Anda di halaman 1dari 35

RANGKUMAN MATERI PRESENTASI KEWARGANEGARAAN

KELOMPOK 1

TUGAS MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu:
Dr. Hayat, S.AP., M.Si

Disusun Oleh:
Marifatul Khoiriyah
NIM. 22201011029

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................. 1
RANGKUMAN KEWARGANEGARAAN.................................................. 1

1.1 Hakikat Pendidikan KWN....................................................................... 1

1.1.1 Rangkuman.................................................................................... 2

1.1.2 Kesimpulan.................................................................................... 3

1.2 Esensi Dan Urgensi Identitas Nasional................................................... 3

1.2.1 Rangkuman.................................................................................... 3

1.2.2 Kesimpulan.................................................................................... 6

1.3 Urgensi Integrasi Nasional...................................................................... 6

1.3.1 Rangkuman.................................................................................... 6

1.3.2 Kesimpulan................................................................................... 8

1.4 Nilai Dan Norma Konstitusional UUD 45.............................................. 8

1.4.1 Rangkuman.................................................................................... 8

1.4.2 Kesimpulan.................................................................................... 10

1.5 Hak Dan Kewajiban Warga Negara........................................................ 11

1.5.1 Rangkuman................................................................................... 11

1.5.2 Kesimpulan.................................................................................... 12

1.6 Sistem Demokrasi Indonesia................................................................... 13

1.6.1 Rangkuman.................................................................................... 13

i
1.6.2 Kesimpulan................................................................................... 14

1.7 Dinamika Histori Konstitusional Indonesia............................................ 14

1.7.1 Rangkuman................................................................................... 14

1.7.2 Kesimpulan.................................................................................... 16

1.8 Wawasan Nusantara................................................................................ 16

1.8.1 Rangkuman.................................................................................... 16

1.8.2 Kesimpulan................................................................................... 18

1.9 Ketahanan Nasional................................................................................. 18

1.91. Rangkuman.................................................................................... 18

1.92. Kesimpulan................................................................................... 20

1.10Integritas Nasional................................................................................... 20

1.10.1 Rangkuman.................................................................................. 20

1.10.2 Kesimpulan................................................................................. 21

1.11Nasionalisme........................................................................................... 22

1.11.1 Rangkuman.................................................................................. 22

1.11.2 Kesimpulan................................................................................. 23

1.12Moderasi Beragama................................................................................. 23

1.12.1 Rangkuman.................................................................................. 23

1.12.2 Kesimpulan.................................................................................. 25

ii
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 27

iii
RANGKUMAN KEWARGANEGARAAN

1.1 Hakikat Pendidikan KWN


1.1.1 Rangkuman
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang
mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajinan suatu
warga negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan tujuan dan
cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Karena di
nilai penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap
jejang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan tinggi
agar menghasikan penerus-penerus bangsa yang berompeten dan siap
menjalankan hidup berbangsa dan bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan
adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang
diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh
positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang
kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis,
analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup
demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi landasan konstitusional
pada awal alinea keempat menjadi landasan teori bagi tujuan bernegara.
Salah satu tujuan bernegara dapat diperjelas dari pernyataan pendidikan
kehidupan bangsa. Jika dilihat, ketiga kata ini memiliki arti yang dalam.
Kehidupan pendidikan di suatu negara mengandung informasi tentang
pentingnya pendidikan bagi semua anak di negara tersebut. Dalam
kehidupan warga negara, pernyataan ini menyampaikan informasi kepada
penyelenggara negara dan setiap orang, sehingga memungkinkan mereka

iv
memiliki kemampuan berpikir, bertindak, dan berperilaku dalam proses
penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan nasional dan sosial.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang penggunaan sistem
pendidikan nasional sebagai dasar dan informasi bagi dunia usaha yang
berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan. Dalam Pasal 3 ayat (2)
tentang fungsi dan tujuan negara disebutkan bahwa peran pendidikan
nasional adalah untuk mengembangkan dan membentuk karakter dan
peradaban bangsa yang bermartabat dalam kehidupan para intelektual
negara, yang bertujuan untuk membangun bangsa.
Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku
yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan
nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para caloncalon penerus
bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan
dan teknologi serta seni. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk:
1. Menambah pengetahuan atau wawasan peserta didik akan segala hal
yang terkait dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dengan benarmelalui berbagai cara dan metode (aspek kognitif).
2. Membina dan membentuk sikap warganegara yang mau dan meyakini
akanpengetahuan yang telah diperoleh. Dengan demikian, pengetahuan
yang telah dipahami tersebut akandiyakini dan terinternalisasi dalam
diri atau mempribadi dalam jiwa peserta didik, yang akan menjadi
sikapnya dalam menanggapi persoalan-persoalan yang ada (aspek
sikap).
3. Melatih keterampilan kewarganegaraan kepada peserta didik untuk
dapat menjadi warga negara yang terampil berdemokrasi. Hal ini
dilakukan melalui atau dengan cara membiasakan atau membudayakan
kepada peserta didik bersikap dan berperilaku sesuai nilai-nilai serta
norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari (aspek psikomotor).
1.1.2 Kesimpulan

v
Penulis menyimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan
merupakan salah satu pilar pembentukan karakter dan jati diri bangsa,
artinya pendidikan kewarganegaraan mendidik warga negara menjadi
warga negara yang baik (good citizen) dan smart citizen (warga negara
yang cerdas) guna menghadapi perkembangan dunia di era persaingan.
Pendidikan karakter dalam pembelajaran kewarganegaraan merupakan
solusi yang dapat merevitalisasi peran warga negara sebagai disiplin ilmu
yang merupakan ladang unggulan dalam pembinaan karakter peserta didik.
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran kewarganegaraan, dan
muatan materinya memiliki nilai karakter yang kaya, yang selanjutnya akan
membantu mengintegrasikan konsep pendidikan karakter.

