Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“Media Visual Dalam Pembelajaran”


Disusun Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Media Pembelajaran
Dosen Pengampu : Taufik Mustofa, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun Oleh :
Kelompok 6 (Kelas 5E)

1) Muhammad Haekal Zihny (2010631110173)


2) Nurul Azkiya (2010631110179)
3) Nurul Komariah (2010631110180)
4) Rizal Syaefi Abdurahman (2010631110186)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi
maha penyayang. Karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Media Visual Dalam Pembelajaran ”.
Sholawat beserta salam juga senantiasa kami curahkan kepada junjungan alam yakni
nabi besar Muhammad SAW yang membawa umat islam dari zaman kegelapan menuju
zaman terang benerang. Penyusun berterimakasih kepada pihak-pihak yang membantu
penyusun menyelesaikan makalah ini. Sehingga makalah ini bisa selesai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Penyusun berharap makalah ini dapat memberikan hal positif bagi penyusun dan
pembaca. Penyusun memahami bahwa makalah ini sangat jauh dari kata kesempurnaan.
Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah dimasa yang akan datang.

Karawang, 04 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Pengertian Pengembangan Pembelajaran PAI................................................................6
B. Strategi Pengembangan Pembelajaran PAI.....................................................................8
1) Makna Strategi.............................................................................................................8
2) Komponen Strategi Pembelajaran PAI......................................................................10
3) Klasifikasi Strategi Pembelajaran PAI......................................................................12
C. Langkah-langkah Strategi untuk Mengembangkan Strategi Pembelajaran PAI dalam
Merespon Era Digital Mengubah Paradigma.......................................................................13
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam
upaya mempeoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan
memanfaatkan berbagai sumber belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak,
yaitu siswa sebagai subyek maupun obyek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator.
Oleh karena itu, guru harus dapat memanfaatkan berbagai sumber atau alat belajar,
agar bisa lebih baik untuk memotivasi siswa dalam proses pembelajaran. Salah
satunya dengan menggunakan media pembelajaran.
Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran.
Melalui media, proses pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan, misalnya
siswa yang memiliki ketertarikan terhadap warna dapat diberikan media dengan
warna yang menarik, begitu juga dengan media-media yang lainnya. Sama juga
dengan media teknologi, seperti halnya komputer yang banyak berisi tentang
pembelajaran yang dikemas sangat menyenangkan buat siswa, sehingga siswa sangat
tertarik dengan belajar melalui media. Aspek penting lainnya, penggunaan media
dapat membantu memperjelas pesan pembelajaran. Karena informasi yang
disampaikan secara lisan terkadang tidak dapat dipahami oleh siswa, terlebih apabila
guru kurang cakap dalam menjelaskan materi. Maka di sinilah peran media sebagai
alat bantu sangat memperjelas pesan pembelajaran. Sehingga siswa akan lebih tertarik
untuk belajar.
Keberhasilan penggunaan media tidak terlepas dari bagaimana media itu
direncanakan dengan baik. Media yang dapat mengubah perilaku siswa,
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar tentu tidak dapat berlangsung secara
spontanitas. Namun, diperlukan analisis yang komprehensif dengan memperhatikan
berbagai aspek yang dapat mempengaruhi minat atau motivasi siswa untuk belajar,
sehingga hasil pembelajaran yang optimal akan dapat dicapai sesuai dengan yang
dicita-citakan.
Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dan aktual sepanjang
zaman, sebab dengan pendidikan orang menjadi maju. Di samping itu pendidikan
merupakan salah satu wahana dan sarana untuk membangun dan mencerdaskan suatu
bangsa, sehingga bangsa tersebut mampu menyesuaikan diri dalam menghadapi

5
kemajuan saat ini. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu
pengetahuan, maka orang akan mampu mengelolah alam serta isinya yang telah
dikaruniakan oleh Allah SWT. Hal ini akan membawa pwngaru yang cukup besar
terhadap perubahan sosial yang menyangkut berbagai bidang kehidupan yang sangat
luas, tidak hanya perubahan pada tuntunan dan kebutuhan hidup, ekonomi dan
komunikasi tetapi juga dalam bidang sosial budaya khususnya dalam bidang
pendidikan.
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
berbunyi: ”Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Sedangkan syarat mutlak dalam upaya untuk mencerdaskan bangsa Indonesia adalah
dengan meningkatkan pendidikan, baik pendidikan yang bersifat formal, informal
maupun non formal.
Pendidikan anak secara non formal yang diperoleh dari lingkungan keluarga
saja tidak mungkin dapat mengimbangi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
serta arus informasi yang semakin pesat dewasa ini. Sehingga dari sinilah peran serta
pendidikan formal yang ada disuatu madrasah dituntut untuk melaksanakan terhadap
terjadinya proses suatu pendidikan yang tidak hanya mampu mentrensfer ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge) terhadap anak didik namun juga mampu
menentukan dan kecepatan menyelesaikan terhadap aneka ragam permasalahan dan
tantangan kehidupan.
Mengingat sangat pentingnya pendidikan bagi kehidupan, maka pendidikan
harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang
diharapkan. Secara umum esensi daripada pendidikan adalah pembentukan manusia
yang bukan hanya mampu beradaptasi di masyarakat, namun juga dapat
mengembangkan sumber daya Manusia (SDM) secara utuh dalam rangka memajukan
kehidupan bangsa dan Negara.
Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat
penting untuk menjamin dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah-

