Anda di halaman 1dari 190

i

MODUL 1 PPG PPKn

KARAKTER PROFESIONAL GURU PPKn

Nama Penulis:

PRAYETNO

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
2022

ii
KATA PENGANTAR

Tiada rangkaian kata yang terindah selain mengucapkan puji syukur


kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan lindungan-
Nya, sehingga pada kesempatan ini tim penulis modul Pendidikan Profesional
Guru (PPG) mata pelajaran PPKn telah berhasil menyelesaikan edisi revisi Modul
1 PPG PPKn tahun 2022 yang berjudul : “Karakter Profesional Guru PPKn”.
Sebagai salah satu tugas pokok dalam penerapan Tridharma Perguruan Tinggi.
Edisi revisi Modul 1 PPG PPKn tahun 2022 yang berjudul: Karakter
Profesional Guru PPKn ini bertujuan agar para guru PPKn peserta PPG 2022
mampu melaksanakan tugas keprofesian pendidik dalam bidang PPKn yang
memesona, yang dilandasi sikap cinta tanah air, berwibawa, tegas, disiplin, penuh
panggilan jiwa, samapta, disertai dengan jiwa kesepenuhatian dan kemurahhatian.
Berdasarkan tujuan tersebut maka setiap kegiatan belajar (KB) modul 1 ini,
memiliki keterkaitan dan relevansi antara satu dengan yang lain.
KB 1 membahas tentang bagaimana menumbuh kembangkan sikap cinta
tanah air dan bela negara sebagai landasan utama yang harus dimiliki oleh seorang
guru PPKn agar mampu melaksanakan tugas keprofesian pendidik dalam bidang
PPKn yang memesona, KB 2 membahas tentang bagaimana membentuk dan
membangun kesamaptaan fisik dan mental seorang guru PPKn, dan
kepemimpinan yang efektif, KB 3 membahas tentang kerjasama, komunikasi,
kepekaan sosial dan kepedulian terhadap masyarakat, profesi dan lingkungan yang
merupakan wujud dari kompetensi sosial guru PPKn, dan KB 4 membahas
tentang budaya dan karakter bangsa sebagai sumber belajar PPKn, sebagai bagian
upaya mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia sebagai
salah satu sumber penting pembelajaran PPKn guna mewujudkan guru profesional
PPKn.
Penyelesaian edisi revisi Modul 1 PPG PPKn tahun 2022 yang berjudul :
Karakter Profesional Guru PPKn ini, tidak luput dari dukungan, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu selama
proses pengerjaan modul ini:
ii

iii
1. Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta
jajarannya.
2. Penyelia Modul PPG PPKn 2020 Prof. Dr. Sapriya, M.Ed dan Dr.
Mohammad Mona Adha, M.Pd.
3. Rektor Universitas Negeri Medan beserta jajarannya.
4. Tim Modul PPG PPKn 2020
5. Keluarga dan teman sejawat di Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Universitas Negeri Medan.
Terlalu banyak yang telah penulis terima dari mereka semua, semoga
Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang lebih baik dari yang telah
mereka berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih memerlukan
masukan dan kritikan, maka dengan tangan terbuka dan hati yang lapang, penulis
sangat menerima adanya kritik dan saran konstruktif untuk meningkatkan kualitas
penulisan modul PPG PPKn ini di masa yang akan datang, dengan harapan modul
ini dapat menjadi bermanfaat bagi kita semuanya. Amiin

Medan, 28 Juni 2022

Penulis

iv
KEGIATAN BELAJAR 1:
CINTA TANAH AIR DAN BELA
NEGARA

v
iv
DAFTAR ISI

KEGIATAN BELAJAR I : CINTA TANAH AIR DAN BELA NEGARA

A. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1. Deskripsi Singkat .............................................................................................. 1
2. Relevansi ........................................................................................................... 4
3. Petunjuk Belajar ................................................................................................ 5
B. INTI ...................................................................................................................... 5
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan .............................................................. 5
2. Uraian Materi .................................................................................................... 6
a. Hakikat Cinta Tanah Air dan Bela Negara ................................................... 6
b.Tujuan Cinta Tanah Air dan Bela Negara ................................................... 10
c. Implementasi Cinta Tanah Air dan Bela Negara dalam Pembangunan...... 12
d. Ancaman Faktual dan Potensial terhadap Sistem Pertahanan Negara........ 18
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi .................................................................... 28
4. Forum Diskusi ................................................................................................. 30
C.PENUTUP .......................................................................................................... 30
1. Rangkuman ................................................................................................... 30
2. Tes Formatif .................................................................................................. 33
3. Kunci Jawaban Tes Formatif ....................................................................... 37
4. Daftar Pustaka ............................................................................................... 38

vi
A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat
Sebagai bagian upaya mewujudkan guru profesional PPKn, modul 1 ini
akan di awali dengan Kegiatan Belajar 1 (KB) dengan sajian mengenai
pentingnya pemahaman tentang cinta tanah air dan bela negara. Dalam sajian ini
juga dikemukakan tentang beberapa landasan yang menjadi dasar dari konsepsi
Bela Negara itu sendiri. Pada UUD Negara Republik Indonesia 1945 pasal 27 ayat
(3) dinyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara”. Salah satu prasyarat guru profesional PPKn haruslah
memiliki semangat nasionalisme, patriotisme, cinta tanah air dan bela negara.
KB1 tentang cinta tanah air dan bela negara ini berusaha mengurai tentang
bagaimana upaya dan cara berkorban dan mengabdi kepada negara Indonesia,
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, menumbuhkan rasa
kebanggaan dan rasa rasa kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), memunculkan rasa memiliki dan rasa menghargai terhadap sesama warga
negara, mengembangkan rasa saling menghormati, rasa kesetiaan dan kepatuhan
terhadap NKRI, juga bagaimana harus berkontribusi dan ikut serta dalam
pembangunan nasional, serta melindungi tanah air Indonesia dari segala ancaman,
gangguan dan tantangan dari dalam dan luar negara.
Selain itu, pada KB 1 ini juga akan dikaji sebuah konsep tentang bagaimana
menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara, rela berkorban,
menumbuhkan semangat nasionalisme dan patriotisme, serta mewujudkan usaha
bela negara dalam konteks menjaga kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan
bangsa dan keutuhan wilayah NKRI.
Sebagaimana diketahui, salah satu hak dan kewajiban bagi setiap warga
negara untuk dapat berpartisipasi dalam mewujudkan pertahanan dan keamanan
negara dapat diwujudkan dengan kegiatan/program bela negara. Amanat UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 27 ayat (3) mengisyaratkan bahwa

1
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Pelaksanaan bela negara kembali dipertegas pada pasal 30 ayat (1) UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945 yang berbunyi bahwa tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Dengan bahasa yang sederhana amanah UUD NRI tahun 1945 pasal 27 ayat (3)
dan pasal 30 ayat (1) mengatakan bahwa bela negara merupakan sikap ataupun
perilaku warga negara untuk membela negara dari berbagai ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan. Ancaman tersebut tidak hanya datang dari luar negara,
namun ancaman tersebut juga dapat berasal dari dalam negara seperti intoleransi,
perpecahan, radikalisme, maupun terorisme.
Kesadaran bela negara harus tercermin dari sikap maupun perilaku
warganegara yang dapat dilihat dalam kehidupan bernegara. Merujuk seperti apa
yang dikatakan Basseng dan Sejati (2015) bahwa kesadaran bela negara
merupakan upaya untuk mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas rasa cinta
tanah air dan keterlibatan setiap warga negara dalam membela negara merupakan
bentuk nyata terhadap cinta tanah air. Bassen dan Sejati (2015) kembali
menegaskan bahwa terdapat nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami oleh
setiap warga negara dalam praktik penerapannya dalam kehidupan masyarakat
berbangsa dan bernegara yang terdiri di antaranya;
1. Cinta Tanah Air.
Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan pada
kecintaan kita kepada tanah air kita. Setiap warga negara dapat
mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita
sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita
dan pastinya menjaga nama baik negara kita.
2. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap warga negara yang
harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-
cita dan tujuan hidup bangsanya.
3. Meyakini Ideologi Pancasila.

2
Ideologi Pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila menjadi alat pemersatu
bagi keberagaman di Indonesia yang memiliki ragam budaya, agama,
etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan
setiap ancaman, tantangan, maupun hambatan yang dapat mengganggu
stabilitas negara.
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Salah satu wujud bela negara adalah harus rela berkorban untuk bangsa
dan negara. Setiap warga negara harus lebih mendahulukan kepentingan
berbangsa dan bernegara daripada kepentingan pribadi maupun
kepentingan kelompok.
5. Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap
menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi masing-
masing.
Cinta tanah air dan bela negara merupakan dua konsep sistematis yang
saling berpengaruh satu sama lain, sebagaimana yang dikemukakan diatas, bahwa
salah satu landasan dan nilai dasar dari bela negara adalah cinta tanah air. Cinta
tanah air adalah mengenal dan mencintai wilayah nasionalnya sehingga
selalu waspada serta siap membela tanah air Indonesia terhadap segala bentuk
ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan negara oleh siapapun dan dari manapun.
Upaya bela negara selain merupakan kewajiban dasar manusia, juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, tanggung jawab dan semangat rela berkorban dalam
pengabdian kepada bangsa dan negara. Cara warga negara membela negara
dapat dilakukan melalui pertahanan militer maupun nonmiliter sesuai dengan
bentuk ancamannya.
Adanya ancaman militer dan non-militer, maka cara menghadapinya
dikaitkan dengan struktur kekuatan pertahanan negara. Ancaman militer dihadapi
dengan membangun spektrum keras bela negara berupa pelatihan dasar

3
kemiliteran dan pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib serta
sebagai anggota komponen cadangan dan anggota komponen pendukung
pertahanan negara. Namun spektrum keras ini dapat juga dilakukan oleh seluruh
warga negara tanpa harus ia menjadi anggota TNI. Bila suatu profesi benar-benar
dibutuhkan oleh pertahanan negara,misalnya dengan senjata konvensional, dan
alat utama sistem senjata (Alutsista) yang memerlukan keahlian tertentu
merupakan wujud lain dari spektrum keras bela negara diluar menjadi
anggota TNI.
Sedangkan implementasi menghadapi ancaman non-militer dilakukan
melalui spektrum lunak, yang dapat dilakukan dalam profesi masing-masing
warga negara. Wujudnya dilakukan dengan sungguh-sungguh memegang
teguh etika profesi yang mencerminkan dari sikap moral dan kesadaran
profesionalis dalam mendukung politik kebangsaan dan pertahanan.
Jadi spektrum bela negara sangat luas mulai yang paling halus sampai
dengan yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga sampai
bersama-sama menagkal ancaman nyata musuh bersenjata. Bela negara
semestinya tidak dipahami sebagai upaya bersifat militer, apalagi semata-mata
tugas TNI, selayaknya bela negara menjadi kewajiban segenap warga negara
sesuai dengan kemampuan dan profesinya.

2. Relevansi
Kegiatan belajar I (KB1) yang membahas tentang cinta tanah air dan bela
negara pada diklat PPG dalam jabatan ini sangat relevan menjadi mata latih
peserta. Hal tersebut dikarenakan salah satu kompetensi yang mutlak harus
dimiliki oleh seorang guru PPKn agar mampu melaksanakan tugas keprofesian
pendidik dalam bidang PPKn yang memesona dilandasi sikap cinta tanah air dan
bela negara. Berdasarkan pasal 27 ayat (3) UUD 1945, upaya bela negara
merupakan keharusan eksistensial dan konstitusional bagi setiap warga negara.
Sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Ketentuan

4
tersebut dipertegas dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2015 tentang
Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2015-2019 yang menguraikan bahwa
salah satu tujuan strategis pertahanan negara adalah mewujudkan kesadaran bela
negara bagi warga negara Indonesia. Ketentuan tersebut menunjukkan bahwa
tugas-tugas bela negara tidak hanya merupakan tanggung jawab TNI semata,
melainkan juga segenap komponen masyarakat, baik individu maupun
kelompok/organisasi, sesuai dengan profesi dan kemampuan yang dimiliki.

3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 1 (KB 1) ini, ada beberapa hal
yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi KB 1
ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan
penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian permulaan terhadap tema cinta tanah air dan bela negara
dengan mencari beberapa referensi yang relevan.
3. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 1 pada modul 1 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 1.
4. Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat,
berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan pada KB1 ini.
5. Bila anda menemui kesulitan, silahkan berdiskusi dengan sejawat, atau
bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
6. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil.

5
B. KEGIATAN INTI

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mampu melaksanakan tugas keprofesian pendidik dalam bidang PPKn yang
memesona, yang dilandasi sikap cinta tanah air, berwibawa, tegas, disiplin, penuh
panggilan jiwa, samapta, disertai dengan jiwa kesepenuhatian dan kemurahhatian.

B. Uraian Materi
a) Hakikat Cinta Tanah Air dan Bela Negara
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17
Agustus 1945, mempunyai tujuan nasional yang didalamnya sekaligus
terkandung tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan negara sepanjang
sejarahnya, tujuan nasional tersebut di amanatkan dalam alinea keempat
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yakni “melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum;
mencerdaskan kehidupan bangsa; serta ikut melaksanakan ketertiban duniayang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.Perwujudan
dan pencapaian tujuan-tujuan luhur tersebut tentu saja tidak lepas dan tidak sepi
dari ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri, ancaman secara fisik atau militer maupun ancaman non
fisik yang termasuk didalamnya ancaman ideologi, ekonomi sosial budaya dan
lainnya bersifat “merintangi” bahkan “membahayakan”negara, oleh karena itu
harus sedapat mungkin dicegah, dihadapi dan diatasi baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan semakin memperkuat paham dan wawasan
kebangsaan, semangat nasionalisme dan rela berkorban, serta menguatkan konsep
pendidikan kewarganegaraan.

6
Gambar.1.1 Pembacaan Teks Proklamasi 17 Agustus 1945 oleh Presiden
Patut disadari sepenuhnya bahwa kesadaran bela negara bukanlah sesuatu
Republik Indonesia Ir.Soekarno dan wakil presiden Dr.Mohd. Hatta
yang tumbuh dengan sendirinya(Cr:Wikipedia.org)
dalam diri setiap warga negara. Diperlukan
upaya-upaya sadar dan terencana secara matang untuk menanamkan dalam diri
warga negara kelima nilai dasar bela negara yang terdiri dari; 1) Setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan
dalam penyelenggaraan pertahanan negara. 2) Memiliki kesadaran berbangsa dan
bernegara. 3) Keyakinan Pancasila sebagai ideologi negara. 4) rela berkorban
untuk bangsa dan negara, dan 5) memiliki kesiapan fisik dan psikis, hendaknya
dipandang sebagai keutamaan-keutamaan hidup yang harus dihayati oleh
para warga negara pada semua lapisan. Pendidikan dipandang sebagai jalan
atau sarana yang paling tepat untuk menyadarkan para warga negara akan
pentingnya nilai-nilai bela negara, karena sebagai sarana penyadaran
(konsientisasi), pendidikan menerangi cipta (akal), menggugah dan
menghangatkan rasa (emosi), dan memperteguh karsa (kehendak) para warga
negara sehingga mereka memiliki rasa-memiliki (sense of belonging), rasa
tanggung jawab (sense of responsibility) dan komitmen yang tinggi terhadap
nasib bangsa dan negaranya. “Outcome” atau hasil yang diharapkan dari
pendidikan kesadaran bela negara adalah warga negara yang sadar akan hak dan
kewajibannya membela negara, dan yang mampu menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa (Abidin dkk, 2014).
Rasa cinta tanah air sendiri memiliki dimensi yang sangat kompleks sebagai
bagian dari konsepsi bela negara. Cinta tanah air dan bela negara merupakan dua

7
konsep sistematis yang saling berpengaruh satu sama lain, sebagaimana yang
dikemukakan bahwa salah satu landasan dan nilai dasar dari bela negara adalah
cinta tanah air. Cinta tanah air adalah mengenal dan mencintai wilayah nasional
sehingga selalu waspada serta siap membela tanah air Indonesia terhadap segala
bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Cinta tanah air sendiri mencakup sikap dan perilaku yang mencerminkan
rasa bangga, setia, peduli, dan
penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan
sebagainya, sehingga tidak mudah
menerima tawaran bangsa lain yang dapat
merugikan bangsa sendiri Suyadi (2013).
Cinta tanah air juga mencakup cara
berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap
bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa. Beberapa
sikap dan perilaku yang mencerminkan
bahwa kita mencintai tanah air, antara
lain : Gambar.1.2. Menanamkan Cinta
Tanah Air Melalui Karnaval
a. Bangga sebagai orang Indonesia, Pakaian adat Nusantara
b. Memakai produk dalam negeri, (Cr: Makasar Sindonews.com)

c. Mentaati semua peraturan-perundangan,


d. Taat membayar pajak
e. Dengan ikhlas mengikuti upacara bendera.
f. Menjaga kelestarian lingkungan,
g. Saling hormat-menghormati sesama warga negara, dan masih banyak lagi
sikap dan perilaku yang menunjukkan rasa cinta tanah air.

8
Secara lebih luas (Suwarno, 2000) menyatakan bahwa Cinta tanah air yaitu
mengenal dan mencintai tanah air wilayah nasionalnya sehingga selalu waspada
dan siap membela tanah air Indonesia, terhadap segala bentuk ancaman
tantangan, hambatan dan gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan
hidup bangsa dan negara oleh siapapun dan dari manapun sehingga diharapkan
setiap warga negara Indonesia akan mengenal dan memahami wilayah nusantara,
memelihara melestarikan, mencintai lingkungan dan senantiasa menjaga nama
baik dan mengharumkan negara Indonesia di mata dunia.
Bela negara sendiri didefinisikan sebagai suatu tekad, sikap, dan tindakan
warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta
keyakinan akan kesaktian pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk
berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik yang dari luar negeri maupun
dari dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara,
kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi, serta nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Azhar, 2001). Pendapat lainnya
sebagaimana yang dijelaskan oleh (Wiyono dan Isworo, 2007) mendefinisikan
bela negara sebagai suatu sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup
bangsa dan negara yang seutuhnya. Kedua pendapat tersebut, kemudian diperkuat
lagi dengan pendapat (Winarno, 2007), bahwa sesungguhnya bela negara tidak
selalu harus berarti memanggul senjata untuk menghadapi musuh atau bela negara
yang bersifat militeristik. Dalam konteks bela negara ini, kemudian dapat
dipahami menjadi dua klasifikasi dalam bela negara yakni ada yang fisik dan non
fisik. Tidak perlu diragukan lagi bahwa “bela negara” merupakan persoalan
penting bagi kelangsungan hidup suatu negara-bangsa (nation states). Sejak
terbentuknya negara modern, persoalan itu menjadi semakin terkait dengan
banyak hal, mulai dari rasa nasionalisme, semangat patriotisme, sampai dengan
bagaimana aktualisasi bela negara dalam bentuk program (tindakan nyata).

9
Hingga kini belum ada definisi operasional tentang bela negara, Undang
undang yang kini tidak berlaku lagi, yaitu UU.RI. No. 20 tahun 1982 tentang
Pokok-pokok Pertahanan Keamanan Negara, mendefinisikan bela negara adalah
“tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan
berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara Indonesia serta keyakinan akan Pancasila sebagai ideologi negara dan
kerelaan berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik dari luar negeri
maupun dari dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan
negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional,
serta nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”. Selanjutnya upaya
bela negara adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap warga negara sebagai
penuaian hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pertahanan keamanan
negara.
Dalam Undang-undang No. 56 tahun 1999 tentang rakyat terlatih, bela
negara disebutkan sebagai berikut : “bela negara adalah sikap dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila
dan Undang Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara”. Kementerian Pertahanan R.I. menyederhanakan/merumuskan pengertian
bela negara sebagai “sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara” Sedangkan upaya bela negara selain merupakan kewajiban
dasar manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab dan semangat rela
berkorban dalam pengabdian kepada bangsa dan negara. Cara warga negara
membela negara dapat dilakukan melalui pertahanan militer maupun nonmiliter
sesuai dengan bentuk ancamannya.

b) Tujuan Cinta Tanah Air dan Bela Negara


Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

10
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup
bangsa dan negara yang seutuhnya.
Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara, demikian antara lain amanah UUD 1945. Artinya setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan bela negara baik secara profesi
seperti TNI, guru, pengusaha, siswa, maupun secara usia baik usia anak-anak, usia
remaja, atau orang dewasa. Artinya bela negara bukan hanya monopoli salah satu
kelompok profesi, pekerjaan, golongan, ras, maupun etnik tertentu. Pengertian
bela negara memiliki makna yang sangat luas, supaya mampu mengakomodasi
semua golongan, maupun kelompok kepentingan. Seperti penjelasan di atas bela
negara merupakan sikap dan tindakan warga negara yang dilandasi rasa cinta
tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan Pancasila sebagai
ideologi bangsa dan negara, kerelaan berkorban guna menghadapi setiap ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan ( ATHG) baik yang datang dari dalam
maupun dari luar yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan Negara,
keutuhan wilayah, yuridiksi nasional dan nilai – nilai luhur Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Pengertian ini memberi kesempatan yang seluas-luasnya
kepada setiap warga negara untuk melakukan aktivitas bela negara.
Tujuan bela negara terbagi menjadi dua bagian yakni tujuan umum dan
tujuan bersifat khusus. Secara umum, tujuan bela negara untuk
mengaktualisasikan nilai-nilai bela negara demi terwujudnya sikap dan perilaku
bela negara yang mendukung sistem pertahanan negara seperti;
1. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara
2. Melestarikan budaya
3. Menjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
4. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara
5. Menjaga identitas dan integritas bangsa/ negara
Secara khusus cinta tanah air dan bela negara memberikan kesadaran bagi
setiap warga negara yang bertujuan untuk;
1. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara
yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Kesadaran

11
inilah yang akan melahirkan cinta tanah air. Indikator tersebut bisa dilihat
dari: a) Menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah
Indonesia. b) Jiwa dan raganya sebagai bangsa Indonesia. c) Memiliki jiwa
patriotisme terhadap bangsa dan negara. d) Menjaga nama baik bangsa dan
negara. e) Memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan negara
2. Memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara dengan indikatornya: (a)
Ikut aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun politik. (b)
Menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (c) Ikut serta dalam
pemilihan umum. (d) Berpikir, bersikap, dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan negara. (e) Berpartisipasi dalam menjaga kedaulatan bangsa
dan negara.
3. Keyakinan Pancasila sebagai Ideologi Negara dengan indikatornya: (a)
Memahami nilai-nilai dalam Pancasila. (b) Mengamalkan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari-hari. (c) Menjadikan Pancasila sebagai
pemersatu bangsa dan negara. (d) Senantiasa mengembangkan nilai-nilai
Pancasila. (e) Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara dengan indikator: (a) Bersedia
mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa dan
negara. (b) Siap membela bangsa dan negara dari berbagai ancaman. (c)
Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
(d) Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya
tidak sia-sia.
5. Memiliki Kesiapan Fisik dan Psikis, dengan indikator: (a) Memiliki
Kecerdasan emosional dan spiritual serta intelegensia. (b) Senantiasa
memelihara jiwa dan raganya (c) Senantiasa bersyukur dan berdo’a atas
kenikmatan yang telah diberikan Tuhan YME. (d) Gemar berolahraga. (e)
Senantiasa menjaga kesehatan.

12
c) Implementasi Cinta Tanah Air dan Bela Negara dalam Pembangunan
Nasional
Pada hakikatnya, pembangunan nasional merupakan wujud perjuangan
secara terus menerus dari setiap warga negaranya berdasarkan profesinya dengan
prestasi terbaik untuk mewujudkan kesejahteraan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negaranya. Kesejahteraan lahir-batin, jasmani-rohani, materiil-spirituil
menjadi kebutuhan hidup dan kehidupan setiap anggota masyarakat maupun
kehidupan berbangsa dan bernegara. Disisi lain, setiap individu, setiap
kelompok masyarakat, bahkan setiap negara di dunia mempunyai kepentingan
yang memungkinkan terjadinya perebutan atau persaingan yang dapat
menyebabkan terjadinya konflik kepentingan, dan bahkan memungkinkan
terjadinya pelanggaran norma, yang selanjutnya bisa menimbulkan pertikaian dan
bahkan peperangan. Disinilah pentingnya membangun visi setiap warga negara
dan visi bersama dalam membangun masa depan bangsanya.
Jika dilihat kebelakang, NKRI memiliki sejarah yang unik jika dibanding
dengan Negara lain di belahan dunia ini. Keunikan ini antara lain meliputi sejarah
pra kolonialisme Belanda (masa kejayaan Majapahit, Sriwijaya, Samudra Pasai,
Mataram Islam) masa penjajahan, masa perjuangan melawan penjajah, perjuangan
menegakkan kemerdekaan, perjuangan mengisi kemerdekaan. Masing–masing
masa memiliki romantisme kehidupan/perjuangan yang berbeda karena memiliki
tantangan dan permasalahan yang berbeda pula sesuai dengan masanya. Pada
masa pra kolonialisme ada romantika kehidupan kejayaan kerajaan-kerajaan di
wilayah nusantara dan cukup disegani dalam pergaulan internasional. Pada masa
kolonialisme ditandai dengan pengurasan sumber daya baik sumber daya manusia
maupun sumber daya alamnya untuk kepentingan penjajah (Widodo, 2011)
Pada masa perjuangan melawan penjajah tumbuh jiwa patriotisme, rela
berkorban yang luar biasa untuk menghadapi penjajah. Pada masa perjuangan
menegakkan kemerdekaan tumbuh rasa patriotisme, rela berkorban dan
kebersamaan yang sangat kuat. Pada masa mengisi kemerdekaan merupakan masa
membangun karakter bangsa melalui pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa mewujudkan perdamaian abadi, kesejahteraan dan perlindungan

13
masyarakat. Setiap masa akan melahirkan kader bangsa yang akan
memperjuangkan eksistensi negara kesatuan republik Indonesia. Kader bangsa
tidak akan muncul tiba tiba tetapi melalui proses kaderisasi sesuai dengan
problem dan tantangannya. Pada masa sekarang dengan sendirinya akan berbeda
problem dan tantangannya jika dibanding dengan pada masa sebelumnya,
sehingga proses pengkaderannya baik metode materinya juga harus berbeda.
Kader-kader bangsa inilah yang nantinya akan menjadi ujung tombak dalam
memperjuangkan tetap tegak dan eksisnya Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam percaturan masyarakat global. Mereka akan membela Negara dalam
menghadapi problem ideologi, politik, ekonomi, sosbud dan hankam (Widodo,
2011).
Bagi bangsa Indonesia maupun bangsa-bangsa lain di dunia, dalam
rangka pembangunan nasionalnya, setidaknya ada beberapa isu penting yang
menjadi bahan pertimbangan yaitu isu tentang hak asasi manusia (HAM),
supremasi hukum, lingkungan hidup, demokratisasi, dan globalisasi ekonomi.
Ini menunjukkan bahwa
isu-isu tersebut merupakan
persoalan mendasar dalam
penyelenggaraan
pemerintahan dan
pembangunan negara-negara
saat ini. Bagi bangsa
Indonesia, diberlakukannya
UU Nomor 22/1999 tentang
Pemerintahan Daerah, yang
lebih mengutamakan asas
desentralisasi kekuasaan dan Gambar.1.3. Globalisasi mempermudah dan
kewenangan kepada daerah, memperluas akses(Cr: Learniseas.com)

juga merupakan isu yang


diharapkan dapat mendorong percepatan bagi proses pembangunan nasional
melalui peningkatan pemberdayaan masyarakat. Disisi lain, globalisasi sebagai

14
sebuah proses juga semakin menampakkan wujudnya dengan rupa yang beraneka
ragam. Ada peluang yang bisa dimanfaatkan namun juga terdapat tantangan dan
hambatan yang didalamnya terutama jika dikaitkan dengan konsep cinta tanah air
dan bela negara dalam kerangka pembangunan nasional. Globalisasi sendiri
merupakan suatu pemikiran, ide, sistem, pandangan hidup yang menjadi
universal, atau mengglobal. Berlangsung sejak akhir dekade abad 20, semakin
menuntut ketahanan dan daya saing yang tinggi utamanya dalam kehidupan
perekonomian bangsa-bangsa. Globalisasi merupakan tuntutan sosialisasi
dalam kehidupan manusia, yang kemudian sangat besar pengaruhnya dalam
memberikan corak dan arah pembangunan setiap negara. Globalisasi dapat
digambarkan sebagai proses integrasi antar negara, yang nampak dari proses
saling ketergantungan politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya yang
berkembang di antara negara-negara di dunia. Kecenderungan globalisasi saat
ini ditandai dengan semakin cepatnya perubahan lingkungan eksternal
maupun internal dan semakin ketatnya persaingan. Dinamika ini menjadi
fenomena baru dalam pembangunan suatu bangsa dalam rangka mencapai
kemakmurannya. Fenomena globalisasi tersebut lambat laun menjadi efek domino
bagi berbagai permasalahan pembangunan nasional banyak negara tanpa
terkecuali Indonesia.
Pengaruh asing di era globalisasi dapat dianalogikan sebagai virus yang
menakutkan, namun selama ketahanan nasional sebagai sistem kekebalan
tubuh cukup kuat, virus tersebut seharusnya tidak menjadi kekuatan yang
mengancam. Polemik dan retorika tidak membantu menciptakan daya saing
yang diperlukan untuk terwujudnya Kebangkitan Nasional.Ketahanan nasional
adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi keuletan dan
ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional dalam mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan,baik dari luar negeri maupun dalam negeri, yang langsung maupun
tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa
dan Negara serta perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia
(Suradinata, 2005).

15
Dalam sejarah politik dan pemerintahan di Indonesia, tumbangnya
pemerintahan Orde Lama pada tahun 1966 disebabkan karena banyaknya
tatanan penyelenggaraan pemerintahan yang menyimpang dari kemurnian
Pancasila dan UUD 1945, diantaranya diterapkannya Nasakom. Tumbangnya
pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998 disebabkan karena maraknya
penyimpangan dalam penyelenggaraan pembangunan seperti korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN). Penyimpangan tersebut menjadi pendorong terjadinya krisis
ekonomi yang hingga saat ini belum terselesaikan bahkan cenderung
berkembang menjadi krisis multi dimesi yang semakin komplek. Ini
menunjukkan belum mantapnya ketahanan politik, ekonomi, sosial dan budaya
bangsa kita.
Hal itu semua tentu akan berdampak pada rasa cinta tanah air dan
nasionalisme yang nampak dari semakin melemahnya kemampuan menentukan
nasib sendiri, kurangnya rasa kebersamaan atau gotong royong, pudarnya
karakter bangsa, yang menjadi penyebab munculnya gejala disintegrasi bangsa.
Pada hal hakekat
pembangunan adalah
membangun manusia
seutuhnya, baik fisik
maupun non fisik, jasmani
maupun rohani, materiil
maupun spiritual, maka
pembangunan non fisik,
rohani atau spiritual
menunjukkan laju yang
amat tertinggal bahkan
cenderung terdegradasi.
Terjadinya dekadensi moral Gambar.1.4.Tumbangnya pemerintahan Orde Baru
dan penyakit-penyakit sosial pada tahun 1998 salah satunya dipicu oleh Krisis
moneter (Cr:steemit.com)
di masyarakat dapat
disebabkan karena persoalan politik, ekonomi, sosial budaya, ketidakpastian

16
hukum, tidak adanya keteladanan atau rendahnya kendali informasi bagi
konsumsi masyarakat, transisi, atau sedang dalam proses modernisasi. Peradaban
mengglobal, akal belum rasional, maka nilai-nilai luhur menjadi luntur,
misalnya lemahnya disiplin, etika dan budi pekerti yang luntur tidak sesuai jati
diri bangsa. Persoalan politik, tekanan ekonomi, lemahnya penegakan hukum dan
disiplin, rapuhnya kejujuran dan nilai-nilai moral, komitmen spiritual yang
semakin melemah, kepemimpinan yang semakin kurang berwibawa, semakin
rendahnya kesadaran kolektif berbangsa dan bernegara merupakan persoalan
mendasar yang akan menjadi penyebab runtuhnya bangsa dan negara.
Krisis nasional yang dihadapi bangsa Indonesia tidak lepas dari kegagalan
mengembangkan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan
yang tidak taat azas, tidak taat pada prinsip-prinsip good governance.
Reformasi di segala bidang sangat diperlukan untuk menciptakan terobosan
baru dalam sistem administrasi negara yang handal dan profesional dengan
meningkatkan komitmen dari para penyelenggara negara dan tentu tidak
kalah pentingnya peran aktif positif dari seluruh jajaran masyarakat sesuai
dengan profesi masing-masing.
Menghindari dampak yang lebih besar dalam menghadapi
ketidakpastian dunia mendesak untuk memperluas dan memperdalam cakrawala
berpikir sebagai warga negara Indonesia dalam usaha menciptakan,
meningkatkan kesejahteraan dan keamanan nasional untuk menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara demi terwujudnya aspirasi perjuangan
nasional, memupuk kesadaran bela negara dan berpikir komprehensif integral
(terpadu) dalam rangka ketahanan nasional. Salah satu upaya strategis
mewujudkan hal tersebut yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan, yang akan
membangun kompetensi kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan akan
merevitalisasi wawasan kebangsaan yang akan menanamkan kebanggaan sebagai
bangsa pejuang, menjadikan Pancasila sebagai acuan kritis dan etika politik dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, menegakkan kedaulatan rakyat, serta
menata nilai-nilai fundamental spiritual segenap komponen bangsa melalui
pengakuan terhadap kebhinekaan bangsa. Dengan demikian melalui revitalisasi

17
wawasan kebangsaan ini diharapkan akan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia baik intelektualitas, mentalitas, moralitas maupun fisik/jasmani yang
kuat; meningkatkan kesejahteraan dan percaya diri, dan pada akhirnya akan
mengembalikan kedaulatan negara setara dengan negara maju, meningkatkan
integritas dan mewujudkan satu kesatuan sistem pertahanan negara untuk
mencapai tujuan nasional.
Uraian fenomena di atas mengisyaratkan bahwa cinta tanah air merupakan
nilai yang sangat penting untuk ditanamkan sebagai pembentuk sikap dan perilaku
bela negara bangsa Indonesia, yang menjadi bagian dari revolusi mental sekaligus
untuk membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi dinamika ancaman
yang kompleks dan multidimensional. Keterlibatan warganegara dalam bela
negara secara nonfisik dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, sepanjang masa
dan dalam segala situasinya. Warga negara yang memiliki kesadaran terhadap
bela negara akan membuat negara memiliki ketahanan nasional yang kuat
(Febrihananto, 2017). Adapun yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu yakni
sejarah perjuangan akan masa lalu dalam berbagai momentum-momentum besar
guna memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia itu sendiri, yang ingin
bebas dari penjajahan.
Kehidupan berbangsa dan bernegara di dunia, khususnya di Indonesia
bahwa konsep pertahanan negara saat masa damai maupun masa perang
didasarkan pada refleksi spektrum bela negara yang harus dipahami oleh semua
warga negara. Hal tersebut sesungguhnya diingatkan, bahwa setiap warga negara
Indonesia maupun bangsa lainnya untuk senantiasa mempertahankan dan
memperjuangkan ruang hidup serta kepentingan nasionalnya. Pada dasarnya
national resilience harus dibina dan dikondisikan dari berbagai aspek, akan
menentukan kualitas dari pertahanan negara itu sendiri, sehingga pertahanan
negara (national defence) sangat terbalik lurus dengan ketahanan nasional
(national resilience) Indonesia. Dengan demikian, setiap transformasi maupun
pergeseran (shifting) yang terjadi pada ketahanan nasional akan berpengaruh juga
pada pertahanan negara (national defence) sampai pada implementasinya.Saat ini
klasifikasi bela negara ini tidak pada pemahaman bahwa bela negara harus angkat

18
senjata atau secara fisik, melainkan saat ini bela negara kontekstualisasinya jauh
lebih luas bahkan paling lunak (soft) sampai pada bentuk yang keras (hard). Bela
negara dalam bentuk lunak masuk klasifikasi aspek psikologis dan aspekfisik.
Aspek psikologis ini yang tercermin dalam jiwa, karakter, sikap, bahkan jati diri
dari setiap warga negara. Dasar muara dari aspek psikologis ini pada prinsipnya
akan dituangkan ke dalam pola melalui pikiran, karakter, maupun sikap akan
mencerminkan kesadaran dalam bela negara (Kemenhan RI 2018).

d) Ancaman Faktual dan Potensial Terhadap Sistem Pertahanan NKRI


Gelombang globalisasi seolah-olah membalut suatu negara saling terhubung
(interconnceted), tanpa batas (borderless), dan saling tergantung
(interdependency), baik satu negara maupun lainnya di dunia ini. Dinamika
globalisasi yang terjadi tersebut sudah masuk ke Indonesia. Perubahan yang
terjadi di Indonesia selama setengah abad ini telah membawa masyarakat kearah
yang penuh dengan fragmentasi dan kohesi sekaligus (Abdullah, 2006). Dalam
konteks ini, Indonesia mendapat ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan
dari globalisasi itu sendiri. Globalisasi pada dasarnya membawa nilai-nilai baru
yang berasal dari luar, kemudian masuk ke Indonesia, sehingga nilai-nilai baru
tersebut belum tentu akan sesuai dengan kepribadian dan karakter dari masyarakat
(society) Indonesia. Oleh karena itu diperlukan konsepsi pertahanan negara
sebagai proteksi terhadap berbagai ancaman tersebut.
Pertahanan Negara sesuai dengan pasal 30 UUD 1945 adalah resultante dari
pasal 27 ayat (3) UUD 1945 (tentang upaya bela negara). Kemudian lebih rinci
diatur dengan UU RI No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, Beberapa
ketentuan pokok dalam undang-undang ini yang terkait dengan bela negara antara
lain :
a) Pertahanan Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
b) Pertahanan Negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan
negara, keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan segenap bangsa dari

19
segala bentuk ancaman. Dengan demikian, semua bentuk pertahanan negara
harus mengacu pada tujuan tersebut. Oleh karena itu pertahanan negara
berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah NKRI
sebagai satu kesatuan pertahanan.
c) Sistem Pertahanan Negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta
yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumberdaya nasional
lainnya serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan
secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dari segala ancaman.
d) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui :
1) Pendidikan
Kewarganeg
araan.
2) Pelatihan
dasar
Kemiliteran
secara
wajib.
3) Pengabdian
sesuai
dengan
profesi.
4) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib.

