Anda di halaman 1dari 26

KELEMBAGAAN, PROGRAM DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN

UPAYA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Pengantar Pendidikan

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Inelda Yulita, S.Pd,. M. Pd.

Disusun oleh Kelompok 1

1. Abdianto (2203040018)
2. Isheka Yuli Naisa (2203040015)
3. Kurnia Andika (2203040002)
4. Naura Enjelyta (2203040003)
5. Siska Dwi Febriyani (2203040009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan judul “Kelembagaan, Program, dan Pengelolaan Pendidikan, Upaya
Pembangunan Pendidikan Nasional”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi Besar Nabi Muhammad SAW. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas kelompok Kewarganegaraan yang diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah Pengantar Pendidikan yakni ibu Inelda Yulita, S.Pd,. M. Pd.

Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penulis telah mendapatkan


banyak bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Tidak lupa juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada ibu Inelda Yulita, S.Pd,. M. Pd.selaku dosen
pengampu mata kuliah Pengantar Pendidikan yang senantiasa membimbing
penulis dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini,


izinkan penulis menghanturkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Karena
penulis juga menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
dan memiliki banyak kelemahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran dan kritikan dari pembaca.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk dapat membantu


menambah wawasan serta ilmu pengetahuan juga dapat menjadi acuan untuk
menulis makalah lainnya.

Tanjungpinang, November 2022

i
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pengertian Pendidikan.....................................................................................................3
B. Kelembagaan Pendidikan.................................................................................................3
C. Program dan pengelolaan Pendidikan..............................................................................6
D. Upaya Pembangunan Pendidikan Nasional...................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................16
A. Kesimpulan....................................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan potensi diri baik dari segi kognitif,
afektif dan psikomotorik seseorang ke arah yang lebih baik, untuk mendapatkan pendidikan
tersebut kita membutuhkan wadah atau tempat untuk mendapatkannya seperti Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas yang merupakan pendidikan formal.

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang merupakan institusi pendidikan yang lahir
dari peradaban asli Indonesia dan merupakan sistem pendidikan pertama dan tertua di negeri
ini. Sekolah sebagai suatu sistem harusnya mempunyai tatanan yang dapat mengatur serta
memaksimalkan komponen-komponen yang yang ada. Di dalam pendidikan mekanisme
tersebut dinamakan manajemen pendidikan.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa tujuan Negara


Indonesia yaitu antara lain mencerdaskan kehidupan bangsa. Perwujudan dari amanat
Undang-Undang Dasar 1945 tersebut yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang merupakan produk undang-undang
pendidikan pertama pada awal abad ke-21. Undang-undang ini menjadi dasar hukum untuk
membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, dan
otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sejak Proklamasi
Kemerdekaan, undang-undang tentang sistem pendidikan nasional telah mengalami beberapa
kali perubahan.

Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

1
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.

2
2

Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama
dalam pembangunan dan prmbrntukan karakter bangsa.

Penyelenggaraan pendidikan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui


bentuk-bentuk kelembagaan beserta programnya. Dengan upaya pembagunan pendidikan
nasional, diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor
determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.

Melihat dari adanya permasalahan tersebut, ini menjadi latar belakang makalah kami
yang mana selain itu juga kami ingin mengetahui bagaimana kelembagaan pendidikan,
program dan pengelolaan pendidikan yang mana dapat menjalankan pendidikan secara
terstruktur.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan kelembagaan pendidikan?
3. Bagaimana program dan pengelolaan Pendidikan?
4. Apa upaya yang dapat dilakukan untuk pembangunan Pendidikan nasional?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi pendidikan.
2. Untuk mengetahui ap aitu kelembagaan pendidikan.
3. Untuk mengetahui bagaimana program dan pengelolaan pendidikan.
4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk membangun pendidikan nasional.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan oleh UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 diartikan sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Usaha sadar
seperti yang dimaksud dalam undang-undang tersebut diimplementasikan dengan
membentuk lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan non formal.
Sebagai implikasinya pendidikan juga memiliki fungsi untuk menjadikan manusia
sebagai makhluk yang beradab dan memiliki kemampuan dalam menghadapi seleksi
alam dalam perjalananan hidup.
Pendidikan yang berada dalam sebuah lembaga akan dikelola oleh sumber daya
yang beragam dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri.Dalam
pengertian tersebut menunjukan bahwa diperlukan fungsi-fungsi manajemen dalam
pengelolaan pendidikan. Empat fungsi dalam manajemen tersebut adalah
perencanaan, perlembagaan, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Sehingga keempat fungsi ini dibutuhkan dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan, tanpa mengesampingkan faktor lingkungan sebagai
penentu keberhasilan pencapaian hasil.