1.2 Esensi dan Urgensi Identitas Nasional


1.2.1 Rangkuman
Identitas nasional adalah manifestasi dari nilai-nilai budaya yang
tumbuh dan berkembang di suatu negara dan menjadi ciri khas suatu
bangsa sehingga dapat berbeda dari bangsa lain. Istilah identitas dapat
dipahami secara harfiah sebagai karakter, tanda atau identitas. Kata
nasional berarti bangsa (nation) yang dapat diartikan sebagai negara dalam
konteks modern. Karena itu, ruang lingkup identitas nasional adalah negara
dalam konteks modern.
Identitas nasional menunjukkan karakteristik unik suatu kelompok
nasional, yang membedakannya dari karakteristik kelompok nasional
lainnya. Ketika Anda mendengar kata Barat, itu menunjukkan masyarakat
yang individualistis, rasional, dan maju secara teknologi. Mendengar kata
Jepang menggambarkan masyarakat teknologi tinggi, tetapi masih
menjalankan tradisi Timur. Bagaimana dengan Indonesia? Biasanya orang
asing yang datang ke Indonesia akan terkesan dengan keramahan dan
kekayaan budaya kita.
Identitas nasional yang menunjukkan jati diri Indonesia di
antaranya adalah sebagai berikut:

vi
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan unsur pendukung Identitas Nasonal yang
lain. Bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter
dibentuk atas unsurunsur ucapan manusia dan yang digunakan sebagai
sarana berinteraksi antar manusia. Di Indonesia menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Meskipun di Indonesia terdapat
berbagai macam suku bangsa tetapi bangsa Indonesia disatukan oleh
bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia.
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
Bendera adalah sebagai salah satu identitas nasional, karena
bendera merupakan simbol suatu negara agar berbeda dengan negara
lain. Seperti yang sudah tertera dalam UUD 1945 pasal 35 yang
menyebutkan bahwa Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah
Putih. Warna merah dan putih juga memiliki arti sebagai berikut, merah
yang artinya berani dan putih artinya suci.
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
Lagu Indonesia Raya (diciptakan tahun 1924) pertama kali
dimainkan pada kongres pemuda (Sumpah pemuda) tanggal 28 Oktober
1928. Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, lagu yang dikarang oleh Wage Rudolf Soepratman ini
dijadikan lagu kebangsaan. Ketika mempublikasikan Indonesia Raya
tahun 1928, Wage Rudolf Soepratman dengan jelas menuliskan lagu
kebangsaan di bawah judul Indonesia Raya.
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
Seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang Dasar 1945
dalam pasal 36A bahwa lambang negara Indonesia adalah Garuda
Pancasila. Garuda Pancasila disini yang dimaksud adalah burung
garuda yang melambangkan kekuatan bangsa Indonesia.
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika

vii
Bhineka Tunggal Ika berisi konsep pluralistik dan
multikulturalistik dalam kehidupan yang terikat dalam suatu kesatuan.
Pluralistik bukan pluralisme, suatu paham yang membiarkan
keanekaragaman seperti apa adanya. Dengan paham pluralisme tidak
perlu adanya konsep yang mensubtitusi keanekaragaman demikian pula
halnya dengan faham multikulturalisme.
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-
sila Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945, alenia IV yang telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Pada hakikatnya pengertian Pancasila dapat dikembalikan kepada dua
pengertian, yakni Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
dan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia.
7. Konstitusi (Hukum Dasar) Negara Yaitu UUD 1945
Undang-Undang Dasar adalah peraturan perundang-undangan
yang tetinggi dalam negara dan merupakan hukum dasar tertulis yang
mengikat berisi aturan yang harus ditaati. Hukum dasar negara meliputi
keseluruhan sistem ketatanegaraan yang berupa kumpulan peraturan
yang membentuk negara dan mengatur pemerintahannya. UUD
merupakan dasar tertulis.
Mengapa identitas nasional penting bagi negara bangsa?
Singkatnya, jawabannya hampir sama dengan pentingnya identitas bagi
setiap individu. Pertama, untuk membuat bangsa Indonesia dikenal bangsa
lain. Jika kita sudah dikenal bangsa lain, kita bisa melanjutkan perjuangan
untuk eksis sebagai bangsa sesuai dengan fitrahnya. Kedua, identitas
nasional untuk negara bangsa sangat penting untuk kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Tidak mungkin suatu negara hidup sendiri sehingga
bisa ada. Setiap negara sebagai individu tidak dapat hidup sendiri. Setiap
negara memiliki keterbatasan, sehingga perlu bantuan/bantuan dari
negara/bangsa lain. Demikian pula, kita harus memiliki identitas untuk

viii
Indonesia yang dikenal oleh negara lain untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing. Itulah sebabnya identitas nasional sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan atau kepentingan nasional bangsa dan negara
Indonesia.
Ketiga, identitas nasional penting untuk otoritas negara dan bangsa
Indonesia. Dengan mengetahui identitas masing-masing, rasa saling
menghormati, saling pengertian akan berkembang, tidak ada stratifikasi
antar negara. Dalam hubungan antar negara, hubungan yang sederajat/sama
diciptakan karena masing-masing mengakui bahwa setiap negara berdaulat
tidak boleh melebihi kedaulatan negara lain.
1.2.2 Kesimpulan
Identitas Nasional secara etimologis berasal dari kata identitas dan
nasional. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki
pengertian harfiah ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang,
kelompok atau sesuatu sehingga membedakan dengan yang lain. Kata
nasional merujuk pada konsep kebangsaan. Jadi, identitas nasional adalah
ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada suatu negara sehingga
membedakan dengan negara lain. Dapat dikatakan bahwa hakikat identitas
nasional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai
penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan UUD
1945 beserta batang tubuh UUD 1945, sistem pemerintahan yang
diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, mitos, ideologi, dan lain
sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik
dalam tataran nasional maupun internasional. Faktor-faktor yang
mendukung lahirnya identitas nasional di Indonesia antara lain faktor
objektif yang meliputi faktor geografis, ekologis dan demografis.

1.3 Urgensi Integrasi Nasional

1.3.1 Rangkuman

ix
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan
perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya
keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui,
Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan
ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi
bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara
bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan
rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga
akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah
dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia
manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa
Indonesia.
Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi
setiap negara. Sebab integrasi masyarakat merupakan kondisi yang
diperlukan bagi negara untuk membangun kejayaan nasional demi
mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat suatu negara
senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan banyak
kerugian yang diderita, baik kerugian berupa fisik materiil seperti
kerusakan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat,
maupun kerugian mental spiritual seperti perasaan kekawatiran, cemas,
ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang berkepanjangan. Di sisi lain
banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara, yang mestinya
dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan
masyarakat, harus dikorbankan untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Dijelaskan proses integrasi, sebagai berikut:
1. Modal awal Integrasi Nasional adalah adanya rasa senasib dan
sepenanggungan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu
kala. Meski perjuangan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah
pada selang waktu sebelum abad 20 dengan ditandai adanya sifat
kedaerahan, akan tetapi, rasa senasib sepenanggungan yang

x
ditunjukkan oleh para pejuang dan pandahulu kita telah mencerminkan
adanya benih-benih yakni semangat kebangsaan, yang pada gilirannya
kelak akan membentuk keutuhan bangsa Indonesia.
2. Memasuki pada abad 20, gejala semangat kebangsaan semakin
membara dan terlihat, dengan munculnya berbagai organisasi atau
pergerakan yang menjadi salah satu titik awal kebangkitan nasional.
Perjuangan melalui berbagai organisasi seperti contohnya Budi Utomo,
Serikat Dagang Islam yang kemudian akhirnya menjadi Serikat Islam.
Perhimpunan Indonesia dan lain sebagainya mencitrakan bahwa adanya
Integrasi Sosial dan Kultural.
3. Pada dekade 1920an, para pemuda tampil di dalam panggung sejarah
Indonesia dengan menyongsong tema persatuan dan kesatuan untuk
menuju Indonesia yang merdeka. Melalui peristiwa Sumpah Pemuda
pada 28 Oktober 1928, para pemuda menunjukkan segala peran serta
dalam pembentukan integrasi nasional.
4. Pasca proklamasi kemerdekaan, perjalanan bangsa Indonesia di dalam
bernegara harus ditempuh dengan berbagai peristiwa. Berbagai cobaan
yang mengguncang keutuhan bangsa juga dialami, ancaman dan bahaya
terhadap suatu negara yang tengah membangung keutuhan bangsa
harus bisa dihadapi.
1.3.2 Kesimpulan
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan
perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya
keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui,
Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan
ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi
bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara
bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan
rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga
akhirnya menimbulkan masalah yang baru.

xi
1.4 Nilai dan Norma Konstitusional UUD 1945
1.4.1 Rangkuman
Konstitusi adalah suatu kerangka negara yang diorganisasikan
melalui dan dengan hukum, yang menetapkan lembaga-lembaga yang tetap
dengan mengakui fungsi-fungsi dan hak-haknya. Konstitusi merupakan
satu kumpulan asas-asas mengenai kekuasaan pemerintah, hak-hak yang
diperintah, dan hubungan antara keduanya (pemerintah dan yang diperintah
dalam konteks hakhak asasi manusia). Konstitusi berfungsi sebagai
landasan kontitusionalisme. Landasan konstitusionalisme adalah landasan
berdasarkan konstitusi. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan
pemerintah sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak
bersifat sewenangwenang. Dengan demikian, diharapkan hak-hak
warganegara akan lebih terlindungi.
Konstitusi itu berisi tiga hal pokok, yaitu:
1. Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia dan warga negara
2. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat
fundamental
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga
bersifat fundamental.
Di Indonesia, konstitusi yang digunakan merupakan konstitusi
tertulis yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 atau biasa disebut UUD 1945. UUD 1945 pertama kali disahkan
sebagai konstitusi negara Indonesia dalam sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945. Pasal 3 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan mempertegas kedudukan Undang-Undang
Dasar sebagai sebuah Hukum Dasar. Mengenai kekuasaan negara,
berdasarkan Pasal 1 UUD 1945, kekuasaan tertinggi negara berada di
tangan rakyat. Artinya, konstitusi menempatkan rakyat sebagai subjek yang
memiliki atau memegang kedaulatan tertinggi negara. Kedaulatan rakyat

xii
dimanifestasikan dalam bentuk bahwa rakyat memilih wakil-wakilnya yang
akan duduk di lembaga perwakilan dan kepala pemerintahan/presiden
melalui pemilihan umum.
Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif: Pada negara federal, pembagian
kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara-negara bagian,
dan tentang prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran yurisdiksi oleh
salah satu badan pemerintahan. Hak-hak asasi manusia. Dalam UUD NRI
Tahun 1945, misalnya diatur secara khusus dalam BAB XA, Pasal 28A
sampai Pasal 28 J. Prosedur mengubah UUD. Dalam UUD NRI Tahun
1945, misalnya diatur secara khusus dalam BAB XVI, Pasal 37 tentang
Perubahan Undang-Undang Dasar. Ada kalanya memuat larangan untuk
mengubah sifat tertentu dari UUD. Dalam UUD NRI 1945, misalnya diatur
mengenai ketetapan bangsa Indonesia untuk tidak akan mengubah bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 37, Ayat 5). Memuat cita-cita
rakyat dan asas-asas ideologi negara. Ungkapan ini mencerminkan
semangat (spirit) yang oleh penyusun UUD ingin diabadikan dalam UUD
sehingga mewarnai seluruh naskah UUD itu.
1.4.2 Kesimpulan
Indonesia merupakan Negara Hukum hal itu menurut UUD 1945.
Hal itu di tandai dengan adanya kostitusi yang ada di negara indonesia .
Konstitusi adalah semua ketentuan dan aturan dasar tentang ketatanegaraan
di dalamnya terdapat perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) dan
mengatur mengenai distribusi kekuasaan dalam penyelenggaraan suatu
negara.
Penyusunan UUD, norma dan nilai-nilai dalam praktek dalam
penyelenggaraan negara mempengaruhi rumusan naskah, ini yang menjadi
latar belakang sosiologis, filosofi, politis dan  sejarah  ketentuan undang-
undang dasar. Konstitusi adalah hukum yang tinggi dan paling fundamental
karena landasan otoritas perundang-undangan lainnya yang sesuai dengan

xiii
prinsip hukum yang berlaku umum agar peraturan yang tingkatannya
berada di bawah undang-undang dasar agar dapat berlaku dan dilaksanakan
dengan serta tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.
Konstitusionalisme mengatur pelaksanaan rule of law (supremasi
hukum) antara hubungan pemerintah dengan individu. Konstitusi
menghadirkan keadaan yang dapat membentuk rasa akan keamanan dan
kenyamanan karena adanya peraturan batasan terhadap wewenang
pemerintah, yang telah ditentukan terlebih duhulu agar penyelenggaraan
negara dan pemerintah tidak sewenang-wenang dan tidak menyeleweng
dari aturan aturan yang sudah di sepakati sebelumnya.

1.5 Hak dan Kewajiban Warga Negara


1.5.1 Rangkuman
Hak warga negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh
warga negara guna melakukan sesuatu sesuai peraturan perundang-
undangan. Dengan kata lain hak warga negara merupakan suatu
keistimewaan yan menghendaki agar warga negara diperlakukan sesuai
keistimewaan tersebut. Sedangkan Kewajiban warga negara adalah suatu
keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh warga negara dalam
kehidupan bermasyarkat berbangsa dan bernegara. Kewajiban warga
negara dapat pula diartikan sebagai suatu sikap atau tindakan yang harus
diperbuat oleh seseorang warga negara sesuai keistimewaan yang ada pada
warga lainnya.
Erat kaitannya dengan kedua istilah ini ada beberapa istilah lain
yang memerlukan penjelasan yaitu tanggung jawab dan peran warga
negara. Tanggunjawab warga negara merupakan suatu kondisi yang
mewajibkan seorang warga negara untuk melakukan tugas tertentu.
Tanggung jawab itu timbul akibat telah menerima suatu wewenang.
Sementara yang dimaksud dengan peran warga negara adalah aspek
dinamis dari kedudukan warga negara. Apabila seorang warga negara
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai kedudukannya maka warga

xiv
tersebut menjalankan suatu peranan. Istilah peranan itu lebih banyak
menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.
Dalam pasal 28J di tentukan:
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengajuan serta penghormatan
atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokrasi.
Hak dan kewajiban warga Negara Indonesia tercantum dalam pasal
27 sampai pasal 34 UUD 1945. Beberapa hak waraga Negara Indonesia
antara lain sebagai berikut:
a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
b. Hak membela Negara
c. Hak berpendapat
d. Hak kemerdekaan memeluk agama
e. Hak mendapatkan pengajaran
f. Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional
Indonesia
g. Hak ekonomi untuk mendapat kan kesejahteraan sosial
h. Hak medapatkan jaminan keadilan sosial.
1.5.2 Kesimpulan
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang
mestinya kita terima atau bisa dikatakan sebagai hal yang selalu kita
lakukan dan orang lain tidak boleh merampasnya entah secara paksa atau
tidak. kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan demi
mendapatkan hak atau wewenang kita. Bisa jadi kewajiban merupakan hal
yang harus kita lakukan karena sudah mendapatkan hak. Warganegara

xv
merupakan orang-orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk yang
menjadi unsur negara.
Diantara hak-hak warga Negara yang dijamin dalam UUD adalah
hak asasi manusia yang rumusan lengkapnya tertuang dalam pasal 28 UUD
perubahan ke dua. Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terkait
satu sam lain, sehingga dalam praktik harus di jalankan dengan seimbang.
Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk di dapatkan
oleh individu sebagai anggota warga Negara sejak masih berada dalam
kandungan, sedangkan kewajiban merupakn seuatu keharusan/kewajiban
bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga Negara
guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan
kewajiban.

1.6 Sistem Demokrasi Indonesia

1.6.1 Rangkuman

Demokrasi ialah suatu kebebasan atau prinsip demokrasi ialah


kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah setiap warga negara bisa
saling berbagi kekuasaan didalam negaranya. Aristoteles pun mengatakan
apabila seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih cara hidupnya,
maka sama saja seperti budak.

Demokrasi memiliki banyak jenisnya. Berikut beberapa jenis dari


demokrasi:

1. Demokrasi Menurut Cara Aspirasi Rakyat

a. Demokrasi Langsung merupakan sistem demokrasi yang


memberikan kesempatan kepada seluruh warga negaranya dalam
permusyawaratan saat menentukan arah kebijakan umum dari
negara atau undang-undang.

xvi
b. Demokrasi Tidak Langsung merupakan sistem demokrasi yang
dijalankan menggunakan sistem perwakilan.

2. Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi

a. Demokrasi Liberal merupakan Kebebasan individu yang lebih


ditekankan dan mengabaikan kepentingan umum

b. Demokrasi Rakyat merupakan demokrasi yang didasarkan pada


paham sosialisme dan komunisme dan lebih mengutamakan
kepentingan umum atau negara.

c. Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang ada di Indonesia


bersumberkan pada nilainilai sosial budaya bangsa serta berazaskan
musyawarah mufakat dengan memprioritaskan kepentingan seluruh
msyarakat atau warga negara. Demokrasi pancasila fokus pada
kepentingan dan aspirasi serta hati nurani rakyat. Sampai saat ini
Indonesia menganut demokrasi pancasila yang bersumber pada
falsafah pancasila.

1.6.2 Kesimpulan

Indonesia telah mengalami perubahan sistem demokrasi dari


Demokrasi Liberal hingga Demokrasi Pancasila. Indonesia mengalami
banyak perubahan Sistem Demokrasi disebabkan oleh banyak faktor, salah
satunya adalah karena banyaknya kekurangan - kekurangan yang ada pada
sistem demokrasi sebelumya. Sehingga, bangsa Indonesia mencoba untuk
memperbaiki kekurangan tersebut dengan beralih ke sistem demokrasi
yang lain. Indonesia memilih Demokrasi Pancasila, karena Demokrasi
pancasila melibatkan rakyat secara langsung dalam sistem pelaksanaanya.
Selain itu, Demokrasi Pancasila juga bersumber dari nilai dan kepribadian
bangsa sendiri yang sudah melekat dengan jati diri Bangsa Indonesia.

xvii
1.7 Dinamika Histori Konstitusional Indonesia

1.7.1 Rangkuman

Sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia


telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam bererapa periode,
yaitu periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (masa kemerdekaan),
Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (masa UUDS 1950),
Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (masa orde lama), Periode 5 Juli
1959 – 1998 (masa orde baru); Sampai masa Reformasi yang saat ini
berlangsung. Reformasi yang terjadi pada 1998 memberikan sebuah
perubahan yang cukup signifikan terhadap ketatanegaraan Republik
Indonesia. Hal ini berlaku pula pada perubahan UUD 1945 sebagai salah
satu amanat reformasi. Perubahan UUD 1945 pada rentang waktu 1999-
2002 dilakukan sebanyak 4 tahap (walau masih menjadi perdebatan, karena
sebagian pakar mengatakan bahwa UUD 1945 dirubah sebanyak 4 kali,
bukan 4 tahap). Perubahan UUD 1945 terjadi dalam content (isi) saja.
Tidak mengubah pembukaan yang menjadi “ruh” dari UUD 1945.