Sebagaimana telah digariskan dalam pemaknaan ketahananan nasional


bidang hankam bahwa kondisi daya tangkal bangsa perlu dilandasi oleh kesadaran
bela negara seluruh rakyatnya. Adapun kesadaran bela negara tersebut
mengandung pula kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan
menangkal segala bentuk ancaman. Sebagaimana yang telah dicontohkan pada
pembahasan diatas. Dalam hal implementasi bela negara dalam sistem pertahanan
nasional, menurut Dewan Ketahanan Nasional (2018) Ancaman secara garis

20
besar diklasifikasikan menjadi ancaman faktual dan ancaman potensial. Ancaman
faktual adalah eskalasi tertinggi berupa ancaman itu sendiri atau ancaman yang
telah mewujud secara nyata, sementara itu ancaman potensial mengandung
eskalasi ancaman pada pada tingkat yang lebih rendah yang secara berurutan dari
eskalasi tertinggi hingga terendah meliputi gangguan, hambatan, tantangan dan
kesemuanya secara bersama dikenal sebagai AGHT.
Untuk itu partisipasi dan keikutsertaan setiap dan seluruh warga negara
merupakan keharusan eksistensial dan konstitusional yang tidak bisa ditawar-
tawar lagi. Partisipasi itu sesungguhnya adalah hak dan kewajiban setiap warga
negara serta merupakan wujud tanggung jawab dan komitmen warga negara.
Secara konstitusional tercantum dalam Pasal 27 ayat (3) Undang Undang Dasar
1945, yang berbunyi : ”Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara” Oleh sebab itu tidak satupun warga negara yang
dewasa serta sehat jasmani dan rohani boleh menghindari keharusan dengan
berbagai alasan, untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban tersebut setiap
warga negara harus dilandasi dengan integritas yang tinggi, memiliki jati diri
sebagai bangsa Indonesia.
Dalam membicarakan bela negara sudah barang tentu kita harus
memahami ancaman apa yang akan dan harus dihadapi. Geopolitik Indonesia
sebagai negara yang terletak diantara benua Asia dan Australia serta Samudra
Pasifik dan Samudra Hindia, menyebabkan kondisi nasional sangat dipengaruhi
oleh perkembangan konteks strategis. Posisi seperti ini berimplikasi pada
terjalinnya silang hubungan antara kepentingan negara-negara lain dengan
kepentingan nasional Indonesia.
Mencermati dinamika konteks strategis baik global, regional maupun
domestik, maka ancaman yang sangat mungkin dihadapi Indonesia ke depan,
dapat berbentuk ancaman keamanan tradisional dan ancaman non-tradisional.
Ancaman tradisional atau agresi militer dari negara lain terhadap Indonesia
diperkirakan kecil kemungkinannya. Peran PBB dan reaksi dunia internasional
diyakini mampu mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi penggunaan
kekuatan bersenjata oleh suatu negara untuk memaksakan kehendaknya terhadap

21
negara lain. Ancaman dari luar lebih besar kemungkinannya bersumber dari
kejahatan terorganisir lintas negara (international crime) yang dilakukan oleh
aktor-aktor non-negara, dengan memanfaatkan kondisi dalam negeri yang tidak
kondusif. Perkiraan ancaman dan gangguan yang dihadapi Indonesia ke depan
meliputi terorisme, gerakan separatisme, kejahatan lintas negara
(penyelundupan, penangkapan ikan ilegal, pencemaran dan perusakan
lingkungan/ekosistem, imigrasi gelap, pembajakan/ perompakan), aksi
radikalisme, konflik komunal dan dampak bencana alam. Ancaman terhadap
sistem pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia di kelompokkan menjadi
dua yakni sebagai berikut :
Pertama, ancaman militer, ancaman ini memiliki karakter yang beragam
,dapat berupa jenis ancaman yang sifatnya terorganisasi dengan menggunakan,
yang dinilai mempunyai kemampuan untuk membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer
dapat pula berupa jenis ancaman yang dilakukan oleh militer suatu negara atau
ancaman bersenjata yang datangnya dari gerakan kekuatan bersenjata, yang
dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara , dan keselamatan segenap bangsa. ancaman Militer dapat berupa agresi,
pelanggaran wilayah, pemberontakan bersenjata, sabotase, sepionase, aksi teror
bersenjata, ancaman keamanan laut dan udara, serta konflik komunal. Rincian
ancaman Militer dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 2002 pada penjelasan
pasal 7 ayat (2) adalah sebagai berikut :
a) Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap
kedaulatan negara,keutuhan wilayah, dan ke selatan segenap bangsa atau
dalam bentuk dan cara-cara,antara lain :
1) Invasi berupa serangan oleh kekuatan bersenjata negara lain, terhadap
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Bombardemen berupa penggunaan senjata lainnya yang dilakukan
oleh angkatan bersenjata negara lain terhadap wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

22
3) Blokade terhadap pelabuhan atau pantai atau wilayah udara, Negara
Kesatuan Republik Indonesia oleh angkatan bersenjata negara lain.
4) Serangan unsur angkatan bersenjata negara lain terhadap terhadap
unsur satuan darat atau satuan laut atau satuan udara Tentara Nasional
Indonesia.
5) Unsur kekuatan bersenjata negara lain yang berada dalam wilayah NKRI
berdasarkan perjanjian yang yang tindakan atau keberadaannya
bertentangan dengan ketentuan dalam perjanjian.
6) Tindakan suatu negara yang mengizinkan penggunaan wilayah oleh
negara lain sebagai darah persiapan untuk melakukan agresi terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia
7) Pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran oleh negara lain
untuk melakukan tindakan kekerasan di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia atau melakukan tindakan seperti tersebut diatas
b) Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain, baik yang
menggunakan kapal atau pesawat non komersial.
c) Spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk mencari dan mendapatkan
rahasia militer
d) Sabotase untuk merusak instalasi penting militer dan obyek vital nasional
yang membahayakan keselamatan bangsa.
e) Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme internasional
atau yang bekerja sama dengan terorisme dalam negara atau terorisme
dalam negeri yang bereskalasi tinggi sehingga membahayakan kedaulatan
negara,keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa .
f) Pemberontakan bersenjata.
g) Perang saudara yang terjadi antara kelompok masyarakat bersenjata dengan
kelompok masyarakat bersenjata lainnya .

23
Dalam menghadapi ancaman dari luar berupa kekuatan militer negara
lain, TNI melaksanakan tugas Operasi Militer Perang (OMP). Meskipun
perkiraan ancaman tradisional berupa agresi atau invasi negara lain sangat kecil
kemungkinannya, namun tidak membuat kesiapsiagaan pertahanan negara
menjadi kendor. Pada konteks itu upaya penyelenggaraan pertahanan negara
lebih diarahkan pada upaya preventif guna mencegah dan mengatasi dampak
keamanan yang lebih besar melaui kehadiran dan kesiapan kekuatan TNI.
Ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia diperkirakan lebih besar
kemungkinannya berasal dari ancaman non-tradisional, baik yang bersifat
lintas negara maupun yang timbul di dalam negeri. Oleh karena itu kebijaksanaan
strategis pertahanan Indonesia yang diarahkan untuk
Gambar.1.6. menghadapi
Kekuatan dan
Militer Indonesia
mengatasi ancaman non- (Cr: Akurat.co)

tradisional merupakan prioritas


dan mendesak. Dalam
pelaksanaannya mengedepankan
TNI dengan menggunakan
Operasi Militer Selain Perang
(OMSP). TNI melaksanakan
OMSP bersama-sama segenap
komponen bangsa lain dalam
suatu keterpaduan usaha sesuai
dengan tingkat eskalasi ancaman
yang dihadapi. Terhadap setiap
ancaman dan gangguan keamanan, TNI akan senantiasa mengedepankan upaya
pencegahan sebagai cara terbaik guna menghindari korban dan dampak lain yang
lebih besar.

24
Gambar 1.7. Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Ibu Negara Iriana Joko
Widodo (kelima kanan) dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Hadi
Tjahjanto (kelima kiri) berfoto bersama dengan 152 pilot pesawat tempur TNI AU
di Terminal Selatan Lanud Halim Perdanakusuma (Cr: Republika.co.id)

Kedua, Ancaman Non militer, ancaman non militer digolongkan ke dalam


ancaman yang berdimensi Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, informasi
dan teknologi, serta keselamatan umum. Contoh ancaman non militer antara lain
the brain war, berupa konflik ideologi, perbedaan keunggulan, persaingan daya
cipta dalam percaturan ekonomi, tekhnologi dan ilmu pengetahuan, dan lain
sebagainya. Bentuk-bentuk ancaman non militer dapat digolongkan menjadi 2
(dua ) :
1) Ancaman non militer yang berkaitan langsung dengan dengan pertahanan
negara, misalnya kesengajaan penyebaran penyakit sebagai bagian dari
perang biologi.
2) Ancaman non militer yang tidak berkaitan langsung dengan pertahanan
negara,, misalnya penyebaran penyakit secara alamiah, baik epidemik
maupun pandemik ; contoh lain dari ancaman non militer golongan ini
adalah krisis ekonomi yang terjadi tahun 1998.

25
Sifat ancaman non militer harus dihadapi pula dengan pendekatan non
militer, sebagaimana diatur dalam pasal 7 UU. RI. Nomor 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, bahwa sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman
non militer menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan
sebagai unsur utama, sesuai bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan
didukung unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa, sedangkan TNI sebagai
pendukung.
Adanya ancaman militer dan non-militer, maka cara menghadapinya
dikaitkan dengan struktur kekuatan pertahanan negara. Ancaman militer dihadapi
dengan membangun spektrum keras bela negara berupa pelatihan dasar
kemiliteran dan pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib
serta sebagai anggota komponan cadangan dan anggota komponen
pendukung pertahanan negara. Namun spektrum keras ini dapat juga dilakukan
oleh seluruh warga negara tanpa harus ia menjadi anggota TNI. Bila suatu
profesi benar-benar dibutuhkan oleh pertahanan negara,misalnya dengan senjata
konvensional, dan alat utama sistem senjata (Alutsista) yang memerlukan
keahlian tertentu merupakan wujud lain dari spektrum keras bela negara
diluar menjadi anggota TNI.
Sementara implementasi menghadapi ancaman non-militer dilakukan
melalui spektrum lunak, yang dapat dilakukan dalam profesi masing-masing
warga negara. Wujudnya dilakukan dengan sungguh-sungguh memegang
teguh etika profesi yang mencerminkan dari sikap moral dan kesadaran
profesionalismenya dalam mendukung politik kebangsaan dan pertahanan.
Jadi spektrum bela negara sangat luas mulai yang paling halus sampai
dengan yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga sampai
bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Bela negara
semestinya tidak dipahami sebagai upaya bersifat militer, apalagi semata-mata
tugas TNI, selayaknya bela negara menjadi kewajiban segenap warga negara
sesuai dengan kemampuan dan profesinya.
Berdasarkan pasal 27 ayat (3) UUD 1945, upaya bela negara
merupakan keharusan eksistensial dan konstitusional bagi setiap warga negara.

26
Implementasi atau penerapan bela negara dilakukan oleh setiap warga negara
dewasa yang sehat jasmani dan rohani. Warga negara kita terdiri dari berbagai
golongan dan profesi. Dengan demikian implementasi atau penerapan bela
negara perlu ada ketentuan ataupun arahan yang jelas. Kementerian Pertahanan
sebagai instansi yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pembinaan
kesadaran bela negara, mengklasifikasikan sasaran pembinaan dalam tiga
lingkup yaitu : pendidikan, pekerjaan dan permukiman. Tugas ini direalisasikan
dalam kejasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional
yang khusus mengemban tugas pendidikan bagi seluruh warga negara.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional mempunyai program
Pendidikan Kewarganegaraan yang merupakan salah satu kurikulum wajib
bagi semua tingkat pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan
Pendidikan Tinggi. Mengingat tugas utama dan pertama pendidikan kesadaran
bela negara, yang diemban oleh Kementerian Pertahanan menanamkan nilai-nilai
keutamaan bela negara, maka pendidikan kesadaran bela negara sesungguhnya
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan kewarganegaran.
Dengan demikian maka implementasi bela negara adalah :
a. Dijadikan gerakan nasional pendidikan mencapai watak dan
kepribadian serta
perilaku seganap warga negara.
b. Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara sesuai dengan pasal 9
ayat (2) UU.RI.No. 3 tahun 2003 tentang Pertahanan Negara
diselenggarakan melalui :
1) Pendidikan Kewarganegaraan.
2) Pelatihan dasar Kemiliteran secara wajib.
3) Pengabdian sesuai dengan profesi.
4) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib.
Selain melalui pendidikan, upaya membangun kesadaran bela negara
dapat dilakukan dengan pemberian motivasi dalam berbagai bentuk dan cara.
Motivasi mempunyai kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi sikap dan pola
pikir warga negara. Motivasi itu dapat juga muncul secara spontan dalam diri

27
para warga negara, karena mereka menyaksikan langsung kemampuan negara
dalam mengemban amanat rakyat dan mereka melihat dan merasakan langsung
bahwa negara sungguh-sungguh bermanfaat bagi kehidupan mereka. Tanpa
negara mereka tidak berdaya mengembangkan dirinya. Kemampuan dan manfaat
negara itu tampak di dalam inisiatif negara negara menyediakan berbagai
kebutuhan mereka, menyiapkan aneka fasilitas yang memudahkan mereka meraih
kesejahteraan hidup, melindungi mereka dari berbagai ancaman, menciptakan
iklim kebebasan, kesamaan, keadilan dan solidaritas. Menyaksikan semuanya itu,
mereka termotivasi untuk bangkit membela negara, dan tidak ada alasan lagi
bagi mereka untuk tidak memenuhi hak dan kewajibannya membela negara,
baik di masa damai maupun di masa perang.
Disisi lain, motivasi untuk membela negara dapat muncul, karena para
warga negara merasa terhormat jika mereka mengorbankan waktu, tenaga dan
pikirannya bagi kepentingan umum bangsa dan negara. Bagi para warga
negara pengorbanan demi pengabdian kepada bangsa dan negara merupakan
suatu kehormatan dan kepercayaan. Setiap warga negara akan berusaha menjadi
orang yang dengan sukarela mau berkorban untuk bangsa dan negaranya. Namun
demikian demi rasa keadilan dan kepastian bagi mereka dalam menunaikan hak
dan kewajiban membela negara, maka hal ihwal bela negara harus diatur dalam
peraturan perundang-undangan.Proses motivasi akan berhasil jika setiap warga
negara dan seluruh warga negara Indonesia selain mengenal dan memahami
keunggulan dan kelebihan negara dan bangsa Indonesia, juga sekaligus mengenal
dan memahami kemungkinan ancaman, gangguan dan hambatan terhadap
eksistensi bangsa dan negara Indonesia. Sebagai upaya memotivasi warga negara
untuk bela negara beberapa hal berikut bisa dijadikan dasar konsepnya :
a. Pengalaman sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
b. Posisi geografis Nusantara yang strategis.
c. Keadaan penduduk (demografis).
d. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah.
e. Keanekaragaman budaya bangsa.
f. Perkembangan dan kemajuan Iptek

28
g. Kemungkinan timbulnya perang.
h. Ancaman terhadap pertahanan negara

3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi


Ada banyak contoh, ilustrasi dan gambaran rasa cinta tanah air dan bela
negara. Berikut beberapa contoh dan ilustrasi dari rasa cinta tanah air dan bela
negara:
a. Seorang guru menggunakan kemampuannya untuk meneliti masalah-
masalah sosial
kewarganegaraan yang ada
di masyarakat. Hasil
penelitiannya mengatakan
bahwa penyebab utama
rusaknya moral generasi
muda yang terjadi di
kampungnya adalah
masuknya nilai dan budaya
asing yang terbawa oleh
arus modernisasi. Hasil
penelitiannya kemudian
Gambar.1.8 Guru memaparkan materi di kelas
dijadikan dasar oleh Cr :ronapresentasi.com

pemerintah desa untuk


membuat berbagai kegiatan-kegiatan positif guna menangkal budaya asing
yang negatif guna melindungi generasi mudanya. Pada ilustrasi tersebut
sesungguhnya guru PPKn tersebut sudah memberikan contoh dari rasa
cinta tanah air dan bela negara.
b. Seorang siswa ikut ujian umum di sekolahnya. Manakala rekan sekelasnya
saling mencontek ketika gurunya lengah, namun dirinya tetap fokus dan
tak peduli dengan konsentrasi menjawab soalnya sendiri. Baginya,
mengerjakan sendiri lebih memuaskan daripada mencontek atau meniru
jawaban temannya. Baginya bukan hanya angka semata yang dikejar,

29
namun kepuasan batin bisa mengerjakan soalnya secara mandiri. Siswa
tersebut tengah
memupuk
kepercayaan diri dan
mengasah
kemampuan untuk
bergantung pada diri
sendiri dalam setiap
tantangan. Siswa
seperti ini sedang
belajar mandiri agar
di masa depan tidak menjadi beban negara. Berusaha dan menjadi mandiri
adalah cara ia berkontribusi pada negara sebagai bentuk rasa cinta terhadap
negaranya.
c. Seorang warga negara Indonesia bekerja pada perusahaan multinasional di
luar negeri dengan menduduki posisi penting sebagai direktur atau manajer
perusahaan. Namun pada
Gambar.1.10. Kongres Diaspora Indonesia
suatu waktu dirinya Cr: Tempo.co.id
memilih untuk kembali ke
negaranya dan membangun
karir dari nol. Perusahaan
asing yang telah
membesarkannya dan
membutuhkan tenaganya
ditolak, padahal ia ditawari
kenaikan gaji dalam jumlah
besar. Dirinya kembali bukan untuk mencari pekerjaan, tapi ingin
berkontribusi memberikan pengetahuan dan pengalaman kerjanya di
negaranya sendiri. Pada prinsipnya WNI yang seperti ini telah melakukan
upaya bela negara karena kecintaannya pada Indonesia.

30
4. Forum Diskusi
Capaian Bahan Kajian Tugas Terstruktur
Pembelajaran
Mampu Hakikat Cinta Tanah 1. Deskripsikanlah bentuk-
melaksanakan Air dan Bela Negara bentuk rasa cinta tanah air
tugas keprofesian dan semangat bela
pendidik dalam negara….
bidang PPKn yang Implementasi Cinta 1. Identifikasilah contoh-
memesona, yang Tanah Air dan Bela contoh rasa cinta tanah air
dilandasi sikap Negara dalam dan semangat bela
cinta tanah air, Pembangunan negara….
berwibawa, tegas, Nasional 2. Gambarkanlah bentuk nyata
disiplin, penuh kontribusi guru PPKn dalam
panggilan jiwa, pembangunan nasional….
samapta, disertai Mengembangkan rasa 1. Bacalah materi tentang cinta
dengan jiwa saling menghormati, tanah air dan bela negara,
kesepenuhatian rasa kesetiaan dan kemudian berikanlah contoh
dan kemurahhatian kepatuhan terhadap sikap saling menghormati
NKRI antar sesama dan rasa
kesetiaan terhadap NKRI….
Ancaman Faktual dan 1. Identifikasilah ancaman
Potensial Terhadap ancaman factual terhadap
Sistem Pertahanan NKRI baik dari dalam
NKRI maupun luar negara….

C. PENUTUP
1. Rangkuman
a) Cinta tanah air dan bela negara merupakan dua konsep sistematis yang
saling berpengaruh satu sama lain, salah satu landasan dan nilai dasar dari
bela negara adalah cinta tanah air. Cinta tanah air adalah mengenal dan
mencintai wilayah nasionalnya sehingga selalu waspada serta siap
membela tanah air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup
bangsa dan negara oleh siapapun dan dari manapun. Sementara bela
negara adalah “tekad, sikap dan tindakan warga negara” untuk ikut
serta mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan

31
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara”.
b) Pengaruh asing di era globalisasi dapat dianalogikan sebagai virus yang
menakutkan, namun selama ketahanan nasional sebagai sistem
kekebalan tubuh cukup kuat, virus tersebut seharusnya tidak menjadi
kekuatan yang mengancam. Polemik dan retorika tidak membantu
menciptakan daya saing yang diperlukan untuk terwujudnya Kebangkitan
Nasional. Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa,
yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam mengatasi segala ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan,baik dari luar negeri maupun dalam
negeri, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas,
identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
dalam mengejar tujuan nasional Indonesia. Salah satu upaya strategis
mewujudkan hal tersebut yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan,
yang akan membangun kompetensi kewarganegaraan. Pendidikan
Kewarganegaraan akan merevitalisasi wawasan kebangsaan yang akan
menanamkan kebanggaan sebagai bangsa pejuang, menjadikan Pancasila
sebagai acuan kritis dan etika politik dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, menegakkan kedaulatan rakyat, serta menata nilai-nilai
fundamental spiritual segenap komponen bangsa melalui pengakuan
terhadap kebhinekaan bangsa.
c) Sebagaimana telah digariskan dalam pemaknaan ketahananan nasional
bidang hankam bahwa kondisi daya tangkal bangsa perlu dilandasi oleh
kesadaran bela negara seluruh rakyatnya. Adapun kesadaran bela negara
tersebut mengandung pula kemampuan mempertahankan kedaulatan
negara dan menangkal segala bentuk ancaman. Sebagaimana yang telah
dicontohkan pada pembahasan diatas. Dalam hal implementasi bela
negara dalam sistem pertahanan nasional, menurut Dewan Ketahanan
Nasional (2018:18) Ancaman secara garis besar diklasifikasikan menjadi
ancaman faktual dan ancaman potensial. Ancaman faktual adalah eskalasi

32
tertinggi berupa ancaman itu sendiri atau ancaman yang telah mewujud
secara nyata, sementara itu ancaman potensial mengandung eskalasi
ancaman pada pada tingkat yang lebih rendah yang secara berurutan dari
eskalasi tertinggi hingga terendah meliputi gangguan, hambatan, tantangan
dan kesemuanya secara bersama dikenal sebagai AGHT. Ancaman
terhadap sistem pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dikelompokkan menjadi dua yakni Ancaman Militer dan Ancaman Non
Militer.
Dengan adanya ancaman militer dan non-militer, maka cara
menghadapinya dikaitkan dengan struktur kekuatan pertahanan negara.
Ancaman militer dihadapi dengan membangun spektrum keras bela
negara berupa pelatihan dasar kemiliteran dan pengabdian sebagai
prajurit TNI secara sukarela atau wajib serta sebagai anggota komponen
cadangan dan anggota komponen pendukung pertahanan negara. Namun
spektrum keras ini dapat juga dilakukan oleh seluruh warga negara tanpa
harus ia menjadi anggota TNI. Bila suatu profesi benar-benar
dibutuhkan oleh pertahanan negara, misalnya dengan senjata
konvensional, dan alat utama sistem senjata (Alutsista) yang memerlukan
keahlian tertentu merupakan wujud lain dari spektrum keras bela
negara diluar menjadi anggota TNI.Sedangkan implementasi menghadapi
ancaman non-militer dilakukan melalui spektrum lunak, yang dapat
dilakukan dalam profesi masing-masing warga negara. Wujudnya
dilakukan dengan sungguh-sungguh memegang teguh etika profesi
yang mencerminkan dari sikap moral dan kesadaran profesionalismenya
dalam mendukung politik kebangsaan dan pertahanan.

2. Tes Formatif
1. Pak Adi adalah seorang Guru PPKn di salah satu sekolah SMA Negeri di
Kota Medan. Salah satu pilihan terbaik bagi pak adi untuk mewujudkan nilai-
nilai bela negara yang harus lebih dipahami oleh setiap siswanya dalam

33
praktik penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara
adalah ….
a. Mengajak siswanya untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menghadapi
ujian sekolah
b. Menghormati bendera nasional, lambang nasional dan simbol nasional
lainnya
c. Mengajak untuk Rela berkorban demi Bangsa dan Negara
d. Menggerakkan kebersihan di lingkungan sekolah bersama dengan peserta
didik
e. Mengajak untuk taat membayar pajak

2. Pendidikan merupakan wahana yang efektif dalam menanamkan sikap cinta


tanah air bagi setiap peserta didik. Contoh upaya yang dapat dilakukan guru
dalam menanamkan nilai-nilai Cinta tanah air di sekolah adalah ….
a. Menggalang kegiatan pramuka antar sekolah
b. Menggerakkan dan bersama-sama dengan siswa guru menjaga kebersihan
di lingkungan sekolah
c. Menggerakkan gerakan anti narkoba di lingkungan sekolah
d. Menggerakkan semangat untuk berdisiplin dan mentaati peraturan sekolah
e. Menggalang kegiatan bela negara di lingkungan sekolah

3. Salah satu hal yang harus diperjuangkan dalam mewujudkan cinta tanah air
dalam konteks NKRI yakni segenap bangsa Indonesia harus waspada serta
siap membela tanah air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Dalam konteks kehidupan siswa, maka setiap siswa
seharusnya mempunyai komitmen untuk …
a. Saling hormat-menghormati antara sesama siswa yang memiliki perbedaan
di lingkungan sekolah
b. Menghindari praktik kekerasan dan perbuatan tercela di lingkungan
sekolah

34
c. Menghindari praktik bullying antara sesama siswa
d. Tidak menyebarkan berita bohong
e. Bersikap jujur, adil, di dalam lingkungan sekolah

4. Mudahnya akses informasi dengan menggunakan berbagai media sosial saat


ini memberikan dampak yang positif dan negatife. Salah satu dampak yang
menguntungkan bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam
konsepsi merawat nilai-nilai Cinta tanah air di lingkungan sekitar masyarakat
adalah ….
a. Dengan mudahnya akses informasi masyarakat mampu dengan cepat dapat
merespon informasi terkini
b. Dengan mudahnya akses informasi masyarakat dengan cermat menyeleksi
berita yang ada
c. Dengan mudahnya akses informasi masyarakat dengan cepat dapat
berkomunikasi dalam keluarga
d. Dengan mudahnya akses informasi mampu menyeleksi berita bohong
sampai ke berbagai kalangan
e. Dengan mudahnya akses informasi masyarakat mampu mengenal dan
mencintai wilayah nasionalnya

5. Amanah UUD NRI tahun 1945 pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 ayat (1)
menyebutkan bela negara merupakan sikap ataupun perilaku warga negara
untuk membela negara dari berbagai bentuk ancaman baik dari dalam negeri
maupun dari dalam negeri. Salah satu bentuk ancaman dalam negeri yang
berbahaya saat ini adalah ….
a. Munculnya isu-isu banyaknya pekerja asing yang datang ke Indonesia
b. Maraknya aksi-aksi demontrasi dari hasil pemilu
c. Legitimasi yang lemah dari masyarakat kepada pemerintah
d. Sikap perimordialisme dan radikalisme yang cukup tinggi
e. Maraknya aksi dan praktik korupsi di Indonesia

35
6. Dewasa ini Indonesia masih menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan (ATHG) baik dari dalam maupun luar negara. Pemerintah
menyatakan bahwa pelatihan bela negara ditujukan untuk menumbuhkan
nilai-nilai dasar, yaitu rasa cinta tanah air, rela berkorban, sadar berbangsa
dan bernegara, meyakini Pancasila sebagai ideologi negara, serta memiliki
kemampuan awal bela negara fisik dan nonfisik. Sebagai guru PPKn dalam
upaya mendukung bela negara sikap apa yang seharusnya dikembangkan….
a. Mengikuti pelatihan dasar kemiliteran yang diselenggarakan oleh
pemerintah
b. Memperdalam pemahaman tentang pendidikan kewarganegaraan
c. Menjadi rakyat terlatih sebagai komponen cadangan tentara nasional
Indonesia
d. Menumbuhkan nasionalisme positif pada dirinya
e. Terlibat dalam sistem keamanan dan pengamanan lingkungan sekitar

7. Seorang siswa ikut ujian umum di sekolahnya. Manakala rekan sekelasnya


saling mencontek ketika gurunya lengah, namun dirinya tetap fokus dan tak
peduli dengan konsentrasi menjawab soalnya sendiri sebagai bentuk
kecintaannya terhadap negaranya. Baginya, mengerjakan sendiri lebih
memuaskan daripada mencontek atau meniru jawaban temannya. Baginya
bukan hanya angka semata yang dikejar, namun kepuasan batin bisa
mengerjakan soalnya secara mandiri. Perilaku dan sikap siswa tersebut dapat
diartikan sebagai….
a. Upaya memupuk kepercayaan diri sendiri
b. Mengasah kemampuan untuk tidak bergantung pada orang lain
c. Cara Berkontribusi pada negara sebagai bentuk rasa cinta terhadap
negaranya
d. Belajar mandiri agar di masa depan tidak menjadi beban negaranya
e. Berprilaku jujur dengan tidak berbuat curang

36
8. Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara memiliki makna
yang sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari
hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal
ancaman nyata musuh bersenjata. Kesadaran bela negara tercakup di
dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Pada konteks diatas bela negara bisa dimaknai dengan….
a. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
b. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara
c. Melestarikan budaya
d. Kesadaran Berbangsa & bernegara
e. Rela berkorban untuk bangsa &negara

9. Seorang guru PPKn menggunakan kemampuannya untuk meneliti masalah-


masalah kewarganegaraan yang ada di masyarakat, hal tersebut dilakukan
sebagai upaya memberikan kontribusi terhadap bela negara. Hasil
penelitiannya menemukan bahwa penyebab utama rusaknya moral generasi
muda yang terjadi di kampungnya adalah masuknya nilai dan budaya asing
yang terbawa oleh arus modernisasi. Hasil penelitiannya kemudian dijadikan
dasar oleh pemerintah desa untuk membuat berbagai kegiatan-kegiatan positif
guna menangkal budaya asing yang negatif. Pada ilustrasi tersebut
sesungguhnya perilaku guru PPKn tersebut sedang….
a. Melindungi generasi muda dari bahaya budaya asing
b. Memberikan contoh dari rasa cinta tanah air dan bela negara
c. Meningkatkan semangat generasi muda agar melakukan hal-hal positif
d. Memberikan kontribusi kepada pemerintah desa untuk membuat kegiatan
pertahanan dan keamanan desa
e. Membangun sinergi untuk membendung masuknya budaya asing yang
merusak generasi muda

37
10. Seorang pekerja Indonesia bekerja pada asing di luar negeri dengan
menduduki posisi penting di perusahaan tersebut. Dengan berbagai
pertimbangan ingin berkontribusi bagi negaranya dirinya memilih untuk
kembali ke negaranya dan membangun karir dari awal. Perusahaan asing
yang telah membesarkannya dan membutuhkan tenaganya dia tinggalkan,
padahal ia ditawari kenaikan gaji dalam jumlah besar. Apa yang dilakukan
pekerja Indonesia tersebut merupakan bentuk….
a. Semangat juang WNI di luar negeri
b. Semangat kebangsaan tinggi yang dimilikinya
c. Upaya bela negara karena kecintaannya pada Indonesia
d. Ingin memajukan negaranya sendiri
e. Berkarir di negaranya lebih terhormat daripada di negara lain

3. Kunci Jawaban Tes Formatif


No Jawaban No Jawaban
1 C 6 D
2 B 7 B
3 A 8 A
4 E 9 E
5 D 10 D

4. Daftar Pustaka
Abdullah, I. 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Abidin, Z, dkk. 2014. Buku Ajar : Pendidikan Bela Negara. Jawa Timur : UPN
“Veteran”.
Basseng dan Sejati 2015. Modul Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Dasar
Bela Negara. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara.
Azhar, M. 2001, Perspektif Islam Tentang Bela Negara, Jurnal Ketahanan
Nasional, Vol. VI No. 1 April 2001.
Dewan Ketahanan Nasional. 2018. Modul I: Konsepsi Bela Negara. Jakarta :
Dewan Ketahanan Nasional.

38
. 2018. Modul II : Implementasi Bela Negara. Jakarta :
Dewan Ketahanan Nasional.

Zubaidi. A, dkk 2017, Partisipasi Pemuda Purna Paskibraka Indonesia dalam


Kegiatan Bela Negara dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Wilayah
(Studi Tentang Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten Provinsi
Jawa Tengah), Jurnal Ketahanan nasional, Vol. 23 No. 1 27 April 2017.

Suwarno.G.2000.Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Pendahuluan Bela


Negara di Lingkungan Pekerjaan.Jakarta: Dirjen Sumber Daya Manusia.
Kementrian Pertahanan Indonesia. 2018. Ketahanan Nasional dan Bela Negara,
WIRA, Puskom Publik Kemenhan
.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suradinata, E. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Widodo, S. 2011. Implementasi Bela Negara Untuk Mewujudkan


Nasionalisme.Jurnal Ilmiah, CIVIS, Volume I, No 1, Januari, 2011.

Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT


Bumi Aksara.

Wiyono. H dan Isworo. 2007.Kewarganegaraan. Jakarta: Interplus.

