Anda di halaman 1dari 30

TUJUAN, BATASAN DAN KEMUNGKINAN PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Pedagogika


Dosen Pengampu : Ndaru Mukti Oktaviani, M.Pd.

Oleh :

Kelompok 1
1. Anggi Agustiyana 20171510097
2. Diah Dewi Yulianti 20171510051
3. Didit Prayoga 20171510100
4. Sindi Ladya Baharizqi 20171510017
Kelas 2C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KUNINGAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis, sehingga makalah yang disajikan untuk makalah berjudul “Tujuan,
batasan dan kemungkinan pendidikan”, dapat diselesaikan.
Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ndaru
Mukti Oktaviani, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pedagogika, yang telah menjadi
pembimbing penulis dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
makalah yang penulis buat ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan -
kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
penulis. Namun demikian, penulis telah berusaha sebaik - baiknya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan, atas segala kesalahan dan
kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini penulis mohon maaf. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan pihak lain
pada umumnya.....

Kuningan, Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................2
BAB II Pembahasan
A. Tujuan Pendidikan...........................................................................3
B. Batas – Batas Pendidikan ................................................................11
C. Kemungkinan Pendidikan ...............................................................19
BAB III Penutup
A. Kesimpulan......................................................................................24
B. Saran.................................................................................................24

Daftar Pustaka.....................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.


Oleh karena itu kita sebagai pendidik atau peserta didik harus mengetahui apa itu
pendidikan, tujuan pendidikan, batasan dalam pendidikan, dan kemungkinan
pendidikan. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, dan tujuan sebagai berikut.

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pematangan kualitas hidup. Melalui proses
tersebut diharapkan manusia dapat memahami apa arti dan hakikat hidup, serta
untuk apa dan bagaimana menjalankan tugas hidup dan kehidupan secara
benar. Melalui pendidikan manusia menjadi cerdas, memiliki skill, sikap hidup
yang baik sehingga dapat bergaul pula di masyarakat dan dapat menolong
dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Pendidikan menjadi investasi yang
memberi keuntungan sosial dan pribadi yang menjadikan bangsa bermartabat
dan menjadikan manusia yang memiliki derajat.
Zaman sekarang ini orang yang sekolah dengan orang yang tidak
sekolah, memiliki perilaku yang sama. Seharusnya orang yang berpendidikan
memilik perilaku yang berbeda dengan orang yang tidak berpendidikan. Hal ini
dapat dikatakan sekolah itu gagal. Karena masih ada sekolah yang tidak
mengerti mengenai tujuan pendidikannya itu. Kegagalan pendidikan
berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, secara otomatis membawa
keberhasilan sebuah bangsa. Maka dari itu hendaknya memperhatikan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan. Tujuan dari pendidikan yang
diharapkan adalah menciptakan out come pendidikan yang berkualitas sesuai
dengan harapan berbagai pihak.
Dasar dan tujuan pendidikan merupakan masalah yang fundamental
dalam pelaksanaan pendidikan, karena dasar pendidikan itu menentukan corak
dan isi pendidikan. Tujuan pendidikan itupun akan menentukan ke arah mana
anak didik akan di bawa. Maka dari itu, kita harus memahami tujuan
pendidikan, batasan pendidikan dan kemungkinan Pendidikan.

1
2

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berisi cakupan beberapa pertanyaan yang
bersangkutan dengan pembahasan. Rumusan masalah ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja tujuan pendidikan?
2. Apa saja batas – batas pendidkan?
3. Apa saja kemungkinan pendidikan?
C. TUJUAN
Tujuan makalah dibuat untuk memperoleh hasil yang didapat dari
pembahasan tersebut. Tujuan tersebut meliputi:
1. Untuk mengetahui tujuan pendidikan.
2. Untuk mengetahui batas – batas kemungkinan pendidikan.
3. Untuk mengetahui kemungkinan pendidikan.
BAB II

TUJUAN, BATASAN, DAN KEMUNGKINAN PENDIDIKAN

Tujuan pendidikan berkaitan dengan pandangan hidup dan nilai-


nilai yang ada di masyarakat. Secara umum, tujuan pendidikan sama
dengan arti pendidikan yaitu menjadikan manusia menjadi dewasa. Pada
bab ini akan dibahas mengenai tujuan, batasan, dan kemungkinan
pendidikan sebagai berikut.

A. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam dunia
pendidikan, karena dari tujuan itulah akan menetukan ke arah mana anak didik
akan dibawa. Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu: memberi arah
kepada pendidik dan merupakan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap kegiatan pendidikan.
Sadulloh, (2017: 72) mengatakan bahwa perbuatan mendidik
merupakan perbuatan yang mempunyai tujuan, ada suatu yang ingin dicapai
dengan perbuatan tersebut. Orangtua menyuruh anaknya melaksanakan shalat
lima waktu, melatih anaknya melaksanakan saum pada bulan ramadhan,
melarang anaknya kencing di sembarang tempat dan sambil berdiri,
menyekolahkan anaknya, dan lain-lain, semuanya itu memiliki maksud dan
tujuan yang ingin dicapai, khususnya bagi anaknya. Tujuan pendidikan dalam
arti khusus itu adalah membawa anak kepada kedewasaannya, berarti bahwa ia
harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri terhadap
pebuatannya. Anak harus dididik menjadi orang yang sanggup mengenal dan
berbuat sesuai dengan norma-norma kesusilaan.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan
hendaknya dapat memberikan pengetahuan baik itu berupa nilai – nilai hidup,
norma, keagamaan, kebenaran dan sebagainya. Oleh karena itu, pendidikan
dikatakan hal yang sangat penting bagi kehidupan untuk berlangasunya proses
kedewasaan sehingga dapat mengenal dirinya untuk tujuan hidup dirinya.

3
Syaripudin dan Kurniasih, (2011: 58) mengatakan bahwa pengkhususan
dari tujuan umum pendidikan antara lain akan menghasilkan tujuan pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan nasional ini bersifat ideal dan belum operasional.

