Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MEDIA PEMBELAJARAN
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS

MATA KULIAH: MEDIA PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPU: EKA WIDYANTI, M.Pd

Disusun oleh:

Haliza Yusuf

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH [PGMI]

JURUSAN TARBHIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM [STAI] SANGATTA

KUTAI TIMUR

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, taufik dan
Hidayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca untuk mengetahui sejarah landasan media
pembelajaran.

Dalam penulisan makalah ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya penyusun berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah.
Aamiin Yaa Robbal ‘Aalaamiin.

Sangatta, 23 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR IS..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG ..............................................................................................................

2.RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
1.LANDASAN FILOSOFIS .................................................................................................

2.LANDASAN PSOKOLOGIS....................................................................................................

3.LANDASAN TEKNOLOGIS....................................................................................................

4.LANDASAN EMPIRIS...........................................................................................................

BAB III PENUTUP


1.KESIMPULAN......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam proses belajar mengajar, penyampaian materi dari guru kepada peserta didik sangatlah
penting dan harus diperhatikan. Selain itu, pemilihan metode yang tepat, agar tercapainya tujuan
pembelajaran, penggunaan media pembelajaran pun harus dicermati. Pasalnya, keduanya saling
berkaitan, karena bisa membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Akan tetapi, dalam pemilihan
media tentu harus jelas alasan mengapa memilih media tersebut, sesuai tidak dengan materi yang
diajarkan dan apakah bisa mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang diharapkan.

Dalam dunia pendidikan, media dapat diartikan sebagai alat bantu pada proses belajar baik di
dalam maupun di luar kelas. Beberapa contoh media pembelajaran seperti, radio, televisi, slide,
video, komputer dan lain-lain. Dan salah satu manfaat dari media adalah untuk membuat siswa
lebih dapat memahami bahan pengajaran  dan lebih jelas maknanya sehingga memungkinkan
peserta didik menguasai dan mencapai tujuan pengajaran.
Begitu sangat membantunya media dalam pembelajaran, sehingga memunculkan beberapa
landasan yang mendasari penggunaan media pembelajaran, yang akan dibahas dalam makalah ini.

B.    Rumusan Masalah

a.    Apa itu landasan filosofis?

b.    Apa itu landasan psikologis?

c.    Apa itu landasan teknologis?

d.   Apa itu landasan empiris?


BAB II

PEMBAHASAN

Telah dikaji pada bagian sebelumnya bahwa agar interaksi belajar mengajar dapat berjalan efektif
dan efisien perlu digunakan media yang tepat. Ketepatan yang dimaksud tergantung pada tujuan
pembelajaran, pesan (isi) pembelajaran dan karakteristik siswa yang terlibat dalam kegiatan
pembelajaran. Pada bagian ini akan dikaji lebih dalam mengapa butir-butir ini yang dijadikan kriteria
dalam menetapkan ketepatan penggunaan suatu media pembelajaran. Dalam konteks ini, kita akan
menggunakan 4 landasan, yaitu: landasan psikologis, teknologis, empiris, dan filosofis. Tetapi sebelum
masuk kedalam bahasan tersebut, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai landasan itu sendiri.

Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan. Dalam bahasa
Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation, yang dalam bahasa Indonesia  menjadi fondasi.
Fondasi merupakan bagian terpenting untuk mengawali  sesuatu. Adapun menurut S. Wojowasito,
(1972: 161), bahwa landasan dapat diartikan sebagai alas ataupun dapat diartikan sebagai fondasi,
dasar, pedoman dan sumber.

Istilah lain yang hampir sama (identik) dengan kata landasan adalah kata dasar (basic). Kata dasar
adalah awal, permulaan atau titik tolak segala sesuatu. Pengertian dasar, sebenarnya lebih dekat pada
referensi pokok  (basic reference) dari pengembangan sesuatu. Jadi, kata dasar lebih luas pengertian
dari kata fondasi atau landasan. Karena itu, kata fondasi atau landasan dengan kata dasar (basic
reference) merupakan dua hal yang berbeda wujudnya, tetapi sangat erat hubungannya (Sanusi Uwes,
2001: 8). Maka, setiap ilmu yang berhubungan dan berkenaan dengan pelaksanaan pendidikan,
merupakan hasil dari pemikiran tentang alam atau manusia. Oleh karenanya, ilmu-ilmu itu dapat
dikatakan sebagai fondasi atau dasar pendidikan (Sunasi Uwes, 2001: 8)

Jadi, dilihat dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa landasan adalah
fondasi  atau dasar tempat berpijaknya sesuatu.

1.    Landasan Filosofis

Didalam landasan filosofis ini terdapat suatu pandangan bahwa “dengan digunakannya berbagai
jenis media hasil tekhnologi baru didalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang
manusiawi”. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi.
Benarkah pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa
dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik
pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk
menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian,
penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana
pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai
anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang
berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses
pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.

2.    Landasan Psikologis

Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran ialah alasan atau rasional mengapa media
pembelajaran dipergunakan dari kondisi pebelajar dan bagaimana proses belajar itu terjadi.
Walaupun telah diketahui adanya pandangan yang berbeda tentang belajar dan bagaimana belajar
itu terjadi, namun dapat dikatakan bahwa belajar itu adalah suatu proses yang mengakibatkan
adanya perubahan perilaku oleh adanya pengalaman. Perubahan perilaku itu dapat berupa
bertambahnya pengetahuan, diperolehnya keterampilan atau kecekatan dan berubahnya sikap
seseorang yang telah belajar.
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media
dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu,
persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di
samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsiserta
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal
agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu:

(1)     diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta
memberikan kejelasan obyek yang diamatinya,

(2)     bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.

Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit
ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan hubungan konkrit-abstrak dan kaitannya dengan
penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat, antara lain

1.    Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan
dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar
dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner, hal ini juga
berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.

2.    Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat
realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang
paling nyata ke yang paling abstrak.

3.    Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam
pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa
sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat
kejadian yang disajikan dengan simbol. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam
bentuk kerucut pengalaman (cone of experiment). 

Dalam menentukan jenjang konkrit ke abstrak antara Edgar Dale dan Bruner pada diagram jika
disejajarkan ada persamaannya, namun antar keduanya terdapat perbedaan konsep. Dale menekankan
siswa sebagai pengamat kejadian sehingga menekankan stimulus yang dapat diamati, Bruner
menekankan pada proses operasi mental siswa pada saat mengamati obyek.

3.  Landasan Teknologis

Teknologi pembelajaran teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan,


pengelolaan, penilaian proses dan sumber belajar. Jadi teknologi pembelajaran merupakan proses
kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk
menganalisis masalah, mencari solusi masalah dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan
terkontrol.

Sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan pebelajar untuk belajar. Untuk
mencapai sasaran akhir ini, teknolog-teknolog di bidang pembelajaran mengembangkan berbagai
sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan setiap pebelajar sesuai dengan karakteristiknya.
Dalam upaya itu, teknolog berkerja mulai dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang
berbagai media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan pengembangan
disainnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah diproduksi, pembuatan katalog untuk
memudahkan layanan penggunaannya, mengembangkan prosedur penggunaannya, dan akhirnya
menggunakan baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi (diseminasi).

Semua kegiatan ini dilakukan oleh para teknolog dengan berpijak pada prinsip bahwa suatu
media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh pebelajar yang memiliki
karakteristik sesuai dengan rangsangan yang ditimbulkan oleh media pembelajaran itu. Dengan
demikian, proses belajar setiap pebelajar akan amat dimudahkan dengan hadirnya media
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajarnya.
Media pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran memiliki enam manfaat potensial
dalam memecahkan masalah pembelajaran, yaitu:

a.    Meningkatkan produktivitas pendidikan ( Can make education more productive). Dengan media
dapat meningkatkan produktivitas pendidikan antara lain dengan jalan mempercepat laju belajar siswa,
membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam
menyajikan informasi, sehingga guru lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar
siswa.

b.    Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual (Can make education more
individual). Pembelajaran menjadi lebih bersifat individual antara lain dalam variasi cara belajar siswa,
pengurangan kontrol guru dalam proses pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan kesempatan belajarnya.

c.    Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran ( Can give instruction a more scientific
base). Artinya perencanaan program pembelajaran lebih sistematis, pengembangan bahan
pembelajaran dilandasi oleh penelitian tentang karakteristik siswa, karakteristk bahan pembelajaran,
analisis instruksional dan pengembangan disain pembelajaran dilakukan dengan serangkaian uji coba
yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

d.   Lebih memantapkan pembelajaran (Make instruction more powerful).


Pembelajaran menjadi lebih mantap dengan jalan meningkatkan kapabilitas manusia menyerap
informasi dengan melalui berbagai media komunikasi, di mana informasi dan data yang diterima lebih
banyak, lengkap dan akurat.

e.    Dengan media membuat proses pembelajaran menjadi lebih langsung atau seketika (Can make
learning more immediate).Karena media mengatasi jurang pemisah antara pebelajar dan sumber
belajar, dan meng-atasi keterbatasan manusia pada ruang dan waktu dalam memperoleh informasi,
dapat menyajikan “kekongkritan” meskipun tidak secara langsung.

f.     Memungkinkan penyajian pembelajaran lebih merata dan meluas (Can


make access to education more equal).

4.    Landasan Empiris

Berbagai temuan penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi anatara penggunaan media
pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, bahwa
siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang
sesuai dengan karakteristiknya. Siswa yang memiliki gaya belajar visual akan lebih mendapatkan
keuntungan dari menggunakan media visual, seperti film, video, gambar atau diagram. Sedangkan
siswa yang memiliki gaya belajar auditif lebih mendapatkan keuntungan dari penggunaan media
pembelajaran auditif, seperti rekaman suara , radio atau ceramah dari guru/ pengajar. Akan lebih
tepat dan menguntungkan siswa  dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-
visual.

Menurut sukiman dalam bukunya pengembangan media pembelajaran, agar proses belajar
dapat efektif perlu juga disesuaikan dengan tipe atau gaya belajar peserta didik. Gaya belajar adalah
kecenderungan orang untuk menggunakan cara tertentu dalam belajar. Secara umum ada tiga
macam gaya belajar, yaitu:

1.    Visual, yaitu belajar melalui apa yang dilihat. Ciri-ciri gaya visual adalah teliti terhadap yang detail,
mengingat dengan mudah apa yang dilihat, mempunyai masalah dengan instruksi lisan, tidak mudah
terganggu dengan suara gaduh, pembaca cepat dan tekun, lebih suka membaca dari pada dibacakan,
lebih suka metode demonstrasi dari pada ceramah, bila menyampaikan gagasan sulit memilih kata, rapih
dan teratur, dan penampilan sangat penting.
2.    Auditorial, yaitu belajar melalui apa yang didengar. Ciri-ciri gaya belajar auditorial adalah bicara pada
diri sendiri saat bekerja, konsentrasi mudah terganggu oleh suara ribut, senang bersuara keras ketika
membaca, sulit menulis tapi mudah bercerita, pembicara yang fasih, sulit belajar dalam suasana bising,
lebih suka musik dari pada lukisan, bicara dalam irama yang terpola, lebih suka gurauan lisan dari pada
membaca buku humor, dan mudah menirukan nada, irama dan warna suara.

3.    Kinestetik, yaitu belajar lewat gerak dan sentuhan. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik adalah berbicara
dengan perlahan, menanggapi perhatian fisik, menyentuh orang untuk mendapat perhatian, banyak
bergerak dan selalu berorientasi pada fisik, menggunakan jari sebagai penunjuk dalam membaca,
banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak bisa diam dalam waktu lama, menyukai permainan yang
menyibukkan, selalu ingin melakukan sesuatu, dan tidak mudah mengingat letak geografis.

Berdasakan landasan rasional empiris tersebut, pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan
atas dasar kesukaan guru. Akan tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik
pembelajar, materi pelajaran, dan media itu sendiri.
BAB III

PENUTUP
    Kesimpulan

Secara garis besar landasan media pembelajaran terdapat empat pokok pembahasan yaitu
landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris.

1.    Landasan filosofis berbicara tentang hakekat, mengapa perlu adanya media dalam pendidikan.

2.    Landasan psikologis menggaris bawahi bahwa dalam menggunakan media pembelajaran hendaknya
seorang guru mengetahui kecenderungan minat dan keinginan siswa agar nantinya materi yang
diajarkan lebih mengena dan lebih mudah dipahami.

3.    Landasan teknologis menitik beratkan pada alat- alat yang memudahkan peserta didik dalam
pembelajaran.

4.    Landasan empiris mengutamakan pada tipe atau gaya belajar peserta didik.

Dari beberapa landasan yang sudah ada diharapkan kita tidak perlu rau lagi menggunakan alat dalam
pembelajaran asal tepat memilihnya. Dan  diharapkan alat  atau media yang digunakan dapat
membantu peserta didik mencapai tujuan akhir pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai