Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ORIENTASI TERHADAP PENDIDIKAN


KEWARGANEGARANAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaran
Dosen Pengampu: Prima Rias Wana, M.Pd

DisusunOleh :

1. AnggesHardila R ( 21011002 )
2. Nur Prita Sari ( 21011026 )
3. SabilaHaqiqi ( 21011034 )
4. TryzaPraharaYudha ( 21011049 )
5. MuhawatikUlkafidoh ( 21011090 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STIKIP MODERN NGAWI
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan baik dan
benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai
orientasi terhadap pendidikan kewarganegaraan.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan
dari berbagai pihak untuk membantu menyelasaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah

Ngawi, Febuari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulis....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Latar Belakang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan............3
B. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.......................7
C. Landasan Pendidikan Kewaganegaraan.............................................8
D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Pendidikan Kewarganegaraan............14
BAB III PENUTUP..........................................................................................22
A. Kesimpulan.........................................................................................22
B. Saran...................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan mempunyai peran sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan upaya mewujudkan cita – cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan khidupan bangsa. Sebagaimana tercantum pada
Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan
fungsi dan tujuan dari Pendidikan Nasional, yaitu : “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab “(Depdiknas, 2003: 8). Pendidikan di sekolah merupakan
salah satu jalur yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia. Pendidikan di sekolah diharapkan dapat menciptakan manusia Indonesia
berkualitas, manusia yang cerdas berketrampilan dan berwatak. Cerdas dalam arti memiliki
pengetahuan dan teknologi serta terdidik sehingga dapat menggunakan nalar dan
intelektualnya. Berketrampilan artinya mampu melaksanakan berbagai tugas dan
kewajibannya yang memerlukan ketrampilan fisikal, sedangkan berwatak berarti memiliki
kepribadian dan sikap yang sesuai dengan jiwa dan pandangan hidup bangsa.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sendiri merupakan mata pelajaran yang
diwajibkan untuk kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah dan mata kuliah wajib
untuk kurikulum pendidikan tinggi, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang -Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37. Berdasarkan hal tersebut
Pendidikan Kewarganegaraan tidak bisa dianggap remeh karena merupakan pelajaran yang
diwajibkan, sehingga upaya–upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di sekolah–sekolah maupun perguruan tinggi harus terus ditingkatkan.
Sebagai ilmu yang bersifat abstrak dan verbal, tentunya Pendidikan Kewarganegaraan
berbeda dengan ilmu–ilmu terapan yang bersifat pasti. Hal ini akan menjadikan siswa
terkadang merasa kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Akibatnya, sering terdapat
siswa yang menampakkan sikap acuh dan malas dalam proses belajar mengajar sehingga hasil
belajar 3 kurang memuaskan karena siswa banyak melakukan kekeliruan dan kesalahan.
Kekeliruan dan kesalahan yang dilakukan siswa ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan
siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tetapi juga karena faktor lain seperti
gaya atau metode mengajar guru, lingkungan, sarana dan prasarana belajar, motivasi siswa
dan lain–lain.

1
model pembelajaran salah satunya adalah 7 pembelajaran kooperatif (cooperative
learning). yang memasukkan unsurunsur keterlibatan siswa secara langsung. Dalam metode
terdapat penggabungan kegiatan yaitu membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara.
Metode pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama
antara siswa yang mempunyai kemampuan heterogen. Pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu model pembelajaran yang memiliki potensi lebih dibandingkan dengan
pembelajaran ceramah. Maka dari itu, perlu dikenalkan Metode Time Token Arend. Metode
Time Token Arend dapat membuat siswa berpartisipasi pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Di sini siswa dapat mengembangkan keterampilannya dalam mengemukakan
pendapat dan dapat mengeluarkan ide masing – masing. Mereka juga bisa saling bertukar ide
dan menyanggah ide dari orang lain. Jadi tidak hanya siswa yang dianggap pintar yang
mengemukakan pendapatnya, di sini semua siswa diharapkan untuk menggeluarkan
pendapatny. Maka siswa cenderung tidak hanya diam saja, tetapi mereka juga ikut aktif pada
saat pembelajaran berlangsung. Metode Time Token Arend merupakan salah satu dari metode
pembelajaran aktif. Metode pembelajaran aktif pada hakekatnya yaitu suatu metode
pembelajaran yang mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya
(Agus Suprijono, 2011: 111). Metode pembelajaran Time Token Arend adalah salah satu
metode pembelajaran yang secara langsung 8 maupun tidak langsung menuntut peran aktif
dari tiap siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang
berlangsung.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perubahan pendidikan di masa depan?
2. Apa itu pendidikan kewarganegaraan?
3. Apa tujuan pendiddikan kewarganegaraan?
C. TUJUAN PENULIS
1. Untuk mengetahui perubahan pendidikan di masa depan.
2. Untuk mengetahui apa itu pendidikan kewarganegaraan.
3. Untuk mengetahui tujuan dari pendidikan kewarganegaraan.
D. MANFAAT PENULIS
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam menambah pengetahuan pembaca pada
umumnya mengenai imunisasi dan mengetahui penjelasan mengenai peran imunisasi
sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas hidup pada khususnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