B. Kelembagaan Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan
seorang anak, selain lingkungan keluarga dan masyarakat. Secara umum, lembaga
pendidikan adalah tempat dimana seorang peserta didik dirangsang untuk belajar di
bawah pengawasan dan pendidikan guru (Mulyana, 2009). Lembaga pendidikan juga
dijadikan sebagai tempat yang utama bagi peserta didik dalam tahap perkembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dengan demikian, lembaga pendidikan dapat
diartikan sebagai tempat belajar peserta didik melalui kegiatan pengajaran,
pendidikan,
3
4

dan latihan yang dilakukan pendidik terhadap peserta didiknya agar terbentuk
keterampilan sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Pendidikan nasional dilakukan melalui lembaga pendidikan, baik dalam bentuk
sekolah maupun dalam bentuk kelompok belajar. Berdasar UU RI No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional, kelembagaan pendidikan dapat dilihat dari segi
jalur pendidikan dan program data pengelolaannya.

a. Jalur Pendidikan

Penyelenggaraan sisdiknas dilaksanakan melalui dua jalur, jalur pendidikan


sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.

1. Jalur Pendidikan Sekolah

Merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan


belajar mengajar yang berjenjang dan berkesinambungan. Sifatnya formal,
diatur berdasarkan ketentuan pemerintah, dan mempunyai keseragaman pola
yang bersifat nasional.

2. Jalur Pendidikan Luar Sekolah (PLS)

Merupakan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan yang


diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak
berjenjang dan berkesinambungan.Sifatnya tidak formal dan tidak memiliki
keseragaman pola bersifat nasional. Dalam hubungan hal ini keluarga
merupakan jalur pendidikan yang diselenggarakan dengan fungsi menanamkan
kepercayaan (agama), nilai budaya, moral, dan keterampilan.

b. Jenjang Pendidikan

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 8, jenjang pendidikan


adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Jenjang pendidikan yang ada di Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Selain itu, ada pula pendidikan anak
usia dini. Pendidikan anak usia dini diberikan kepada anak didik sebelum
memasuki pendidikan dasar.
5

1. Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah upaya pembinaan yang


ditujukan bagi anak sejak lahir sampai anak berusia 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan saat memasuki
pendidikan lebih lanjut. Tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini
ini adalah untuk membentuk anak yang berkualitas. Tujuan lainnya adalah
untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar di sekolah.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 28 tentang sistem pendidikan nasional,
bentuk pendidikan anak usia dini dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1. Pendidikan Formal, adalah pendidikan anak usia dini formal terdiri dari
Taman Kanak-kanak yang dapat diikuti oleh anak usia mulai dari 4 tahun
sampai 5 tahun.
2. Pendidikan Non Formal, adalah pendidikan anak usia dini non formal
terdiri dari penitipan anak, kelompok bermain dan satuan PAUD sejenis
yang dapat diikuti anak mulai dari usia 3 bulan.
3. Pendidikan Informal, adalah pendidikan anak usia dini informal dapat
diperoleh dari keluarga maupun lingkungan masyarakat dengan cara
mengajarkan anak untuk mengetahui hal-hal yang baik. Seperti bertutur
kata yang baik, membersihkan rumah, dan ikut bergabung dengan
masyarakat dengan cara ikut bergotong royong atau mengikuti kegiatan
yang diadakan di lingkungan masyarakat.
2. Jenjang pendidikan Dasar

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 BAB VI bagian kedua pasal 17 dijelaskan


bahwa: Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan
madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah
menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain
yang sederajat. Di akhir masa pendidikan di SD, para siswa harus mengikuti dan
lulus dari Ujian Nasional (UN) untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke SMP
dengan lama pendidikan 3 tahun.

3. Jenjang Pendidikan Menengah


6

Pendidikan menengah dalam hubungan kebawah memiliki fungsi sebagai


lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke atas
mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi ataupun
memasuki lapangan pekerjaan..