39
KEGIATAN BELAJAR 2:
KESAMAPTAAN DAN
KEPEMIMPINAN

1
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. Deskripsi Singkat ................................................................................................ 1
2. Relevansi ............................................................................................................. 3
3. Petunjuk Belajar .................................................................................................. 4

B. KEGIATAN INTI.................................................................................................. 4
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ........................................................... 4
2. Uraian Materi .................................................................................................... 4
a. Latar Belakang tujuan Kesamaptaan .............................................................. 4
b. Kesamaptaan Jasmani dan Mental .................................................................. 6
c. Modal Insani Pendukung Kesamaptaan dalam Menghadapi Perubahan
Lingkungan Strategis ................................................................................... 13
d.Prinsip Dasar Kepemimpinan Yang Efektif .................................................. 23
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi .................................................................. 28
4. Forum Diskusi.................................................................................................. 32

C.PENUTUP ............................................................................................................ 32
1. Rangkuman ................................................................................................... 32
2. Tes Formatif .................................................................................................. 34
3. Kunci Jawaban Tes Formatif ...................................................................... 38
4. Daftar Pustaka .............................................................................................. 38

ii
2
A. PENDAHULULAN

1. Deskripsi Singkat
Dalam modul 1 Kegiatan belajar 2 ini, anda akan diajak untuk berpikir
secara kritis terkait pemahaman tentang kesamaptaan dan kepemimpinan.
Berbagai materi dan ilustrasi yang disajikan menjadi sumber inspirasi serta
semakin menguatkan motivasi anda untuk memiliki jiwa kesamaptaan dan
kepemimpinan yang baik sebagai karakter dari guru PPKn profesional.
Menurut asal katanya kesamaptaan berasal dari kata “Samapta”, yang
berarti “siap siaga”, kesamaptaan dapat diartikan kesiapsiagaan. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Kesamaptaan merupakan
suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental,
maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam. Istilah lainnya
adalah siap siaga dalam segala kondisi (Sujarwo, 2011). Perilaku kesamaptaan
baik jasmani maupun mental akan muncul bila tumbuh keinginan untuk memiliki
kemampuan dalam menyikapi setiap perubahan dengan baik.
Kesamaptaan jasmani merupakan serangkaian kemampuan jasmani atau
fisik yang harus dimiliki oleh seorang guru PPKn. Kesamaptaan jasmani adalah
kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melaksanakan tugas atau kegiatan
fisik secara lebih baik dan efisien. Komponen penting dalam kesamaptaan jasmani
yaitu kesegaran jasmani dasar yang harus dimiliki untuk dapat melakukan suatu
pekerjaan tertentu baik ringan atau berat secara fisik dengan baik dengan
menghindari efek cedera dan atau mengalami kelelahan yang berlebihan (Ancok
dkk, 2017).
Sedangkan kesamaptaan mental adalah kesiapsiagaan dengan memahami
kondisi mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap
berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya,
baik tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan
diri dengan lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat (Ancok,

1
2017). Berdasarkan penjelasan tersebut, seorang guru PPKn dapat dikatakan telah
memiliki kesamaptaan mental, jika ia mampu menerima dan berbagi rasa aman,
kasih sayang, kebahagiaan, dan rasa diterima oleh orang lain dalam melakukan
berbagai aktivitas. Sebaliknya seseorang dapat dikatakan memiliki kesamaptaan
mental yang rendah, jika ia dalam mengikuti atau melakukan suatu aktivitas
merasakan cemas, sedih, marah, kesal, khawatir, rendah diri, kurang percaya diri,
dan lain-lain.
Kesamaptaan jasmani dan mental dilakukan dengan mengembangkan
dan/atau memaksimalkan kekuatan jasmani dan mental dengan tujuan
mengembangkan modal dasar insani guru PPKn. Modal insani adalah komponen
yang sangat penting di dalam organisasi. Manusia/ insani dengan segala
kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang
luar biasa. Ada enam komponen dari modal manusia, yakni; (1) modal
intelektual; (2) modal emosional; (3) modal sosial; (4) modal ketabahan, (5)
modal moral; dan (6) modal kesehatan (Ancok, 2002). Keenam komponen modal
manusia ini diharapkan muncul dalam sebuah kinerja guru sebagai pelayan
masyarakat yang baik.
Selanjutnya yang tidak kalah penting untuk dimiliki oleh seorang guru
PPKn profesional adalah jiwa kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan adalah
upaya untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan dorongan dan
bimbingan dalam bekerjasama untuk mengejar tujuan yang telah disepakati
bersama. Kepemimpinan menyentuh berbagai segi kehidupan manusia seperti
cara hidup, kesempatan berkarya, bertetangga, bermasyarakat bahkan bernegara.
Oleh karena itu usaha sadar untuk semakin mendalami berbagai segi
kepemimpinan yang efektif perlu dilakukan secara terus menerus. Hal ini
disebabkan keberhasilan suatu organisasi sekolah misalnya, baik sebagai
keseluruhan maupun sebagai kelompok dalam suatu organisasi sekolah tersebut
sangat bergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang
bersangkutan.
Kepemimpinan akan berjalan secara efektif dan efisien apabila dilaksanakan
oleh seorang pemimpin. Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan

2
untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan
bentuk alasannya. Pemimpin adalah individu yang memimpin, sementara
kepemimpinan merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. H.G.
Hicks dan C.R. Gullet dalam bukunya yang berjudul Organization: Theory and
Behaviors berpendapat bahwa pemimpin yang efektif dan berhasil memiliki
berbagai sifat antara lain yaitu : bersikap adil, memberikan sugesti, mendukung
tercapainya tujuan, sebagai katalisator, menciptakan rasa aman, sebagai wakil
organisasi, sumber inspirasi, dan yang terakhir mau menghargai (Lembaga
Administrasi Negara, 2008).

2. Relevansi
Kegiatan belajar 2 (KB2) yang membahas tentang kesamaptaan dan
kepemimpinan pada diklat PPG dalam jabatan ini sangat relevan menjadi mata
latih peserta, sebagai bagian upaya mewujudkan guru profesional PPKn.
Kesamaptaan yang sesungguhnya dimiliki oleh setiap guru PPKn sebagai abdi
negara dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk menghadapi berbagai permasalahan
yang sering terjadi di lingkungan birokrasi, baik permasalahan yang sifatnya
internal maupun eksternal. Selain permasalahan tersebut kesiapsiagaan juga
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, dan seni (IPTEKs). Perilaku kesamaptaan akan muncul bila
tumbuh keinginan guru PPKn untuk memiliki kemampuan dalam menyikapi
setiap perubahan dengan baik.
Demikian pula halnya dengan kepemimpinan. Kepemimpinan, menyentuh
berbagai segi kehidupan manusia seperti cara hidup, kesempatan berkarya,
bertetangga, bermasyarakat bahkan bernegara. Oleh karena itu usaha sadar
untuk semakin mendalami berbagai segi kepemimpinan yang efektif perlu
dilakukan secara terus menerus. Hal ini disebabkan keberhasilan suatu organisasi
baik sebagai keseluruhan maupun sebagai kelompok dalam suatu organisasi
tertentu sangat bergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat dalam
organisasi yang bersangkutan.

3
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 2 (KB 2) ini, ada beberapa hal
yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi KB 2
ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan
penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian permulaan terhadap tema kesamaptaan dan
kepemimpinan dengan mencari beberapa referensi yang relevan.
3. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 2 pada modul 1 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 2.
4. Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat,
berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan pada KB 2 ini.
5. Bila anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat, atau
bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
6. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil

B. KEGIATAN INTI

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mampu melaksanakan tugas keprofesian pendidik dalam bidang PPKn
yang memesona, yang dilandasi sikap cinta tanah air, berwibawa, tegas, disiplin,
penuh panggilan jiwa, samapta, disertai dengan jiwa kesepenuhatian dan
kemurahhatian.

4
2. Uraian Materi
a) Latar Belakang dan Tujuan Kesamaptaan
Menurut asal katanya kesamaptaan berasal dari kata “Samapta”, yang
berarti siap siaga, kesamaptaan dapat diartikan kesiapsiagaan. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dimaknai bahwa kesamaptaan merupakan suatu keadaan
siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial
dalam menghadapi situasi kerja yang beragam. Istilah lainnya adalah siap siaga
dalam segala kondisi (Sujarwo,2011).
Kegiatan samapta menjadi kebutuhan sebagian besar institusi pemerintah
bagi para pegawainya termasuk pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud). Tujuan kesamaptaan bagi para guru sebagai bahagian dari pegawai
kemdikbud adalah untuk membentuk fisik dan mental agar menjadi pegawai yang
siap menghadapi tantangan institusi ke depan dan juga meningkatkan kebugaran
dari para pegawai. Kegiatan samapta memberikan berbagai manfaat bagi para
peserta atau sering disebut sebagai serdik (peserta didik). Peningkatan
kedisiplinan menjadi manfaat utama dari kegiatan samapta. Berbagai cara
dilakukan oleh penyelenggara samapta untuk menanamkan nilai-nilai kedisiplinan
seperti bangun pagi, senam pagi, jadwal acara yang tersusun rapi, on-time pada
setiap acara dan lain sebagainya. Peningkatan kedisiplinan akan memberikan
dampak positif pada dunia kerja, dimana para pegawai akan sangat menghargai
waktu yang dimiliki sehingga akan tercipta efisiensi kerja pada setiap individu
pegawai.
Kesamaptaan yang sesungguhnya dimiliki oleh setiap guru PPKn sebagai
abdi negara dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk menghadapi berbagai
permasalahan yang sering terjadi di lingkungan baik permasalahan yang sifatnya
internal maupun eksternal. Selain permasalahan tersebut kesiapsiagaan juga
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK). Perilaku kesamaptaan akan muncul bila tumbuh keinginan
guru untuk memiliki kemampuan dalam menyikapi setiap perubahan dengan
baik. Berdasarkan teori psikologi oleh Kurt Lewin (dalam Ancok dkk,2017)
kemampuan menyikapi perubahan adalah hasil interaksi faktor-faktor biologis-

5
psikologis individu guru PPKn dengan faktor perubahan lingkungan (perubahan
masyarakat, birokrasi, tatanan dunia dalam berbagai dimensi).
Guru PPKn yang samapta adalah guru yang mampu meminimalisir
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja. Dengan
memiliki kesiapsiagaan yang baik, maka seorang guru PPKn akan mampu
mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) baik dari
dalam maupun dari luar. Sebaliknya jikaguru PPKn tidak memiliki kesamaptaan,
maka akan sulit mengatasi ATHG tersebut. Oleh karena itu penting hendaknya
memiliki pengetahuan/kesadaran dan praktik internalisasi nilai-nilai berbagai
kegiatan kesamaptaan.
Pada umumnya, istilah kesamaptaan lebih sering digunakan dalam sistem
pembinaan anggota TNI dan POLRI dalam perspektif bahwa kesamaptaan adalah
kesiapsiagaan terhadap adanya ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
(ATHG). Sehingga seluruh personil ataupun prajurit TNI dan POLRI wajib
memiliki dan memelihara kesamaptaan. Namun saat ini sikap kesamaptaan bukan
saja milik TNI dan POLRI tetapi harus menjadi bagian dari kehidupan seorang
guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai abdi negara dan pelayanan
masyarakat.

b) Kesamaptaan Jasmani
dan Mental
1. Kesamaptaan Jasmani
Salah satu bagian
kesamaptaan yang wajib
dimiliki dan dipelihara oleh
guru PPKn adalah
kesamaptaan jasmani.
Kesamaptaan jasmani Gambar 2.1. Para guru berbaris pada peringatan hari guru
Cr : Pelitakarawang.com
merupakan serangkaian
kemampuan jasmani atau fisik yang dimiliki oleh seorang guru. Kesamaptaan
jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melaksanakan tugas

6
atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Komponen penting dalam
kesamaptaan jasmani yaitu kesegaran jasmani dasar yang harus dimiliki untuk
dapat melakukan suatu pekerjaan tertentu baik ringan atau berat secara fisik
dengan baik dengan menghindari efek cedera dan atau mengalami kelelahan yang
berlebihan (Ancok dkk, 2017).
Berdasarkan istilah tersebut maka dapat dikatakan bahwa dengan memiliki
kesamaptaan jasmani yang baik sebagai upaya menjaga kebugaran, maka disaat
yang sama juga akan memperoleh kebugaran mental atau kesamaptaan mental,
atau dapat dikatakan sehat jasmani dan rohani.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan menjelaskan
bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomis. Dari definisi
tersebut jelas terlihat bahwa kesehatan bukanlah semata-mata keadaan bebas dari
penyakit, cacat atau kelemahan, melainkan termasuk juga menerapkan pola hidup
sehat secara badan, sosial, dan rohani yang merupakan hak setiap orang.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan pola hidup sehat adalah segala upaya guna
menerapkan berbagai kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan diri dari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu
kesehatan.Untuk mengetahui dan memelihara kesamaptaan jasmani yang baik,
maka perlu mengetahui serangkaian bentuk kegiatan kesamaptaan dan tes untuk
mengukur tingkat kesamaptaan jasmani yang perlu dimiliki. Tinggi rendahnya,
cepat lambatnya, berkembang dan meningkatnya kesamaptaan jasmani seseorang
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam maupun dari luar tubuh.
Pusat Pengembangan Kesegaran Jasmani Tahun 2003 membaginya kedalam
dua faktor, yaitu: (1) faktor dalam (endogen) yang ada pada manusia yaitu:
genetik, usia, dan jenis kelamin, dan (2) faktor luar (eksogen) antara lain:
aktivitas fisik, kebiasaan merokok, keadaan/status kesehatan, dan Indeks Massa
Tubuh (IMT).
Kesamaptaan jasmani perlu selalu dijaga dan dipelihara dikarenakan
kesamaptaan jasmani memberikan manfaat bukan hanya kemampuan fisik atau
jasmaniah yang baik tapi juga kemampuan psikis yang baik. Hal ini sesuai

7
dengan pepatah “mensana in corporesano” yang artinya: didalam tubuh yang
kuat terdapat jiwa yang sehat. Manfaat kesamaptaan jasmani yang selalu dijaga
dan dipelihara adalah:
1) Memiliki postur yang baik, memberikan penampilan yang berwibawa
lahiriah karena mampu melakukan gerak yang efisien.
2) Memiliki ketahanan melakukan pekerjaan yang berat dengan tidak
mengalami kelelahan yang berarti ataupun cedera, sehingga banyak hasil
yang dicapai dalam pekerjaannya.
3) Memiliki ketangkasan yang tinggi, sehingga banyak rintangan pekerjaan
yang dapat diatasi, sehingga semua pekerjaan dapat berjalan dengan cepat
dan tepat untuk mencapai tujuan.
Untuk mengetahui dan memelihara kesamaptaan jasmani yang dimiliki
maka diperlukan serangkaian
bentuk tes dan latihan
kesamaptaan jasmani.Selain
itu, tujuan latihan
kesamaptaan jasmani juga
untuk mencapai tingkat
kesegaran fisik (physical
fitness) dalam kategori baik

Gambar 2.2. Lari Maraton sehingga siap dan siaga dalam


Cr :Tribunmedan.com melaksanakan setiap
aktivitas sehari-hari, baik di rumah, di lingkungan kerja, atau di lingkungan
masyarakat.Untuk mencapai tujuan dan sasaran latihan kesamaptaan jasmani di
atas, perlu memperhatikan faktor usia/umur. Umur merupakan salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi tingkat kesamaptaan jasmani seseorang. Oleh
karena itu, latihan kesamaptaan perlu diklasifikasikan berdasarkan kelompok
umur. Selain faktor umur, jenis kelamin juga turut membedakan tingkat
kesamaptaan seseorang.
Berbagai bentuk latihan kesamaptaan jasmani yang dilakukan dapat
diketahui hasilnya dengan mengukur kekuatan stamina dan ketahanan fisik

8
seseorang secara periodik minimal setiap 6 bulan sekali. Beberapa bentuk
kesamaptaan fisik yang sering digunakan dalam melatih kesamaptaan jasmani,
yaitu; lari 12 menit, pull up, sit up, push up, shutle run (lari membentuk angka 8),
lari 2.4 km atau cooper test, dan berenang. Ragam latihan kesamaptaan lainnya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, diantaranya senam,
bersepeda, berjalan cepat, dan lari maraton.
Melakukan latihan sebagaimana telah dijelaskan di atas secara teratur dan
benar, serta berlangsung dalam waktu yang lama dapat memberikan pengaruh
terhadap peningkatan level kesamaptaan jasmani seseorang. Hal ini akan
bermanfaat untuk memperbaiki dan mempertahankan serta meningkatkan
kesamaptaan jasmani dan juga dapat menimbulkan perubahan (postur) fisik. Oleh
sebab itu, perubahan fisiologis tubuh akan terjadi sebagai dampak dari aktivitas
olahraga secara teratur dan berlangsung lama seperti:
ii. Perubahan fisik bersifat temporer (sesaat), yaitu reaksi tubuh setelah
melakukan kegiatan fisik yang cukup berat seperti kenaikan denyut nadi,
meningkatnya suhu tubuh disertai produksi keringat yang lebih banyak.
Namun, perubahan ini hanya sementara sifatnya dan berangsur akan
hilang setelah kegiatan fisik berakhir.
iii. Perubahan fisik tetap dapat berupa perubahan pada otot rangka, berupa
pembesaran otot rangka dan peningkatan jumlah mioglobin.
iv. Perubahan lain, peningkatan kekuatan dan perubahan tulang rawan di
persendian. Perubahan ini sifatnya menetap, sehingga apabila perlu
dipertahankan akan mewujudkan tingkat kesamaptaan jasmani yang baik
(Sumosardjuno dalam Ancok, 2017)
Pada bagian akhir pembahasan tentang kesamaptaan jasmani pada kegiatan
belajar ini, perlu kiranya untuk diketahui beberapa langkah sederhana yang dapat
dilakukan untuk menjaga kesamaptaan jasmani antara lain (Agustinus Sipayung
dalam Ancok, 2017):
1. Makanlah makanan yang bergizi secara teratur dalam porsi yang cukup.
2. Sediakan waktu yang cukup untuk beristirahat.
3. Biasakanlah berolahraga secara teratur.

9
4. Perbanyaklah mengkonsumsi air putih.
5. Buang air besar/kecil segera dan jangan ditunda

2. Kesamaptaan Mental
Kesamaptaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami
kondisi mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap
berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya,
baik tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan
diri dengan lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat (Ancok,
2017).
Seorang guru PPKn
dapat dikatakan telah
memiliki kesamaptaan
mental, jika ia mampu
menerima dan berbagi
rasa aman, kasih sayang,
kebahagiaan, dan rasa
diterima oleh orang lain
dalam melakukan
berbagai aktivitas.
Gambar. 2.3. Guru mengajak siswa berdiskusi
Sebaliknya seseorang
Cr: Gooogle.com
dapat dikatakan memiliki
kesamaptaan mental yang rendah, jika ia dalam mengikuti atau melakukan suatu
aktivitas merasakan cemas, sedih, marah, kesal, khawatir, rendah diri, kurang
percaya diri, dan lain-lain. Melalui pembahasan tentang kesamaptaan diharapkan
seorang guru PPKn mampu:
1) Terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala
penyakit jiwa (psychose).
2) Menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat
serta lingkungan.

10
3) Mendapatkan pengetahuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan
segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin, sehingga dapat
membawa kepada kebahagiaan.
4) Mempunyai kesanggupan untuk menghadapi masalah yang biasa terjadi,
dan merasakan secara positif kebahagiaan dalam menghadapi setiap
permasalahan hidup.
Dalam rangka meningkatkan tingkat kesamaptaan mental, perlu
memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, yaitu faktor
internal dan eksternal. Untuk itu agar setiap orang dapat mencapai tingkat
kesamaptaan mental yang baik, maka hendaknya:
1) Menerima dan mengakui dirinya sebagaimana adanya (Ikhlas dan
bersyukur).
2) Berpikir positif dan bersikap sportif.
3) Percaya diri dan memiliki semangat hidup.
4) Siap menghadapi tantangan dan berusaha terus untuk mengatasinya.
5) Terbuka, tenang, tidak emosi bila menghadapi masalah.
6) Banyak bergaul dan bermasyarakat secara positif.
7) Banyak latihan mengendalikan emosi negatif, dan membiasakan
membangkitkan emosi positif.
8) Memiliki integrasi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam
mengatasi problema hidup termasuk stress.
9) Mampu mengaktualisasikan dirinya secara optimal guna berproses
mencapai kematangan.
10) Mampu bersosialisasi atau menerima kehadiran orang lain.
11) Menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan.
12) Memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna dan tujuan
bagi hidupnya.
13) Pengawasan diri atau memiliki kontrol diri terhadap segala keinginan
yang muncul.
14) Memiliki perasaan benar dan sikap bertanggung jawab atas perbuatan-
perbuatannya

11
Cara menentukan pengaruh mental terhadap perilaku seseorang memang
tidak mudah, karena mental tidak dapat dilihat, diraba, atau diukur secara
langsung. Manusia hanya dapat melihat bekasnya dalam sikap, tindakan, dan
cara seseorang dalam menghadapi persoalan. Ahli jiwa mengatakan bahwa
pengaruh mental itu dapat dilihat pada perasaan, pikiran, kelakuan, dan kesehatan.
Penjelasan tentang pengaruh kesamaptaan mental akan diuraikan sebagai berikut
(Ancok, 2017):
1. Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Perasaan
Pengaruh kesehatan mental terhadap perasaan dapat dilihat dari cara
pandang orang menghadapi kehidupan. Misalnya ada orang yang
mencemaskan hal-hal kecil yang oleh orang lain tidak dirasakan berat, akan
tetapi bagi dirinya hal itu sudah sangat berat sehingga menyebabkan gelisah,
susah tidur, dan hilang nafsu makan. Namun kadangkala mereka sendiri
tidak mengerti dan tidak dapat mengatasi kecemasannya. Inilah yang dalam
istilah kesehatan mental dinamakan anxiety dan phobia atau takut yang
tidak pada tempatnya. Jadi di antara gangguan perasaan yang disebabkan
oleh terganggunya kesehatan mental adalah rasa cemas (gelisah), iri hati,
sedih, merasa rendah diri, pemarah, dan ragu (bimbang). Hal ini dapat
diantisipasi dengan melatih kemampuan berperasaan positif.
2. Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Pikiran
Pengaruh kesamaptaan mental atas pikiran, dapat dilihat berdasarkan
gejala yang bisa diamati yaitu sering lupa, sulit mengkonsentrasikan pikiran
kepada sesuatu yang penting, kemampuan berpikir menurun sehingga
merasa seolah-olah tidak lagi cerdas, lambat bertindak, lesu, malas, tidak
bersemangat kurang inisiatif, dan mudah terpengaruh oleh kritikan-kritikan
orang lain. Semuanya itu bukanlah suatu sifat yang datang tiba-tiba dan
dapat diubah dengan nasihat dan teguran saja, akan tetapi perlu upaya keras
untuk mengubahnya dengan cara melatih kemampuan berpikir positif.
3. Pengaruh Kesamaptaan Mental Terhadap Sikap Perilaku
Pengaruh kesamaptaan mental atas sikap dan perilaku, dapat dikenali
dengan adanya gejala ketidaktentraman hati, hal ini dapat mempengaruhi

12
sikap perilaku dan tindakan seseorang, seperti sikap nakal, pendusta, senang
menganiaya diri sendiri atau orang lain, dan berbagai kelakuan
menyimpang lainnya.

4. Pengaruh Kesamaptaan Mental Terhadap Kesehatan Badan


Pada masa dahulu, penyakit yang sangat mencemaskan adalah penyakit
menular dan penyakit-penyakit yang mudah menyerang. Sesungguhnya
penyakit tersebut dapat diatasi dengan obat-obatan dan cara-cara
pencegahan yang telah ditemukan para ahli kesehatan/obat-obatan. Tetapi
pada masyarakat maju muncul suatu penyakit yang lebih berbahaya dan
sangat menegangkan yaitu penyakit gelisah, cemas, dan berbagai penyakit
yang tidak dapat diobati oleh ahli pengobatan. Karena penyakit itu timbul
bukan karena kekurangan pemeliharaan kesehatan atau kebersihan akan
tetapi karena hilangnya ketenangan jiwa. Dampak yang ditimbulkan dari
ketidak-tenangan jiwa menyebabkan nafsu makan berkurang, susah tidur,
malas, sehingga timbul suatu sikap tidak memperdulikan kesehatan dan
kebersihan diri dan lingkungannya. Sikap inilah yang menyebabkan adanya
pengaruh kesamaptaan mental terhadap kesehatan badan.

c. Modal Insani Pendukung Kesamaptaan dalam Menghadapi Perubahan


Lingkungan Strategis
Ruang lingkup bahasan modal insani ini dibatasi pada ruang lingkup
perubahan strategis yaitu: family, community/ culture, society, dan global.
Sebelum kita membahas mengenai perubahan lingkungan strategis, sebaiknya
perlu diawali dengan memahami apa itu perubahan dan bagaimana konsep
perubahan dimaksud. Untuk itu, mari kita renungkan pernyataan berikut ini:
“Perubahan itu mutlak dan kita akan jauh tertinggal jika tidak segera
menyadari dan berperan serta dalam perubahan tersebut”

Dengan menyimak pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa mulai saat


ini kita harus bergegas menentukan bentuk masa depan, jika tidak maka orang
(bangsa) lain yang akan menentukan masa depan (bangsa) kita. Perubahan yang

13
diharapkan terjadi bukannya sesuatu yang berbeda saja, namun jauh dari itu,
perubahan yang diharapkan terjadi di masa depan adalah perubahan ke arah yang
lebih baik untuk memuliakan manusia/humanity (memberikan manfaat bagi umat
manusia).
Ditinjau dari pandangan Brenner (1979) ada empat level lingkungan
strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan guru PPKn dalam melakukan
pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: keluarga (family),
masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), nasional
(Society), dan dunia (Global). Keempat level lingkungan strategis tersebut
disajikan dalam gambar di bawah ini:

Gambar 2.4. Model faktor perubahan yang mempengaruhi kinerja


guru
Berdasarkan gambar tersebut dapat dikatakan bahwa perubahan global
(globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa semua bangsa (Negara) untuk
berperan serta, jika tidak maka arus perubahan tersebut akan menghilang dan
akan meninggalkan semua yang tidak mau berubah. Perubahan global ditandai
dengan hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan membangun pemahaman
dunia ini satu tidak dipisahkan oleh batas negara. Hal yang menjadi pemicunya
adalah berkembang pesatnya teknologi informasi global, dimana setiap informasi
dari satu penjuru dunia dapat diketahui dalam waktu yang tidak lama berselang
oleh orang di penjuru dunia lainnya.
Perubahan cara pandang tersebut telah mengubah tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hal ini ditandai dengan masuknya kepentingan global

14
(negara-negara lain) ke dalam negeri dalam aspek hukum, politik, ekonomi,
pembangunan, dan lain sebagainya. Tidak semua hal dapat diadopsi, namun yang
terpenting adalah menyadari adanya desakan perubahan tersebut, dan
menyelaraskan arus perubahan tersebut dengan kepentingan dalam negeri. Isu
HAM dan Demokrasi adalah dua agenda perubahan global yang harus disikapi
dengan baik. Arus kebebasan yang saat ini dirasakan kebablasan perlu disikapi
dengan bijaksana, karena kita hidup berdampingan dengan orang (Negara) lain.
Dimana kita dan mereka memiliki hak yang sama sehingga hak tersebut perlu
diatur bersama-sama agar tidak saling menegasikan.
Dengan memahami penjelasan di atas, maka yang perlu menjadi perhatian
guru PPKn adalah membalik fenomena di atas dengan mulai membenahi diri
sendiri dengan segala kemampuan dengan mengembangkan berbagai potensi
yang telah dimiliki.
Istilah modal atau capital dalam konsep manajemen sumber daya manusia
di perkenalkan oleh Theodore, W. Schultz pada pidatonya tahun 1960 yang
berjudul Investment in Human Capital di hadapan para ahli ekonomi dan pejabat
yang tergabung dalam American Economic Association, pidato tersebut
merupakan peletak dasar konsep modal manusia (human capital concept).
Konsep ini pada intinya menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk
modal sebagaimana bentuk kapital
lainnya seperti mesin, teknologi,
tanah, uang, dan material.
Manusia sebagai human capital
(modal insani) tercermin dalam
bentuk pengetahuan, gagasan
(ide), kreativitas, keterampilan,
dan produktivitas kerja. Tidak
seperti bentuk kapital lain yang Gambar.2.5. Human Capital Analytic
hanya diperlakukan sebagai tools, Cr:masstlc.org

15
human capital ini dapat menginvestasikan dirinya sendiri melalui berbagai bentuk
investasi SDM, diantaranya pendidikan formal, pendidikan informal, pengalaman
kerja, kesehatan, dan gizi serta transmigrasi (Fattah, 2004).
Sasaran latihan kesamaptaan jasmani dan mental adalah dengan
mengembangkan dan/atau memaksimalkan kekuatan mental dengan tujuan
mengembangkan modal dasar kita sebagai insani yaitu modal insani. Modal
manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam organisasi. Manusia
dengan segala kemampuannya bila di kerahkan keseluruhannya akan
menghasilkan kinerja yang luar biasa. Ada enam komponen dari modal manusia,
yakni; (1) modal intelektual; (2) modal emosional; (3) modal sosial; (4) modal
ketabahan, (5) modal moral; dan (6) modal kesehatan (Ancok,2002). Keenam
komponen modal manusia ini diharapkan muncul dalam sebuah kinerja guru
sebagai pelayan masyarakat yang baik.
Modal Insani untuk mendukung kesamaptaan terhadap perubahan yang
terjadi pada lingkungan strategis diantaranya yaitu; modal intelektual, modal
emosional, modal sosial, modal ketabahan, modal etika/moral, dan modal
fisik/biologis.
1. Modal Intelektual
Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan
peluang dan mengelola perubahan organisasi pada setiap lingkungan strategis.
Modal intelektual sangat besar peranannya di dalam menambah nilai suatu
aktivitas oganisasi. Organisasi yang unggul dan sukses adalah organisasi yang
terus menerus mengembangkan sumber daya manusianya (Ross dkk., 1997).
Pada dasarnya manusia dengan sifat dasar curiosity-nya, maka manusia memiliki
sifat mendasar yaitu proaktif dan inovatif dalam mengelola setiap perubahan
lingkungan strategis (ekonomi, sosial, politik, teknologi, hukum dan lain-lain)
yang sangat tinggi kecepatannya.
Mereka yang tidak beradaptasi pada perubahan yang sangat cepat akan
ditinggalkan oleh perubahan itu sendiri. Modal intelektual yang dimaksud disini
bukan diartikan secara sempit sebagai IQ (Intelligence Quotient). Sebagaimana
dahulu para ahli kejiwaan dan ahli pendidikan memperdebatkan konsep IQ

16
(Intelligence Quotient) sebagai indikator kecerdasan seseorang dalam
memecahkan setiap permasalahan kehidupan dan juga diduga akan mampu
menguasai pengetahuan dengan cepat karena kecepatan daya pikir yang
dimilikinya. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini angka
kecerdasan yang tinggi belum cukup bagi seseorang untuk mampu menghadapi
berbagai persoalan apabila yang bersangkutan tidak memiliki kemampuan untuk
merefleksi diri (merenung) misalnya tentang kejadian alam semesta kemudian
dicari makna dari setiap fenomena yang terjadi sehingga terbentuk pengetahuan
baru. Kebiasaan merenung dan merefleksikan sebuah fenomena inilah yang
membuat seorang guru khususnya menjadi cerdas.
Oleh karena itu modal intelektual sesungguhnya terletak pada kemauan untuk
berpikir dan kemampuan untuk memikirkan sesuatu. Modal intelektual tidak
selalu ditentukan oleh tingkat pendidikan formal yang tinggi, namun tingkat
pendidikan formal yang tinggi sangat menunjang untuk membentuk kebiasaan
berpikir (budaya akademik).
2) Modal Emosional
Kemampuan menyikapi perubahan dan melaksanakan tuntutan tugas dengan
baik sangat ditentukan oleh kecerdasan emosional. Setiap guru PPKn bekerja
dengan orang lain dan untuk orang lain. Kemampuan mengelola emosi dengan
baik akan menentukan kesuksesan guru PPKn dalam melaksanakan tugas,
kemampuan dalam mengelola emosi tersebut disebut juga sebagai kecerdasan
emosi. Kecerdasan emosi adalah kapasitas untuk mengenali emosi diri dan emosi
orang lain, untuk mengelola motivasi diri, dan untuk mengelola emosi diri dalam
hubungannya dengan orang lain, sehingga dengan mengenal kecerdasan emosi
maka akan lebih potensial memprediksi kesuksesan dalam berkarir, lebih mampu
mempertahankan motivasi, lebih mampu mengelola stres, sambil mengelola
emosi diri sekaligus menjalin hubungan sosial.
Goleman (1997) menggunakan istilah emotional intelligence untuk
menggambarkan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola emosi diri
sendiri, serta memahami emosi orang lain agar dia dapat mengambil tindakan
yang sesuai dalam berinteraksi dengan orang lain. Goleman membaginya pada

17
lima kategori, yaitu: a)Self-Awareness, b) Self-Regulation, c) Self-Motivation, d)
Social Awareness, dan e) Social Skills.
Pandangan lainnya tentang kecerdasan emosi sebagaimana dikemukakan
oleh Bradberry & Greaves (dalam Ancok 2005), yang membagi kecerdasan
emosional ke dalam empat dimensi yakni:
a) Self Awareness adalah kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri
secara tepat dan akurat dalam berbagai situasi secara konsisten.
Bagaimana reaksi emosi di saat menghadapi suatu peristiwa yang
memancing emosi, sehingga seseorang dapat memahami respon emosi
dirinya sendiri dari segi positif maupun segi negatif.
b) Self Management adalah kemampuan mengelola emosi secara baik, setelah
memahami emosi yang sedang dirasakannya, apakah emosi positif atau
negatif. Kemampuan mengelola emosi secara positif dalam berhadapan
dengan emosi diri sendiri akan membuat seseorang guru PPKn dapat
merasakan kebahagiaan yang maksimal.
c) Social Awareness adalah kemampuan untuk memahami emosi orang lain
dari tindakannya yang tampak.Ini adalah kemampuan berempati,
memahami dan merasakan perasaan orang lain secara akurat. Dengan
adanya pemahaman ini seorang guru PPKn sudah memiliki kesiapan untuk
menanggapi situasi emosi orang lain termasuk peserta didik secara positif.
d) Relationship Management adalah kemampuan seorang guru untuk
berinteraksi secara positif pada orang lain, betapapun negatifnya emosi
yang dimunculkan oleh orang lain. Kemampuan mengelola hubungan
dengan orang lain secara positif ini adalah hasil dari ketiga dimensi lain
dari kecerdasan emosi (self awareness, self management and social
awareness). Orang yang memiliki modal emosional yang tinggi akan
memiliki sikap positif di dalam menjalani kehidupan. Dia memiliki pikiran
positif (positive thinking) dalam menilai sebuah fenomena kehidupan
betapapun buruknya fenomena tersebut di mata orang lain. Ketika
menghadapi perbedaan pendapat, guru PPKn yang memiliki modal
emosional yang tinggi akan menyikapinya dengan positif, sehingga

18
diperoleh manfaat yang besar bagi pengembangan diri, atau
pengembangan sebuah konsep. Modal intelektual akan berkembang atau
terhambat perkembangannya sangat ditentukan oleh modal emosional.

3. Modal Sosial
Istilah modal sosial pertama kali muncul tahun 1916 di saat ada diskusi
tentang upaya membangun pusat pembelajaran masyarakat (Cohen & Prusak,
2001). Modal sosial adalah serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal
yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu organisasi/kelompok
masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka.
Modal sosial adalah dasar bagi terbentuknya sinergi di dalam melaksanakan
tugas organisasi dan dengan bersinergi maka akan didapat hasil kerja yang
lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja sendiri-sendiri.
Modal sosial ditujukan untuk menumbuhkan kembali jejaringan
kerjasama dan hubungan interpersonal yang mendukung kesuksesan,
khususnya kesuksesan guru sebagai abdi negara yang terdiri atas:
a) Kesadaran Sosial (social awareness) yaitu kemampuan berempati
terhadap apa yang sedang dirasakan oleh orang lain, memberikan
pelayanan prima, mengembangkan kemampuan orang lain,
memahami keanekaragaman latar belakang sosial, agama dan budaya
dan memiliki kepekaan politik.
b) Kemampuan sosial (social skill) yaitu, kemampuan mempengaruhi
orang lain, kemampuan berkomunikasi dengan baik, kemampuan
mengelola konflik dalam kelompok, kemampuan membangun tim
kerja yang solid,dan kemampuan mengajak orang lain berubah
Modal sosial memiliki keterkaitan dengan modal intelektual,
Keberhasilan modal intelektual adalah jika telah terjadi proses pembagian
wawasan/pengetahuan. Untuk dapat berbagi wawasan dengan baik, harus
membangun jaringan hubungan sosial terlebih dahulu. Kemampuan
membangun jaringan sosial inilah yang disebut dengan modal sosial.
Semakin luas pergaulan seseorang dan semakin luas jaringan hubungan

19
sosial semakin tinggi posisi seseorang. Manfaat yang bisa dipetik dengan
mengembangkan modal sosial adalah terwujudnya kemampuan untuk
membangun dan mempertahankan jaringan kerja, sehingga terbangun
hubungan kerja dan hubungan interpersonal yang lebih akrab.

4. Modal ketabahan
Konsep modal ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz yang ditulis dalam
buku Adversity Quotient;Turning Obstacles into Opportunities (2002). Ketabahan
adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan sebuah organisasi birokrasi. Dalam menghadapi kesulitan
atau problem yang belum terpecahkan hanya mereka yang tabah yang akan
berhasil menyelesaikannya. Berdasarkan perumpamaan pada para pendaki
gunung, Stoltz membedakan tiga tipe manusia: quitter, camper dan climber.
1) Quitter yakni orang yang bila berhadapan dengan masalah memilih untuk
melarikan diri dari masalah dan tidak mau menghadapi tantangan guna
menaklukkan masalah. Orang seperti ini akan sangat tidak efektif dalam
menghadapi tugas kehidupan yang berisi tantangan. Dia juga tidak efektif
sebagai pekerja sebuah organisasi bila dia tidak kuat.
2) Camper adalah tipe yang berusaha tapi tidak sepenuh hati. Bila dia
menghadapi sesuatu tantangan dia berusaha untuk mengatasinya, tapi dia
tidak berusaha mengatasi persoalan.Camper bukan tipe orang yang akan
mengerahkan segala potensi yang dimilikinya untuk menjawab tantangan
yang dihadapinya.
3) Climbery adalah tipe yang memiliki stamina yang luar biasa di dalam
menyelesaikan masalah. Dia tipe orang yang pantang menyerah, sesulit
apapun situasi yang dihadapinya. Climber adalah pekerja yang produktif
bagi organisasi tempat dia bekerja. Orang tipe ini memiliki visi dan cita-
cita yang jelas dalam kehidupannya.Kehidupan di jalaninya dengan sebuah
tata nilai yang mulia, bahwa berjalan harus sampai ke tujuan.

