
4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk itu,
berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat, berkaitan
dengan latihan soal yang telah disediakan pada KB 1 ini.

4
5. Bila Anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat, atau
bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
6. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil.

B. KEGIATAN INTI

1. Capaian Pembelajaran
Dalam upaya mewujudkan guru profesional PPKn melalui kegiatan belajar satu
(KB 1) pada modul 3 ini, guru diharapkan mampu melaksanakan proses
pembelajaran yang memesona dan meneladani pada mata pelajaran PPKn dengan
dilandasi empat pondasi kuat yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka
Tunggal Ika. Sehingga dapat memiliki cakupan dalam menguasai materi dan
mengaplikasikan bidang keilmuan PPKn yang mencakup:
a. Konsep, prinsip, prosedur, dan metode keilmuan serta nilai, norma, dan
moral yang menjadi muatan kurikulum dan proses pembelajaran dan/atau
pembudayaan dalam konteks pendidikan Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa dan kewarganegaraan di sekolah dan/atau masyarakat;
b. Struktur, metode, dan spirit keilmuan kewarganegaraan, hukum, politik
kenegaraan, sejarah perjuangan bangsa, dan disiplin lainnya yang berlandaskan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai hukum
dasar dan menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika dalam keberagaman yang kohesif
dan utuh,
c. Isu-isu dan/ atau perkembangan terkini kewarganegaraan meliputi bidang
ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan
agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk advance materials. Konsepsi
advance materials yang dimaksud, yaitu dengan menguasai materi ataupun bahan
ajar yang akan diajarkan dan menguasai cara untuk membelajarkannya dengan

5
kemampuan secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek, “apa” (konten),
“mengapa” (filosofis), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari;

2. Uraian Materi

a. Konsep Dasar PPKn

1) Pendidikan Budi Pekerti Sebagai Prakonsepsi PPKn Di Indonesia


Masih teringat dalam histori memori kita bahwa Indonesia pernah melahirkan
Bapak pendidikan nasional yang sangat filosofis di ranah pendidikan. Dialah
Bapak Ki Hadjar Dewantara yang mana pesan dan sumbangsihnya begitu banyak
di dunia pendidikan termasuk dalam hal morality. Melalui konsep pendidikan
Taman Nasional terlahirlah gagasan Budi Pekerti sebagai upaya membentuk
pribadi manusia atau warganegara yang berbudi pekerti sehingga terbentuklah
rasa kebangsaan yang suci, ketertiban dan kedamaian lahir batin (Winataputra,
2015). Hal inilah yang menjadi cikal bakal konsepsi awal Indonesia pernah
memiliki dan mengimplementasikan Pendidikan Kewarganegaraan dalam bingkai
Budi Pekerti sebagai prakarsa ide Bapak pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara.

Sitasi di atas menunjukkan bahwa pendidikan budi pekerti adalah embrio atau
konsep awal pendidikan
Gambar 1.1. Ki Hadjar Dewantara
kewarganegaraan (PPKn) di Indonesia.
Dengan menggagas PPKn sebagai
pendidikan morality menunjukkan
bahwa Indonesia punya konsep khusus
dalam mengusung pendidikan
kewarganegaraan yang berfokus pada
pengembangan aspek moral seorang
Sumber: rimatrian.blogspot.com
warganegara.

Konsep awal tersebut berkembang seiring dengan dinamika kewarganegaraan di


Indonesia serta pengaruh histori dan terutama gejolak ekspansi pemerintahan
hindia belanda mengakibatkan konsep tersebut mulai perlu ditegakkan secara
tegas dengan nomenklatur yang lugas dan eksplisit sejak sekitar tahun 1960-an.

6
Nomenklaturnya berkambang dan terbentuk menjadi Civics sebagai bentuk
generasi pertama PKn di Indonesia.

Pendidikan kewarganegaraan dalam wujudnya yang sekarang yaitu mata pelajaran


PKn bertujuan terbentuknya warga negara yang cerdas, berkarakter dan terampil
sesuai yang diamanatkan Pancasila dan UUD Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945 yang termaktub dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.

2) Civics Sebagai Bentuk Awal PKn di Indonesia


Pendidikan Kewarganegaraan (civics education) di dunia diperkenalkan pada
tahun 1790 di Amerika Serikat dalam upaya membentuk warga negara yang baik.
Civics pertama kali dikenalkan oleh Legiun Veteran Amerika yang tujuannya
adalah untuk meng-Amerika-kan bangsa Amerika yang kita ketahui beragam latar
belakang budaya, ras, dan asal negaranya (Wahab dan Sapriya, 2011).

Civics menurut Henry Randall Waite adalah “The science of citizenship, the
relation of man, the individual, to man in organized collection, the individual in
his relation to the state”. Dalam terjemahan umum, bahwa pendidikan
kewarganegaraan tersebut adalah ilmu yang membicarakan hubungan antara
manusia dengan manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi
(organisasi sosial, ekonomi, politik) dengan individu-individu dan negara.

Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dimulai pada tahun 1957 saat


pemerintahan Sukarno atau yang lebih dikenal dengan istilah civics. Penerapan
Civics sebagai pelajaran di sekolah-sekolah dimulai pada tahun 1961 dan
kemudian berganti menjadi Pendidikan Kewarganegaraan pada tahun 1968.

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan resmi masuk dalam kurikulum


sekolah pada tahun 1968. Saat terjadi pergantian tahun ajaran yang pada awalnya
Januari-Desember dan diubah menjadi Juli-Juni pada tahun 1975, selanjutnya
nama pendidikan kewarganegaraan diubah oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Kemudian

7
mata pelajaran PMP diubah lagi pada tahun 1994 menjadi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PPKn). Pada era Reformasi PPKn diubah menjadi PKn.

Cholisin (2010) menjelaskan bahwa akar keilmuan PKn yaitu Civics memiliki
beberapa rumpun keilmuannya yang diantaranya adalah politik, hukum, dan
moral. Ketiga rumpun ini menjadi fokus perhatian PKn dalam mengembangkan
akar keilmuannya. Melalui ketiga rumpun tersebut lahirlah konsep PPKn di
Indonesia sebagai wahana Pendidikan politik, pendidikan hukum, dan pendidikan
moral bagi seluruh warga Negara Indonesia termasuk peserta didik di sekolah.

Civics sendiri dalam konsep keilmuannya memiliki kompetensi-kompetensi inti


yang hendak dikembangkan di dalam diri seorang warga Negara maupun peserta
didik. Jika disintesa antara kompetensinya sebagaimana dalam (Setiawan, 2015)
dengan ketetapan kompetensi peserta didik pada muatan PPKn di tingkat
Menengah pertama dan atas kurikulum 2013 sebagaimana dalam (Permendikbud
No. 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran
Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah) maka
dapat diadaptasi hasilnya sebagai berikut:

Tabel 1.1. Relevansi komponen kompetensi PPKn terhadap KI Kurikulum 2013

Kompetensi Warganegara Relevansinya pada


(Setiawan, 2015 :19) Kompetensi Inti
(Permendikbud No.24 Tahun 2016)
Civic Knowledge KI 3
Civics Skill KI 4

8
Civic Disposition KI 1 & KI 2
Sumber: Setiawan, 2015 dan Permendikbud No. 24 Tahun 2016

Lebih jauh Setiawan (2015) menjelaskan secara lengkap apa saja deskripsi dari
keseluruhan kompetensi kewarganegaraan sebagai berikut:
1. Kecakapan dan kemampuan penguasaan pengetahuan Kewarganegaraan
(Civic Knowledge) yang terkait dengan materi inti Pendidikan Kewarganegaraan
(Civic Education) antara lain demokrasi, hak asasi manusia dan masyarakat
madani (Civil Society).
2. Kecakapan dan kemampuan sikap kewarganegaraan (Civic Dispositions)
antara lain pengakuan kesetaraan, toleransi, kebersamaan, pengakuan keragaman,
kepekaan terhadap masalah warga negara antara lain masalah demokrasi dan hak
asasi manusia.
3. Kecakapan dan kemampuan mengartikulasikan keterampilan
kewarganegaraan (Civil Skills) seperti kemampuan berpartisipasi dalam proses
pembuatan kebijakan publik, kemampuan melakukan kontrol terhadap
penyelenggara negara dan pemerintah.

