Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ Dasar Dasar Ilmu Pendidikan”

DOSEN PENGAMPU : Amiruddin, S.Pd.I, M.Pd

DI SUSUN OLEH :

Rian Hidayat (222410331)


Dili Fauzan (222410316)
Nazhifa (222410266)

Kelas I-D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang ,kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya ,yang telah melimpahkan rahmat,hidayah
dan inayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kewirausahaan
yang berjudul “Sistem Pendidikan Nasional”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini,untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.terlepas dari semua itu ,kami menyadari bahwa sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dai segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikandari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun
inspirasi pembaca.

Ttd

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
A. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................................5
BAB II................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................................5
A. Sistem Pendidikan Nasional....................................................................................................5
1. Pengertian Pendidikan Nasional............................................................................................5
2. Pengertian Sistem Pendidikan Nasional.................................................................................6
B. Sistem Kelembagaan dan Pengelolaan Pendidikan Nasional...............................................8
1. Jenis dan Bentuk Kelembagaan Pendidikan Nasional............................................................8
2. Program dan Pengelolaan Pendidikan..................................................................................12
C. Permasalahan Sistem Pendidikan Nasional.............................................................................14
1. Konteks Historis Sisdiknas..................................................................................................14
2. Masalah Penerapan Sisdiknas..............................................................................................15
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu sistem dimana proses pengajaran terjadi ,pendidikan
juga diperlukan bagi anak untuk mencerdaskan anak bangsa agar dapat memajukan
bangsa .tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah untuk memperoleh proses pendidikan
yang berjalan. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan
yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.Sistem
pendidikan nasional Indonesia disusun berlandaskan pada kebudayaan bangsa Indonesia,
Pancasila, dan UUD 1945 sebagai nilainilai hidup bangsa Indonesia. Penyelenggaraan
sistem pandidikan nasional disusun sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan kebutuhan
akan pendidikan dari bangsa Indonesia. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokraris serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut
pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Sistem Pendidikan Nasional ?
b. Apa Sistem Kelembagaan dan Pengelolaan Pendidikan Nasional ?
c. Apa Saja Permasalahan Sistem Pendidikan Nasional ?

C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui pengertian Sistem Pendidikan Nasional
b. Untuk mengetahui Sistem Kelembagaan dan Pengelolaan Pendidikan Nasional
c. Untuk mengetahui Permasalahan Sistem Pendidikan Nasional

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Pendidikan Nasional


1. Pengertian Pendidikan Nasional
Pendidikan, sebagaimana yang tertuang dalam UU RI No. 20 Tahun 2003
pasal 1 ayat 1, merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.Defenisi di atas memberi penegasan bahwa:
 usaha yang tidak terencana, apalagi tidak disengaja, bukanlah pendidikan.
 pencipta suasana belajar dan upaya membelajarakan peserta didik
merupakan key concept dari aktivita Pendidikan.
 aktivitas yang disadari dan rencanakan tersebut harus diarahkan untuk
mengembangkan potensi peserta didik.
 aspek yang tercakup dalam potensi diri peserta didik meliputi dimensi:
spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
keterampilan prakis.
Adapun dalam pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa Pendidikan nasional adalah
Pendidikan berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman.
Pendidikan nasional sebabai usaha untuk megembangkan potensi diri peserta
didik harus tanggap terhadap dinamika perkembangan zaman. Hal ini supaya
penddidikan nasional tetap bisa eksis dan jauh lebih survive untuk menghadapi
tantangan dunia yang semakin global dan kompetitif. Akan tetapi, apabila dicermati
secara lebih mendalam, Pendidikan nasional yang berlangsung saat ini dalam dataran
filosofi masi menjadi objek tarik menarik dari berbagai pihak. Pihak tersebut dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Kelompok yang menjadikan Pendidikan sebagai system. Kelompok ini
berasumsi bahwa Pendidikan nasional pada hakikatnya merupakan kesatuan

5
yang bulat dari input, proses, dan output. Berdasarkan sisdiknas, Pendidikan
nasional diselenggarakan sebagai kesatuan sistemik dengan system terbukan
dan system multimakna. Maksudnya adalah Pendidikan dijadikan sebqagai
sebuah siklus yang bersifat mekanis dengan berorientasi pada kuliatan output.
Pendidikan yang demikian mwmiliki nilai positif berupa hasil didik yang
berkualitas dalam hal intelektualitas. Akan tetapi, terdapat pula sisi negative,
yakni lemah dalam hal skill dan sifat humanisnya.
b. Kelompok yang menjadikan Pendidikan sebagai tujuan. Kelompok ini
berasumsi bahwa Pendidikan nasional dijadikan sebagai tujuan dari proses
Pendidikan itu sendiri. Oleh sebab itu, Pendidikan nasional menjadi sebuah
entitas atau wujud yang seolah-olah tidak menginjak bumi Indonesia yang
sarat problem-problem nasional. Hal ini berakibat Pendidikan nasional tidak
mampu menyentuh kehidupan masyarakat luas.
c. Kelompok yang menjadikan Pendidikan sebagai proses. Kelempok ini
berasumsi bahwa Pendidikan adalah sebuah kegiatan yang tidak terlepas dari
kegiatan kehidupan manusia Indonesia dan berlangsung secara terus menerus.
Apabila Pendidikan nasional dianggap sebagai sebuah proses, maka dengan
sendirinya Pendidikan nasional akan berlangsung selama bangsa Indonesia
“eksis” dan akan berlangsung terus menerus.

2. Pengertian Sistem Pendidikan Nasional


a. Pengertian Sistem
Sistem diambil dari bahasa Latin yang bertuliskan “Systema” dan Yunani
yang bertuliskan “Sustema” yang bermakna satu kesatuan yang terdiri atas bagian
atau elemen-elemen yang terhubung secara bersama-sama agar memudahkan suatu
aliran semacam informasi, energi dan materi demi tercapainya suatu arah tujuan.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian sistem menurut para ahli:
 Zahara Idris perpandangan bahwa sistem yaitu satu kesatuan yang terdiri
dari komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai
sumbersumber yang memiliki hubungan fungsional yang teratur, tidak
sekedar acak, yang saling membantu untuk mencapai hasil
 Arifin Rahman menyatakan bahwa sistem yaitu kumpulan pendapat-
pendapat (collection of opinions), prinsip-prinsip (principle) dan lainnya
yang membentuk satu kesatuan satu sama lain.

6
 Hall dan R. Fagen & Collin Cherry. Hall dan R.Fagen berpendapat
pengertian sistem adalah sekumpulan objek yang mencakup hubungan antar
objek tersebut serta hubungan antar sifat yang dimiliki.
 W.Sanjaya menuturkan sistem ialah suatu kesatuan dari komponen
berhubung/berkaitan satu dengan yang lainnya dan berinteraksi demi 10
tercapainya suatu hasil yang diharapkan secara maksimal sesuai atas tujuan
yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, diambil suatu kesimpulan
bahwasannya yang menjadi karakteristik suatu sistem yaitu setiap sistem jelas
memiliki suatu tujuan dan proses. Tujuan sendiri yaitu karakteristik atau ciri-ciri
dari sistem, tidaklah akan ada tujuan tanpa suatu sistem, tujuan ialah suatu haluan
yang mesti dicapai dari pergerakan sistem. Sistem kerap berisi prosesnya, proses
merupakan rangkaian kegiatan, dan kegiatan diarahkan agar tercapainya tujuan.
b. Pengertian Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional adalah satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh
yang saling bertautan dan berhubungan dalam suatu sistem untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional secara umum. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Sistem pendidikan itu sendiri terbentuk dari komponen-komponen yang
terpadu dan saling terkait untuk membangun pendidikan dan mencapai tujuan. PH
Coombs (1968) menyebutkan bahwa terdapat 12 komponen pendidikan, yaitu:
1. Tujuan dan prioritas
2. Peserta didik
3. Manajemen
4. Struktur dan jadwal waktu
5. Isi atau materi

7
6. Dosen dan pelaksana
7. Alat dan sumber belajar
8. Fasilitas
9. Teknologi
10. Pengawasan mutu
11. Penelitian
12. Biaya pendidikan
Keduabelas komponen diatas adalah wajib dipenuhi dalam pelaksanaan
pendidikan. Salah satu saja tidak tersedia maka pendidikan akan menjadi timpang
dan terhambat. Contoh saja terbatasnya biaya pendidikan, maka pelaksanaan
pendidikan akan sangat terbatas karena penyelenggara tidak mendapatkan upah
atau bahkan terhenti karena tidak dapat mengadakan fasilitas penyelenggaraan
pendidikan seperti sumber belajar dan media pembelajaran.
B. Sistem Kelembagaan dan Pengelolaan Pendidikan Nasional
1. Jenis dan Bentuk Kelembagaan Pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui lembaga-lembaga pendidikan
baik dalam bentuk sekolah maupun dalam bentuk kelompok belajar. Berdasarkan
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kelembagaan
pendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendidikan, jenjang pendidikan, serta jenis
program pendidikan.
a. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikanyang sesuai
dengan tujuan pendidikan (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).
Penyelenggaraan Sisdiknas dilakukan dengan dua jalur, yaitu jalur
pendidikan formal, Nonformal dan informal.
1) Pendidikan Formal

b. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai,
dan kemampuan yang dikembangkan (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).

8
Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri
atas jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Sebagai persiapan
untuk memasuki pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang
disebut pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah belum termasuk
jenjang pendidikan formal, tetapi baru merupakan kelompok sepermainan
yang menjembatani anak antara kehidupannya dalam keluarga dengan
sekolah.
1) Jenjang Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan
bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat
berupa pengembangan sikap, pengetahuan, dan
keterampilandasar. Disamping itu juga berfungsi mempersiapkan
peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti
pendidikan menengah. Oleh karena itu pendidikan dasar
menyediakan kesempatan bagi seluruh warga Negara untuk
memperoleh pendidikan yang bersifat dasar, dan tiap-tiap warga
Negara diwajibkan menempuh pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 17
ayat (2), pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan
madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta
sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah
(MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Lebih lanjut pemerintah
menyatakan dalam pasal 34 tentang wajib belajar ayat (1) bahwa
setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti
program wajib belajar.
2) Jenjang Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun
merupakan lanjutan dari pepndidikan dasar guna mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun
memasuki lapangan kerja. Maka dari itu pendidikan menengah
dapat berupa pendidikan menengah umum maupun pendidikan
menengah kejuruan. Pasal 18 ayat (3) menjelaskan bahwa
pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA),
madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan

9
madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
sederajat.
3) Jenjang Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan
menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan/atau professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian.
Pendidikan tinggi juga berfungsi sebagai jembatan antara
pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional dengan
perkembangan internasional. Dalam UU sisdiknas dikatakan
bahwa pendidikan tinggi diselenggarakan secara terbuka.
Maksudnya adalah terbuka bagi siapa saja tanpa memandang
usia. Perguruan tinggi juga berkewajiban menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
disebut perguruan tinggi dan dapat bebentuk akademi, politeknik,
sekolah tinggi, institut, atau universitas.
 Akademi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan terapan dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu
pengetahuan teknologi dan kesenian tertentu.
 Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.
 Sekolah tinggi merupakan perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau professional
dalam satu disiplin ilmu atau bidang tertentu.
 Institut merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah
fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau
professional dalam sekelompok disiplin ilmu yang sejenis.
 Universitas merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas
sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik
dan/atau professional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu.

10
Ouput pendidikan tinggi diharapkan dapat mengisi kebutuhan
yang beraneka ragam dalam masyarakat. Dari segi peserta didik
kenyataan menunjukkan bahwa minat dan bakat mereka beraneka
ragam. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka perguruan tinggi
disusun dalam multistrata. Strata yang dikasud terdiri dari
program diploma (D2 dan D3), program strata satu (S1), program
magister (S2), dan program doktor (S3).
2. Program dan Pengelolaan Pendidikan

a. Jenis Program Pendidikan


Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai
dengan sifat dan kekhususan tujuannya (UU RI No. 2 Tahun 1989 Bab I
Pasal 1 Ayat 4 No. 2 Tahun 1989, Pasal 26, 27, 28, 29, 30, 31). Program
pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari :
1) Pendidikan Umum
Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan
perluasan pengetahuan dan keterampilan peserta didik.
2) Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu.
3) Pendidikan Luar Biasa
Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan khusus yang
diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan
fisik dan/atau mental.
4) Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan khusus yang
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan dalam
pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pedawai
suatu departemen pemerintah atau lembaga pemerintah non
departemen.
5) Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan khusus yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat melaksanakan peranan
yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran
agama.

11
b. Kurikulum Program Pendidikan
Konsep sistem pendidikan nasional direalisir melalui kurikulum.
Kurikulum memberi bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada
peserta didik.
1) Kurikulum Nasional
Tujuan pendidikan nasional dinyatakan di dalam UU RI No. 2
Tahun 1989 Pasal 3, yaitu:
 Terwujudnya bangsa yang cerdas.
 Manusia yang utuh, beriman, dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
 Berbudi pekerti luhur.
 Terampil dan berpengetahuan.
 Sehat jasmani dan rohani.
 Berkepribadian yang mantap dan mandiri.
 Bertanggung jawab pada kemasyarakatan dan
kebangsaan. Yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana
tujuan nasional tersebut dapat dicapai melalui masing-
masing satuan pendidikan.
Dalam hubungan ini Soedijarto (Soedijarto, 1991: 145) merinci kurikulum
atas lima tingkatan, yaitu:
 Tujuan institusional
 Kerangka materi yang memberikan gambaran tentang
bidang-bidang pelajaran yang perlu dipelajari peserta
didik
 Garis besar materi dari suatu bidang pelajaran yang telah
dipilih
 Panduan dan buku-buku pelajaran
 Bentuk dan jenis kegiatan pembelajaran
2) Kurikulum Muatan Lokal
Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan
media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam,
lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan
daerah.

12
Tujuan dilaksanakannya muatan lokal dalam kurkikulum
SD dapat dilihat dari segi kepentingan nasional dan kepentingan
peserta didik. Dalam hubungannya dengan kepentingan nasional,
muatan lokal dapat :
 Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas
daerah.
 Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap
lingkungan ke arah yang positif.
 Dari sudut kepentingan peserta didik muatan lokal dapat :
 Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap
lingkungannya (lingkungan alam, sosial, dan budaya).

C. Permasalahan Sistem Pendidikan Nasional


Penyebab utama kegagalan pendidikan sebuah negara, salah satunya adalah
disebabkan oleh sistem pendidikan yang digunakan, di samping faktor-faktor lain
yang sifatnya lebih kepada masalah-masalah praksis pendidikan,seperti biaya
pendidikan, pemerataan pendidikan, serta kualitas pengajar dan pengelolaan
pendidikan. Sisdiknas yang dipergunakan di Indonesia, tampaknya memang tidak
bisa dilepaskan dari konteks sejarah perjalanan bangsa Indonesiaitu sendiri. Paling
tidak ada dua permasalahan menyangut sisdiknas, yaitu konteks historis dan aplikasi
praksis.
1. Konteks Historis Sisdiknas
UUD 1945 mengamanatkan agar disusun satu sisdiknas, berdasar
fakta,bahwa pada masa penjajahan, pendidikan yang adadi Indonesia
memiliki system yang berbeda-beda dengan tujuan yang berbeda-beda pula.
Ada sistem model Belanda yang mementingkan pengetahuan umum dan
berorientasi pada kerjakantor, ada pendidikan model pesantren yang
berorientasi pada pendidikanagama dan melupakan pengetahuan umum,
dan juga ada model Pendidikan Taman Siswa yang merupakan adaptasi dari
pendidikan Belanda dengan tambahan penekanan pada kebudayaan
nasional. Keinginan dari perintiskemerdekaan pada masa itu, iyalah
memadukan ketiga sistem pendidikan yangada, dengan mengambil yang
terbaik dari ketiganya, sehingga tercipta suatusisdiknas yang menekankan

13
kepada ketiga aspek tersebut, meliputi pengetahuanumum, pendidikan
agama, kebudayan nasional.
Upaya pembentukan satu sisdiknas itu memerlukan waktu yang
lama hampir 45 tahun. Ditahun 1950. Ketika negara kita berhasil membuat
suatu undang-undang pendidikan, pendidikan pesantren dan madrasah
belum dicakup oleh undang-undang tersebut, karena dianggap sebagai
pendidikan luar sekolahdan perlu dibuatkan undang-undang tersendiri,
sekalipun pada akhirnya takpernah terwujud. Jadi bisa dikatan bahwa saat
itu pendidikan islam (dalam hal inimadrasah dan pesantren) masih berada di
luar sistem pendidikan nasional. Danbaru pada tahun 1989, melalui UUSPN
(Undang-Undang Sistem PendidikanNasional), keinginan memasukkan
semua jenis pendidikan di Indonesia kedalam satu sistem itu berhasil
dilakukan, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal,pendidikan
dasar, pendidikan kejuruan, dan sebagainya.
Kelahiran UUSPN No. 2 Tahun 1989 ini dalam situasi pemerintahan
OrdeBaru ingin melanjutkan misi pendidikan nasional Orde Lama yang
dianggap “gagal”. Karena itu, sisdiknas difokuskan kepada
keberlangsungan dan keselamatan negara. Dengan kata lain pendidikan
dilaksanakan sepanjang dapat menjaga kesatuan, keutuhan, kelestarian
idelogi negara.
Setelah era Orde Baru,kemudian pemerintahan reformasi, sisdiknas
yang dianggap menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas bangsa
Indonesia, juga menjadi sasaran untuk direformasi. Upaya dekontruksi
sisdiknas menjadi permasalahan penting di
erareformasi ini. Orde baru dianggap sebagai biang keladi kemandekan atau
“kegagalan” sisdiknasi Indonesia. Era orde baru dianggap sebagai aktor
dibalik keterpurukan sisdiknas, karena salah menerjemahkan UUSPN No 2
Tahun 1989.
Orde baru menerjemahkan dan memanfaatkan undang-undang
tersebut sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan, dengan mematikan
kebebasan ekspresidan kreasi, serta mengekang kebebasan berpikir, dengan
kata lain, undang-undang tersebut telah dijadikan alat untuk
mengeksploitasi individu-individu demi kepentingan politik Orde Baru

14
dengan dalih demi keutuhan dan keselamatan kehidupan berbangsa dan
negara Indonesia.

2. Masalah Penerapan Sisdiknas


Kelemahan sisdiknas sesungguhnya adalah pada konsekuensi logis
dan politis pada penerapannya. dengan sistem yang demikian, maka sisdiknas
mensyaratkan bagi sistem yang bersifat sentral (terpusat) dan sistem yang
dilandasi oleh tindakan penyeragaman (uniformitas). Sistem seperti ini pada
gilirannya menjadikan intervensi pemerintahan yang terlalu berlebihan dalam
bidang pendidikan, hingga pada akhirnya melumpuhkan pendidikan itu
sendiri.Usaha untuk memberikan pengetahuan yang relevan sesuai dengan
kebutuhan masyrakat., menjadi tidak terwujud. Individu-individu peserta
didik akhirnya hanya diekspoitasi dan dimanfaatkan demi kepentingan
pemerintahan atas nama negara dan bangsa.
Latar belakang sosial, budaya, dan agama yang beragam, tidak
diterjemahkan sebagai peluang, melainkan hanya dipandang sebagai
tantangan dan kendala., bahkan dianggap sebagai ancaman bagi timbulnya
disintegritas bangsa, apalagi setelah terjadi nya prahara politik di tahun 1965
dengan munculnya pemberontakan Partai Komunis Indonesia. Alasan sejarah
dan latarbelakang yang demikian menjadi landasan berpikir dalam
penyusunan sisdiknas. Kondisi ini juga ditambah dengan alasan-alasan
politis yang sebenarnya jauhdari nilai-nilai ideal pendidikan. Yakni sebagai
satu upaya untuk melestarikan idelogi. Pada tahap ini, pendidikan Indonesia
sudah menjadi alat yang sistematisbagi pemerintah untuk melestarikan dan
menyelamatkan bangsa dan negara.Tujuan pendidikan nasional menjadi
perwujudan dari tujuan kebijakan politik.
Disisi lain usaha pemerintah memberikan pendidikan moral baik
melaluimata pelajaran pancasila maupun pendidikan agama, hanya lebih
mengedepankan verbalitas dari pada nilai. Akibatnya justru menimbulkan
kecenderungan untuk membawa fragmentasi berpikir anak dan lebih
memperkuat primodialisme nya. Disamping faktor diatas sisdiknasi
Indonesia seperti berdampak negatif bagi perkembangan pendidikan itu
tersendiri, pendidikan menjadi terbelenggu. Padahal seharusnya pendididkan
bersifat membebaskan dan mencerahkan. Segala aktivitas, misalnya berupa

15
penemuan atau karya berharga bagi perkembangan IPTEK jika dianggap
mengganggu“kepentingan negara” maka harus dihentikan. Dampak negatif
lainnya Pendidikan harus berada dalam koridor yang sudah ditentukan.
Akibatnya Pendidikan menjadi sangat birokratis, pendidikan dikekang oleh
peraturan, Pendidikan menjadi kehilangan kreativitasnya, dan bahkan
pendidikan menjadi kehilangan maknanya.
Berdasarkan kenyataan diatas, nampaknya pendidikan nasional harus
dibangun diatas landasan yang kuat dan visi yang jelas, mencakup; ideologi,
epistomologi, dan paradigma.. Ketiganya merupakan lanadasan filosofi
bagisistem pendididkan nasional terpadu yang dilaksanakan dengan
pendekatan proses.
Pada tataran ideologi, perlu bangun ideologi sirkularisme, yakni
sebuah ideologi yang memberikan perhatian yang sangat besar terhadap
hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia, manusia
dengan tuhan,dan manusia dengan dirinya sendiri, sebagai hubungan yang
saling terkait.Pada aspek epistomologi, pendidikan nasional perlu
menggunakan epistomologi sendiri yang mencakup keempat aliran
pengetahuan yang telah ada; empirisme (pengetahuan dari pengalaman indra
lahir), rasionalisme (pengetahuan dari akal), intuisinisme (pengetahuan dari
rasa atau indra batin),skriptualisme (pengetahuan dari keyakinan yang datang
tuhan). Penggunaan epistomologi komprehensif tersebut didasarkan pada
asumsi bahwa hakikat pendidikan nasional adalah proses pengembangan
seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas (keragaman) budaya,
etnis, suku, dan aliran (agama).
Disisi lain pada aspek paradigma pendidikan perlu juga
dikembangkan paradigma baru yang disebut dengan paradigma sinergisitas.
Istilah ini digulirkan oleh Dawam dalam Musthofa (2004: 63), dimaksud
sebagai paradigma (carapandang) manusia terhadap dunia sebagai sebuah
proses yang terus menerus berlangsung secara seimbang, saling
membutuhkan, dan saling memengaruhi,baik dalam kehidupan sosial politik
dan sosial ekonomi, maupun sosial keagamaan dengan sosial sosial ekonomi,
atau sinergisitas dari berbagai aspek kehidupan manusia. Selama ini,
paradigma pendidikan nasional lebih cenderung bersifat statis dan dogmatis.
Dengan demikian, yang perlu ditonjolkan dalam paradigma pendidikan

16
nasional kedepan adalah paradigma yang lebih berorientasi pada proses yakni
paradigma sinergisitas.

BAB III
KESIMPULAN

Sistem pendidikan nasional adalah suatu sistem dalam suatu negara yang mengatur
pendidikan yang ada di negaranya agar dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, agar tercipta
kesejahteraan umum dalam masyarakat. Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional disusun
sedemikian rupa,meskipun secara garis besar ada persamaan dengan sistem pendidikan
nasional bangsa-bangsa lain, sehingga sesuai dengan kebutuhan akan pendidikan dari bangsa
itu sendiri yang secara geografis, demokrafis, histories, dan kultural berciri khas.

17
Jenjang pendidikan diawali dari jenjang pendidikan dasar yang memberikan dasar yang
diperlukan untuk hidup dalam masyarakat dan berupa prasyarat untuk mengikuti pendidikan
menengah. yang diselenggarakan di SLTA. Pendidikan menengah berfungsi memperluas
pendidikan dasar. Dan mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Anisa, N. (n.d.). Retrieved from Program dan Pengelolaan pendidikan:


https://www.academia.edu/9794018/Program_dan_Pengelolaan

Dkk, K. &. (2012). Dasar Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

fatimah, S. (2021). sistem pendidikan nasional. Retrieved from


http://repository.umko.ac.id/id/eprint/269/3/BAB%202%20SRI.pdf

fuad, i. (2005). dasar dasar kependidikan. jakarta: rineka cipta.

sulo, t. d. (1994). pengantar pendidikan. In p. pendidikan. Jakarta : Proyek Pembinaan dan


Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. Dikti ,.

18
Wahyuni, S. (2021). sistem pendidikan nasional. Retrieved from
https://www.academia.edu/45152057/SISTEM_PENDIDIKAN_NASIONAL

19

Anda mungkin juga menyukai