1. Perubahan Pendidikan ke Masa Depan
DalamKonferensi Menteri Pendidikan negara-negara berpenduduk besar
di New Delhi tahun 1996 menyepakati bahwa pendidikan Abad XX harus
berperan aktif dalam hal:

a. Mempersiapkan pribadi sebagai warga negara dan anggota masyarakat


yang bertanggung jawab.
b. Menanamkan dasar pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
bagi kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan hidup.
c. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada penguasaan,
pengembangan, dan penyebaran ilmu pengetahuan, teknologi danseni demi
kepentingan kemanusiaan.
Kemudian dalam konferensi internasioanl tentan gpendidikan tinggi
yang diselenggarakan United Nations Education, Scientific, and Cultural
Organization (UNESCO) di Paris tahun 1998 menyepakati bahwa perubahan
Pendidikan tinggi masa depan bertolak dari pandangan bahwa tanggung jawab
Pendidikan adalah:
a. Tidak hanya meneruskan nilai-nilai, mentransfer ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, tetapi juga melahirkan warga negara yang berkesadaran
tinggi tentang bangsa dan kemanusiaan.
b. Mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang produktif dalam
konteksyang dinamis.
c. Mengubah cara berpikir, sikap hidup, dan perilaku berkarya individu
maupun kelompok masyarakat dalam rangka memprakarsai perubahan
sosial yang diperlukan serta mendorong perubahan ke arah kemajuan yang
adil dan bebas.

Agar bangsa Indonesia tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain, maka


Pendidikan nasional Indonesia perlu dikembangkan searah dengan perubahan
Pendidikan ke masa depan. Pendidikan nasional memiliki fungsi sanga
tstrategis yaitu "mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

3
peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa". Tujuan Pendidikan nasional "berkembangnya potensi peserta anak
didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab" Pendidikan Kewarganegaraan
(citizenship education) di perguruan tinggi sebagai kelompok MPK diharapkan
dapat mengemban misi fungsi dan tujuan Pendidikan nasional tersebut.

Melalui pengasuhan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi


yang substansi kajian dan materi instruksionalnya menunjang dan relevan
dengan pembangunan masyarakat demokratik berkeadaban, diharapkan
mahasiswa akan tumbuh menjadi ilmuwan atau profesional, berdaya saing
secara internasional, warga Negara Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air.

2. Dinamika Internal Bangsa Indonesia


Dalam kurun dasawarsa terakhir ini, Indonesia mengalami percepatan
perubahan yang luar biasa. Misalnya, loncatan demokratisasi, transparansi
yang hampir membuat tak ada lagi batas kerahasiaan di negara kita, bahkan
untuk hal-hal yang seharusnya dirahasiakan. Liberalisasi bersamaan dengan
demokratisasi di bidang politik, melahirkan sistem multi partai yang
cenderung tidak efektif, pemilihan presiden - wakil presiden secara langsung
yang belum diimbangi kesiapan infrastruktur social berupa kesiapan mental
elite politik dan masyarakat yang kondusif bagi terciptanya demokrasi yang
bermartabat. Kekuasaan DPR-DPRD yang sangat kuat sering kali
disalahgunakan sebagai ajang manuver kekuatan politik yang berdampak
ketegangan-ketegangan suasana politik nasional, dan hubungan eksekutif dan
legislatif.
Situasi lain yang saat ini muncul yaitu melemahnya komitmen
masyarakat terhadap nilai-nilai dasar yang telah lama menjadi prinsip dan
bahkan sebagai pandangan hidup, mengakibatkan system filosofi bangsa
Indonesia menjadi rapuh. Ada dua factor penyebabnya, yaitu:
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal berupa pengaruh globalisasi yang disemangati
liberalism mendorong lahirnya system kapitalisme di bidang ekonomi dan

4
demokrasi liberal di bidang politik. Dalam praktiknya system kapitalisme
dan demokrasi liberal yang disponsori oleh negara-negara maju seperti
Amerika, mampu menggeser tatanan dunia lama yang lokal regional
menjadi tatanan dunia baru yang bersifat global mondial. Bahkan mampu
menyusup dan memengaruhi tatanan nilai kehidupan internal setiap bangsa
di dunia. Tarik ulur yang memicu ketegangan saat ini sedang terjadi dalam
internal setiap bangsa, antara keinginan untuk mempertahankan system nilai
sendiri yang menjadi identitas bangsa, dengan adanya kekuatan nilai-nilai
asing yang telah dikemas melalui teknologinya.
Sejauh mana kekuatan setiap bangsa termasuk bangsa Indonesia untuk
mengadaptasi nilai-nilai asing tersebut. Bagi negara-negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia sangat rentan terkooptasi nilai-nilai asing
yang cenderung berorientasi praktis dan pragmatis dapat menggeser nilai-
nilai dasar kehidupan. Kecenderungan munculnya situasi semacam ini
sudah mulai menggejala di kalangan masyarakat dan bangsa Indonesia saat
ini. Seperti tampak pada Sebagian masyarakat dan bahkan para elite yang
sudah semakin melupakan peran nilai-nilai dasar yang wujud kristalisasinya
berupa Pancasila dalam perbincangan lingkup ketatanegaraan atau bahkan
kehidupan sehari-hari. Pancasila sudah semakin tergeser dari perannya
dalam praktik ketatanegaraan dan produk kebijakan-kebijakan
pembangunan.
Praktik penyelenggaraan ketatanegaraan dan pembangunan sudah
menjauh dan terlepas dari konsep filosofis yang seutuhnya. Eksistensi
Pancasila tampak hanya dalam status formalnya, yaitu sebagai dasar negara,
tetapisebagaisistemfilosofibangsasudahtidakmemilikidaya spirit bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sistem filosofi
Pancasila sudah rapuh. Masyarakat dan bangsa Indonesia kehilangan dasar,
pegangan dan arah pembangunan.
b. Faktor Internal
Faktor internal, yaitu bersumber dari internal bangsa Indonesia sendiri.
Kenyataan seperti ini muncul dari kesalahan Sebagian masyarakat. Dalam
memahami Pancasila. Banyak kalangan masyarakat memandang Pancasila
tidak dapat mengatasi masalah krisis. Sebagian lagi masyarakat
menganggap, bahwa Pancasila merupakan alat legitimasi kekuasaan