Gambar. 1.2. Muatan kompetensi kewarganegaraan

9
Sumber: Winarno 2011

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkaitan erat dengan peran dan


kedudukan serta kepentingan warga negara sebagai individu, anggota keluarga,
anggota masyarakat dan sebagai warga negara Indonesia yang terdidik. PPKn
dapat sebagai upaya mengembangkan potensi individu sehingga memiliki
wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan
memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam
berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3) PPKn Sebagai Pendidikan Nilai dan/atau Moral


Pendidikan nasional Indonesia berlandaskan pada falsafah Pancasila yang
mendasari sistem pendidikan di sekolah dan memiliki peran besar dalam
sumbangsi pendidikan berbasis nilai atau moral. Dalam implementasinya, praktis
pembelajaran di sekolah yang tepat adalah pembelajaran berbasis nilai yang
terintegrasi ke dalam PPKn, di mana kajian mated PPKn merupakan petunjuk
pemahaman internalisasi atau personalisasi nilai, serta bagaimana praktis

10
kehidupan menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang sehat, baik melalui proses
kematangan mental spiritual yang utuh dan mantap, juga matang yang akan
berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa
dan bernegara yang harmoni.

Dalam jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan dengan judul: “Materi


Pembelajaran PPKn Berbasis Nilai Lokal: Identifikasi dan Implementasi”, PPKn
sebagai mata pelajaran mengemban misi atau fungsi sebagai pendidikan nilai.
Pendidikan nilai memiliki padanan makna dengan pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan kesusilaan, pendidikan dan “trend” sekarang ini
dengan istilah pendidikan karakter (Winarno: 2018). Salah satu ciri dan
pendekatan PKn ialah sebagai pendidikan nilai moral, yang lebih khusus lagi
adalah pendidikan nilai dan moral Pancasila.

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki keterkaitan erat dengan pendidikan nilai.


Pendidikan nilai menyatukan berbagai permasalahan yang menyangkut preferensi
personal ke dalam satu kategori yang disebut nilai-nilai, yang dibatasi sebagai
petunjuk umum untuk perilaku yang memberi batasan langsung pada kehidupan
atau “general guides to behavior which tend to give direction to life”, menurut
Raths dalam (Aryani dan Susatim, 2010). Sementara PKn membawa misi dan
berbicara tentang nilai moral dan norma (aturan/kaidah).

Pendidikan berbasis nilai mencakup keseluruhan aspek sebagai alternatif


pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik, agar menyadari nilai kebenaran,
kebaikan, dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan
pembiasaan bertindak yang konsisten. Mari PKn dengan model pendidikan
berbasis nilai yang sistemik, merupakan upaya alternatif yang diperlukan peserta
didik dalam rangka menghadapi tantangan globalisasi serta dinamika kehidupan
kini dan pada masa yang akan datang.

Era globalisasi yang dipenuhi dengan persaingan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pendidikan nilai melalui materi PPKn diperlukan guna menangkal kesemrawutan
krisis multidimensional. Manusia memerlukan kematangan moral dan intelektual,
kecerdasan intelektual dalam mengkritisi berbagai wacana pemikiran yang

11
muncul ke permukaan, kematangan emosional untuk dapat hidup kooperatif
sekaligus kompetitif yang didasarkan atas jalinan sosial yang harmonis, dan
Gambar
kematangan 1.3. Kesadaran
spiritual sebagai Moral
perwujudan ikatan transendental
antara dirinya dengan sang
pencipta. kematangan tersebut
dilatih, diajar, dan dididik
melalui materi PKn dengan
model pendidikan berbasis nilai.
Pendidikan nilai dalam materi
PKn, diharapkan mampu
melahirkan warga negara
Indonesia yang seutuhnya.

Pendekatan program diartikan


sebagai cara kita di dalam
mengembangkan suatu program
Sumber: www.medanbisnisdaily.com
atau bahan materi pelajaran
(Winarno: 2018). Penyusunan materi pelajaran PPKn sebagai pendidikan nilai
moral perlu berpijak kepada:

a. Pendekatan nilai moral Mengembangakan materi pembelajaran dengan


pendekatan nilai moral artinya menjadikan suatu nilai sebagai dasar
pengembangan. Nilai moral harus menjadi isi (entitas inti) dari setiap bahan
materi pelajaran PPKn. Sebuah nilai moral yang ditetapkan selanjutnya
dikembangkan menjadi materi pembelajaran.
b. Pendekatan multidimensional Pengembangan materi pembelajaran
diupayakan mampu membentuk keseluruhan dimensi peserta didik. Dimensi
peserta didik tersebut adalah 3 (tiga) ranah kemampuan, yang meliputi, a).
Kognitif berupa fakta, konsep, teori, dalil, dan definisi. Dalam kajian
kewarganegaraan disebut sebagai pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge), b). Afektif berupa nilai, sikap, norma, moral. Dalam kajian

12
kewarganegaraan disebut sebagai sikap atau kebajikan kewarganegaraan (civic
virtue) dan c). Psikomotor berupa tata cara, prosedur, aturan, dan perilaku. Dalam
kajian kewarganegaraan disebut sebagai kecakapan kewarganegaraan (civic skill).
c. Pendekatan berpusat pada siswa (student centered) Materi pembelajaran
yang dikembangkan mampu memicu ke arah pembelajaran aktif siswa. Oleh
karena itu perlu menyusun materi yang mampu mengupayakan pembelajaran
PPKn yang siswanya aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator.
Disisi lain menyusun pembelajaran nilai yang mampu memancing keterlibatan
aktif siswa dalam proses pembelajaran. Materi pembelajaran beraspek kognitif
adalah materi yang berisi fakta, konsep, definisi, atau teori. Materi yang beraspek
afektif berisi nilai dan norma yang secara eksplisit mengungkapkan keharusan dan
larangan dalam bertindak. Materi beraspek psikomotor adalah materi yang berisi
cara bertindak, contoh contoh dan perilaku. Materi yang menarik keterlibatan aktif
siswa adalah materi yang berisikan hal-hal baru, hal-hal unik, dilemma, suatu
masalah, unik dan mengundang rasa ingin tahu siswa.
4) PPKn Sebagai Pendidikan Hukum;
Indonesia telah menetapkan sebagai negara rechtsstaat dan bukan machstaat,
sebagaimana tertuang dalam penjelasan umum UUD 1945 NKRI sebelum dan
sesudah perubahan. Paradigm tersebut sebagai hasil musyawarah mufakat
bersama yang melambangkan warga negara Indonesia adalah warganegara yang
diikat dan sadar akan kedudukannya sebagai warga hukum. Paradigma ini menjadi
konsep awal bagi PPKn untuk menjadi salah satu tonggak penting dalam upaya
mendidik warga negara menjadi manusia yang sadar dan taat hukum.
Sebagaimana PPKn adalah program pendidikan, maka programnya juga harus
memiliki peran penting untuk menginternalisasikan kesadaran dan taat hukum
terutama kepada generasi muda.

PPKn memiliki kecenderungan ilmu yang multifacet dengan konteks lintas bidang
keilmuan yang disebut interdisipliner dan multidimensional. Hal ini menjadi
faktor yang memungkinkan berbagai disiplin ilmu terintegrasi ke dalam keilmuan
PPKn seperti pendidikan politik, pendidikan nilai, pendidikan demokrasi, dan
termasuk adalah pendidikan hukum (Akbal, 2016).

13
Dalam jurnal Isep dengan judul: “Peranan pendidikan kewarganegaraan sebagai
pendidikan hukum dalam upaya menginternalisasikan hukum dikalangan peserta
didik”, (2013) menjelaskan bahwa: “sekolah sebagai lembaga pendidikan
memegang peranan penting dalam menginternalisasi hukum pada anak. Sekolah
merupakan tempat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan pembinaan
kepribadian. Guru-guru harus mengadakan pengawasan dan bagi yang
melanggar perlu diberikan sanksi dan bagi yang menaati diberikan semacam
penghargaan. PKn sebagai wahana pendidikan hukum dalam mengupayakan
internalisasi hukum bagi generasi muda, diharapkan menjadi salah satu solusi
semakin tingginya tingkat pelanggaran aturan-aturan dan hukum-hukum yang
berlaku, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara”.

Dalam konseptual keilmuan civics, PPKn memiliki tugas untuk membentuk aspek
civic awareness (kesadaran warga negara) di dalam atribut pribadi warganegara
untuk menjadi warganegara yang taat dan sadar terhadap hukum (law awareness).
Kesadaran hukum inilah sebagai bentuk kesadaran berkonstitusi warganegara.

Dalam perspektif hukum, kesadaran berkonstitusi adalah bagian dari kesadaran


hukum yang bersama isi/substansi hukum (konstitusi) dan pemegang peran
(struktur) yaitu aparat negara atau penyelenggara Negara merupakan komponen-
komponen utama dalam sistem hukum. Efektif atau tidaknya hukum (konstitusi)
dalam suatu masyarakat atau negara akan sangat ditentukan oleh ketiga komponen
tersebut (Sukriono, 2016). Kesadaran dalam berkonstitusi sangat bergantung pada
kemampuan memahami isi dari konstitusi itu sendiri. Oleh karenanya perlu upaya-
upaya sosialisasi atau dan internalisasi atau pembudayaan konstitusi kepada
seluruh komponen bangsa, termasuk yang paling vital adalah peran komponen
pendidikan untuk mentransformasikan pengetahuan, ilmu, dan budaya
berkonstitusi kepada peserta didik.

Lebih jauh dalam (Suseno, 1985) bahwa: “kesadaran konstitusi mempunyai tiga
unsur pokok yaitu: 1) Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan
bermoral yang sesuai dengan konstitusi negara itu ada dan terjadi di dalam setiap
sanubari warga negara, siapapun, dimanapun dan kapanpun; 2) Rasional,

14
kesadaran moral dapat dikatakan rasional karena berlaku umum, lagi pula terbuka
bagi pembenaran atau penyangkalan. Dengan demikian kesadaran berkonstitusi
merupakan hal yang bersifat rasional dan dapat dinyatakan pula sebagai hal
objektif yang dapat di universalkan, artinya dapat disetujui, berlaku pada setiap
waktu dan tempat bagi setiap warga negara; dan 3) Kebebasan, atas kesadaran
moralnya, warga negara bebas untuk mentaati berbagai peraturan perundang
undangan yang berlaku di negaranya termasuk ketentuan konstitusi negara”.

Peran PPKn untuk mentransformasikan pemahaman dan kesadaran berkonstitusi


sebagai langkah pendidikan hukum bagi peserta didik menjadi sangat vital dan
urgen. Hal ini sebagai bentuk sumbangsi PPKn dalam upaya bersama dengan
segenap komponen penting yang bertugas penuh dalam perwujudan pendidikan
hukum di Indonesia.

5) PPKn Sebagai Pendidikan Politik.


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan program
pendidikan yang menerapkan fokus bidang kajiannya pada kajian politik
kewarganegaraan atau sebagai pendidikan demokrasi bagi warganegara. PPKn
merupakan bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan secara
sosio-pedagogis dijadikan sebagai wahana utama serta esensi pendidikan
demokrasi atau pendidikan politik di Indonesia yang direalisasikan melalui:
1. Civic Intelligence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik
dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial;
2. Civic Responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai
warga negara yang bertanggung jawab dan;
3. Civic Participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas
dasar tanggung jawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai
pemimpin hari depan.
Alfian (1992), dalam bukunya Pemikiran dan Perubahan politik Indonesia
menjelaskan bahwa: “Pendidikan politik sebagai usaha yang sadar untuk
mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami dan
menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik yang

15
ideal yang hendak dibangun”. Prewitt & Dawson (1977) menyatakan ada tipe
pengajaran politik yaitu PKn (civic education) dan indoktrinasi politik. James
Colleman, membedakan antara kedua tipe itu, bahwa PKn atau latihan
kewarganegaraan (civic training) merupakan bagian dari pendidikan politik yang
menekankan bagaimana seorang warga negara yang baik berpartisipasi dalam
kehidupan politik bangsanya. Indoktrinasi politik lebih memperhatikan belajar
ideologi politik tertentu yang dimaksudkan untuk merasionalisasi dan
menjustifikasi rezim tertentu.

Dengan demikian “Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu proses yg


dilakukan oleh lembaga pendidikan dimana seseorang akan mempelajari
orientasi, sikap dan perilaku politik, sehingga yang bersangkutan memiliki
political knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan political
participation, serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional,
sehingga tidak saja menguntungkan bagi diri sendiri tetapi juga bagi
masyarakat” (Zamroni, 2007). Pendidikan politik harus menekankan pada
pengembangan keterampilan berpikir, keterampilan pribadi dan keterampilan
sosial. Keterampilan berpikir ditekankan pada pengembangan berpikir kritis
seorang peserta didik, bukannya knowledge deposit. Keterampilan pribadi
menekankan pada pengembangan aspek kepercayaan diri peserta didik dan
political self efficacy. Sedangkan pengembangan keterampilan sosial terutama
ditekankan empati dan respek kepada diri sendiri dan orang lain dalam upaya
menjadi warga Negara yang baik atau Good Citizens.

Selain itu, PPKn sebagai pendidikan politik juga merupakan strategi untuk
mewujudkan masyarakat kewargaan atau civil society. Konsep ini sebagai upaya
PPKn dalam menumbuhkan atribut aspirasi aktif dan partisipasi aktif warga
negara yang memiliki ciri karakter demokratis. Menurut Cohen dan Aroto dalam
Handout PKn oleh Cholisin (2010) bahwa civil society merupakan kelompok
masyarakat yang memiliki kemandirian yang tegas terhadap berbagai kepentingan
akan kekuasaan. Yang tidak kalah penting dalam konsep civil society adalah
adanya partisipasi aktif dari semua warga negara baik yang tergabung dalam

16
berbagai perkumpulan, organisasi atau kelompok lainnya sehingga akan
membentuk karakter demokratis di lembaga tersebut yang tentunya hal ini
menjadi nilai lebih pentingnya keberadaan civil society serta bagaimana upaya
mengembangkan dan membuatnya menjadi berfungsi dalam aktualisasi demokrasi
Negara Indonesia.