4. Jenjang Pendidikan Tinggi

Diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota


masyarakat yang berkemampuan akademik dan profesional yang dapat
mengembangkan, menciptakan ilmu pengetahuan. Untuk itu dengan tujuan
kepentingan nasional, pendidikan tinggi secara terbuka dan selektif mengikuti
perkembangan kebudayaan yang terjadi di luar negeri untuk diambil
manfaatnya. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
disebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademik, politekhnik, sekolah
tinggi, institut, dan universitas.

Dari kelima bentuk pendidikan tinggi tersebut yang bersifat akademik


dan profesional ada sekolah tingi, institut, dan universitas. Pendidikan yang
bersifat akademik memusatkan perhatian terutama pada usaha penerusan.,
pelestarian dan pengembangan peradaban, ilmu, dan teknologi. Sedangkan
pendidikan yang bersifat profesional memusatkan perhatian pada usaha
pengolahan peradaban serta penerapan ilmu dan teknologi, dalam rangka
pengembangan diri, bangsa, dan negara. Output pendidikan juga diharapkan
dapat mengisi kebutuhan yang beraneka ragam dalam masyarakat, contohnya
beragam minat bakat yang dimiliki peserta didik

C. Program dan pengelolaan Pendidikan


Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang
dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai
tujan tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan-perbedaan. Hal
ini disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut pandang yang berbeda-
7

beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang
meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada prinsipnya
definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama.
Menurut Wardoyo, pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan
perencanaan, pengorganisasian penggerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Harsoyo, pengelolaan adalah suatu istilah
yang berasal dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan
untuk menggali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan
efisien guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan
memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditentukan. Pengelolaan pendidikan berasal dari kata
manajemen, sedangkan istilah manajemen sama artinya dengan administrasi. Dapat
diartikan pengelolaan pendidikan sebagai upaya untuk menerapkan kaidah-kaidah
administrasi dalam bidang pendidikan. Standar pengelolaan adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
Pengelolaan satuan pendidikan menjadi tanggung jawab kepala satuan Pendidikan.
a. Jenis Program Pendidikan
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan
sifat dan kekhususan tujuannya. (UU No. 2 Tahun 1989 Bab I pasal 1 Ayat 4
No. 2 Tahun 1989). Pendidikan hendaknya merupakan usaha untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengebangkan potensi diri. Hakikatnya program pendidikan berlangsung
sepanjang hayat dan diselenggarakan di berbagai satuan pendidikan. Program
pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari:

1. Pendidikan Umum (SD, SMP, SMA)


Adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan dalam
8

tingkat- tingkat akhir masa pendidikan. Berfungsi sebagai acuan umum bagi
jenis pendidikan lainnya.

2. Pendidikan Kejuruan (STM, SMTM, SMIP, SMIK, SMEA)


Yaitu, pendidikan yang mengutamakan pengembangan kemampuan
siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan menengah
kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja
serta mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan bentuknya, sekolah
menengah kejuruan menyelenggarakan program-program pendidikan yang
disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja (Peraturan Pemerintah Nomor
29 Tahun 1990).
3. Pendidikan Luar Biasa
Merupakan pendidikan khusus yang ditujukan untuk peserta didik yang
memiliki kelainan fisik atau mental. Yang termasuk pendidikan luar biasa
adalah SDLB (sekolah dasar luar biasa) untuk jenjang menengah masing-
masing memiliki program khusus. Untuk pengadaan gurunya disediakan
SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa), setara diploma III.
4. Pendidikan Kedinasan
Merupakan pendidikan khusus untuk meningkatkan kemampuan dalam
melaksanakan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai suatu
departemen atau nondepartemen. Pendidikan kedinasan terbagi dua, yakni
pendidikan tingkat menengah, seperti SPK (Sekolah Perawat Kesehatan)
dan pendidikan tingkat tinggi, seperti APDN (Akademi Pemerintah Dalam
Negeri).
5. Pendidikan Keagamaan
Merupakan pendidikan yang khusus untuk menyiapkan peserta didik
agar dapat melaksanakan peranan yang menuntut pengetahuan tentang
keagamaan. Dilihat dari kecenderungannya, pendidikan keagamaan ada
yang sepenuhnya memberikan pendidikan keagamaan, namun ada juga yang
atas dasar pendidikan agama dan umum. Untuk pengadaan gurunya
disediakan lembaga pendidikan seperti PGAN (Pendidikan Guru Agama
Negeri) untuk agama islam atau sekolah Theologia untuk agama Kristen.

b. Kurikulum Program Pendidikan


9

Konsep sistem pendidikan nasional direalisasi melalui kurikulum.


Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman yunani kuno, kurir
yang berarti pelari, dan curere yang berarti tempat berpacu, dan hal ini
diartikan sebagai “jarak yang harus ditempuh” oleh pelari. Kurikulum memberi
bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik. Dalam
hubungan dengan pembangunan nasional, kurikulum pendidikan nasional
mengisi upaya pembentukan sumber daya manusia untuk pembangunan.
Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 pasal 1 ayat 1 menyatakan adanya dua aspek
nasional dan lokal.
1. Aspek nasional, yang memuat unsur-unsur penyatuan bangsa.
2. Aspek lokal, yang memuat sifat-sifat kekhasan daerah (budaya, social,
lingkungan alam) yang menghidupkan kebhinekaan.

Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam suatu satuan pendidikan didasarkan atas


kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan
keadaan serta kebutuhan lingkungan.

1. Kurikulum nasionaL

Tujuan pendidikan nasional diberlakukan untuk semua satuan pendidikan


dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi, pendidikan persekolahan
da pendidikan luar sekolah, demikian juga pendidikan anak luar biasa dan
kedinasan. Ini menunjukkan bahwa pendidikan nasional tidak bisa terpisah dari
kurikulum satuan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan nasional (UU RI No.
2 Tahun 1989 Pasal 3) yakni:

a) Terwujudnya bangsa cerdas


b) Manusia yang utuh, beriman, dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c) Berbudi pekerti luhur.
d) Terampil dan berpengetahuan.
e) Sehat jasmani dan rohani.
f) Berkepribadian mantap dan mandiri.
g) Bertanggungjawab dalam kemasyarakatan dan kebangsaan.
Kurikulum menjembatani tujuan tersebut dengan praktek pengalaman
belajar riil di lapangan. Mengenai isi kurikulum nasional itu di dalam UU No 2
Tahun 1989 Pasal 30 Ayat 1 dinyatakan bahwa isi kurikulum merupakan
susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan
10

satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan nasional


tersebut. Ayat 2 menyatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis jalur dan jenjang
pendidikan wajib memuat pendidikan pancasila, agama, dan kewarganegaraan.
Kemudian Pasal 38 ayat 2 menyatakan: kurikulum yang berlaku secara
nasional ditetapkan oleh menteri/pemimpin lembaga pemerintahan
nondepartemen berdasarkan limpahan wewenang dari menteri.

2. Kurikulum Muatan Lokal

Setiap daerah di tanah air Indonesia memiliki ciri khas mengenai adat
istiadat, tata krama dan tata cara pergaulan, kesenian, kerajinan dan nilai-nilai
kebudayaannya masing-masing. Oleh karena itu perlu dilestarikan dan
dikembangkan melalui upaya pendidikan. Karena itu program pendidikan
sekolah harus bermuatan unsur-unsur muatan lokal. Serta dalam
pengembangan kurikulum sekolah, daerah perlu dilibatkan agar berkesempatan
menyusun program muatan lokal yang sesuai dari lingkungannya.

Muatan Lokal Adalah program pendidikan yang isi dan media


penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan
lingkungan budaya. Jadi isi program dan media penyampaiannya diambil dari
dan menggunakan sumber lingkungan yang dekat dengan kehidupan peserta
didik. Muatan Lokal memiliki tujuan kepentingan nasional dan kepentingan
peserta didik. Dalam hubungannya dengan kepentingan nasional, muatan lokal
dapat melestarikan dan mengembangkan kebudayaann khas daerah, juga dapat
mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan kearah yang positif.
Namun dalam kepentingan peserta didik muatan lokal dapat:

a) Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap lingkungannya.


b) Mengakrabkan peserta didik dengan lingkungan.
c) Menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk
memecahkan masalah yang ditemui dalam lingkungannya.
d) Memanfaatkan sumber belajar yang kaya dalam lingkungannya.
e) Memudahkan peserta didik menyerap materi pelajaran.
11

D. Upaya Pembangunan Pendidikan Nasional


Secara umum bahwa pembangunan adalah suatu proses untuk berubah menjadi
lebih baik dari keadaan sebelumnya melalui upaya yang direncanakan. Sedangkan
pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar tercipta peserta didik yang secara aktif dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
pembangunan pendidikan adalah suatu proses usaha yang terencana untuk
mewujudkan suasana belajar mengajar yang baik sehingga mampu merubah dan
mengembangkan kemampuan peserta didik kearah yang lebih baik.

1. Jenis upaya pembaruan pendidikan meliputi:


a. Pembaruan Landasan Yuridis
Suatu pembaharuan pendidikan yang sangat mendasar adalah pembaharuan
yang tertuju pada landasan yuridisnya, karena pembaruan landasan yuridis
berhubungan dengan hal-hal yang bersifat mendasar (fundamental) dan yang
bersifat prinsipil. Dikatakan demikian karena landasan yuridis itu mendasari semua
kegiatan pelaksanaan pendidikan dan mengenai hal-hal yang penting seperti
komponen struktur pendidikan, kurikulum, pengelolaan, pengawasan, dan
ketenagaan.

b. Pembaruan Kurikulum
Ada dua faktor pengendali yang menentukan arah pembaharuan kurikulum,
yaitu yang sifatnya mempertahankan dan yang mengubah. Termasuk yang pertama
ialah landasan filosofis, yaitu falsafah bangsa Indonesia, yaitu pancasila dan UUD
1945 dan landasan historis (mencakup unsur-unsur yang dari dulu hingga sekarang
menguasai hajat hidup orang banyak).

Sedangkan faktor pengendali yang kedua yaitu yang bersifat mengubah ialah
landasan sosial (berupa kekuatan-kekuatan sosial di masyarakat) dan landasan
psikologis (yaitu cara peserta di dalam belajar, mengenai hal ini banyak penemuan-
penemuan baru yang menopangnya).

Pembaruan kurikulum dapat dilihat dari segi orientasinya, strategi, isi/program,


dan metodenya. Kurikulum kita saat ini sedang menunggu kehadiran kurikulum
yang tentunya mengandung peluang yang lebih besar dan lebih baik untuk
12

mempersiapkan warga negara sebagai sumber daya manusia bagi pembangunan di


masa depan. Peluang-peluang itu antara lain:

1. Adanya perluasan kesempatan untuk mengikuti pendidikan bagi rakyat


banyak.
2. Ada pembangunan dasar (basic education) yang lebih baik pada seluruh
warga negara untuk terjun ke lapangan kerja di masyarakat dan untuk lanjut
belajar ke pendidikan tinggi.
3. Adanya seleksi bertahap yang lebih terarah untuk memasuki pendidikan
tinggi.

c. Pembaruan Struktur Pendidikan (Pola Masa Studi


Pembaruan pola masa studi termasuk pendidikan yang meliputi pembaruan
jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada suatu satuan
pendidikan. Sehubungan dengan upaya peningkatan kualitas dan penyiapan tenaga
yang lebih baik, pemerintah dengan melalui UU RI No. 2 Tahun 1989 telah
mengubah pendidikan dasar 6 tahun menjadi 9 tahun (PP RI No. 28 Tahun 1990
tentang Pendidikan Dasar).

Menurut PP tersebut pendidikan dasar yang dimaksud meliputi sekolah dasar 6


tahun dan 3 tahun sekolah lanjutan tingkat pertama. Strategi ini mempunyai arti
penting dalam rangka menyiapkan warga Negara sebagai sumber daya manusia
untuk pembangunan yang menuntut persyaratan lebih baik.

Disisi lain pendidikan, sarjana yang pada masa studi lalu harus ditempuh 5
tahun (3 tahun sarjana muda ditambah 2 tahun sarjana lengkap) diperpendek
menjadi 4 tahun disebut program S1. Alasan yang mendasari antara lain bahwa
pendidikan program S1 dipandang cukup memberikan bekal dasar, sehingga tidak
perlu terlalu lama.

d. Pembaruan Tenaga Kependidikan


Disamping pembaruan landasan yuridis dan kurikulum, pengembangan sistem
pendidikan nasional juga menyentuh pembaruan komponen lain, yaitu tenaga
kependidikan. Yang dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah tenaga yang
bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan,
mengelola, dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
13

2. Dasar dan aspek legal pembangunan pendidikan nasional


Dasar dan aspek legal pembangunan pendidikan nasional berupa ketentuan-
ketentuan yuridis yang menjadi dasar,acuan,serta mengatur penyelenggaraan sistem
pendidikan nasional, seperti pancasila, UUD 1945, GBHN, UU organik pendidikan,
peraturan pemerintah, dan lain-lain.

Pancasila seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 merupakan


kepribadian,tujuan, dan pandangan hidup bangsa,oleh karena itu sistem pendidikan
nasional yang mempunyai misi mencerdaskan kehidupan bangsa.

Selanjutnya UUD 1945 dituangkan ke dalam TAP MPR tentang GBHN


khususnya bidang pendidikan. Dalam TAP MPR No. IV/MPR/1973 s.d TAP MPR RI
No. II/MPR/1993 dengan jelas kemukakan program umum pembaharuan dan
pembangunan pendidikan. Di dalam semua ketetapan itu terlihat adanya
kesinambungan yang mencakup program utama pembangunan pendidikan, yaitu:

a. perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan

b. peningkatan mutu pendidikan

c. peningkatan relevansi pendidikan

d. peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan

e. pengembangan kebudayaan

f. pembinaan generasi muda.

Keenam macam program pokok sebagai kebijakan pembangunan sistem


pendidikan tersebut sejalan dengan UUD 1945, yakni bahwa pembangunan
pendidikan bermaksud mewujudkan cita-cita kemerdekaan yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa agar tercipta kesejahteraan umum, dan dapat ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.

Program pokok pembangunan pendidikan yang dinyatakan dalam GBHN tersebut


juga memberi padoman bagi upaya merealisasikan pasal 31 dan pasal 32 UUD 1945
yakni bahwa :

a. Tiap-tiap warga negara mendapat pengajaran.


14

b. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran


nasional.
c. Pemerintah memajukan kebudayaan nasional indonesia.

UUD 1995 sebagai landasan yuridis merupakan hukum tertinggi dari organisasi
kenegaraan yang membuat garis besar, dasar, dan tujuan negara. Dalam bidang
pendidikan, undang-undang organik pendidikan yang pertama ialah UU No. 12 Tahun
1954 jo. UU No. 22 Tahun 1950 tentang pendidikan dan pengajaran di sekolah dan
UU No. 22 Tahun 1961 tentang perguruan tinggi.

Kedua macam UU organik tersebut berlaku cukup lama,karena kelihatannya dari


segi keadaan darurat yang mendesak belum dipandang perlu untuk mengganti UU No.
12 Tahun 1954 dan UU No. 22 Tahun 1967 misalnya dengan peraturan pemerintah
pengganti UU di bidang pendidikan sampai Tahun 1982, meskipun secara
konstitusional lahirnya hal itu dimungkinkan. Untuk menyempurnakan kedua UU
organik pembaruan pendidikan nasional (KPPN) berdasarkan SK menteri pendidikan
dan kebudayaan tanggal 25 Agustus 1978 No. 0283/P/1978, yang bertugas
merumuskan konsep pendidikan nasional yang semesta, menyeluruh, dan terpadu
sebagai bahan untuk penyusun UU organik yang baru di bidang pendidikan. laporan
KKPN terwujud pada tanggal 31 Maret 1980.

Disampaikan itu, karena negara republik indonesia sebagai negara kesatuan


terlalu luas, sedangkan penyelenggaraan pemerintahan harus efisien dan efektif, maka
ditetapkanlah UU No.5 TAhun 1974 yang antara lain mengantar undang-undang dan
peraturan pemerintahan daerah tingkat I provinsi dan daerah tingkat II
kabupaten/kotamadya. Undang-undang ini dipandang sejalan dengan tuntutan
pembangunan, yaitu bahwa pemerataan pembangunan menuntut semakin mendapat
Perhatian dalam rangka pembangunan nasional.

Sehubung dengan itu, UU No. 5 Tahun 1974 itu dalam pelaksanaannya juga
termasuk mengatur penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar sebagai konkretisasi
pelaksanaan PP No. 65 Tahun 1951, yang isinya memberikan sebagai kewenangan
kepala daerah untuk menyelenggarakan pendidikan dasar. PP No. 65 Tahun 1951 ini
nantinya pada tahun 1990 dilengkapi dengan PP No. 28 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Dasar.
15

Kecuali aturan-aturan sebagaimana telah dikemukakan, dalam keadaan khusus


jika ada hal-hal mengenai suatu bidang yang menjadi tanggung jawab beberapa
menteri, maka dimungkinkan untuk membuat ketentuan bersama dalam suatu bentuk
ketentuan hukum yang disebut surat keputusan bersama (SKB) yang tingkatannya
sama dengan keputusan menteri. Untuk menyongsong laju pembangunan Nasional,
maka upaya penyempurnaan undang- undang organik bidang pendidikan dilakukan
terus, dan sebagai hasilnya lahirlah UU RI No. 2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional. UU tersebut sampai saat ini sudah berhasil dilengkapi dengan
sejumlah peraturan pemerintah sebagai penjabaran pasal-pasal tertentu dari UU RI No.
2 Tahun 1989 tersebut, peraturan pemerintah dimaksud yaitu:

a. PP No. 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah


b. PP No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar
c. PP No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah PP No. 30 Tahun 1990
tentang Pendidikan Tinggi
d. PP No. 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar sekolah
e. PP No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan
f. PP No. 39 Tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan
Nasional
Pendidikan Nasional indonesia memiliki ciri khas sehingga berbeda dengan
sistem pendidikan nasional bangsa lain. Kekhasan ciri sistem pendidikan nasional
indonesia tersebut tampak pada landasan, dasar penyelenggaraan.

Penyelenggaraannya terwujud pada jalur jenjang dan jenis pendidikan. Karena


pendidikan berfungsi menyiapkan SDM untuk pembangunan, sedangkan
pembangunan sendiri mengalami perkembangan maka sistem pendidikan nasional
juga selalu dikembangkan, pembangunan sistem pendidikan nasional mesti berdasar
kepada aspek legal
16
16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendidikan oleh UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 diartikan sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Usaha sadar
seperti yang dimaksud dalam undang-undang tersebut diimplementasikan dengan
membentuk lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan non formal. Sebagai
implikasinya pendidikan juga memiliki fungsi untuk menjadikan manusia sebagai
makhluk yang beradab dan memiliki kemampuan dalam menghadapi seleksi alam
dalam perjalananan hidup.
2. Lembaga pendidikan merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan seorang
anak, selain lingkungan keluarga dan masyarakat. Secara umum, lembaga pendidikan
adalah tempat dimana seorang peserta didik dirangsang untuk belajar di bawah
pengawasan dan pendidikan guru (Mulyana, 2009). Lembaga pendidikan juga
dijadikan sebagai tempat yang utama bagi peserta didik dalam tahap perkembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dengan demikian, lembaga pendidikan dapat
diartikan sebagai tempat belajar peserta didik melalui kegiatan pengajaran,
pendidikan, dan latihan yang dilakukan pendidik terhadap peserta didiknya agar
terbentuk keterampilan sikap, keterampilan, dan pengetahua
3. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan
oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan
tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan-perbedaan. Hal ini
disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut pandang yang berbeda-
beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang
meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada prinsipnya
definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama
4. Jenis upaya pembaruan pendidikan meliputi: Pembaruan Landasan Yuridis Suatu
pembaharuan pendidikan yang sangat mendasar adalah pembaharuan yang tertuju
17

pada landasan yuridisnya, karena pembaruan landasan yuridis berhubungan dengan


hal-hal
17

yang bersifat mendasar (fundamental) dan yang bersifat prinsipil. Dikatakan demikian
karena landasan yuridis itu mendasari semua kegiatan pelaksanaan pendidikan dan
mengenai hal-hal yang penting seperti komponen struktur pendidikan, kurikulum,
pengelolaan, pengawasan, dan ketenagaan.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini ialah

1. Semua pihak harus bekerjasama dalam upaya penanggulangan permasalahan pokok


pendidikan. Untuk meminimalisir dampak negatif yang disebabkan oleh permasalahan
pokok tersebut maka harus ada perencanaan yang baik terhadap system pendidikan.
Meningkatkan kualitas pendidik dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Serta
penyediaan sarana dan prasarana yang lebih efektif dan efisien.
2. Sebagai mahasiswa khususnya calon pendidik, kita harus menyadari dan memahami
berbagai macam permasalahan pendidikan yang terjadi dilapangan sehingga dapat
merumuskannya serta mencari alternatif pemecahannya. Jadilah, Mahasiswa sekaligus
Calon Pendidik yang peka terhadap berbagai permasalahan pendidikan
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. (2005). Paradikma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.


Depdikbud. (1987). Petunjuk Penerapan Muatan Lokal Kurikulum Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdikbud.
Mulyasana, D. (2011). Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing . Bandung : Remaja
Rosdakarya Offset.
Tirtaraharja, U., & Sulo, S. L. (2012). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

18

Anda mungkin juga menyukai