6
masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi dan
efisiensi pendidikan.
Menghadapi permasalahan tersebut banyak sekali upaya-upaya yang sudah
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak
pernah berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sudah, dan akan dilaksanakan.
Beragam program inovatif ikut serta memeriahkan reformasi pendidikan.
Reformasi pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam sektor
kurikulum, baik struktur maupun prosedur perumusannya. Pembaharuan kurikulum
akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktik pembelajaran baik di dalam
maupun di luar kelas. Salah satu indikator pembaharuan kurikulum ditunjukkan
dengan adanya pemilihan media pendidikan, karena Penggunaan media dapat
mempertinggi kualitas belajar mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas hasil belajar pada siswa. Sebenarnya upaya dalam rangka meningkatkan
kualitas dan mutu pendidikan adalah menjadi tugas dan tanggung jawab semua tenaga
pendidik. Sungguh pun demikian kita akan sependapat, bahwa peranan guru sangat
menentukan, sebab gurulah yang langsung membina para siswa di sekolah melalui
proses pembelajaran. Oleh sebab itu, upaya meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan harus banyak dilakukan oleh guru dalam melakukan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pendidik dan pengajar.
Media telah menunjukkan keunggulannya membantu para guru dan staff
pengajaran dalam penyampaian peran pembelajaran serta lebih cepat dan lebih mudah
ditangkap oleh siswa. Media memiliki kekuatan yang positif dan sinergi yang mampu
mengubah sikap dan tingkah laku mereka ke arah perubahan yang kreatif dan
dinamis. Peranan media sangat dibutuhkan dalam pembelajaran di mana dalam
perkembangannya saat ini media bukan lagi dipandang sebagai sekedar alat bantu
tetapi merupakan bagian yang integral dalam sistem pendidikan dan pembelajaran.
Peranan media yang sangat meningkat ini sering menimbulkan kekhawatiran di pihak
guru. Guru takut apabila kedua fungsinya akan digeser oleh media pendidikan.
Kekhawatiran semacam ini pernah pula terjadi pada saat masuknya buku teks
sebagai hasil ditemukannya mesin cetak di sekolah. Seperti telah dikatakan di depan,
guru pada mulanya merupakan satu-satunya sumber belajar. Tuntutan perkembangan
zaman mengharuskan direkamnya pesan-pesan pendidikan dan pembelajaran secara
tertulis dalam bentuk buku. Pada saat itu guru juga merasa tersaingi oleh media cetak.
Kekhawatiran semacam itu sebenarnya tak perlu ada kalau kita ingat betul tugas dan

7
peranan guru yang sebenarnya. Memberikan perhatian dan bimbingan secara
individual kepada siswa-siswanya adalah tugas penting yang selama ini belum
dilaksanakan oleh guru sebenarnya. Guru dan media pendidikan hendaknya bahu-
membahu dalam memberi kemudahan belajar bagi peserta didik. Perhatian dan
bimbingan secara individual dapat dilaksanakan oleh guru dengan baik sementara
informasi dapat pula disajikan secara jelas, menarik dan teliti oleh media pendidikan.
Diharapkan bagi pendidik agar bisa memilih media yang baik, yang sesuai
dengan keadaan siswa dan materi pelajaran demi mencapai tujuan pembelajaran,
karena kemampuan guru dalam memilih media pendidikan sangat menentukan
kualitas proses belajar mengajar yang dikelolahnya. Salah satu kriteria yang
sebaiknya digunakan dalam pemilihan media adalah dukungan terhadap isi bahan
pelajaran dan kemudahan memperolehnya. Apabila media yang sesuai belum tersedia
maka guru berupaya untuk mengembangkannya sendiri.
Media pendidikan membantu segala sesuatu yang dapat digunakan guru untuk
mencapai tujuan. Secara metodologis media pendidikan bertujuan: (1)Membantu
memperjelas pokok bahasan yang disampaikan guru (2) Membantu memotivasi
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran (3)Membantu para guru mengatasi ruang
tempat dan waktu (4) Memberi pengalaman nyata kepada peserta didik.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar juga dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap
siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pembelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media
pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, prestasi belajar
dan menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data
dan memadatkan informasi.
Kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan
dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang
akan disampaikan kepada peserta didik dapat disederhanakan dengan bantuan media.
Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau
kalimat tersebut. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran

8
media. Dengan demikian peserta didik mudah mencerna bahan dari pada tanpa
bantuan media.
Peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi
dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan, media sebagai alat bantu tidak bisa
digunakan sembarangan menurut sekehendak hati guru, tetapi harus memperhatikan
dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan
pengajaran tentu lebih diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang tentu
saja harus disingkirkan jauh-jauh untuk sementara. Kompetensi guru sendiri patut
dijadikan perhitungan, mampu atau tidak untuk memanfaatkan media tersebut. Jika
tidak, maka jangan memanfaatkannya, sebab hal itu akan sia-sia malahan bisa
mengacaukan jalannya proses belajar mengajar. Tujuan pengajaran harus dijadikan
sebagai pangkal acuan untuk memanfaatkan media. Manakala diabaikan, maka media
bukan lagi sebagai alat suatu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Di era globalisasi sekarang ini, tidak dapat dipungkiri lagi bahwasannya cukup
banyak jenis dan bentuk media pembelajaran yang telah dikenal, mulai dari yang
sederhana sampai yang berteknologi tinggi. Semakin lengkap media yang digunakan
maka semakin baik hasil yang dicapai.
Dilihat dari jenisnya media dibagi ke dalam media auditif, visual, dan audio
visual. Media auditif adalah media yang banyak mengandalkan kemampuan suara
saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam, dan lain-lain. Media visual
adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan, seperti film strip, slide,
film bisu, foto/ gambar, grafik, globe/ peta, chart/ bagan, diagram, OHP, dan lain-lain.
Sedangkan media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi
kedua jenis media yang pertama dan ke dua.
Dari beberapa jenis dan bentuk media, kiranya patut menjadi perhatian dan
pertimbangan agar dapat memilih media yang dianggap tepat untuk menunjang
pencapaian tujuan pegajaran. Media yang sering dimanfaatkan dalam kegiatan
pembelajaran adalah media visual, karena media ini merupakan media yang sederhana
dan mudah dijangkau baik dari kalangan ningrat sampai pada kalangan melarat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Media Pembelajaran

9
2. Apa yang dimaksud Media Pembelajaran Visual
3. Apa saja Langkah-langkah Pengembangan Pembelajaran PAI
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pengembangan Pembelajaran PAI
2. Untuk Mengetahui Strategi Pengembangan Pembelajaran PAI
3. Untuk Mengetahui Langkah-langkah Pengembangan Pembelajaran PAI

10
BAB II
PEMBAHASAN

A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar” dengan
demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur
pesan. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan.
Oleh sebab itu, media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya
memengruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengannya.
Media pembelajaran adalah sebagai penyampaian pesan (the carriers of
massages). Dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan (the receiver of the
massages). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu
sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan Berdasarkan
definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan sarana
pelantara dalam proses pembelajaran.
Mengapa harus dibutuhkan media di dalam proses pembelajaran ?
Sebelumnya, kita harus mengetahi terlebih dahulu konsep abstrak dan konkrit
dalam pembelajaran. Pada hakekatnya, proses belajar mengajar adalah proses
komunikasi, penyampaiann pesan dari pengantar ke penerima. Dalam definisi
tersebut, ada kalanya peserta didik berhasil dan adakalanya tidak berhasil atau
gagal. Kegagalan terjadi jika peserta didik tidak mampu memahami apa yang
didengar, dibaca, dilihat, ataupun diamati. Kegagalan itu disebabkan oleh
gangguan yang menjadi penghambat komunikasi yang dalam proses komunikasi
dikenal dengan istilah barriers atau noise. Semakin banyak verbalisme, semakin
abstrak pemahaman yang diterima.
2. Pentingnya Media dalam Pembelajaran
Penggunaan media dalam pembelajaran bertitik tolak dari teori yang
mengatakan, bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh seseorang terbanyak dan tertinggi

11
adalah melalui indera penglihatan serta melalui pengalaman langsung, sedangkan
selebihnya melalui indera pendengaran dan indera lainnya.
Lebih lanjut, John M. Lannon mengemukakan, bahwa media pembelajaran,
khususnya alat-alat pandang dengar dapat: (a) Menarik minat siswa. (b)
Meningkatkan pemahaman siswa (c) Memberikan data yang kuat dan terpercaya.
(d) Memadatkan informasi. (e) Memudahkan menafsirkan data.
3. Jenis-jenis Media
Media pembelajaran meliputi berbagai jenis, antara lain: Pertama, Media
gerafis atau media dua dimensi, seperti gambar, foto, grafik atau diagram; Kedua,
Media model solid atau media dimensi tiga, seperti model-model benda ruang
dimensi tiga, diorama, dsb. Ketiga, Media proyeksi seperti film, film strip, OHP;
Keempat, Media informasi, computer, internet. Kelima, Lingkungan.
Jenis-jenis media menurut Sayiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaiin adalah :
1) Dilihat dari jenis-jenisnya, media dibagi kedalam:
a) Media Auditif
Media audif adalah media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan
hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli mempunyai kelainan
dalam pendengaran.
b) Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
pengelihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar
diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto,
gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media yang menampilkan
gambar atau symbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.
c) Media Audio Visual
Media Audio Visual adalah media yang mempunyai unsur
suara dan unsure gambar. Jenis media ini mempunyai kemajuan
yang lebih baik, karna meliputi kedua jenia media yang pertama
dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:
 Audio Visual Diam, yaitu media yang menampilkan suara
dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides),
film rangkai suara, cetak suara.

12
 Audio Visual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan
unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara
dan video-cassette.
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan,
orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia
pendidikan (misalnya teori atau konsep baru dan teknologi), media pendidikan
(pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis
dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri. Dari sinilah
kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan
media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media pendidikan atau
pembelajaran.
2) Dilihat dari daya liputannya. Media dibagi kedalam :
a) Media dengan daya liput luas dan serentak
b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
c) Media untuk pengajaran individu
3) Dilihat dari bahan pembuatannya. Media dibagi dalam :
a) Media sederhana
b) Meida kompleks
4. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat yang sangat besar bagi guru dan siswa. Secara umum, manfaat yang
diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah
waktu belajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan
proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja serta sikap
belajar siwa dapat ditingkatkan.
Manfaat tersebut akan diperoleh mengingat terhadap keunggulan dari sebuah
multimedia pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a. Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti
kuman, bakteri, dan electron.
b. Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke
sekolah, seperti gajah, rumah, dan gunung.
c. Menyajikan benda atau pristiwa yang kompleks, rumit, dan berlangsung
cepat atau lambat, seperti system tubuh manusia, berkerjanya suatu mesin,
beredarnya pelanet Mars, dan berkembangnya.

13
d. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, dan
salju.
e. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung
merapi, harimau, dan racun.
f. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
Sedangkan manfaat media pendidikan menurut usman adalah sebagai
berikut:
a. Mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa
b. Interaksi langsung anatara siswa dan lingkungan
c. Menghasilkan pengamatan yang seragam
d. Menanamkan konsep yang benar dan kongkrit
e. Membangkitkan keinginan dan minat yang baru
f. Menumbuhkan motifasi belajar siswa
g. Memberikan pengalaman yang konkrit menjadi abstrak
Dari beberapa uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat
dari media pembelajaran adalah untuk mempermudah transfer ilmu atau
pengetahuan kepada siswa dan memudahkan proses pemahaman serta
penggalian makna dari apa yang disampaikan melalui media pembelajaran
tersebut.

14
B. Media Visual dalam Pembelajaran
1. Pengertian Media Visual dalam Pembelajaran
Dalam pembahasan ini akan membahas masalah media visual, media Visual
merupakan bentuk media pembelajaran yang mudah dan terjangkau.
Menurut Gearlah bahwa media apabila difahami secara umum media itu
meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Disamping menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih
banyak, materi audio dapat digunakan untuk :
1) Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang
telah didengar;
2) Mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan menggunakan
pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi;
3) Menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa;
4) Menyampaikan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat
kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu masalah.
Sementara itu media berbasis visual seperti foto, gambar/ilustrasi,
sketsa/gambar garis, grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk
atau lebih. Oleh sebab itu Media Visual adalah media yang mempunyai
unsur suara dan unsure gambar. Jenis media ini mempunyai kemajuan
yang lebih baik, karna meliputi kedua jenia media yang pertama dan
kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam :
1) Visual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam
seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak suara.
2) Visual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette.

15
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi
pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke
dalam dunia pendidikan (misalnya teori atau konsep baru dan teknologi),
media pendidikan (pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan
tampil dalam berbagai jenis dan format, dengan masing-masing ciri dan
kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk
melakukan klasifikasi atau pengelompokan media, yang mengarah kepada
pembuatan taksonomi media pendidikan atau pembelajaran.
Adapun kelemahan dan kelebihan Visual antara lain:
2. Kelebihan dan Kekurangan Visual
1) Kekurangan Visual
a) Sering dianggap sebagai hiburan TV
b) Kegiatan melihat video adalah kegiatan pasif c) Menggunakan video berarti
memerlukan dua unit alat, yaitu VCD/DVD dan monitor TV
c) Dibandingkan dengan media lainnya, harganya relatif lebih mahal
d) Siswa tidak bisa melihat secara cepat bagian-bagian yang sudah tayangan yang
sudah terlewatkan
e) Tidak mudah dibawa kemana – mana, beberapa media pembelajaran audio
visual yang memiliki ukuran besar, cukup menyulitkan untuk dibawa kesana-
kemari. Begitu pula untuk menyajikan media pembelajaran audio visual yang
diproyeksikan, tentu membutuhkan banyak benda-benda penunjang yang
cukup merepotkan untuk selalu dibawa-bawa
f) Membutuhkan listrik, Untuk media pembelajaran audio visual yang diputar
atau diproyeksikan, harus membutuhkan listrik. Hal ini cukup merepotkan
apabila terjadi gangguan di sumber listrik, dan cukup membahayakan apabila
tidak digunakan dengan hati-hati.
g) Apabila dipakai oleh murid-murid, kemungkinan cepat rusak, Salah satu
keuntungan dari media pembelajaran visual adalah dapat digunakan juga oleh
peserta didik. Namun, dari keuntungan ini, muncul kerugian juga, karena
apabila digunakan dengan banyak orang, media yang digunakan dapat menjadi
cepat rusak.

16
C. Strategi Pengembangan Pembelajaran PAI
Pengembangan strategi pembelajaran memerlukan landasan teori agar hasil
pengembangannya dapat terarah dan sesuai apa yang diinginkan. Dalam kajian ini,
penulis menggunakan teori yang dikembangkan Crowl, Kaminsky & Podell dalam Sri
Anita W, menjelaskan tiga teori yang menjadi landasan pengembangan strategi
pembelajaran, yaitu; (1) Pengalaman belajar yang dikembangkan oleh Gagne (2) .
Discovery learning yang dikembangkan oleh Bruner, yang mengarahkan proses
pembelajaran dimulai dari problem solving dari pendidik untuk meningkatkan
kemampuan peseerta didik dalam mengkaji dan mendeskripsikan pemecahan
masalahnya; (3). Advance Organizers yang dikembangkan oleh Ausubel, suatu
argumen yang memberikan arahan dan membantu pesrta didik untuk mempersiapkan
pembelajaran dan memberikan pedoman korelasi antara apa yang akan dipelajari
dengan konstruk (konsep) atau ide yang lebih komprehensif.
1) Makna Strategi
Secara etimologi, strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos”
yang memiliki makna, yaitu; suatu usaha untuk mencapai suatu kemenangan
dalam suatu peperangan. Pada awalnya kata strategi digunakan dalam
lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang
yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks
pembelajaran yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran. Sedang dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, strategi memiliki beberapa arti, yaitu;
(a) ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa (bangsa) untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai; (b) ilmu dan
seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang; (c)
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat
diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a
particular educational goal. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan
rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang

17
disusun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan
pembelajaran.
Selanjutnya, Djamarah dalam Riyanto menjelaskan sebagai berikut;
“Bahwa secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Berkaitan dengan pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola
umum kegiatan pendidik dengan anak didik dalam perwujudan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan”.
Senada hal tersebut, Dick dan Carey menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
adalah semua komponen materi/paket pengajaran dan prosedur yang
digunakan untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran.
Secara operasional pengertian strategi pembelajaran dapat dipahami tentang
pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan strategi pembelajaran sebgaimana
yang telah dirumuskan Slameto dalam Riyanto, bahwa strategi pembelajaran
mencakup jawaban atas pertanyaan :
1) Siapa melakukan apa dan menggunakan alat apa dalam proses
pembelajaran. Kegiatan ini menyangkut peranan sumber, penggunaan
bahan, dan alat-alat bantu pembelajaran.
2) Bagaimana melaksanakan tugas pembelajaran yang telah memberikan
hasil yang optimal. Kegiatan ini menyangkut metode dan teknik
pembelajaran.
3) Kapan dan di mana kegiatan pembelajaran dilaksanakan serta berapa
lama kegiatan tersebut dilaksanakan didefinisikan (hasil analisis)
sehingga tugas tersebut dapat dilaksanakan.
Kemudian senada hal tersebut, Twelker mengemukakan bahwa pada
dasarnya strategi pembelajaran mencakup empat hal, yaitu :
(1) Penetapan tujuan pengajaran,
(2) Penetapan sistem pendekatan pembelajaran,
(3) Pemilihan dan penetapan metode, teknik dan prosedur pembelajaran.
Termasuk penetapan alat, media, sumber dan fasilitas pengajaran serta
penetapan langkah-langkah strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran dan
pengelolaan waktu),
(4) Penetapan kriteria keberhasilan proses pembelajaran dari dan dengan
evaluasi yang digunakan.

18
Dari berbagai perspektif tersebut, bahwa strategi pembelajaran dapat
dideskripsikan suatu rancangan atau rencana yang disusun oleh pendidik untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai atau menjalankan rencana
tersebut dibutuhkan suatu metode, yang disebut dengan metode pembelajaran.
Sedang untuk mengimplementasikan suatu metode pembelajaran dibutuhkan
tehnik pembelajaran. Seorang pendidik yang melaksanakan tehnik
pembelajaran memiliki gaya pembelajaran masing-masing. Misalnya, ada
pendidik memiliki gaya humoris; dan ada pula pendidik memiliki gaya serius
tapi santai dan ada juga pendidik memiliki gaya serius dari awal pembelajaran
sampai akhir pembelajaran. Dalam memandang atau sudut pandang pendidik
terhadap proses pembelajaran disebut dengan pendekatan pembelajaran.
2) Komponen Strategi Pembelajaran PAI
Dick dan Carey, menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi
pembelajaran, yaitu (a) kegiatan pembelajaran pendahuluan, (b) penyampaian
informasi, (c) partisipasi peserta didik, (d) tes, dan (e) kegiatan lanjutan.
Sedangkan Bambang Warsita menyebutkan dengan mengelompokan strategi
pembelajaran menjadi lima komponen yaitu (a) urutan kegiatan pembelajaran;
(b) metode pembelajaran; (c) media yang digunakan; (d) waktu tatap muka;
(e) pengelolaan kelas.
Untuk memahami secara luas dan mendalam komponen-komponen
tersebut, maka penulis akan mengembangkan dalam uraian berikut ini.
Pertama, kegiatan pembelajaran pendahuluan; pada kegiatan awal
pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik dan peserta didik dapat
termotivasi dalam pembelajaran, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan,
diantaranya; (a) memastikan kelas tertata rapi dan bersih, (b) mengatur posisi
peserta didik, (c) memberikan apersepsi dan motivasi kepada peserta didik
dengan menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut,
(d) membangun kerangka pikir peserta didik tentang materi yang akan
dipelajari dengan menyampaikan pokok-pokok materi pada setiap sub bab dan
keterkaitan pokok-pokok materi tersebut.
Kedua, menyampaikan informasi; tehnik penyampaian informasi
(materi) kepada peserta didik harus menggunakan bahasa yang mudah
dipahami dan tidak bertele-tele. Sehingga apa yang disampaikan mudah

19
dicerna dan dipahami oleh peserta didik. Sedangkan hal-hal yang perlu
disampaikan pada saat pembelajaran adalah hal-hal pokok materi yang
diajarkan, serta tujuan dan manfaat materi tersebut baik yang bersifat subtantif
maupun yang bersifat pragmatis untuk peserta didik dan masyarakat umum
lainnya.
Ketiga, partisipasi peserta didik; dalam paradigma pendidikan sekarang
ini, bahwa peserta didik harus menjadi pusat pembelajaran atau dengan istilah
student centred learning (SCL), sedang pendidik hanya menjadi pasilitator
dalam pembelajaran. Untuk membangun paradigma tersebut, para ahli
melahirkan atau merumuskan strategi pembelajaran yang berpusat kepada
peserta didik. Misalnya, strategi pembelajaran coverative learning, active
learning, atau dengan istilah yang kita kenal Cara Belajar Peserta didik Aktif
(CBSA).
Keempat, tes; untuk mengetahui materi yang disampaikan atau
diinformasikan kapada peserta didik paham atau tidak, maka harus dilakukan
tes atau evaluasi. Tes atau evaluasi merupakan salah satu komponen yang
sangat penting dalam proses pembelajaran. Oleh karena, dengan adanya tes
atau evaluasi seorang peserta didik akan mengetahui tingkat kemampuannya;
seorang pendidik akan memahami tepat atau tidak strategi dan metode yang
digunakan. Akan tetapi, hal yang kurang dilakukan oleh pendidik adalah
refleksi terhadap strategi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran.
Sehingga apabila terjadi kagagalan atau kurang berhasilnya pembelajaran
dilimpahkan kepada peserta didik. Pada hal berhasil atau tidaknya
pembelajaran sangat ditentukan oleh pendidik itu sendiri. Tentunya, tidak
menapikan komponen-komponen lainnya.
Kelima, kegiatan lanjutan; dalam kegiatan lanjutan ini setelah tes, hal
yang perlu dilakukan adalah setelah diperiksa hasil tes peserta didik; bagi
peserta didik yang tidak tuntas akan diadakan remedial setelah diberikan
pengayaan terhadap kompetensi dasar (KD) yang belum dipahami atau belum
tuntas. Sedang bagi peserta didik yang sudah tuntas (mencapai KKM) juga
diberikan pengayaan yang bersifat pengembangan.
Kemudian komponen yang penting selain yang disebutkan di atas
adalah pendidik yang bersifat inovatif dan kreatif dalam merancang dan
menyusun strategi pembelajaran. Pendidik yang inovatif dan kreatif dalam

20
merancang dan menyusun strategi pembelajaran akan merespon tingkat
perkembangan peserta didik, termasuk memperhatikan realitas kehidupan
masyarakat sekarang ini. Masyarakat sekarang ini, khususnya peserta didik
sangat akrab dengan alat digital, seperti; Hand Phone Smart, Laptop, dan alat
digital lainnya. Untuk itu, seorang pendidik harus merespon realitas kehidupan
masyarakat atau peserta didik dengan merancang dan menyusun strategi
pembelajaran berbasis digital. Dengan menyelami kondisi atau keadaan
peserta didik, dan akan memberikan sesuai dengan bakat dan minatnya; maka
mendorong motivasi peserta didik untuk mengikuti secara sungguh-sungguh
atau serius proses pembelajaran.
3) Klasifikasi Strategi Pembelajaran PAI
Sanjaya dalam Eka terdapat beberapa strategi pembelajaran yang
dianjurkan untuk diimplementasikan oleh seorang pendidik, yaitu; (a) Strategi
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif (berpikir),
(b) Strategi pembelajaran kooperatif, (c) Strategi pembelajaran afektif.
Berikut ini, akan dijelaskan ketiga klasifikasi strategi pembelajaran
tersebut yaitu;
pertama, Strategi pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan
kepada kemampuan berpikir peserta didik. Strategi pembelajaran ini materi
pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada peserta didik, akan tetapi peserta
didik dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai
melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman
peserta didik. Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan
kemampuan berpikir peserta didik melalui telaahan fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan.
Kedua, strategi pembelajaran kooperatif; Model pembelajaran
kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik
dalam kelompokkelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran
kooperatif yaitu: (a) adanya peserta dalam kelompok, (b) adanya aturan

21
kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap kelompok, dan (d) adanya tujuan
yang harus dicapai dalam kelompok belajar.
Ketiga, Strategi pembelajaran afektif memiliki perbedaan dengan
strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan (skill). Afektif berhubungan
dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran
seseorang yang tumbuh dari dalam diri peserta didik. Dalam batas tertentu
memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi
penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung
jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal
ini tidaklah mudah untuk dilakukan.
Setelah melihat konsep dasar strategi pembelajaran tersebut, baik
dilihat dari segi pengertian, komponen, dan klasifikasinya dapat memberikan
gambaran bahwa mengembangkan strategi pembelajaran sangat urgen dalam
dunia pendidikan. Kurang tepatnya atau gagalnya strategi yang
diimplementasikan dalam proses pembelajaran berakibat gagalnya untuk
mencapai tujuan pendidikan. Sama halnya, kalah strategi dalam peperangan
bisa berakibat fatal; kemenagan yang didambakan—kekalahan yang diraih.
Atau dalam permainan sepak bola, pelatih senantiasa mengatur strategi
pemainnya agar dapat menang dalam permainan tersebut.
Kemudian strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang
dimaksud dalam tulisan ini adalah strategi pembelajaran yang
diimplementasikan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) baik ditingkat sekolah, maupun ditingkat
madrasah atau pesantren (diniyah). Walaupun istilah Pendidikan Agama Islam
(PAI) di madrasah/pesantren (diniyah) disebut dengan pendidikan keagamaan
Islam. Hal ini sesuai dengan Peranturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun
2007.
D. Langkah-langkah Strategi untuk Mengembangkan Strategi Pembelajaran PAI
dalam Merespon Era Digital Mengubah Paradigma
Langkah awal yang harus dilakukan dalam mengembangkan strategi
pembelajaran PAI adalah mengubah paradigma atau cara pandang kita terhadap
pembelajaran PAI itu sendiri. Oleh karena paradigma merupakan landasan ke mana
arah dan tujuan pembelajaran itu. Pada sebagian atau bahkan secara umum pendidik

22
PAI sekarang ini, paradigma yang dikembangkan adalah paradigma tekstual yang
stagnan pada normatif tanpa mengkaji secara kontekstual (apa yang menjadi
kebutuhan peserta didik dalam menghadapi kehidupannya kelak setelah tamat).
Sehingga pembelajaran PAI di sekolah/madrasah kurang bermakna pada peserta
didik. Bahkan terkesan hanya mementingkan pada nilai kognitifnya sehingga peserta
didik tersebut dapat lulus dalam ujian.
Senada hal tersebut, Musa Asy’arie menjelaskan berikut ini;
“bahwa pendidikan sekolah kita seharusnya dikembalikan kepada realitas dinamika
masyarakatnya, bukan menjadi menara gading yang tercabut dari akar kehidupan
masyarakatnya sendiri. Pendidikan sekolah bukan untuk mengajarkan mimpi dan anti
realitas, tetapi menjadi bagian yang sah dari realitas hidup masyarakatnya sendiri
untuk mencari jawab atas proses dialektika yang terus bergolak dalam kehidupan
masyarakatnya”.
Uraian Musa Asy’arie ini terkait pendidikan secara umum, akan tetapi itu juga
yang terjadi pada PAI; baik dari segi materinya maupun dari segi pengembangan
strategi pembelajaran. Dalam era digital sekarang ini, perlu membangun paradigma
atau pendekatan secara kontekstual (mengkaji dalil-dalil syar’i sebagai sumber materi
PAI sesuai dengan tuntutan zaman/realiatas masyarakat) dan integratif (keterpaduan
nilai sains dan teknologi dan nilai-nilai iman dan taqwa/ IPTEK dan IMTAQ) dalam
mengembangkan strategi pembelajaran PAI. Di samping itu, kita jangan hanya
terjebak pada dalil syar’i yang bersifat qauliyah (terucap dalam al-Qur’an) sebagai
sumber materi PAI, akan tetapi perlu mengkaji dalil yang bersifat kauniyah
(tercipta/gejala alam) menjadi pedoman dalam pengembangan materi PAI. Zaman
sekarang ini, menuntut kita untuk menguasai sains dan teknologi, informasi dan
komunikasi, dan alat teknologi lainnya.
Untuk mengaktualisasikan konsep tersebut, penulis mencoba merumuskan
kerangka pikir pengembangan strategi pembelajaran PAI yang bersifat integratif
sebagaimana telah dijelaskan di atas.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengkaji dan mendeskripsikan konsep dasar pengembangan strategi
pembelajaran, maka dirimuskan suatu model pengembangan strategi pembelajaran yang
dapat merespon perkembangan masyarakat di era digital atau biasa disebut era revolusi 4.0
(digitalisasi industri). Mind set atau pola pikir yang terbangun dalam masyarakat bahwa
pembelajaran PAI bersifat konvensional dan tradisional yang membuat peserta didik tidak
termotivasi dalam belajar; menganggap bahwa pendidik PAI telah gagal dalam
menginternalisasikan nilai-nilai moral, religius; dan hanya bersfifat normatif tidak
mengakar dan merespon perkembangan masyarakat; banyak peserta didik yang terlibat
dalam perbuatan amoral dan asusila.
Atas dasar itulah, penulis merumuskan atau mengembangkan model strategi
pembelajaran PAI yang bersifat integratif (nilai religius, sains dan teknologi) dalam Atas
dasar itulah, penulis merumuskan atau mengembangkan model strategi pembelajaran PAI
yang bersifat integratif (nilai religius, sains dan teknologi) dalam merespon perkembangan
masyarakat di eara digital sekarang ini. Tentunya, tulisan ini masih sangat terbatas dan
perlu pengkajian serta penelitian lebih lanjut untuk mencapai konsep lebih fungsional dan
komprehensif.

24
DAFTAR PUSTAKA
Jailani, M., Widodo, H., & Fatimah, S. (2021). Pengembangan Materi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam: Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam. Jurnal Kependidikan Islam, 11(1), 142–
155. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh
Tang, M. (2018). Pengembangan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
Merespon Era Digital. Fikrotuna, 7(1), 717–740. https://doi.org/10.32806/jf.v7i1.3173
Wahyujati, B. B. (2006). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Jiv, 1(1), 91–98.
https://doi.org/10.21009/jiv.0101.11

25

Anda mungkin juga menyukai