PPKn sebagai pendidikan politik mengarahkan seluruh warga negara untuk


berperan aktif memberikan partisipasinya (civic participation) melalui atribut
knowledge, skill, dan disposition yang melekat didalam ability warganegara.
Konsep ini memungkinkan terbentuknya karakter demokratis sebagai upaya
mewujudkan warga negara yang baik, cerdas, kritis, bermoral, dan patriotik. Lebih
lanjut dalam handout tersebut ditampilkan bagan PPKn sebagai pendidikan politik
sebagai berikut:

Gambar 1.4. PKn sebagai wahana pendidikan politik

Sumber: diadaptasi dari bagan handout PPKn Cholisin (2010)

Kontribusi besar PPKn dalam mengupayakan pendidikan yang tepat untuk


membentuk warganegara yang melek politik terbentuk dalam konsep civil society
yang berperan aktif dalam berkontribusi terhadap berbagai gejala dan kehidupan
politik sebagai perwujudan menjadi warganegara yang baik dalam kehidupan
berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara.
b. Prinsip Pembelajaran PPKn

1. PPKn sebagai tradisi social studies

17
Social Studies adalah nama atau istilah yang digunakan oleh lembaga pendidikan
di negara lain terutama di negara-negara Barat. Sebagai bidang kajian akademik di
perguruan tinggi khususnya di universitas maupun bidang kajian kurikuler untuk
tingkat sekolah dasar dan menengah, Social Studies telah cukup lama memiliki
tradisi. Barr, Barth, dan Shermis (1977) mengidentifikasi "The Three Social
Studies Traditions, yaitu: (1) Social Studies as Citizenship Transmission (Civic
Education); (2) Social Studies as Social Science; (3) Social Studies as Reflective
Inquiry. Tiga tradisi ini memiliki pengertian, tujuan, isi, dan metode masing-
masing (Wahab dan Sapriya, 2012). Selanjutnya dijelaskan tentang tradisi sosial
dan PPKn sebagai tradisi sosial sebagai berikut:

a) Social Studies as Citizenship Transmission


Tradisi pembelajaran ini merupakan tradisi yang paling tua dan paling biasa
dipraktikkan oleh para guru. Esensinya ada pada diri guru yang menginginkan
agar para siswa memiliki pemahaman tentang konsep kewarganegaraan. Guru
menggunakan beragam teknik agar keyakinan yang dimiliki oleh guru dapat
dimiliki pula oleh siswanya. Tujuan transmisi kewarganegaraan adalah agar siswa
mempelajari dan meyakini konsep kewarganegaraan yang diajarkan. Guru
menyelenggarakan pembelajaran dengan cara menyajikan asumsi-asumsi,
kepercayaan-kepercayaan, dan harapan-harapan tentang masyarakatnya. Guru
biasanya telah menguasai tujuan pendidikan nasional; mengetahui bagaimana
seseorang harus menjalin hubungan dengan orang lain, apa yang diharapkan oleh
orang lain, apa budaya saling menghargai, dan apa yang diperlukan untuk menjadi
warga negara yang baik.

b) Social Studies Taught as Social Science


Kedudukan ilmu sosial memiliki tradisi yang berbeda dan me-mungkinkan
mengakomodasi peristiwa, orang-orang, karya teoritis, dan pernyataan-pernyataan
pejabat tertentu yang memberi kontribusi terhadap tradisi. Tradisi ini awalnya
dipraktikkan oleh para sejarawan dan Asosiasi Sejarah Amerika dan sekarang
dikembangkan oleh Social Science Education Consortium. Social studies yang
didefinisikan sebagai social science bertujuan agar para siswa dapat memperoleh

18
pengetahuan, keterampilan, dan perlengkapan disiplin ilmu sosial sehingga
akhirnya mereka menjadi efektif sebagai warga negara. Dengan kata lain, tujuan
tradisi social science adalah pemerolehan keterampilan ilmuwan sosial dalam
mengumpulkan pengetahuan yang pada akhirnya meningkatkan kompetensi
kewarganegaraan. lsi dari social studies sebagai social science terkait dengan
masalah-masalah, isu-isu, dan topik-topik disiplin ilmu sosial masing-masing.

c) Social Studies Taught as Reflective Inquiry


Reflective Inquiry merupakan tradisi pembelajaran berdasarkan pada kedudukan
filsafat yang berakar pada masa lalu. Dengan reflective inquiry, para peneliti dapat
mengidentifikasi sejumlah teori dan praktik yang baik pada masa lalu dan masa
kini. Tradisi ini adalah istilah barn cara mengetahui dan membelajarkan hal-hal
masa lalu.

Tujuan reflective inquiry adalah kewarganegaraan yang didefinisikan utamanya


sebagai pengambilan keputusan dalam konteks sosial-politik. Asumsinya bahwa
demokrasi mengakibatkan beban yang unik, kita tidak bisa menghindar dari
tuntutan pengambilan keputusan. Keputusan terkait dengan pembuatan undang-
undang dan pemilihan anggota legislatif tentunya ini merupakan bagian yang
melekat pada pemerintahan, seperti apa arti kehidupan dalam pemerintahan
sendiri yakni masyarakat demokratis. Metode reflective inquiry adalah proses
membuat keputusan dan mendorong para siswa untuk menganalisis tentang apa
raja yang terlibat dalam suatu keputusan.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan bidang kajian yang bersifat


multifacet dengan konteks lintas bidang keilmuan. Secara filsafat keilmuan, PKn
memiliki objek kajian pokok ilmu politik, khususnya konsep demokrasi politik
(political democracy) untuk hak dan kewajiban (duties and rights of citizens).
Dari objek kajian pokok inilah berkembang konsep Civics yang secara harfiah
diambil dari bahasa Latin civicus, yang artinya warga negara pada zaman Yunani
Kuno. Secara akademis, Civics diakui sebagai embrionya Civic Education dan di
Indonesia selanjutnya diadaptasi menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

19
Secara metodologis, PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan
pengembangan salah satu dari lima tradisi Social Studies yakni transmisi
kewarganegaraan (citizenship transmission) seperti yang dikemukakan oleh Barr,
Bart, dan Shermis (1978). Saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat menjadi
suatu struktur keilmuan yang dikenal sebagai citizenship education, yang
memiliki paradigma sistemik di dalamnya terdapat tiga domain yakni: domain
akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural (Winataputra, 2001).
Domain akademis adalah berbagai pemikiran tentang PKn yang berkembang di
lingkungan komunitas keilmuan. Domain kurikuler adalah konsep dan praksis
PKn dalam dunia pendidikan formal dan nonformal. Domain sosial kultural
adalah konsep dan praksis PKn di lingkungan masyarakat.

Ketiga domain itu satu sama lain memiliki hubungan struktural dan fungsional
yang diikat oleh konsepsi kebajikan dan budaya kewarganegaraan (civic virtue
and civic culture) yang mencakup penalaran kewarganegaraan (civic knowledge),
sikap/watak kewarganegaraan (civic disposition), keterampilan kewarganegaraan
(civic skills), keyakinan diri kewarganegaraan (civic confidence), komitmen
kewarganegaraan (civic commitment), dan kemampuan kewarganegaraan (civic
competence), (CCE:1998).

Oleh karena itu, objek kajian PKn saat ini sudah lebih luas daripada embrionya,
sehingga kajian keilmuan PKn, program kurikuler PKn, dan aktivitas sosial
kultural PKn benar-benar bersifat multifaset/multidimensional.

Menurut Winataputra (2001), sifat multidimensionalitas inilah yang membuat


bidang kajian PKn dapat disikapi sebagai: pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan politik, pendidikan nilai dan moral, pendidikan karakter kebangsaan,
pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum dan hak asasi manusia, dan
pendidikan demokrasi. Hal itu tergantung dari objek kajian mana kita berangkat,
dengan metodologi mana pengetahuan itu dibangun, dan untuk arah tujuan mana
kegiatan itu akan membawa implikasi.

2. Pancasila sebagai prinsip utama dalam pembelajaran PPKn

20
Pembelajaran PPKn merupakan pembelajaran yang menekankan pada konteks
transfer morality. Sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia,
Pancasila secara imperatif berlaku sampai kapanpun dan dimanapun di Negara
kesatuan republic Indonesia dan mewakili seluruh keragaman dan kebutuhan
masyarakat Indonesia. Sehingga dengan demikian seluruh kepentingan bangsa dan
Negara Indonesia haruslah berakar atau berprinsipkan pada Pancasila. Termasuk
dalam hal ini adalah pendidikan. PPKn sebagai pendidikan moral secara utuh
mengkonsepsi pembelajaran dan keilmuannya berdasarkan pada Pancasila sebagai
item principal. Prinsip yang demikian sangat relevan untuk mendukung main goal
PPKn yaitu membentuk warganegara yang bermoral, smart and good citizen serta
dapat diandalkan (Desirable).

Gambar 1.5. Pelajar sepanjang hayat berkompeten, berkarakter, Pancasilais

21
Sumber: cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id

PPKn mengusung konsep transfer nilai-nilai Pancasila ke dalam struktur


keilmuannya yang hendak diberikan kepada peserta didik atau warga Negara.
Materi muatan Pancasila dalam bidang pendidikan kewarganegaraan (PKn)
memiliki kaitan dengan Pancasila dalam hal tujuan dari pendidikan
kewarganegaraan Indonesia. Secara umum tujuan pendidikan kewarganegaraan
adalah terbentuknya warga negara yang baik (good citizen) yang tentu saja
berbeda menurut konteks negara yang bersangkutan (Winarno, 2011). Numan
Somantri (2001) menyebut warga negara yang baik di Indonesia adalah warga

22
negara yang patriotik, toleren, setia terhadap bangsa dan negara, beragama,
demokratis, Pancasila sejati.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Keputusan Presiden RI No. 145


tahun 1965, adalah “…melahirkan warganegara sosialis, yang bertanggung jawab
atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik
spiritual maupun materiil dan yang berjiwa Pancasila (Winataputra, 2001).

Dengan demikian prinsip dasar orientasi Pembelajaran PPKn mengutamakan


transfer dan implementasi nilai-nilai Pancasila sebagai sumber moral dan nilai
yang penting untuk ditransfer kepada peserta didik.

c. Prosedur Proses Pembelajaran PPKn

1. Dasar Dan Arah Rekonstruksi Pembelajaran PPKn di Sekolah


Sistem pendidikan nasional sebagaimana termaktub Pasal 31 Undang-Undang
Dasar 1945 yang menjadi dasar dari pendidikan secara nasional. Hal ini sebagai
konstelasi utuh dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan kewarganegaraan
merujuk pada esensi yang termaktub dalam Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 37
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Penjelasan Pasal 37. Dinyatakan dengan tegas bahwa: “...pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Untuk mengakomodasikan
perkembangan baru dan perwujudan pendidikan sebagai proses pencerdasan
kehidupan bangsa dalam arti utuh dan lugas, maka mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang selama ini digunakan perlu disesuaikan menjadi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Secara substantif-pedagogis
PPKn bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, nilai
dan norma Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
semangat Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen kolektif berNegara Kesatuan
Republik Indonesia.

23
Pancasila sebagai dasar negara, ideologi nasional, dan pandangan hidup bangsa
dikonsepsikan, dimaknai, dan difungsikan sebagai entitas inti (core/central
values) yang menjadi sumber rujukan dan kriteria keberhasilan pencapaian tingkat
kompetensi dan pengorganisasian dari keseluruhan ruang lingkup mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Substansi dan jiwa Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan semangat Bhinneka
Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia ditempatkan
sebagai bagian integral dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang
menjadi wahana psikologis-pedagogis pembangunan warga negara Indonesia yang
berkarakter Pancasila. Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam
Kurikulum 2006 dikembangkan menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn)? dari sejumlah masukan penyempurnaan pembelajaran
PKn menjadi PPKn yang mengemuka antara lain: 1) secara substansial, PKn lebih
terkesan lebih dominan bermuatan ketatanegaraan sehingga muatan nilai dan
moral Pancasila kurang mendapat aksentuasi yang proporsional; 2) secara
metodologis, ada kecenderungan pembelajaran yang mengutamakan
pengembangan ranah kognitif/pengetahuan, sehingga pengembangan ranah
afektif/sikap dan psikomotorik/keterampilan belum dikembangkan secara optimal
dan koheren/utuh.

Merujuk pada berbagai hasil kajian filosofis, sosiologis, yuridis, dan pedagogis,
dalam konteks konsepsi utuh pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan strategi
penguatan dan penyempurnaan secara komprehensif terhadap mata pelajaran
PPKn dalam kerangka pengembangan Kurikulum 2013 pada jenjang pendidikan
dasar dan pendidikan menengah sebagai berikut.

1. Mengubah nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)


menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn);
2. Menempatkan mata pelajaran PPKn sebagai mata pelajaran yang memiliki
misi pengokohan kebangsaan dan penggerak pendidikan karakter yang
bersumberkan nilai dan moral Pancasila.

24
3. Mengorganisasikan pengembangan kompetensi dasar (KD) PPKn dalam
bingkai kompetensi inti (KI) yang secara psikologis-pedagogis menjadi
pengintegrasi kompetensi peserta didik secara utuh dan koheren dengan
penanaman, pengembangan, dan/atau penguatan nilai dan moral Pancasila; nilai
dan norma UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; nilai dan semangat
bhineka tunggal ika; serta wawasan dan komitmen Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4. Mengembangkan dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik PPKn secara holistik/utuh dalam rangka peningkatan
kualitas belajar dan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan karakter
peserta didik sebagai warganegara yang cerdas dan baik secara utuh dalam
bingkai Kompetensi Inti (sikap, pengetahuan, keterampilan).
5. Mengembangkan dan menerapkan berbagai model penilaian proses
pembelajaran dan hasil belajar PPKn yang mengintegrasikan sikap
kewarganegaraan, pengetahuan kewarganegaraan, dan keterampilan
kewarganegaraan dalam wadah tanggung jawab dan partisipasi kewarganegaraan.
Sebagai wahana pendidikan mata pelajaran PPKn pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah bertujuan mengembangkan potensi peserta didik dalam seluruh
dimensi kewarganegaraan (Winataputra, 2015), yakni: 1) pengetahuan
kewarganegaraan; 2) sikap kewarganegaraan; 3) keterampilan kewarganegaraan;
4) keteguhan kewarganegaraan; 5) komitmen kewarganegaraan; dan 6)
kompetensi kewarganegaraan.

Beberapa langkah prosedur pembelajaran PPKn yang terstruktur, strategis,


representatif perlu kiranya:

1. Mengacu pada kurikulum 2013, pembelajaran PPKn di tingkat menengah


dari dasar dan atas maka pembelajaran PPKn merupakan pembelajaran yang
berkonsepkan deep knowledge dan constructed knowledge. Dengan
pengembangan materi yang sesuai dengan amanah kompetensi kurikulum 2013
pada tingkat menengah yaitu untuk tingkat menengah pertama, “Menunjukkan
perilaku menghargai dengan dasar moral, norma, prinsip dan spirit

25
kewarganegaraan” dan untuk tingkat menengah ke atas, “Mengamalkan dengan
dasar kesadaran nilai, moral, norma, prinsip, spirit dan tanggung jawab, makna
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang berkeadaban” (Lampiran
Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan dasar dan
Menengah).
2. Kemudian pembelajaran PPKn juga harus bersendikan pesan moril bapak
pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing
madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran (tut wuri handayani).
3. Pembelajaran PPKn yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila, dimana
seorang guru juga harus mampu menyusun perangkat pembelajaran yang
memungkinkan untuk dapat membentuk peserta didik yang cakap kompetensinya
dan menjadi lulusan yang kompeten. Untuk itu guru PPKn dapat merujuk pada
apa saja gradian indikator kompetensi Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan.
Tabel 1.2. Gradasi indikator sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati, Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
- - Mencipta

Sumber: Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016


4. Sejalan dengan dasar pendidikan nasional, mata pelajaran PPKn
mengusung misi yang sama yaitu sebagai mata pelajaran yang memiliki misi
pengokohan kebangsaan dan penggerak pendidikan karakter yang bersumberkan
nilai dan moral Pancasila. Pengukuhan nilai-nilai pancasila menjadi fokus studi
PPKn merupakan bagian dari perwujudan apa yang diamanatkan oleh peraturan
pemerintah kepada PPKn sebagai mata pelajaran yang mengusung misi

26
pengembangan kepribadian. “Merujuk pada penjelasan Pasal 77J ayat (1) huruf b
PP. No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan
mengamanatkan bahwa: “Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran
berkonstitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, nilai
dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.

2. Prosedur Pembelajaran PPKn Berbasis Nilai dan Urgensi Falsafah


Pancasila di Sekolah, Masyarakat, dan Pemerintahan
Dalam kajian filosofis, sosiologis, yuridis, dan pedagogis sebagai bagian dari
konsepsi utuh dari kurikulum 2013, penguatan dan penyempurnaan secara
komprehensif kerangka pembelajaran PPKn di sekolah, masyarakat, dan
pemerintah. PPKn ditempatkan sebagai mata pelajaran yang memiliki misi
mengukuhkan rasa kebangsaan dan penggerak pendidikan karakter yang
bersumberkan nilai dan moral Pancasila (Winataputra, 2015). Lebih lanjut dalam
(Daryono, 2011) bahwa PPKn mempunyai kedudukan yang sangat penting sekali,
khususnya dalam pembentukan kepribadian masyarakat Indonesia yang dijiwai
oleh nilai-nilai pancasila.

PPKn sebagai wahana pendidikan nilai, moral/karakter Pancasila dan


pengembangan kapasitas psikososial kewarganegaraan Indonesia sangat koheren
dengan komitmen pengembangan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
dan perwujudan warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Kausalitas dan urgensi Pancasila sebagai core-base terhadap pembelajaran PPKn
baik di sekolah, di masyarakat, dan di pemerintahan, menjadi dalil yang kuat
pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar Negara.

Pancasila sebagai dasar Negara menunjukkan bahwa dasar negara merupakan alas
atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu memberikan kekuatan kepada
berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan pada
suatu landasan atau pijakan yaitu Pancasila.

27
Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar negara, merupakan sumber kaidah
hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh
unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan rakyat (Herdiawanto,
Wasitaatmadja, dan Hamdayama, 2018). Pancasila dalam kedudukannya seperti
inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan seluruh
kehidupan negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara mempunyai
arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan
pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang berarti
melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-
undangan di negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila. Pancasila
sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila
terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara
formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai
dasar Negara.

Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di dalam empat pokok
pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di mana keempatnya sama
hakikatnya dengan Pancasila. Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 di mana keempatnya sama hakikatnya dengan Pancasila. Empat pokok
pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih Ian-jut terjelma ke
dalam pasal Undang-Undang Dasar 1945. Barulah dari pasal Undang-Undang
Dasar 1945 itu diuraikan lagi ke dalam banyak peraturan perundang-undangan
lainnya, seperti misalnya Ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerintah,
dan lain sebagainya.

Berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai titik sentral pembahasan
adalah kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia,
hal ini sesuai dengan kausa finalis Pancasila yang dirumuskan oleh pembentuk
negara pada hakikatnya adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Namun
hendaklah dipahami bahwa asal mula Pancasila sebagai dasar negara Republik

28
Indonesia, adalah digali dari unsur-unsur yang berupa yang terdapat pada bangsa
Indonesia sendiri yang berupa pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu
dari berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila sebenarnya dapat
dikembalikan pada dua macam kedudukan dan fungsi Pancasila yang pokok yaitu
sebagai Dasar Negara Republik Indonesia dan sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia (Kaelan: 2013).

Sementara itu Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mengingatkan kita


bahwa Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan
hidup adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari
kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur. Pandangan hidup berfungsi sebagai alat
untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya.

Pandangan hidup yang diyakini suatu masyarakat maka akan berkembang secara
dinamis dan menghasilkan sebuah pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup
bangsa adalah kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya maupun
manfaatnya oleh suatu bangsa sehingga darinya mampu menumbuhkan tekad
untuk mewujudkannya di dalam sikap hidup sehari-hari. Setiap bangsa dimanapun
pasti selalu mempunyai pedoman sikap hidup yang dijadikan acuan di dalam
hidup bermasyarakat.

Demikian juga dengan bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, sikap hidup
yang diyakini kebenarannya tersebut bernama Pancasila. Nilai-nilai yang
terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal dari budaya masyarakat
bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dan nilai-nilai
budaya Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa
Indonesia.

Cita-cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman, pegangan, atau


kekuatan rohaniah kepada bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pancasila di samping merupakan cita-cita moral bagi
bangsa Indonesia, juga sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia. Pancasila
sebagaimana termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah hasil
kesepakatan bersama bangsa Indonesia yang pada waktu itu diwakili oleh PPKI.

29
Oleh karena Pancasila merupakan kesepakatan bersama seluruh masyarakat
Indonesia, maka Pancasila sudah seharusnya dihormati dan dijunjung tinggi.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa tersebut terkandung di dalamnya


konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, terkandung dasar
pemikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik.
Oleh karena Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan suatu
kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia, maka
pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi oleh warganya karena pandangan hidup
Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat.