5
OrdeBaru. Segala titik kelemahan pada Orde Baru linier dengan Pancasila.
Akibat yang timbul dari kesalahan pemahaman tentang Pancasila ini
Sebagian masyarakat menyalahkan Pancasila, bahkan anti Pancasila.
Kenyataan semacam ini sekarang sedang menggejala pada sebagian
masyarakat Indonesia. Kesalah pemahaman (epistemologis) ini menjadikan
masyarakat telah kehilangan sumber dan sarana orientasi nilai.
Disorientasi nilai dan distorsinasionalisme di kalangan masyarakat
Indonesia dewasa ini. Disorientas inilah terjadi saat masyarakat menghadapi
masa transisi dan transformasi. Dalam masa transisi terdapat peralihan dari
masyarakat pedesaan menjadi masyarakat perkotaan, masyarakat agraris ke
masyarakat industri dan jasa, dari tipologi masyarakat tradisional ke
masyarakat modern, dari masyarakat paternalistic ke arah masyarakat
demokratis, dari masyarakat feudal ke masyarakat egaliter, dari makhluk
social ke makhluk ekonomi. Dalam proses transisi ini menyebabkan
Sebagian masyarakat Indonesia mengalami kegoyahan konseptual tentang
prinsip-prinsip kehidupan yang telah lama menjadi pegangan hidup,
sehingga timbul kekaburan dan ketidak pastina landasan pijak untuk
mengenali dan menyikapi berbagai persoalan kehidupan yang dihadapi.
Dalam masa transformasi, terjadi pergeseran tata nilai kehidupan
Sebagian masyarakat Indonesia sebagai dampak dari proses transisi, missal
beralih menyadari kebiasaan cara pandang masyarakat yang mengapresiasi
nilai-nilai tradisional kearah nilai-nilai modern yang cenderung rasional dan
pragmatis, dari kebiasaan hidup dalam tata pergaulan masyarakat yang
konformistik bergeser kearah tata pergaulan masyarakat yang dilandasi cara
pandang individualistik.
Distorsinasionalisme, suatu fenomenasosial pada Sebagian masyarakat
Indonesia yang menggambarkan semakin pudar rasa kesediaan mereka
untuk hidup eksis bersama, menipisnya rasa dan kesadaran akan adanya
jiwa dan prinsip spiritual yang berakar pada kepahlawanan masa silam yang
tumbuh karena kesamaan penderitaan dan kemuliaan di masa lalu.
Hilangnya rasa saling percaya (trust) antar sesame baik horizontal maupun
vertikal. Fenomena yang kini berkembang adalah rasa saling curiga, dan
menjatuhkan sesama. Inilah tanda-tanda melemahnya kohesivitas social
kemasyarakatan di antara kita sekarang ini.

6
B. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu bentuk
pendidikan untuk mengembangkan kultur demokratis yang mencakup kebebasan,
persamaan, kemerdekaan, toleransi, dan kemampuan untuk menahan diri di
kalangan mahasiswa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang
sistem pendidikan nasional, serta SK dirjen DIKTI nomor 43/DIKTI/Kep/2006,
mata
kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi terdiri atas pendidikan
agama,
pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia. Cakupan materi Mata kuliah
pendidikan Kewarganegaraan meliputi identitas nasional, hak dan kewajiban
warga negara, negara dan konstitusi, demokrasi dan Pendidikan demokrasi, HAM
dan rule of law, Geopolitik Indonesia dan Geostrategi Indonesia. Dalam UU
Nomor
12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 35 ayat (3) Juga mewajibkanmata
kuliah Kewarganegaraan disampaikan di Perguruan Tinggi. Dalam penjelasan
pasal
35 ayat (3), dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan ”mata kuliah
kewarganegaraan” adalah Pendidikan mencakup Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Bhineka Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa menjadi warga negara yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Dan tujuan agar mahasiswa memiliki sejumlah kompetensi tertentu yang
telah ditetapkan. Dalam hal ini, kompetensi yang diharapkan dalam mata kuliah
Pendidikan kewarganegaraan adalah agar mahasiswa menjadi ilmuwan dan
profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis,
berkeadaban, memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam
membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila .Sedangkan
standar kompetensi yang wajib dikuasai mahasiswa mampu berfikir rasional,
bersikap dewasa dan dinamis, berpandangan luas dan bersikap demokratis yang
berkeadaban sebagai warga negara Indonesia. Dengan berbekal kemampuan
intelektual ini diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan proses belajar
sepanjang hayat (long live learning), menjadi ilmuwan profesional yang

7
berkepribadian dan menjunjung nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Sedangkan hakikat Pendidikan Kewarganegaraan, untuk membekali
dan memantapkan mahasiswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar
hubungan warga negara Indonesia yang Pancasilais dengan negara dan sesame
warga negara. Menurut UU Nomor20/2003 tentang system Pendidikan nasional
Pasal 35 UU Nomor 12/2012 tentang pendidikan tinggi, pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan agar peserta didik memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air. Selain itu, menurut Abdul Azis Wahab dan Sapriya (2012:311)
tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membentuk warga negara yang
baik.
Menurut SK DirjenDikti Nomor43/2006, Pendidikan Kewarganegaraan
dimaksudkan untuk menjadikan pesertadidik yang menjadi ilmuwan dan
profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air; demokratis yang
berkeadaban; menjadi warga negara yang memiliki daya saing; berdisiplin; dan
berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan system
nilai Pancasila.
Menurut Martini, dkk (2013:3) tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan
tinggi yaitu membantu mahasiswa mengembangkan potensinya untuk menguasai
ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap kewarganegaraan dan nilai-nilai yang
diperlukan dalam rangka penerapan ilmu, profesi dan keahliannya serta
berpartisipasi dalam kehidupan yang bermasyarakat dari komuniti setempat,
bangsa
dan dunia. Selain itu, membantu mahasiswa menjadi warga negara yang cerdas,
demokratik berkeadaban, bertanggung jawab, dan menggalang kemampuan
kompetitif
bangsa di era globalisasi. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan tinggi adalah (a)
berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan.

C. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan


1. Landasan Ilmiah
a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan

8
SetiapWarga Negara Indonesia dituntut untuk dapat hidup berguna dan
bermakna bagi bangsa dan negaranya, serta mampu mengantisipasi
perkembangan dan perubahan masa depannya. Untuk itu, diperlukan
pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berlandaskan nilai-
nilai keagamaan, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai nilai
dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup setiap warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bahasan
Pendidikan Kewarganegaraan, meliputi hubungan antara warga negara dan
negara, serta pendahuluan bela negara yang semuanya itu berpijak pada
nilai-nilai budaya bangsa."
b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai
objek, metode, sistem, dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap
ilmu harus jelas, baik objek materiil maupun objek formalnya. Objek
materiil adalah bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang
atau cabang ilmu, sedangkan objek formal adalah sudut pandang tertentu
yang dipilih untuk membahas objek materiil tersebut. Adapun objek
materiil Pendidikan Kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan
dengan warga negara, baik yang empiric maupun yang non empirik yang
meliputi wawasan, sikap dan perilaku warga negara dalam kesatuan bangsa
dan negara. Sementara itu, sebagai objek formalnya mencakup dua segi
yaitu segi hubungan antara warga negara dan negara (termasuk hubungan
antar warga negara) dan segi pembelaan negara. Dalam hal ini pembahasan
Pendidikan Kewarganegaraan terarah pada Warga Negara Indonesia dalam
hubungannya dengan Negara Indonesia dan pada upaya pembelaan Negara
Indonesia. Objek kajian Pendidikan Kewarganegaraan meliputi pokok-
pokok bahasan sebagai berikut:
1) Filsafat Pancasila.
2) Identitas Nasional.
3) Hak dan Kewajiban Warga Negara.
4) Negara dan Konstitusi.
5) Demokrasi Indonesia.
6) Hak Asasi Manusia dan Rule of Law.
7) Geopolitik Indonesia.

9
8) Geostrategis Indonesia.
c. Rumpun Keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan civic
education yang dikenal dengan berbagai negara," seperti history, humanity,
dan philosophy (Amerika Serikat), japanese history, ethics, dan philosophy
(Jepang), philipino, family planning, taxation and land reform, the
philiphine new constitution, dan study of human rights (Filipina)."
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bidang studi ilmiah, bersifat
interdisipliner (antar bidang) bukan monodisipliner, karena kumpulan
pengetahuan yang membahas ilmu kewarganegaraan ini diambil dari
berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, upaya pembahasan dan
pengembangannya memerlukan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu
yang meliputi ilmu hukum, ilmu politik, sosiologi, administrasi negara,
ilmu ekonomi pembangunan, sejarah perjuangan bangsa, dan ilmu filsafat
2. Landasan Hukum
a. UUD 1945
1) Pembukaan UUD 1945, khusus Alinea kedua dan keempat yang memuat
cita-cita, tujuan, dan aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya.
2) Pasal 27 UUD 1945 menyatakan, bahwa:
a) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
b) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
c) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelajaan negara".
3) Pasal 28 D ayat (3) menyatakan bahwa: "Setiap warga negara berhak
memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan".
4) Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa: "Tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara".
5) Pasal 31 menyatakan bahwa:
a) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

10
b) Setiap warga negara wajib mengikuti Pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
c) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system
Pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang".
b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
1) Pasal 9 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
PertahananNegara menyatakan sebagai berikut :
a) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela
negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
b) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana
dimaksud dalam ayat(a), diselenggarakan melalui:
(1) Pendidikan kewarganegaraan.
(2) Pelatihan dasar kemiliteran secarawajib.
(3) Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib
(4) Pengabdian sesuai dengan profesi.

(3) Ketentuan mengenai Pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar


kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur
dengan undang-undang".

c. Undang-UndangNomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional


1) Pasal 5 Undang-UndangNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan sebagai berikut :
a) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
b) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan atau social berhak memperoleh pendidikan khusus.
c) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat
adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
d) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus.

11
e) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan.
pendidikan sepanjang hayat".
2) Pasal 6 Undang-UndangNomor 20 Tahun 2003 tentang
PendidikanNasional menyatakan sebagai berikut :
a) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas
tahun wajib mengikuti Pendidikan dasar.
b) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan".
3) Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan sebagai berikut. Tinggi wajib memuat:
tentang "Kurikulum Pendidikan”.
(1) Pendidikan Agama.
(2) Pendidikan Kewarganegaraan dan
(3) Bahasa
(4) Undang-UndangNomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Dipertegas kedudukannya sebagai mata kuliah wajib sebagaimana
dirumuskan dalamPasal 35 ayat (3), bahwa: "Kurikulum Pendidikan
Tinggi wajib memuat matakuliah Agama, Pancasila,
Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia". Di dalam PenjelasanPasal
35 ayat (3) Undang-UndangNomor 12 Tahun 2012, dijelaskan
sebagai berikut.