Melalui sidang paripurna anggota MPR, akhirnya UUD 1945


diubah (pada beberapa pasal) untuk menyesuaikan diri dengan dinamika
ketatanegaraan di dunia pada umumnya. Hal ini khususnya dapat terlihat
dari poin-poin mengenai penegakan dan perlindungan hak asasi manusia
serta upaya demokratisasi Indonesia. Era reformasi menjadi langkah awal
bangsa Indonesia untuk menata kembali system ketatanegaraan yang
menjadi amanat rakyat, dimana isi dari konstitusi yang selama orde baru
dijadikan sebagai “senjata” bagi penguasa untuk mempertahankan
kekuasaannya mengalami perubahan dengan maksud untuk mewujudkan
ketatanegaraan yang bersih dan demokratis.

Perubahan konstitusi merupakan sebuah pilihan tak terelakan jika


bangsa ini ingin melangkah ke suatu kehidupan yang demokratis di masa

xviii
depan. Kenyataan bahwa UUD 45 bisa dengan mudah dijadikan sebagai
alasan bagi regim otoritarian untuk mengukuhkan dirinya selama tiga puluh
tahun dengan bersembunyi dibalik pasalpasal UUD 45, Mengajarkan pada
kita bahwa UUD 45 sangat terbuka bagi manipulasi untuk kepentingan
preserpasi kekuasaan. Mengingat sejumlah persoalan seperti yang sudah
digambarkan di atas, perubahan konstitusi yang ada haruslah melibatkan
dua kondisi minimum berikut ini. Pertama, Perubahan yang ada tidak
menyertakan perubahan pada Pembukaan UUD 1945. Perubahan konstitusi
harus tetap berada dalam frame Pembukaan yang ada karena ditinjau dari
berbagai sudut merupakan pilihan paling logis, paling kompromistis, dan
paling memadai dalam mewadahi kemajemukan yang menebar di seluruh
republik ini.

Kedua, karena UUD 1945 melibatkan sebuah proses sejarah yang


paling penting dalam sejarah perkembangan bangsa, nilai kesejarahan yang
melekat di dalamnya sejauh mungkin harus tetap terakomodasi. Hal ini
dapat dilakukan lewat amandemen konstitusional dengan tetap
memepertahankan format dasar UUD’45. amandemen yang ada biasa
berupa penambahan, perubahan, pembatalan, dan sebagainya, berbagai
pasal dalam UUD 45.

Alasan pada masa reformasi menuntut dilakukannya amandemen


atau perubahan terhadap UUD 1945 antara lain:

1. Fundamen ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945 bukanlah


bangunan yang demokratis.

2. Pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada
kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar
pada presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu luwes (sehingga dapat
menimbulkan multitafsir) serta kenyataan perumusan UUD 1945
tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung

xix
ketentuan konstitusi. Tujuan perubahan UUD waktu itu adalah
menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan
rakyat, HAM, pembagian kekuasaaan, eksistensi negara demokrasi dan
negara hukum.

3. Hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan


bangsa

1.7.2 Kesimpulan

Dinamika ketatanegaraan dan konstitusi Indonesia berlangsung


sebagai upaya memperkuat fungsi dan posisi UUD 1945 dengan
mengakomodir aspirasi politik yang berkembang untuk mencapai tujuan
negara. UUD 1945 sebagai konstitusi negara Republik Indonesia sampai
sekarang ini telah mengalami empat kali amandemen (perubahan) yang
terjadi di era Reformasi. Tujuan dari perubahan tersebut dapat dimaknai
sebagai apreasi terhadap tuntutan dengan maksud untuk menyempurnakan
UUD 1945, sesuai dengan perkembangan dan dinamika tuntutan
masyarakat agar terwujud keadilan yang dicita-citakan.

1.8 Wawasan Nusantara

1.8.1 Rangkuman

Wawasan nusantara berarti suatu pandangan bangsa untuk menjaga


dan meningkatkan kedaulatannya. Lemhanas mengartikan Wawasan
Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasaran ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan
UUD Negara Republik Indonesia 1945, yang merupakan aspirasi bangsa
Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bermartabat, serta menjiwai tata
hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan perjuangan
nasional.

xx
Wawasan nusantara berperan untuk membimbing bangsa Indonesia
dalam penyelenggaraan kehidupannya serta sebagai ramburambu dalam
perjuangan mengisi kemerdekaannya. Wawasan nusantara sebagai cara
pandangan juga mengajarkan bagaimana pentingnya membina persatuan
dan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan bangsa dan negara dalam
mencapai tujuan dan cita-citanya. Secara keadaanya pun, isi nilai-nilai
wawasan nusantara telah tertuang dalam dasar negara yaitu Pancasila dan
pembukaan UUD tahun 1945.

1. Kedudukan

a. Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia


merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat
agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam upaya
mencapai serta mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.

b. Wawasan nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari


stratifikasinya sebagai berikut:
1) Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar Negara
berkedudukan sebagai landasan idiil
2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi
Negara, berkedudukan sebagai landasan konstitusional
3) Wawasan nusantara sebagai visi nasional, berkedudukan
sebagaai landasan visional
4) Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional atau sebagai
kebijaksanaan nasional, berkedudukan sebagai landasan
operasional.

2. Fungsi

xxi
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi,
dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala jenis
kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi
penyelenggaraan Negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi
seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
3. Tujuan
Wawasan nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang
tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih
mementingkan kepentingan nasional dari pada kepentingan individu,
kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah. Hal tersebut bukan
berarti menghilangkan kepentingan-kepentingan individu, kelompok,
suku bangsa atau daerah.