20
5. Modal Moral
Kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-
prinsip universal kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata nilai, tujuan, dan
tindakan kita. Kemampuan untuk membedakan apa yang benar dan yang salah).
Ada empat komponen modal moral/etikal yakni: Integrity, Responsibility,
Compassionate, dan Forgivenes.
a. Integritas (integrity), yakni kemauan untuk mengintegrasikan nilai-nilai
universal di dalam perilaku. Individu memilih berperilaku yang tidak
bertentangan dengan kaidah perilaku etis yang universal. Mereka
berkeyakinan bahwa perilaku etis dalam bekerja adalah sesuatu yang
harus dilakukan dan akan membuat dirinya bersalah jika hal itu dilakukan.
b. Bertanggung jawab (responsibility) atas perbuatan yang dilakukannya.
Hanya orang-orang yang mau bertanggung jawab atas tindakannya dan
memahami konsekuensi dari tindakannya yang bisa berbuat sejalan dengan
prinsip etik yang universal.
c. Penyayang (compassionate) adalah tipe orang yang tidak akan merugikan
orang lain, karena dia menyadari memberi kasih sayang pada orang lain
adalah juga sama dengan memberi kasih sayang pada diri sendiri. Orang
yang melanggar etika adalah orang-orang yang tidak memiliki kasih sayang
pada orang lain yang dirugikan, sebab perbuatannya melanggar hak orang
lain.
d. Pemaaf (forgiveness) adalah sifat yang terarah (diberikan) pada sesama
manusia. Orang yang memiliki kecerdasan moral yang tinggi bukanlah tipe
orang pendendam yang membalas perilaku yang tidak menyenangkan
dengan cara yang tidak menyenangkan pula
Sebagaimana modal intelektual yang berbasis pada kecerdasan intelektual,
modal moral pada dasarnya adalah kecerdasan moral yang berbasis pada empat
kompetensi moral di atas. Modal moral menjadi semakin penting peranannya
karena upaya membangun manusia yang cerdas dengan IQ tinggi dan manusia
yang pandai mengelola emosinya dalam berhubungan dengan orang lain tidaklah

21
mengantarkan manusia pada kebermaknaan hidup. Kebermaknaan hidup adalah
sebuah motivasi yang kuat yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu
kegiatan yang berguna. Hidup yang berguna adalah hidup yang memberi makna
pada diri sendiri dan orang lain.

6. Modal Kesehatan/kekuatan Fisik/Jasmani


Badan atau raga adalah wadah untuk mendukung manifestasi semua modal
insani yang dibahas sebelumnya, Badan yang tidak sehat akan membuat semua
modal di atas tidak muncul dengan maksimal. Oleh karena itu kesehatan adalah
bagian dari modal manusia agar dia bisa bekerja dan berpikir secara produktif.
Tolok ukur kesehatan adalah bebas dari penyakit, dan tolok ukur kekuatan fisik
adalah; tenaga (power), daya tahan (endurance), kekuatan (muscle strength),
kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), kelincahan (agility), koordinasi
(coordination), dan keseimbangan (balance). Jadi ada benarnya kata pepatah
dalam badan yang sehat terdapat jiwa/pikiran yang sehat.
Bagi orang yang beragama, modal intelektual, modal emosional, modal
sosial, modal ketabahan, dan modal moral yang diutarakan di atas adalah bagian
dari ekspresi modal spiritual. Semakin tinggi keimanan seseorang semakin tinggi
pula kelima modal di atas. Namun demikian banyak orang yang menyarankan
agar modal spiritual dipisahkan dari kelima modal di atas, dengan tujuan untuk
semakin menekankan betapa pentingnya upaya pengembangan spiritualitas dan
keberagamaan manusia. Di mata orang yang berpandangan demikian, agama
akan menjadi pembimbing kehidupan agar tidak menjadi egoistik yang
orientasinya hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Oleh karena itu
upaya untuk mengembangkan keagamaan adalah bagian mutlak dan utama bagi
tumbuhnya masyarakat yang makmur dan sejahtera serta aman dan damai.
Penjelasan keenam modal insani pendukung kesamaptaan diatas sangat
penting dimiliki oleh seseorang dalam mengembangkan jiwa kesamaptaan
terutama dalam menghadapi perubahan lingkungan strategi. Perubahan
lingkungan strategis yang terjadi setiap waktu disadari atau tidak akan membawa
konsekuensi pada munculnya ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan.

22
d. Prinsip Dasar Kepemimpinan yang Efektif
Kepemimpinan, menyentuh berbagai segi kehidupan manusia seperti cara
hidup, kesempatan berkarya, bertetangga, bermasyarakat bahkan bernegara. Oleh
karena itu usaha sadar untuk semakin mendalami berbagai segi kepemimpinan
yang efektif perlu dilakukan secara terus menerus. Hal ini disebabkan
keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun sebagai
kelompok dalam suatu organisasi tertentu sangat bergantung pada mutu
kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan.Para ahli
memberikan defenisi kepemimpinan, antara lain (Badu, 2017: 32) :
1. Thoha (2013) menyatakan “kepemimpinan adalah kegiatan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku
manusia, baik perseorangan maupun kelompok.”
2. Hadari (1993 ) melihat kepemimpinan dari dua konteks yaitu “struktural
dan nonstruktural. Dalam konteks struktural kepemimpinan diartikan
sebagai proses pemberian motivasi agar orang-orang yang dipimpin
melakukan kegiatan dan pekerjaan sesuai dengan program yang telah
ditetapkan. Adapun dalam konteks non struktural kepemimpinan dapat
diartikan sebgai proses mempengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku, dan
mengerahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama”.
3. Tanembaum dan Massarik (1961) menjelaskan “kepemimpinan adalah
suatu proses atau fungsi sebagai suatu peran yang memerintah”.
4. Kontz (2005) mendefenisikan kepemimpinan sebagai “pengaruh, seni atau
proses mempengaruhi orang sehingga mereka akan berusaha mencapai
tujuan kelompok dengan kemauan dan antusias”.
5. Frigon (1996) mengungkapkan “leadership is the art and sciene of getting
others to perform and achieve vision”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah upaya untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan
dorongan dan bimbingan dalam bekerjasama untuk mengejar tujuan yang telah
disepakati bersama.

23
Kepemimpinan akan berjalan secara efektif dan efisien apabila dilaksanakan
oleh seorang pemimpin. Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan
bentuk alasannya.Pemimpin adalah individu yang memimpin, sementara
kepemimpinan merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Pada era persaingan global ini peranan pemimpin sangat dominan untuk
dapat menjembatani masalah-masalah kronis yang dihadapi oleh organisasinya.
Peranan pemimpin menurut hasil penelitian Mintzberg (dalam LAN, 2008) dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Peranan yang bersifat interpersonal
Dalam fungsi bersifat interpersonal meliputi 3 (tiga) macam peran seperti:
a. Figurehead; Sebagai pimpinan satuan organisasi kadang-kadang harus
tampil dalam berbagai upacara resmi dan undangan, misalnya hadir
dalam upacara perkawinan anggota stafnya, menghadiri upacara-
upacara pelantikan dan sebagainya.
b. Leader; Dalam hal ini seorang pemimpin harus mampu memberikan
bimbingan sehingga bawahan dapat dibina dan dikembangkan dalam
pelaksanaan tugas.
c. Liaison (penghubung) Dalam hal ini pemimpin harus mengembangkan
hubungan kerjasama, bukan hanya dengan bawahan melainkan
lingkungan kerja di luar satuannya dalam saling tukar menukar
informasi.

2. Peranan yang bersifat informasional


Menerima dan menyampaikan informasi adalah peranan penting bagi
setiap pemimpin, sebab dalam setiap pengambilan keputusan pemimpin
perlu informasi. Ada tiga macam peranan yang bersifat informasional :
7. Peranan sebagai Pemonitor, dalam arti setiap pemimpin harus selalu
mengikuti dan memperoleh segala macam informasi seluruh proses
kegiatan di satuan kerjanya.

24
8. Peranan sebagai Dessiminator, dalam arti seorang pemimpin harus
selalu memberikan informasi kepada bawahannya tentang setiap hal
yang berkaitan dengan satuan kerjanya. Hal ini penting agar para
bawahan selalu dapat mengikuti setiap program dan perubahan yang
terjadi di lingkungan kerjanya. Setiap organisasi apapun memerlukan
kerjasama, bantuan, konsultasi, dan dukungan dari luar. Dalam
hubungan keluar baik
yang bersifat kerjasama,
konsultasi dan sebagainya,
seorang pemimpin
bertanggung jawab dan
mempunyai kewenangan
sepenuhnya untuk
mengadakan hubungan
kerja dan sebagainya.
9. Peranan sebagai Juru
Bicara, segala informasi
Gambar.2. 6. Leadership dan nonleadership
yang menyangkut satuan
Cr:Minanews.net
kerja yang akan disampaikan ke luar tidak bisa disalurkan melalui
orang lain, sebab juru bicara suatu organisasi adalah pemimpin itu
sendiri.
3. Peranan Sebagai Pengambil Keputusan.
Sebagai pengambil keputusan setiap pemimpin dapat berperan sebagai:
a. Orang yang selalu berusaha memperbaiki dan mengembangkan satuan kerja
yang dipimpinnya. Setiap pemimpin harus berusaha untuk menciptakan ide
dan gagasan baru, baik menyangkut sistem hubungan dan tata kerja
(innovation) satuan kerja yang dipimpinnya, maupun pengembangan
organisasinya sendiri.
b. Orang yang selalu mampu mengatasi segala macam kesulitan (disturbances
handler). Dalam situasi apapun seorang pemimpin harus mampu mengatasi
segala hambatan tantangan yang dihadapinya.

25
c. Peran sebagai pengatur segala macam sumber yang ada. Setiap pemimpin
bertanggung jawab mengatur segala macam sumber daya manusia, dana,
waktu, dan prasarana, sehingga masing-masing sumber dapat dimanfaatkan
secara efektif dan efisien dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi.
d. Orang yang berperan mewakili dalam setiap hubungan kerja dengan satuan
kerja di luarnya.
Pendapat lain yang menarik tentang peranan kepemimpinan, diungkapkan
oleh H.G. Hicks dan C.R. Gullet dalam bukunya yang berjudul Organization:
Theory and Behaviors. Kedua pakar tersebut berpendapat bahwa peranan
pemimpin tersebut berhasil perlu berbagai sifat antara lain yaitu: bersikap adil,
memberikan sugesti, mendukung tercapainya tujuan, sebagai katalisator,
menciptakan rasa aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi, dan yang
terakhir mau menghargai.
1) Bersikap adil
Dalam kehidupan organisasi apapun, rasa kebersamaan diantara para
anggotanya adalah mutlak. Sebab rasa kebersamaan pada hakikatnya
merupakan pencerminan dari kesepakatan antar sesama bawahan, pemimpin
dengan bawahan, dalam mencapai tujuan organisasi. Tetapi dalam hal-hal
tertentu mungkin akan terjadi ketidaksesuaian di antara para bawahan, timbul
persoalan. Apabila di antara mereka tidak bisa memecahkan persoalan,
pemimpin perlu turun tangan untuk segera menyelesaikan. Dalam hal
memecahkan persoalan hubungan di antara bawahan, pemimpin harus adil,
tidak memihak.
2) Memberikan sugesti (Suggesting)
Sugestinya bisa disebut saran atau anjuran. Dalam rangka kepemimpinan
sugesti merupakan kewibawaan atau pengaruh yang seharusnya mampu
menggerakkan hati orang lain. Dan sugesti mempunyai peranan yang sangat
penting di dalam memelihara dan membina rasa pengabdian, partisipasi dan
harga diri, serta rasa kebersamaan diantara para bawahan.
3) Mendukung tercapainya tujuan (Supplying Objectives)

26
Tercapainya tujuan organisasi tidak otomatis, melainkan harus didukung
oleh adanya berbagai sumber. Oleh karena itu, agar setiap organisasi dapat
efektif dalam arti mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta
pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal, maka perlu disiapkan
sumber pendukungnya yang memadai, seperti: mekanisme dan tata kerja,
sarana, serta sumber yang lain.
4) Katalisator (Catalysing)
Secara kimiawi arti kata katalis atau katalisator ialah zat yang tidak ikut
bereaksi, tetapi mempercepat reaksi (kimia). Jadi dalam dunia kepemimpinan,
seorang pemimpin dikatakan berperan sebagai katalisator, selalu meningkatkan
segala sumber daya manusia yang ada. Berusaha memberikan reaksi yang
menimbulkan semangat dan daya kerja cepat dan semaksimal mungkin, selalu
tampil sebagai pelopor dan pembawa perubahan.
5) Menciptakan rasa aman (Providing Security)
Setiap pemimpin berkewajiban menciptakan rasa aman bagi para
bawahannya. Dan fungsi ini, hanya dapat dilaksanakan apabila setiap
pemimpin selalu mampu memelihara hal-hal yang positif, sikap optimisme
dalam menghadapi segala permasalahan, sehingga dengan demikian dalam
melaksanakan tugas-tugasnya bawahan merasa aman, bebas dari segala
perasaan gelisah, kekhawatiran, merasa memperoleh jaminan keamanan dari
pimpinan.
6) Sebagai wakil organisasi (Representing)
Setiap bawahan yang bekerja pada unit organisasi apapun selalu
memandang atasan atau pemimpinnya mempunyai peranan dalam segala
bidang kegiatan, lebih-lebih kepemimpinan yang menganut prinsip
“keteladanan atau panutan”. Seorang pemimpin adalah segala-galanya oleh
karenanya, segala perilaku, perbuatan, dan kata-katanya akan selalu
memberikan kesan tertentu terhadap organisasinya. memberikan gambaran
yang positif pula terhadap organisasi yang dipimpinnya. Dengan demikian
setiap pemimpin tidak lain juga diakui sebagai tokoh yang mewakili dalam
segala hal dari pada organisasi yang dipimpin.

27
7. Sumber inspirasi (Inspiring)
Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi para
bawahannya. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus selalu dapat
membangkitkan semangat para bawahan, sehingga para bawahan menerima
dan memahami tujuan organisasi secara antusias, dan bekerja secara efektif ke
arah tercapainya tujuan organisasi.
8) Bersikap menghargai (Praising)
Setiap orang pada dasarnya menghendaki adanya pengakuan dan
penghargaan dari orang lain. Demikian pula setiap bawahan dalam suatu
organisasi memerlukan adanya pengakuan dan penghargaan dari atasannya.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban pemimpin harus mau memberikan
penghargaan atau pengakuan dalam bentuk apapun kepada bawahannya.
Penjelasan diatas menunjukkan akan pentingnya sifat kepemimpinan yang
harus dimiliki dan dikembangkan oleh seorang pemimpin yang memesona.
Kedelapan sifat pemimpin yang baik menurut kedua ahli diatas menjadi bekal
bagi keberhasilan seseorang dalam memainkan peranan organisasi.

3.Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi


Sebagaimana penjelasan diatas, guru PPKn harus mampu memiliki jiwa
kepemimpinan dan kesamaptaan yang baik. Hal tersebut tidak hanya akan
berpengaruh pada penampilannya di dalam kelas, namun juga terhadap
kesehariannya di lingkungan sekolah dan masyarakat. Beberapa ilustrasi perilaku
kepemimpinan yang harus diperlihatkan oleh seorang guru dapat dilihat pada
ilustrasi di bawah ini;

28
Ilustrasi gambar di sebelah kiri
menunjukkan dua hal yang
bertentangan terhadap penghargaan
dan kerjasama tim;
- Sesuai: Ini adalah kesempatan
bagus untuk menunjukkan apa
yang kita mampu.
- Tidak sesuai: Bagus, ini saat
yang tepat untuk menunjukkan
bahwa saya yang terbaik.

Ilustrasi gambar disebelah kiri


menunjukkan dua hal yang
bertentangan pada penilaian
terhadap kesalahan atau kegagalan:
- Sesuai: jika kesalahan tidak
ditujukkan kepada seseorang
- Tidak sesuai: jika kesalahan
hanya ditunjukkan pada satu
orang

Ilustrasi gambar disebelah kiri


menunjukkan dua hal yang
bertentangan pada musyawarah dan
kerjasama:
- Sesuai: Mari berpikir bersama.
Ide apa yang kita punya?
- Tidak sesuai: Kita akan
melakukan dengan cara saya.
Saya tahu bagaimana cara
melakukan itu.

Ilustrasi gambar disebelah kiri


menunjukkan dua hal yang
bertentangan pada bentuk
penghargaan dan apresiasi:
- Sesuai: Kita mencapai banyak
hal hari ini.
- Tidak sesuai: tidak ada yang
kita dapatkan hari ini, semuanya
sia-sia.

29
Ilustrasi gambar disebelah kiri
menunjukkan dua hal yang
bertentangan pada penghargaan
atau apresiasi:
- Sesuai:jika ada yang kesusahan
pada pekerjaannya maka yang
harus dilakukan adalah“OK,
pertama kamu harus tenang
lalu ceritakan apa masalahmu”.
- Tidak sesuai: mari saya bantu
mengerjakannya.

Ilustrasi gambar disebelah kiri


menunjukkan dua hal yang
bertentangan terhadap sikap
mengakui kekurangan dan meminta
bantuan:
- Sesuai: Bagaimana kamu
melakukannya? Saya tidak
bisa mengerjakannya!
- Tidak sesuai: Tidak, ini
agak aneh. Saya bisa
menyelesaikan ini sendiri.

Ilustrasi gambar disebelah kiri


menunjukkan dua hal yang
bertentangan terhadap hal yang
tidak disepakati:
- Sesuai: Dengar, semuanya
lelah. Mari kita diskusikan
hal ini besok.
- Tidak sesuai: Kamu salah!!!
Yang kamu kerjakan tidak
sesuai!!!

30
Ilustrasi gambar disebelah kiri
menunjukkan dua hal yang
bertentangan terhadap sikap
meminta maaf dan mengakui
kesalahan:
- Sesuai: Dengar, saya
bertindak terlalu jauh
kemarin. (“”Jangan
khawatir. Mari kita lupakan
itu””).
- Tidak sesuai: Biarkan dia
meminta maaf terlebih
dahulu. Saya tidak akan
memulai berbicara.

Ilustrasi gambar disebelah kiri


menunjukkan dua hal yang
bertentangan mendelegasikan tugas
dan tanggung jawab:
- Sesuai: Ini adalah tanggung
jawabmu. Apakah semua
orang tahu apa yang mereka
lakukan?
- Tidak sesuai: Apa yang kita
butuhkan? Saya tidak tahu
apa yang mesti dikerjakan.

Ilustrasi gambar disebelah kiri


menunjukkan dua hal yang
bertentangan terhadap keberhasilan
dan kesuksesan dalam pekerjaan:
- Sesuai: Ini keberhasilan
kitabersama
- Tidak sesuai: Ini
keberhasilan saya

Gambar 2.7: Ilustrasi Sikap Pemimpin yang Bijaksana


Cr. https://www.brilio.net

31
4. Forum diskusi
Capaian Bahan Kajian Bahan Kajian Diskusi
Pembelajaran

Mampu - Latar Belakang dan 1. Pada dasarnya jiwa


melaksanakan Tujuan Kesamaptaan. kesamaptaan tidak hanya
tugas keprofesian - Kesamaptaan Jasmani penting dimiliki oleh
pendidik dalam dan Mental. TNI/POLRI, namun juga harus
bidang PPKn yang - Modal Insani dimiliki oleh semua warga
memesona, yang Pendukung negara tidak terkecuali guru
dilandasi sikap Kesamaptaan dalam PPKn. Jelaskanlah latar
cinta tanah air, Menghadapi Perubahan belakang dan arti penting
berwibawa, tegas, Lingkungan Strategis kesamaptaan bagi guru PPKn....
disiplin, penuh 2. Jelaskan pula arti penting
panggilan jiwa, kesamaptaan jasmani dan
samapta, disertai rohani....
dengan jiwa 3. Deskripsikanlah secara jelas
kesepenuhatian modal insani/ manusia
dan pendukung kesamaptaan dalam
kemurahhatian. menghadapi perubahan
lingkungan strategis....
Prinsip Dasar Deskripsikanlah dengan jelas dasar-
Kepemimpinan yang dasar kepemimpinan yang efektif....
Efektif

32
C. PENUTUP

1. Rangkuman
a. Guru yang samapta adalah guru yang mampu meminimalisir terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja. Dengan memiliki
kesiapsiagaan yang baik, maka seorang guru akan mampu mengatasi segala
ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) baik dari dalam
maupun dari luar. Sebaliknya jika guru tidak memiliki kesamaptaan, maka
akan sulit mengatasi ATHG tersebut. Oleh karena itu penting hendaknya
memiliki pengetahuan/kesadaran dan praktik internalisasi nilai-nilai berbagai
kegiatan kesamaptaan.
b. Salah satu bagian kesamaptaan yang wajib dimiliki dan dipelihara oleh guru
adalah kesamaptaan jasmani. Kesamaptaan jasmani merupakan serangkaian
kemampuan jasmani atau fisik yang dimiliki oleh seorang guru. Kesamaptaan
jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melaksanakan
tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Selain itu seorang guru
uga harus memiliki kesamaptaan mental yang baik yaitu kesiapsiagaan dengan
memahami kondisi mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan
diri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa
(kedewasaan) nya, baik tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya
sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah, sekolah,
lingkungan kerja dan masyarakat
c. Sasaran latihan kesamaptaan jasmani dan mental adalah dengan
mengembangkan dan/atau memaksimalkan kekuatan jasmani dan mental
dengan tujuan mengembangkan modal dasar kita sebagai insani yaitu modal
insani. Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam
organisasi. Manusia dengan segala kemampuannya bila dikerahkan
keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang luar biasa. Ada enam
komponen dari modal manusia, yakni; (1) modal intelektual; (2) modal

33
emosional; (3) modal sosial; (4) modal ketabahan, (5) modal moral; dan (6)
modal kesehatan (Ancok,2002). Keenam komponen modal manusia ini
diharapkan muncul dalam sebuah kinerja guru sebagai pelayan masyarakat
yang baik.
d. Kepemimpinan adalah upaya untuk mempengaruhi orang lain dengan
memberikan dorongan dan bimbingan dalam bekerjasama untuk mengejar
tujuan yang telah disepakati bersama. Kepemimpinan akan berjalan secara
efektif dan efisien apabila dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Pemimpin
adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku
orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya.Pemimpin
adalah individu yang memimpin, sementara kepemimpinan merupakan sifat
yang harus dimiliki seorang pemimpin. Agar peranan pemimpin tersebut
berhasil perlu berbagai sifat antara lain yaitu: bersikap adil, memberikan
sugesti, mendukung tercapainya tujuan, sebagai katalisator, menciptakan rasa
aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi, dan yang terakhir mau
menghargai.

2. Tes Formatif
1. Pemimpin merupakan sosok yang mampu memberikan pengaruh positif
terhadap yang dipimpinnya. Demikianpun dengan keberadaan guru PPKn di
dalam kelas, dirinya harus mampu menjadi sosok yang mampu mencerminkan
karakter seorang guru PPKn profesional. Diantara karakter kepemimpinan guru
PPKn didalam kelas adalah bertipe intuitive thinkers yang antara lain memiliki
karakteristik ....
a. Menyukai hal yang bersifat logis dalam proses pembelajaran
b. Menyukai situasi yang harmonis di dalam kelas
c. Mampu mengambil keputusan secara cepat terhadap peserta didik
d. Memiliki orientasi pada fakta,sesuatu yang pasti dan detail daripada asusmsi
e. Menuntut kesempurnaan dalam pekerjaan

34
2. Dalam menjalankan fungsinya sebagai guru PPkn, bu Maryatun menjalankan
fungsi kepemimpinan dengan menempatkan dirinya sebagai orang yang paling
berkuasa dalam kelasnya. Pada kondisi tersebut bu Maryatun merupakan sosok
guru dengan karakteristik pemimpin bertipe ....
a. Elected leaders
b. Sociometric leaders
c. Salient leaders
d. Persistent leader
e. Responsibility leaders

3. Teori sifat dalam kepemimpinan antara lain dipengaruhi oleh perilaku, faktor
kontekstual, lingkungan, kekuasaan, dan faktor eksternal lainnya. Pada banyak
hal pemikiran bahwa keberhasilan kepemimpinan guru PPKn didasari dan
ditentukan oleh ....
a. Perilaku guru PPKn dalam menjalankan kepemimpinannya di dalam kelas
b. Faktor-faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan dan siswanya di dalam
kelas
c. Daya tarik, kecemerlangan, kekuasaan dan pengaruhnya di lingkungan
sekolah
d. Kecerdasan, keterampilan, semangat juang yang dimilikinya
e. Atribut pribadi guru PPKn tersebut sebagai pemimpin

4. Sebagai guru PPKn pak budi harus menunjukkan kepemimpinan


kharismatiknya di dalam kelas. Oleh karenanya pak budi harus mampu
mengenali berbagai hal yang berpengaruh terhadap kelasnya, mengidentifikasi
perkembangan yang sedang terjadi di kelas dan menganalisisnya. Hal ini
berarti bahwa pak budi perlu memiliki sifat atau ciri ....
a. Adaptabilitas dan fleksibel
b. Antisipatif dan proaktif
c. Objektivitas dan pragmatis
d. Inkuisitif dan analisis

35
e. Objective dan accountable

5. Seorang siswa di kelas PPKn memiliki keyakinan terhadap pembelajaran tetapi


kurang memiliki keterampilan, maka perilaku yang tepat yang harus
ditunjukkan oleh guru PPkn sebagai pemimpin di dalam kelas harus berbentuk
....
a. Instruktif
b. Partisipatif
c. Delegatif
d. Konsultatif
e. Komunikatif

6. Dalam mengelola kelas seorang guru PPKn harus mempunyai gaya


kepemimpinan demokratik, hal tersebut agar pembelajaran dan suasana di
dalam kelas menjadi terbuka dan menarik, guru dan siswa juga dapat
melakukan interaksi secara langsung dalam pembelajaran. Gaya kepemimpinan
yang demoktratis tersebut antara lain dapat dilihat dari karakteristik ....
a. Berperan sebagai agen perubahan yang radikal
b. Berorientasi pada pelaksanaan tugas
c. Menggunakan pendekatan yang integralistik
d. Mengutamakan orientasi hubungan dengan anggota organisasi
e. Menekankan pada aspek kesempurnaan dalam bekerja

7. Pada pembelajaran di kelas seorang guru PPKn harus dapat mengelola kelas
dengan baik. Pengelolaan kelas tersebut memungkinkan untuk dilakukan jika
guru tersebut memiliki gaya atau perilaku kepemimpinan transformasional
yang bercirikan ....
a. Melindungi, mengayomi dan menolong anggota organisasi yang
dipimpinnya
b. Memberdayakan anggota organisasi melalui peningkatan konsep diri yang
positif

36
c. Mempengaruhi anggota organisasi dengan mendayagunakan kelebihan sifat
kepribadian pemimpin
d. Memotivasi pengikut dengan mengarahkan para pengikut pada kepentingan
diri pemimpin sendiri
e. Menegakkan aturan di dalam kelas agar hasil pembelajaran yang diperoleh
maksimal

8. Seorang guru PPKn harus memiliki jiwa kesamaptaan yang sesungguhnya, hal
tersebut dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk menghadapi berbagai
permasalahan yang sering terjadi di lingkungan sekolah, baik permasalahan
yang sifatnya internal maupun eksternal.Selain permasalahan tersebut
kesamaptaan atau kesiapsiagaan juga dipengaruhi oleh perubahan lingkungan
dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan seni (IPTEKs).
Dengan memiliki jiwa kesamaptaan yang baik,maka guru PPkn tersebut akan
memiliki kesiapan terhadap….
a. Tantangan dan hambatan dalam pembelajaran dan pengelolaan kelas
b. Kesiapan jasmani dalam menghadapi peserta didik yang nakal
c. Mendidik dan mengajar siswa di lokasi terluar, terdalam, terpencil dan
tertinggal
d. Kemungkinan ancaman fisik
e. Serangan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab

9. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa karakteristik responsive guna


memahami masalah yang terjadi terhadap kondisi yang dipimpinnya.
Karakteristik kepemimpinan responsif tersebut dapat dilihat dari ciri….
a. Memiliki kemampuan menerima dinamika perkembangan masyarakat.
b. Memiliki kemampuan menentukan dinamika perkembangan masyarakat
c. Memiliki kemampuan menjaga dinamika perkembangan masyarakat
d. Memiliki kemampuan memajukan dinamika perkembangan masyarakat
e. Memiliki kemampuan untuk secara dini memahami dinamika
perkembangan masyarakat.

37
10. Salah satu bagian kesamaptaan yang wajib dimiliki dan dipelihara oleh guru
PPKn adalah kesamaptaan jasmani. Kesamaptaan jasmani merupakan
serangkaian kemampuan jasmani atau fisik yang harus dimiliki oleh seorang
guru, hal tersebut bermanfaat terhadap....
a. Kemampuan guru PPKn untuk mengajar dalam waktu yang lama
b. Kekuatan guru PPKn untuk mengahdapi segala kondisi
c. Kemampuan guru PPkn mengajar pada tempat terpencil
d. Kesanggupan guru PPKn untuk melaksanakan tugas atau kegiatan fisik
secara lebih baik dan efisien.
e. Kesanggupan guru PPKn menghadapi kenakalan siswa

3. Kunci Jawaban Tes Formatif


No Jawaban No Jawaban
1 A 6 C
2 C 7 B
3 E 8 A
4 B 9 E
5 D 10 D

4. Daftar Pustaka
Ancok, D. 2002.Outbound Management Training: Aplikasi Ilmu Perilaku dalam
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: UII Press.
Ancok, D, dkk. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Kesamaptaan. Jakarta :
Lembaga Administrasi Negara.
Badu, Syamsu Q dan Novianty Djafri. 2017. Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Gorontalo : Ideas Publishing.
Cohen, D. & Prusak, L. (2001). In Good Company. Boston : Harvard Business
School Press.
Fattah, Nanang .2004. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung :
Remaja Rosdakarya.

38
Frigon, L Normand dan Harry K Jackson Jr. 1996. The Leader Developing The
Skills and The Personal Qualities You Need To Lead Effectively.New York
:Amacom
Lembaga Administrasi Negara . 2008. Kepemimpinan dalam organisasi : Modul
Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara.
Nawawi, Hadari.1993. Kepemimpinan menurut Islam. Yogyakarta : UGM Press
Sujarwo. 2014. Modul Kesamaptaan. Yogyakarta : UNY Press.
Thoha, Miftah.2013. Kepemimpinan dan Manajemen edisi 1. Jakarta: Raja
Grafindo

39
KEGIATAN BELAJAR 3:
KERJASAMA, KOMUNIKASI, KEPEKAAN
SOSIAL DAN KEPEDULIAN TERHADAP
MASYARAKAT, PROFESI DAN
LINGKUNGAN

i 1
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. Deskripsi Singkat ................................................................................................ 1
2. Relevansi ............................................................................................................. 2
3. Petunjuk Belajar .................................................................................................. 4
B. KEGIATAN INTI.................................................................................................. 4
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ................................................................ 4
2. Uraian Materi ...................................................................................................... 5
a.Kompetensi Sosial Guru PPKn ........................................................................ 5
b.Kerjasama dan Komunikasi dalam Masyarakat, Profesi dan Lingkungan ..... 8
c.Kepekaan Sosial dan Kepedulian terhadap Masyarakat, Profesi dan
Lingkungan ....................................................................................................... 19
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi ...................................................................... 27
4. Forum Diskusi ................................................................................................... 28
C.PENUTUP ............................................................................................................ 28
1. Rangkuman ..................................................................................................... 28
2. Tes Formatif .................................................................................................... 30
3. Kunci Jawaban Tes Formatif .......................................................................... 34
4.Daftar Pustaka .................................................................................................. 34

2 ii
A. PENDAHULULAN

1. Deskripsi Singkat
Dalam modul 1 Kegiatan belajar 3 ini, anda akan diajak untuk berpikir
secara lebih mendalam mengenai pentingnya kerjasama, komunikasi, kepekaan
sosial dan kepedulian terhadap masyarakat, profesi dan lingkungan. Berbagai
materi dan ilustrasi yang disajikan menjadi sumber inspirasi serta semakin
menguatkan motivasi anda untuk mengimplementasikan kerjasama, komunikasi,
kepekaan sosial dan kepedulian terhadap masyarakat, profesi dan lingkungan yang
merupakan wujud dari kompetensi sosial seorang guru profesional.
Kerjasama merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena
dengan kerjasama manusia dapat melangsungkan kehidupannya. Kerjasama
merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Menurut Soekanto (2006) kerjasama
merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk
mencapai tujuan tertentu. Pendapat tersebut sudah jelas mengatakan bahwa
kerjasama merupakan bentuk hubungan antara beberapa pihak yang saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pelaksanaan kerjasama
harus tercapai keuntungan bersama. Pelaksanaan kerjasama hanya dapat
tercapai apabila diperoleh manfaat bersama bagi semua pihak yang terlibat di
dalamnya (win -win). Apabila satu pihak dirugikan dalam proses kerjasama,
maka kerjasama tidak lagi terpenuhi. Dalam upaya mencapai keuntungan
atau manfaat bersama dari kerjasama, perlu komunikasi yang efektif antara
semua pihak dan pemahaman sama terhadap tujuan bersama (Bowo, 2007).
Menurut Ruben (2013) komunikasi adalah suatu proses dimana hubungan
seorang yang satu dan yang lainnya dalam suatu organisasi atau dalam masyarakat
menciptakan, mengirimkan serta menggunakan informasi untuk berkoordinasi
dengan lingkungan dan sekitarnya. Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila
pesan yang dimaksudkan oleh si pengirim di interpretasikan sama oleh penerima.
Kegagalan dalam organisasi banyak yang disebabkan oleh kurang tertatanya

1
komunikasi yang dilakukan para pelaku dalam organisasi. Dengan adanya
jalinan komunikasi yang efektif antara bawahan dan pimpinan, antar sesama
anggota organisasi dan diluar organisasi maka segala aktifitas organisasi dapat
berjalan dengan baik dan lancar karena setiap individu telah mengetahui
tugasnya masing-masing. Demikian pula halnya dalam dunia pendidikan
Komunikasi diperlukan untuk menjalin hubungan saling menghargai, hormat-
menghormati antara guru dan pimpinan (kepala sekolah), rekan sesama pendidik,
peserta didik, serta guru dengan orang tua peserta didik dan lingkungan
masyarakat. Dalam rangka tujuan bersama sesuai dengan cita-cita pendidikan
nasional.
Selain menjalin kerjasama dan komunikasi yang efektif dengan masyarakat,
profesi dan lingkungan, seorang guru profesional juga dituntut untuk memiliki
kepekaan dan kepedulian sosial terhadap masyarakat, profesi dan lingkungan.
Kepekaan sosial atau yang sering disebut dengan istilah empati adalah suatu
kondisi dimana seseorang mampu menempatkan diri pada keadaan emosi orang
lain dan seolah-olah mengalaminya sendiri.Dengan memiliki kepekaan sosial atau
empati terhadap lingkungan sekitarnya maka seorang guru akan mampu
menempatkan diri pada keadaan emosi pimpinannya (kepala sekolah), teman
sejawat, peserta didik, orang tua peserta didik dan lingkungan masyarakat. Rasa
empati sangat penting dimiliki dalam kehidupan sosial karena ketika seseorang
memiliki rasa empati terhadap orang lain maka ia akan mampu memahami apa
yang sedang dialami oleh orang lain dan seolah-olah mengalaminya
sendiri.Empati inilah yang akan mendorong untuk melakukan sikap
kepedulian sosial atau peduli terhadap orang lain. Ketika individu memiliki
empati terhadap orang lain maka kepedulian sosial pun akan muncul pada
diri individu tersebut. Seseorang yang bisa menempatkan diri pada posisi orang
lain atau yang sedang dirasakan orang lain maka di dalam hatinya akan terbentuk
Social Interest (adler, 1930) .
2. Relevansi
Kegiatan belajar 3 (KB 3) yang membahas tentang kerjasama, komunikasi,
kepekaan sosial dan kepedulian terhadap masyarakat, profesi dan lingkungan yang

2
merupakan wujud dari kompetensi sosial guru, sangat relevan menjadi mata latih
peserta pada diklat PPG dalam jabatan ini, sebagai bagian upaya mewujudkan
guru profesional PPKn. Setiap guru yang profesional dituntut untuk memiliki
kompetensi yang baik, sehingga peserta didik dapat lebih mudah dalam
memahami apa yang disampaikan. Hal tersebut tercantum dalam UU No. 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, Ayat 10, yang menyatakan
bahwa"Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan". Pada prinsipnya ada empat kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang guru, salah satunya adalah kompetensi sosial.
Dalam mengembangkan kompetensi sosialnya, seorang guru harus mampu
berinteraksi secara baik dengan peserta didiknya maupun dengan sesama guru
dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas (Uno, 2008)
Salah satu indikator utama dalam kompetensi sosial guru adalah
kemampuan dalam berkomunikasi. Guru sebagai inspirator dan motivator
dalam proses pembelajaran memiliki peran penting dalam melakukan
komunikasi yang efektif. Berkomunikasi akan dianggap efektif bila guru dapat
memahami karakteristik sosial dan lingkungannya. Selain itu sikap empatik dan
santun menjadi hal yang paling penting dalam berkomunikasi. Sikap dan
perilaku serta tutur bahasa akan menentukan suasana komunikasi.
Seorang guru akan dikatakan profesional apabila ia memiliki citra di
masyarakat. Ia banyak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.
Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat pendidik (masyarakat yang
berada dengan dunia pendidikan/persekolahan) maupun masyarakat pada
umumnya. Sikap empati dan santun dapat diaplikasikan dalam cara melakukan
kritik, teguran, dan nasehat. Bahkan empatik dan santun merupakan cara dan
pendekatan yang dilakukan guru dalam melakukan komunikasi dengan peserta
didik, sesama kolega, dan masyarakat. Oleh karena itu guru juga membutuhkan
strategi dan pendekatan yang lebih intensif dapat diterima oleh lingkungan
belajar. Sikap empati ini terkadang terabaikan ketika berkomunikasi berlangsung
antara guru sesama kolega, guru dengan peserta didik, dan guru dengan

3
masyarakat. Sikap ini harus diperhatikan secara serius oleh dunia pendidikan di
masa mendatang. Untuk itu, guru sebelum bertugas dipandang perlu untuk
diberi pelatihan-pelatihan tentang kerjasama, komunikasi, kepekaan sosial dan
kepedulian terhadap masyarakat, profesi dan lingkungan.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 3 (KB 3) ini, ada beberapa
hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi
KB 3 ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan
penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian permulaan terhadap tema kesamaptaan dan
kepemimpinan dengan mencari beberapa referensi yang relevan.
3. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 3 pada modul 1 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 3.
4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat,
berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan pada KB 3 ini.
5. Bila Anda menemui kesulitan, sihlakan berdiskusi dengan sejawat, atau
bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
6. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil

B. KEGIATAN INTI

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mampu melaksanakan tugas keprofesian pendidik dalam bidang PPKn yang
memesona, yang dilandasi sikap cinta tanah air, berwibawa, tegas, disiplin, penuh
panggilan jiwa, samapta, disertai dengan jiwa kesepenuhatian dan kemurahhatian.