4
5

Dalam upaya pencapaiannya, tujuan pendidikan nasional perlu


dijabarkan lebih lanjut sehingga bersifat operasional dan mudah dievaluasi.
Penjabaran pendidikan nasional menghasilkan hierarkhi sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional yaitu tujuan dari keseluruhan satuan,
jenis dan kegiatan pendidikan, baik pada jalur pendidikan formal, informal
dan non formal dalam konteks pembangunan nasional. Tujuan Pendidikan
Nasional Indonesia adalah untuk “Berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreativ, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (BAB II
Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003).
2. Tujuan institusional
Tujuan institusional yaitu tujuan yang seharusnya dicapai oleh
lembaga pendidikan tertentu. Contoh: tujuan pendidikan di Sekolah Dasar
adalah “untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga negara, serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke sekolah
lanjutan tingkat pertama.” (Pasal 2 Kep. Mendikbud No. 0487/U/ 1992).
Hlm 59
3. Tujuan kurikuler
Tujuan kurikuler yaitu tujuan suatu bidang studi atau mata
pelajaran. Misalnya tujuan mata pelajaran IPA, IPS, Matematika, Bahasa
Indonesia, dan sebagainya. Semua tujuan kurikuler yang ada pada suatu
lembaga pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional yang
bersangkutan.
4. Tujuan instruksional atau pengajaran yang meliputi:
a. Tujuan pengajaran umum
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) yaitu tujuan suatu pokok
bahasan dari suatu bidang studi atau mata pelajaran yang diajarkan
disuatu lembaga pendidikan (seperti di Sekolah dasar, maupun di
sekolah lanjutan SMP, SMA, dan SMK).
6

b. Tujuan pengajaran khusus.


Tujuan ini masih bersifat umum yang perlu dijabarkan menjadi
sejumlah Tujuan Pembelajaran Khusus atau TPK yang bersifat spesipik,
operasional, dan terukur yang harus dicapai pada setiap satuan / pertemuan
pembelajaran.

Berdasarkan kutipan di atas bahwa tujuan pendidikan adalah


mengembangkan potensi peserta didik seseuai dengan lembaga yang
pendidikan tertentu, yang ilandasai dengan tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan nasional indonesia adalah untuk “berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yng beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkhalak mulia, sehat, berilmu, cakap,
mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Ahmad dan Uhbiyati, (2003: 98) mengatakan bahwa masalah dan


tujuan pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat fundamental
dalam pelaksanaan pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan
menentukan corak dan isi pendidikan. Dan dari tujuan pendidikan akan
menentukan kearah mana anak didik itu dibawa.

Berdasarkan kutipan diatas bahwa masalah dasar tujuan pendidikan


merupakan sebuah masalah yang bersifat mendasar dalam proses kegiatan
pendidikan formal. Bersifat dasar di sini maksudnya pendidikan akan
terlebih dahulu merancang bagian – bagian dari isi pendidikan yang akan
dilaksanakan. Pendidik dan peserta didik akan bekerjasama untuk
mencapai tujuan pendidikan yang sudah dirancang sebelumnya.

Salam, (2011: 11) mengatakan bahwa tujuan pendidikan


merupakan gambaran dari falsafah atau pandangan hidup manusia, baik
secara perorangan maupun secara kelompok. Membicarakan tujuan
pendidikan akan menyangkut sistem nilai dan norma – norma dalam suatu
konteks kebudayaan, baik dalam mitos, kepercayaan dan religi, filsafat,
ideologi dan sebagainya. Tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda
dengan tujuan di negara lainnya, sesuai dengan falsafah bangsa tersebut.
7

Berdasarkan kutipan di atas bahwa tujuan pendidikan merupakan


sebuah pandangan baik secara individu maupun kelompok yang
berhubungan dengan nilai dan norma dalam lingkungan kebudayaan
masyrakat. Kebudayaan dipandang baik atau buruk sesuai dengan individu
sendiri. tujuan pendidikan yang dicapai pun berbeda antara satu dengan
lainnya, artinya pendidikan bersifat heterogen.

Kesimpulan berdasarkan penjelasan tujuan di atas tujuan


pendidikan merupakan pandangan hidup seorang pendidik yang mendasari
titik tumpu dan tolak ukur dalam dunia pendidikan. Apabila pendidkan
tidak mempunyai pendidikan yang hendak dicapai maka tujuan tersebut
tidak memiliki arah. Tujuan pendidikan dicapai semaksimal mungkin
dilakukan oleh pendidik yang bekerjasama dengan peserta didik, sehingga
tercapainya suatu pendidikan akan menularkan keberhasilan untuk
lembaga pendidikan lainnya. Tujuan pendidikan juga bersifat evaluasi,
maksudnya usaha – usaha yang terbaik akan dilakukan demi tercapainya
suatu tujuan tersebut.

1. Perlunya Tujuan Pendidikan


Sadulloh, (2017: 73) mengatakah bahwa pendidikan
merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan manusia, baik dalam kehidupan keluarga, maupun
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa dalam suatu pendidikan
diperlukan adanya tujuan pendidikan, karena peran tujuan pendidikan
itu sangat penting. Pendidikan akan berlangsung sepanjang hayat dan
berlaku bagi manusia dimana saja. Pendidikan akan dikatakan berhasil
apabila tujuan pendidikan sudah terlampaui, sehingga manusia
mengalami perubahan secara signifikan baik segi fisik ataupun psikis.