Dengan demikian pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia yang


Bhinneka Tunggal Ika tersebut harus merupakan asas pemersatu bangsa sehingga
tidak boleh mematikan keanekaragaman (Kaelan, 2013). Sebagai intisari dari nilai
budaya masyarakat Indonesia, maka Pancasila merupakan cita-cita moral bangsa
yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk berperilaku
luhur dalam kehidupan sehari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi


1. Seorang guru PPKn mengajar di sebuah sekolah menengah atas, pada
setiap pembelajarannya guru PPKn tersebut selalu menggunakan berbagai
pendekatan, metode, media serta sumber belajar potensial yang menarik dan
interaktif. Upaya yang ditunjukkan oleh guru PPKn tersebut tidak hanya
dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, namun juga
sebagai bentuk dari tanggung jawabnya sebagai guru profesional guna
mengembangkan kecerdasan, keterampilan dan sikap siswa.
2. Asosiasi alumni PPKn yang tergabung dalam wadah AP3KNI secara rutin
mengadakan pertemuan baik secara formal maupun non formal. Pertemuan
tersebut dilakukan untuk menjalin dan mempererat persaudaraan. Selain itu,
asosiasi ini juga selalu aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, baik
yang berbentuk bakti sosial, pendampingan masyarakat maupun penyuluhan
sosial lainnya. Organisasi ini juga sangat aktif dalam mengkaji dan membahas isu-
isu kewarganegaraan terutama hal-hal yang berkaitan dengan warga negara. Apa

30
yang dilakukan oleh asosiasi ini semata-mata dilakukan dalam upaya menjadi
bagian dari warga negara transformative yang bertanggung jawab, cerdas, berfikir
kritis, kreatif, partisipatif dan berkarakter.
4. Forum Diskusi
CPMK Sub-CPMK Bahan Kajian Tugas
Terstruktur
Menguasai materi dan Konsep, prinsip, Konsep Dasar 1. Deskrip
aplikasi materi bidang prosedur, dan PPKn, Prinsip sikanlah
studi PPKn yang metode keilmuan PPKn, Konsep Dasar
mencakup: serta nilai, norma, Prosedur Proses PPKn,
a. konsep, prinsip, dan moral yang PPKn 2. Jelaska
prosedur, dan metode menjadi muatan n prinsip dan
keilmuan serta nilai, kurikulum dan prosedur
norma, dan moral proses PPKn…..
yang menjadi muatan pembelajaran
kurikulum dan proses dan/atau
pembelajaran pembudayaan
dan/atau dalam konteks
pembudayaan dalam Pendidikan
konteks pendidikan Pancasila sebagai
Pancasila sebagai dasar negara dan
dasar negara dan pandangan hidup
pandangan hidup bangsa dan
bangsa dan kewarganegaraan
kewarganegaraan di di sekolah dan/atau
sekolah dan/atau masyarakat;

31
masyarakat; Struktur, metode, Struktur 1. Jelaska
b. struktur, metode, dan spirit keilmuan keilmuan nlah struktur
dan spirit keilmuan kewarganegaraan, kewarganegaraa keilmuan,
kewarganegaraan, hukum, politik n, ketode
hukum, politik kenegaraan, sejarah Metode keilmuan, dan
kenegaraan, sejarah perjuangan bangsa, keilmuan spirit
perjuangan bangsa, dan disiplin lainnya kewarganegaraa pengembangan
dan disiplin lainnya berlandaskan n, keilmuan
berlandaskan Undang-Undang Spirit PPKn….
Undang-Undang Dasar Negara pengembangan 2. Jelaska
Dasar Negara Republik Indonesia keilmuan nlah konsep
Republik Indonesia tahun 1945 sebagai kewarganegaraa kajian ilmu
tahun 1945 sebagai hukum dasar yang n, Konsep kewarganegara
hukum dasar yang menjadi landasan kajian: a. an
menjadi landasan konstitusional Konsep dasar
konstitusional kehidupan ilmu hukum
kehidupan bermasyarakat, b. Konsep dasar
bermasyarakat, berbangsa dan Politik
berbangsa dan bernegara yang Kenegaraan
bernegara yang ber- ber-Bhinneka c. Konsep
Bhinneka Tunggal Ika Tunggal Ika dalam Sejarah
dalam keberagaman keberagaman yang Perjuangan
yang kohesif dan kohesif dan utuh; bangsa dalam
utuh, Perspektif
c. isu-isu dan/ Pendidikan
Pancasila dan
Kewarganegaraa
n
d. Konsep
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun
1945
e. Konsep
Bhineka
Tunggal Ika

32
Isu-isu dan/atau Konsep Isu-Isu 1. Bacala
perkembangan Kewarganegaraa h materi
terkini n, tentang konsep
kewarganegaraan Konsep Negara kewarganegara
meliputi bidang Kesatuan an
ideologi, politik, Republik 2. Berikan
hukum, ekonomi, Indonesia contoh dan
sosial, budaya, (NKRI) argumentasi
pertahanan tentang konsep
keamanan dan dasar Negara
agama, dalam Kesatuan
konteks lokal, Republik
nasional, regional, Indonesia….
dan global dalam
bingkai Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
(NKRI).

C. PENUTUP

1. Rangkuman
Pada dasarnya pembelajaran PPKn jika dikaji dari segi ontologi keilmuannya
terdapat konsep dasar, prinsip, dan prosedur keilmuannya yang perlu untuk
dipahami dan dilaksanakan secara baik oleh seluruh pemangku kepentingan PPKn
dalam hal ini adalah Guru. Paradigma ini merupakan salah satu langkah bagus
dalam pembelajaran PPKn untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan
memberi pengaruh yang signifikan terhadap peserta didik dalam membentuk
atribut civic knowledge, civic skill, dan civic disposition peserta didik untuk
menjadi warganegara yang baik dan cerdas serta memiliki rasa kebangsaan yang
baik dan berfilosofikan Pancasila.

PPKn sebagai suatu pendidikan bagi warganegara untuk mendidik mereka dalam
ranah politik, hukum, dan moral. Konsep awalnya yang mengusung “Budi
Pekerti” menjadikannya sebagai pendidikan yang berfokus untuk membentuk
morality warganegara. Sehingga dengan demikian pembelajaran PPKn

33
sesungguhnya dapat membina dan membentuk secara baik, terstruktur, dan arif
morality warganegara. Pembelajaran PPKn memiliki standar tradisi yang kuat
dalam ranah Ilmu Sosial dalam upaya mewujudkan urgensi citizenship
transmission yang berfokus pada karakter warganegara yang cerdas dan baik.

PPKn sebagai wahana pendidikan Politik bertujuan untuk membentuk semangat


civic participatory warganegara dan membentuk civil society. Selain itu PPKn
sebagai wahana pendidikan hukum juga memiliki peran penting untuk
meningkatkan kesadaran warganegara (civic awareness) dalam berkonstitusi.
Terakhir PPKn sebagai wahana pendidikan moral juga signifikan pengaruhnya
terhadap warganegara untuk membentuk perasaan moral yang baik dalam
berkehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan pancasila dan UUD 1945.

Disamping itu pancasila sebagai falsafah bangsa dan dasar Negara menjadi dua
tolak ukur utama yang perlu diintegrasikan kedalam capaian kompetensi peserta
didik melalui pembelajaran PPKn. Dan selain itu juga perlu pengembangan
kompetensi peserta didik dalam pembelajaran PPKn untuk dikorelasikan dengan
standar kompetensi inti kurikulum 2013 agar secara yuridis dan pedagogis, PPKn
menjadi pembelajaran yang efektif dari segi konsep, prinsip, dan prosedur
pembelajaran bagi warganegara atau peserta didik.

2. Tes Formatif

Soal-soal:
1. PPKn merupakan program pendidikan yang berfokus pada pembentukan
kepribadian yang berasaskan pada nilai-nilai Pancasila. Sehingga PPKn
mengusung tradisi Citizenship Transmission ke dalam konsep utuh
pembelajarannya yang bersifat?
a. Value education
b. Value inculcation
c. Value competition
d. Value creation
e. Value civic

34
2. Transfer knowledge yang bersumber dari falsafah budi pekerti gagasan Ki
Hajar Dewantara, merupakan pra konsepsi keilmuan PPKn di Indonesia yang
berbasis pembentukan rasa kebangsaan yang suci, ketertiban dan kedamaian lahir
batin terhadap warga Negara. Konsepsi ini merupakan bentuk lain dari konsep
pendidikan?
a. Norma
b. Religius
c. Social
d. Multikultur
e. Morality
3. Tiga rumpun body of knowledge PPKn adalah ilmu politik, hukum, dan
moral. Ketiganya perlu diedukasi kepada seluruh warganegara termasuk adalah
peserta didik. Hal ini urgent dikarenakan?
a. Upaya mewujudkan warga negara yang terampil
b. Upaya mewujudkan warganegara yang cerdas
c. Semangat patriotik warganegara
d. Semangat edukasi warganegara
e. Semangat Kebangsaan
4. PPKn berperan sebagai program studi yang memiliki tradisi social studies.
Salah satu kajian yang sangat signifikan adalah sebagai program studi yang
mentradisikan membentuk respon yang tinggi dan cerdas oleh peserta didik
terhadap perkembangan isu politik, pemerintahan, maupun isu-isu sosial. Hal ini
dikarenakan?
a. Tradisi Reflective Inquiry PPKn
b. Tradisi Citizenship Transmission PPKn
c. Tradisi social science PPKn
d. Tradisi civil society
e. Tradisi Kultural PPKn
5. Sebagai wahana pendidikan politik, tugas penting nya PPKn adalah
konstruksi atribut Civic Intelligence, Civic Responsibility, dan Civic Participation.
Ketiga atribut itu memungkin terbentuknya?

35
a. Civil Law
b. Civil Global
c. Civil
d. Moral Society
e. Civil Society
6. Memusatkan perhatian pada perkembangan siswa dan membentuknya
menjadi pribadi yang tangguh dan baik sebagai warganegara sehingga dapat
dilabelkan sebagai warganegara yang desirable personal quality merupakan
hakikat dari?
a. PPKn sebagai Pendidikan Hukum
b. PPKn sebagai Pendidikan Politik
c. PPKn sebagai Pendidikan Ilmu Sosial
d. PPKn sebagai Pendidikan Moral
e. PPKn sebagai Pendidikan Multikultural
7. Perasaan moral sebagai suatu yang wajib, ikatan rasional akan kebaikan,
dan rasa kebebasan, perlu dipedomani oleh seluruh warga negara Indonesia
sebagai upaya mewujudkan?
a. Kesadaran diri
b. Kesadaran politik
c. Kesadaran berkonstitusi
d. Kesadaran beraspirasi
e. Kesadaran hukum.
8. Patriotik, toleren, setia terhadap bangsa dan negara, beragama menjadi
karakter-karakter urgen bagi seluruh warga negara Indonesia. PPKn
kedudukannya sebagai program pendidikan memiliki dalih yang kuat dengan
mempondasikan ilmunya dan implikasi pembelajarannya berpusat pada?
a. Nilai-nilai Pancasila
b. Nilai-nilai Hukum
c. Nilai-nilai Religius
d. Nilai-nilai Kearifan Lokal
e. Nilai-nilai Sosial

36
9. Koherensi tujuan dan capaian pembelajaran PPKn memusatkan pada 3 hal
yaitu keterampilan, pengetahuan, dan karakter. Ketiganya diadaptasi di Indonesia
untuk menjadikan warganegara yang baik dan cerdas. Namun tentunya secara
pedagogis dan yuridis koherensi tersebut perlu berpusat pada kaidah-kaidah
kurikulum untuk muatan pelajaran PPKn. Pertanyaannya, apa yang melandasi
penjelasan tersebut?
a. Sebagai relevansi keilmuan
b. Perwujudan kompetensi peserta didik
c. Sebagai sinergitas PPKn dengan kurikulum
d. Sinergi antar program pendidikan
e. Adanya pendidikan moral
10. Mengambil kaidah dan urgensi makna pengejawantahan pancasila dalam
pembelajaran PPKn menjadi prospek positif pembelajaran PPKn. Bagi peserta
didik ini memungkinkan mereka dapat?
a. Memberdayakan kedudukan pancasila sebagai dasar negara
b. Meningkatkan kapabilitas diri menjadi seseorang yang berguna baginegara
c. Bersumbangsi aktif terhadap pembelajaran PPKn yang filosofis
d. Memberdayakan hakikat PPKn dalam memahami dan merealisasikan
nilai-nilai pancasila di dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara.
e. Perwujudan dalam pembangunan nasional berdasarkan norma-norma
hukum
Kunci Jawaban
1. B 6. D
2. E 7. C
3. B 8. A
4. A 9. C
5. E 10. D
3. Daftar Pustaka

Buku:
Alfian. (1992). Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

37
Daryono. 2011. Pengantar Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Herdiawanto, H., Wasitaatmadja, FF. Hamdayama, J. 2018. Spiritualisme
Pancasila. Jakarta: Kencana.
Kaelan. 2013. Negara Kebangsaan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Setiawan, D. 2014. Kapita Selekta Kewarganegaraan. Medan: Cahaya Ilmu Press.
Suseno, F.V.M. 1985. Etika Umum. Yogyakarta: Kanisius.
Wahab, A.A, dan Sapriya. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.
Winataputra, U.S. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan Refleksi Historis-
Epistemologis dan Rekonstruksi Untuk Masa Depan. Banten: Universitas
Terbuka, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Winataputra, U.S. Budimansyah, D. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam
Perspektif Internasional. Bandung: Widya Aksara Press.
Winarno. 2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Isi, Strategi, dan
Penilaian. Jakarta: Bumi Aksara.
Jurnal:
Isep, Peranan Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Hukum Dalam
Mengupayakan Internalisasi Hukum Di Kalangan Peserta Didik, Jurnal Penelitian
Pendidikan LPPM UPI. Vol 13, No 1 (2013). P. ISSN 1412-565, E. ISSN 2541-
4135.
Sukriono, D., Membangun Kesadaran Berkonstitusi Terhadap Hak-hak
Konstitusional Warga Negara Sebagai Upaya Menegakkan Hukum Konstitusi
(Develop A Constitution Awareness to Citizen Constitutional Rights as an Effort
To Enforce Constitution Law), Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 13 N0. 03 -
September 2016: 273 – 284, P. ISSN: 0216-1338, E-ISSN: 2579-5562.
Winarno, Materi Pembelajaran PPKn Berbasis Nilai Lokal: Identifikasi dan
Implementasi, JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 2, Juli
2018 ISSN 2527-7057 (Online), ISSN 2545-2683 (Print).
Winarno, Muatan Pancasila Dalam Mata Pelajaran PKn Di Sekolah, JPK: Jurnal
Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011.

Perundang-undangan:
Permendikbud Nomor 021, Tahun 2016 tentang Standar Isi.

Permendikbud Nomor 022 Tahun 2016, tentang Standar Proses.

Permendikbud No. 24, Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar

38
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013, tentang Standar Nasional
Pendidikan
Internet:
Cholisin, 2010, Handout Pendidikan Kewarganegaraan. Url:
http://staffnew.uny.ac.id
/upload/131474282/pendidikan/PKN+SBG+PENDIDIKAN+POLITIK,+DEMOK
RASI,+HAM,DSB.2+MARET+2010.doc
Akbal, M. 2016. Dalam seminar nasional: “Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial
Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global”. Kerjasama:
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar dan Himpunan Sarjana
Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia Grand Clarion Hotel, Makassar, 29
Oktober 2016. Url: http://ojs.unm.ac.id/PSN-HSIS/article/download/4084/2448.
https://slideplayer.info/slide/14594451/
https://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2017/01/22/279540/moralitas_rem
aja_di_era_globalisasi/
https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/profil-pelajar-pancasila/
https://rimatrian.blogspot.com/2019/07/pendidik-dalam-perspektif-pemikiran-
ki.html

39

Anda mungkin juga menyukai