Huruf a: Yang dimaksud dengan "mata kuliah Agama" adalah


pendidika nuntuk membentuk mahasiswa menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang
Maha Esa serta berakhlak mulia.

Hurufb : Yang dimaksud dengan "mata kuliah Pancasila" adalah


Pendidikan untuk memberikanpemahaman dan
penghayatan kepada mahasiswa mengenai ideologi
bangsa Indonesia.

Huruf c:Yang dimaksud dengan "mata kuliah Kewarganegaraan"


adalah pendidikan yang mencakup Pancasila,
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia

12
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Bhineka Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa
menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air.

(5) Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen


Pendidikan Nasional Nomor 34/Dikti/Kep/2006 tentang Rambu-
rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi. Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi secara substansi
kajiannya meliputi Pendidikan Agama. Pendidikan
Kewarganegaraan, dan Bahasa
3. Landasan Historis
Secara historis, Pendidikan Kewarganegaraan sering berganti-ganti nama
atau istilah yang dapat dijabarkan berikut:
a. Perkembangan civics di Amerika, pelajaran civics pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1790 dalam rangka "mengamerikakan" bangsa
Amerika (Theory of Americanization). Negara Amerika yang terdiri dari
imigran yang memiliki latar belakang kultur bermacam-macam, oleh karena
itu mereka harus diamerikakan supaya warga negaranya memiliki persepsi
yang sama tentang negara serta memahami hak dan kewajibannya sebagai
warga Negara Amerika.
b. Perkembangan civics di Indonesia, yang diajarkan di SD, SMP, dan SMA.
c. Kewarganegaraan (1957) membahas cara memperoleh dan kehilangan
kewarganegaraan.
d. Civics (1961), membahas tentang sejarah kebangkitan nasional, UUD1945,
pidato-pidato politik kenegaraan, yang terutama diarahkan untuk "nation
and character building" bangsa Indonesia.
e. Pendidikan kewarganegaraan (1968) yang berdasarkan kurikulum 1968
berada dalam kelompok pembinaan jiwa Pancasila untuk di SD maupun
menengah. Di SD terdiri dari pendidikan agama, kewarganegaraan, bahasa
Indonesia, Bahasa daerah dan olahraga, sedangkan untuk SMA tanpa
Bahasa daerah.

13
f. Pendidikan Moral Pancasila (PMP) Kurikulum 1975 yang bertujuan untuk
membentuk warga negara Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, kemudian disempurnakan dengan kurikulum 1984.
g. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) kurikulum 1994,
kemudian disempurnakan dengan suplementahun 1999.
h. Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan di perguruan
tinggi, Pendidikan Kewiraan mulai diselenggarakan sebagai kurikulum
Pendidikan tahun 1973/1974. Kemudian mengalami perubahan menjadi
Pendidikan Kewarganegaraan dengan mengacu kepada:
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Pertahanan Keamanan
Republik Indonesia yang disempurnakan oleh UndangUndang Nomor 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
2) Nomor 2 Tahun 1989 tentangSistem Pendidikan Nasional.
3) Keputusan Mendiknas Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa.
4) Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 38/DIKTI/Kep. 2002 tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok MPK.
5) Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43 Tahun 2006 tentangRambu-
rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di Perguruan Tinggi.
6) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan
Nasional.
7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
D. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Pendidikan Kewarganegaraan
Program pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian sebagai
pendidikan nilai di Perguruan Tinggi memiliki fungsi meletakkan dasar nilai
sebagai pedoman berkarya bagi lulusan perguruan tinggi, Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai MPK diarahkan mampu mengemban misi tersebut.
Konsekuensi PKn sebagai MPK, keseluruhan materi program pembelajaran PKn
disirati nilai-nilai Pancasila.
Pengertian nilai dasar harus dipahami bahwa nilai-nilai Pancasila harus
dijadikan sebagai pedoman dan sumber orientasi pengembangan kekaryaan setiap

14
lulusan Perguruan Tinggi. Peran nilai-nilai dalam setiap Sila Pancasila adalah
sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang MahaEsa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, pencipta segala yang ada
dan semua makhluk. Yang Maha Esa berarti Yang Maha Tunggal, tiada
sekutu, esa dalam zat-Nya, esa dalam sifat-Nya, esa dalam perbuatan Nya.
Artinya, bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi
satu, bahwa sifat Tuhan adalah sesempurna-sempurnanya, bahwa perbuatan
Tuhan tiada dapat disamakan oleh siapa pun. Jadi, Ketuhanan Yang Maha Esa
mengandung pengertian dan keyakinan adanya TuhanYang MahaEsa, pencipta
alam semesta beserta isinya." Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa itu
bukan suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan
kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar
pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-
kaidah logika. Atas keyakinan yang demikian, maka Negara Indonesia
berdasarkan Ketuhanan Yang MahaEsa dan negara memberikan jaminan
kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan
keyakinannya dan untuk beribada tmenurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Di dalam Negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal
Ketuhanan Yang MahaEsa, tidak boleh ada sikap dan perbuatan anti
Ketuhanan Yang MahaEsa dan anti keagamaan, serta tidak boleh ada paksaan
agama. Dengan perkataan lain, di dalam Negara Indonesia tiada ada dan tidak
boleh ada paham yang meniadakan Tuhan Yang MahaEsa (atheisme) dan yang
seharusnya ada ialah Ketuhanan Yang Maha Esa dengan toleransi terhadap
kebebasan untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya.
Sila ini menekankan fundamenetis-religius dari Negara Indonesia yang
bersumber dari moral Ketuhanan yang diajarkan agama-agama dan keyakinan
yang ada sekaligus juga merupakan pengakuan akan adanya berbagai agama
dan kepercayaan terhadapTuhan Yang MahaEsa di tanah air Indonesia.
Kemerdekaan Indonesia dengan rendah hati diakui "Atas Berkat Rahmat Allah
Yang Maha Kuasa". Dengan pengakuan ini, pemenuhan cita-cita kemerdekaan
Indonesia, untuk mewujudkan suatu kehidupan kebangsaan yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur, mengandung kewajiban moral.

15
Kewajiban etis yang harus dipikul dan dipertanggungjawabkan oleh segenap
bangsa bukan saja di hadapan sesamanya, melainkan juga di hadapan sesuatu
yang mengatasi semua, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dengan menyertakan moral Ketuhanan sebagai dasar negara, Pancasila
memberikan dimensi transedental pada kehidupan politik serta
mempertemukan dalam hubungan simbolis antara konsepsi Daulat Tuhan dan
Daulat rakyat. Dengan Pancasila, kehidupan kebangsaan dan kenegaraan
terangkat dari tingkat sekulerke moral atau sakral. Di sini, terdapat rekonsiliasi
antara tendensi ke arah sekularisasi dan sakralisasi. Dengan wawasan
Ketuhanan diharapkan dapat memperkuat etos kerja, kualitas kerjanya
ditransendensikan dari batasan hasil kerja materi. Oleh karena itu, teologi kerja
yang transedental memberi nilai tambahan materiil, maka hal itu memperkuat
motivasi di satu pihak dan di pihak lain memperbesarinspirasi dan aspirasi
para warga negara. Dengan wawasan teosentris, kita dituntut untuk pandai
menjaga kepentingan kepada nilai (value) dalam politik."
2. Muatan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang
memiliki potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Karena potensi ini, manusia
menduduki atau memiliki martabat yang tinggi. Dengan akal budinya, manusia
menjadi berkebudayaan dan dengan budi nuraninya manusia menyadari nilai-
nilai, dan norma-norma. Kemanusiaan berarti bersifat manusia yang
merupakan esensi dan identitas manusia, karena martabat kemanusiaannya
(human dignity). Di samping kemanusiaan, adalah adil yang mengandung arti
bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang
objektif, tidak subjektif apalagi sewenang-wenang. Lalu beradab yang berasal
dari kata adab yang berarti budaya, jadi beradab berarti berbudaya. Hal ini
mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan dan Tindakan selalu
berdasarkan nilai-nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan (moral).
Adab mengandung pengertian tata kesopanan, kesusilaan atau moral, dengan
demikian beradab dapat ditafsirkan sebagai dasar nilai-nilai kesusilaan atau
moralitas, khususnya dan kebudayaan umumnya.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah kesadaran sikap dan
perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi Nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik

16
terhadap diri pribadi, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.
Pada prinsipnya kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sikap dan
perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi,
sadar nilai, dan berbudaya." Potensi kemanusiaan dimiliki oleh setiap manusia
di dunia, tidak pandang ras dan warna kulitnya, dan bersifat universal. Sama-
sama memiliki martabat kemanusiaan yang tinggi, sehingga harus
diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sesuai dengan fitrahnya
sebagai makhluk Tuhan yang mulia.
Di dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab telah tersimpul cita-
cita kemanusiaan yang lengkap, yang memenuhi seluruh harkat martabat
manusia. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah suatu rumusan sifat
keluhuran budi manusia (Indonesia). Dengan kemanusiaan yang adil dan
beradab, maka setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sederajat dan
sama terhadap undang-undang negara, mempunyai kewajiban dan hak-hak
yang sama, setiap warga negara dijamin haknya serta kebebasannya yang
menyangkut hubungan denganTuhan, dengan orang-orang, dengan negara,
dengan masyarakat, dan menyangkut pula kemerdekaan menyatakan pendapat
dan mencapai kehidupan yang layak sesuai dengan hak asasi manusia.
3. Muatan Sila Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti untuk tidak terpecah belah.
Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan. Kata Indonesia mengandung dua makna, yaitu:
a. Makna geografis yang berarti Sebagian bumi yang membentang dari 95⁰ -
141° bujur timur dan dari 6° lintang utara sampai 11° lintang selatan.
b. Makna bangsa dalam artipolitis, yaitu bangsa yang hidup di dalam wilayah
itu.
Pengertian Indonesia dalam sila Persatuan Indonesia adalah bangsa, jadi
Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia.
Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia inibersatu, karena didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalamwadah negara yang
merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis
dalam kehidupan bangsa Indonesia, bertujuan memajukan kesejahteraan
umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut serta mewujudkan
perdamaian dunia yang abadi.

17
Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan
bangsa Indonesia, bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dengan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta yang abadi. PerwujudanPersatuan
Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai
oleh Ketuhanan Yang MahaEsa, serta Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Persatuan Indonesia dalam sila ketiga, mencakup persatuan dalam arti
ideologis, politik, ekonomi, social budaya, keamanan. Persatuan Indonesia
ialah persatuan kebangsaan Indonesia yang dibentuk atas bersatunya beragam
latar belakang sosial, budaya, politik, agama, suku, bangsa, dan ideologi yang
mendiami wilayah Indonesia bersepakat menyatakan sebagai satu bangsa, satu
tanah air, dan satu bahasa yang didorong untuk mencapai kehidupan
kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat
dengan satu bendera negara, satu bahasa negara, satu lambang Garuda
Pancasila, serta satu lagu kebangsaan Indonesia Raya.
4. Muatan Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan secara etimologi mengandung makna sebagai
berikut :
a. Kerakyatan berasaldari kata rakyat, berarti sekelompok manusia yang
berdiam dalam satu wilayah tertentu. Kerakyatan dalam hubungannya
dengan sila IV ini, berarti bahwa kekuasaan yang tertinggi berada di tangan
rakyat. Kerakyatan disebut pula kedaulatan rakyat (rakyat yang
berdaulat/berkuasa) atau demokrasi (rakyat yang memerintah).
b. Hikmat kebijaksanaan berartipenggunaanpikiranataurasio yang sehat
dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa,
kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur, dan bertanggung
jawab serta didorong oleh iktikad baik sesuai dengan hati nurani.
c. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk
merumuskan dan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak
rakyat, sehingga tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat
atau mufakat.

18
d. Perwakilan adalah suatu system arti tata cara (prosedur) mengusahakan
turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara, antara
lain dilakukan dengan melalui badan-badan perwakilan. Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
berarti, bahwa rakyat dalam menjalankan melalui sistem perwakilan dan
keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah yang dipimpin
oleh pikiran yang sehat serta penuh tanggungjawab, baik kepada Tuhan
Yang Maha Esa maupun pada rakyat yang diwakilinya.
Sila keempat Pancasila mengandung beberapa ciri alam pikiran demokrasi
di Indonesia. Dalam pokok pikiran ketiga dari Pembukaan UUD 1945, bahwa
kedaulatan itu berdasarkan atas "kerakyatan" dan "permusyawaratan". Dengan
kata lain, demokrasi itu hendaknya mengandung ciri kerakyatan (Daulat
rakyat) dan permusyawaratan (kekeluargaan). Cita-cita pemuliaan Daulat
rakyat bergema kuat dalam sanubari para pendiri bangsa sebagai pantulan dari
semangat emansipasi dan egalitarisme dari aneka bentuk penindasan yang
ditimbulkan oleh kolonialisme dan feodalisme. Cita-cita kerakyatan hendak
menghormati suara rakyat dalam politik dengan memberi jalan bagi peran dan
pengaruh besar yang dimainkan oleh rakyat dalam proses pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh pemerintah.
Ciri permusyawaratan memancarkan kehendak untuk menghadirkan
negara persatuan yang dapat mengatasi paham perseorangan dan golongan
sebagai pantulan dari semangat kekeluargaan dari pluralitas kebangsaan
Indonesia dengan mengakui adanya "kesederajatan/persamaan dalam
perbedaan". Dalam kaitan ini, Soekarno meyakini bahwa syarat mutlak untuk
kuatnya Negara Indonesia ialah permusyawaratan/perwakilan. Karena itu,
dengan "asas kekeluargaan" itu, negara harus menjamin bahwa setiap warga
negara memiliki kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk
merumuskan dan atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat,
sehingga tercapai keputusan yang berdasarkan kedaulatan pendapat atau
mufakat. Perwakilan adalah suatu system dalam arti tata cara (prosedur)
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan
bernegara, antara lain dilakukan dengan melalui badan. badan perwakilan.

19
Selain kedua ciri tersebut, demokrasi Indonesia juga mengandung ciri
"hikmat kebijaksanaan". Cita hikmat kebijaksanaan merefleksi orientasi etis
sebagaimana dikehendaki Pembukaan UUD 1945, bahwasusunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat itu hendaknya didasarkan pada
nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Permusyawaratan, dan
Keadilan. Dalam kaitan ini, Mohammad Hatta menjelaskan bahwa:
"Kerakyatan yang dianut oleh bangsa Indonesia bukanlah kerakyatan yang
mencari suara terbanyak saja, tetapi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan". Selanjutnya dikatakan:
"Karena itu, demokrasi Indonesia bukandemokrasi liberal dan juga bukan
demokrasi totaliter, karena berkaitan secara menyeluruh dengansila-sila
Pancasila lainnya"." Orientasietis (hikmat kebijaksanaan) ini dihidupkan
melalui daya rasionalitas, kearifan, konsensual, dan komitmen keadilan yang
dapat menghadirkan suatu toleransi dan sintetis yang positif sekaligus dapat
mencegah kekuasaan dikendalikan oleh golongan mayoritas (mayorokratis)
dan kekuatan minoritas elite politik dan pengusaha (minorokrasi).
Dalam demokrasi permusyawaratan, suatu keputusan politik dikatakan
benar jika memenuhi setidaknya empat syarat. Di antaranya sebagai berikut :
a. Harus didasarkan pada asasrasionalisme dan keadilan bukan hanya
berdasarkan subjektivitas ideologis dan kepentingan.
b. Didedikasikan bagi kepentingan banyak orang, bukan demi kepentingan
perseorangan dan golongan.
c. Berorientasi jauh kedepan, bukan demi kepentingan jangka pendek melalui
akomodasi transaksional yang bersifat destruktif (toleransi negatif).
d. Bersifat imparsial dengan melibatkan dan mempertimbangka npendapat
semua pihak (minoritas terkecil sekalipun) secara inklusif yang dapat
menangkal dikte-dikte minoritas elite penguasa dan pengusaha serta klaim-
klaim mayoritas.
5. Muatan Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
bidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual, sedangkan kata seluruh
rakyat berarti setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia maupun Warga
Negara Indonesia yang berada di luar negeri. Dengan demikian, Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, berarti setiap orang Indonesia mendapat

20
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, ekonomi, dan kebudayaan.
Oleh karena itu, makna Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
menurut UUD 1945 mencakup pula pengertian adil dan makmur.
Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia pada prinsipny
amenegaskan bahwa seyogianya tidak akan ada kemiskinan dalam negara
Indonesia yang merdeka. Bangsa Indonesia bukan hanya memiliki demokrasi
politik, tetapi juga demokrasi ekonomi. Indonesia harus memiliki keadilan
politik dan keadilan ekonomi sekaligus, Indonesia harus memiliki kehidupan
yang adil dan Makmur bagi seluruhrakyat Indonesia. Secara khusus keadilan
sosialdalam sila kelima Pancasila menekankan pada prinsipkeadilan dan
kesejahteraanekonomiatauapa yang oleh Soekarno disebut dengan prinsip
social erechtvaardigheid, yakni persamaan, emansipasi, dan partisipasi yang
dikehendaki bangsa ini bukan hanya di bidang politik, melainkan juga di
bidang perekonomian. Prinsip keadilan dan kesejahteraan sosial menurut sila
kelima Pancasila tidak sama dengan prinsip komunisme (yang menekankan
kolektivitas) dan liberalisme (yang menekankan individualisme). Sila kelima
bertolak dari pengertian bahwa antira pribadi dan masyarakat satu sama lain
tidak dapat dipisahkan.
Kelima dasar nilai tersebut sebagai pedoman dan sumber orientasi dalam
penyusunan dan pengembangan substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan
di Perguruan Tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai MPK
mencerminkan Pendidikan demokrasi, HAM dan persoalan kewarganegaraan
lainnya berperspektif Pancasila. Jadi, meskipun setiap bangsa sama-sama
menyebut Pendidikan Kewarganegaraan sebagai "civic education, democracy
education, civil education" dan sebagainya, tetapi arah pengembangan
kompetensi keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi
Indonesia memiliki karakter sendiri.

21
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam Konferensi Menteri Pendidikan negara-negara berpenduduk besar di


New Delhi tahun 1996 menyepakati bahwa pendidikan Abad XX harus berperan
aktif dalam hal:

1. Mempersiapkan pribadi sebagai warga negara dan anggota masyarakat yang


bertanggung jawab.
2. Menanamkan dasar pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bagi
kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan hidup.
Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada penguasaan,
pengembangan, dan penyebaran ilmu pengetahuan, teknologi dan seni demi
kepentingan kemanusiaan. Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu
bentuk
pendidikan untuk mengembangkan kultur demokratis yang mencakup kebebasan,
persamaan, kemerdekaan, toleransi, dan kemampuan untuk menahan diri di
kalangan mahasiswa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang
sistem pendidikan nasional, serta SK dirjen DIKTI Nomor 43/DIKTI/Kep/2006,
mata
kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi terdiri atas pendidikan
agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia. Pendidikan
Kewarganegaraan dimaksudkan untuk menjadikan peserta didik yang menjadi
ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air;
demokratis yang berkeadaban; menjadi warga negara yang memiliki daya saing;
berdisiplin; dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai
berdasarkan sistem nilai Pancasila.
Menurut Martini, dkk (2013:3) tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan
tinggi yaitu membantu mahasiswa mengembangkan potensinya untuk menguasai
ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap kewarganegaraan dan nilai-nilai yang
diperlukan dalam rangka penerapan ilmu, profesi dan keahliannya serta
berpartisipasi dalam kehidupan yang bermasyarakat dari komuniti setempat,

22
bangsa
dan dunia. Selain itu, membantu mahasiswa menjadi warga negara yang cerdas,
demokratik berkeadaban, bertanggung jawab, dan menggalang kemampuan
kompetitif
bangsa di era globalisasi. Hal ini selaras dengan tujuan Pendidikan tinggi adalah (a)
berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan.
B. SARAN
Sesuai dengan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diajukan sebagai
berikut :
1. Bagi siswa agar dapat melaksanakan dan menjalankan metode diskusi di dalam
pembelajaran supaya siswa-siswi mendapatkan pengetahuan ataupun wawasan
yang luas dan dapat meningkatkan keberanian siswa-siswi dalam terampil
berbicara.
2. Diharapkan kepada siswa supaya tetap belajar walaupun digunakan atau tidak
digunakan metode diskusi dalam pembelajaran karena semua metode
pembelajaran yang digunakan sangat baik dan bermanfaat bagi siswa dan membuat
siswa lebih semangat untuk belajar.

23
DAFTAR PUSTAKA
Charda s,Ujang. Pendidikan kewarganegaraan untuk pendidikan tinggi/Ujang
charda 5- ed.1.cet.1.- Depok : rajawali pers,2018

24
LAMPIRAN

Nama : Angges Hardila R


TTL : Ngawi, 8-10-2002
Hobi : Memasak
Alamat : Desa Tanjungsari, Dusun Gondomanyu, Kecamatan Jogorogo,
Kabupaten Ngawi.

Nama : Nur Prita Sari


TTL : Ngawi, 17 April 2003
Hobi : Memasak
Alamat : Desa Gemarang, Dusun Sokosari, Rt/Rw 4/3, Kecamatan Kedunggalar,
Kabupaten Ngawi.

25
Nama : Sabila Haqiqi
TTL : Jakarta, 6-5-2002
Hobi : Membaca dan Menonton Drakor
Alamat : Desa Cantel, Dusun Ngrowo Rt/Rw 5/2, Kecamatan Pitu,
Kabupaten Ngawi

Nama : Tryza Prahara Yudha


TTL : Ponorogo, 4-8-2000
Hobi : Membaca
Alamat : Griya Lawu Indah 8/4, Desa Beran, Kecamatan Ngawi,
Kabupaten Ngawi

26
Nama : Muhawatik Ulkafidoh
TTL : Ngawi, 16-10-2003
Hobi : Membaca
Alamat : Desa Jambangan, Dusun Paron, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi

27
PPT KELOMPOK 1
ORIENTASI TERHADAP PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

28
29
30
31
32
33

Anda mungkin juga menyukai