Sadulloh, (2017: 73) mengatakan bahwa dalam menentukan


tujuan pendidikan ada beberapa nilai yang perlu diperhatikan, seperti
yang dikemukan oleh Hummel (1977:39) antara lain:
8

a. Autonomy. Gives individuals and groups the maximum


awareness, knowledge and ability so that they can manage their
personal and collective life to the greates possible extent.
b. Equity. Enable all citizens to participate in cultural and economic
life by coffering them an equal basic education.
c. Survival. Permit every nation to transmit and enrich is cultural
heritage over the generations, but also guide education towards
mutual understanding and towards what has become a worldwide
realizations of common destiny.
Tujuan pendidikan harus mengandung ketiga nilai diatas.
Pertama, autonomy yaitu memberi kesadaran, pengetahuan dan
kemampuan secara maksimum kepada individu maupun kelompok,
untuk dapat hidup mandiri, dan hidup bersama dalam kehidupan yang
lebih baik. Kedua equity (keadilan), berarti bahwa tujuan pendidikan
tersebut harus mendorong kesempatan kepada seluruh warga
masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya
dan kehidupan ekonomi, dengan memberinya pendidikan dasar yang
sama. Ketiga survival, yang berarti bahwa dengan pendidikan akan
menjamin pewarisan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi
berikutnya.
Berdasarkan uraian diatas, pendidikan itu memiliki tugas
memberi kesadaran, pengetahuan, kemampuan kepada individu
maupun kelompok untuk dapat hidup mandiri. serta bertugas untuk
menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia yang berkebudayaan
tinggi dan memberikan pendidikan dasar yang sama kepada setiap
generasinya.
2. Jenis – jenis Tujuan Pendidikan
Didalam pendidikan terdapat beberapa jenis tujuan pendidikan.
Sadulloh, (2017: 75) dalam Langeveld (1980) mengemukakan
beberapa jenis tujuan pendidikan, yaitu:
a. Tujuan Umum
9

Tujuan umum merupakan sesuatu yang akhirnya akan


dicapai oleh pendidikan. Seperti dikemukakan sebelumnya,
kedewasaan merupakan tujuan pendidikan, maka berarti semua
aktivitas pendidikan harus diarahkan ke sana untuk mencapai
tujuan umum tersebut.
b. Tujuan Khusus (pengkhususan dari tujuan umum)
Tujuan khusus diartikan sebagai suatu pengkhususan dari
tujuan umum. Seperti disebutkan bahwa tujuan umum kedewasaan
adalah universal. Manusia dewasa yang universal itu diberi bentuk
yang nyata berhubung dengan kebangsaan, kebudayaan, agama
sistem politik, dan sebagainya.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan
tujuan khusus ini diantaranya ialah:
1) Jenis kelamin anak didik.
2) Pembawaan anak didik.
3) Usia/taraf perkembangan anak didik.
4) Tugas lembaga yang mendidik anak seperti keluarga, sekolah,
masyarakat, mesjid, dan sebagainya.
5) Falsafah negara
6) Kesanggupan pendidik.
c. Tujuan Insidental
Tujuan insidental (insiden: peristiwa), ialah tujuan yang
menyangkut suatu peristiwa khusus. Boleh dikatakan sukar mencari
hubungan antara tujuan insidental dengan tujuan umum
(kedewasaan), namun sebenarnya tujuan insidental tersebut terarah
kepada pencapaian tujuan umum.

d. Tujuan Sementara
Tujuan sementara merupakan titik perhatian sementara,
yang merupakan persiapan untuk menuju kepada tujuan umum.
Tujuan sementara memberi kesempatan kepada pendidik untuk
menguji nilai yang ingin dicapainya dengan perbuatan nyata. Dari
kenyataan yang dialaminya diharapkan anak akan mengetahui
10

kebenaran yang sesungguhnya. Misalnya tujuan agar anak bersih;


setelah ia mengalaminya secara berulang-ulang berbagai tingkat
dan jenis kebersihan, maka ia diharapkan kelak mengerti dan biasa
hidup bersih.

e. Tujuan Tak Lengkap


Tujuan tak lengkap ialah tujuan yang berkenaan dengan
salah satu aspek pendidikan. Disebut tidak lengkap karena setiap
tujuan yang dihubungkan dengan salah satu aspek pendidikan
berarti tidak lengkap. Perlu diketahui, bahwa kita tidak boleh
mementingkan hanya salah satu aspek saja, sehingga mengabaikan
aspek lainnya.

Aspek-aspek tujuan tak lengkap misalnya: pendidikan


jasmani, pendidikan sosial, pendidikan kesusilaan, pendidikan
estetis (keindahan), pendidikan religius, dan sebagainya.

f. Tujuan Perantara (Intermedier)


Tujuan perantara ialah tujuan yang melayani tujuan
pendidikan yang lain, merupakan alat atau sarana untuk mencapai
tujuan yang lain khususnya tujuan sementara. Misalnya, anak dapat
menulis merupakan pencapaian tujuan sementara, sedangkan anak
menguasai teknik menulis seperti cara memegang pensil,
bagaimana menulis huruf-hurufnya, hal itu merupakan tujuan
intermedier.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan


pendidikan adalah salah satu unsur pendidikan berupa rumusan
tentang apa yang harus dicapai oleh peserta didik, yang berfungsi
sebagai pemberi arah bagi semua kegiatan pendidikan. Dengan adanya
jenis - jenis pendidikan, maka seorang pendidik seharusnya
memberikan tujuan yang jelas tentang tujuan yang akan dicapai dalam
suatu kegiatan sehingga tujuan - tujuan yang ada sebelum mencapai
tujuan umum merupakan pendorong atau pembantu untuk sampai
kepada tujuan umum yaitu kedewasaan.
11

3. Tujuan Pendidikan dari Segi Waktu


Sadulloh, (2017: 77) mengatakan bahwa banyak yang harus
anak capai sebelum ia dapat berdiri sendiri. Karena itu tujuan
pendidikan dapat dicapai sebelum tujuan akhir tercapai. Tujuan
sementara adalah tujuan yang sifatnya terminal, tempat berhenti
sementara, namun merupakan kebutuhan. Walaupun sifatnya
sementara, namun tujuan tersebut tetap merupakan tujuan yang harus
dimiliki oleh anak, dan merupakan hasil yang berguna. Sementara itu
pendidikan terus berjalan dari tujuan sementara ke tujuan akhir.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa tujuan pendidikan dilihat
dari lamanya pendidikan. Misalnya untuk tamat Sekolah Menengah
Atas (SMA), seorang anak harus secara bertahap menajalankan
pendidikan mulai dari tamat Sekolah Dasar selama 6 tahun sampai
dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama 3 tahun.
Kemampuan anak yang harus dicapai dalam aspeknya pada Sekolah
Dasar (SD) merupakan tujuan sementara untuk bisa melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Begitupun saat anak tamat
Sekolah Menengah Pertama (SMA) merupakan tujuan sementara
untuk dapat masuk ke SMA.
4. Tujuan Pendidikan Dilihat dari Perkembangan Anak Sebagai Pribadi
Sadulloh, (2017: 78) mengatakan bahwa anak berkembang
dalam semua aspek. Anak berkembang bukan hanya fisik jasmaninya,
namun secara serempak berkembang rohaninya. Jasmani terdiri dari
bagian yang tumbuh secara teratur sesuai dengan fungsi dari bagian –
bagian jasamani manusia, seperti tangan, kaki, badan, kepala, dan
lainnya akan tumbuh sesuai dengan fungsinya. Begitu dari segi
rohaninya, kejiwaan seperti emosi, motivasi (dorongan). Rasa cemas,
rasa senang, dan sebagainya berkembang sesuai dengan fungsinya.
Tumbuh kembang manusia merupakan kesatuan antara jasmani dan
rohaninya. Dengan kata lain anak berkembnag secara utuh menjadi
satu “pribadi”.
12