1.8.2 Kesimpulan

Penulis menyimpulkan wawasan nusantara memiliki arti cara


pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta sesuai dengan geografi
wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai
tujuan dan cita-cita nasionalnya. Kemudian wawasan nusantara sebagai
doktrin politik bangsa Indonesia untuk mempertahankan kelangsungan
hidup Negara Republik Indonesia, yang didasarkan pada Pancasila dan
UUD 1945 dengan memperhitungkan pengaruh geografi, ekonomi,
demografi, teknologi dan kemungkinan strategik yang tersedia. Dengan
perkataan lain, wawasan Nusantara adalah geopolitik sekaligus geostrategi
Indonesia.

1.9 Ketahanan Nasional

1.9.1 Rangkuman

xxii
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa, berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi
segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan baik yang datang
dari luar dan dalam yang secara langsung dan tidak langsung
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan mengejar Tujuan Nasionalnya. Keadaan atau kondisi
selalu berkembang dan keadaan berubah-ubah, oleh karena itu ketahanan
nasional harus dikembangkan dan dibina agar memandai sesuai dengan
perkembangan zaman.

Krisis budaya yang meluas di kalangan masyarakat itu dapat


disaksikan dalam berbagai bentuknya, seperti terjadinya disorientasi dan
distorsi. Disorientasi artinya masyarakat kehilangan arah dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, akibat semakin lepas dari nilai-nilai dasar yang
menjadi pedoman, pengangan, dan pandangan hidup. Distorsi nilai, yaitu
pemutarbalikan cara pandang, nilai-nilai lama yang dahulu dijadikan
pedoman, dan pandangan hidup sekarang difahami sebagai sesuatu yang
kuno dan ketinggalan jaman. Sementara masyarakat lebih memilih dan
mempercayai nilai-nilai modern yang serba praktis dan pragmatis,
kesemuanya belum tentu sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia. Masyarakat mengalami kegoyahan dalam pandangan hidupnya,
mudah terombang– ambing dan mudah termakan provokasi yang
menjerumuskan. Modus distorsi ditandai semakin memudar ikatan
kohesivitas sosial, seperti menurunnya rasa solidaritas atau kesetiakawanan
sosial sebagai sesama anak bangsa. Kehidupan sosial menjadi hambar dan
gersang, kering dari spiritualitas nilainilai sosial dan masyarakat menjadi
temperamental sehingga mudah melakukan berbagai tindakan kekerasan.

Jika kita mengkaji Ketahanan nsional secara luas kita akan


mendapatkan tiga wajah Ketahanan Nasional, walaupun ada persamaan

xxiii
tetapi ada perbedaan satu sama lain:

1. Ketahanan Nasional sebagai kondisi dinamis mengacu keadaan


nyata/riil yang ada dalam masyarakat, dapat diamati dengan pancaindra
manusia. Sebagai kondisi dinamis maka yang menjadi perhatian adalah
ATHG disatu pihak dan adanya keuletan, ketangguhan, untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam mengatasi ancaman.

2. Ketahanan nasional sebagai konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan


negara diperlukan penataan hubungan antara aspek kesejahteraan
(IPOLEKSOSBUD) dan keamanan (Hankam). Dalam konsepsi
pengaturan ini dirumuskan ciri-ciri dan sifat-sifat ketahanan nasional,
serta tujuan ketahanan nasional.

3. Ketahanan Nasional sebagai metode berfikir, ini berarti suatu


pendekatan khas yang membedakan dengan metode berfikir lainnya.
Dalam ilmu pengetahuan dikenal dengan metode induktif dan deduktif,
hal ini juga dalam ketahanan nasional, dengan suatu tambahan yaitu
bahwa seluruh gatra dipandang sebagai satu kesatuan utuh menyeluruh.

1.9.2 Kesimpulan

Ketahanan nasional hakikatnya adalah kondisi suatu bangsa yang


menggambarkan kemampuan mengatasi segala macam ancaman,
tantangan, hambatan, gangguan dan tantangan. Faktor penguat ketahanan
nasional suatu bangsa yaitu ideologi, politik, sosial budaya, ekonomi dan
pertahanan keamanan. Ketahanan nasional Indonesia sebagai kekuatan inti
bagi eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia tergantung dari
kemampuan nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) untuk menghadapi
arus perubahan nilai-nilai global.

1.10 Integritas Nasional

xxiv
1.10.1 Rangkuman

Integrasi Nasional merupakan salah satu tolak ukur dalam


persatuan dan kesatuan di suatu negara. Dapat juga dikatakan bahwa
integrasi nasional adalah penyatuan atau pembauran suatu bangsa
sehingga menjadi kesatuan yang utuh, berintegrasi nasional berarti sama
dengan konsep menyatukan bangsa dengan kesederhanaan. Integrasi
nasional harus dijaga oleh setiap generasi, menjaga keharmonisan dalam
berbangsa dan bernegara diperlukan komitmen dari seluruh masyarakat
dengan memperkuat nilai nasionalisme dan nilai moral. Para pendiri
negara menentang individualisme, liberalisme, dan memilih jiwa
kebersamaan, kekeluargaan, gotong royong sebagai dasar yang
melandasi nilai-nilai luhur di negara ini.

Integrasi nasional dimulai dan diciptakan dalam bentuk sikap


kepedulian terhadap sesama, serta memiliki rasa persatuan dan kesatuan
yang tinggi, dengan berlandaskan Pancasila dan berpegang teguh pada
semboyan Bhinneka Tunggal Ika serta bersandar hukum pada UUD
1945. Maka dari itu integrasi nasional haruslah berjalan secara alamiah
sesuai dengan akar kebudayaan Indonesia dan berkembang dengan
peran politik dan sistem politik masyarakatnya.

Masyarakat yang terintegrasi dengan memperhatikan hak-hak


masyarakat merupakan harapan bagi setiap negara. Karena masyarakat
yang terintegrasi merupakan kondisi yang diperlukan bagi negara untuk
membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan dan cita-cita yang
diharapkan. Ketika masyarakat di suatu negara lebih diwarnai oleh
konflik sosial atau permasalahan-permasalahan, maka akan lebih banyak
kerugian yang dirasakan, baik kerugian materiil, fisik, sarana prasarana
yang dibutuhkan masyarakat, maupun kerugian mental spiritual seperti
perasaan kekecewaan, kekhawatiran, cemas, ketakutan bahkan tekanan

xxv
mental yang berkepanjangan. Di sisi lain banyak potensi sumber daya
yang dimiliki oleh negara, yang semestinya dapat digunakan untuk
melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat, harus
dikorbankan untuk menyelesaikan konflik tersebut.

1.10.2 Kesimpulan

Di Indonesia integrasi nasional dirasa mampu membangun dan


memperkuat rasa persatuan dan kesatuan. Seperti pengertian yang sudah
dijelaskan bahwa integrasi nasional merupakan penyatuan atau
pembauran suatu bangsa agar menjadi kesatuan yang utuh, dan integrasi
nasional sama dengan konsep menyatukan bangsa secara sederhana.
Integrasi nasional dimulai dan diciptakan dalam bentuk sikap
kepedulian terhadap sesama, serta memiliki rasa persatuan dan kesatuan
yang tinggi, yang berlandaskan atas nilai-nilai dasar pancasila,
berpegang teguh pada semboyan Bhineka Tunggal Ika, dan bersandar
pada hukum tertinggi yaitu UUD 1945. Peran integrasi nasional di
dalam kemajemukan Bangsa Indonesia yaitu seluruh permasalahan yang
akan mengakibatkan terpecah belahnya persatuan dan kesatuan
Indonesia tidak akan tercapai ketika masyarakat Indonesia masih
berpegang teguh pada nilai-nilai luhur yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal
Ika, dan UUD 1945.

1.11 Nasionalisme

1.11.1 Rangkuman

Nasionalisme sering diartikan sebagai kecintaan terhadap tanah


air yang tanpa reserve, yang merupakan simbol patriotisme heroik
semata sebagai bentuk perjuangan yang seolah-olah menghalalkan
segala cara demi negara yang dicintai. Definisi tersebut menyebabkan
makna nasionalisme menjadi usang dan tidak relevan dengan persoalan-

xxvi
persoalan yang berkaitan dengan masa kini, yang tidak lagi bergelut
dengan persoalan penjajahan dan merebut kemerdekaan dari tangan
kolonialis.

Nasionalisme mencakup konteks yang lebih luas yaitu


persamaan keanggotaan dan kewarganegaraan dari semua kelompok
etnis dan budaya di dalam suatu bangsa. Dalam kerangka nasionalisme,
juga diperlukan sebuah kebanggaan untuk menampilkan identitasnya
sebagai suatu bangsa. Kebanggaan itu sendiri merupakan proses yang
lahir karena dipelajari dan bukan warisan yang turun temurun dari satu
generasi kepada generasi berikutnya. Konskuensi dari pergeseran
konteks nasionalisme menyebabkan orang tidak lagi bergantung hanya
kepada identitas nasional, yang sifatnya makrokosmos abstrak namun
lebih menekankan pada identitas yang lebih konkrit seperti negara
modern, pemerintah yang bersih, demokrasi dan perlindungan hak asasi
manusia.

Penulis merumuskan enam karakter yang mewakili sikap


nasionalisme, yakni:

1. Cinta terhadap tanah air dan bangsa dengan lebih mengutamakan


kepentingan bangsa,

2. Berpartisipasi dalam pembangunan,

3. Menegakkan hukum dan menjunjung keadilan sosial,

4. Memanfaatkan iptek, menghindari sikap apatis, terbuka pada


permbaharuan dan perubahan, serta berorientasi pada masa depan,

5. Berprestasi, mandiri dan bertanggung jawab dengan menghargai diri


sendiri dan orang lain, dan

xxvii
6. Siap berkompetisi dengan bangsa lain dan terlibat dalam kerjasama
internasional.

1.11.2 Kesimpulan

Sikap nasionalisme sebagai suatu penilaian atau evaluasi


terhadap rasa cinta tanah air dan bangsa atas kesadaran dan tanggung
jawab sebagai warga negara. Implementasi dari sikap nasionalisme
setidaknya diwujudkan melalui pemenuhan unsur-unsur nasionalisme,
yaitu cinta terhadap tanah air dan bangsa, berpartisipasi dalam
pembangunan, menegakkan hukum dan menjunjung keadilan sosial,
memanfaatkan sumberdaya sekaligus berorientasi pada masa depan,
berprestasi, mandiri dan bertanggung jawab dengan menghargai diri
sendiri dan orang lain, serta siap berkompetisi dengan bangsa lain dan
terlibat dalam kerjasama internasional. Nasionalisme yang ideal seperti
ini akan mengantarkan warga negara sebagai orang-orang yang
mempunyai kualitas psikologis yang tinggi.

1.12 Moderasi Beragama

1.12.1 Rangkuman

Dalam keragaman bangsa Indonesia, secara historis dan


sosiologis agama Islam dianut mayoritas bangsa Indonesia, namun jika
dilihat tingkat provinsi atau daerah, misalnya kabupaten/ kota maka
terdapat agama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghuchu yang
menjadi mayoritas di lingkungan tersebut. Fakta dan data keragaman
agamaagama di Indonesia menunjukkan bahwa keragaman agama ini
merupakan mozaik yang memperkaya khazanah kehidupan keagamaan
di Indonesia, namun di sisi lain keragaman agama juga mengandung
potensi ancaman bagi persatuan Negara Republik Indonesia. Disinilah

xxviii
diperlukan keterlibatan seluruh warga masyarakat dalam mewujudkan
kedamaian.

Dalam masyarakat Indonesia yang multibudaya, sikap


keberagamaan yang ekslusif yang hanya mengakui kebenaran dan
keselamatan secara sepihak, tentu dapat menimbulkan gesekan antar
kelompok agama. Konflik keagamaan yang banyak terjadi di Indonesia,
umumnya dipicu adanya sikap keberagamaan yang ekslusif, serta
adanya kontestasi antar kelompok agama dalam meraih dukungan umat
yang tidak dilandasi sikap toleran, karena masing-masing menggunakan
kekuatannya untuk menang sehingga memicu konflik.