4
2. Uraian Materi
c) Kompetensi Sosial Guru PPKn
Pendidikan di Indonesia dituntut mampu menghasilkan sumber daya
manusia yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga
berkarakter dan berakhlak mulia. Maka di dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 dirumuskan tentang
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Setiap guru yang profesional dituntut untuk memiliki kompetensi yang
baik sehingga peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami apa yang
disampaikan. Hal tersebut tercantum dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen Pasal 1, Ayat 10, yang menyatakan bahwa kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki,dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan. Sagala (2013) mengatakan “Kompetensi merupakan
peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan
keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan”. Ada
empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Kompetensi-kompetensi
tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Slameto mengemukakan bahwa
kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat sekitar
(Slameto, 2003).

5
Menurut Uno (2008) dalam mengembangkan kompetensi sosialnya,
seorang guru harus mampu berinteraksi secara baik dengan peserta didiknya
maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat
luas. Kompetensi sosial merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Kompetensi
sosial berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki guru dalam berkomunikasi
dengan siswa. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah dan
di luar lingkungan sekolah.
Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi sosial yang
harus dimiliki oleh guru, yaitu:
1. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta
didik.
2. Bersikap simpatik.
3. Dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah.
4. Pandai bergaul dengan teman seprofesi dan mitra pendidikan.
5. Memahami dunia sekitarnya (lingkungannya)
Ruang lingkup kemampuan sosial tersebut dirinci menjadi beberapa
faktor,yaitu: bersikap inklusif dan bertindak obyektif, beradaptasi dengan
lingkungan tempat bertugas dan dengan lingkungan masyarakat,
berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan komunitas profesi
sendiri maupun profesi lain, secara lisan dan tulisan dalam bentuk lain, serta
berkomunikasi secara empatik dan santun dengan masyarakat (Mulyasa, 2008).
1. Bersikap dan Bertindak Objektif
Bersikap dan bertindak objektif adalah kemampuan yang harus dimiliki
agar guru selalu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik. Bagi peserta
didik, guru adalah sebagai pembimbing, motivator, fasilitator, penolong, dan
teman dalam proses pendidikan. Walaupun demikian, guru bukanlah sosok
yang diposisikan segala-segalanya oleh peserta didik didik. Karena guru tidak
selamanya berada disamping peserta didik. Bertindak objektif berarti guru juga
dituntut berlaku bijaksana, arif, dan adil terhadap peserta didik dalam bertindak,

6
bijak dalam berkata, dan bijak dalam bersikap. Kemudian guru dituntut untuk
objektif dalam berkata, objektif dalam berbuat, objektif dalam bersikap, dan
objektif dalam menilai hasil belajar.
Bertindak objektif dapat pula berarti bahwasanya guru sebagai figur sentral
dalam proses pembelajaran (apalagi untuk tingkat awal) harus senantiasa
memperlakukan peserta didik proporsional dan tidak akan memilih, memilah dan
berlaku tidak adil terhadap peserta didik. Bersikap dan bertindak objektif sebagai
figur yang menjadi panutan peserta didik. Di sekolah, guru menjadi figur panutan
bagi peserta didik. Bersikap bertindak objektif terhadap peserta didik didik
sesungguhnya adalah upaya transformasi agar suatu ketika peserta didik mampu
menghadapi berbagai persoalan yang dialaminya.
2. Beradaptasi dengan Lingkungan
Beradaptasi dengan lingkungan adalah kemampuan yang dituntut pada
seorang guru. Beradaptasi dengan lingkungan berarti seorang guru perlu
melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah
maupun lingkungan masyarakat umumnya. Di lingkungan sekolah, guru
diharapkan dapat beradaptasi dengan teman-teman profesi dan menyesuaikan
diri dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sementara di lingkungan
masyarakat guru diharapkan agar mampubergaul, memberikancontoh yang baik
dan berkontribusi positif bagipembangunan lingkungan masyarakat.
Hubungan interpersonal sesama guru di sekolah dapat mempengaruhi kualitas
kinerja guru. Karena motivasi kerja dapat terbentuk dari interaksi dengan
lingkungan sosial di sekitarnya, di samping hasil perubahan yang bersifat fisik,
seperti suasana kerja, dan kondisi fisik gedung sekolah. Selain beradaptasi
dengan teman seprofesi di sekolah dan masyarakat. Hubungan harmonis dengan
kelompok sejawat dan masyarakat akan menciptakan semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan.
3. Berkomunikasi secara Efektif
Kompetensi sosial dapat dilihat dalam berkomunikasi secara efektif.
Guru sebagai inspirator dan motivator dalam proses pembelajaran
mempunyai peran penting dalam melakukan komunikasi yang efektif.

7
Berkomunikasi akan dianggap efektif bila guru dapat memahami karakteristik
sosial dan lingkungannya. Selain itu sikap empatik dan santun menjadi hal
yang paling penting dalam berkomunikasi. Sikap dan perilaku serta tutur
bahasa akan menentukan suasana komunikasi. Seorang guru akan dikatakan
profesional apabila ia memiliki citra di masyarakat. Ia banyak menjadi panutan
atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat yang dimaksud adalah
masyarakat pendidik (masyarakat yang berada dengan dunia
pendidikan/persekolahan) maupun masyarakat pada umumnya.
Sikap empatik dan santun dapat diaplikasikan dalam cara melakukan kritik,
teguran, dan nasehat. Bahkan empatik dan santun merupakan cara dan
pendekatan yang dilakukan guru dalam melakukan komunikasi dengan
peserta didik, sesama kolega, dan masyarakat. Oleh karena itu guru juga
membutuhkan strategi dan pendekatan yang lebih intensif agar dapat diterima oleh
lingkungan belajar.Sikap empatik dan santun ini terkadang terabaikan ketika
berkomunikasi berlangsung antara guru sesama kolega, guru dengan peserta didik,
dan guru dengan masyarakat. Sikap ini harus diperhatikan secara serius oleh dunia
pendidikan di masa mendatang. Untuk itu, guru sebelum bertugas dipandang
perlu untuk diberi pelatihan-pelatihan tentang komunikasi dan teori-teori
komunikasi yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran.

d) Kerjasama dan Komunikasi dalam Masyarakat, Profesi dan Lingkungan


Manusia merupakan makhluk sosial yang seharusnya berinteraksi
dengan sesama untuk memenuhi kebutuhan hidup, saling tolong menolong,
membantu dan melengkapi satu sama lain. Manusia tidak bisa hidup sendiri
dan saling membutuhkan satu dengan yang lain. Dalam kehidupan sehari-
hari manusia harus bisa menjaga hubungan yang baik kepada lingkungan
keluarga maupun lingkungan masyarakatnya.
Kerjasama merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena
dengan kerjasama manusia dapat melangsungkan kehidupannya. Kerjasama
merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Menurut Soekanto (2006) kerjasama
merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk

8
mencapai tujuan tertentu. Pendapat tersebut sudah jelas mengatakan bahwa
kerjasama merupakan bentuk hubungan antara beberapa pihak yang saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Sementara menurut Purwadarminta
(1985) kerjasama juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang di lakukan secara
bersama-sama dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama
Lie (2005) mengemukakan bahwa kerjasama merupakan hal yang sangat
penting dan diperlukan dalam kelangsungan hidup manusia. Tanpa adanya
kerjasama tidak akan ada keluarga, organisasi, ataupun sekolah, khususnya tidak
akan ada proses pembelajaran di sekolah. Lebih jauh dapat diartikan, bahwa tanpa
adanya kerjasama siswa, maka proses pembelajaran di sekolah tidak akan berjalan
dengan baik dan akhirnya tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Melihat
pentingnya kerjasama siswa dalam pembelajaran di kelas maka sikap ini harus
dikembangkan.
Selanjutnya menurut Abdulsyani (1994) kerjasama adalah suatu bentuk
proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang di tunjukkan
untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami
aktivitas masing-masing.
Kerjasama berarti bersama-
sama untuk mencapai tujuan
bersama. Ia adalah satu proses
sosial yang paling dasar.
Biasanya kerjasama melibatkan
pembagian tugas, dimana setiap
orang mengerjakan setiap
pekerjaan yang merupakan
tanggung jawabnya demi
tercapainya tujuan bersama.
.Ada beberapa cara yang dapat
Gambar 3.1. Kerjasama PGRI dan POLRI
menjadikan kerjasama dapat berjalan dengan baik danCr: Pgri.orgtujuan yang telah
mencapai
disepakati oleh dua orang atau lebih tersebut yaitu (Nata, 2016):

9
1) Saling terbuka, dalam sebuah tatanan kerjasama yang baik harus ada
komunikasi yang komunikatif antara dua orang yang berkerjasama atau
lebih.
2) Saling mengerti, kerjasama berarti dua orang atau lebih bekerjasama untuk
mencapai suatu tujuan, dalam proses tersebut, tentu ada, salah satu yang
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang
dihadapkan.
Saling terbuka dan saling mengerti merupakan dua hal yang harus dimiliki
oleh guru PPKn. Guru PPKn profesional harus mampu menterjemahkan kedua hal
diatas, hal tersebut untuk menciptakan suasana kondusif di lingkungan kerja dan
harmonisasi hubungan di lingkungan masyarakat.
Kerjasama dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya
pengalaman dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih mungkin menemukan
kekuatan dan kelemahan diri, belajar untuk menghargai orang lain, mendengarkan
dengan pikiran terbuka,dan membangun persetujuan kerjasama. Dengan
bekerjasama kelompok kecil akan mampu mengatasi berbagai bentuk rintangan,
bertindak mandiri dan dengan penuh rasa tanggung jawab, mengandalkan bakat
atau pemikiran setiap anggota kelompok, mempercayai orang lain, mengeluarkan
pendapat dan mengambil keputusan.Sekumpulan orang dalam suatu kelompok
belum tentu merupakan suatu tim. Hal ini dikarenakan orang-orang dalam suatu
kelompok tidak secara otomatis dapat bekerjasama sebagai sebuah tim. Beberapa
faktor penghambat atau penyebabnya adalah sebagai berikut:
a) Identifikasi pribadi anggota tim. Sudah merupakan hal yang alamiah bila
seseorang ingin tahu apakah mereka cocok di suatu organisasi, termasuk di
dalam suatu tim. Orang menghawatirkan hal-hal seperti kemungkinan
menjadi outsider, pergaulan dengan anggota lainnya, faktor pengaruh dan
saling percaya antar tim.
b) Hubungan antar anggota tim. Agar setiap anggota dapat bekerjasama,
mereka saling mengenal dan berhubungan. Untuk itu dibutuhkan waktu bagi
anggotanya untuk saling bekerjasama.

10
c) Identitas tim di dalam organisasi. Faktor ini terdiri dari dua aspek: (1)
kesesuaian atau kecocokan tim di dalam organisasi dan (2) pengaruh
keanggotaan tim tertentu terhadap hubungan dengan anggota.
Ketiga faktor penghambat diatas harus mampu disikapi oleh guru PPKn
dengan arif dan bijaksana. Guru PPKn harus mampu melaksanakan kerjasama
dengan baik dengan siswa, guru, pihak sekolah maupun lingkungan tempat
tinggalnya. Untuk mengantisipasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan
menghambat kerjasama diatas, maka perlu diperhatikan faktor-faktor pendukung
dalam kerjasama, yang dapat dijadikan strategi dalam pencapaian tujuan
diantaranya adalah :
1) Saling ketergantungan. Saling ketergantungan diperlukan di antara para
anggota tim dalam hal ini informasi, sumber daya, pelaksanaan tugas dan
dukungan. Adanya ketergantungan dapat memperkuat kebersamaan anggota
tim.
2) Perluasan tugas. Setiap tim harus diberi tantangan,karena reaksi atau
tanggapan tantangan tersebut akan membantu semangat persatuan,
kebanggaan dan kesatuan tim.
3) Bahasa yang umum. Setiap tim harus menguasai bahasa yang umum dan
mudah dimengerti.
4) Penjajaran. Anggota tim harus bersedia menyisihkan sikap
individualismenya dalam rangka mencapai rangka misi bersama.
5) Keterampilan menangani konfrontasi atau konflik. Perbedaan pendapat
adalah hal yang wajar. Oleh karena itu dibutuhkan keterampilan dalam
penerimaan perbedaan pendapat dan menyampaikan ketidaksetujuan
terhadap pendapat orang lain tanpa harus menyakiti orang lain.
Oleh karenanya, kelima faktor pendukung kerjasama diatas harus mampu
dioptimalkan oleh guru PPKn dengan baik. Kerjasama merupakan hal penting
dalam sebuah organisasi maupun lingkungan kerja. Di sekolah guru PPkn harus
memaksimalkan potensi pendukung kerjasama tersebut sebagai upaya
menciptakan suasana kondusif dalam kerjasama. Dalam pelaksanaan kerjasama
harus tercapai keuntungan bersama pelaksanaan kerjasama hanya dapat

11
tercapai apabila diperoleh
manfaat bersama bagi
semua pihak yang terlibat
di dalamnya (win -win).
Apabila satu pihak
dirugikan dalam proses
kerjasama, maka
kerjasama tidak lagi
terpenuhi. Dalam upaya Gambar 3.2.Komunikasi yang efektif berpengaruh
terhadap efektivitas kerjasama
mencapai keuntungan atau Cr: Google.com
manfaat bersama dari
kerjasama, perlu komunikasi yang efektif antara semua pihak dan
pemahaman sama terhadap tujuan bersama (Bowo, 2007).
Sebuah komunikasi yang efektif menjadi hal yang sangat penting bagi
semua organisasi dan bidang profesi termasuk guru. Menurut Robbins (2008),
komunikasi adalah sebuah pengiriman makna kepada orang lain berbentuk
lambang, simbol, atau bahasa-bahasa tertentu sehingga orang yang menerima
informasi tersebut dapat memahami informasi yang diterimanya.
Menurut Forsdale (2001) “Communication is the process by which a system
is established, maintained, and altered by means of shared signals what operate
according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses memberikan sinyal dengan
aturan tertentu sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara,
dan diubah. Pada definisi ini, komunikasi juga dipandang sebagai suatu proses.
Sinyal yang dimaksud dapat berupa verbal maupun non-verbal yang mempunyai
aturan tertentu. Dengan adanya aturan ini menjadikan orang yang menerima sinyal
yang telah mengetahui aturannya akan dapat memahami maksud dari sinyal yang
diterimanya. Misalnya setiap bahasa mempunyai aturan tertentu baik bahasa lisan,
bahasa tulisan maupun bahasa isyarat. Bila orang yang mengirim sinyal
menggunakan bahasa yang sama dengan orang yang menerima sinyal, maka si
penerima akan dapat memahami maksud dari sinyal tersebut, tetapi kalau tidak,
mungkin dia tidak dapat memahami maksudnya. Pemberian sinyal dalam

12
komunikasi dapat dilakukan dengan maksud tertentu atau dengan disadari dan
dapat juga terjadi tanpa disadari.
Sedangkan menurut Ruben (2013) komunikasi manusia adalah suatu proses
dimana hubungan seorang yang satu dan yang lainnya dalam suatu organisasi atau
dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan serta menggunakan informasi untuk
berkoordinasi dengan lingkungan dan sekitarnya. Jika definisi ini dibandingkan
dengan dua definisi sebelumnya yang memakai istilah stimulus dan sinyal,
definisi Ruben menggunakan istilah informasi yang diartikan sebagai kumpulan
data, pesan (message), susunan isyarat dalam cara tertentu yang mempunyai arti
atau berguna bagi sistem tertentu. Istilah menciptakan informasi yang
dimaksudkan Ruben adalah tindakan menyandingkan pesan yang berarti
kumpulan data atau suatu set isyarat. Sedangkan istilah mengirimkan informasi
adalah proses dimana pesan dipindahkan dari si pengirim kepada orang lain.
Istilah pemakaian informasi menunjuk kepada peranan informasi dalam
mempengaruhi tingkah laku manusia baik secara individual, kelompok, maupun
masyarakat. Jadi jelas bahwa tujuan komunikasi adalah untuk mempengaruhi
tingkah laku orang lain.
Berdasarkan prinsip umum dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa komunikasi adalah proses penyampaian sebuah pesan dalam bentuk atau
cara penyampaian yang bisa disesuaikan sehingga makna dari pesan tersebut
dapat diterima sehingga terjadi pertukaran pesan verbal maupun non-verbal, dan
hasil dari komunikasi yang telah dilakukan memungkinkan untuk mengubah
tingkah laku seseorang (perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang). Untuk
memudahkan dalam memahami komunikasi perlu didefinisikan lima istilah kunci
dalam komunikasi yaitu (West dan Turner,2008) :
a. Sosial, yaitu suatu konsep bahwa manusia dan interaksi adalah bagian dari
proses komunikasi. Maksudnya adalah komunikasi selalu melibatkan
manusia serta interaksi. Artinya, komunikasi selalu melibatkan dua orang,
pengirim dan penerima. Keduannya memainkan peranan yang penting
dalam komunikasi. Ketika komunikasi dipandang secara sosial, komunikasi

13
selalu melibatkan dua orang yang berinteraksi dengan berbagai niat,
motivasi dan kemampuan.
b. Proses, yaitu suatu kejadian yang berkesinambungan, dinamis dan tidak
memiliki akhir. Maksudnya adalah komunikasi bersifat kesinambungan dan
tidak memiliki akhir. Komunikasi juga dinamis, kompleks dan senantiasa
berubah.
c. Simbol, yaitu sebuah label arbitrer atau representasi yang diberikan pada
sebuah fenomena. Maksudnya adalah dalam komunikasi kita membutuhkan
sebuah simbol yang disepakati bersama menyampaikan atau menerima
pesan.
d. Makna, yaitu sesuatu yang diambil orang dari suatu pesan.
e. Lingkungan, yaitu situasi atau konteks dimana komunikasi terjadi.
Lingkungan terdiri atas beberapa elemen, seperti waktu, tempat, periode
sejarah, relasi dan latar belakang budaya pembicara dan pendengar. Hal ini
merupakan elemen-elemen lingkungan yang harus dipertimbangkan dalam
berkomunikasi.
Konsepsi komunikasi yang dijelaskan oleh beberapa ahli diatas menjadi
prasyarat mutlak yang harus dimiliki oleh guru PPKn. Selain kerjasama seorang
guru PPkn harus mampu menjalin komunikasi dengan lingkungannya baik
lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Istilah-istilah komunikasi di
atas bisa dijadikan dasar untuk memmpermudah guru PPKn dalam menjalin
komunikasi di lingkungannya.
Fungsi komunikasi dalam organisasi merupakan sarana untuk memadukan
tugas tugas yang terorganisasi. Ada empat fungsi komunikasi organisasi antara
lain sebagai berikut (Bangun, 2012) :
1. Fungsi Pengawasan.
Setiap organisasi mempunyai struktur dan garis komando. Berdasarkan garis
komando tersebut, bila bawahan mengkomunikasikan keluhannya kepada
atasannya berkaitan dengan pekerjaan dan kebijakan, maka komunikasi
tersebut sudah menjalankan fungsi pengawasan. Disamping itu, komunikasi
informal juga dapat mengendalikan perilaku. Misalnya, apabila kelompok-

14
kelompok kerja melecehkan anggota yang memproduksi barang terlalu banyak
sehingga bagian lain terlihat buruk, maka mereka secara informal sudah
berkomunikasi dengan mengendalikan perilaku anggota.
2. Sebagai motivasi.
Fungsi ini berkaitan dengan delegasi tugas dari atasan ke bawahan, dengan
memberikan penjelasan kepada para bawahan tentang apa yang mereka harus
lakukan, bagaimana prestasi kerja bawahan dan bagaimana cara meningkatkan
prestasi kerja. Menyusun sasaran yang lebih spesifik dan mendorong bawahan
agar mau melaksanakan tugasnya dengan baik akan merangsang untuk lebih
giat bekerja, motivasi menuntut komunikasi yang efektif.
3. Pengungkapan Emosi.
Individu dan kelompok dalam organisasi merupakan sumber daya pertama
yang berinteraksi secara sosial. Komunikasi yang terjadi dalam organisasi
tersebut merupakan mekanisme yang mendasar pada masing-masing individu
atau kelompok dalam organisasi tersebut yang menunjukkan rasa kecewa dan
kepuasannya. Dengan demikian, komunikasi merupakan sarana dalam
melepaskan rasa emosi sebagai rasa pemenuhan kebutuhan sosial.
4. Informasi.
Fungsi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan. Melalui kegiatan
komunikasi dapat memberikan informasi kepada individu atau kelompok
dalam pengambilan keputusan.
Keempat fungsi komunikasi organisasi tidak bisa dipandang bahwa satu
fungsi lebih penting daripada fungsi lainnya. Karena pada hakikatnya masing-
masing fungsi mempunyai kepentingan secara tersendiri dan secara bersamaan
mempengaruhi interaksi seseorang dengan orang lain. oleh karena itu, guru PPKn
sebagai bagian dari pendidik harus mampu memanfaatkan fungsi-fungsi
komunikasi tersebut agar komunikasi yang dibangun diantara guru PPKn, siswa,
sekolah, dan lingkungan menjadi efektif dan efesien.
Selanjutnya Arni (2009) mengemukakan 5 komponen dasar komunikasi
yaitu:

15
a) Pengirim Pesan. Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim
pesan. Pesan atau informasi yang akan dikirim berasal dari otak si
pengirim pesan. Karena itu, sebelum pengirim mengirimkan pesan, si
pengirim harus menciptakan dulu pesan yang akan dikirimnya.
Menciptakan pesan adalah menentukan arti apa yang akan dikirimkan
kemudian menyandikan/encode arti tersebut ke dalam satu pesan. Sesudah itu
baru dikirim melalui saluran.
b) Pesan. Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima. Pesan
ini dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan verbal dapat secara
tertulis seperti surat, buku, majalah, memo sedangkan pesan secara lisan dapat
berupa, percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon dan sebagainnya.
Pesan non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka dan nada
suara.
c) Saluran. Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan
penerima. Saluran yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang cahaya dan
suara yang dapat kita lihat dan dengar. Akan tetapi alat dengan apa cahaya atau
suara itu berpindah mungkin berbeda-beda. Misalnya bila dua orang
berbicara tatap muka gelombang suara dan cahaya di udara berfungsi sebagai
saluran.
d) Penerima pesan. Penerima pesan adalah yang menganalisis dan
menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.
e) Balikan. Balikan adalah respon terhadap pesan yang diterima yang dikirim
kepada si pengirim pesan. Dengan diberikannya reaksi ini kepada si pengirim,
pengirim akan dapat mengetahui apakah pesan yang dikirimkan tersebut
diinterpretasikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim.
Komponen-komponen dasar komunikasi tersebut harus mampu dipahami
dan diaktualisasikan oleh guru PPKn dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman
guru PPKn terhadap komponen-komponen penting dalam komunikasi tersebut
sangat penting dipahami oleh guru PPKn agar tidak terjadi miskomunikasi dan
komunikasi yang dilaksanakan menjadi efektif.

16
Untuk memahami komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya, Devito
(1997) mengemukakan delapan prinsip komunikasi yaitu: komunikasi adalah
paket isyarat, komunikasi adalah proses penyesuaian, komunikasi mencakup
dimensi isi dan hubungan, komunikasi melibatkan transaksi simetris dan
komplementer, rangkaian dipunktuasi, komunikasi adalah proses transaksional,
komunikasi tak terhindarkan dan komunikasi bersifat tak reversible. Devito
(1997) dalam bukunya komunikasi antar manusia menjelaskan kedelapan prinsip
tersebut sebagai berikut:
1. Komunikasi adalah paket isyarat. Perilaku komunikasi, apakah melibatkan
pesan verbal, isyarat tubuh atau kombinasi keduanya biasanya terjadi
dalam ‘paket’.
2. Komunikasi adalah proses penyesuaian. Komunikasi hanya dapat terjadi
bila para komunikatornya menggunakan system isyarat yang sama. Namun
kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan sistem
isyarat yang sama persis. Oleh karena itu sebagian dari seni komunikasi
adalah mengidentifikasi isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat
tersebut digunakan dan memahami apa artinya.
3. Komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan. Komunikasi
menyangkut hubungan antara pembicara dan pendengar. Sebagai contoh,
seorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya, “Datanglah ke ruang
saya setelah rapat ini.” Pesan sederhana ini mempunyai aspek isi dan
aspek hubungan. Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang
diharapkan yaitu bahwan menemui atasan setelah rapat sedangkan aspek
hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan.
4. Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer. Dalam
hubungan simetris, dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya.
Ketika satu orang tersenyum, maka satu orang lainnya akan tersenyum.
Sedangkan dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai
perilaku yang berbeda.
5. Rangkaian komunikasi dipunktuasi. Peristiwa komunikasi merupakan
transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan tidak ada akhir yang jelas.

17
6. Komunikasi adalah proses transaksional. Transaksi yang dimaksud adalah
bahwa komunikasi merupakan suatu proses, bahwa komponen-
komponenya saling terkait, dan para komunikatornya beraksi dan bereaksi
sebagai satu kesatuan atau keseluruhan.
7. Komunikasi tak terhindarkan. Selama ini mungkin kita menganggap
bahwa komunikasi berlangsung secara sengaja, bertujuan dan termotivasi
secara sadar. Namun seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seorang
sama sekali tidak merasa ingin berkomunikasi. Karena setiap perilaku
mempunyai potensi untuk ditafsirkan.
8. Komunikasi bersifat tak reversible. Sekali kita mengkomunikasikan
sesuatu maka kita tidak bisa tidak mengkomunikasikannya. Kita hanya
dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur
disampaikan.
Pada dunia pendidikan, prinsip-prinsip komunikasi yang dikemukakan di
atas menajdi pedoman yang harus dipahami oleh semua orang termasuk guru
PPKn dalam berinteraksi dengan masyarakat yang lain. Pemahaman dan
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip komunikasi tersebut menjadi prasyarat akan
bagi guru PPKn profesional. Seorang guru PPKn harus mampu menjalin
komunikasi dengan pihak lain sesuai prinsip-prinsip dasar komunikasi tersebut
diatas.
Dengan demikian maka, komunikasi dapat dikatakan efektif apabila pesan
yang dimaksudkan oleh si pengirim di interpretasikan sama oleh penerima.
Kegagalan dalam organisasi banyak yang disebabkan oleh kurang tertatanya
komunikasi yang dilakukan para pelaku di organisasi tersebut. Komunikasi
yang efektif antara pimpinan dan anggota menjadi faktor penting dalam
pencapaian tujuan suatu organisasi. Masalah-masalah yang terdapat yaitu karena
kurangnya interaksi/komunikasi bawahan dan pimpinan. Dengan adanya jalinan
komunikasi yang efektif antara bawahan dan pimpinan, antar sesama anggota
organisasi dan diluar organisasi maka segala aktifitas organisasi dapat berjalan
dengan baik dan lancar karena setiap individu telah mengetahui tugasnya
masing-masing begitupun sebaliknya jika komunikasi organisasi tidak berjalan

18
dengan baik itu akan menyebabkan kehancuran atau terhambatnya pencapaian
tujuan dalam organisasi. Demikian pula halnya dalam dunia pendidikan
Komunikasi diperlukan untuk menjalin hubungan saling menghargai, hormat-
menghormati antara guru dan pimpinan (kepala sekolah), rekan sesama pendidik,
peserta didik, serta guru dengan orang tua peserta didik dan lingkungan
masyarakat, dalam rangka tujuan bersama sesuai dengan cita-cita pendidikan
nasional.

e) Kepekaan dan Kepedulian Sosial terhadap Masyarakat, Profesi dan


Lingkungan
Selain menjalin kerjasama dan komunikasi yang efektif dengan masyarakat,
profesi dan lingkungan, seorang guru profesional juga dituntut untuk memiliki
kepekaan dan kepedulian sosial terhadap masyarakat, profesi dan lingkungan.
Aktualisasi manusia sebagai makhluk sosial, tercermin dalam kehidupan
berkelompok. Manusia selalu berkelompok dalam hidupnya. Berkelompok
dalam kehidupan manusia adalah suatu kebutuhan, bahkan bertujuan. Tujuan
manusia berkelompok adalah untuk meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan
hidupnya. Apapun bentuk kelompoknya, disadari atau tidak, manusia
berkelompok mempunyai tujuan meningkatkan kebahagiaan hidupnya. Melalui
kelompok manusia bisa memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya,
bahkan bisa dikatakan kebahagiaan dan keberdayaan hidup manusia hanya
bisa dipenuhi dengan cara berkelompok. Tanpa berkelompok tujuan hidup
manusia untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan tidak akan bisa tercapai.
Dalam kehidupan sosial atau kelompok masyarakat, berjiwa sosial dan
saling membantu merupakan sebuah ajaran universal dan dianjurkan oleh semua
agama. Meski begitu, kepekaaan untuk melakukan semua itu tidak bisa
tumbuh begitu saja pada diri setiap orang karena membutuhkan proses
melatih dan mendidik. Memiliki kepekaan terhadap sesama sangat penting
bagi setiap orang karena kita tidak bisa hidup sendiri didunia ini. Faktor
lingkungan tentunya sangat berpengaruh dalam proses menumbuhkan
kepekaan sosial. Lingkungan terdekat seperti keluarga, teman-teman, dan

19
lingkungan masyarakat tempat dimana kita tumbuh dan bersosialisasi sangat
berpengaruh besar dalam menumbuhkan kepekaan sosial dalam diri seseorang.
Kepekaan sosial atau yang sering disebut dengan istilah empati adalah suatu
kondisi dimana seseorang mampu menempatkan diri pada keadaan emosi orang
lain dan seolah-olah mengalaminya sendiri. Golden (2003) menyatakan bahwa
empati berasal dari semacam peniruan fisik dan secara fisik atas beban orang
lain, yang kemudian menimbulkan perasaan yang serupa di dalam diri
seseorang dan mencoba menyelesaikan masalah dengan mengambil perspektif
orang lain. Empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami tentang
perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan untuk membayangkan diri
sendiri di tempat orang lain. Empati mulai dapat dimiliki seseorang ketika
menduduki masa akhir kanak-kanak awal-awal (6 tahun) dengan demikian
dapat dikatakan bahwa semua individu memiliki dasar kemampuan untuk
dapat berempati, namun semua itu berbeda ketika mengaktualisasikannya.
Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa empati ditandai dengan hal-hal
sebagai berikut :
1. Individu yang mempunyai kemampuan empati dapat memahami perasaan
dan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain dan mengapa hal itu
dapat terjadi pada orang tersebut.
2. Individu yang berempati dapat merasakan apa yang orang lain rasakan.
Banyak perilaku yang menyerupai perilaku berempati, seperti perilaku
simpatik di dalam perilaku ini ketika diamati hampir sama dengan
perilaku yang menunjukkan kemampuan berempati.
Selanjutnya Goleman (1997) mengemukakan tiga ciri kemampuan
empati yang harus dimiliki setiap individu antara lain :
1) Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik, artinya individu
mampu memberi perhatian dan menjadi pendengar yang baik dari segala
permasalahan yang diungkapkan orang lain kepadanya.
2) Menerima sudut pandang orang lain, artinya individu mampu
memandang permasalahan dari titik pandang orang lain sehingga akan
menimbulkan toleransi dan kemampuan menerima perbedaan.

20
3) Peka terhadap perasaan orang lain, artinya individu mampu membaca
perasaan orang lain dari isyarat verbal dan non verbal seperti nada bicara,
ekspresi wajah, gerak-gerik dan bahasa tubuh lainnya.
Dengan demikian maka, menjadi penting hendaknya bagi seorang guru
PPKn memiliki tiga ciri kemampuan empati yang disebutkan diatas. Karena pada
hakikatnya sebagai makhluk sosial guru PPKn dituntut untuk mampu
berinteraksi dengan sesama untuk memenuhi kebutuhan hidup, saling
menolong, membantu dan melengkapi satu sama lain baik di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Dengan memiliki kepekaan sosial atau
empati terhadap lingkungan sekitarnya maka seorang guru akan mampu
menempatkan diri pada keadaan emosi pimpinannya (kepala sekolah), teman
sejawat, peserta didik, orang tua peserta didik dan lingkungan masyarakat.
Adler(1930) menyatakan bahwa kapasitas masyarakat untuk empati tergantung
pada "tingkat kepedulian sosial" mereka. Empati penting bagi mereka yang
hidup yang saling terkait dengan orang lain. Semakin berkembang konsep
kepedulian sosial, semakin tinggi tingkat empati. Empati seharusnya
dilakukan dengan tindakan, dan tindakan tersebut dilakukan tidak lengkap
tanpa adanya perasaan.
Menurut Goleman (1997) ada beberapa cara untuk meningkatkan empati
yaitu:
1. Understanding others yaitu
cepat menangkap perasaan
orang lain(Respect), mampu
merasakan dan membaca
perasaan orang lain.
2. Service orientation yaitu
memberikan pelayanan yang
dibutuhkan orang lain, artinya
mampu memberikan Gambar 3.3. Kepekaan sosial mulai dimiliki
tindakan terhadap sejak masa kanak-kanak(cr:google)

permasalahan yang sedang terjadi.

21
3. Developing others yaitu memberikan masukan positif atau membangun,
artinya dapat memberikan solusi.
4. Leveraging diversity yaitu mengambil manfaat dari perbedaan bukan
konflik, mampu mengambil manfaat dari permasalahan yang terjadi.
Jadi, seseorang dapat dikatakan memiliki empati yang tinggi jika ia dapat
menghayati keadaan perasaan orang lain serta dapat melihat keadaan luar
menurut pola acuan orang tersebut, dan mengomunikasikan penghayatan
bahwa dirinya memahami perasaan, tingkah laku dan pengalaman orang
tersebut secara pribadi, memberikan solusi terhadap permasalahan yang dialami
orang lain dan mampu mengambil hikmah dari setiap permasalahan yang terajadi.
Ada beberapa manfaat yang dapat ditemukan dalam kehidupan pribadi dan
sosial manakala seseorang mempunyai kemampuan berempati yang tinggi.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Safaria (2005) berikut:
i. Menghilangkan sikap egois, orang yang telah mampu mengembangkan
kemampuan empati dapat menghilangkan sikap egois (mementingkan
diri sendiri).
ii. Menghilangkan kesombongan, salah satu cara mengembangkan empati
adalah membayangkan apa yang terjadi pada diri orang lain akan terjadi
pula pada diri kita.
iii. Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri, pada dasarnya
empati adalah salah satu usaha kita untuk melakukan evaluasi diri
sekaligus mengembangkan kontrol diri yang positif.
Rasa empati sangat penting dimiliki dalam kehidupan sosial karena ketika
seseorang memiliki rasa empati terhadap orang lain maka ia akan mampu
memahami apa yang sedang dialami oleh orang lain dan seolah-olah
mengalaminya sendiri. Empati inilah yang akan mendorong untuk melakukan
kepedulian sosial atau peduli terhadap orang lain. Ketika individu memiliki
empati terhadap orang lain maka kepedulian sosial pun akan muncul pada
diri individu tersebut. Seseorang yang bisa menempatkan diri pada posisi orang
lain atau yang sedang dirasakan orang lain maka di dalam hatinya akan terbentuk
Social Interest.