Berdasarkan kutipan di atas bahwa pendidikan itu membantu


anak untuk menjadi pribadi yang utuh. Dengan pendidikan potensi
yang dimiliki anak akan berkembang misalnya kecerdasan intelektul,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Dengan demikian
anak akan menuju kedewasaan yang utuh dalam dirinya.
B. Batasan Pendidikan
Batasan pendidikan merupakan ketidakmampuan atau ketidakberdayaan
pendidikan dalam melakukan tugas - tugas pendidikan. Batasan yang muncul
mulai dari pendidik, peserta didik, alat pendidikan dan lingkungan. Batasan
yang dimiliki setiap aspek didalamnaya ini dapat menyebabkan keterlabatan
proses pendidkan. Batasan yang dapat ditolerir ialah apabila keterbatasan itu
menyebabkan tidak dapat terwujud.
Sadulloh, (2017: 83) mengatakan bahwa pendidikan sebagai perbuatan
manusia tidak begitu saja dapat dilaksanakan tanpa memperhatikan batas –
batas yang mempengaruhinya. Dalam melaksanakan pendidikan akan terkait
beberapa unsur diantaranya: tujuan pendidikan, anak didik sebagai subyek dan
dibimbing, pendidik sebagai orang yang membimbing, alat pendidikan, dan
lingkungan pendidikan.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa batas pendidikan dapat dikatakan
sebagai hal dasar dalam pelaksanaan pendidikan supaya proses pendidikan
tersebut dapat berjalan. Proses pendidikan ini dilengkapi dengan pendidik,
pribadi anak didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan.
Pendidik, peserta didik, alat pendidikan dan lingkungan memiliki
keterbatasan masing – masing. Batasan yang dapat ditolerir ialah apabila
keterbatasan itu menyebabkan tidak dapat terwujud
1. Pendidik
Sadulloh, (2017: 84) pendidik adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab membimbing anak untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan
kedewasaan. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan pendidik kodrati pada
hakikatnya tidak bisa digantikan oleh orang lain. Karena itu
menyekolahkan anaknya ke sekolah untuk dididik oleh guru, tidak berarti
guru akan menggantikan peran orang tua dalam mendidik anak di sekolah.
13

Guru harus bertindak mewakili orang tua anak dalam melaksanakan


tugasnya sebagai pendidik di sekolah. Hubungan anak – orangtua
dirasakan oleh anak sebagai hubungan alamiah, dengan sendirinya. Orang
tua sebagai orang yang paling bertanggung jawab memiliki cita – cita dan
harapan tertentu bagi perkembangan anaknya kelak dewasa. Pandangan
hidup, cita – cita, dan harapan orang tua inilah yang dapat membatasi
kegiatan pendidikan. Hubungan anak – guru tumbuh karena kepentingan
bersama.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan bahwa pendidik itu
dibagi menjadi dua yaitu orang tua dan guru. Hubungan antara anak –
orang tua merupakan hubungan yang alamiah berlangsung sejak anak
belum sadar kehidupan ini. Karena hubungan alamiah ini orang tua
bertanggung jawab atas apa yang akan capai kelak anaknya dewasa.
Pentingnya peran orang tua dalam kehidupan anak yaitu menjadi tujuan
utama pendidikan yang didapatkan anak. Tidak hanya orang tua sebagai
pendidik namun guru juga merupakan pendidik yang menjadi panutan di
sekolah. Maka dari itu guru harus memiliki keunggulan sikap dan
keprofesionalan dalam menjalankan profesinya. Supaya tercapainya tujuan
kepentingan bersama peserta didik baik itu mealui perhatian, minat, atau
kesenangan.
Menurut Ramli, (2015: 62-63) dalam bahasa Arab seperti kata al-
mualim (guru), murabi (mendidik), mudarris (pengajar) dan ustadz. Secara
terminologi beberapa pakar pendidikan berpendapat, menutut Ahmad
Tafsir, bahwa pendidik dalam islam adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan
seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta),
maupun psikomotorik (karsa). Selaras dengan itu, Abdul Mujib
mengemukakan bahwa pendidik adalah bapak rohani (spritual father) bagi
peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan
akhlak mulia, dan meluruskkan perilakunya yang buruk.
Berdasarkan kutipan diatas bahwa pendidik adalah seorang
pengajar atau dikenal dengan guru. Pendidik adalah seseorang yang
14

memiliki keharusan secara sadar terhadap perkembangan pesreta didik


baik dari pengetahuan, kepribadian dan keterampilan. Pendidik juga
menjadi seorang individu yang mengarahkan peserta didik ke dalam suatu
keadaan yang lebih baik.
Menurut Syarifudin dan Kurniasih, (2011: 67) mengatakan bahwa
pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab atas pendidikan
anak didik dan secara sengaja membantu anak didik adar mencapai
kedewasaan.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa pendidik adalah seseorang yang
sudah mampu bersikap dengan tindakan atas panggilan jiwa untuk
mendidik anak didik. Pendidikan yang diberikan pun tentunya
dimaksudkan untuk mecapai arah pendidikan yaitu kedewasaan dengan
proses pendidikan yang lebih baik dan berlangsung dengan proses
pendidikan yang lebih baik dan berlangsung secara berkelanjutan.
Berdasarkan berberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah individu yang dewasa yang memilik keahlian khusus
dalam pendidikan. Pendidik sangat berpengaruh terhadap tercapinya tujuan
pendidikan yang sesuai dengan karakter peserta didik. Pendidik harus
melaksanakan peran - peran dalam mengembangkan pendidikan.
2. Aspek Pribadi Anak Didik
Sadulloh, (2017: 86) mengatakan bahwa anak didik adalah sosok
manusia sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Peserta didik
harus diapandang sebagai subyek. Kalau pendidik memandang anak
sebagai obyek, berarti anak dapat ditentukan sebagaimana kemauan
pendidik. Anak harus menerima apa yang diinginkan pendidik. Mau jadi
apa, mau kemana anak jadinya, akan ditentukan oleh pendidik. Ini
merupakan suatu pelanggaran terhadap anak sebagai individu.
Karena anak didik diakui “keakuannya”, maka dalam hal ini
pendidik tetap memegang peranan tidak membiarkan tindakan anak didik,
melainkan tetap membantu, memberi pertolongan, melayani sesuai dengan
eksistensinya agar menuju perkembangan yang dewasa sesuai dengan
norma – norma yang berlaku.
15

Berdasarkan kutipan di atas bahwa anak didik merupakan seorang


individu yang menentukan dirinya sendiri, mempunyai sifat dan keinginan
sendiri, tidak bisa dipaksakan namun masih memerlukan sebuah arahan,
bantuan, pertolongan, bimbingan dari seorang pendidik agar anak dapat
menuju perkembangan kedewasaan yang sesuai dengan norma.
Syarifudin dan Kurniasih, (2011: 65) mengatakan bahwa terdapat
karakteristik anak didik yang perlu dipahami oleh para pendidik dan
diperhatikan serta dipertimbangkan dalam rangka praktek pendidikan.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa aspek pribadi peserta didik
merupakan ciri dari peserta didik baik itu watak, karakter, sikap dan
perilaku yang harus dipahami oleh guru agar dapat menjadikan perhatian
dalam pelaksanaan praktek pendidikan.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek
pribadi peserta didik merupakan ciri dari individu (peserta didik) yang
memiliki karakter, watak, sikap dan perilaku yang harus dipahami
pendidik agar dapat menuju perkembangan kedewaasan sesuai dengan
norma.
3. Alat Pendidikan
Sadulloh, (2017: 86) mengatakan bahwa alat pendidikan
merupakan suatu tindakan/ perbuatan atau situasi yang dengan sengaja
diadakan untuk mencapai suatu tujuan yaitu kedewasaan. Alat pendidikan
merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan maksud
mempengaruhi anak didik secara pedagogis (edukatif). Secara lahiriah
sukar untuk membedakan antara alat pendidikan dengan faktor
pendidikan. Kadang – kadang akibat dari alat maupun faktor pendidikan
bisa sama.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa alat pendidikan adalah suatu
tindakan yang digunakan dengan sengaja dan dibentuk secara khusus oleh
pendidik agar tercapainya sikap kedewasaan dalam peserta didik. Alat
pendidikan dikatakan juga sebagai situasi yang diciptakan oleh pendidikan
untuk menunjang kegiatan pembelajaran, sehingga pendidik dapat
mempengaruhi pemahaman peserta didik.
16

Alat pendidikan terdapat 5 jenis alat pendidikan. Sadulloh, (2017:


88) dalam Langeveld (1980) mengemukakan macam alat pendidikan,
yaitu:
a. Perlindungan
Sadulloh, (2017: 88) perlindungan merupakan syarat bagi
semua pergaulan, termasuk di dalamnya pergaulan pendidikan.
Perlindungan harus datang dari pihak orang dewasa, yang bertindak
untuk melindungi anak didik, baik jasmani maupun rohani, sehingga
anak merasa terlindungi oleh orang dewasa.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa perlindungan merupakan
syarat dasar yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik
dalam lingkungan pergaulannya. Perlindungan yang diberikan
mencakup perlindungan jasmani dan perlindungan rohani peserta
didik, sehingga akan merasa aman saat bergaul.
b. Kesepahaman
Sadulloh, (2017: 89) mengatakan bahwa kesepahaman timbul
karena orang dewasa, baik disadari maupun tidak disadari, akan
menjadi contoh (teladan) bagi anak didik, dan sebaliknya pula
didasari atau tidak, anak ingin mencoba (meniru) perbuatan
pendidik. Seandainya anak ingin mencontoh perbuatan pendidik, hal
ini berarati bahwa anak telah memahami perbuatan pendidik sebagai
orang dewasa. Dengan kepahaman ini terjadilah interaksi pendidikan
dantara anak dan pendidik, sehingga orang dewasa dan anak dapat
berbuat bersama – sama.
Berdasarkan kutipan diatas bahwa guru merupakan peran
utma dalam pendidikan. Peserta didik memiliki sifat ingin
menyamakan dengan seorang pendidik. Jadi tugas utama pendidik
dalam hal ini agar bisa menjaga perkata, sikap dan perilakunya.
Supaya dapat menjadi panutan yang baik bagi peserta didik.
c. Kesamaan Arah dalam Pikiran dan Perbuatan
Sadulloh, (2017: 89) mengatakan bahwa kesamaan arah
dalam pikiran dan perbuatan dapat berupa pembaharuan dari penddik
17

dan penyesuaian dari anak didik. Jadi, kesamaan arah ini terjadi
antara perbuatan pendidik dan perbuatan anak didik. Kesamaan arah
telah melampaui kesepamahaman. Dengan demikian, dalam hal ini
anak didik berbuat atau bertindak sesuai dengan kata hati
kehendaknya.
Berdasarkan kutipan di atas yaitu hubungan pendidik dan
peserta didik harus terjalin dengan baik. Adanya kesamaan tujuan
pendidik dan peserta didik menjadi pondasi kuat dari kesamaan arah.
Peserta didik pasti akan berperan aktif disinilah pendidik harus bisa
memberikan arah positif pada peserta didik agatr peserta didik
berada dalam pergaulan yang positif.
d. Perasaan Bersatu
Sadulloh, (2017:90) mengatakan bahwa perasaan bersatu
timbul karena interksi yang berlangsung antara pendidik dan anak
didik yang bersifat kekeluargaan, dan menimbulkan saling
pengertian serta saling mengisi diantara kedua pihak. Anak yang
telah terbiasa dalam suasana perasaan bersatu, akan memperoleh
pengalaman dasar tentang corak hidup bersama (hidup
bermasyarakat), untuk saling mengisis, mempercayai, setia, dan
jujur. Tindakan atau pendidikan untuk memelihara perasaan bersatu
dapat berupa nasehati, memperingatkan, menegur, dan dapat juga
dilaksanakan hukuman.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa hubungan pendidik dan
peserta didik harus saling melengkapi dan memahami. Terutama
seorang pendidik harus bisa menjaga perasaan bersatu tersebut
dengan peserta didik. Dengan cara tidak melakukan diskriminasi
pada peserta didiknya.
e. Pendidikan karena Kepentingan Diri Sendiri
Sadulloh, (2017:90) mengatakan bahwa pendidikan karena
kepentingan diri sendiri, berarti si anak telah menyadari kepentingan
dirinya sendiri, dan ia bertanggung jawab untuk membentuk dirinya
sendiri. memberi kebebasan kepada anak didik merupakan alat
18

pendidikan yang terakhir karena anak didik harus bertanggung


jawab, harus berdiri sendiri dan bebas untuk milih nilai – nilai hidup
yang sesuai dengan kata hatinya, dan disinilah ia memilih
pendidikan dalam taraf penyadarannya. Jadi alat pendidikan ini
diberikan kepada anak pada tahap akhir dari pendidikan, di mana
anak akan mencapai kedewasaaannya.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa pendidikan karena
kepentingan diri sendiri adalah peserta didik sudah mengenal dirinya
sendiri, sudah bisa bertanggung jawab terhadap keputusannya.
Jadi kesimpulan dari jenis alat pendidikan yaitu suatu
tindakan yang dilaksanakan oleh peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Alat pendidikan dikategorikan menjadi lima jenis
yaitu: perlindungan, kesepahaman, kesamaan arah dalam pikiran dan
perbuatan, perasaan bersatu dan pendidikan karena kepentingan
sendiri. perlindungan dalam pendidikan merupakan landasan
pendidikan yang diiberikan pendidik untuk peserta didik supaya
merasa dilindungi. Kesepahaman merupakan interaksi antara
pendidik dan peseta didik sehingga orang dewasa dan anak dapat
berbuat bersama – sama.
Kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan merupakan
menyamakan tujuan bersama antara pendidik dan peserta didik.
Dengan menyamakan tujuan bersama ini perasaan bersatu akan
tumbuh antar keduanya. Jenis alat pendidikan yang terakhir adalah
pendidikan karena kepentingan diri sendiri merupakan peserta didik
sudah berhasil menuju kedewasaan karena sudah bisa mengenal
dirinya dan bertanggung jawab atas keputusannnya.
4. Aspek Lingkungan
Syaripudin dan Kurniasih, (2011: 83) mengatakan bahwa
lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar dari individu.
Lingkunagn dibedakan menjadi duajenis yaitu (1) lingkungan alam dan (2)
lingkungan sosial – budaya. Di dalam lingkungannya anak memperoleh
19

berbagai pengalaman, sehingga lingkungan sekitar dimana anak hidup


akan turur mempengaruhi perkembangan pribadinya.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa lingkungan merupakan keadaan
eksternal indvidu. Semua lingkungan itu menjadi factor pendukung
perubahan individu.
Sadulloh, (2017: 94) mengatakan bahwa lingkungan dalam
pengertian umum berarti situasi di sekitar kita. Dalam pendidikan,
lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di luar diri anak.
Lingkungan tempat mendapatkan pendidikan disebut lingkungan
pendidikan. Sejak anak lahir di duina, anak secara langsung berhadapan
dengan lingkungan. Lingkungan di sekitar anak dapat dikelompokkam
sebagai berikut:
a. Lingkungan Alam Fisik
Sadulloh, (2017: 95) mengatakan bahwa lingkungan fisik,
adalah lingkungan alam di sekitar anak seperti tumbuhan- tumbuhan,
hewan, dan keadaan tanah, keadaan iklim, rumah, jenias makanan,
benda gas, benda cair, dan juga benda padat. Lingkungan ini dapat
membatasi lingkungan pendidikan, misalnya penyelenggaraan
pendidikan dalam gedung yang baik (permanen), akan sangat
berlainan dengan pelaksanaan pendidikan pada gedung yang
beratapkan rumbia dan berlantaikan tanah.
Berdasarkan kutipan diatas bahwa lingkungan fisik yang baik
sangat berpengaruh pada pendidik. Jika lingkungan fisik ini
diterpkan akan membuat semngat peserta didik dalam pembelajaran.
b. Lingkungan Budaya
Sadulloh, (2017: 95) mengatakan bahwa lingkungan budaya
dapat berupa ilmu pengetahuan, teknologi, adat istiadat, bahasa,
kesenian dan sebagainya.
Berdasarkan kutipan diatas bahwa lingkungan budaya
merupakan lingkungan yang berasal dari lingkungan sekitar.
c. Lingkungan Sosial
20