Dalam kontek fundamentalisme agama, maka untuk


menghindari disharmoni perlu ditumbuhkan cara beragama yang
moderat, atau cara ber-Islam yang inklusif atau sikap beragama yang
terbuka, yang disebut sikap moderasi beragama. Moderasi itu artinya
moderat, lawan dari ekstrem, atau berlebihan dalam menyikapi
perbedaan dan keragaman. Dalam kontek beragama, memahami teks
agama saat ini terjadi kecenderungan terpolarisasinya pemeluk agama
dalam dua kutub ekstrem. Satu kutub terlalu mendewakan teks tanpa
menghiraukan sama sekali kemampuan akal/ nalar. Teks Kitab Suci
dipahami lalu kemudian diamalkan tanpa memahami konteks. Beberapa
kalangan menyebut kutub ini sebagai golongan konservatif. Kutub
ekstrem yang lain, sebaliknya, yang sering disebut kelompok liberal,
terlalu mendewakan akal pikiran sehingga mengabaikan teks itu sendiri.

Dalam pemahaman ini, kebenaran tidak hanya terdapat dalam


satu kelompok saja, melainkan juga ada pada kelompok yang lain,
termasuk kelompok agama sekalipun. Pemahaman ini berangkat dari
sebuah keyakinan bahwa pada dasarnya semua agama membawa ajaran
keselamatan. Perbedaan dari satu agama yang dibawah seorang nabi dari

xxix
generasi ke generasi hanyalah syariat saja. Jadi jelas bahwa moderasi
beragama sangat erat terkait dengan menjaga kebersamaan dengan
memiliki sikap ‘tenggang rasa’, sebuah warisan leluhur yang
mengajarkan kita untuk saling memahami satu sama lain yang berbeda
dengan kita.

Berbagai konflik dan ketegangan antar umat manusia dalam


keragaman agama, suku, faham dan sebagainya telah memunculkan
ketetapan internasional lewat Perserikatan Bangsa Bangsa yang
menetapkan tahun 2019 ini sebagai Tahun Moderasi Internasional (The
International Year of Moderation). Penetapan ini jelas sangat relevan
dengan komitmen Kementerian Agama untuk terus menggaungkan
moderasi beragama. Agama menjadi pedoman hidup dan solusi jalan
tengah (the middle path) yang adil dalam menghadapi masalah hidup
dan kemasyarakatan, agama menjadi cara pandang dan pedoman yang
seimbang antara urusan dunia dan akhirat, akal dan hati, rasio dan
norma, idealisme dan fakta, individu dan masyarakat. Hal sesuai dengan
tujuan agama diturunkan ke dunia ini agar menjadi tuntunan hidup,
agama diturunkan ke bumi untuk menjawab berbagai persoalan dunia,
baik dalam skala mikro maupun makro, keluarga (privat) maupun
negara (publik).

1.12.2 Kesimpulan

Menghadapi keragaman, maka diperlukan sikap moderasi,


bentuk moderasi ini bisa berbeda antara satu tempat dengan tempat
lainnya. Sikap moderasi berupa pengakuan atas keberadaan pihak lain,
pemilikan sikap toleran, penghormatan atas perbedaan pendapat, dan
tidak memaksakan kehendak dengan cara kekerasan. Diperlukan peran
pemerintah, tokoh masyarakat, dan para penyuluh agama untuk
mensosialisasikan,menumbuhkembangkan wawasan moderasi beragama

xxx
terhadap masyarakat Indonesia untuk terwujudnya keharmonisan dan
kedamaian.

xxxi
DAFTAR PUSTAKA

[1] Abdulkarim, Aim. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Membangun Warga


Negara yang Demokratis. Bandung: Grafindo Media Pratama
[2] Abdullah, T. 2001. Nasionalisme dan Sejarah. Bandung: Satya Historika
[3] Akhmadi, Agus. 2019. Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia
Religious Moderation In Indonesia’s Diversity. Jurnal Diklat Keagamaan, Vol.
13, No. 2
[4] Aminullah, Rodi dan Muslihul Umam. 2020. Pancasila Sebagai Wawasan
Nusantara. Al- Allam Vol. 1 No. 1
[5] Endang Z. Sukaya, dkk. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Penerbit Paradigma

xxxii
[6] Magdalena, Ina, Ahmad Syaiful Haq dan Fadlatul Ramdhan. 2020.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar Negri Bojong 3
Pinang. Bintang: Jurnal Pendidikan dan Sains Volume 2, Nomor 3
[7] Gesmi, Irwan dan Eliwon Feriyanus. 2018. Pendidikan Kewarganegaraan.
Ponorogo: Myria Publisher
[8] Harahap, Krisna. 2004. Konstitusi republik Indonesia: Sejak Proklamasi hingga
Reformasi. Jakarta: Grafitri
[9] Ismail dan Sri Hartati. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan (Konsep Dasar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia). Jawa Timur: CV. Penerbit
Qiara Media
[10] Kaelan. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Paradigma
[11] Kusumawardani, Anggraeni dan Faturochman. 2004. Nasionalisme. Buletin
Psikologi, Tahun XII, No. 2, ISSN: 0854 – 7108
[12] Latief, Abdul, Ahmad Al Yakin dan Herlina Ahmad. 2019. Pendidikan
Kewarganegaraan. Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia
[13] Mas’ud, A. 2018. Strategi Moderasi Antarumat Beragama. Jakarta: Kompas
[14] Nuryanto, Yayuk. 2018. Cakap Ala Demokrasi Generasi Milenial. Sleman:
Deepublish
[15] P. Perbawa, Kt. Sukawati Lanang. 2021. Peran Integritas Nasional Dalam
Memperkuat Kemajemukan Negara Indonesai Yang Berlandasan Pancasila Dan
Kebinekaan. Prosiding Semnas Universitas Mahasaraswati Denpasar Vol. 1 No.
1
[16] Soemantri, Sri. 2006. Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi. Bandung:
Penerbit Alumni
[17] Sumarsono, dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
[18] Tim Penyusun. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan

xxxiii
Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia
[19] Wahab, A. Azis dan Sapriya. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta
[20] Widisuseno, Iriyanto. 2013. Ketahanan Nasional Dalam Pendekatan
Multikulturalisme. Humanika Vol. 18 No. 2
[21] Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Bumi aksara
[22] Yasin, Johan. 2009. Hak Azasi Manusia dan Hak Serta Kewajiban Warga
Negara Dalam Hukum Positif Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum Vol. 11 No. 2
[23] Zulfikar, Muhamad Fikri dan Dinie Anggraeni Dewi. 2021. Pentingnya
Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Jurnal
PEKAN Vol. 6 No.1 ISSN: 2540 - 8038

xxxiv

Anda mungkin juga menyukai