Anda di halaman 1dari 30

PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

DI ERA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI

“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah”

“PROFESI KEGURUAN”

Dosen Pengampu :

Dr. Muhammad Anas Ma’arif, M.Pd

Disusun oleh:

Muchammad Taufiqur Rochman 20221700101009

Yafik Irawan Wibisono 20221700101021

Siti Mufidah 20221700101020

Yuli Herawati 20221700101051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM


2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah materi mata kuliah Profesi Keguruan yang
berjudul “Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi
komunikasi dan informasi”.

Makalah ini berisi uraian pengetahuan tentang Peran guru dalam


pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi dan informasi.
Kami menyadari bahwa apa yang kami tuangkan kedalam makalah ini merupakan
langkah awal dari sebuah pencarian dinamika akademis yang berkembang di
lingkungan kampus. Untuk itu, kami terobsesi untuk melanjutkan penulisan
makalah ini pada kesempatan lain sehingga pembahasanya lebih komperhensif.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik konstruktif dari para pembaca
yang Budiman.

Kami menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kam menerima kritik serta saran yang konstruktif guna
kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-
kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf
yang sebesar- besarnya.

Mojokerto, 11 Maret 2023


Penulis

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

A. Latar belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................2

C. Tujuan..............................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Peran guru dalam pengembangan media belajar di era teknologi dan


komunikasi...........................................................................................................3

B. Teori-teori yang berkaitan dengan sumber belajar.....................................11

C. Pengertian Media........................................................................................14

D. Jenis dan Klasifikasi Media........................................................................15

E. Peran Media................................................................................................17

F. Media yang tidak Diproyeksikan................................................................19

G. Media yang Diproyeksikan (Projeced Media)............................................21

BAB III..................................................................................................................25

PENUTUP..............................................................................................................25

A. Kesimpulan....................................................................................................25

B. Saran..............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Profesi guru merupakan profesi tertua yang ada didunia seumur dengan
keberadaan manusia. Profesi guru adalah posisi yang sangat strategis bagi
pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan
oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa. Seperti yang di kutip
dari Susanto, 2020: 12 Guru ialah orang yang merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai serta membimbing peserta didik untuk meraih
cita-cita dan memiliki budi pekerti. Maka dengan demikian guru hendaknya
memiliki kemampuan yang memadai untuk mengembangkan peserta didiknya
secara utuh.

Semakin berkualitasnya guru dalam melaksanakan peran dan tugasnya,


maka akan semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan
seseorang. Dengan 2 demikian, guru merupakan profesi yang dapat
menentukan nasib dan masa depan suatu bangsa. Selain itu peran guru juga
sangat penting untuk terciptanya generasi penerus bangsa yang berkualitas dan
dapat merubah nasib bangsa menjadi lebih maju. Maka dari itu, guru di tuntut
agar bisa menguasai bahan pelajaran, strategi pembelajaran dan segala upaya
peningkatan kualitas pendidikan agar mencapai hasil yang maksimal untuk
peserta didik. Saat ini penggunaan media pembelajaran sangat penting dalam
proses pembelajaran dikarenakan keterbatasan dalam berinteraksi secara
langsung oleh guru dengan peserta didik sehingga guru tidak dapat
mentansferkan ilmunya secara maksimal, memantau dan mengetahui proses
perkembangan pada peserta didiknya secara ideal.

1
Dengan demikian, guru ditantang dan diwajibkan dapat menguasai
media pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada di era
teknologi digital ini.

B. Rumusan Masalah

Sehubungan latar belakang masalah yang telah kami uraikan di atas, maka
ada beberapa masalah yang akan kami rumuskan. Namun untuk membatasi
ruang lingkup dalam pembahasan masalah, penulis hanya membatasi pada
masalah sebagai berikut :

1. Apakah guru sudah mampu dalam menggunakan media


pembelajaran?
2. Bagaimana peran guru dalam mengembangkan media pembelajaran
diera teknologi dan informasi?
3. Apa saja keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan media
pembelajaran?
C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas


kelompok mata kuliah Profesi Kependidikan dan menambah pengetahuan
bagi pembaca dan penulis, serta untuk calon guru dalam mengembangkan
media pembelajaran. Pada makalah ini terdapat hal-hal yang dapat
membantu agar seorang pengajar /guru mampu memberi peran dengan
maksimal dalam mengembangkan media pembelajaran di era teknologi dan
informasi agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran guru dalam pengembangan media belajar di era teknologi dan


komunikasi

Manusia sangat membutuhkan pendidikan untuk keberlangsungan


hidupnya. Seperti yang kita ketahui pendidikan merupakan suatu usaha agar
manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat
(1) Menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan,
dan ayat (3) Menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Untuk itu, seluruh warga negara mempunyai hak untuk memperoleh
pendidikan yang lebih baik guna mencerdaskan kehidupan bangsa yang
merupakan salah satu tujuan Negara Indonesia. Untuk mewujudkan
pendidikan tersebut guru juga mempunyai peran dan kedudukan yang sangat
strategis dalam pembangunan nasional khususnya dalam bidang pendidikan.
Peranan guru dalam dunia pendidikan sangatlah penting, karena syarat dari
belajar adalah adanya guru.
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengavaluasi,
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Jadi tugas guru selain dari
memberikan ilmu pengetahuan juga memberikan pendidikan dalam bidang
moral.
Sebagai guru yang hidup atau berada di era global saat ini, kita dituntut
untuk kreatif dan menguasai teknologi agar tidak tertinggal oleh arus zaman.
Seorang guru di zaman sekarang dituntut mampu untuk berkreasi dalam
mengembangkan metode pembelajaran dalam rangka meningkatkan minat

3
belajar peserta didik. Di zaman yang serba terbuka sekarang ini seorang guru
harus mampu memanfaatkan kemajuan dan kecanggihan teknologi terutama
teknologi informasi. 1
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat cepat pada era
globalisasi ini. Perkembangan ini dipastikan menyentuh, bahkan melahirkan
orientasi baru pada semua bidang kehidupan manusia, baik sosial, budaya,
ekonomi, politik, hukum, maupun pendidikan. Telah terjadi pergeseran dari
era pengetahuan, ke era informasi dan komunikasi. Transisi dari komunitas
berbasis pengetahuan ke komunitas berbasis informasi dan komunikasi
membawa perubahan yang dramatis, terutama dalam hal, bagaimana informasi
dikonstruksi menjadi pengetahuan yang dapat dikomunikasikan dengan cepat
dan secara luas kepada semua warga negara, sehingga tidak ada warga negara
yang terisolasi dalam informasi.2
Seorang guru tidak boleh hanya berkutat dengan buku sebagai satu-
satunya sumber pembelajaran, tetapi seorang guru harus mampu mencari
sumber lainnya melalui internet atau melalui teknologi informasi lainnya.
Tidak dapat dipungkiri era globalisasi menuntut kita harus aktif, kreatif,
menguasai teknologi. Jika tidak bisa mengikuti arus perkembangan zaman
modern saat ini, maka kita akan tertinggal dengan yang lain.
Pendidikan diartikan sebagai sesuatu yang bersifat satu arah, yang
menuntut penyampaian informasi oleh seorang ahli dan pemerolehan
pengetahuan yang telah disiapkan, oleh siswa. Dalam hal ini, seorang guru
dianggap sebagai ahli yang mempunyai jawaban untuk setiap pertanyaan,
sehingga ia memiliki otoritas penuh. Di sisi lain, para siswa selalu dianggap
sebagai pelajar pasif, penerima apapun yang diajar oleh guru.3

1
Andi Ilfa Fasirah Uda, Skripsi: PERAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SDN 023
TARAKAN, (Kalimantan Utara: UBT, 2022), hlm. 1.
2
Denizulaiha, PERAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN DI ERA
TEKNOLOGI DIGITAL, Makalah Prosiding Seminar Nasional 21 Universitas Pgri Palembang, 05
MEI 2018, hlm. 616.
3
Wartomo, PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN ERA DIGITAL, Prosiding Temu Ilmiah
Nasional Guru (Ting) VIII Yogyakarta, 26 November 2016, hlm. 267.

4
Peran Guru dalam pembelajaran tersebut dapat dijadikan landasan untuk
melakukan kajian terhadap visi, tanggung jawab, sensitivitas sosial,
kemampuan logis dan kejujuran guru dalam pengembangan media
pembelajaran di era teknologi dan informasi . Berikut ada beberapa
penjelasan ke arah itu, yaitu:
1. Visi guru: paradigma dalam pendidikan saat ini telah beralih dari
paradigma mengajar menuju paradigma belajar. Ini berarti bahwa
pendidikan bukan lagi mengenai bagaimana menyampaikan
pengetahuan dan informasi kepada siswa, tetapi tentang bagaimana
membantu siswa untuk mencari danmenemukan (search-discovery)
informasi sendiri dan kemudian membantu siswa untuk
mengkonstruksi dan menciptakan (construction-invention)
pengetahuan yang bermanfaat bagi diri mereka. Guru tidak lagi
bertanggung jawab atas pengetahuan yang disimpan dalam pikiran
para siswa, tetapi bagaimana siswa mampu membangun pengetahuan
secara mandiri (Geddis, 1993). Hal ini bukan berarti guru adalah
pembantu yang pasif, tetapi aktif dalam proses konstruksi tersebut,
misalnya melalui penciptaan lingkungan belajar yang berpegang pada
prinsip multy channel learning. Dalam era digital global dewasa ini,
hal ini hendaknya menjadi visi yang jelas bagi guru, bagaimana
memperlakukan siswa dalam belajar.
2. Tanggung jawab moral guru: pekerjaan utama guru tentu saja
mengajar. Dalam lingkup sosial, guru juga memiliki tanggung jawab
dalam membangun konsep diri siswa, misalnya tentang moralitas dan
keanekaragaman etnik. Hal ini dapat diberikan melalui persentasi
norma-norma sosial dan hal-hal yang dilarang, baik secara langsung
melalui aspek-aspek pendidikan yang diajarkan, atau secara tidak
langsung melalui contoh-contoh penerapan. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang pesat serta tingginya tingkat
keambiguan dalam teknologi memberi peluang terjadinya berbagai
masalah, misalnya cara interaksi sosial yang tindakan maupun pada

5
tingkah laku yang menyimpang. Salah satu sebab adalah peningkatan
isolasi bagi mereka yang berinteraksi secara berlebihan pada internet
dan sebagai konsekuensinya dapat menurunkan interaksi antar
individu. Lebih lanjut, kemungkinan konsekuensi negatif mengenai
ketertutupan dan pemisahan diri yang diakibatkan oleh akses global,
mengakibatkan melemahnya norma-norma sosial. Hal-hal selebihnya
harus didiskusikan atau setidaknya disadari yaitu kondisi dalam dunia
pendidikan dimana interaksi banyak berpusat pada teknologi informasi
dan komunikasi.
3. Sensitivitas sosial guru: dalam komunitas berbasis pengetahuan digital,
terjadi penekanan pada nilai-nilai finansial serta nilai-nilai ekonomis
pada pengetahuan. Sebagai contoh, di negara maju dimana komunitas
digital berkembang sangat pesat, telah disinyalir penurunan sensitivitas
kemanusiaan dalam mata kuliah di kampus, terutama pada ilmu-ilmu/
jurusan-jurusan sains yang berat. Hal ini tidak begitu terjadi pada ilmu
yang difokuskan pada penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Hal
yang tidak boleh dilupakan dalam mengembangkan originalitas dan
imajinasi, yakni seseorang harus menanamkan rasa kemanusiaan dan
sensitivitas sosial. Penerapan TIK digital dalam dunia pendidikan tidak
boleh mengurangi hal ini. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi
guru dalam dunia digital global dewasa ini. Untuk itu, guru perlu
menjadi orang yang literat dalam hal-hal digital sehingga mampu
memahami serta siap dengan lingkungan berteknologi tinggi yang
mengelilingi mereka, serta yang akan menjadi hal yang mereka sentuh
langsung dalam dunia kerjanya. Literasi digital guru tidak hanya
berarti kemampuan untuk menumpulkan, memilih, memperbaiki dan
memproses informasi, tetapi juga untuk menilai dan menentukan
kredibilitas informasi. Dalam hal tertentu hasil perbaikan dan
pemprosesan dapat berbeda satu sama lainnya tergantung sensitivitas
sosial guru tersebut. Oleh sebab itu komunitas digital memerlukan
guru yang memang literat, secara digital, dan juga sensitif, secara

6
sosial. Sensitivitas sosial dalam hal ini adalah kemampuan untuk
memperoleh pengetahuan budaya, serta sensitivitas untuk bekerja
dengan sukses dalam bidang pendidikan yang berubah sangat cepat.
4. Reorientasi kemampuan logika dan kejujuran guru: guru harus
memiliki kemampuan untuk memberikan alasan-alasan secara logis
dalam bidang ilmu yang diajarkan, dengan cara membangun keahlian,
dan memperbaharuinya sesuai dengan perkembangan terbaru secara
berkesinambungan. Sebagai tambahan, guru harus memiliki
kemampuan untuk menggunakan contoh-contoh nyata yang berkaitan
dengan kehidupan siswa dan menghubungkan dengan mata pelajaran
yang diajarkan. Guru harus tanggap untuk tidak membuat siswanya
merasa bosan dengan hanya menyampaikan materi pelajaran secara
searah seperti yang telah direncanakan. Tetapi guru harus
meningkatkan kreativitas tentang bagaimana siswa belajar
mengkonstruksi pengetahuan, misalnya bagaimana menciptakan
lingkungan belajar yang memungkinkan siswa belajar secara aktif dan
mandiri dari berbagai sumber pembelajaran, yang memungkinkan
siswa membangun kompetensi mereka secara utuh, dari kompetensi
dasar sampai kompetensi tingkat tinggi (Sudiarta, 2007). Di samping
itu, di tengah tumpah ruahnya informasi dan sumber belajar digital
yang dapat diakses secara cepat dan luas, guru harus mampu menjadi
pelopor kejujuran dalam belajar, misalnya jujur dengan menunjukkan
sumber bahan ajar digital yang digunakan, jujur bahwa dia belum
mengakses informasi digital tertentu yang dibutuhkan, dan sebagainya.
Berdasarkan keempat butir dalam masyarakat digital global tersebut
dapat diturunkan konsekuensi logis terhadap peran guru dalam
masyarakat digital global dewasa ini. Dalam hal ini guru dapat
memiliki paling tidak tiga peran penting dalam pendidikan berbasis
digital global, yaitu sebagai pembawa perubahan, pembaharu
pengetahuan, serta konsultan pembelajaran sebagai berikut. (1)
pembawa perubahan; perubahan adalah hal yang kekal dalam

7
kehidupan. Manajemen perubahan tidak hanya berarti respon pasif
pada perubahan tersebut tetapi juga bagaimana seseorang dapat secara
aktif dan intensif merencanakan perubahan. Lehtinen (2006), dalam
konteks ini peran guru harus beranjak dari ‘penyedia jawaban’, yaitu
seseorang yang memproses dan menyajikan pengetahuan yang
diperlukan dalam menghadapi perubahan, menjadi ‘pembawa
perubahan’ yaitu orang yang membantu siswa dalam menemukan
pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi perubahan, serta
membantu mereka agar mampu secara aktif mengatur strategi
perkembangan pribadi. Dengan kata lain, peran guru dalam era
pengetahuan digital, yaitu mengatasi potensi keterkejutan akan
perubahan, membantu siswa memulai visi baru untuk masa depan,
memotivasi kepemimpinan bagi mereka agar mampu membantu
dirinya dalam memulai perannya masing-masing, serta membantu
mereka agar mampu melanjutkan program pengembangan diri.
pembaharu pengetahuan, perkembangan informasi telah banyak
didesentralisasi sejak era perkembangan komputer. Makin pesatnya
teknologi jaringan digital diikuti ‘prinsip keterbukaan informasi’
memungkinkan orang-orang untuk bertukar informasi dan berbagi
banyak sumber/ berbagai sumber (information exchange and resource
sharing).
Terkait dengan peran strategis, maka guru tersebut harus memiliki
kompetensi yang sebagaimana telah diatur dalam UU No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 10 disebutkan bahwa kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.

Kemajuan teknologi saat ini memang tidak bisa dihindari dalam kehidupan
ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Teknologi juga memberikan banyak kemudahan, serta sebagai
cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Kemajuan ilmu dan teknologi

8
informasi telah banyak mengubah cara pandang dan gaya hidup masyarakat
Indonesia dalam menjalankan aktivitas dan kegiatannya.

Keberadaan dan peranan teknologi informasi dalam sistem pendidikan


telah membawa era baru perkembangan dunia pendidikan, tetapi
perkembangan tersebut belum diimbangi dengan peningkatan sumber daya
manusia yang menentukan keberhasilan dunia pendidikan di Indonesia pada
umumnya. Hal ini lebih desebabkan masih tertinggalnya sumber daya manusia
kita untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam proses pendidikan
tersebut.

Peningkatan kinerja pendidikan di masa mendatang diperlukan sistem


informasi dan teknologi informasi yang tidak hanya berfungsi sebagai sarana
pendukung, tetapi lebih sebagai senjata utama untuk mendukung keberhasilan
dunia pendidikan sehingga mampu bersaing di pasar global. Guru dengan
keberaksaraan digital memegang peran yang sangat penting sebagai konsultan
pembelajaran untuk membantu siswa dalam pemerolehan informasi, navigasi
informasi dan berbagi informasi. Peran guru dalam pembelajaran era digital
ada tujuh yakni:

1. guru sekolah sebagai sumber belajar: peran guru sebagai sumber


belajar berkaitan dengan kemampuan guru dalam menguasai materi
pelajaran. Sehingga ketika siswa bertanya, dengan sigap dan cepat
tanggap, guru sekolah dasar akan dapat langsung menjawabnya dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh siswanya.
2. guru sekolah sebagai fasilitator: peran guru dalam memberikan
pelayanan kepada siswa untuk dapat memudahkan siswa menerima
materi pelajaran. Sehingga pembelajaran menjadi efektif dan efisien.
3. guru sekolah sebagai pengelola: dalam proses pembelajaran, guru
berperan untuk memegang kendali penuh atas iklim dalam suasana
pembelajaran. Diibaratkan seperti seorang nahkoda yang memegang
setir kemudi kapal, yang membawa jalannya kapal ke jalan yang aman
dan nyaman. Guru haruslah menciptakan suasana kelas yang nyaman

9
dan kondusif. Sehingga siswa dapat menerima pembelajaran dengan
nyaman.
4. guru sekolah sebagai demonstrator: berperan sebagai demonstrator
maksudnya disini bukanlah turun ke jalan untuk berdemo. Namun
yang dimaksudkan disini adalah guru itu sebagai sosok yang berperan
untuk menunjukkan sikap-sikap yang akan menginspirasi siswa untuk
melakukan hal yang sama, bahkan lebih baik.
5. guru sekolah sebagai pembimbing: perannya sebagai seorang
pembimbing, guru diminta untuk dapat mengarahkan kepada siswa
untuk menjadi seperti yang diinginkannya. Namun tentunya, haruslah
guru membimbing dan mengarahkan untuk dapat mencapai cita-cita
dan impian siswa tersebut.
6. guru sekolah sebagai motivator: proses pembelajaran akan berhasil jika
siswa memiliki motivasi didalam dirinya. Oleh karena itu, guru juga
berperan penting dalam menumbuhkan motivasi dan semangat dalam
diri siswa untuk belajar.
7. guru sekolah sebagai elevator: setelah melakukan proses pembelajaran,
guru haruslah mengevaluasi semua hasil yang telah dilakukan selama.
Dapat diperoleh kesimpulan bahwa Perkembangan teknologi informasi
yang semakin pesat di era globalisasi saat ini tidak bisa dihindari lagi
pengaruhnya terhadap dunia pendidikan.Tuntutan global menuntut dunia
pendidikan untuk selalu dan senantiasa menyesuaikan perkembangan
teknologi terhadap usaha dalam peningkatan mutu pendidikan, terutama
penyesuaian penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bagi dunia
pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Dalam dunia pendidikan,
Teknologi Informasi dan Komnikasi secara umum bertujuan agar siswa
memahami alat teknologi informasi dan komunikasi secara umum, termasuk
komputer( computer literate) dan memahami informasi (information literate),
artinya siswa dapat mengenal istilah-istilah yang digunakan pada teknologi
informasi dan komunikasi. Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran, selain membantu siswa dalam belajar juga memiliki peran yang

10
cukup berpengaruh bagi seorsang guru terutama dalam pemanfaatan fasilitas
untuk kepentingan memperkaya kemampuan mengajarnya.

B. Teori-teori yang berkaitan dengan sumber belajar

Pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang


dirasa turut mempengaruhi belajar. Ada tiga variable yang perlu
dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran. Ketiga variabel tersebut
adalah variabel kondisi, variabel metode, dan variabel hasil
pembelajaran. Kondisi pembelajaran adalah mencakup semua variabel yang
tidak dapat dimanipulasi oleh perencana pembelajaran, dan harus diterima apa
adanya. Yang termasuk dalam variabel ini adalah tujuan pembelajaran,
karakteristik bidang studi, dan karakteristik siswa. Variabel metode
pembelajaran adalah mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai
tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Yang termasuk dalam variabel ini
adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian
pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Sedangkan variabel hasil
pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan metode
tertentu pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi
pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.

Inti dari rencana pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran


yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus
utama dalam perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan, dan
pengembangan variabel metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran
harus didasarkan pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Analisis akan
menunjukkan bagaimana kondisi pembelajarannya, dan apa hasil pembelajaran
yang diharapkan. Setelah itu, barulah menetapkan dan mengembangkan
metode pembelajaran yang diambil dari perancang pembelajaran setelah
mempunyai informasi yang lengkap mengenai kondisi nyata yang ada dan hasil
pembelajaran yang diharapkan.

11
Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan
metode pembelajaran, yaitu :

1.      Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan
dalam semua kondisi.

2.      Metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang


berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran.

3.      Kondisi pembelajaran yang berbeda bisa memiliki pengaruh yang


konsisten pada hasil pembelajaran.

Berkenaan dengan menyusun rencana pembelajaran, Reigeluth dan


Merril dalam Reigulth telah mengembangkan model pembelajaran secara
komperhensif yang terdiri dari tiga variabel utama, yaitu : (1) kondisi
pembelajaran (instructional conditions), (2) metode pembelajaran (instructional
methods), dan (3) hasil pembelajaran (instructional outcomes). Interaksi antara
ketiga variabel tersebut dihasilkan dua teori pembelajaran, yaitu teori
pembelajaran diskriptif, dan teori pembelajaran preskriptif, yaitu secara
diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar : interrelasi variabel kondisi pembelajaran, metode pembelajaran, dan


hasil pembelajaran.

12
Pada teori pembelajaran diskriptif, variabel kondisi pembelajaran dan
metode pembelajaran merupakan variabel bebas, dn hasil pembelajaran sebagai
variabel terikat. Kedua variabel bebas berinteraksi untuk menghasilkan efek
hasil pembelajaran. Sedangkan pada teori pembelajaran preskriptif, variabel
kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran merupakan variabel bebas, dan
metode pembelajaran sebagai variabel terikat.

Kedua variabel bebas tersebut berinteraksi untuk menetapkan metode


pembelajaran yang optimal. Dengan bahasa yang lebih mudah dapat dikatakan
bahwa teori pembelajaran yang yang bersifat preskriptif membahas bagaimana
mengelola faktor-faktor eksternal agar orang yang belajar dapat belajar dengan
sebaik-baiknya. Sedangkan teori belajar dekriptif membahas bagaimana proses
belajar terjadi pada diri orang yang belajar.

Degeng memberikan contoh kedua teori pembelajaran tersebut. Pada


teori pembelajaran deskriptif, apabila isi bidang studi (kondisi) diorganisasikan
dengan menggunakan model elaborasi (metode), akan diperoleh hasil belajar
yang meningkat. Sedangkan pada teori pembelajaran preskriptif, agar diperoleh
hasil belajar yang meningkat, maka isi bidang studi (kondisi) perlu
diorganisasikan dengan menggunakan model elaborasi. Selanjutnya, Degeng
mengungkapkan bahwa kondisi pembelajaran merupakan faktor yang
mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil belajar. Metode
pembelajaran merupakan cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda pula. Hasil
pembelajaranmerupakan semua efek yang dapat digunakan sebagai indikator
tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran pada kondisi yang berbeda.

Gagne dalam Suparman mengatakan bahwa sistem pembelajaran adalah


suatu set peristiwa yang mempengaruhi anak didik sehingga terjadi proses
belajar. Kegiatan pembelajaran ini harus terencana secara sistematis untuk
dapat disebut sebagai kegiatan pembelajaran. Selain ituu, dipaparkan juga
mengenai kegiatan yang dilakukan anak didik tanpa perencanaan sebelumnya
yang disebut dengan pengalaman, bukan disebut sebagai pembelajaran.

13
Sekalipun kegiatan-kegiatan itu menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
anak didik, tetapi tanpa rencana yang bertujuan.

Pengembangan pembelajaran sebagai suatu proses yang sistematis


untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran melalui tahapan berikut.

1.      Perumusan tujuan instruksional umum.

2.      Analisis tujuan instruksional umum.

3.      Analisis kemampuan awal siswa.

4.      Menuliskan tujuan instruksional khusus.

5.      mengembangkan tes acuan patokan.

6.      mengembangkan strategi pembelajaran.

7.      mengembangkan bahan pembelajaran.

8.      Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.

9.      Merevisi pembelajaran.

10.  Melaksanakan evaluasi formatif.

C. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar
terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah
satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator
menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa
proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran
mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan
pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan
pembelajaran.

14
Media juga berasal dari bahasa Latin yang mempunyai arti antara. Makna
tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk
membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima. Sejumlah pakar
membuat batasan tentang media, diantaranya yang dikemukakan oleh
Association of Education and Communication Technology (AECT) Amerika.
Menurut AECT, media adalah bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyalurkan pesan atau informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan
pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar
ke peserta didik. Hal yang sama dikemukakan sebelumnya oleh Briggs (1970)
yang menyatakan bahwa media adalah segala bentuk fisik yang dapat
menyampaikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar.

D. Jenis dan Klasifikasi Media

Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam,


mulai dari media yang sederhana sampai pada media yang cukup rumit dan
canggih. Untuk mempermudah mempelajari jenis-jenis media, karakter, dan
kemampuannya, dilakukan pengklasifikasian atau penggolongan.

Salah satu klasifikasi yang dapat menjadi acuan dalam pemanfaatan media
adalah klasifikasi yang dikemukakan oleh Edgar Dale yang dikenal
dengan kerucut pengalaman (Cone Experience). Kerucut pengalaman Dale
mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang diperoleh oleh
peserta didik, mulai dari pengalaman belajar langsung, pengalaman belajar
yang dapt dicapai melalui gambar, dan pengalaman belajar yang bersifat
abstrak. Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kerucut
pengalaman, perhatikan gambar berikut.

15
Gambar. Kerucut pengalaman Dale (Heinich,1996)

Kerucut pengalaman Dale, menunjukkan bahwa informasi yang


diperoleh melalui pengalaman langsung yang berada pada dasar kerucut
mampu menyajikan pengalaman belajar secara lebih konkret. Semakin menuju
ke puncak, penggunaan media semakin memberikan pengalaman belajar yang
bersifat abstrak.

Penggolongan lain yang dapat dijadikan acuan dalam pemanfaatan


media adalah berdasarkan pada teknologi yang digunakan, mulai media yang
teknologinya rendah (low technology) sampai pada media yang menggunakan
media yang menggunakan teknologi tinggi (high technology). Apabila
penggolongan media ditinjau dari teknologi yang digunakan, maka
penggolongannya sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Dengan
demikian, penggolongan media dapat berubah dari waktu kewaktu. Misalnya,
dalam era tahun 1950 media televise dikategorikan sebagai media berteknologi
tinggi, tetapi kemudian pada era tahun 1970/1980 media tersebut bergeser
dengan kehadiran media komputer. Pada masa tesebut, computer digolongkan
sebagai media dengan teknologi yang paling tinggi, tetapi kemudian dapa
tahun 1990 tergeser kedudukannya dengan kehadiran media komputer
conferencing melalui internet. Kondisi seperti ini akan berlangsung selama
ilmu dan teknologi terus berkembang.

16
Salah satu bentuk klasifikasi yang mudah dipelajari adalah klasifikasi
yang disusun oleh Heinich, sebagai berikut.

KLASIFIKASI JENIS MEDIA


Media yang tidak dapat Realita, model, bahan grafis
diproyeksikan (non projected (graphical material), display
media)
Media yang diproyeksikan OHT, Slide, Opaque
(projected media)
Media Audio (Audio) Audio kaset, audio vision, active
audio vissioon
Media Video (Video) Video
Media berbasis komputer Computer Assisted Instruction
(computer based media) (CAI)
Computer Managed Instruction
(CMI)
Multimedia kit Perangkat Praktikum

Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Heinich ini pada dasarnya adalah


penggolongan media berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu apakah media tersebut
masuk dalam golongan media yang tidak diproyeksikan atau yang
diproyeksikan, atau apakah media tertentu masuk dalam golongan media yang
dapat didengar lewat audio atau dapat dilihat secara visual, dan seterusnya.

E. Peran Media

Dalam proses pembelajaran media memiliki kontribusi dalam


meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja
membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan
nilai tambah pada kegiatan pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis
media, baik yyang canggih dan mahal ataupun media yang sederhana dan

17
murah. Kemp, dkk. (1985) menjabarkan sejumlah kontribusi media dalam
kegiatan pembelajaran antara lain :

1. Penyajian materi ajar menjadi lebih standar;


2. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik;
3. Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif;
4. Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi;
5. Kualitas belajar yang dapat ditingkatkan;
6. Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai
dengan yang diinginkan;
7. Meningkatkan sifat positif peserta didik dan proses belajar menjadi
lebih kuat/baik;
8. Memberikan nilai positif bagi pengajar.

Penjabaran tentang peranan media dalam pembelajaran yang dikemukakan


oleh Kemp memberikan wawasan yang luas mengenai pemanfaatan media
dalam pembelajaran. Selain itu, Heinich melihat kontribusi media dalam proses
pembelajaran secara lebih global ditinjau dari kondisi berlangsungnya proses
pembelajaran, seperti berikut :

a. Proses pembelajaran yang bergantung pada kehadiran pengajar,

Pada kondisi ini, penggunaan media dalam proses pembelajaran


umumnya besifat sebagai pendukung bagi pengajar. Perancangan media yang
tepat akan sangat membantu menguatkan materi pembelajaran yang
disampaikan oleh pengajar secara langsung.

b. Proses pembelajaran tanpa kehadiran pengajar

Ketidakhadiran pengajar dalam proses pembelaran dapat disebabkan


oleh tidak tersedianya pengajar atau pengajar sedang bekerja dengan peserta
didik lain.

18
Media dapat digunakan secara efektif pada pendidikan formal dimana pengajar
yang karena suatu hal tidak dapat hadir di kelas atau sedang bekerja dengan
peserta didik lain.

c. Pendidikan jarak jauh

Pendidikan jarak jauh telah berkembang dengan cepat di seluruh dunia.


Hal utama yang membedakan antara pendidikan jarak jauh dengan pendidikan
tatap muka adalah adanya keterpisahan antara pengajar dan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Adanya keterpisahan ini membutuhkan suatu media yang
berperan sebagai jembatan antar pengajar dengan peserta didik. Peranan media
dalam pendidikan jarak jauh mampu mengatasi masalah jarak, ruang, dan
waktu. Media yang paling umum digunakan dalam pendidikan jarak jauh
adalah media cetak dengan menggunakan sistem korespondensi.

d. Pendidikan khusus

Media memiliki peran yang penting dalam pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki keterbatasan kemampuan, misalnya yang memiliki
keterbelakangan mental, tuna netra, atau tuna rungu. Penggunaan media
tertentu akan sangat membantu proses pembelajaran bagi mereka. Media yang
digunakan adalah jenis-jenis media yang sesuai dan tepat bagi masing-masing
keterbatasan.

F. Media yang tidak Diproyeksikan

Media ini sering disebut sebagai pameran atau displayed media. Jenis
media yang tergolong media yang tidak diproyeksikan, yaitu :

1. Realia

Realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar. Pemanfaatan
media realia tidak harus selalu dihadirkan dalam ruang kelas, tetapi dapat
digunakan sebagai suatu kegiatan observasi pada lingkungannya. Realia dapat

19
digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaiman adanya, tidak
perlu dimodofikasi, tidak ada pengubahan, kecuali dipindahkan dari kondisi
lingkungan hidup aslinya. Cirri media realia adalah benda asli yang masih
berada dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang
sebenarnya, dan dapat dikenali sebagaimana wujud aslinya. Selain dalam
bentuk aslinya, penggunaan realia dapat dimodifikasi.

2. Model
Pemanfaatan media realia dalam proses pembelajaran merupakan cara yang
cukup efektif, karena dapat memberikan informasi yang lebih akurat. Menurut
brown (1985), model didefinisikan sebagai benda nyata yang dimodifikasikan ;
heinich et al., (1996) menyebutkan hal yang senada, yaitu gambaran yang
berbentuk tiga dimensi dari sebuah benda nyata. Penggunaan model
didefinisikan sebagai media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk
mengatasi kendala pengadaan relia, seperti harga yang tinggi atau benda yang
sulit digunakan sebagai realia.

3. Bahan Grafis

Media grafis yang juga dapat digolongkan sebagai media visual nonproyeksi,
mudah digunakan karena tidak membutuhkan peralatan serta relative murah.
Umumnya media yang termasuk dalam golongan ini hanya membutuhkan
biaya yang relative rendah atau bahkan tidak memerlukan biaya sama sekali.
Brown et al melihat setidaknya ada lima jenis media grafis dalam kegiatan
pembelajaran yaitu graft, chart, diagram, kartu, poster. Dan menurut Heinich
menyebutkan beberapa media grafis yaitu gambar diam, sketsa, diagram, chart,
graft, poster dan kartu.

4. Papan Display

Berbagai media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, poster, chart,


realia, atau lainya yang akan digunakan dalam proses pembelajaran kadangkala
membutuhkan tempat untuk men-display atau memanjang. Banyak pilihan

20
yang dapat digunakan untuk men-display atau memanjang media yang tidak
diproyeksikan, yaitu papan tulis (blackbroads), whitebroads, copybroads, dan
bulletin broads. Keempat jenis media display ini dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan.

G. Media yang Diproyeksikan (Projeced Media)

Media yang tergolong sebagai media yang diproyeksikan antara


lain overhead transparency (OHT), slide, filmstrips, dan opaque. Media
tersebut diproyeksikan ke layer dengan menggunakan alat khusus yang
dinamakan proyektor (overhead projector, slide projector, dan opaque
projector). Namun, dengan perkembangan teknologi telah memungkinkan
computer dan video dapat diproyeksikan dengan menggunakan peralatan
khusus, yaitu LCD.

1. OHT
OHT merupakan media yang paling sering digunakan. Tidak hanya
karena popular, tetapi juga relative lebih mudah mempersiapkan materi
ataupun pengoperasianya. Selain dibutuhkan bahan transparansi,
dibutuhkan juga alat tulis khusus/pena.

 Pemanfaatan OHT dalam pembelajaran


Untuk dapat memanfaatkan media OHT dalam proses pembelajaran
dengan hasil optimal, perlu diperhatikan bebepara hal (Teague, dkk., 1994).
a. Mengajar sebaiknya mematikan overhead projector apabila tidak sedang
digunakan untuk presentasi. Dalam penggunaan OHT kerap kali seorang
pengajar mengabaikan keberadaan tombol power untuk menghidupkan dan
mematikan overhead projector. Seorang pengajar kerap kali
membiarkan overhead tetap menyala sepanjang presentasi yang dilakukan,
bahkan tanpa bahan yang diproyeksikan. Hal ini selain mengganggu peserta

21
didik dengan cahaya yang menyilaukan, juga mempercepat masa hidup
(life time) dari lampu proyektor.
b. Pada saat penggantian transparansi yang akan dipresentasikan
sebaiknya overhead projector dalam posisi mati (power off). Menyalakan
kembali proyektor pada saat transparansi yang akan dipresentasikan siap
atas proyektor memberikan semacam kejutan yang akan menarik perhatian
dan membuat peserta didik kembali memfokuskan perhatiannya kepada
menteri baru yang sedang dipresentasikan.
c. Untuk mendapatkan perhatian yang berkesinambungan dari peserta didik,
sebaiknya pengajar menggunakan berbagai jenis penyajian transparansi,
seperti transparansi tunggal, overlay, dan mask, disesuaikan dengan materi
yang dipresentasikan.

2. Slide
Slide tergolong dalam media visual yang penggunaannya
diproyeksikan ke layer. Media slide dapat menampilkan gambar yang
sangat realistis. Hal ini disebabkan bahan dasar media slide merupakan film
fotografis berbentuk transparan yang sangat tepat untuk digunakan sebagai
suplemen belajar pada bidang studi eksakta, seperti jurusan MIPA (biologi,
kimia, dan fisika), arsitektur, kedokteran, dan juga pada bidang studi
social.Penggunaan slide dalam proses pembelajaran dapat digunakan
dengan ataupun tanpa suara.

3. Media Audio
Media audio merpakan media yang sangat fleksibel, relative murah,
praktis dan ringkas, serta mudah dibawa (portable). Media ini dapat
digunakan, baik untuk keperluan belajar kelompok (group learning)
maupun belajar individual. Dengan karakteristik yang dimilikinya, media

22
audio sangat efektif digunakan dalam beberapa bidang studi, seperti
bahasa, drama, dan seni musik.

4. Media Video
Pemanfaatan media video dalam proses pembelajaran diruang kelas
sudah merupakan hal yang biasa. Sebagai media audiovisual dengan
memiliki unsure gerakan dan suara, video dapat digunakan sebagai alat
Bantu mengajar pada berbagai bidang studi.

Pada bidang studi yang banyak mempelajari keterampilan motorik dapaat


mengandalkan kemampuan video. Melatih kemampuan kegiatan dengan
prosedur tertentu akan membantu dengan pemanfaatan media video.

Kemampuan video untuk mengabadikan kejadian-kejadian factual dalam


bentuk program documenter bermanfaat untuk membantu pengajar dalam
mengetengahkan fakta, kemudian membahas fakta tersebut secara lebih
jelas dan mendiskusikannya diruang kelas.

5. Media Berbasis Komputer


Komputer saat ini tidak lagi merupakan konsumsi mereka yang
bergerak dalam bidang bisnis atau dunia kerja, tetapi juga dimanfaatkan
secara luas oleh dunia pendidikan. Menurut Hannafin dan Peck (1998),
potensi media computer yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
efektivitas proses pembelajaran antara lain sebagai berikut.
 Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dan
materi pelajaran.
 Proses belajar dapat berlangsung secara individual sesuai dengan
kemampuan belajar peserta didik.
 Mampu menampilkan unsure audio visual untuk meningkatkan minat
belajar (multimedia).

23
 Dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didik dengan
segera.Mampu menciptakan proses belajar secara kesinambungan.

Heinich, et al., (1996) mengemukakan enam bentuk interaksi yang


dapat diaplikasikan dalam merancang sebuah media pembelajaran, berupa:

 Praktik dan latihan (drill and practice),


 Tutorial,
 Permainan (games),
 Simulasi (simulation),
 Penemuan (discovery), dan
 Pemecahan masalah (problem solving).

6. Multimedia Kit
Multimedia kit dapat diartikan sebagai paket bahan ajar yang terdiri
dari berbagai jenis media yang digunakan untuk menjelaskan suatu
topic/materi tertentu, yang dilengkapi dengan study guide, lembar kerja,
dan modul. Multimedia kit biasanya digunakan dalam mata pelajaran
fisika, kimia, dan biologi yang siap digunakan oleh pengajar untuk
menyajikan pelajarannya. Multimedia kit dapat juga digunakan langsung
oleh peserta didik, baik secara kelompok atau individual dalam melakukan
eksperimen mengenai prinsip dan mekanisme kerja suatu benda.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka dapat disimpulkan


bahwa guru sangat berperan penting dalam mengembangkan media
pembelajaran. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu
sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.peningkatan
kuaitas pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi
pendidikan yaitu dengan cara mencari dan mengidentifikasi permasalahan
yang dihadapi dalam belajar kemudian dicari pemecahannya melalui aplikasi
teknologi informasi yang sesuai.

Media juga memiliki peran sebagai berikut; penyajian materi ajar menjadi
standar, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, kegiatan belajar dapat
menjadi lebih interaktif, waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat
dikurangi, kualitas belajar dapat ditingkatkan, pembelajaran dapat disajikan
dimana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan, meningkatkan sifat
positif peserta didik dalam proses menjadi lebih kuat/baik, dan memberikan
nilai positif bagi pengajar.

B. Saran

Kami membuat makalah ini untuk menjadi referensi bagi pembaca dan
menambah wawasan mengenai materi ini. Makalan ini hanya untuk sebagai
penunjang atau dasar dalam mengetahui penjelasan mengenai warisan
peradaban dinasti umayyah dan akhir kekuasaanya. Sebaiknya para pembaca
lebih mencari referensi lainya untuk memahami materi ini lebih dalam atau
lebih luas lagi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Ondi Saondik, dkk, Etika Profesi Keguruan, Jakarta: Refika


Editama, 2009.

Sanjaya, wina, Perencanaan  dan Desain System Pembelajaran, Jakarta:


Kencana, 2008.

Ilfa, Andi Fasirah, peran guru dalam mengimplementasikan teknologi


informasi dan komunikasi pada proses pembelajaran di SDN 023 tarakan,
Kalimantan Utara: UBT, 2022.
Denizulaiha, PERAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM
PEMBELAJARAN DI ERA TEKNOLOGI DIGITAL, Makalah Prosiding Seminar
Nasional 21 Universitas Pgri Palembang,2018.
Wartomo, PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN ERA DIGITAL,
Prosiding Temu Ilmiah Nasional Guru (Ting) VIII Yogyakarta, 2016.

26

Anda mungkin juga menyukai