Sadulloh, (2017:95) mengatakan bahwa lingkungan sosial


berbentuk hubungan anatara manusia, merupakan lingkungan
berwujud manusia dan hubungannya dengan atau antar manusia di
sekitar anak. Termasuk di dalamnya adalah: sikap atau tingkah laku
antar manusia. Di sekolah bagaimana suasana hubungan antar guru,
hubungan siswa dengan guru, hubungan siswa dengan siswa.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa lingkungan sossial
merupakan lingkungan yang mempelajari bagaimana interaksi antara
setiap manusia. Termasuk jika berada di lingkungan sekolah yaitu
hubungan interaksi selluruh warga sekolah.
d. Lingkungan Spiritual
Sadulloh, (2017: 95) mengatakan bahwa lingkungan spiritual
berupa agama, keyakinan yang dianut keluarga, masyarakat
sekitarnya, dan ide – ide yang muncul dalam masyarakat di mana
anak tinggal.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa lingkungan spiritual
keyakinan yang ada dalam setiap individu. Yang merupakan
pegangan untuk hidupnya.
Jadi kesimpulan dari uraian di atas bahwa lingkungan
merupakan situasi yang mendukung untuk proses pendidikan. Oleh
karena itu tempat belajar atau ruangan kelas hendaknya didesain
secara menarik, unik, penuh warna mengesankan untuk memotivasi
peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh
kesenangan, keceriaan bagi dirinya. lingkungan pembelajaran yang
baik akan memberi pembawaan jiwa peserta didik merasa
termotivasi untuk kegiatan belajar di sekolah.
C. Keharusan dan Kemungkinan Pendidikan
Keharusan pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia
untuk mendapatkan pendidikan supaya dapat bertanggung jawab atas
hidupnya, saling membantu, bermanfaat untuk orang banyak.
1. Keharusan
21

Sadulloh, (2017:96) mengatakan bahwa keharusan manusia untuk


mendapatkan pendidikan dapat kita simak dari uraian berikut
a. Anak Dilahirkan dalam Keadaan Tidak Berdaya
Dilihat dari sudut anak, pendidikan merupakan suatu
keharusan. Pada waktu lahir anak manusia belum bisa berbuat apa-
apa. Sampai usia tertentu anak masih memerlukan bantuan orang tua.
Begitu anak lahir kedunia, ia memerlukan uluran orang lain (ibu dan
ayah). Untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya, dan
berdiri sendiri, berbeda dengan binatang yang begitu lahir sudah
dilengkapi kelengkapan fisiknya dan dapat berbuat sesuatu untuk
mempertahankan hidupnya.
Dilihat dari orang tua pendidikan juga merupakan suatu
keharusan. Tanpa ada yang memaksa, dengan sendirinya orang tua
akan mendidik anaknya. Hal tersebut disebabkan karena adanya rasa
kasih sayang dan rasa tanggung jawab dari orang tua terhadap
anaknya. Rasa tanggung jawab menyebabkan orang tua, bahwa anak
itu perlu memperoleh bimbingan agar ia dikemudian hari dapat berdiri
sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.
Berdasarkan kutipan di atas manusia dilahirkan dalam keadaan
tidak berdaya, artinya membutuhkan manusia lain untuk
mendampinginya. Hal ini menyatakan bahwa manusia dilahirkan
dalam keadaan tidak berdaya.
b. Manusia Lahir Tidak Langsung Dewasa
Sadulloh, (2017: 97) mengatakan bahwa untuk wampai pada
kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalma arti khusus,
memrlukan waktu lama. Pada manusia primitif mungkin proses
pencapaian kedewasaan tersebut akan lebiah pendek dibandingkan
dengan manusia modern dewasa ini. Dilihat drai segi usia, misalnya
usia 12-15 tahun, pada masyarakat primitif sudah dapat
melangsungkan hidup berkeluarga. Pada masyarakat modern tuntutan
kedewasaan lebih kompleks, sesuai dengan makin kompleksnya ilmu
pngetahuan dan teknologi, dan juga makin kompleksanya sistem nilai.
22

Untuk mengarungikehidupan yangdewasa, mansusaia perlu


deipersiapkan, lebih- lebih pada masyarakat modern. Bekal tersebut
dapat diperoleh dengan pendidikan, di mana orang tua atau generasi
tua akan mewariskan pengetahuan, nilai – nilai, serta
keterampilannya kepada anak- anaknya atau pada genrsi berikutnya.
Berdasarkan kutipan di atasa bahwa manusia untuk sampai
pada kedewasaan memerlukan tahapan –tahapan yang panjang. Mulai
dari bayi, balita, anak – anak, remaja baru tahap dewasa.

c. Manusia sebagai makhluk sosial


Sadulloh, (2017: 98) mengatakan bahwa manusia pada
hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi manusia
seandainya tidak hidup bersama dengan manusia laiinya. Manusia
hidup bersama dengan orang lain, tidak sendirian. Mereka menetukan
berbagai perjanjian agar hidup bersama itu menguntungkan kedua
belah pihak. Manusaia sebagai makhluk sosial, di samping memiliki
dorongan untuk secara individual, ia juga menunjukan gejala – gejala
sosial. Ia senang hidup bersama dengan orang lain.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa manusia sebagai makhluk
sosial merupakan manusia yang hidup bersama saling
menguntungkan. Manusia yang sudah bisa hidup bersama orang lain
adalah manusia yang sudah mencapai ke taraf kedewasaan. Jika tidak
sebgai makhluk sosial berarti manusia itu tidak dewasa secara sosial.
d. Manusia sebagai Makhluk Individu yang berdiri Sendiri
Sadullloh,(2017: 99) mengatakan bahwa pengertian makhluk
sosial tidak berarti bahwa (perorangan) tidak ada. Pengertian sosial
harus diartikan bahwa manusia hidup bersama dalam kepribadian
sendiri – sendiri. ia masih tetap berdiri sendiri, namun bersama – sama
orang lain. Pergaulan hidup, adalah hidup anatara pribadi – pribadi
(individu – individu) satu sama lain.
Dengan adanya pribadi – pribadi orang perorangan yang
berbeda, karena itulah pendidikan diperlukan, karena setiap orang
23

yang bersifat individu itu perlu belajar hidup dengan individu lainnya.
Pendidikan tidak mendidik agar setiap orang berperilaku sama, namun
mendidik agar setiap orang (individu) dapat berperilaku sebagai
individu bersama indivdu lainnya.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa manusia hidup di
lingkungan sosial itu terdiri dari individu – individu yang memiliki
kepribadian yang berbeda beda. Dalam lingkungan pendidikan juga
mendidik peserta didik itu untuk membentuk perilaku setiap individu.

