Dosen Pembimbing:
Subhayni, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Tim Penulis,
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
2.1 Pengertian Media Pembelajaran...................................................................
2.2 Dasar Penggunaan Media.............................................................................
2.3 Manfaat Media Pembelajaran.......................................................................
2.4 Manfaat memilih Media Pembelajaran.........................................................
2.5 Prinsip-primsip Pengembangan Media.........................................................
2.6 Pengertian Media Visual Auditory Kinesthetic (VAK) ..............................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
2. Mengetahui Penggunaan Media.
3. Mengetahui Manfaat Media Pembelajaran Dan Manfaat Memilih Media
Pembelajaran.
4. Mengetahui Prinsip-Prinsip Pengembangan Media.
5. Mengetahui Pengertian Media Visual Auditory Kinesthetic (VAK) Dan
Pembagiannya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang digunakan atau disediakan oleh guru dimana
penggunaannya diintegrasikan kedalam tujuan dan isi pembelajaran,
sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran
serta mencapai kompetensi pembelajarannya. Selain itu media dalam
pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan
untuk menyampaikan pesan/informasi dari sumber kepada anak didik
yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan
perhatian anak didik mengikuti kegiatan pembelajaran. Setelah mencermati
beberapa pengertian di atas, bahwa media pembelajaran itu terdiri atas
dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware)
dan unsur pesan dibawanya (message/software). Unsur pesan (software)
adalah informasi atau bahan ajar dalam tema/topik tertentu yang akan
disampaikan atau dipelajari anak, sedangkan unsur perangkat keras
(hardware) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan
pesan tersebut. Pada sekitar tahun 1965-1970 pendekatan sistem media
pembelajaran mulai menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan
pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan sistem ini mendorong
digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran
perlu direncanan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada
siswa. Program pengajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan
karateristik siswa serta diarahkan kepada media yang seharusnya dapat
digunakan dalam melakukan kegiatan pembelajaran.dalam perencanaan
ini media yang akan dipakai dan cara yang ddigunakan telah dii
tentukan dengan seksama. Jadi dengan masuknya pengaruh teknologi
audio sekitar abad ke-20, alat visual untuk mengkongkritkannya ajaran
ini dilengkapi dengan audio visual sehingga kta kenal dengan audio
visual atau audio visual aids(AVA).
Pada dasarnya para pendidik telah menyambut baik perubahan ini,
pendidik mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku
siswa. Untuk mencapai tujuan itu, mulai dipakai berbagai format media.
Berdasarkan pengalaman, keberhasilan siswa akan sangat berbeda jika
diguanakan suatu jenis media. Ada siswa yang lebih senang menggunakan
media audio, namun ada juga yang lebih menginginkian media visual, maka
dari itu digunakan berbagai macam media sesuai dengan minat
siswa.Berdasarkan perkembangan media diatas ternyata arca(relief)
sebagai salah satu bentuk relief dapat dikatakan sebagai cikal bakalnya media
pendidikan, hanya saja sesuai perkembangan, relief sepertinya terkubur
dan telah tergantikan oleh media pendidikan modern yang muncul
belakangan.
Sebagai pembawa dan penyalur pesan, maka media dalam hal tertentu
dapat menggantikkan peran guru untuk menyampaikan informasi secara
teliti dan menarik. Fungsi tersebut dapat di terapkan tanpa kehadiran seorang
guru secara fisik, dengan demikian pandangan tentang guru satu-satunya
7
sumber informasi tidak berlaku lagi.Sehingga pemanfaatan media
pembelajaran yang relevan dalam kelas dapat mengoptimalkan proses
pembelajaran. Bagi guru, media membantu mengkonkritkan konsep atau
gagasan dan membantu memotivasi peserta belajar aktif. Bagi
siswa,media dapat menjadi jembatan untuk berpikir kritis dan berbuat.
Dengan demikian media dapat membantu tugas guru dan siswa mencapai
kompetensi dasar yang ditentukan.
8
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, karena tidak hanya
mendengarkan deskripsi guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah
tentang taraf berfikir siswa. Hal tersebut juga sejalan dengan teori
perkembangan mental piaget, yang menambahkan bahwa terdapat tahap
perkembangan mental seorang individu. Tahap manusia berfikir mengikuti
tahap perkembangan berfikir dari kongkrit menuju abstrak.
9
Selain itu media pembelajaran yang baik harus memperhatikan prinsip-prinsip
pengembangan media yang sesuai dengan teori-teori belajar. Prinsip-prinsip
psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan
penggunaan media adalah:
1. Memotivasi siswa dalam belajar,
2. Memahami perbedaan individu,
3. Sesuai dengan tujuan pelajaran,
4. Isi yang terorganisasi,
5. Ketersediaan siswa dalam belajar,
6. Menumbuhkan emosi siswa,
7. Menumbuhkan partisipasi siswa,
8. Memberikan Umpan balik, 9) Penguatan,
9. Latihan dan Latihan,
10. Penerapan.
Sedangkan media khusus pembelajaran berbasis visual, perlu memperhatikan
beberapa aspek. Dalam proses penaatan itu harus memperhatikan prinsip-
prinsip desain tertentu, antara lain prinsip kesederhanaan, keterpaduan,
penekanan, dan penekanan.
Unsur-unsur visual yang selanjutnya perlu dipertimbangkan adalah bentuk,
garis, ruang, tekstur, dan warna. Pendapat ahli diatas dalam proses
pengembangan media berbasis visual, perlu diperhatikan prinsip-prinsip
penataan gambarnya, yaitu pengembangannya.
Prinsip pengembangan media visual yang pertama adalah jumlah
kesederhanaan, prinsip-prinsip kesederhanaan mengacu pada jumlah elemen-
elemen yang terdapat pada gambar visual. Semakin sedikit atau sederhana akan
lebih mudah dijangkau oleh siswa.
Prinsip selanjutnya adalah keterpaduan, prinsip keterpaduan mengacu pada
hubungan antar aspek dalam gambar visual, apakah elemen-elemen dalam
gambar saling terkait. Prinsip selanjutnya adalah penekanan, diperlukan
penekanan dalam gambar, untuk menonjolkan salah satu elemen dibandingkan
elemen lainnya.
Prinsip selanjutnya adalah keseimbangan, artinya gambar visual harus
menempati ruang yang memberikan keseimbangan, meskipun tidak sepenuhnya
simetris. Prinsip selanjutnya adalah pemilihan bentuk, pemilihan bentuk
berkaitan dengan elemen gambar apa yang terdapat dalam media visual, bentuk
yang menarik dapat menggugah minat dari anak.
Prinsip selanjutnya adalah garis, digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur
sehingga dapat memperjelas gambar visualisasi media tersebut. Prinsip
selanjutnya adalah tekstur, tekstur dalam media visual diartikan sebagai
visualisasi media yang menunjukan suatu bentuk yang kasar atau halus.
Prinsip terakhir adalah warna yang digunakan untuk memberikan kesan,
penekanan, keterpaduan. Penggunaan warna harus diperhatikan sehingga
mampu menambah daya tarik dari visualisasi media tersebut.
10
2.2 Model Pembelajaran Visual Auditory Kinesthetic (VAK)
2.2. 1 Pengertian Model Pembelajaran Visua Auditory Kinesthetic (VAK)
Model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik(VAK) adalah model
pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat
indra yang dimiliki siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran Visual
Auditori Kinestetik (VAK) adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan
gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan belajar siswa
akan terpenuhi.
Model pembelajaran visual auditory kinesthetic(VAK) merupakan model
pembelajaran yang mengoptimalkan tiga gaya belajar yang berupa visual,
auditory, dan kinesthetic. VAK merupakan tiga modalitas yang dimiliki oleh
setiap manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal sebagai gaya
belajar. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang dapat
menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (Shoimin, 2014:
226).
Russel (2011: 40) menjelaskan model pembelajaran VAK yaitu suatu model
pembelajaran dengan memanfaatkan potensi/gaya belajar yang dimiliki
dengan cara melatih dan mengembangkan secara optimal gaya belajar agar
hasil belajar meningkat.
Adapun potensi yang harus dikembangkan sebagai berikut:
1. Visualization (Belajar dengan cara melihat)
Gaya belajar ini mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat
misalnya warna, hubungan ruang, potret, mental, dan gambar menonjol.
Belajar menggunakan indra mata melalui, mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga.
Seorang siswa lebih suka melihat gambar atau diagram, suka pertunjukan,
peragaan atau menyaksikan video. Bagi siswa yang bergaya visual, yang
memegang peranan penting adalah mata atau penglihatan.
Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih
banyak dititik beratkan pada peragaan atau media, ajak siswa ke
objekobjek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut atau dengan cara
menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau
menggambarkannya dipapan tulis.
Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar visual misalnya
lirikan mata ke atas bila berbicara dan berbicara dengan cepat. Anak yang
mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi
muka gurunya untuk mengerrti materi pelajaran. Siswa cenderung untuk
duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Siswa berfikir
menggunakan gambar-gambar di otak dan belajar lebih cepat dengan
menggunakan tampilan-tampilan visual seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video. Di dalam kelas anak visual lebih suka mencatat
sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)
11
Auditori merupakan gaya belajar melalui cara mendengar,menyimak,
berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat,gagasan, menanggapai,
dan berargumentasi.
Seorang siswa lebih suka mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah,
diskusi, debat, dan instruksi (perintah) verbal. Alat perekam sangat
membantu pembelajaran pelajar tipe auditori.
Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar auditori misalnya
lirikan mata ke arah kiri atau kanan, mendatar bila berbicara dan sedang-
sedang saja. Untuk itu, guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya
hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar
auditori dapat belajar cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan
mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori mencerna makna
yang disampaikan melalui tone, suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan
berbicara, dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang
mempunyai makna yang minim bagi anak auditori. Anak-anak seperti ini
biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras
dan mendengarkan kaset.
Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat
dalam diri pembelajar, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan
apa yang sedang mereka pelajari. Suruh mereka menerjemahkan
pengalaman mereka dengan suara. Mintalah mereka membaca keras-keras
secara dramatis jika mereka mau. Ajak mereka berbicara saat mereka
memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi,
membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan
pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri
mereka sendiri.
3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Kinestetik merupakan gaya belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan
langsung siswa dalam proses pembelajaran.
Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Seorang siswa
lebih suka menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan atau
mengalami sendiri gerakan tubuh (aktivitas fisik). Bagi sisiwa kinestetik
belajar itu haruslah mengalami dan melakukan. Ciri-ciri siswa yang lebih
dominan memiliki gaya belajar kinestetik misalnya lirikan mata ke bawah
bila berbicara dan berbicara lebih lambat. Anak seperti ini sulit untuk
duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan
eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya
melalui gerak dan sentuhan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Visual, Auditory, Kinesthetic (VAK) adalah model pembelajaran yang
mengoptimalkan pada tiga gaya belajar yaitu visual, auditory, dan
kinesthetic.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gaya belajar adalah cara termudah untuk belajar dan memahami suatu pelajaran.
Dengan memahami kecenderungan gaya belajar mahasiswa dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran. Berdasarkan temuan hasil penelitian tentang
kecenderungan gaya belajar yang dimiliki mahasiswa Tadris Kimia dari angkatan
2011-2013 dapat dikemukakan bahwa pada angkatan 2011 memiliki kecenderungan
gaya belajar visual. Sedangkan pada angkatan 2012 memiliki kecenderungan gaya
belajar visual dan pada angkatan 2013 memiliki kecenderungan gaya belajar visual.
Secara umum mahasiswa memiliki kecenderungan satu gaya belajar saja yang paling
dominan, meskipun ada beberapa yang mengaku atau menganggap dirinya memiliki
lebih dari satu gaya belajar. Selain itu mereka juga memiliki kebiasaan belajar, kapan
saja, di mana saja yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi mereka, termasuk
waktu efektif seseorang untuk belajar dan suasana yang kondusif untuk belajar.
3.2 Saran
Pada pengajar dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi dosen, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
mahasiswa memiliki kecenderungan gaya belajar visual. Oleh karena itu, dosen
diharapkan sebelum perkuliahan berlangsung harus membuat strategi pembelajaran
yang bervariasi dan menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai
dengan gaya belajar mahasiswa.
2. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi atas gaya belajar
yang dilakukan selama ini. Mahasiswa diharapkan dapat mengenali sejak dini gaya
belajar yang efektif digunakan dalam belajar supaya dalam belajar tidak mudah jenuh
atau malas belajar karena belajar akan terasa menyenangkan. Termotivasi untuk
meningkatkan dan memahami suatu materi yang diterimanya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui
kecenderungan gaya belajar mahasiswa (V-A-K) oleh karena itu sebagai calon guru
masih terbuka peluang selanjutnya diantaranya penelitian gaya belajar pada siswa,
penelitian gaya belajar ditinjau dari model lain seperti model David Kolb dan
sebagainya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14