22
Peduli adalah memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak
santun, toleran terhadap perbedaan, tidak suka menyakiti orang lain, tidak
mengambil keuntungan dari orang lain, mampu bekerja sama, mau terlibat
dalam kegiatan masyarakat, menyayangi manusia dan makhluk lain, setia,
cinta damai dalam menghadapi persoalan (Samani dan Hariyanto
2012).Kepedulian sosial merupakan bagian dari hakekat manusia yang akan
muncul pada tingkah laku, tingkah laku setiap orang akan muncul secara
berbeda. Orang mampu berjuang mengejar superioritas dengan cara yang
sehat atau tidak sesuai itu karena kepedulian sosial (Social Interest).
Kepedulian sosial ditandai oleh hal-hal sebagai berikut (Leak,2011) :
a. Persahabatan (Frendship)
Suatu bentuk hubungan yang terjalin dekat dan akrab yang melibatkan
setiap individu kepada orang lain yang akan menumbuhkan rasa saling
peduli terhadap sesama.
b. Cinta (Love)
Suatu sikap yang diarahkan seseorang terhadap orang lain yang
dianggap istimewa. Manusia adalah makhluk sosial dimana mereka
akan merasa saling memiliki dan membutuhkan kehadiran orang lain,
sehingga manusia tersebut dapat berguna bagi orang lain.
c. Kerja (Work)
Kepedulian dalam dunia kerja dapat mendorong individu bertanggung
jawab pada tugas yang diberikan. Namun, individu tidak boleh
melupakan kerja sama kelompok untuk menciptakan lingkungan kerja
yang nyaman.
d. Self significance
Kemampuan untuk meyakini pada kemampuan dan penilaian diri
sendiri dalam melakukan sebuah tugas atau menyelesaikan
permasalahan, namun tidak mengabaikan pendapat dari orang lain
Kepedulian sosial merupakan sebuah perasaan bertanggung jawab
terhadap kesulitan yang dihadapi oleh orang lain dan membuat orang
terdorong untuk melakukan sesuatu hal untuk membantu. Orang yang

23
mengutamakan kebutuhan dan perasaan orang lain daripada kepentingannya
sendiri adalah orang yang peduli. Orang yang mempunyai rasa peduli dengan
orang lain tidak akan menyakiti perasaan orang lain atau keluarga sendiri.
Orang yang peduli terhadap orang lain akan cenderung berperilaku yang positif
dan akan menghasilkan efek yang luas seperti dijauhkan dari rasa sombong
dan iri. Ketika individu peduli terhadap orang lain maka dia berusaha untuk
menghargai, berbuat baik, dan membuat yang lain berbahagia. Kepedulian
dalam kehidupan dinilai sangat penting bagi kehidupan manusia. Beberapa efek
yang ditimbulkan dari kepedulian sosial diantaranya mempunyai banyak teman
dan sahabat (Tyas,2017).
Semua nilai-nilai tentang kepedulian sosial diperoleh melalui lingkungan.
Kepedulian sosial yang dimaksud bukanlah untuk mencampuri urusan orang
lain, tetapi lebih pada membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
orang lain dengan tujuan kebaikan dan perdamaian. Nilai-nilai yang tertanam
itulah yang nanti akan menjadi suara hati kita untuk selalu membantu dan
menjaga sesama. Menurut Buchari (2010) lingkungan yang mempengaruhi
kepedulian sosial terdiri dari :
a. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang akan dikenal oleh
setiap manusia. Manusia belajar berinteraksi kepada orang lain untuk
pertama kalinya dia pelajari dari lingkungan keluarga. Cara mengajar
orang tua dirumah akan menumbuhkan kepedulian pada diri seorang
anak.Sebagai contoh perilaku orang tua yang akan menumbuhkan
kepedulian anak antara lain perilaku orang tua setiap hari dirumah maupun
di lingkungan sekitar, perhatian yang diberikan orang tua terhadap anak,
komentar orang tua di lingkungan sekitar dan bertindak terhadap lingkungan
sekitarnya sangat mempengaruhi dalam perilaku kepedulian sosial seorang
anak.
b. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat ada dua tipe yang pertama perkotaan dan pedesaan.
Dimana lingkungan sosial di pedesaan cenderung menanamkan sikap

24
kepedulian sosial yang sangat erat,gotong royong dan rasa kebersamaan
sangat dijunjung tinggi dalam tradisi pedesaan. Situasi yang berbeda dialami
pada lingkungan perkotaan yang dimana mereka cenderung bersikap
individualisme dan jarang memperlihatkan perilaku kepedulian sosial antar
warga.Beberapa hal yang menggambarkan lunturnya perilaku kepedulian
sosial diantaranya :
1) Menjadi penonton saat terjadi musibah pada lingkungan tau tetangga
kita dan hanya menjadi penonton
2) Sikap acuh tak acuh terhadap tetangga sekitar rumah
3) Tidak ikut serta atau ambil andil dalam kegiatan yang ada di
masyarakat
c. Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan tempat bagi anak untuk berinteraksi terhadap sesama
karena sekarang waktu anak dihabiskan di sekolah, dan anak akan sering
berinteraksi kepada guru,teman dan pegawai yang ada di sekolah, sehingga
lingkungan anak akan semakin luas dan kepedulian anak akan berkembang
sesuai dengan lingkungan yang ada di sekolahnya. Ketika akan
berinteraksi kepada teman yang memiliki kepedulian sosial maka anak
tersebut akan ikut memiliki kepedulian terhadap orang lain. Namun, semua
itu bisa saja terjadi sebaiknya ketika mereka memiliki teman yang tidak
mempunyai kepedulian maka anak tersebut akan ikut acuh terhadap
lingkungan dan acuh terhadap apa yang terjadi pada orang lain. Sikap
peduli di lingkungan sekolah dapat ditunjukkan dengan perilaku saling
membantu, menyapa, berbagi senyum dan salam antar warga sekolah.
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, bahwa lingkungan berpengaruh
sangat besar dalam menentukan tingkat kepedulian sosial. Lingkungan yang
dimaksud di sini adalah keluarga, teman-teman, dan lingkungan masyarakat
tempat kita tumbuh dan berkembang.Melalui interaksi dengan lingkungan
seseorang dapat memperoleh nilai-nilai tentang kepedulian sosial. Nilai-nilai
yang tertanam nantinya akan menjadi suara hati untuk selalu membantu dan

25
menjaga sesama manusia. Menurut Swanson (2000), ada lima dimensi penting
dalam kepedulian sosial:
(1) Mengetahui, yakni berusaha keras memahami kejadian-kejadian yang
memiliki makna dalam kehidupan orang lain. Pada aspek ini menghindari
asumsi tentang kejadian yang dialami orang lain sangat penting, berpusat
pada kebutuhan orang lain, melakukan penilaian yang mendalam, mencari
isyarat verbal dan non verbal, dan terlibat pada kedua isyarat tersebut.
(2) Turut hadir, hadir secara emosi dengan menyampaikan ketersediaan,
berbagi perasaan, dan memantau apakah orang lain terganggu atau tidak
dengan emosi yang diberikan.
(3) Melakukan, melakukan sesuatu bagi orang lain, seperti melakukannya
untuk diri sendiri, apabila memungkinkan. Seperti menghibur, melindungi,
dan mendahulukan, seperti melakukan tugas-tugas dengan penuh keahlian
dan kemampuan saat mempertahankan martabat
(4) Memungkinkan, memfasilitasi perjalanan hidup dan kejadian yang tidak
bisa dimiliki oleh orang lain dengan memberikan informasi, memberikan
penjelasan, memberikan dukungan, fokus pada perhatian yang sesuai,
dan memberikan alternatif.
(5) Mempertahankan keyakinan, mendukung keyakinan orang lain akan
kemampuannya menjalani kejadian atau masa transisidalam hidupnya dan
menghadapi masa yang akan datang dengan penuh makna. Tujuan tersebut
untuk memungkinkan orang lain dapat memaknai dan memelihara sikap
yang penuh harapan.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kepedulian merupakan
sikap dan tindakan yang memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, dan selalu
tergerak untuk membantu kesulitan orang lain dan mau melibatkan diri dalam
persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di lingkungan sekitar. Orang-orang
yang peduli adalah orang-orang yang terpanggil untuk melakukan sesuatu dalam
rangka memberikan sebuah inspirasi, perubahan, dan kebaikan terhadap
lingkungan di sekitarnya.

26
3.Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi
Manusia merupakan makhluk sosial yang seharusnya berinteraksi
dengan sesama untuk memenuhi kebutuhan hidup, saling tolong menolong,
membantu dan melengkapi satu sama lain. Manusia tidak bisa hidup sendiri
dan saling membutuhkan satu dengan yang lain. Dalam kehidupan sehari-
hari manusia harus bisa menjaga hubungan yang baik kepada lingkungan
keluarga maupun lingkungan masyarakatnya. Kerjasama merupakan hal yang
penting bagi kehidupan manusia, karena dengan kerjasama manusia dapat
melangsungkan kehidupannya. Berikut beberapa ilustrasi mengenai pentingnya
kerjasama dalam kehidupan sehari-hari:
Ilustrasi gambar disebelah
kiri menunjukkan bahwa
kerjasama dapat mengatasi
halangan dan rintangan yang
tidak dapat diatasi dengan
bekerja sendiri........

Ilustrasi gambar disebelah


kiri menunjukkan bahwa
dengan bekerja sama kita
dapat membangun kekuatan
yang besar sehingga dapat
mengatasi persoalan-
persoalan besar dan sulit
secara bersama-sama..........

27
Ilustrasi gambar disebelah
kiri menunjukkan bahwa
dengan bekerja sama kita
dapat menyelesaikan sebuah
pekerjaan berat yang tidak
akan mampu kita selesaikan
sendiri.......

4. Forum diskusi
Capaian Bahan Kajian Bahan Kajian Diskusi
Pembelajaran

Mampu - Kompetensi 4. Setiap guru yang profesional


melaksanakan tugas Sosial Guru dituntut untuk memiliki kompetensi
keprofesian PPKn yang baik sehingga peserta didik
pendidik dalam - Kerjasama dan dapat lebih mudah dalam
bidang PPKn yang Komunikasi memahami apa yang disampaikan.
memesona, yang dalam Jelaskanlah secara terperinci ruang
dilandasi sikap cinta Masyarakat, lingkup kompetensi sosial bagi guru
tanah air, Profesi dan PPKn....
berwibawa, tegas, Lingkungan 5. Dalam kehidupan sosial seseorang
disiplin, penuh tidak dapat memenuhi kebutuhannya
panggilan jiwa, sendiri tanpa adanya bantuan dari
samapta, disertai orang lain. Sehingga diperlukan
dengan jiwa suatu kerjasama untuk mencapai
kesepenuhatian dan tujuan bersama. Namun tidak semua
kemurahhatian. orang mampu melakukan kerjasama
sebagai sebuah tim. Identifikasilah

28
faktor-faktor yang menyebabkan hal
tersebut terjadi dan kemukakanlah
solusi untuk mengatasinya....
6. Deskripsikanlah secara jelas tentang
pentingnya komunikasi yang efektif
dalam sebuah proses kerjasama....
Kepekaan dan Rasa empati sangat penting dimiliki
Kepedulian Sosial dalam kehidupan sosial karena ketika
terhadap seseorang memiliki rasa empati
Masyarakat, Profesi terhadap orang lain maka ia akan
dan Lingkungan mampu memahami apa yang sedang
dialami oleh orang lain dan seolah-olah
mengalaminya sendiri. Empati inilah
yang akan mendorong untuk
melakukan kepedulian sosial atau
peduli terhadap orang lain. Ada 5
dimensi penting dalam kepedulian
sosial, kemukakanlah kelima dimensi
tersebut beserta implementasinya dalam
kehidupan sosial....

C. PENUTUP

1. Rangkuman
a) Kompetensi Sosial guru adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Ruang lingkup kemampuan sosial
tersebut dirinci menjadi beberapa faktor, yaitu: bersikap inklusif dan
bertindak obyektif, beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas dan

29
dengan lingkungan masyarakat, berkomunikasi secara efektif, empatik dan
santun dengan komunitas profesi sendiri maupun profesi lain, secara lisan dan
tulisan dalam bentuk lain, serta berkomunikasi secara empatik dan santun
dengan masyarakat.
b) Kerjasama merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena
dengan kerjasama manusia dapat melangsungkan kehidupannya. Kerjasama
merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Kerjasama berarti bersama-
sama untuk mencapai tujuan bersama. Ia adalah satu proses sosial yang paling
dasar. Biasanya kerjasama melibatkan pembagian tugas, dimana setiap orang
mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya demi
tercapainya tujuan bersama. Dalam pelaksanaan kerjasama harus tercapai
keuntungan bersama Pelaksanaan kerjasama hanya dapat tercapai apabila
diperoleh manfaat bersama bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya (win -
win). Apabila satu pihak dirugikan dalam proses kerjasama, maka
kerjasama tidak lagi terpenuhi. Dalam upaya mencapai keuntungan atau
manfaat bersama dari kerjasama, perlu komunikasi yang efektif antara
semua pihak dan pemahaman sama terhadap tujuan bersama.
c) Kepekaan sosial atau yang sering disebut dengan istilah empati adalah suatu
kondisi dimana seseorang mampu menempatkan diri pada keadaan emosi
orang lain dan seolah-olah mengalaminya sendiri. Rasa empati sangat penting
dimiliki dalam kehidupan sosial karena ketika seseorang memiliki rasa
empati terhadap orang lain maka ia akan mampu memahami apa yang sedang
dialami oleh orang lain dan seolah-olah mengalaminya sendiri. Empati
inilah yang akan mendorong untuk melakukan kepedulian sosial atau
peduli terhadap orang lain. Ketika individu memiliki empati terhadap
orang lain maka kepedulian sosial pun akan muncul pada diri individu
tersebut. Seseorang yang bisa menempatkan diri pada posisi orang lain atau
yang sedang dirasakan orang lain maka di dalam hatinya akan terbentuk
Social Interest.

30
2. Tes Formatif
1) Hubungan interpersonal sesama guru di sekolah dapat mempengaruhi kualitas
kinerja guru. Karena motivasi kerja dapat terbentuk dari interaksi dengan
lingkungan sosial di sekitarnya, di samping hasil perubahan yang bersifat
fisik, seperti suasana kerja, dan kondisi fisik gedung sekolah, karenanya
seorang guru harus mampu untuk....
A. Bersikap objektif terhadap teman sejawat dan lingkungan
B. Beradaptasi dengan teman sejawat dan lingkungan
C. Bersikap subjektif terhadap teman sejawat dan lingkungan
D. Berafiliasi dengan teman sejawat dan lingkungan
E. Membangunself significance

2) Setiap organisasi mempunyai struktur dan garis komando. Berdasarkan garis


komando tersebut, bila bawahan mengkomunikasikan keluhannya kepada
atasannya berkaitan dengan pekerjaan dan kebijakan, maka komunikasi
tersebut sudah menjalankan fungsi....
A. Informasi
B. Penjagaan
C. Integrasi
D. Motivasi
E. Pengawasan

3) Pak Abdi adalah seorang Guru PPKn di salah satu sekolah SMA Negeri di
Kota Medan. Berikut beberapa pilihan terbaik yang dapat diterapkan oleh pak
eno untuk menanamkan dan membelajarkan siswa agar memiliki rasa
kepedulian terhadap lingkungan sekitar, kecuali....
A. Mengajak siswanya untuk menggalang donasi sosial
B. Menggerakkan kebersihan di lingkungan sekolah bersama dengan para
siswa
C. Menggerakkan gerakan anti bullying di lingkungan

31
D. Menggerakkan siswa menggalang aksi demonstrasi
E. Menggerakkan gerakan anti narkoba di lingkungan sekolah

4) Pendidikan merupakan wahana yang efektif dalam menanamkan rasa empati


bagi setiap peserta didik. Contoh upaya yang paling tepat yang dapat
dilakukan guru dalam menanamkan rasa empati di lingkungan sekolah adalah
....
A. Mengajak peserta didik mengunjungi panti sosial
B. Menggerakkan semangat untuk berdisiplin dan mentaati peraturan
sekolah
C. Mengajak siswa untuk saling hormat-menghormati antara sesama siswa
yang memiliki perbedaan suku, adat, ras dan agama.
D. Mengajak siswa mengikuti kegiatan pramuka
E. Menggalang kegiatan bela negara di lingkungan sekolah

5) Manusia merupakan makhluk sosial yang seharusnya berinteraksi dengan


sesama untuk memenuhi kebutuhan hidup, saling tolong menolong,
membantu dan melengkapi satu sama lain.Kerjasama merupakan hal yang
penting bagi kehidupan manusia, karena dengan kerjasama manusia dapat
melangsungkan kehidupannya. Kerjasama merupakan salah satu bentuk
interaksi sosial, berikut adalah faktor-faktor pendukung kerjasama tim,
kecuali....
A. Komunikasi yang komunikatif
B. Identifikasi pribadi anggota
C. Perluasan tugas setiap anggota
D. Keterampilan menangani konfrontasi atau konflik
E. Penjajaran anggota

6) Pak Eko dan pak Joni dikenal sebagai sosok guru PPKn yang memiliki
kepedulian yang sangat tinggi dan menjadi panutan di sekolahnya. Hal ini
dikarenakan keduanya dikenal memiliki kemampuan dan penilaian diri

32
sendiri dalam melakukan sebuah tugas atau menyelesaikan permasalahan,
namun tidak mengabaikan pendapat dari orang lain. Hal ini berarti
keduanya menerapkan kepedulian yang bersifat ....
A. Self Significance
B. Superioritas
C. Impresif
D. Selfis
E. Social Interest

7) Indonesia merupakan negara yang secara budaya memiliki keanekaragaman


dari berbagai aspek adat istiadat, agama, dan lain-lain. Secara sosial,
masyarakat Indonesia memiliki strata yang berbeda.Secara ekonomi,
masyarakat masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Namun
demikian, biarpun memiliki banyak perbedaan, bangsa Indonesia tetap
menjaga keutuhan dan menjalin kesatuan dan persatuan. Sikap yang #arus
ditun&ukkan sesuai kondisi diatas adalah sikap….
A. Acuh tak acuh
B. Empati dan sugesti
C. Arogan dan toleransi
D. Empati dan toleransi
E. Akomodasi dan simpati

8) Akhir-akhir ini, Indonesia mengalami musibah yang diakibatkan tangan-


tangan jahil manusia. Namun, mereka tidak merasa berdosa, bahkan seolah-
olah tidak peduli dengan kejadian tersebut. Yang penting mereka adalah
bagaimana bisa mendapatkan, keuntungan dari lahan yang mereka jarah.
Kesimpulan dari wacana tersebut menunjukkan adanya….
A. Sikap anti sosial
B. Sikap arogansi
C. Sikap anti susila
D. Sikap anti budaya

33
E. Sikap anti pemerintah

9. Joko merupakan pemuda yang sering berkumpul bersama sama temannya


untuk sekedar mengobrol dan bersantai. Ketika berkumpul biasanya joko
yang paling banyak memiliki cerita/ gosip dan topik yang asyik untuk
dibicarakan. Dalam komunikasi, joko termasuk dalam unsur....
A. Komunikator
B. Komunikan
C. Informasi/ Pesan
D. Sarana komunikasi
E. Feedback/ efek

10. Gita merupakan seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri yang
sering memakai perhiasan terlalu banyak dan mencolok pada saat mengikuti
perkuliahan di kelas. Sebagai dosen, bu Nita selalu mengingatkan Mahasiswi
tersebut untuk tidak mengenakan perhiasan terlalu banyak, tujuannya agar Gita
terhindar dari tindak kejahatan yang mengincar perhiasannya. Tindakan dosen
tersebut sesuai dengan….
A. Bentuk nilai sosial
B. Fungsi nilai sosial
C. Ciri nilai sosial
D. Norma sosial
E. Kaidah sosial

3. Kunci Jawaban Tes Formatif


No Jawaban No Jawaban
1 B 6 A
2 E 7 E
3 D 8 A
4 C 9 A

34
5 B 10 B

4. Daftar Pustaka

Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi


Aksara.Adler, Alfred. 1930. Individual Psychology. Worcester Mass:
Clark Univ Press.
Arni, M. 2009. Komunikasi Organisasi. PT Bumi Aksara: Jakarta
Bangun, W. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.
Bowo, A. 2007. Kerja sama. Yogyakarta. Pustaka Larasati.
Brent D.R & Lea P.S. 2013. Komunikasi dan Perilaku Manusia. Jakarta:
Rajawali Pers.
Buchari, A. 2010. Pembelajaran studi sosial. Bandung: AlfabetA.
Baron, R.A & Byrne D. 2005. Psikologi Sosial. (Alih Bahasa: Ratna
Djuwita). Jakarta: Erlangga.
Devito, J. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Professional Books: Jakarta
Forsdale, L. 2001. Perspectives on Communication. Canada : Mc Graw Hill
College.
Goleman, D. 1997. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional); Mengapa. EI
Lebih Penting daripada IQ. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Leak G.K. 2011. Confirmatory Factor Analysis of the Social Interest Index.
USA:Creighton University,omaha
Lie, A. 2005. Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana, Indonesia.
Nata. A. 2016 Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta : Kencana
Prenada media Grup
Mulyasa. E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:
Rosdakarya
Robbins, S. P. & Timothy A. J. 2008.Perilaku Organisasi Edisi ke-12. Jakarta
Salemba Empat.
Safaria. 2005. Interpersonal Intelligence: MetodePengembanganKecerdasan
Interpersonal Anak. Yogyakarta : Amara Books.
Sagala, S. 2013. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung : Alfabeta.
Samani, M. & Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Slameto.2003.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi.Jakarta : Rineka
Cipta.

35
Soekanto, S. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grapindo Persada
Uno, H. B, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
West, R dan Turner, L.H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan
Aplikasi : Buku 1 edis ke-3. Terjemahan Maria Natalia Damayanti Maer.
Jakarta: Salemba Humanika

36
KEGIATAN BELAJAR 4:
BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
SEBAGAI SUMBER BELAJAR PPKn

i 1
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1. Deskripsi Singkat ...................................................................................................... 1
2. Relevansi.................................................................................................................... 2
3. Petunjuk Belajar....................................................................................................... 3

B. KEGIATAN INTI......................................................................................................... 4
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan .................................................................. 4
2. Uraian Materi ........................................................................................................... 4
a. Pengertian Umum Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Sebagai Sumber Belajar PPKn ............................................................................... 4
b. Landasan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Sebagai Sumber Belajar PPKn ............................................................................. 13
c. Fungsi, Tujuan dan Nilai Utama Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Sebagai Sumber Belajar PPKn ............................................................................. 18
d.Pemanfaatan dan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Sebagai Sumber Belajar PPKn ............................................................................. 24
e. Integrasi Nilai-Nilai Budaya dan Karakter Bangsa Ke Dalam
Mata Pelajaran PPKn ............................................................................................ 33
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi ......................................................................... 36
4. Forum Diskusi......................................................................................................... 37

C.PENUTUP ................................................................................................................... 38
1. Rangkuman .......................................................................................................... 38
2. Tes Formatif ......................................................................................................... 41
3. Kunci Jawaban Tes Formatif ............................................................................. 46
4.Daftar Pustaka ...................................................................................................... 46
D.TUGAS AKHIR .......................................................................................................... 47
E.TES SUMATIF ............................................................................................................ 48
F.KUNCI JAWABAN TES SUMATIF ......................................................................... 62

2 iii
ii
A. PENDAHULULAN

1. Deskripsi Singkat
Pada modul 1 kegiatan belajar 4 ini, anda akan diajak untuk berpikir secara
kritis terkait pemahaman tentang budaya dan karakter bangsa sebagai sumber
belajar PPKn. Berbagai materi dan ilustrasi yang disajikan menjadi sumber
inspirasi serta semakin menguatkan motivasi anda untuk memahami budaya dan
karakter bangsa sebagai sumber belajar PPKn. Hal tersebut semata-mata untuk
melahirkan guru PPKn yang baik dan profesional. Disamping itu, KB 4 ini
merupakan pemersatu yang mengikat dari semua bahasan materi setiap KB yang
terdapat pada modul 1, dimana nilai-nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia
menjadi sumber penting dalam pembelajaran PPKn yang harus diintegrasikan ke
dalam mata pelajaran khususnya PPKn.
Sebagai mata pelajaran, PPKn memiliki sumber belajar yang sangat luas dan
tidak terbatas. Kajian-kajian sosial, politik, hukum, karakter, moral, norma,
bahkan budaya dan karakter bangsa sendiri menjadi bahan kajian dan sumber
belajar utama dan sangat penting dalam pembelajaran PPKn. Nilai-nilai budaya
Indonesia dan karakter original bangsa Indonesia harus dapat dimanfaatkan oleh
guru PPKn sebagai sumber pembelajaran
Dinamika persoalan budaya dan karakter bangsa sebagai salah satu sumber
pembelajaran PPKn kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai
berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media massa baik
dalam bentuk cetak, media elektronik, wawancara, dialog, diskusi akademis, dan
sebagainya. Selain di media massa, hampir semua stakeholder, para ahli, dan para
pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan budaya
dan karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional,
maupun internasional. Banyaknya persoalan yang muncul di tengah masyarakat
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti korupsi, kekerasan, kejahatan
seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif,

1
kehidupn politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan
hangat di berbagai kesempatan. Muara dari diskusi panjang tersebut mengarah
kepada satu persepsi tentang bagaimana mereaktualisasi dan mengoptimalkan
budaya dan karakter bangsa Indonesia atau pada istilah umum dikenal dengan
istilah kearifan lokal bangsa Indonesia yang kemudian diterjemahkan kedalam
berbagai konsep nilai, moral dan norma sebagai benteng pencegahan dan
penindakan terhadap problematika diatas.
Kepedulian masyarakat mengenai pendidikan budaya dan karakter bangsa
telah pula menjadi kepedulian pemerintah. Berbagai upaya pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa telah dilakukan di berbagai direktorat dan
bagian di berbagai lembaga pemerintah, terutama di berbagai unit Kementerian
Pendidikan Nasional. Upaya pengembangan itu berkenaan dengan berbagai
jenjang dan jalur pendidikan walaupun sifatnya belum menyeluruh. Keinginan
masyarakat dan kepedulian pemerintah mengenai pendidikan budaya dan karakter
bangsa, akhirnya terakumulasi pada kebijakan pemerintah mengenai pendidikan
budaya dan karakter bangsa dan menjadi salah satu program unggulan
pemerintah.

2. Relevansi
Kegiatan Belajar 4 (KB 4) yang membahas tentang budaya dan karakter
bangsa sebagai sumber belajar PPKn pada diklat PPG dalam jabatan ini sangat
relevan menjadi mata latih peserta, sebagai bagian upaya mengembangkan nilai-
nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber penting
pembelajaran PPKn guna mewujudkan guru profesional PPKn. Budaya dan
karakter bangsa sebagai sumber belajar PPKn ini berusaha mengurai alternatif lain
yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah
budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan terutama melalui pendidikan. Dunia
pendidikan mau tidak mau dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif
karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik.Sebagai
alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan
kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan

2
mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Hasil dari
sebuah proses pendidikan memanglah tidak akan terlihat instan, karena
pendidikan sendiri esensinya adalah proses yang terus menerus dilakukan
sepanjang hayat. Namun demikian, hasil dari sebuah proses pendidikan akan
terlihat dari kualitas peradaban sebuah bangsa yang akan memiliki daya tahan dan
dampak yang kuat di masyarakat dalam persaingan global.
Sebagaimana penjelasan diatas pendidikan yang dianggap sebagai sarana
penting untuk mengurai benang kusut masalah budaya dan karakter bangsa harus
didukung oleh instrumen utamanya yaitu kurikulum pendidikan nasional. Dalam
dunia pendidikan, kurikulum sendiri merupakan jantungnya pendidikan. Oleh
karena itu, sudah seharusnya kurikulum saat ini, haruslah memberikan perhatian
yang lebih besar pada pemanfaatan dan pengintegrasian budaya dan karakter
bangsa dibandingkan kurikulum masa sebelumnya. Sebagai gambaran, pendapat
yang dikemukakan para tokoh, ahli pendidikan, para pemerhati pendidikan dan
anggota masyarakat lainnya di berbagai media massa, seminar, dan sarasehan
yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada awal tahun 2010
menggambarkan adanya kebutuhan masyarakat yang kuat akan pentingnya
muatan budaya dan karakter bangsa dalam pendidikan nasional sebagai sumber
belajar, tanpa terkecuali PPKn. Oleh karena itu, KB 4 tentang makna penting
budaya dan karakter bangsa sebagai sumber pembelajaran PPKn menjadi sangat
relevan menjadi mata latih bagi para guru-guru PPKn yang mengikuti diklat PPG
dalam jabatan.

3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari kegiatan belajar 4 ini, ada beberapa hal yang
harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi KB 4 ini.
Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan
penting dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian permulaan terhadap budaya dan karakter bangsa sebagai
sumber belajar PPKn dengan mencari beberapa referensi yang relevan.

3
3. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 4 pada modul 1 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 4.
4. Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat,
berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan pada KB 4 ini.
5. Bila Anda menemui kesulitan, silahkan berdiskusi dengan sejawat, atau
bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
6. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil

B. KEGIATAN INTI

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mampu melaksanakan tugas keprofesian pendidik dalam bidang PPKn
yang memesona yang dilandasi sikap cinta tanah air, berwibawa, tegas, disiplin,
penuh panggilan jiwa, samapta, disertai dengan jiwa sepenuh hati dan murah
hati.

2. Uraian Materi
a) Pengertian Umum Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Sebagai
Sumber Belajar PPKn
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di
Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

4
jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas
manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh
karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam
pengembangan dan pemanfaatan budaya dan karakter bangsa sebagai salah satu
sumber belajar PPkn.
Untuk mendapatkan wawasan mengenai pemanfaatan dan arti penting
budaya dan karakter bangsa sebagai sumber pembelajaran PPKn perlu
dikemukakan pengertian istilah budaya, karakter bangsa, pendidikan, dan sumber
belajar. Pengertian maupun konsep yang dikemukakan di sini dikemukakan secara
teknis dan digunakan dalam mengembangkan KB 4 pada modul 1 ini. Bagi guru-
PPKn, dan mata pelajaran lain, yang istilah-istilah itu menjadi pokok bahasan
dalam mata pelajaran terkait, tentunya tetap memiliki kebebasan sepenuhnya
membahas, menginterpretasikan dan berargumentasi mengenai istilah-istilah
tersebut secara akademik berdasarkan pada kajian mata pelajaran masing-masing.
Beberapa ahli mendefinisikan budaya dengan konsepsi yang berbeda
meskipun memiliki irisan dan keterkaitan makna yang sama;
1. Koentjaraningrat (1985): “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem,
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”.
2. Soemardjan dan Soemardi (1974): “Kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat”.
Secara umum, budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai,
moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem
berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia
dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma
dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem
sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni,
dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem
berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi
dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem berpikir,
nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Ketika kehidupan

5
manusia terus berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya adalah sistem
sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi, serta seni.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu upaya
terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka
memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan
masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk
kehidupan masa kini dan masa mendatang.
Sementara itu, makna karakter sendiri adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan
norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang
lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat
dan karakter bangsa. Untuk mendalami tentang pengertian karakter yang lebih
dalam, berikut ini ada beberapa pengertian karakter menurut para ahli:
1. Menurut Maxwell (2001): “Pengertian karakter sebenarnya jauh lebih baik
dibandingkan dengan sekedar perkataan. Lebih dari hal tersebut, karakter
merupakan pilihan yang dapat menentukan sebuah tingkat kesuksesan dari
seseorang”.
2. Menurut Wyne (1991): “Pengertian karakter menandai bagaimana teknis
maupun cara yang digunakan dalam memfokuskan penerapan dari nilai-
nilai kebaikan ke dalam sebuah tingkah laku maupun tindakan”.
Karakter dapat dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia. Lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, adat-istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak (Samani &
Haryanto, 2011).

6
Secara terminologis, makna karakter sebagaimana dikemukakan oleh
Thomas Lickona: A reliable inner disposition to respond to situations in a morally
good way”. Selanjutnya dia menambahkan, “Character so conceived has three
interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”. Menurut
Thomas Lickona, karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang
kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya
benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada
serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes), dan motivasi
(motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills) (Lickona 1991).
Menurut Thomas Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral
knowing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior)
(Zubaedi, 2011). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa
karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk
berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Berkaitan dengan hal ini dia
juga mengemukakan: Character education is the deliberate effort to help people
understand, care about, and act upon core ethical values” (Pendidikan karakter
adalah usaha sengaja (sadar) untuk membantu manusia memahami, peduli
tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika inti). Bahkan dalam buku Character
Matters dia menyebutkan: Character education is the deliberate effort to cultivate
virtue--that is objectively good human qualities--that are good for the individual
person and good for the whole society (Pendidikan karakter adalah usaha sengaja
(sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik
secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik
untuk masyarakat secara keseluruhan) (Wamangu & Zien, 2012).
Ada yang menganggap bahwa karakter sama dengan kepribadian.
Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari
diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak
lahir (Sjarkawi, 2006). Karakter esensinya merupakan keseluruhan disposisi
kodrati dan disposisi yang telah dikuasai secara stabil yang mendefinisikan

7
seorang individu dalam keseluruhan tata perilaku psikisnya yang menjadikannya
tipikal dalam cara berpikir dan bertindak (Zubaedi, 2011)

Dalam meletakkan hakikat dan nilai pendidikan, Ki Hajar Dewantara


mendasarinya dengan falsafah pendidikan yaitu ing ngarsa sung tulada, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani, yang artinya di depan menjadi teladan,
di tengah membangun semangat, dari belakang mendukung. Falfasah pendidikan
Ki Hajar Dewantara ini mengandung makna, yakni: (1) Peserta didik dipandang
sebagai subjek yang memiliki potensi dan memiliki posisi sentral dalam proses
pembelajaran. (2) Pendekatan manusiawi menjadi perhatian utama dalam
melaksanakan proses pembelajaran. (3) Menempatkan peserta didik dalam
kerangka pengembangan kedewasaan berpikir. (4) Penghargaan nilai-nilai budaya.
(5) Peserta didik dalam konteks implementasi psikologi pendidikan mendapat
tempat secara benar.
Pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui
pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup
dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter
individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya
yang bersangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya
dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta
didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan
sosial dan budaya bangsa tercermin ke dalam filosofi Pancasila, jadi pendidikan
budaya dan karakter bangsa sebagai sumber pembelajaran PPKn haruslah
berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, pemanfaatan budaya dan
karakter bangsa sebagai sumber pembelajaran PPKn sejatinya mengembangkan
nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan
fisik.
Pembangunan budaya dan karakter bangsa memang merupakan kebutuhan
asasi dalam proses berbangsa dan bernegara, karena pembangunan budaya dan
karakter bangsa merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional. Kebijakan nasional pembangunan budaya dan karakter

8
bangsa disusun sebagai pelaksanaan amanat Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025. Karakter sendiri merupakan hal sangat
esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan
hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter berperan sebagai “kemudi” dan
kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing. Karakter tidak bisa datang
dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa
yang bermartabat. Salah satu upaya untuk pengembangan karakter adalah
pembudayaan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan sendiri merupakan suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam
mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha
masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi
keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang
telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses
pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses
pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan
karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya,
melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian
mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat
yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam Sisdiknas sendiri berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung,
dan pendidikan karakter tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional jawab (Pasal 3 UU Sisdiknas Tahun 2003).
Pada pengaplikasiannya, pendidikan dan pembelajaran PPKn memiliki
banyak sekali sumber belajar, dimana budaya dan karakter bangsa menjadi

9
sumber belajar yang sangat penting dan harus dimanfaatkan. Secara terminologi
sumber belajar memiliki makna yang sangat luas segala, sesuatu yang dapat
mendukung proses belajar sehingga memberikan perubahan yang positif itu
merupakan sumber belajar. Sumber belajar adalah segala macam sumber yang ada
di luar yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Peranan sumber-sumber
belajar (seperti: guru, dosen, buku, film, majalah, laboratorium, peristiwa, dan
sebagainya) memungkinkan individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak terampil menjadi terampil, dan
menjadikan individu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak
baik. Jadi segala apa yang bisa mendatangkan manfaat atau mendukung dan
menunjang individu untuk berubah ke arah yang lebih positif, dinamis, atau
menuju perkembangan dapat disebut sumber belajar (Arif S Sadiman dalam
Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, 1995).
Sumber belajar PPKn merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan
informasi dalam pembelajaran PPKn. Sumber belajar PPKn ditetapkan sebagai
informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat
membantu peserta didik dalam belajar, sebagai perwujudan dari kurikulum.
Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, perangkat lunak,
atau kombinasi dari beberapa bentuk tersebut yang dapat digunakan peserta didik
dan guru. Sumber belajar juga dapat diartikan sebagai segala tempat atau
lingkungan, orang, dan benda yang mengandung informasi yang menjadi wahana
bagi siswa untuk melakukan proses perubahan perilaku (Majid, 2008). Pada
defenisi ini, sumber belajar PPKn tentu saja dapat berasal dari lingkungan sosial,
politik dan sebagainya yang tercermin ke dalam budaya dan karakter bangsa
Indonesia.
Pemanfaatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia sebagai
sumber pembelajaran PPKn merupakan upaya yang dilakukan dalam upaya
membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sumber belajar
dalam hal ini dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk mempelajari bahan dan
pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa disini bias bersumber dari orang/ manusia, alat dan bahan,

10
aktivitas, lingkungan social masyarakat, nilai-nilai lokalitas, dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat dimaknai bahwa sumber belajar
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan oleh siswa untuk mempelajari suatu
hal. Sumber belajar tidak terbatas hanya buku saja tetapi dapat berupa, orang, alat,
bahan, dan lingkungan yang dapat mendukung proses pembelajaran (Sanjaya,
2010)
Lebih lanjut, AECT (Association of Education Communication Technology)
mengklasifikasikan sumber belajar dalam enam macam yaitu message, people,
materials, device, technique, dan setting. Enam klasifikasi sumber belajar tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut (Rohani & Ahmadi, 1995) :
1. Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh komponen
lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data.
2. People (orang), yakni manusia yang bertindak sebagai penyimpan,
pengolah, dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini misalnya dosen,
guru, tutor, dll.
3. Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk
disajikan melalui penggunaan alat/perangkat keras, ataupun oleh dirinya
sendiri. Berbagai program media 12 termasuk kategori materials, seperti
transportasi, slide, film, audio, video, modul, majalah, buku dan
sebagainya.
4. Device (alat), yakni sesuatu (perangkat keras) yang digunakan yang
digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan.
Misalnya overhead proyektor, slide, video tape/recorder, dll.
5. Technique (teknik), yaitu prosedur atau acuan yang dipersiapkan untuk
penggunaan bahan, peralatan, orang, lingkungan untuk menyampaikan
pesan. Misalnya pengajaran terprogram/modul, simulasi, demonstrasi,
tanya jawab, dll.
6. Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar dimana pesan
disampaikan. Baik lingkungan fisik ataupun non fisik.

11
Teori lain mengklasifikasikan sumber belajar menjadi lima hal yaitu tempat,
benda, orang, buku, dan peristiwa. Hal tersebut diungkapkan oleh. Klasifikasi
tersebut secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut (Majid 2008):
1) Tempat atau lingkungan sekitar dimana seseorang dapat belajar dan
melakukan perubahan tingkah laku, seperti sungai, pasar, gunung,
museum, dll.
2) Segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku
peserta didik, misalnya situs, dll.
3) Orang yang memiliki keahlian tertentu sehingga siswa dapat belajar
sesuatu kepada orang tersebut.
4) Segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh siswa.
5) Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi.
Berdasarkan pengertian budaya, karakter bangsa, pendidikan dan sumber
belajar yang telah dikemukakan di atas maka pemanfaatan budaya dan karakter
bangsa sebagai sumber belajar PPKn dapat dimaknai sebagai upaya
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik
sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,menerapkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan
warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif .
Penanaman dan pemanfaatan budaya dan karakter bangsa sebagai sumber
belajar PPKn merupakan penanaman nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai
kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik
terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam
perilaku. Budaya dan karakter bangsa sebagai sumber belajar PPKn adalah
kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang tercermin dalam
kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai
hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau
sekelompok orang. Disisi lain, sebagai sumber belajar PPKn budaya dan karakter
bangsa memiliki nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma
agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Pemanfaatan
budaya dan karakter bangsa sebagai sumber belajar PPKn merupakan upaya yang

12
terencana untuk menjadikan peserta diklat mengenal, peduli, dan
menginternalisasi nilai-nilai karakter sehingga peserta mampu berperilaku sebagai
manusia seutuhnya (insan kamil). Penggunaan dan pemanfaatan budaya dan
karakter bangsa sebagai sumber pembelajaran PPKn merupakan sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia yang seutuhnya.
Argumentasi dan penjelasan dari para ahli diatas menjadi dasar pemikiran
bahwa pemanfaatan dan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa
sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa Indonesia di masa
mendatang. Pemanfaatannya sebagai sumber belajar harus dilakukan dan
dimaksimalkan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan
metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Hal tersebut tentu saja
mengandung makna bahwa nilai-nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia harus
dioptimalkan oleh guru PPKn sebagai sumber pembelajaran. Selain itu,
pemerintah juga harus memiliki keinginan yang kuat untuk mengintegrasikan
nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia kedalam kurikulum nasionalnya pada
seluruh mata pelajaran di sekolah. Karena sesuai dengan sifat suatu nilai,
pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama, oleh karenanya
harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui
semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya
sekolah (Hasan, 2010)

b) Landasan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Sebagai Sumber


Pembelajaran PPKn
Sebagai landasan penting dalam pembelajaran PPKn, budaya dan karakter
bangsa merupakan bagian strategis dalam pengembangan materi pembelajaran.
Dasar utama pemanfaatan budaya dan karakter bangsa sebagai sumber belajar
secara historis terlihat pada nilai-nilai patriotisme dan semangat kebangsaan yang
menjadi legacy dari para pendiri bangsa Indonesia. Secara filosofis, nilai-nilai

13
budaya dan karakter bangsa Indonesia merupakan nilai sakral yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia yang teraktualisasi ke dalam filosofis nilai ideologi kebangsaan
seperti Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika. Sementara pendidikan
memegang peranan dan kunci penting sebagai dasar dan landasan pengembangan
dan pemanfaatan budaya dan karakter bangsa.
Pendidikan sendiri merupakan upaya sadar untuk mengembangkan potensi
peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari
lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena
peserta didik hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai
dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu
akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini
terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia
menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing,
yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai
budayanya. Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang,
dimulai dari budaya di lingkungan terdekat seperti di pedesaan, perkampungan
berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan
budaya universal yang dianut oleh umat manusia. Apabila peserta didik menjadi
asing dari budaya terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa
dan dia tidak mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi
demikian, dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung
untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan (valueing).
Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya
nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan
(valueing) (Hasan, 2010).
Landasan pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat dikelompokkan
sebagai berikut (Supinah & Parmi; 2011):
1. Kebudayaan nasional; Kebudayaan nasional merupakan buah budi
manusia yang mengandung sifat-sifat keluhuran dan kehalusan, etika dan
estetika dalam kehidupan manusia. Dalam arti umum, kebudayaan adalah
merupakan sifat utuhnya bangsa yang berkaitan dengan derajat

14
kemanusiaannya, baik lahir maupun batin. Kebudayaan selalu
mengandung sifat keluhuran dan kehalusan budi manusia yang berada
dalam satu kesatuan dengan negara dan bangsa. Tanah air Indonesia
merupakan satu kesatuan, baik geografis maupun historis dan kultural
2. Pendidikan dan kebudayaan; Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat
hubungan yang sangat erat, artinya keduanya menekankan pada hal yang
sama, yaitu nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan. Proses
kebudayaan dan pendidikan hanya dapat terjadi didalam hubungan antar
manusia dalam masyarakat. Keluhuran dan kehalusan budi manusia
adalah hasil dari proses pendidikan dan kebudayaan, yaitu dengan
menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan, sehingga
terciptalah manusia yang beradab dan berbudaya.
3. Kebudayaan dalam pendidikan; Bahwa kebudayaan tidak dapat dipisahkan
dari pendidikan, bahkan kebudayaan merupakan alas atau dasar
pendidikan. Rumusan ini sungguh menjangkau jauh kedepan, disini
dikatakan bukan hanya pendidikan itu dialaskan kepada suatu
aspek kebudayaan, tetapi kebudayaan sebagai keseluruhan. Kebudayaan
yang menjadi landasan pendidikan tersebut haruslah bersifat
kebangsaan. Dengan demikian kebudayaan yang dimaksud adalah
kebudayaan yang riil, yaitu budaya yang hidup di dalam masyarakat
kebangsaan Indonesia.
4. Adab dan kesusilaan; Pembelajaran adab dan kesusilaan merupakan kunci
dalam membentuk budi pekerti anak. Sikap perilaku dan tutur kata yang
nampak pada manusia, akan mencerminkan kehalusan dan keluhuran budi
manusia. Oleh karena itu dalam membentuk sikap dan perilaku anak-anak,
mereka perlu diajarkan tentang ketuhanan, kesucian, kesopanan,
kehalusan, keindahan, kesetiaan, keluhuran, kedamaian, kemerdekaan,
cinta-kasih, kejujuran, kebersihan, kewajiban, dan hak-haknya sebagai
manusia, dan lain sebagainya melalui sekolah, yang kesemuanya itu secara
langsung akan membentuk watak dan budi pekerti anak
5. Nasionalisme kebangsaan

15
a) Wawasan Kebangsaan; Wawasan kebangsaan adalah cara pandang
bangsa dalam satu keutuhan rasa, bahasa dan semangat kebangsaan
untuk bergerak bulat guna berbakti untuk kepentingan bangsa dan
negara. Wawasan kebangsaan akan menumbuh kembangkan rasa
persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh sebagai tali
pengikat dan sumber kekuatan bagi kelangsungan hidup bangsa,
seperti cinta tanah air, menjunjung tinggi rasa persatuan dan
kesatuan, mendahulukan kepentingan bangsa diatas kepentingan
pribadi dan golongan, dan sebagainya.
b) Wawasan Kejuangan; Wawasan kejuangan adalah cara pandang
bangsa yang pantang menyerah dan rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan tanah air, serta setia kepada perjuangan
bangsa. Wawasan kejuangan dikembangkan untuk menanamkan
nilai-nilai jiwa kejuangan yang tinggi, yang dilandasi oleh semangat
kejuangan bangsa Indonesia 1945, yaitu pantang menyerah dan rela
berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c) Wawasan kebudayaan; Wawasan kebudayaan adalah cara pandang
bangsa dalam menghayati ketinggian kebudayaan nasional dengan
tidak menolak unsur kebudayaan asing yang dapa
memperkaya kebudayaan nasional dan mempertinggi derajat
kemanusiaan bangsa Indonesia untuk menuju ke arah kemajuan
adab, budaya, dan persatuan bangsa. Wawasan kebudayaan
dikembangkan agar para siswa mampu menghayati keluhuran
budaya bangsa Indonesia, dengan tidak menolak unsur kebudayaan
asing yang dapat memperkaya kebudayaan nasional Indonesia, dan
untu
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia menuju adab
dan buday serta persatuan dan kesatuan lebih tinggi.
6. Keluarga; keluarga menjadi salah satu instrumen penting dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa. Para orangtua harus mendorong
tumbuhnya moralitas dasar tersebut dengan jalan mengajarkan kepada

16
anak, baik secara langsung maupun tidak langsung agar supaya mereka
dapat menghormati nilai-nilai seperti: saling percaya mempercayai,
kejujuran, rasa solidaritas sosial dan nilai-nilai kemasyarakatan lainnya.
Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula
kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik.
Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat
makro akan menjadi norma dan nilai budaya bangsa. Dengan demikian, peserta
didik akan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara
berpikir, cara bertindak, dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan norma
dan nilai ciri ke-Indonesiaannya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan
yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas, “mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh karena itu, aturan dasar yang mengatur
pendidikan nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan landasan
yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai
anggota masyarakat dan bangsa (Hasan, 2010).
Pendidikan adalah suatu proses enkulturasi, berfungsi mewariskan nilai-
nilai dan prestasi masa lalu ke generasi mendatang. Nilai-nilai dan prestasi itu
merupakan kebanggaan bangsa dan menjadikan bangsa itu dikenal oleh bangsa-
bangsa lain. Selain mewariskan, pendidikan juga memiliki fungsi untuk
mengembangkan nilai-nilai budaya dan prestasi masa lalu itu menjadi nilai-nilai
budaya bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan
datang, serta mengembangkan prestasi baru yang menjadi karakter baru bangsa.
Oleh karena itu, pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan inti dari suatu
proses pendidikan (Hasan, 2010).
Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu
menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata
pelajaran yang ada dalam kurikulum seperti PPKn. Dalam mengembangkan
pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah
bagian yang teramat penting. Kesadaran tersebut hanya dapat terbangun dengan
baik melalui sejarah yang memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa

17
diri bangsanya di masa lalu yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa
kini. Selain itu, pendidikan harus membangun pula kesadaran, pengetahuan,
wawasan, dan nilai berkenaan dengan lingkungan tempat diri dan bangsanya
hidup (geografi), nilai yang hidup di masyarakat (antropologi), sistem sosial yang
berlaku dan sedang berkembang (sosiologi), sistem ketatanegaraan, pemerintahan,
dan politik (ketatanegaraan/politik/ kewarganegaraan), bahasa Indonesia dengan
cara berpikirnya, kehidupan perekonomian, ilmu, teknologi, dan seni. Artinya,
perlu ada upaya terobosan kurikulum berupa pengembangan nilai-nilai yang
menjadi dasar bagi pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dengan terobosan
kurikulum yang demikian, nilai dan karakter yang dikembangkan pada diri peserta
didik akan sangat kokoh dan memiliki dampak nyata dalam kehidupan diri,
masyarakat, bangsa, dan bahkan umat manusia. Pendidikan budaya dan karakter
bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai
dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter
pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter
bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari
pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai
yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional (Hasan, 2010).
Silogisme dari pernyataan diatas menggambarkan akan pentingnya
pemanfaatan dan optimalisasi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia
sebagai sumber belajar terutama mata pelajaran PPKn. Guru-guru PPKn harus
mampu memahami esensi dan makna budaya bangsa Indonesia secara
komprehensif. Nilai-nilai universal bangsa Indonesia yang tertuang dalam nilai
filosofis kebangsaan Indonesia harus mampu dipahami oleh guru PPKn. Selain
itu, nilai karakter bangsa Indonesia juga menjadi muatan penting dalam
pembelajaran yang juga harus dioptimalkan pemanfaatannya oleh guru PPKn.

c) Fungsi dan Tujuan Utama Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa


Sebagai Sumber Belajar PPKn
Sebagai sumber belajar PPKn, budaya dan karakter bangsa bukan hanya
sekedar mencakup dimensi mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu,

18
pemanfaatan budaya dan karakter bangsa sebagai sumber belajar PPKn adalah
usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta
didik mampu memaksimalkan segala nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia
hingga mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi
kepribadiannya. Pendidikan sendiri memainkan peranan yang sangat penting
untuk menumbuh kembangkan budaya dan karakter bangsa pada diri peserta
didik. Oleh karena itu, proses pendidikan di Indonesia harus mampu
mengintegrasikan nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia sebagai sumber
pembelajaran.
Berdasarkan kebijakan nasional pembangunan karakter bangsa, nilai-nilai
pendidikan karakter memiliki tiga fungsi, yaitu (Narwanti, 2011):
1. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi; Pembangunan karakter
bangsa berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia dan
warga negara Indonesia agar berpikiran baik, dan berperilaku baik sesuai
dengan falsafah hidup pancasila.
2. Fungsi perbaikan dan penguatan; Pembangunan karakter bangsa berfungsi
memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan,
masyarakat dan pemerintah ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa
menuju bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera.
3. Fungsi penyaring; Pembangunan karakter bangsa berfungsi memilah
budaya sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
Disisi lain, Pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai
budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses
mentransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat
sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satu sama
lainnya. Tujuan pendidikan pun adalah melestarikan dan selalu meningkatkan
kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikanlah nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa bisa ditransfer dari generasi ke generasi selanjutnya. Tujuan
pendidikan budaya dan karakter bangsa sendiri adalah:

19
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan
rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
Sementara itu, terdapat banyak nilai budaya dan karakter bangsa yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran PPKn. Nilai-nilai yang dikembangkan
dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber
berikut ini (Hasan, 2010) :
1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena
itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada
ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan
pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar
pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa
harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-
prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut
dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur
kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang

20
memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupannya sebagai warga negara.
3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui
masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian
makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan
masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan
budaya dan karakter bangsa.
4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus
dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai
satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan
nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah
sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya
dan karakter bangsa.

Gambar 1.1. skema sumber nilai budaya dan karakter bangsa


Sumber: google.com

Dalam publikasi Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan


Kementrian Pendidikan Nasional berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan

21
Karakter (2011), telah mengidentifikasi 18 nilai pembentuk karakter yang
merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum yang bersumber dari agama,
Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional.18 Nilai-nilai tersebut dapat
dilihat pada bagan sebagai berikut:

Religiu
Tanggu s
ng Jujur
jawab

Peduli Toleran

sosial si

Peduli
Lingku Disiplin
ngan

Gemar Kerja
memba keras
ca
18 Nilai
Karakter
Cinta Kreatif
damai

Bersah
abat/ko Mandiri
munika
tif

Mengh
argai Demokr
prestas atis
i
Cinta Rasa
tanah Seman ingin
air gat tahu
kebang
saan

Gambar 4.2. Bagan 18 nilai karakter bangsa berdasarkan Pusat Kurikulum


Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional,
Sumber: google.com

Penjelasan terhadap 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bagsa tersebut


diatas dapat diuraikan secara sistematis melalui deskripsi tabel dibawah ini;

22
Tabel 4.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

NO NILAI DESKRIPSI
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
1 Religius
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
2 Jujur sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
3 Toleransi suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
4 Disiplin
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
5 Kerja Keras dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
6 Kreatif
a8tau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
7 Mandiri
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
8 Demokratis
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
Rasa Ingin
9 mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
Tahu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
Semangat
10 menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
Kebangsaan
kepentingan diri dan kelompoknya.
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
Cinta Tanah kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
11
Air terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
Menghargai
12 menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
Prestasi
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
13
Komunikatif bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
14 Cinta Damai
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
15
Membaca bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
16
Lingkungan kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

23
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
17 Peduli Sosial
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
Tanggung- dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
18
Jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Sumber: Diolah dari Data Kementerian Pendidikan Nasional Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum

Akhirnya fungsi, tujuan pemanfaatan dan pengembangan budaya dan


karakter bangsa Indonesia sebagai sumber belajar PPKn menjadi sangat beralasan
mengingat kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Secara
tegas dapat digambarkan bahwa pemanfaatan budaya dan karakter bangsa
Indonesia sebagai sumber belajar PPKn tidak hanya bertujuan untuk menciptakan
manusia Indonesia yang berbudaya dan berkarakter, namun juga berfungsi untuk
melahirkan generasi Indonesia yang memiliki semangat kebangsaan dengan
menjunjung tinggi kearifan lokal (local wisdom) bangsa Indonesia. Oleh karena
itu, para guru PPKn harus memahami dengan sebenarnya akan arti penting dan
tujuan pemanfaatan budaya dan karakter bangsa Indonesia tersebut sebagai
sumber pembelajaran PPKn agar gelombang dan frekuensi tujuan pemanfaatannya
menjadi sama satu dengan yang lainnya.

d) Pemanfaatan dan Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter


Bangsa Melalui Integrasi Mata Pelajaran PPKn
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, kebudayaan dan karakter
bangsa merupakan salah satu unsur fundamental dalam pengembangan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) secara utuh. Pengembangan
PPKn yang baik tidak hanya berorientasi pada pengembangan intelektualitas saja,
tetapi harus mampu melahirkan dan mengembangkan intelektualitas yang
mencerminkan budaya dan karakter bangsa Indonesia. Semenjak bangsa ini
dilahirkan dan negara ini dibentuk, para pendiri bangsa telah memperkirakan dan
memperhitungkan bahwa budaya nasional dan nilai-nilai karakter bangsa harus
menjadi bagian penting yang tidak dapat terpisahkan dari pendidikan, sehingga

24
upaya memperbaharui dan mengembangkan pendidikan harus memasukkan dan
tidak boleh meninggalkan unsur-unsur nilai budaya dan karakter bangsa yang
menjadi penopang kualitas pendidikan di Indonesia. Oleh karenanya pemanfaatan
dan pengembangan budaya dan karakter bangsa sebagai sumber pembelajaran
PPKn sebagai upaya memajukan pendidikan harus mempertimbangkan beberapa
aspek berikut;
1. Prinsip dan Pendekatan Pemanfaatan dan Pengembangan Pendidikan Budaya
dan Karakter Bangsa Sebagai Sumber Pembelajaran PPKn
Pada prinsipnya, pemanfaatan dan pengembangan budaya karakter bangsa
bias dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nila budaya nasional dan
karakter bangsa Indonesia ke dalam pengembangan diri, budaya sekolah dan
mata pelajaran pelajaran PPKn. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu
mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa ke dalam Kurikulum, Silabus dan Rencana Program
Pembelajaran (RPP) yang sudah ada. Prinsip pembelajaran yang digunakan
dalam pemanfaatan dan pengembangan budaya dan karakter bangsa harus
mengusahakan agar peserta didik bisa mengidentifikasi dan menerima nilai-
nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab
atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai
pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai
dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses
berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial
dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.
Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa (Hasan 2010) :
a) Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-
nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang yang
terus menerus dilakukan, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai
selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai
dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas (SMA).

25
b) Melalui semua mata pelajaran (termasuk PPKn), pengembangan diri, dan
budaya sekolah;mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsadilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan
dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

Gambar 4.3. Skema pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan


karakter bangsa, Sumber: Kementerian Pendidikan Nasional Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

c) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan;mengandung makna bahwa


materi nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa;
artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan
seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun
fakta seperti dalam mata pelajaran agama,bahasa Indonesia, PKn, IPA,
IPS, matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, dan
keterampilan.

26
Gambar 4.4. Aktualisasi Nilai kejujuran dikembangkan dengan
praktik langsung melalui warung kejujuran, tidak diajarkan sebagai
materi atau pokok bahasan dalam mata pelajaran. Pembeli membayar
sesuai dengan harga yang ditentukan. Sumber: google.com,

Muatan materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media


untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Oleh
karena itu, guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada,
tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu dengan memanfaatkan dan
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Juga, guru tidak
harus mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai.
Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
d) Pembelajaran dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan;
prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai budaya dan karakter
bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan
prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan
peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan
dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak
indoktrinatif. Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang
dikembangkan maka guru menuntun peserta didik agar aktif.

27
Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan kepada peserta didik bahwa
mereka harus aktif, tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang
menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber
informasi, dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi
yang sudah dimiliki,
merekonstruksi data,
fakta, atau nilai,
menyajikan hasil
rekonstruksi atau proses
pengembangan nilai,
menumbuhkan nilai-
nilai budaya dan
karakter pada diri
mereka melalui berbagai
Gambar 4.5. Pembelajaran aktif dan inovatif.
kegiatan belajar yang Sumber : google.com
terjadi di kelas, sekolah,
dan tugas-tugas di luar sekolah.

2. Perencanaan Pemanfaatan dan Pengembangan Pendidikan Budaya dan


Karakter Bangsa Sebagai Sumber Belajar PPKn
Nilai-nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia sangat luas dan
beraneka ragam. Nilai-nilai dan karakter tersebut terkristalisasi ke dalam
falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Guna melahirkan
manusia Indonesia yang cerdas, berbudaya dan berkarakter tentu saja nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa tersebut harus dimanfaatkan sebagai sumber
belajar PPKn. Pemanfaatan nilai budaya dan karakter bangsa tersebut harus
dilaksanakan secara terstruktur dan terencana dalam disain kurikulum, proses
pembelajaran maupun suasana akademik yang kondusif.
Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dan pendidikan
memerlukan sinergi antara guru, siswa dan pihak sekolah. Begitupun dalam
mengintegrasikan budaya dan karakter bangsa juga harus dilakukan oleh

28
sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) dan siswa secara bersama-sama
sebagai suatu komunitas yang kemudian diintegrasikan ke dalam kurikulum
melalui hal-hal berikut ini (Hasan 2010):
a. Program Pengembangan Diri; Dalam program pengembangan diri,
perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa
dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah,
yaitu melalui hal-hal berikut :
1. Kegiatan rutin sekolah; Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang
dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat.
Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar kenegaraan,
pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut, dan lain-lain)
setiap hari Senin, beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur
(bagi yang beragama Islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran,
mengucap salam bila bertemu guru, tenaga kependidikan, atau teman.

Gambar 4.6. Kegiatan Rutin di Sekolah


Sumber: google.com

2. Kegiatan Spontan; Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan


secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada
saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya
perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada
saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang
kurang baik maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi

29
sehingga peserta didik tidak akan melakukan tindakan yang tidak baik
itu. Kegiatan spontan berlaku untuk mengevaluasi prilaku peserta didik
yang baik seperti membantu teman, rajin membersihkan ruang kelas,
maupun yang kurang baik seperti tawuran, bullying dan lainnya.

Gambar 4.7. Kegiatan amal siswa sumber : google.com

3. Keteladanan; Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga


kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-
tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta
didik untuk mencontohnya. Guru merupakan sosok utama keteladanan di
sekolah, oleh karenanya perilaku guru harus mencerminkan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa Indonesia. Misalnya, berpakaian rapi, datang
tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang,
perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan.

30
Gambar 4.8. Siswi membantu temannya belajar
Sumber: google.com

4. Pengkondisian; Untuk mendukung optimalisasi pemanfaatan,


pengembangan dan keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter
bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung upaya
tersebut. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa yang diinginkan. Misalnya, tersedianya fasilitas
pendidikan yang baik, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu
dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur.

Gambar 4.9. Aktivitas Penghijauan Lingkungan


Sekolah Agar Nyaman Sumber : google.com

31
b. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran; pemanfaatan dan pengembangan
nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai sumber belajar
juga dapat diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata
pelajaran (termasuk PPKn). Nilai-nilai budaya dan karakter bangsa tersebut
harus terintegrasi dan dicantumkan dalam silabus dan RPP dengan
mempertimbangkan standar pembelajaran dan kompetensi dasarnya.

Gambar 4.10 Pengintegrasian Nilai Mata Pelajaran PPKn di


Sekolah Sumber: google.com

c. Budaya Sekolah; Budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya


mencakup ritual, harapan, hubungan, demografi, kegiatan kurikuler,
kegiatan ekstrakurikuler, proses mengambil keputusan, kebijakan maupun
interaksi sosial antar komponen di sekolah. Budaya sekolah adalah suasana
kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya.
Pemanfaatan dan pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
harus terlihat dalam budaya sekolah yang mencakup kegiatan-kegiatan yang
dilakukan kepala oleh sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika
berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah.

32
Gambar 4.10 Menciptakan Budaya Bersih di Sekolah Sumber: google.com

e) Integrasi Nilai-Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Ke Dalam Mata


Pelajaran PPKn
Sebagaimana dijelaskan di atas, prinsip yang digunakan dalam pemanfaatan
dan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah (1)
berkelanjutan, (2) melalui semua mata pelajaran (saling menguatkan), muatan
lokal, kepribadian, dan budaya sekolah, (3) nilai-nilai tidak diajarkan tapi
dikembangkan, dan (4) dilaksanakan melalui proses belajar aktif.
Pemanfaatan dan pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
sebagai sumber belajar PPKn dilakukan dalam berbagai kegiatan belajar di kelas,
sekolah, dan luar sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain.
Pemanfaatan dan penerapannya dapat dilakukan dengan berbagai strategi
pengintegrasian dalam program-program sekolah melalui kegiatan rutin, spontan,
keteladanan, dan pengkondisian.
Konsep pendidikan dan pembelajaran PPKn yang bersumber pada
optimalisasi pemanfatan dan pengembangan budaya dan karakter bangsa
diselenggarakan untuk memenuhi standar nasional pendidikan yang diperkaya
dengan keunggulan komparatif dan kompetitif berdasar nilai-nilai luhur budaya
agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi diri sehingga
menjadi manusia yang unggul, cerdas, visioner, peka terhadap lingkungan dan
keberagaman budaya, serta tanggap terhadap perkembangan dunia.

33
Oleh karena itu, integrasi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa ke dalam
mata pelajaran PPKn haruslah didasari pada standar mutu pendidikan yang
meliputi: standar kompetensi lulusan; standar isi; standar proses; standar pendidik
dan tenaga kependidikan; standar sarana dan prasarana; standar pengelolaan;
standar pembiayaan; dan standar penilaian pendidikan (BNSP, 2019).
1. Standar Kompetensi Lulusan: mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
2. Standar Isi: memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan
berbasis budaya yang mengintegrasikan muatan nilai luhur budaya dengan
ilmu pengetahuan, pendidikan, teknologi, humaniora, kesenian, olahraga
dan kegiatan sosial.
3. Standar proses: mengedepankan partisipasi aktif peserta didik dengan
memperhatikan keunikan pribadi, nilai kebebasan berkreasi, kesopanan,
ketertiban, kebahagiaan, kebersamaan, keadilan, dan saling menghormati.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan: memenuhi prinsip
profesionalitas dan memahami nilai luhur budaya; wajib mengembangkan
pemahaman dan menerapkan nilai luhur budaya. Standar Sarana dan
Prasarana meliputi: standar nasional pendidikan sebagai standar pelayanan
minimal ditambah dengan sarana dan prasarana untuk mendukung
terlaksananya pendidikan berbasis budaya.
5. Standar Sarana dan Prasarana: Setiap satuan pendidikan wajib memiliki
sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,
buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, lahan, ruang kelas,
ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat
beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
6. Standar Pengelolaan Pendidikan: Standar pengelolaan pendidikan
digunakan untuk kerangka dasar tata kelola pendidikan di jalur formal,

34
nonformal dan informal berbasis budaya. Pengelolaan satuan pendidikan
jalur formal dilakukan melalui jenjang pendidikan dasar dan menengah
dengan menerapkan manajemen berbasis sekolah. Pengelolaan satuan
pendidikan jalur nonformal dilakukan dengan menerapkan manajemen
berbasis masyarakat. Pengelolaan pendidikan informal dikelola secara
mandiri oleh keluarga dan/atau lingkungan masyarakat.
7. Standar Pembiayaan: Standar pembiayaan terdiri atas biaya investasi,
biaya operasional dan biaya personal. Pemerintah pusat dan daerah harus
membantu pembiayaan untuk mendukung terlaksananya pendidikan
berbasis budaya pada satuan pendidikan di jalur formal, nonformal, dan
informal yang diselenggarakan masyarakat.
8. Standar Penilaian: Penilaian pendidikan meliputi: mekanisme; prosedur;
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian dilaksanakan
dengan pendekatan evaluasi berkesinambungan dan evaluasi otentik
dengan menggunakan berbagai metode. Evaluasi berkesinambungan
adalah evaluasi hasil belajar yang diikuti dengan tindak lanjutnya, data
hasil evaluasi belajar dimanfaatkan sebagai bahan untuk menyempurnakan
program pembelajaran, memperbaiki kelemahan-kelemahan pembelajaran,
dan kegiatan bimbingan belajar pada peserta didik yang memerlukannya.
Evaluasi otentik adalah evaluasi yang berbasis kompetensi, peserta didik
bisa dikatakan belajar dengan benar dan baik bila sudah bisa
mengimplementasikan hasil belajar dan mengaplikasikan keterampilannya
dalam kehidupan sehari-hari. Fokus pelaksanaan evaluasi otentik antara
lain: mengevaluasi kemampuan peserta didik untuk menganalisis materi
pembelajaran dan kejadian di sekitarnya, mengevaluasi kemampuan
peserta didik untuk mengintegrasikan apa yang telah dipelajari, kreativitas,
kemampuan kerja sama, dan kemampuan mengekspresikan secara lisan
dan praktik.

35
3. Contoh-Non Contoh/ Ilustrasi
Ilustrasi pada gambar ini
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang religius.
Internalisasi nilai-nilai religius bangsa
Indonesia tercermin tidak hanya pada
dinamika kehidupan sosial
masyarakat, namun juga tercermin
dalam sistem pendidikan nasional.

Ilustrasi pada gambar ini


menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang sangat
menjunjung semangat toleransi.
Komitmen toleransi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara tercermin
lewat semangat filosofi “Bhineka
Tunggal Ika”.

Ilustrasi gambar tersebut


menunjukkan sikap kedisiplinan yang
harus dimiliki oleh seorang guru
PPKn. Sikap disiplin tidak hanya
menjadi ciri guru profesional PPKn,
tetapi merupakan cerminan dari
budaya dan karakter bangsa
Indonesia.

36
4. Forum Diskusi
Capaian
Bahan Kajian Bahan Kajian Diskusi
Pembelajaran

Mampu melaksanakan Pengertian umum Setelah anda membaca KB 3, coba


tugas keprofesian pendidikan budaya dan anda jelaskan secara rinci konsepsi
pendidik dalam karakter bangsa budaya dan karakter bangsa sebagai
bidang PPKn yang sebagai sumber belajar sumber pembelajaran PPKn....
memesona yang PPKn
dilandasi sikap cinta
tanah air, berwibawa,
tegas, disiplin, penuh Landasan pendidikan Bacalah KB 3 ini dengan cermat, lalu
panggilan jiwa, budaya dan karakter uraikanlah landasan utama atau
samapta, disertai bangsa sebagai sumber pedagogis pendidikan budaya dan
dengan jiwa sepenuh belajar PPKn karakter bangsa sebagai sumber
hati dan murah hati belajar PPKn....

Tujuan dan nilai utama Berdasarkan KB 3 yang anda baca,


pendidikan budaya dan coba anda deskripsikan dengan jelas:
karakter bansa sebagai
1. fungsi dan tujuan pendidikan
sumber belajar PPKn
budaya dan karakter bangsa
sebagai sumber belajar
PPKn....
2. Nilai utama pendidikan
budaya dan karakter bansa
sebagai sumber belajar
PPKn....

Pemanfaatan dan Bacalah KB 3 dengan cermat, lalu


Pengembangan jelaskanlah bagaimana pemanfaatan
Pendidikan Budaya dan pengembangan pendidikan

37
dan Karakter Bangsa budaya dan karakter bangsa sebagai
Sebagai Sumber sumber belajar PPKn....
Belajar PPKn

Integrasi nilai-nilai Berdasarkan KB 3 yang anda baca,


budaya dan karakter bagaimanakah integrasi nilai-nilai
bangsa ke dalam mata budaya dan karakter bangsa ke dalam
pelajaran PPKn mata pelajaran PPKn....

