Anda di halaman 1dari 29

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu: Dwi Setyorini, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok II :

Rina Yuniarti A22122099

Yosphita Sevianti A22122121

Nabila Aulia A22122123

Nur Wahyuni A22122138

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kami


panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Perkembangan
Media Pembelajaranini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Makalah ini dibuat untuk pemenuhan tugas mata kuliah Desain Media
Pembelajaraan.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dosen pengajar kami Ibu Dwi Setyorini, S.Pd., M.Pd. Tiada
yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna,
karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan
makalah kami selanjutnya.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang
membacanya. Semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Palu, 19 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................4
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................5
1.3 Tujuan ........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................6
2.1 Hakikat pengembangan media pembelajaran .............................................6
2.2 prinsip pengembangan media pembelajaran.................................................8
2.3 prosedur pengembangan media pembelajaran ..............................................10
2.4 Jenis-jenis pengembangan media pembelajaran ...........................................13
2.5 Peran Guru dalam pengembangan media pembelajaran ...............................21
BAB III PENUTUP .........................................................................................27
3.1. Kesimpulan ...............................................................................................27
3.2. Saran .........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses penyampaian
komunikasi, dimana guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai
penerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh guru berupa isi atau ajaran
yang dituangkan pada suatu simbol-simbol baik verbal (kata-kata dan
tulisan) maupun non verbal. Dalam dunia pendidikan proses pengajaran
memiliki perantara pada penyampaian komunikasi, salah satunya dengan
media sebagai alat bantu menyampaikan isi materi dan bahan ajar. Agar bahan
ajar tersebut bisa tersampaikan dengan efektif diperlukan alat bantu
teknologi pendidikan yang bisa memacu konsep pembelajaran dengan
kriteria holistik, bermakna, otentik dan aktif.
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-
orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar
mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Achmad
Munib, 2004).Oleh karena itu pendidikan diharapkan benar-benar diarahkan
untuk menjadikan peserta didik mampu mencapai proses pendewasaan dan
kemandirian.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Pendidikan sebagai
salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendewasaan manusia
tentu di satu sisi memiliki andil yang besar bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut, namun di sisi lain pendidikan juga perlu
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu
mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berpengaruh terhadap
penggunaan alat-alat bantu mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga-
lembaga pendidikan lainnya. Dewasa ini pembelajaran di sekolah mulai
disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi, sehingga terjadi

4
perubahan dan pergeseran paradigma pendidikan (Hujair, 2009). Hal ini
mengindikasikan bahwa penggunaan teknologi informasi dalam proses
pembelajaran di kelas, sudah menjadi suatu kebutuhan sekaligus tuntutan di era
global ini.
Guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, perlu
dikembangkan berbagai model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Hal
ini perlu dilakukan agar proses pembelajaran tidak terkesan kurang menarik,
monoton dan membosankansehingga akan menghambat terjadinya transfer
of knowledge. Oleh karena itu peran media dalam proses pembelajaran
menjadi penting karena akan menjadikan proses pembelajaran tersebut menjadi
lebih bervariasi dan tidak membosankan.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hakikat pengembangan media pembelajaran?
2. Bagaimanakah prinsip pengembangan media pembelajaran?
3. Bagaimanakah prosedur pengembangan media pembelajaran?
4. Bagaimanakah jenis-jenis pengembangan media pembelajaran?
5. Bagaimana peran Guru dalam pengembangan media pembelajaran?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui hakikat pengembangan media pembelajaran
2. Mengetahui prinsip pengembangan media pembelajaran
3. Mengetahui prosedur pengembangan media pembelajaran
4. Mengetahui jenis-jenis pengembangan media pembelajaran
5. Mengetahui peran Guru dalam pengembangan media pembelajaran

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hakikat pengembangan media pembelajaran


Pengembangan memiliki arti pertumbuhan, perubahan secara perlahan dan
perkembangan secara bertahap.Pertumbuhan yang dimaksud adalah
berkembang secara terus menerus, sedangkan berubah adalah menjadi tidak
seperti di awal artinya berubah menjadi yang lebih baik. Karena pokok bahasan
yang dimaksud disini adalah pendidikan maka harapanya kedepan menuju
perubahan dan pertumbuhan kearah yang lebih baik melalui tahapan tahapan
tertentu serta perencanaan yang matang.
Media merupakan sumber belajar sehingga secara luas media pembelajaran
dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan
siswa memperoleh pengetahuan serta keterampilan. Dengan menggunakan
media, proses pengajaran akan tersampaikan dengan baik dan pembelajaran
tidak menjadi monoton. Sehingga, target yang diharapkan bisa terlaksana
dengan baik.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik kepada peserta
didik agar terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan atau dengan kata lain
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh
kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
melakukan suatu pekerjaan. Pada proses pembelajaran, media merupakan
wadah dan penyalur pesan dari guru atau sumber belajar kepada siswa guna
mencapai tujuan pembelajaran.
Beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan media
pembelajaran adalah proses merancang, membuat, menyempurnakan serta
mengembangkan suatu produk yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan (materi pembelajaran) dari pengirim dalam hal ini guru ke penerima
(siswa) sehingga dapat merangsang perhatian, pikiran, minat, motivasi serta

6
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar lebih efektif dan
efesien agar tujuan pembelajaran tercapai dengan sempurna.
Media pembelajaran merupakan alat yang dapat membantu guru dalam
proses belajar mengajar dan berfungi untuk membantu dalam menyampaikan
pesan kepada siswa sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan dan hasil
belajar siswa menjadi lebih baik. Dengan media pembelajaran maka kualitas
belajar menjadi meningkat karena tidak hanya guru yang aktif memberikan
materi kepada siswa tetapi siswa juga dapat aktif di dalam kelas dan terlibat
dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih muudah mnerima materi yang
disampaikan oleh guru.
Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan
adanya media pembelajaran:
1. Proses belajar mengajar menjadi mudah dan menarik Dengan adanya
media pembelajaran, guru dapat menyampaikan materi pembelajaran
menjadi menarik dan mudah dimengerti oleh siswa. Sehingga siswa
dapat mengerti dan memahami pelajaran dengan mudah.
2. Efisiensi belajar siswa dapat meningkat Siswa yang belajar dengan
menggunakan media maka belajar menjadi lebih efisien karena sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Guru memberikan materi bisa lebih
berurutan dengan memberikan materi yang lebih mudah terlebih dahulu.
3. Membantu konsentrasi belajar siswa Media pembelajaran yang menarik
dan sesuai dengan kebutuhan siswa maka dapat membantu konsentrasi
belajar siswa di dalam kelas dalam menerima materi yang diberikan oleh
guru. Siswa tidak merasa bosan berada di dalam kelas dalam menerima
materi yang di berikan guru karena dengan menampilkan media
pembelajaran maka siswa menjadi senang berada di dalam kelas untuk
belajar dengan baik.
4. Meningkatkan motivasi belajar siswa Media pembelajaran dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga ketika guru
menyampaikan materi di dalam kelas maka perhatian siswa terhadap
pelajaran dapat meningkat. Guru dapat menampilkan media

7
pembelajaran yang menarik perhatian siswa sebelum pembelajaran di
mulai.
5. Memberikan pengalaman menyeluruh dalam belajar Dalam proses
pembelajaran, siswa bukan hanya memahami hal absrak yang di
sampaikan guru tetapi siswa juga harus memahami secara nyata dari
materi tersebut. Guru menggunakan media pembelajaran untuk
membantu siswa supaya mempunyai lebih mengerti materi secara
keseluruhan. Sehingga guru daan siswa mempunyai pengalaman yang
sama dalam belajar.
6. Siswa terlibat dalam proses pembelajaran Supaya proses pembelajaran
di dalam kelas berlangsung dengan baik, bukan hanya guru yang terlibat
aktif di dalam kelas tetapi siswa juga aktif mengikuti dan terlibat dalam
proses pembelajaran. Siswa bukan hanya sebagai objek tetapi menjadi
subjek dalam kegiatan belajar. Maka siswa memiliki kesempatan
melakukan kreativitas dan mengembangkan potensi yang dimiliki
melalui aktivitas dalam proses pembelajaran.
2.2.Prinsip pengembangan media pembelajaran
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan
media pembelajaran, yaitu:
a. Prinsip Efektifitas dan Efisiensi
Efektivitas yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah
keberhasilan pembelajaran yang dapat diukur berdasarkan tingkat
ketercapaian tujuan yang dapat dilihat setelah pembelajaran telah selesai
dilakukan. Sementara itu efisiensi merupakan pencapaian tujuan
pembelajaran dengan sumber daya seminimal mungkin. Materi yang
disampaikan melalui media ini akan lebih mudah dipahami oleh siswa
(Arsyad, 2013:75-76).
b. Prinsip Taraf Berpikir Siswa
Seperti yang kita ketahui bahwa sebenarnya media hanyalah
berfungsi sebagai sebagai alat bantu di dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam hal ini media hanya sebagai sarana yang bisa memberikan

8
pengalaman visual pada siswa dalam upaya memotivasi dalam belajar,
memperjelas materi yang disampaikan, mempermudah konsep yang masih
abstrak atau kompleks menjadi suatu hal yang lebih sederhana, nyata
(konkrit) dan juga nantinya dengan mudah dipahami oleh siswa (Baharun,
2015). Media pembelajaran yang dipilih oleh guru hendaknya berdasarkan
prinsip taraf berfikir dari masing-masing siswa secara menyeluruh. Media
pembelajaran yang sifatnya nyata lebih baik digunakan dalam
pembelajaran dibandingkan dengan media yang sifatnya abstrak. Sama
halnya dengan media pembelajaran kompleks yang dapat dilihat dari
struktur atau tampilan, maka akan sangat sulit dipahami siswa
dibandingkan dengan media pembelajaran sederhana yang mampu
membuat siswa paham materi yang disampaikan.
c. Prinsip Interaktivitas Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dikembangkan hendaknya
mempertimbangkan kemungkinan besar terciptanya interaksi, komunikasi
dan partisipasi siswa sebagai subjek pembelajar.
d. Ketersediaan Media Pembelajaran
Guru hendaknya juga bisa melihat tersedia atau tidaknya media
pembelajaran yang nantinya akan digunakan. Tujuan pembelajaran tidak
akan tercapai manakala media pembelajaran yang akan dipakai tidak
tersedia di sekolah. Dengan demikian guru juga bisa meminjam atau juga
membuat sendiri media pembelajaran yang dimaksud. Apabila kegiatan
pembelajaran dilaksanakan secara berkelompok, maka media pembelajaran
yang tersedia pun juga harus tercukupi.
e. Kemampuan Guru menggunakan Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran diharapkan bisa merangsang siswa
untuk belajar. Adapun media pembelajaaran tersebut juga bisa menjadi
suatu stimulus guna meningkatkan kemauan siswa, sehingga mereka bisa
mengikuti kegiatan belajar mengajar sebaik mungkin (Baharun, 2015).
Media yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dari guru

9
yang bersangkutan, baik dari segi pengayaan ataupun pengoperasian
medianya.
f. Alokasi Waktu
Guru seringkali dikejar dengan waktu untuk bisa menyelesaikan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan tuntuntan kurikulum yang berlaku.
Oleh sebab itu, pemakaian media pembelajaran yang sebenarnya sangat
efektif guna mencapai tujuan pembelajaran dan juga kelebihan lain kadang
kala dengan sangat terpaksa dikesampingkan oleh guru apabila alokasi
waktu tidak sesuai. Bagi seorang guru seringkali ketersediaan waktu
tersebut dapat mereka siasati dengan berbagai cara berdasarkan
pengalaman mereka.
g. Fleksibiltas Media Pembelajaran
Suatu media pembelajaran dapat dikatakan fleksibel manakala
media tersebut bisa dipakai diberbagai situasi. Pada saat tertentu proses
pembelajaran yang berlangsung terjadi perubahan situasi dan berdampak
pada media pembelajaran tidak bisa digunakan. Oleh karena itulah perlunya
media pembelajaran yang fleksibel di segala situasi kondisi.
h. Keamanan Penggunaan
Penggunaan media pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip
keamanan dari si pengguna. Apabila tidak hati-hati dalam penggunaan
media tersebut, maka bisa menyebabkan kecelakaan tertentu contohnya
siswa menjadi terluka. Dengan demikian media pembelajaran yang dipakai
haruslah media yang aman, sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan
selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung.
2.3.Prosedur pengembangan media pembelajaran
Pengembangan media pembelajaran merupakan hal sangat penting
dilakukan oleh para guru karena disamping anak-anak memulai belajarnya dari
hal- hal yang kongkrit, tersedianya media pendidikan tersebut memungkinkan
dapat ditumbuhkannya budaya belajar mandiri, budaya demokrasi, dasar
pembiasaan untuk kehidupan di kemudian hari, serta menciptakan komunikasi
antara anak dengan orang dewasa dan teman sebaya. Pengembangan media

10
yang dimaksud dalam makalah ini ada suatu cara yang sistematis dalam
mengidentifikasi, desain, produksi, evaluasi serta pemanfaatan media
pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas
tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan
penilaian. Sementara itu, dalam rangka melakukan desain atau rancangan
pengembangan program media. Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan
langkah- langkah yang harus diambil dalam pengembangan program media
menjadi 6 (enam) langkah sebagai berikut:
Menurut Sadiman, dkk (2013) Langkah-langkah pengembangan media
pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan
antara apa yang dimiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Sebelum
media dibuat, harus meneliti secara seksama pengetahuan awal maupun
pengetahuan prasyarat yang dimiliki dan tingkat kebutuhan siswa yang
menjadi sasaran media yang dibuat.
2. Merumuskan Tujuan Intruksional (Instructional Objective)
Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada
beberapa ketentuan yang harus diperhatikan, pertama tujuan instruksional
harus berorientasi kepada siswa, artinya tujuan instruksional itu benar
benar harus menyatakan adan ya perilaku siswa yang dapat dilakukan atau
diperoleh setelah proses belajar dilakukan. kedua tujuan instruksional
harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu
menunjukkan suatu perilaku atau perbuatan yang dapat diamati atau
diukur.
Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur
pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior,
Condition, dan Degree). Penjelasan dari masing-masing komponen
tersebut sebagai berikut:

11
A = Audience adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan
sasaran pembelajaran
B = Behavior adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau
yang dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung
C = Condition adalah menyebutkan kondisi yang bagaimana atau dimana
sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya
D = Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang
diharapkan dapat dicapai.
3. Merumuskan Butir-Butir Materi
Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub
kemampuan atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus
pembelajaran, sehingga materi yang disusun adalah dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar
tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya
adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada tingkatan
yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkrit kepada yang abstrak.

4. Mengembangkan Alat Pengukur Keberhasilan

Alat pengukur keberhasilan dikembangkan terlebih dahulu sesuai


dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran
yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan,
penugasan atau cheklist perilaku. Instrumen tersebut akan digunakan oleh
pengembang media, ketika melakukan tes uji coba dari program media
yang dikembangkannya.

5. Menulis Naskah Media

Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran


melalui media rancangan yang merupakan penjabaran dari pokok- pokok
materi yang telah disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan
di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui
media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar

12
yang kita sebut naskah program media. Naskah program media maksudnya
adalah sebagai penuntun kita dalam memproduksi media.

6. Mengadakan Tes dan Revisi

Tes adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat


efektifitas dan kesesuaian media pembelajaran yang dirancang dengan
tujuan yang akan diharapkan. Program media yang oleh pembuatnya
dianggap bagus, belum tentu menarik dan dapat dipahami oleh siswa.
Hal ini hanya menghasilkan media pembelajaran yang tidak merangsang
proses belajar bagi siswa yang menggunakan.

Tes atau uji coba dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau
melalui kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam
proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan menggunakan media
yang dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk
memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas
hasil dari tes.

Disamping itu, sampai saat ini masih banyak lembaga pendidikan


yang belum mampu mengadakan berbagai jenis media pendidikan yang
lengkap dan bervariasi karena keterbatasan dana, terutama yang ada di
daerah-daerah pedesaan

2.4. Jenis-jenis pengembangan Media Pembelajaran


Beragam jenis pengembangan media pembelajaran yang dapat menjadi
opsi bagi pendidik untuk mengembangkan media pembelajaran disesuaikan
karakteristik dan kebutuhan pembelajaran. Berikut diuraikan jenis-jenis
pengembangan media pembelajaran:
1. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Audio Visual
Media audiovisual adalah media yang penyampaian pesannya dapat
diterima oleh indra pendengaran dan indra penglihatan, akan tetapi gambar
yang dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur gerak.

13
Menurut Arsyad(2011:9) media visual yang menggabungkan penggunaan
suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu
pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio visual adalah
penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak,
rancangan dan penelitian. Beberapa kelebihan media audio visual dapat
memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka), mengatasi perbatasan ruang,
waktu dan daya indra, media audio visual bisa berperan dalam pembelajaran
tutorial. Peran guru dalam inovasi dan pengembangan media pengajaran
sangat diperlukan mengingat guru dapat dikatakan sebagai pemain yang
sangat berperan dalam proses belajar mengajar di kelas, yang hendaknya
dapat mengolah kemampuannya untuk membuat media pengajaran lebih
efektif dan efisien. Hal ini disebabkan perkembangan jaman yang terus
terjadi tanpa henti dengan kurun waktu tertentu.
Jenis media audio visual yang dapat dikembangkan yaitu media
audio visual gerak dan media audio visual diam. Media audio visual gerak
adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan
zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) karena meliputi
penglihatan, pendengaran dan gerakan, serta menampilkan unsur gambar
yang bergerak. Jenis media yang termasuk dalam kelompok ini adalah
televisi, video tape, dan film bergerak. Media audio visual diam yaitu media
yang menampilkan suara dan gambar diam, seperti film bingkai suara
(sound slides) dan film rangkai suara.

Dalam pengaplikasian media audio visual ada hal-hal yang harus


dipersiapkan misalnya; guru harus tau cara pengoprasian media tersebut,
guru harus terlebih dahulu tahu konten alat bantu yang akan digunakan, dan
yang pasti harus sesuai dengan indikator pencapaian yang akan dicapai. Dari
beberapa penjelasan mengenai media pembelajaran berbasis audio visual di
atas, maka dapat diambil benang merah bahwa karakteristik media audio
visual: bersifat linier; menyajikan visual yang dinamis; digunakan dengan

14
cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya;
merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak;
dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif; serta
berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang
rendah.
2. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Grafis (Visual)
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau
gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan
simbol/gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik
dan diingat orang. Media grafis merupakan media pembelajaran yang sangat
penting karena dengan menggunakan media grafis siswa dapat
menghubungkan hal-hal yang saling berkaitan misalnya adanya perubahan
dalam pergaulan sehari-hari, kebudayaan-kebudayaan daerah yang telah
unjuk gigi di dunia internasional, mudahnya akses informasi dan lain-lain.
Manfaat media grafis dalam proses pembelajaran adalah membantu dalam
penyampaian dan penjelasan mengenai informasi, pesan, ide dan
sebagainya dengan tanpa banyak menggunakan bahasa-bahasa verbal, tetapi
dapat lebih memberi kesan. Indriana (2011: 64) menjelaskan bahwa media
grafis merupakan media visual yang menyajikan fakta, ide, dan gagasan
melalui kata-kata, kalimat, angka-angka, dan berbagai simbol atau gambar.
Karakteristik media grafis dapat dilihat menurut kemampuan
membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan,
pengecapan, maupun penciuman atau kesesuaiannya dengan tingkatan
hierarki belajar. Jenis-jenis media grafis yang dapat dikembangkan adalah
diagram, poster, kartun, foto, sketsa, bagan, dan komik.
3. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia
Anitah (2010) berpendapat bahwa multimedia diartikan sebagai
penggunaan berbagai jenis media secara berurutan maupun simultan untuk
menyajikan suatu informasi. Multimedia saat ini bersinonim dengan format
computer based yang mengkombinasikan teks, grafis, audio, bahkan video

15
ke dalam satu penyajian digital tunggal dan koheren. Di sisi lain, tujuan
penggunaan multimedia dalam pembelajaran adalah melibatkan siswa
dalam pengalaman multisensoris untuk meningkatkan hasil belajar. Lebih
lanjut diutarakan tentang konsep multimedia dengan lebih konkret dengan
menyebutkan kompenen-komponen yang ada dalam multimedia.
Multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi
multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain
untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta
dapat merangsang piliran, perasaan, perhatian dan kemauan yang belajar
sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali.
Multimedia pembelajaran harus dibuat semenarik mungkin agar dalam
penggunaannya tidak hanya dapat menyalurkan pesan dan pengetahuan,
tetapi juga dapat membuat siswa tertarik dan termotivasi untuk belajar.
Dengan demikian, apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan,
dan digunakan secara tepat pembelajaran akan lebih menarik dan kualitas
belajar siswa pun dapat ditingkatkan. Jenis-jenis mutimedia yang dapat
dikembangkan menurut Smaldino dalam Anita(2010) yaitu:
a. Multimedia kits
Multimedia kits merupakan kumpulan bahan-bahan yag berisi lebih
dari satu jenis media yang diorganisasikan untuk satu topik. Jenis ini
termasuk CD-ROM, slides, audiotape, videotape, gambar diam,
model, media cetak, OHT, lembar kerja, gambar, grafis, dan objek.
b. Hypermedia
Hypermedia merupakan media yang memiliki komposisi materi-
materi yang tidak berurutan. Hypermedia mengacu pada software
komputer yang menggunakan unsur-unsur teks, grafis, video, dan
audio yang dihubungkan dengan cara yang dapat mempermudah
pemakai untuk beralih ke suatu informasi. Hypermedia didasarkan
pada teori kognitif tentang bagaimana seseorang menstruktur
pengetahuannya dan bagaimana ia belajar.

16
c. Media interkatif
Media interaktif adalah media yang meminta pebelajar mempraktikan
suatu keterampilan dan menerima balikan. Media interaktif berbasis
komputer menciptakan lingkungan belajar multimedia dengan ciri-ciri
baik video maupun pembelajaran berbasis komputer. Ini merupakan
suatu sistem penyajian pelajaran dengan visual , suara, dan materi
video, disajikan dengan kontrol komputer, sehingga pebelajar tidak
hanya dapat mendengar dan melihat gambar dan suara, tetapi juga
memberi respon aktif.
d. Virtual reality
Media ini melibatkan pengalaman multisensoris dan berinteraksi
dengan fenomena sebagaimana yang ada di dunia nyata. Virtual reality
merupakan suatu aplikasi teknologi komputer yang relatif baru. Virtual
Reality adalah teknologi yang digunakan oleh pengguna untuk
berinteraksi dengan lingkungan simulasi komputer baik berdasarkan
objek nyata maupun animasi. Lingkungan realitas maya terkini
umumnya menyajikan pengalaman visual, yang ditampilkan pada
sebuah layar komputer atau melalui sebuah penampil stereokopik, tapi
beberapa simulasi mengikutsertakan tambahan informasi hasil
penginderaan, seperti suara melalui speaker atau headphone. Virtual
reality disingkat dengan VR yang dapat menciptakan sebuah simulasi
dunia tiga dimensi.
e. Expert system
Expert system merupakan paket software yang mengajarkan pada
pebelajar bagaimana memecahkan masalah yang kompleks dengan
menerapkan kebijakan para ahli secara kolektif di lapangan. Setelah
komputer menjadi kenyataan, para ahli tergugah oleh apa yang dilihat
sebagi paralel bagaimana otak manusia bekerja dan bagaimana
komputer dapat belajar sebaik mengulang dan menyusun informasi.
Eksperimen para ahli tersebut membawa ke permainan komputer,
sampai akhirnya pada apa yang disebut expert system

17
4. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Bahasa dengan Piranti
Lunak Presentasi

Piranti lunak pengembangan materi pembelajaran yang ada saat ini


seperti Course Builder, Visual Basic, atau Dream Weaver cukup rumit
sehingga hanya dikuasai oleh para pemrogram komputer sedangkan
pengelola bahasa asing pada umumnya hanya menguasai pembelajaran
bahasa. Jadi pengembangan materi pembelajaran interaktif dengan
komputer kurang optimal. Pembuatan media pembelajaran bahasa asing
interaktif akan menggunakan piranti lunak presentasi Microsoft
Powerpoint, sebuah piranti lunak yang memberikan banyak sekali manfaat
bagi pembelajaran bahasa.

Meskipun piranti lunak ini mudah dan sederhana namun dapat


memberikan manfaat yang besar bagi pembelajaran bahasa. Piranti lunak
ini dapat menampilkan teks, gambar, suara, dan video. Dengan demikian,
piranti lunak ini bisa mengakomodasi semua kegiatan pembelajaran bahasa
interaktif seperti mendengarkan, membaca, menulis dan juga bermain
language games. Tampilan yang dihasilkan dari piranti lunak ini bisa
semenarik program yang dibangun dengan piranti lunak yang canggih

5. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Animasi Interaktif 2D

Animasi adalah rangkaian gambar yang disusun berurutan atau


dikenal dengan istilah frame. Satu frame terdiri dari satu gambar jika
susunan gambar tersebut ditampilkan bergantian dengan waktu tertentu
maka akan terlihat bergerak. Satuan yang dipakai adalah frame per second
(FPS). Misalkan animasi diset 25 frame per second berarti animasi tersebut
terdiri dari 25 gambar dalam satu detik. Menurut definisi yang dikemukakan
oleh Seels and Glasgow dalam Purnasiwi (2013) animasi interaktif adalah
proses penyampaian yang disajikan dalam bentuk video, atau gambar yang
dapat bergerak dengan pengendalian yang dilakukan oleh komputer kepada

18
penonton dengan tidak hanya menonton namun juga ada audio yang dapat
didengar, sekaligus efek grafik yang timbul untuk menarik respon yang
aktif. Secara kompleks, animasi interaktif dapat ditarik kesimpulan dengan
alat perantara yang diciptakan dengan mudah melalui komputer
mengggunakan unsur audio, gambar, teks untuk menyampaikan pesan
secara menarik. Selain animasi 2D interaktif, dapat pula dikembangan
media pembelajaran edukasi permainan dalam bentuk quiz game, simulator
game, puzzle game, role playing game dan adventure game.

6. Pengembangan Media Pembelajaran berbasis Animasi 3D

Animasi 3D adalah pengembangan dari animasi 2D. Dengan


animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin hidup dan nyata,
mendekati wujud aslinya. Disebut tiga dimensi karena jenis ini memiliki
sifat kedalaman/ruang pada objeknya. Secara sepintas kita akan mudah
mengenali film animasi dengan jenis tiga dimensi ini. Karena bentuknya
yang halus, pencahayaannya yang lebih nyata dan kesan ruang yang lebih
terasa. Semua itu bisa dilakukan karena dibantu dengan teknologi komputer
saat ini yang sudah sangat canggih. Objek dibuat secara digital dengan
menggunakan software 3D khusus.

Animasi Tiga dimensi (3D) adalah teknik pembuatan animasi pada


sebuah bidang yang menggunakan tiga sumbu X, Y, dan Z sebagai sumbu
kedalaman. Objek yang dihasilkan bisa diputar berdasarkan ke tiga
sumbunya. Umumnya animasi 3D dikerjakan di dalam komputer yakni
sudah berupa file digital. Background dalam 3D dapat dibuat dengan
modeling bagunan, hutan, gunung, dan lainnya. Sebagai langkah terakhir
agar hasil animasinya lebih sempurna ditambahkan efek gambar lainnya
seperti debu, angin, hujan, petir, dan air. Metodologi yang paling umum
dipakai pada proses produksi multimedia adalah yang biasa disebut dengan
alur produksi tiga tahap. Dalam pembuatan animasi 3D ada beberapa tahap
yang harus dilakukan yaitu:

19
7. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Film Dokumenter

Film Dokumenter adalah Film yang menyajikan cerita nyata,


dilakukan pada lokasi yang sesungguhnya. Juga sebuah gaya dalam
memfilmkan dengan efek realitas yang diciptakan dengan cara penggunaan
kamera, sound, dan lokasi(Muslimin, 2017:174). Film dokumenter
memiliki karakter tersendiri di mana audiensi menyaksikannya antara serius
dan rileks. Sehingga produser dokumenter dapat melakukan beberapa
alternative gaya seperti: humoris, puitis, satire (sindiran), anekdot, serius,
dan semi serius. Hal tersebut disesuaikan dengan peristiwa serta genre
dokumenter yang akan dikembangkan. Melalui sebuah media film
dokumenter maka dapat disampaikan gagasan kepada audiens dengan cara
kreatif. Sebuah fakta disampaikan melalui cerita yang menarik dengan sudut
pandang yang berbeda, dapat menjadi cerminan penonton tentang berbagai
hal-hal kecil yang ada di sekitar namun memiliki sebuah makna yang
besar.Dalam proses pembuatannya menggunakan tiga tahapan yaitu proses
pra produksi, produksi dan pasca produksi.

8. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Motion Comic

Motion comic adalah perpaduan antara komik cetak dengan animasi


dengan memberikan efek suara dan panel bergerak dari karya asli. Motion
comic dipilih sebagai media karena melihat dari psikologi anak pada
umumnya yang memiliki ketertarikan lebih pada gambar dan cerita,
sehingga nantinya dalam penyampaian pesan tidak bersifat menggurui
sekaligus memberikan gambaran yang mudah dicerna oleh anak. Motion
comic berkembang tidak hanya sebagai komik yang berdiri sendiri
melainkan bisa dipakai juga sebagai media pendukung, seperti bumper
event, opening film, info grafis, dan ilustrasi dalam sebuah film
dokumenter. Media Motion Comic sendiri merupakan percampuran dari
animasi, dalam kasus ini teknis motion graphic dengan komik. Komik

20
menyediakan cerita serta karakter dan aset visual, sedangkan motion
graphic memberikan dampak baru bagi para pembacanya.

2.5. Peran Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran

Menurut Thomas E. Curtis dan Wilma W. Bidwell bahwa proses


pembelajaran di sekolah (kelas) peranan guru lebih spesifik sifatnya dalam
pengertian yang sempit, yakni dalam hubungan proses belajar mengajar.
Peranan guru adalah sebagai pengorganisasi lingkungan belajar dan
sekaligus sebagai fasilitator belajar. Peranan pertama meliputi peranan-
peranan yang lebih spesifik, yakni:

1. Guru sebagai model,


2. Guru sebagai perencana
3. Guru sebagai peramal,
4. Guru sebagai pemimpin
5. Guru sebagai penunjuk jalan atau pembimbing kea rah pusat-pusat belajar.

Dalam kaitan peranannya sebagai perencana, guru berkewajiban


mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang
operasional. Tujuan-tujuan umum perlu diterjemahkan menjadi tujuan-
tujuan spesifik dan operasional. Dalam perencanaan itu murid perlu
dilibatkan sehingga menjamin relevansinya dengan perkembangan,
kebutuhan dan tingkat pengalaman mereka. Peranan tersebut menuntut agar
perencanaan senantiasa direlevansikan dengan kondisi masyarakat,
kebiasaan belajar siswa, pengalaman dan pengetahuan siswa, metode
belajar yang serasi dan materi pelajaran yang sesuai dengan minatnya.

Dalam hal urgensinya, pengembangan pendidikan dipandang penting


dan diperlukan bagi suatu organisasi antara lain dikarenakan:

21
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan
kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.
2. Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan
(forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan
dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-
prospek perkembangan, tetapi juga mengenai hambatan-hambatan dan
resiko-resiko yang mungkin dihadapi.
3. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas. Memilih
urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun jenis
kegiatan usahanya.
Dalam mengembangkan persiapan mengajar, terlebih dahulu harus
diketahui arti dan tujuannya, serta menguasai teoritis dan praktis unsur-
unsur yang terdapat dalam persiapan mengajar. Kemampuan membuat
persiapan mengajar merupakan langkah awal yang harus dimiliki oleh guru,
dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar dan
pemahaman yang mendalam tentang obyek belajar dan situasi
pembelajaran.
Dalam persiapan mengajar harus jelas kompetensi dasar yang akan
dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus
dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui
bahwa peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek
tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam
setiap persiapan mengajar sebagai pedoman guru dalam melaksanakan
pembelajaran dan membentuk kompetensi peserta didik.
Dalam hal pentingnya pengembangan pembelajaran, Hamzah B. Uno
menegaskan bahwa hal itu perlu dilakukan agar tujuan untuk melakukan
perbaikan pembelajaran dapat tercapai Upaya perbaikan pembelajaran ini
dilakukan dengan asumsi berikut:

22
a. Untuk memperbaiki kuahtas pembelajaran perlu diawali dengan
perencanaan pembelajarn yang diwujudkan dengan adanya desain
pembelajaran,
b. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan sistem.
c. Perencanaan desain pembelajaran diaculkan pada bagaimana seseorang
belajar,
d. Untuk merencanakan suatu desam pembelajaran diacukan pada siswa
secara perorangan
e. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada tercapainy tujuan
pembelajaran,dalam hal im aka nada tujuan langsung pembelajaran, dan
tujuan pengiringnya dari pembelajaran.
f. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya
siswa untuk belajar.
g. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel
pembelajaran,
h. Inti dari desan pembelajaran yang dilatat adalah penetapan metode
pernbelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Dari deskripsi di atas disimpulkan bahwa pengembangan pembelajaran
merupakan bagian yang sangat penting dan tentunya sangat menentukan
tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri. Perlunya menyiapkan Rencana
Pembelajaran atau lesson plan sebenarnya sudah disadari oleh para guru,
namun persoalannya adalah tingkat kepedulian para guru untuk menyajikan
pembelajaran yang baik dan sistematis, serta tingkat keahlian mereka pada
disiplin keilmuan masing-masing yang belum memadai untuk dapat
merancang suatu konsep pembelajaran.
Oleh karna itu, dalam pengembangan pembaruan pembelajaran guru
harus memperhatikan beberapa prinsip prinsip pembelajaran sebagai
berikut

23
1. Berpusat pada siswa
Setiap siswa pada dasarnya berbeda, dan telah ada pada dirinya
minat (interes), kemampuan (ability), kesenangan (preference),
pengalaman dan cara belajar yang berbeda antara siswa yang satu
dengan siswa yang lainnya. Begitu juga kemampuan siswa dalam
belajar, siswa tertentu lebih muda belajar dengan mendengar dan
membaca, siswa lam dengan cara menulis dan membuat ringkasan,
siswa lain dengan melihat, Jan yang lam dengan cara melakukan belajar
secara langsung. Oleh karena itu guru harus mengorganisasikan
kegiatan pembelajaran, kelas, materi pembelajaran. waktu belajar, alat
belajar, media dan sumber belajar dan cara penilaian yang disesuaikan
dengan karakteristik individual siswa. Karena kegiatan pembelajaran
yang dikembangkan oleh guru harus mendorong siswa agar dapat
mengembangkan potensi, bakat minat yang dimilikinya secara optimal
dan maksimal
2. Pembalikan Makna Belajar
Dalam konsep tradisional belajar hanya diartikan penerimaan
informasi oleh peserta didik dari sumber belajar dalam hal ini guru.
Akibatnya pembelajaran sering diartikan transfer of knowledge. Dalam
kurikulum KTSP makna belajar diartikan proses aktivitas dan kegiatan
siswa dalam membangun pengetahuan dan pemahaman terhadap
informasi dan atau pengalaman. Dan pada dasarnya proses membangun
pengetahuan dan pemahaman dapat dilakukan sendiri oleh siswa dengan
prestası, pikiran serta perasaan siswa. Konsekwensi logis perpbalikan
makna belajar dalam kegiatan pembelajaran menghendaki parusipasi
guru dalam bentuk bertanya, meminta kejelasan, dan bila diperlukan
menyajikan situasi yang bertentangan dengan pemahaman siswa dengan
harapan siswa tertantang untuk memperbaiki sendiri pemahamannya
3. Belajar dengan melakukan
Pada hakikatnya dalam kegiatan belajar siswa malakukan aktifitas-
aktifitas Aktifitas siswa dalam belajar akan sangat ideal bila dilakukan

24
dalam kegiatan nyata yang melibatkan dirinya, terutama untuk mencan
dan menentukan serta mempraktekkannya sendiri Dengan cara ini siswa
tidak akan mudah melupakan apa yang diperolehnya selama mengikuti
kegiatan pembelajaran Pengetahuan dan pemahaman yang diperolehnya
dengan cara mencari dan menemukan serta mempraktekkan sendiri akan
tertanam dalam hati dan pikirannya siswa karna ia belajar secara aktif
dengan cara melakukan.
4. Mengembangkan kemampuan sosial, kognitif, dan emosional
Dalam kegiatan pembelajaran siswa harus dikondisikan dalam
suasana interaksi dengan orang lain seperti antara siswa dan guru, dan
siswa dan masyarakat dengan interaksi yang intensif siswa akan mudah
untuk membangun pemahamannya Guru dituntut untuk dapat memilih
berbagai strategi pembelajaran yang membuat siswa melakukan
interaksi dengan orang lain, misalnya dengan diskust, sosiodrama,
belajar secara kelompok dan sebagainya.
Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan harus mendorong
terjadinya proses sosialisasi pada dirt siswa masing-masing, di mana
siswa belajar saling menghorinati dan menghargai terhadap perbedaan
perbedaan (pendapat, sikap, kemampuan maupun prestasi).
Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan Siswa
terlahir dengan memiliki rasa ingintahu, imajinasi dan firah bertuhan.
Rasa ingin tahu dan imajinası yang dimiliki siswa merupakan modal
dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri dan kreatif, sedangkan fitrah
bertuhan merupakan cikal bakal manusia untuk beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan.
5. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
Dalam kehıpan sehari-hari setiap orang akan dihadapkan kepada
berbagai persoalan yang harus dipecahkan. Kare, diperlukan
keterampilan dalam memecahkan masalah secara arnıf dan bijaksana
Untuk terampil memecahkan masalah seseorang harus belajar melalui
pendidikan dan pembelajaran

25
6. Mengembangkan kreatifitas siswa
Siswa memiliki potensi untuk berbeda. Perbedaan siswa terlihat
dalam pola piker, daya imajması, fantasi, dan hasıl karyanya. Karena itu,
kegiatan pembelajaran perlu dipilih dan dirangcang agar member
kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan dalam
rangka mengembangkan kreatifitas siswa.
Kreatifitas merupakan kemampuan menkombimasakan atau
menyempurnakan sesuatu berdasarkan data, informasi atau unsare unsur
yang sudah ada Secara lebih luas kreatifitas merupakan kemampuan yang
dinafiki seseorang dalam menghasilkan komposisi, produk atau gagasan
apa saja yang pada dasarnya baru, dansebelumnya tidak dikenal
pembuatannya
7. Mengembangkan kemampuan IPTEK das IMTAQ
Ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan
dan penyempurnaan Pendidikan Islam juga mempunyai perang penting
dalam penmgkatan SDM, sesuai dengan cirinya sebagai pendidikan
agama, secara ideal pendidikan Islam berfungsi dalam penyiapan SDM
yang berkualitas tinggi, baik dalam penguasaan terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) maupun dalam hal karakter, sikap
moral, dan Iman dan Taqwa (IMTAQ), serta penghayatan dan
pengamalan ajaran agama Secara ideal menurut penales pendidikan
berfungsi membina dan menyiapkan peserta didik yang berilma,
berteknologi, berketerampilan tinggi dan sekaligus beriman dan beramal
shaleh.

26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
pengembangan media pembelajaran adalah proses merancang, membuat,
menyempurnakan serta mengembangkan suatu produk yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran) dari pengirim dalam hal ini
guru ke penerima (siswa) sehingga dapat merangsang perhatian, pikiran, minat,
motivasi serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar lebih
efektif dan efesien agar tujuan pembelajaran tercapai dengan sempurna.
Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas
tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan
penilaian.
pengembangan pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dan
tentunya sangat menentukan tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri.
Perlunya menyiapkan Rencana Pembelajaran atau lesson plan sebenarnya sudah
disadari oleh para guru, namun persoalannya adalah tingkat kepedulian para
guru untuk menyajikan pembelajaran yang baik dan sistematis, serta tingkat
keahlian mereka pada disiplin keilmuan masing-masing yang belum memadai
untuk dapat merancang suatu konsep pembelajaran.
3.2 Saran
Guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, perlu
dikembangkan berbagai model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Hal
ini perlu dilakukan agar proses pembelajaran tidak terkesan kurang menarik,
monoton . Oleh karena itu peran media dalam proses pengembangan media
pembelajaran menjadi penting karena akan menjadikan proses pembelajaran
tersebut menjadi lebih bervariasi dan tidak membosankan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Hafid, “Sumber Dan Media Pembelajaran,” Sulesana: Jurnal Wawasan


Keislaman, Vol. 6, No. 2, 2016, hal. 69–78.

Achmad Munib (2004) Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK


UNNES.
Sadiman dkk. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo.

Anitah, Sri. (2010). Media Pembelajaran . Surakarta: Yuma Pustaka.

Arief S, Sadiman, M.Sc. Media Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003).


Hlm. 44.

Arsyad,Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Arsyad, Azhar. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Baharun, Hasan. (2015). Penerapan Pembelajaran Active Learning Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Madrasah. Jurnal Pendidikan
Pedagogik 1, 34–46.

Barlow, Selected Reading in The Philosophy of Education New York: The


Macmillang Companiy, 2005.

Darmadi. Hamid Kemampuan Dasar Mengajar Cet.1. Bandung: Alfabeta, 2009.

Darmawaty Tarigan dan Sahat Siagian . Pengembangan Media Pembelajaran


Interaktif Pada Pembelajaran Ekonomi dalam Jurnal Teknologi Informasi
& Komunikasi dalam Pendidikan, Vol. 2, No. 2, Desember 2015, p-ISSn:
2355-4983; e-ISSN: 2407-7488.

Hujair AH. Sanaky (2009) Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania


Press.

Pradinta, Rangga. (2014). Perancangan Motion Comic Thandara dan Arsip


Gundala. Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa dan Desain,

28
ITB,http://jurnals1.fsrd.itb.ac.id/index.php/viscom/a rticle/view/431,
(diakses tanggal 12 Oktober 2022).

Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta :


Kencana Prenadamedia,2013) hlm. 222 .

Sadiman, Arief S, at.al, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan


Pemanfaatannya, Depok: Rajawali Pers, 2012.

Sanjaya, Wina, Media Komunikasi Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada


Media Group, 2014.

Sapriyah, Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar dalam jurnal


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa Vol. 2, No.1, 2019, hal. 470 – 477.

Suyitno, I. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur


Asing (BIPA) berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar. Wacana,
Journal of the Humanities of Indonesia, 9(1).

29

Anda mungkin juga menyukai