e.
Sadulloh, (2017: 100) mengatakan bahwa bertanggung jawab
adalah sejajar dengan manusia sebagai makhluk sosial. Kalau sikap
bertanggung jawab tidak dimiliki oleh setiap insan, maka hidup akan
kacau, karena setiap orang betindak semunya, setiap orang hanya akan
menuruti kehendaknya sendiri, dan tidak akan bertahan hidup lama.
Seorang manusia mampu atau tepatnya harus bertanggung jawab atas
segala perbuatannya.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa manusia harus memiliki
sikap bertanggung jawab dalam hal apapun karena bertanggung jawab
akan membawa kehidupan yang lebih teratur lagi.
2. Kemungkinan Dididik
Sadulloh, (2017 : 103) mengatakan bahwa bakat yang dibawa lahir
seseorang belum merupakan kenyataan, melainkan potensi. Jadi tentang
adanya bakat – bakat tertentu, pendidik tidak bertanggung jawab. Sebab
masing – masing individu bersift unik. Akan tetapi secara umum dapat
dikatakan, bahawa kemungkinan di didik itu akan tercapai manakala tidak
dapat dikembangkan lagi lebih lanjut kehidupan rohaninya khususnya
kehidupan moral. Adapun yang menjdai latar belakangnya dapat beraneka
ragam. Mungkin karena bakat bawaannya, mungkin karena apotensi
kecerdasan yang berbeda, seperti berbeda dalam potensi kecerdasan
24

intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual, atau mungkin


terdapat kelainan.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa pada dasarnya manusia
memiliki bakat, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual atau hal yang
unik lainnya. Apabila keunikan yang ada pada manusia itu tidak dilandasi
dengan didikan maka tujuan pembelajaran itu tidak akan tercapai. Jadi
pengembangan bakat, kecerdasan atau hal yang ada dalam setiap individu
agar teurs berkembang hars dilakukan dengan cara didik.

3. Tut Wuri Handayani


Sadulloh, (2017: 104) mengemukakan bahwa bakat, kemampuan,
dan sifat-sifat yang dibawa sejak lahir sangat menentukan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak manusia. Pendidikan dan lingkungan
tidak berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pandangan ini nampaknya
kurang percaya bahwa pendidikan akan mampu mengubah atau
mengarahkan tingkah laku seseorang. Peranan pendidikan sangat kurang,
kalaupun ada, hanya sampai pengembangan bakat yang telah ada.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa pendidikan tidak akan dapat
mengarahkan perkembangan peserta didik. Bakat, kemampuan dan sifat
yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang karena pendidikan dan
lingkungan tidak akan berpengaruh pada perkembangan anak didik.
Ki Hajar Dewantar dalam (Sadulloh, 2017: 105) mengemukakan
bahwa Tut wuri handayani berasal dari bahasa Jawa: “tut wuri” berarti
mengikuti dari belakang, “handayani” mendorong, memotivasi, atau
membangkitkan semangat. Dari arti katanya dapat ditafsirkan, bahwa tut
wuri handayani, mengakui adanya pembawaan, bakat, ataupun potensi yang
dimiliki anak yang dibawa sejak lahir. Dengan kata “tutu wuri” pendidik
diharapkan dapat melihat, menemukan, dan memhami bakat atau potensi
yang muncul dan terlihat pada anak didik, untuk selnjutnya
menegmbangkan pertumbuhan yang sewajarnya dari potensi – potensi
tersebut.
25

Berdasarkan kutipa di atas bahwa pendidik itu diharapkan dapat


melihat, menemukan, dan memahami bakat atau potensi yang muncul dan
terlihat pada anak didik, untuk selanjutnya mengembangkan pertumbuhan
yang sewajarnya dari potensi tersebut. Jadi pendidik harus bisa menemukan
dan memehami potensi peserta didik yang dimiliki supaya peserta didik
dapat terus mengalami perkembangan kedewasaan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Dengan pendidikan potensi yang dimiliki manusia akan berkembang
sehingga akan tercapainya proses kedewasaan. Pendidikan dimulai sejak lahir
dan berakhir ketika kita sudah meninggal. Proses pendidikan tidak hanya
berlangsung dalam sekolah melainkan di keluarga, masysrakat dan juga
lingkungan.
Tujuan pendidikan dikatakan berhasil apabila sudah terlampui sehingga
manusia mengalami perubahan yang signifikan baik dari segi psikis maupun
fisik. Peranan tujuan pendidikan sangat penting untuk mengukur keberhasilan
dalam proses pendidikan. Tujuan pendidikan sebagai tumpuan atau landasan
pendidik dalam mencapai kriteria keberhasilan pendidikan. Apabila pendidik
telah mampu mencapai tujuan pendidikan tersebut dapat dikategorikan sebagai
pendidik yang profesional.
Batas pendidikan dapat dikatakan sebagai hal dasar dalam pelaksanaan
pendidikan supaya proses pendidikan tersebut dapat berjalan. Proses
pendidikan ini dilengkapi dengan pendidik, pribadi anak didik, alat pendidikan
dan lingkungan pendidikan.
Keharusan pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia
untuk mendapatkan pendidikan supaya dapat bertanggung jawab atas
hidupnya, saling membantu, bermanfaat untuk orang banyak.

B. Saran
Bagi pembaca khusunya mahasiswa yang nantinya akan menjadi
seorang pendidik, diharapkan agar memahami tujuan pendidikan, batasan
pendidikan dan kemungkinan pendidikan. Sebab ini sangat penting untuk
tercapainya proses pendidikan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A., Uhbiyati, N. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Ramli, M. (2015). Tarbiyah Islamiah Vol. 5 No. 1 2015: Hakikat Pendidik dan
Peserta Didik. Diakses dari
http://idr.uin.antasari.ac.id/4626/1/M%20Ramli_Hakikat%20Pendidik.Pdf.
Pada 04 Oktober 2018 pukul 20.15 WIB.
Sadulloh, U. (2017). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.
Salam Buharnuddin. 2011. Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syaripudin, T. Dan Kurniasih. (2011). Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung:
Percikan Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai