“PROFESI KEGURUAN”
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah materi mata kuliah Profesi Keguruan yang
berjudul “Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi
komunikasi dan informasi”.
Kami menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kam menerima kritik serta saran yang konstruktif guna
kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-
kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf
yang sebesar- besarnya.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
A. Latar belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
C. Pengertian Media........................................................................................14
E. Peran Media................................................................................................17
BAB III..................................................................................................................25
PENUTUP..............................................................................................................25
A. Kesimpulan....................................................................................................25
B. Saran..............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Profesi guru merupakan profesi tertua yang ada didunia seumur dengan
keberadaan manusia. Profesi guru adalah posisi yang sangat strategis bagi
pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan
oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa. Seperti yang di kutip
dari Susanto, 2020: 12 Guru ialah orang yang merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai serta membimbing peserta didik untuk meraih
cita-cita dan memiliki budi pekerti. Maka dengan demikian guru hendaknya
memiliki kemampuan yang memadai untuk mengembangkan peserta didiknya
secara utuh.
1
Dengan demikian, guru ditantang dan diwajibkan dapat menguasai
media pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada di era
teknologi digital ini.
B. Rumusan Masalah
Sehubungan latar belakang masalah yang telah kami uraikan di atas, maka
ada beberapa masalah yang akan kami rumuskan. Namun untuk membatasi
ruang lingkup dalam pembahasan masalah, penulis hanya membatasi pada
masalah sebagai berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
belajar peserta didik. Di zaman yang serba terbuka sekarang ini seorang guru
harus mampu memanfaatkan kemajuan dan kecanggihan teknologi terutama
teknologi informasi. 1
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat cepat pada era
globalisasi ini. Perkembangan ini dipastikan menyentuh, bahkan melahirkan
orientasi baru pada semua bidang kehidupan manusia, baik sosial, budaya,
ekonomi, politik, hukum, maupun pendidikan. Telah terjadi pergeseran dari
era pengetahuan, ke era informasi dan komunikasi. Transisi dari komunitas
berbasis pengetahuan ke komunitas berbasis informasi dan komunikasi
membawa perubahan yang dramatis, terutama dalam hal, bagaimana informasi
dikonstruksi menjadi pengetahuan yang dapat dikomunikasikan dengan cepat
dan secara luas kepada semua warga negara, sehingga tidak ada warga negara
yang terisolasi dalam informasi.2
Seorang guru tidak boleh hanya berkutat dengan buku sebagai satu-
satunya sumber pembelajaran, tetapi seorang guru harus mampu mencari
sumber lainnya melalui internet atau melalui teknologi informasi lainnya.
Tidak dapat dipungkiri era globalisasi menuntut kita harus aktif, kreatif,
menguasai teknologi. Jika tidak bisa mengikuti arus perkembangan zaman
modern saat ini, maka kita akan tertinggal dengan yang lain.
Pendidikan diartikan sebagai sesuatu yang bersifat satu arah, yang
menuntut penyampaian informasi oleh seorang ahli dan pemerolehan
pengetahuan yang telah disiapkan, oleh siswa. Dalam hal ini, seorang guru
dianggap sebagai ahli yang mempunyai jawaban untuk setiap pertanyaan,
sehingga ia memiliki otoritas penuh. Di sisi lain, para siswa selalu dianggap
sebagai pelajar pasif, penerima apapun yang diajar oleh guru.3
1
Andi Ilfa Fasirah Uda, Skripsi: PERAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SDN 023
TARAKAN, (Kalimantan Utara: UBT, 2022), hlm. 1.
2
Denizulaiha, PERAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN DI ERA
TEKNOLOGI DIGITAL, Makalah Prosiding Seminar Nasional 21 Universitas Pgri Palembang, 05
MEI 2018, hlm. 616.
3
Wartomo, PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN ERA DIGITAL, Prosiding Temu Ilmiah
Nasional Guru (Ting) VIII Yogyakarta, 26 November 2016, hlm. 267.
4
Peran Guru dalam pembelajaran tersebut dapat dijadikan landasan untuk
melakukan kajian terhadap visi, tanggung jawab, sensitivitas sosial,
kemampuan logis dan kejujuran guru dalam pengembangan media
pembelajaran di era teknologi dan informasi . Berikut ada beberapa
penjelasan ke arah itu, yaitu:
1. Visi guru: paradigma dalam pendidikan saat ini telah beralih dari
paradigma mengajar menuju paradigma belajar. Ini berarti bahwa
pendidikan bukan lagi mengenai bagaimana menyampaikan
pengetahuan dan informasi kepada siswa, tetapi tentang bagaimana
membantu siswa untuk mencari danmenemukan (search-discovery)
informasi sendiri dan kemudian membantu siswa untuk
mengkonstruksi dan menciptakan (construction-invention)
pengetahuan yang bermanfaat bagi diri mereka. Guru tidak lagi
bertanggung jawab atas pengetahuan yang disimpan dalam pikiran
para siswa, tetapi bagaimana siswa mampu membangun pengetahuan
secara mandiri (Geddis, 1993). Hal ini bukan berarti guru adalah
pembantu yang pasif, tetapi aktif dalam proses konstruksi tersebut,
misalnya melalui penciptaan lingkungan belajar yang berpegang pada
prinsip multy channel learning. Dalam era digital global dewasa ini,
hal ini hendaknya menjadi visi yang jelas bagi guru, bagaimana
memperlakukan siswa dalam belajar.
2. Tanggung jawab moral guru: pekerjaan utama guru tentu saja
mengajar. Dalam lingkup sosial, guru juga memiliki tanggung jawab
dalam membangun konsep diri siswa, misalnya tentang moralitas dan
keanekaragaman etnik. Hal ini dapat diberikan melalui persentasi
norma-norma sosial dan hal-hal yang dilarang, baik secara langsung
melalui aspek-aspek pendidikan yang diajarkan, atau secara tidak
langsung melalui contoh-contoh penerapan. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang pesat serta tingginya tingkat
keambiguan dalam teknologi memberi peluang terjadinya berbagai
masalah, misalnya cara interaksi sosial yang tindakan maupun pada
5
tingkah laku yang menyimpang. Salah satu sebab adalah peningkatan
isolasi bagi mereka yang berinteraksi secara berlebihan pada internet
dan sebagai konsekuensinya dapat menurunkan interaksi antar
individu. Lebih lanjut, kemungkinan konsekuensi negatif mengenai
ketertutupan dan pemisahan diri yang diakibatkan oleh akses global,
mengakibatkan melemahnya norma-norma sosial. Hal-hal selebihnya
harus didiskusikan atau setidaknya disadari yaitu kondisi dalam dunia
pendidikan dimana interaksi banyak berpusat pada teknologi informasi
dan komunikasi.
3. Sensitivitas sosial guru: dalam komunitas berbasis pengetahuan digital,
terjadi penekanan pada nilai-nilai finansial serta nilai-nilai ekonomis
pada pengetahuan. Sebagai contoh, di negara maju dimana komunitas
digital berkembang sangat pesat, telah disinyalir penurunan sensitivitas
kemanusiaan dalam mata kuliah di kampus, terutama pada ilmu-ilmu/
jurusan-jurusan sains yang berat. Hal ini tidak begitu terjadi pada ilmu
yang difokuskan pada penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Hal
yang tidak boleh dilupakan dalam mengembangkan originalitas dan
imajinasi, yakni seseorang harus menanamkan rasa kemanusiaan dan
sensitivitas sosial. Penerapan TIK digital dalam dunia pendidikan tidak
boleh mengurangi hal ini. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi
guru dalam dunia digital global dewasa ini. Untuk itu, guru perlu
menjadi orang yang literat dalam hal-hal digital sehingga mampu
memahami serta siap dengan lingkungan berteknologi tinggi yang
mengelilingi mereka, serta yang akan menjadi hal yang mereka sentuh
langsung dalam dunia kerjanya. Literasi digital guru tidak hanya
berarti kemampuan untuk menumpulkan, memilih, memperbaiki dan
memproses informasi, tetapi juga untuk menilai dan menentukan
kredibilitas informasi. Dalam hal tertentu hasil perbaikan dan
pemprosesan dapat berbeda satu sama lainnya tergantung sensitivitas
sosial guru tersebut. Oleh sebab itu komunitas digital memerlukan
guru yang memang literat, secara digital, dan juga sensitif, secara
6
sosial. Sensitivitas sosial dalam hal ini adalah kemampuan untuk
memperoleh pengetahuan budaya, serta sensitivitas untuk bekerja
dengan sukses dalam bidang pendidikan yang berubah sangat cepat.
4. Reorientasi kemampuan logika dan kejujuran guru: guru harus
memiliki kemampuan untuk memberikan alasan-alasan secara logis
dalam bidang ilmu yang diajarkan, dengan cara membangun keahlian,
dan memperbaharuinya sesuai dengan perkembangan terbaru secara
berkesinambungan. Sebagai tambahan, guru harus memiliki
kemampuan untuk menggunakan contoh-contoh nyata yang berkaitan
dengan kehidupan siswa dan menghubungkan dengan mata pelajaran
yang diajarkan. Guru harus tanggap untuk tidak membuat siswanya
merasa bosan dengan hanya menyampaikan materi pelajaran secara
searah seperti yang telah direncanakan. Tetapi guru harus
meningkatkan kreativitas tentang bagaimana siswa belajar
mengkonstruksi pengetahuan, misalnya bagaimana menciptakan
lingkungan belajar yang memungkinkan siswa belajar secara aktif dan
mandiri dari berbagai sumber pembelajaran, yang memungkinkan
siswa membangun kompetensi mereka secara utuh, dari kompetensi
dasar sampai kompetensi tingkat tinggi (Sudiarta, 2007). Di samping
itu, di tengah tumpah ruahnya informasi dan sumber belajar digital
yang dapat diakses secara cepat dan luas, guru harus mampu menjadi
pelopor kejujuran dalam belajar, misalnya jujur dengan menunjukkan
sumber bahan ajar digital yang digunakan, jujur bahwa dia belum
mengakses informasi digital tertentu yang dibutuhkan, dan sebagainya.
Berdasarkan keempat butir dalam masyarakat digital global tersebut
dapat diturunkan konsekuensi logis terhadap peran guru dalam
masyarakat digital global dewasa ini. Dalam hal ini guru dapat
memiliki paling tidak tiga peran penting dalam pendidikan berbasis
digital global, yaitu sebagai pembawa perubahan, pembaharu
pengetahuan, serta konsultan pembelajaran sebagai berikut. (1)
pembawa perubahan; perubahan adalah hal yang kekal dalam
7
kehidupan. Manajemen perubahan tidak hanya berarti respon pasif
pada perubahan tersebut tetapi juga bagaimana seseorang dapat secara
aktif dan intensif merencanakan perubahan. Lehtinen (2006), dalam
konteks ini peran guru harus beranjak dari ‘penyedia jawaban’, yaitu
seseorang yang memproses dan menyajikan pengetahuan yang
diperlukan dalam menghadapi perubahan, menjadi ‘pembawa
perubahan’ yaitu orang yang membantu siswa dalam menemukan
pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi perubahan, serta
membantu mereka agar mampu secara aktif mengatur strategi
perkembangan pribadi. Dengan kata lain, peran guru dalam era
pengetahuan digital, yaitu mengatasi potensi keterkejutan akan
perubahan, membantu siswa memulai visi baru untuk masa depan,
memotivasi kepemimpinan bagi mereka agar mampu membantu
dirinya dalam memulai perannya masing-masing, serta membantu
mereka agar mampu melanjutkan program pengembangan diri.
pembaharu pengetahuan, perkembangan informasi telah banyak
didesentralisasi sejak era perkembangan komputer. Makin pesatnya
teknologi jaringan digital diikuti ‘prinsip keterbukaan informasi’
memungkinkan orang-orang untuk bertukar informasi dan berbagi
banyak sumber/ berbagai sumber (information exchange and resource
sharing).
Terkait dengan peran strategis, maka guru tersebut harus memiliki
kompetensi yang sebagaimana telah diatur dalam UU No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 10 disebutkan bahwa kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kemajuan teknologi saat ini memang tidak bisa dihindari dalam kehidupan
ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Teknologi juga memberikan banyak kemudahan, serta sebagai
cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Kemajuan ilmu dan teknologi
8
informasi telah banyak mengubah cara pandang dan gaya hidup masyarakat
Indonesia dalam menjalankan aktivitas dan kegiatannya.
9
dan kondusif. Sehingga siswa dapat menerima pembelajaran dengan
nyaman.
4. guru sekolah sebagai demonstrator: berperan sebagai demonstrator
maksudnya disini bukanlah turun ke jalan untuk berdemo. Namun
yang dimaksudkan disini adalah guru itu sebagai sosok yang berperan
untuk menunjukkan sikap-sikap yang akan menginspirasi siswa untuk
melakukan hal yang sama, bahkan lebih baik.
5. guru sekolah sebagai pembimbing: perannya sebagai seorang
pembimbing, guru diminta untuk dapat mengarahkan kepada siswa
untuk menjadi seperti yang diinginkannya. Namun tentunya, haruslah
guru membimbing dan mengarahkan untuk dapat mencapai cita-cita
dan impian siswa tersebut.
6. guru sekolah sebagai motivator: proses pembelajaran akan berhasil jika
siswa memiliki motivasi didalam dirinya. Oleh karena itu, guru juga
berperan penting dalam menumbuhkan motivasi dan semangat dalam
diri siswa untuk belajar.
7. guru sekolah sebagai elevator: setelah melakukan proses pembelajaran,
guru haruslah mengevaluasi semua hasil yang telah dilakukan selama.
Dapat diperoleh kesimpulan bahwa Perkembangan teknologi informasi
yang semakin pesat di era globalisasi saat ini tidak bisa dihindari lagi
pengaruhnya terhadap dunia pendidikan.Tuntutan global menuntut dunia
pendidikan untuk selalu dan senantiasa menyesuaikan perkembangan
teknologi terhadap usaha dalam peningkatan mutu pendidikan, terutama
penyesuaian penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bagi dunia
pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Dalam dunia pendidikan,
Teknologi Informasi dan Komnikasi secara umum bertujuan agar siswa
memahami alat teknologi informasi dan komunikasi secara umum, termasuk
komputer( computer literate) dan memahami informasi (information literate),
artinya siswa dapat mengenal istilah-istilah yang digunakan pada teknologi
informasi dan komunikasi. Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran, selain membantu siswa dalam belajar juga memiliki peran yang
10
cukup berpengaruh bagi seorsang guru terutama dalam pemanfaatan fasilitas
untuk kepentingan memperkaya kemampuan mengajarnya.
11
Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan
metode pembelajaran, yaitu :
1. Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan
dalam semua kondisi.
12
Pada teori pembelajaran diskriptif, variabel kondisi pembelajaran dan
metode pembelajaran merupakan variabel bebas, dn hasil pembelajaran sebagai
variabel terikat. Kedua variabel bebas berinteraksi untuk menghasilkan efek
hasil pembelajaran. Sedangkan pada teori pembelajaran preskriptif, variabel
kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran merupakan variabel bebas, dan
metode pembelajaran sebagai variabel terikat.
13
Sekalipun kegiatan-kegiatan itu menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
anak didik, tetapi tanpa rencana yang bertujuan.
9. Merevisi pembelajaran.
C. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar
terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah
satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator
menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa
proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran
mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan
pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan
pembelajaran.
14
Media juga berasal dari bahasa Latin yang mempunyai arti antara. Makna
tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk
membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima. Sejumlah pakar
membuat batasan tentang media, diantaranya yang dikemukakan oleh
Association of Education and Communication Technology (AECT) Amerika.
Menurut AECT, media adalah bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyalurkan pesan atau informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan
pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar
ke peserta didik. Hal yang sama dikemukakan sebelumnya oleh Briggs (1970)
yang menyatakan bahwa media adalah segala bentuk fisik yang dapat
menyampaikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar.
Salah satu klasifikasi yang dapat menjadi acuan dalam pemanfaatan media
adalah klasifikasi yang dikemukakan oleh Edgar Dale yang dikenal
dengan kerucut pengalaman (Cone Experience). Kerucut pengalaman Dale
mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang diperoleh oleh
peserta didik, mulai dari pengalaman belajar langsung, pengalaman belajar
yang dapt dicapai melalui gambar, dan pengalaman belajar yang bersifat
abstrak. Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kerucut
pengalaman, perhatikan gambar berikut.
15
Gambar. Kerucut pengalaman Dale (Heinich,1996)
16
Salah satu bentuk klasifikasi yang mudah dipelajari adalah klasifikasi
yang disusun oleh Heinich, sebagai berikut.
E. Peran Media
17
murah. Kemp, dkk. (1985) menjabarkan sejumlah kontribusi media dalam
kegiatan pembelajaran antara lain :
18
Media dapat digunakan secara efektif pada pendidikan formal dimana pengajar
yang karena suatu hal tidak dapat hadir di kelas atau sedang bekerja dengan
peserta didik lain.
d. Pendidikan khusus
Media memiliki peran yang penting dalam pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki keterbatasan kemampuan, misalnya yang memiliki
keterbelakangan mental, tuna netra, atau tuna rungu. Penggunaan media
tertentu akan sangat membantu proses pembelajaran bagi mereka. Media yang
digunakan adalah jenis-jenis media yang sesuai dan tepat bagi masing-masing
keterbatasan.
Media ini sering disebut sebagai pameran atau displayed media. Jenis
media yang tergolong media yang tidak diproyeksikan, yaitu :
1. Realia
Realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar. Pemanfaatan
media realia tidak harus selalu dihadirkan dalam ruang kelas, tetapi dapat
digunakan sebagai suatu kegiatan observasi pada lingkungannya. Realia dapat
19
digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaiman adanya, tidak
perlu dimodofikasi, tidak ada pengubahan, kecuali dipindahkan dari kondisi
lingkungan hidup aslinya. Cirri media realia adalah benda asli yang masih
berada dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang
sebenarnya, dan dapat dikenali sebagaimana wujud aslinya. Selain dalam
bentuk aslinya, penggunaan realia dapat dimodifikasi.
2. Model
Pemanfaatan media realia dalam proses pembelajaran merupakan cara yang
cukup efektif, karena dapat memberikan informasi yang lebih akurat. Menurut
brown (1985), model didefinisikan sebagai benda nyata yang dimodifikasikan ;
heinich et al., (1996) menyebutkan hal yang senada, yaitu gambaran yang
berbentuk tiga dimensi dari sebuah benda nyata. Penggunaan model
didefinisikan sebagai media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk
mengatasi kendala pengadaan relia, seperti harga yang tinggi atau benda yang
sulit digunakan sebagai realia.
3. Bahan Grafis
Media grafis yang juga dapat digolongkan sebagai media visual nonproyeksi,
mudah digunakan karena tidak membutuhkan peralatan serta relative murah.
Umumnya media yang termasuk dalam golongan ini hanya membutuhkan
biaya yang relative rendah atau bahkan tidak memerlukan biaya sama sekali.
Brown et al melihat setidaknya ada lima jenis media grafis dalam kegiatan
pembelajaran yaitu graft, chart, diagram, kartu, poster. Dan menurut Heinich
menyebutkan beberapa media grafis yaitu gambar diam, sketsa, diagram, chart,
graft, poster dan kartu.
4. Papan Display
20
yang dapat digunakan untuk men-display atau memanjang media yang tidak
diproyeksikan, yaitu papan tulis (blackbroads), whitebroads, copybroads, dan
bulletin broads. Keempat jenis media display ini dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan.
1. OHT
OHT merupakan media yang paling sering digunakan. Tidak hanya
karena popular, tetapi juga relative lebih mudah mempersiapkan materi
ataupun pengoperasianya. Selain dibutuhkan bahan transparansi,
dibutuhkan juga alat tulis khusus/pena.
21
didik dengan cahaya yang menyilaukan, juga mempercepat masa hidup
(life time) dari lampu proyektor.
b. Pada saat penggantian transparansi yang akan dipresentasikan
sebaiknya overhead projector dalam posisi mati (power off). Menyalakan
kembali proyektor pada saat transparansi yang akan dipresentasikan siap
atas proyektor memberikan semacam kejutan yang akan menarik perhatian
dan membuat peserta didik kembali memfokuskan perhatiannya kepada
menteri baru yang sedang dipresentasikan.
c. Untuk mendapatkan perhatian yang berkesinambungan dari peserta didik,
sebaiknya pengajar menggunakan berbagai jenis penyajian transparansi,
seperti transparansi tunggal, overlay, dan mask, disesuaikan dengan materi
yang dipresentasikan.
2. Slide
Slide tergolong dalam media visual yang penggunaannya
diproyeksikan ke layer. Media slide dapat menampilkan gambar yang
sangat realistis. Hal ini disebabkan bahan dasar media slide merupakan film
fotografis berbentuk transparan yang sangat tepat untuk digunakan sebagai
suplemen belajar pada bidang studi eksakta, seperti jurusan MIPA (biologi,
kimia, dan fisika), arsitektur, kedokteran, dan juga pada bidang studi
social.Penggunaan slide dalam proses pembelajaran dapat digunakan
dengan ataupun tanpa suara.
3. Media Audio
Media audio merpakan media yang sangat fleksibel, relative murah,
praktis dan ringkas, serta mudah dibawa (portable). Media ini dapat
digunakan, baik untuk keperluan belajar kelompok (group learning)
maupun belajar individual. Dengan karakteristik yang dimilikinya, media
22
audio sangat efektif digunakan dalam beberapa bidang studi, seperti
bahasa, drama, dan seni musik.
4. Media Video
Pemanfaatan media video dalam proses pembelajaran diruang kelas
sudah merupakan hal yang biasa. Sebagai media audiovisual dengan
memiliki unsure gerakan dan suara, video dapat digunakan sebagai alat
Bantu mengajar pada berbagai bidang studi.
23
Dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didik dengan
segera.Mampu menciptakan proses belajar secara kesinambungan.
6. Multimedia Kit
Multimedia kit dapat diartikan sebagai paket bahan ajar yang terdiri
dari berbagai jenis media yang digunakan untuk menjelaskan suatu
topic/materi tertentu, yang dilengkapi dengan study guide, lembar kerja,
dan modul. Multimedia kit biasanya digunakan dalam mata pelajaran
fisika, kimia, dan biologi yang siap digunakan oleh pengajar untuk
menyajikan pelajarannya. Multimedia kit dapat juga digunakan langsung
oleh peserta didik, baik secara kelompok atau individual dalam melakukan
eksperimen mengenai prinsip dan mekanisme kerja suatu benda.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Media juga memiliki peran sebagai berikut; penyajian materi ajar menjadi
standar, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, kegiatan belajar dapat
menjadi lebih interaktif, waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat
dikurangi, kualitas belajar dapat ditingkatkan, pembelajaran dapat disajikan
dimana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan, meningkatkan sifat
positif peserta didik dalam proses menjadi lebih kuat/baik, dan memberikan
nilai positif bagi pengajar.
B. Saran
Kami membuat makalah ini untuk menjadi referensi bagi pembaca dan
menambah wawasan mengenai materi ini. Makalan ini hanya untuk sebagai
penunjang atau dasar dalam mengetahui penjelasan mengenai warisan
peradaban dinasti umayyah dan akhir kekuasaanya. Sebaiknya para pembaca
lebih mencari referensi lainya untuk memahami materi ini lebih dalam atau
lebih luas lagi.
25
DAFTAR PUSTAKA
26