C. PENUTUP

1. Rangkuman
a. Secara umum, budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai,
moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat.
Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari
interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sementara
itu, makna karakter sendiri adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara
pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah
nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya,
dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain
menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Sumber belajar
PPKn merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan informasi dalam
pembelajaran PPKn. Disisi lain, sumber belajar PPKn ditetapkan sebagai
informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang
dapat membantu peserta didik dalam belajar, sebagai perwujudan dari

38
kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video,
perangkat lunak, atau kombinasi dari beberapa bentuk tersebut yang dapat
digunakan peserta didik dan guru.
b. Sebagai landasan penting dalam pembelajaran PPKn, budaya dan karakter
bangsa merupakan bagian strategis dalam pengembangan materi
pembelajaran. Dasar utama pemanfaatan budaya dan karakter bangsa
sebagai sumber belajar secara historis terlihat pada nilai-nilai patriotisme
dan semangat kebangsaan yang menjadi legacy dari para pendiri bangsa
Indonesia. Secara filosofis, nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
Indonesia merupakan nilai sakral yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
yang teraktualisasi ke dalam filosofis nilai ideologi kebangsaan seperti
Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. Sementara pendidikan
memegang peranan dan kunci penting sebagai dasar dan landasan
pengembangan dan pemanfaatan budaya dan karakter bangsa. Landasan
pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat dikelompokkan sebagai
berikut (Supinah & Parmi; 2011: 11-16): (1) Kebudayaan nasional, (2)
Pendidikan dan kebudayaan, (3) Kebudayaan dalam pendidikan, (4) Adab
dan kesusilaan, (5) Nasionalisme kebangsaan; wawasan kebangsaan,
wawasan kejuangan, wawasan kebudayaan, (6) Keluarga. Pentingnya
pemanfaatan dan optimalisasi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
Indonesia sebagai sumber belajar terutama mata pelajaran PPKn. Guru-
guru PPKn harus mampu memahami esensi dan makna budaya bangsa
Indonesia secara komprehensif. Nilai-nilai universal bangsa Indonesia
yang tertuang dalam nilai filosofis kebangsaan Indonesia harus mampu
dipahami oleh guru PPKn. Selain itu, nilai karakter bangsa Indonesia juga
menjadi muatan penting dalam pembelajaran yang juga haris dioptimalkan
pemanfaatannya oleh guru PPKn.
c. Fungsi dn tujuan pemanfaatan dan pengembangan budaya dan karakter
bangsa Indonesia sebagai sumber belajar PPKn menjadi sangat beralasan
mengingat kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Secara tegas dapat digambarkan bahwa pemanfaatan budaya dan karakter

39
bangsa Indonesia sebagai sumber belajar PPKn tudak hanya bertujuan
untuk menciptakan manusia Indonesia yang berbudaya dan berkarakter,
namun juga berfungsi untuk melahirkan generasi Indonesia yang memiliki
semangat kebangsaan dengan menjunjung tinggi kearifan lokal (local
wisdom) bangsa Indonesia. Oleh karena itu, para guru PPKn harus
memahami dengan sebenarnya akan arti penting dan tujuan pemanfaatan
budaya dan karakter bangsa Indonesia tersebut sebagai sumber
pembelajaran PPKn agar gelombang dan frekuensi tujuan pemanfaatanya
menjadi sama satu dengan yang lainnya. Berdasarkan kebijakan Nasional
Pembangunan Karakter Bangsa, nilai-nilai pendidikan karakter memiliki
tiga fungsi, yaitu (Narwanti, 2011:18): (1) Fungsi pembentukan dan
pengembangan potensi, (2) Fungsi perbaikan dan penguatan, (3) Fungsi
penyaring. Ketiga fungsi tersebut dikembangkan dari sumber nilai agama,
pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional yang kemudian
melahirkan 18 nilai karakter dalam pendidikan Indonesia yang telah
disepakati.
d. Kebudayaan dan karakter bangsa merupakan salah satu unsur fundamental
dalam pengembangan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
secara utuh. Pengembangan PPKn yang baik tidak hanya berorientasi pada
pengembangan intelektualitas saja, tetapi harus mampu melahirkan dan
mengembangkan intelektualitas yang mencerminkan budaya dan karakter
bangsa Indonesia. Semenjak bangsa ini dilahirkan dan negara ini dibentuk,
para pendiri bangsa telah memperkirakan dan memperhitungkan bahwa
budaya nasional dan nilai-nilai karakter bangsa harus menjadi bagian
penting yang tidak dapat terpisahkan dari pendidikan, sehingga upaya
memperbaharui dan mengembangkan pendidikan harus memasukkan dan
tidak boleh meninggalkan unsur-unsur nilai budaya dan karakter bangsa
yang menjadi penopang kualitas pendidikan di Indonesia. Oleh karenanya
pemanfaatan dan pengembangan budaya dan karakter bangsa sebagai
sumber pembelajaran PPKn sebagai upaya memajukan pendidikan harus
mempertimbangkan beberapa aspek;

40
1. Prinsip dan Pendekatan pemanfaatan dan Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Sebagai Sumber
Pembelajaran PPKn (Berkelanjutan, terintegrasi dalam mata
pelajaran, pengembangan nilai, pembelajaran aktif dan
menyenangkan.
2. Perencanaan Pemanfaatan dan Pengembangan Pendidikan Budaya
dan Karakter Bangsa Sebagai Sumber Belajar PPKn melalui; a)
program pengembangan diri meliputi; kegiatan spontan
keteladanan, pengkondisian. b) pengintegrasian dalam mata
pelajaran. c) budaya sekolah.
e. Pemanfaatan dan pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
sebagai sumber belajar PPKn dilakukan dalam berbagai kegiatan belajar di
kelas, sekolah, dan luar sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler dan
kegiatan lain. Pemanfaatan dan penerapannya dapat dilakukan dengan
berbagai strategi pengintegrasian dalam program-program sekolah melalui
kegiatan rutin, spontan, keteladanan, dan pengkondisian. Konsep
pendidikan dan pembelajaran PPKn yang bersumber pada optimalisasi
pemanfaatan dan pengembangan budaya dan karakter bangsa
diselenggarakan untuk memenuhi standar nasional pendidikan yang
diperkaya dengan keunggulan komparatif dan kompetitif berdasar nilai-
nilai luhur budaya agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi diri sehingga menjadi manusia yang unggul, cerdas, visioner, peka
terhadap lingkungan dan keberagaman budaya, serta tanggap terhadap
perkembangan dunia. Oleh karena itu, integrasi nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa ke dalam mata pelajaran PPKn haruslah didasari pada
standar mutu pendidikan yang meliputi: standar kompetensi lulusan;
standar isi; standar proses; standar pendidik dan tenaga kependidikan;
standar sarana dan prasarana; standar pengelolaan; standar pembiayaan;
dan standar penilaian pendidikan (BNSP, 2019).

41
2. Tes Formatif
1. Perilaku dan sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa merupakan nilai-nilai pendidikan karakter....
a. Nilai karakter yang mencerminkan sikap peduli sosial
b. Nilai karakter yang mencerminkan sikap cinta damai
c. Nilai karakter yang mencerminkan sikap tanggung jawab
d. Nilai karakter yang mencerminkan sikap peduli lingkungan
e. Nilai karakter yang mencerminkan sikap peduli sesama

2. Semua orang harus hidup, berpikir, berprilaku positif dan mampu bekerja
sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara.
Contoh yang menggambarkan sikap dan perilaku diatas merupakan
gambaran dari prinsip dan nilai....
a. Gambaran dari prinsip dan nilai budaya bangsa
b. Gambaran dari prinsip dan nilai kepribadian bangsa
c. Gambaran dari prinsip dan nilai nasionalisme kebangsaan
d. Gambaran dari prinsip dan nilai pendidikan karakter
e. Gambaran dari prinsip dan nilai cinta tanah air

3. Siswa di sekolah yang memiliki sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah


agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain serta perilaku
yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, merupakan
bentuk aktualisasi dari kepribadian bangsa Indonesia. Perilaku yang
ditunjukkan oleh siswa tersebut mengandung makna….
a. Menguatnya nilai-nilai Religius dalam dirinya
b. Menguatnya nilai-nilai kepedulian sosial pada dirinya
c. Menguatnya nilai-nilai toleransi pada dirinya
d. Menguatnya nilai-nilai Demokratis pada dirinya
e. Menguatnya nilai-nilai semangat kebangsaan pada dirinya

42
4. Prinsip nilai kejujuran merupakan bagian dari nilai pendidikan budaya dan
karakter yang harus dimiliki oleh siswa. Sikap jujur tersebut dapat dilihat
dari munculnya sikap…....
a. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu bekerja keras pada semua pekerjaan
b. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu menghargai prestasi yang dicapainya
c. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan
merupakan nilai-nilai pendidikan karakter
d. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu bersahabat dan komunikatif
e. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu bersikap demokratis dan bertanggung jawab

5. Salah satu sumber belajar PPKn adalah sikap toleransi yang merupakan
bagian nilai karakter yang harus dikembangkan oleh guru di sekolah.
Sikap toleransi yang paling tepat di sekolah dapat diwujudkan dengan….
a. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan prestasi orang lain
b. Sikap dan tindakan yang menghargai persahabatan dengan orang lain
degan tetap memegang idealisme pribadi di lingkungan sekolahnya
c. Tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya di lingkungan
tempat kerjanya.
d. Tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya tempat
tinggalnya.
e. Tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya di lingkungan
sekolahnya

43
6. Budaya dan karakter bangsa merupakan sumber pembelajaran penting bagi
mata pelaaran PPKn. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya merupakan nilai-nilai pendidikan karakter yang
diaktualisasikan dalam bentuk....
a. Nilai-nilai pendidikan karakter yang diaktualisasikan dalam bentuk
Rasa Ingin Tahu
b. Nilai-nilai pendidikan karakter yang diaktualisasikan dalam bentuk
Semangat Kebangsaan
c. Nilai-nilai pendidikan karakter yang diaktualisasikan dalam bentuk
kepedulian sosial
d. Nilai-nilai pendidikan karakter yang diaktualisasikan dalam bentuk
cinta tanah air
e. Nilai-nilai pendidikan karakter yang diaktualisasikan dalam bentuk
tanggung jawab

7. Kebakaran hutan di Indonesia akhir-akhir ini semakin marak terjadi. Oleh


karena itu setiap orang harus mengembangkan sikap dan tindakan yang
selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya
sebagai bentuk sikap peduli lingkungan. Sikap kepedulian terhadap
lingkungan tersebut dapat dilihat dari bentuk perilaku….
a. Mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi.
b. Mengusut kasus pembakaran hutan sampai tuntas ke akar
permasalahannya
c. Memberikan sanksi tegas kepada para pembakar hutan sehingga
memberikan efek jera
d. Memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menjaga lingkungan
sekitarnya
e. Membuat peraturan perundang-undangan yang tegas dan tidak berpihak

44
8. Bangsa Indonesia merupakan bangsa besar dengan segala kekayaan
budaya dan karakter bangsa di dalamnya. Karakter bangsa Indonesia yang
beragam harus dioptimalkan sebagai salah satu sumber penting dalam
pembelajaran PPKn. Sebagai gambaran, cara berfikir, bersikap, dan
bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
merupakan bentuk dari nilai....
a. Merupakan bentuk dari nilai semangat kebangsaan
b. Merupakan bentuk dari nilai toleransi
c. Merupakan bentuk dari nilai semangat kebagsaan
d. Merupakan bentuk dari nilai Demokratis
e. Merupakan bentuk dari nilai Bersahabat

9. Pak Andi merupakan guru PPKn yang selalu menunjukkan sikap peduli
sosial yang tinggi terhadap siswa, sejawat di sekolah, maupun kepada
masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Sikap peduli sosial pak Andi
tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk….
a. Selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan
b. Selalu menunjukkan rasa empati kepada orang yang mengalami
kesusahan
c. Selalu menunjukkan rasa simpati kepada siswa yang berprestasi di
sekolah
d. Selalu rajin dalam mengikuti kegiatan bakti sosial di lingkungan tempat
tinggalnya
e. Selalu menunjukkan kepekaan terhadap isu-isu sosial

10. Bu Ani selalu memotivasi para siswanya untuk selalu berpikir dan
melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu

45
yang telah dimiliki. Apa yang dilakukan oleh bu Ani merupakan upaya
dari mewujudkan karakter....
a. Mewujudkan dan menumbuhkan semangat kerja keras pada diri siswa
b. Mewujudkan dan menumbuhkan semangat kreatifitas pada diri siswa
c. Mewujudkan dan menumbuhkan semangat kemandirian pada diri siswa
d. Mewujudkan dan menumbuhkan semangat bertanggung jawab pada diri
siswa
e. Mewujudkan dan menumbuhkan semangat ingin tahu pada diri siswa

3. Kunci Jawaban Tes Formatif

No Jawaban No Jawaban

1 C 11 B

2 D 12 A

3 A 13 D

4 C 14 A

5 E 15 B

4. Daftar Pustaka

Hasan, S, dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan dan Karakter Bangsa, Jakarta :


Kemendiknas Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kurikulum.
Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Lickona, T. 1991. Educating for Character: How Our School Can Teach Respect
and Responsibility, New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam
books.
_____________. 2012, Character Matters: Persoalan Karakter, terj. Juma Wadu
Wamaungu & Jean Antunes Rudolf Zien dan Editor Uyu Wahyuddin dan
Suryani. Jakarta: Bumi Aksara
Majid, A. 2008. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar.
Kompetensi Guru. Jakarta: PT. Rosda Karya.

46
Maxwell, J. C. 2001. The 21 Indispensable Qualities of A Leader. Tanslater:
Arvin Saputra. Batam: Interaksara.
Narwanti, S. 2011. Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Pembentukan
Karakter Dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia.
Rohani, A. & Ahmadi, A.1995. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka.
Cipta.
Samani, M & Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.
Soemardjan, S. dan Soemardi, S. 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta:
Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral, Intelektual,
Emosional, dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri,
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wynne, E. A. 1991. “Character And Academics In The Elementary School”.
Dalam Benninga J.S. (Penyunting). Moral, Character,And Civic Education
In The ElementarySchool. New York: Teachers College, Columbia
University.
Zubaidi. 2011.Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Prenada Media.
_______. 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai
Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, oleh Pusat
Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, 2010, diakses 01 September
2018.

D. TUGAS AKHIR
1. Jelaskanlah bagaimana strategi membangun karakter cinta tanah air dan
Bela Negara, menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara,
mengembangkan rasa saling menghormati, rasa kesetiaan dan kepatuhan
terhadap NKRI, menanamkan semangat nasionalisme dan patriotisme, serta
berkontribusi dalam pembangunan nasional dalam memelihara persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia?
2. Kemukakanlah berbagai upaya strategis dalam menginternalisasikan dan

47
mengaktualisasikan jiwa kesamaptaan, menerapkan modal insani sebagai
pendukung kesamaptaan, serta menumbuhkan jiwa kepemimpinan yang
efektif dalam organisasi sebagai karakter guru PPKn yang profesional?
3. Jelaskanlah bagaimana langkah strategis mengembangkan kerja sama,
jaringan kerja, menumbuhkan kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat, profesi dan lingkungan?
4. Uraikanlah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar PPKn? Jelaskan pula bagaimana
caranya?

E. TES SUMATIF
1. Keberadaan guru PPkn di dalam kelas harus mampu menjadi sosok yang
mampu mencerminkan karakter seorang guru PPKn profesional.
Profesionalisme guru PPKn tersebut bisa dilihat dari factor
kepemimpinannya. Artinya seberapa mampu ia memberikan pengaruh positif
terhadap yang siswa yang dipimpinnya. Salah satu bentuk karakter
kepemimpinan guru PPkn di dalam kelas adalah intuitive thinker yang
ditandai dengan karakteristik ....
a. Mengedepankan hal yang bersifat logis dalam proses pembelajaran
b. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara cepat terhadap
peserta didik
c. Memiliki orientasi pada fakta, sesuatu yang pasti dan detail daripada
asumsi
d. Menginginkan kesempurnaan dalam pekerjaan
e. Menciptakan situasi yang harmonis di dalam kelas

2. Kualitas kinerja guru di sekolah banyak dipengaruhi oleh hubungan


interpersonal masing-masing guru. Hal tersebut dikarenakan semangat dan
motivasi kerja dapat terbentuk dari hubungan dengan lingkungan di sekitar
tempat kerjanya. Kondisi infrastruktur kerja dan suasana kenyamanan di
tempat kerja juga menjadi faktor meningkatnya kualitas kerja seorang guru.

48
Menyikapi hal tersebut maka seorang guru dituntut memiliki kemampuan
untuk untuk ....
a. Selalu berupaya untuk Membangun self significance untuk menunjang
optimalisasi kinerjanya
b. Mampu dan selalu bersikap obyektif terhadap teman sejawat dan
lingkungan tempat kerjanya
c. Mampu bekerjasama dan beradaptasi dengan kolega dan lingkungan
tempat kerjanya
d. Berusaha untuk berafiliasi dengan teman sejawat dan lingkungan tempat
kerjanya
e. Selalu bersikap subjektif terhadap teman sejawat dan lingkungan tempat
kerjanya

3. Sebagai guru PPKn di salah satu sekolah SMP Negeri di Kota Yogyakarta, bu
Dewi selalu menanamkan sikap bela negara kepada para siswanya. Dan upaya
yang paling tepat terbaik bagi bu Dewi untuk mewujudkan nilai-nilai bela
negara agar mudah dipahami oleh setiap muridnya dalam praktik kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah ….
a. Selalu mengajak dan mengingatkan untuk Rela berkorban demi Bangsa dan
Negara
b. Menghimbau para siswanya untuk tidak mencontek dalam menghadapi
ujian sekolah
c. Membersihkan lingkungan sekolah
d. Memberi penghormatan kepada bendera merah putih
e. Mengingatkan siswanya untuk mengerjakan tugas sekolah

4. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru PPkn, pak Ali selalu
menjalankan fungsi kepemimpinan dengan menempatkan dirinya sebagai
orang yang paling menguasai dan bertanggung jawab terhadap kondisi
kelasnya. Pada kondisi tersebut pak Ali merupakan sosok guru dengan
karakteristik pemimpin bertipe ....

49
a. Elected leaders
b. Sociometric leaders
c. Salient leaders
d. Persistent leader
e. Responsibility leaders

5. Sebuah organisasi dalam bentuk apapun harus memiliki garis komando yang
jelas. Hubungan antara pimpinan dan bawahan haruslah berdasarkan garis
komando yang jelas pula. Sebagai contoh jika anggota organisasi
menyampaikan keluhannya kepada pimpinannya berkaitan dengan pekerjaan
dan kebijakan yang diambil oleh organisasi tersebut. Pada konteks tersebut
komunikasi telah berfungsi sebagai....
a. Fungsi integrasi
b. Fungsi motivasi
c. Fungsi penjagaan
d. Fungsi pengawasan
e. Fungsi informasi

6. Bagi peserta sisik sikap cinta tanah air akan mudah dipahami dengan efektif
melalui penerapan pada pembelajaran di sekolah. Langkah upaya yang dapat
dilakukan guru dalam menanamkan nilai-nilai Cinta tanah air di sekolah adalah
dengan….
a. Mengadakan kompetisi sepak bola antar sekolah
b. Memotivasi semangat siswa untuk mentaati aturan di sekolah
c. Mengadakan kegiatan bakti sosial
d. Mengkampanyekan gerakan anti narkoba di lingkungan sekolah
e. Guru mengajak siswa bersama-sama membersihkan lingkungan sekolahnya

7. Kepemimpinan merupakan kemampuan mengendalikan dan mengkoordinasi


suatu keadaan. Oleh karenanya sifat kepemimpinan dipengaruhi oleh banyak
faktor, dari mulai perilaku, faktor kontekstual, lingkungan, kekuasaan, dan

50
faktor eksternal lainnya. Berdasarkan hal diatas, pada banyak hal keberhasilan
kepemimpinan guru PPKn di didasari dan ditentukan oleh ....
a. Atribut pribadi guru PPKn tersebut sebagai pemimpin
b. Pengaruh faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan dan perilaku siswa di
dalam kelas
c. Faktor daya tarik, kecemerlangan, kekuasaan dan pengaruhnya di
lingkungan sekolah
d. Tindakan guru PPkn dalam menjalankan kepemimpinannya di dalam kelas
e. Keterampilan, kecerdasan, semangat juang yang dimilikinya

8. Sebagai seorang guru PPKn bu Ani selalu memotivasi selalu memotivasi


siswanya untuk memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu, beberapa pilihan terbaik yang dapat dilakukan oleh
bu Ani untuk menumbuhkan dan menanamkan rasa empati dan kepedulian
sosial terhadap lingkungan sekitarnya adalah sebagai berikut, kecuali....
a. Bersama-sama siswa mengkoordinir bantuan bagi korban bencana alam
b. Bersama-sama dengan siswa untuk menolak perilaku bullying di lingkungan
sekolah dan tempat tinggalnya
c. Bersama-sama siswa membersihkan lingkungan sekitarnya
d. Bersama-sama dengan siswa menolak menggalang gerakan anti narkoba di
lingkungan sekolah
e. Bersama-sama dengan siswa menggalang aksi demonstrasi dan protes
terhadap kebijakan sekolah yang tidak disukai

9. Sikap waspada serta siap membela tanah air Indonesia terhadap segala bentuk
ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan negara merupakan salah satu hal yang harus
diperjuangkan dalam mewujudkan cinta tanah air dalam konteks. Bagi siswa
komitmen yang harus dikembangkan adalah ….
a. Menolak peraktik kekerasan dan perbuatan tidak terpuji di lingkungan
sekolah

51
b. Tidak melakukan tindakan bulliying terhadap siswa lain
c. Mempraktekkan sikap saling hormat-menghormati antara sesama siswa
yang memiliki perbedaan di lingkungan sekolah
d. Bersikap disiplin, dan bartanggung jawab terhadap kewajibannya
e. Menghindari penyebaran berita hoax

10. Sebagai guru PPKn pak Joko harus mampu mengenali berbagai hal yang
berpengaruh terhadap kelasnya, hal tersebut sebagai upaya untuk
menunjukkan kepemimpinan kharismatiknya di hadapan siswa. Untuk
memaksimalkan kepemimpinannya di dalam kelas, pak Joko selalu
mengidentifikasi permasalahan dan perkembangan yang sedang terjadi di
kelas lalu menganalisisnya. Sikap yang ditunjukkan oleh pak Joko tersebut
mencirikan bahwa pak joko merupakan pemimpin yang ....
a. Adaptabilitas dan objektif
b. Accountable dan analisis
c. Fleksibel dan pragmatis
d. Objective dan adaptif
e. Proaktif dan Antisipatif

11. Kepekaan dan kepedulian sosial merupakan sikap mulia yang harus dimiliki
oleh segenap komponen bangsa Indonesia. Sikap mulia tersebut juga
merupakan bentuk watak dan karakter utama bangsa Indonesia. Dalam upaya
menumbuhkan kepekaan dan kepedulian sosial pendidikan dinilai merupakan
wahana yang efektif dalam menanamkan rasa empati bagi setiap peserta
didik. Berdasarkan ilustrasi diatas, perilaku yang dapat dicontohkan oleh guru
dalam menumbuh kembangkan rasa empati siswa dilingkungan sekolah ialah
dengan ....
a. Menerapkan semangat untuk berdisiplin dan mentaati semua peraturan
sekolah dan lingkungan masyarakat
b. Menghimbau dan menganjurkan peserta didik untuk mengunjungi rumah
singgah bagi anak jalanan

52
c. Menghimbau dan mengajak siswa untuk saling hormat-menghormati
antara sesama siswa yang saling memiliki perbedaan satu dengan lainnya
d. Mengupayakan kegiatan bela negara di lingkungan sekolah
e. Memotivasi siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah.

12. Globalisasi sebagai sebuah proses membawa konsekuensi logis terhadap


berkembang pesatnya pertumbuhan informasi melalui media sosial. Dampak
yang menguntungkan dari berkembangnya arus informasi bagi persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan dan
mengembangkan nilai-nilai Cinta tanah air di lingkungan masyarakat ialah
….
a. Mudahnya akses informasi membuat masyarakat mampu dengan cepat
dapat merespon informasi terkini
b. Mudahnya akses informasi menyebabkan masyarakat dengan cepat dapat
berkomunikasi dalam keluarga
c. Mudahnya akses informasi membuat masyarakat mampu mengenal dan
mencintai wilayah nasionalnya
d. Mudahnya akses informasi menjadikan masyarakat bias dengan cermat
menyeleksi berita yang ada
e. Mudahnya akses informasi menjadikan masyarakat mampu menyeleksi
berita hoax sampai ke berbagai kalangan

13. Pada proses pembelajaran di sekolah, banyak dijumpai siswa di kelas


PPKn yang kurang memiliki keterampilan meskipun dirinya memiliki
keyakinan terhadap pembelajaran. Sebagai pemimpin di dalam kelas
upaya guru PPKn yang paling tepat adalah dalam bentuk ....
a. Perilaku konsultatif
b. Perilaku partisipatif
c. Perilaku delegatif
d. Perilaku instruktif
e. Perilaku komunikatif

53
14. Kerjasama merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena
dengan kerjasama manusia dapat melangsungkan kehidupannya. Sebagai
makhluk sosial manusia akan selalu berinteraksi dengan sesama untuk
memenuhi kebutuhan hidup, saling tolong menolong, membantu dan
melengkapi kepentingan satu dengan lainnya. Kerjasama sendiri merupakan
salah satu bentuk interaksi sosial. Faktor-faktor pendukung kerjasama bisa
digambarkan pada hal dibawah ini, kecuali....
a. Menunjukkan kewibawaan di hadapan tim kerja yang lain
b. Memiliki keterampilan menangani konfrontasi atau konflik dalam
organisasi
c. Mengedepankan dan menggunakan komunikasi yang efektif dalam
organisasi
d. Menunjukkan sikap pensejajaran di kalangan anggota organisasi
e. Memperjelas dan memperluas tugas setiap anggota dalam organisasi

15. Konsepsi bela negara merupakan sikap ataupun perilaku warga negara untuk
membela negara dari berbagai bentuk ancaman baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri. Konsepsi tersebut sesuai dengan amanah UUD NRI
tahun 1945 pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 ayat (1). Bentuk ancaman dalam
negeri yang dinilai sangat berbahaya saat ini adalah ….
a. Paham radikalisme dan perimordialisme yang cukup tinggi di Indonesia
b. Aksi-aksi demonstrasi dengan kekerasan terhadap hasil pemilu
c. Munculnya sikap tidak percaya dari masyarakat kepada pemerintah
d. Berkembangnya isu-isu banyaknya pekerja asing yang datang ke
Indonesia
e. Praktik korupsi yang semakin marak di Indonesia

16. Gaya kepemimpinan yang transparan, bertanggung jawab dan demokratik


haruslah dimiliki oleh seorang guru PPKn profesional dalam mengelola kelas,
hal tersebut untuk menciptakan suasana pembelajaran di dalam kelas menjadi

54
menarik dan terbuka, dimana siswa dan guru dapat melakukan hubungan dan
komunikasi secara langsung dalam pembelajaran. Gaya kepemimpinan model
ini antara lain dapat dilihat dari karakteristik guru yang ....
a. Menunjukkan orientasi pada pelaksanaan tugas dan kewajiban
b. Selalu menggunakan pendekatan yang integralistik dalam setiap
pembelajaran
c. Memainkan peran sebagai agen perubahan yang radikal
d. Selalu mengutamakan orientasi hubungan dengan anggota kelasnya
e. Memberikan penekanan pada aspek kesempurnaan dalam pekerjaan

17. Sebagai sosok guru PPKn profesional bu Wati dan Bu Dini terkenal memiliki
kepedulian yang sangat tinggi dan menjadi panutan tidak hanya bagi siswanya
namun bagi sejawatnya sesama guru. Penilaian tersebut didasari oleh
kemampuan dan penilaian yang selalu mereka lakukan terhadap diri sendiri
dalam melakukan sebuah tugas atau menyelesaikan permasalahan di
sekolah atau lingkungannya dengan tidak mengabaikan masukan dari orang
lain. sikap yang ditunjukkan oleh kedua guru tersebut menunjukkan bahwa
mereka memiliki sifat kepedulian....
a. Kepedulian yang bersifat Impresif
b. Kepedulian yang bersifat Superioritas
c. Kepedulian yang bersifat Selfis
d. Kepedulian yang bersifat Self Significance
e. Kepedulian yang bersifat Social Interest

18. Akhir-akhir ini negara Indonesia masih menghadapi ancaman, tantangan,


hambatan dan gangguan (ATHG) bersumber dari lingkungan internasl maupun
eksternal. Oleh karenanya pemerintah Indonesia terus mengupayakan pelatihan
bela negara yang bertujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai dasar berbangsa
dan bernegara, yaitu rasa cinta tanah air, mau berkorban, meyakini Pancasila
sebagai ideologi negara, menumbuhkan kesadaran dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, serta memiliki kemampuan awal bela negara fisik dan

55
nonfisik. Sikap bela negara yang harus dikembangkan oleh guru PPKn
adalah….
a. Mengikuti pelatihan dasar kemiliteran yang diselenggarakan oleh
pemerintah
b. Memperdalam pemahaman tentang pendidikan kewarganegaraan
c. Terlibat dalam sistem keamanan dan pengamanan lingkungan sekitar
d. Menumbuhkan nasionalisme positif pada dirinya
e. Menjadi rakyat terlatih sebagai komponen cadangan tentara nasional
Indonesia

19. Guru PPKn harus dapat mengelola kelas dengan baik pada pembelajaran di
kelas. Perilaku kepemimpinan transformasional yang memungkinkan guru
untuk melakukan pengelolaan kelas dengan baik. Guru dengan model
kepemimpinan seperti ini biasanya memiliki ciri ....
a. Berupaya selalu melindungi, mengayomi dan menolong siswanya di dalam
kelas
b. Berupaya selalu memberdayakan siswanya melalui peningkatan konsep diri
yang positif
c. Memberikan motivasi kepada siswanya dengan mengarahkan siswanya pada
kepentingan diri pemimpin sendiri
d. Selalu mempengaruhi siswanya dengan mendayagunakan kelebihan sifat
kepribadian pemimpin
e. Menegakkan aturan di dalam kelas agar hasil pembelajaran yang diperoleh
maksimal

20. Keanekaragaman adat istiadat, agama, budaya dan lainnya merupakan


keunikan sekaligus anugerah yang dimiliki oleh Indonesia. Masyarakat
Indonesia secara sosial juga memiliki strata dan status sosial yang berbeda-
beda. Di sisi lain sebagian masyarakat Indonesia juga masih banyak yang hidup
di bawah garis kemiskinan. Menyikapi kompleksitas perbedaan dan

56
kesenjangan yang digambarkan di atas, maka sikap yang paling tepat
ditunjukkan saat ini adalah....
a. Menunjukkan sikap akomodasi dan simpati
b. Bersikap, cuek, dan Acuh tak acuh
c. Menunjukkan rasa empati dan sugesti
d. Mengedepankan rasa empati dan toleransi
e. Menunjukkan sikap arogan dan toleransi

21. Rika mengikuti ujian di sekolahnya, hampir semua rekannya di dalam kelas
melakukan kecurangan ketika gurunya lalai. Tetapi Rika tetap focus dan
konsentrasi menjawab soalnya sendiri tanpa memperdulikan perilaku siswa
lainnya. Bagi Rika mencari jawaban dari soal yang dikerjakannya secara
mandiri lebih baik dan bermakna daripada ikut mencontek seperti teman
lainnya. Sikap dan perilaku Rika menunjukkan upaya untuk ….
a. Upaya memupuk kepercayaan diri sendiri
b. Mengasah kemampuan untuk tidak bergantung pada orang lain
c. Belajar mandiri agar di masa depan tidak menjadi beban negaranya
d. Berperilaku jujur dengan tidak berbuat curang
e. Cara Berkontribusi pada negara sebagai bentuk rasa cinta terhadap
negaranya

22. Kebutuhan untuk menghadapi berbagai permasalahan yang sering terjadi di


lingkungan sekolah menjadikan seorang guru PPKn harus memiliki jiwa
kesamaptaan yang sesungguhnya. Permasalahan-permasalahan tersebut bisa
disebabkan oleh perubahan lingkungan sosial, politik dan keamanan yang
datang dari dalam negeri maupun luar negeri sebagai akibat dari perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan seni (IPTEKs). Jiwa kesamaptaan yang
kuat menjadikan guru PPKn memiliki kesiapan terhadap….
a. Memiliki kesiapan jasmani dalam menghadapi prilaku siswa yang nakal
b. Mengajar dan mendidik siswa di sekolah terluar, terdalam, terpencil dan
tertinggal

57
c. Seluruh hambatan dan tantangan dalam pembelajaran dan pengelolaan kelas
d. Munculnya ancaman fisik yang dating dari semua hal yang tak terduga
e. Menghadapi serangan fisik dari orang yang tidak bertanggung jawab

23. Berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia dewasa ini banyak disebabkan
oleh aksi manusia yang tidak bertanggung jawab. Tanah longsor, banjir
bandang, abrasi menjadi contoh bencana alam yang sering terjadi karena oleh
sebagian ulah manusia Indonesia yang merusak lingkungan alamnya. Bagi
mereka mengejar keuntungan sebesar-besarnya dengan tidak
mempertimbangkan efek dari perbuatan merusak lingkungan. Wacana diatas
menunjukkan munculnya di masyarakat sikap….
a. Munculnya sikap arogansi
b. Munculnya sikap anti budaya
c. Munculnya sikap anti sosial
d. Munculnya sikap anti susila
e. Munculnya sikap anti pemerintah

24. Dewasa ini kita sering melihat tradisi berkumpul sebagian masyarakat
Indonesia di cafe-cafe atau warung kopi sekedar hanya untuk ngobrol, gosip
atau bahkan bermain game. Doni dan Andre misalnya, merupakan dua pemuda
yang sering berkumpul bersama sama temannya lainnya di cafe hanya untuk
sekedar mengobrol, gosip atau bermain game yang tidak memiliki makna.
Ketika berkumpul biasanya Andre biasanya tokoh yang paling banyak
memiliki cerita/ gosip dan topik yang asyik untuk diperbincangkan. Dalam
komunikasi peran Andre masuk ke dalam salah satu unsur penting
komunikasi....
a. Berkedudukan sebagai Informasi/ Pesan
b. Merupakan bagian dari sarana komunikasi
c. Memainkan peran sebagai komunikan
d. Memainkan peran sebagai komunikator
e. Merupakan bagian dari aktor pemberi Feedback/ efek

58
25. Spektrum bela negara memiliki makna yang sangat luas, dari yang paling
halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga
negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh
bersenjata. Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada
negara dan kesediaan berkorban membela negara, meyakini idiology Pancasila
sebagai filosofi dasar yang menyatukan segenap komponen bangsa. Pada
konteks diatas bela negara bisa dimaknai dengan….
a. Melestarikan budaya
b. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
c. Kesadaran Berbangsa & bernegara
d. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara
e. Rela berkorban untuk bangsa & negara

26. Jiwa dan karakteristik responsive harus dimiliki oleh seorang pemimpin, hal
tersebut untuk dapat memahami permasalahan yang terjadi terhadap kondisi
yang organisasi dan anggota yang dipimpinnya. Ciri dan karakteristik
pemimpin yang responsive tersebut tergambar dari ….
a. Kemampuan untuk menentukan dinamika perkembangan yang terjadi di
masyarakat
b. Kesanggupan untuk menjaga dinamika perkembangan yang terjadi di
masyarakat
c. Kesanggupan untuk memajukan dinamika perkembangan yang terjadi di
masyarakat
d. Kemampuan untuk menerima dinamika perkembangan yang terjadi di
masyarakat
e. kesanggupan untuk secara dini memahami dinamika perkembangan yang
terjadi di masyarakat.

27. Hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang guru PPKn menunjukkan bahwa
penyebab utama rusaknya moral generasi muda yang terjadi di desanya adalah

59
akulturasi nilai dan budaya asing yang terbawa oleh kemajuan zaman. Hasil
kajiannya kemudian dikembangkanm menjadi dasar untuk membuat berbagai
kegiatan-kegiatan positif di kempungnya guna menangkal budaya asing yang
negatif. Ilustrasi tersebut menggambarkan perilaku guru PPKn yang sedang….
a. Membekali pemuda di kampungnya dari bahaya budaya asing
b. Mencontohkan bentuk rasa cinta tanah air dan bela negara kepada pemuda
di kampungnya
c. Membangun sinergi dengan pemerintah desa dalam menangkal masuknya
budaya asing yang merusak generasi muda
d. Memotivasi para pemuda di kampungnya agar melakukan kegiatan positif
e. Memberikan kontribusi kepada pemerintah desa untuk membuat kegiatan
pertahanan dan keamanan desa

28. Sebagai guru PPKn bu Elsa selalu mengingatkan para siswa dan siswinya
untuk tidak bergaya hidup bermewah-mewah baik ketika di sekolah maupun di
luar sekolah. Hal itu dilakukan oleh bu Elsa karena rasa kepeduliannya
terhadap para siswanya agar terhindar dari hal-hal negatif. Apa yang dilakukan
oleh bu Elsa merupakan prilaku yanag sesuai dengan....
a. Perilaku yang sesuai dengan fungsi nilai sosial
b. Perilaku yang sesuai dengan ciri nilai sosial
c. Perilaku yang sesuai dengan bentuk nilai sosial
d. Perilaku yang sesuai dengan norma sosial
e. Perilaku yang sesuai dengan kaidah sosial

29. Kesamaptaan jasmani merupakan salah satu bagian dari kesamaptaan yang
wajib dimiliki dan dipelihara oleh guru PPKn. Serangkaian kemampuan
jasmani atau fisik yang harus dimiliki oleh seorang guru PPKn merupakan
makna esensial dari kesamaptaan jasmani tersebut. Manfaat utama guru dengan
kesamaptaan jasmani antara lain tergambar pada ....
a. Kekuatan dan kemampuan guru PPkn untuk mengajar pada tempat terpencil
dan jauh tertinggal

60
b. Kesanggupan dan kemampuan guru PPKn untuk mengajar dalam durasi
waktu yang lama
c. Kemampuan dan kesanggupan guru PPKn untuk melaksanakan tugas atau
kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien dalam tugasnya
d. Kekuatan dan kesanggupan guru PPKn menghadapi perilaku kenakalan
siswa yang tidak terkontrol
e. Kemampuan dan kekuatan guru PPKn dalam menghadapi segala situasi dan
kondisi yang sulit

30. Bekerja di luar negeri dengan penghasilan dalam jumlah besar merupakan
impian setiap orang. Namun terdapat seorang warga negara Indonesia memilih
untuk kembali ke negaranya dan membangun karir dari awal, padahal ia
ditawari kenaikan gaji dalam jumlah besar di negara asing tersebut. Perilaku
WNI tersebut merupakan bentuk pengorbanan dengan tujuan ….
a. Menunjukkan pengorbanan WNI di luar negeri
b. Menunjukkan semangat juang dan kebangsaan tinggi yang dimiliki oleh
WNI tersebut
c. Menunjukkan upaya bela negara karena kecintaannya pada Indonesia
d. Berkeinginan memajukan negaranya sendiri
e. Berkarir di negaranya karena merasa lebih terhormat daripada di negara

61
F. KUNCI JAWABAN TES SUMATIF
No Jawaban No Jawaban NO Jawaban

1 A 11 C 21 B

2 C 12 C 22 C

3 A 13 A 23 C

4 E 14 A 24 D

5 D 15 A 25 B

6 E 16 B 26 E

7 A 17 D 27 C

8 E 18 D 28 A

9 C 19 B 29 C

10 E 20 A 30 D

62

Anda mungkin juga menyukai