Anda di halaman 1dari 6

Nama : Putri Ramadhani

Mapel : Pendidikan kewarganegaraan

Upaya Untuk Mengurangi atau Menghilangkan Kejahatan di Sekolah

1. Perilaku Bolos
Salah satu persoalan yang sering terjadi dan menjadi penyebab tidak tercapainya
hasil belajar yang baik adalah masalah perilaku membolos siswa. Membolos atau
tindakan kebiasaan absen di sekolah tanpa izin, adalah masalah besar yang akan
mempengaruhi keberhasilan sekolah secara keseluruhan. Dalam menghadapi siswa yang
sering membolos, pendekatan individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah. Selain
terkait dengan permasalahan pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan
pandangan mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah, apakah siswa merasa tugas-tugas
yang ada sangat mudah sehingga membosankan dan kurang menantang atau sebaliknya
sangat sulit sehingga membuat pelajar putus asa. Tugas pihak sekolah dalam membantu
menurunkan perilaku membolos adalah mengusahakan kondisi sekolah hingga nyaman
bagi siswa-siswanya. Kondisi ini meliputi proses belajar mengajar di kelas, proses
administratif serta informal di luar kelas. Dalam lingkungan sekolah, guru memiliki peran
penting pada perilaku siswa termasuk perilaku membolos. Jika guru tidak memperhatikan
siswanya dengan baik dan hanya berorientasi pada selesainya penyampaian materi
pelajaran di kelas, peluang perilaku membolos pada siswa semakin besar karena siswa
tidak merasakan menariknya pergi ke sekolah.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk memperhatikan siswa sehingga
mereka tertarik datang dan merasakan manfaat sekolah adalah dengan melakukan
pengenalan terhadap apa yang menjadi minat tiap siswa, apa yang menyulitkan bagi
mereka, serta bagaimana perkembangan mereka selama dalam proses pembelajaran.
Dengan perhatian seperti itu siswa akan terdorong untuk lebih terbuka terhadap guru
sehingga jika ada permasalahan, guru dapat segera membantu. Dengan suasana seperti itu
siswa akan tertarik pergi ke sekolah dan perilaku membolos yang mengarah pada
kenakalan remaja dapat dikurangi. Kegiatan layanan konseling dapat diselenggarakan
baik secara perorangan maupun kelompok. Secara perorangan layanan konseling
dilaksanakan melalui konseling individual, sedangkan secara kelompok melalui konseling
kelompok. Konseling individual ditujukan kepada peserta didik untuk membantu
memperbaiki kebiasaan yang kurang memadai/perilaku menyimpang (perilaku
membolos) agar menjadi perilaku yang lebih baik lagi di lingkungan sekolah.
2. Bullying atau Pembulian
Jenis bullying sangat beragam, mulai dari bullying secara fisik, verbal, sosial,
hingga cyber bullying. Terlebih anak-anak zaman sekarang yang sudah sangat dekat
dengan dunia digital, cyber bullying rentan sekali terjadi melalui media sosial. Untuk
mengatasi hal tersebut, dibutuhkan cara mencegah bullying baik di sekolah, rumah,
maupun di dunia maya. Berikut ini adalah cara mengatasi bullying di sekolah
a. Deteksi Tindakan Bullying Sejak Dini
Sebagai seorang guru, kita harus peka dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi oleh siswa. Jangan sampai hal-hal yang menyebabkan siswa tidak nyaman
atau bahkan membahayakan siswa terjadi secara terus menerus. Segera hapuskan
bibit-bibit bullying sedini mungkin, seperti memanggil nama siswa dengan nama
ayahnya, menghina bentuk fisik, merampas benda-benda, atau menyakiti fisik.
Apapun dalihnya, bercanda sekalipun, hal seperti tidak dapat dibenarkan.
b. Memberikan Sosialisasi Terkait Bullying
Pembullyan yang terjadi di sekolah sering menjadi bahan pemberitaan baik di
media sosial maupun media-media lainnya.Sering sekali kejadian bullying ini terjadi
karena kurangnya pengetahuan dan juga pemahaman tentang bullying. Hal penting
yang harus dilakukan oleh pihak sekolah adalah melakukan sosialisasi kepada seluruh
warga sekolah seperti guru, siswa, pegawai tata usaha, sekuriti, bahkan tenaga
kebersihan juga perlu diedukasi tentang hal ini. Jika semua orang memahami bentuk-
bentuk perundungan, dampak yang ditimbulkan bagi korbannya, dan juga bagaimana
menghindari bullying, maka akan lebih mudah untuk meminimalisir potensi bullying
di sekolah. Bentuk-bentuk sosialisasi dapat dilakukan dengan cara menempelkan
poster-poster anti bullying, menyelipkan pesan anti bullying dalam pembelajaran, atau
ketika kepala sekolah atau guru memberikan amanat pada saat upacara bendera.
c. Memberikan Dukungan Pada Korban
Solusi bullying yang harus dilakukan adalah memberikan dukungan kepada
korban bullying. Korban bullying biasanya merasakan ketakutan dan kecemasan
berada di lingkungan di mana ia mengalami bullying. Oleh karena tunjukkan bahwa
guru dan teman-temannya peduli akan dapat membantu korban bullying merasa aman
kembali. Jangan lupa untuk bekerjasama dengan orang tua siswa sehingga korban
bullying dapat hidup normal kembali.
d. Membuat Peraturan yang Tegas tentang Bullying
Mengatasi orang yang melakukan bullying juga harus dilakukan sebagai
langkah menghentikan tindakan atau sikap bullying. Selain korban, pelaku juga harus
diberikan treatment supaya tidak terus terulang. Perlu bagi guru dan juga sekolah
membuat peraturan yang ketat tentang bullying. Peraturan-peraturan ini bisa dimulai
dari level peraturan kelas hingga peraturan sekolah. Dengan demikian, semua orang
akan tahu konsekuensi yang didapat ketika terjadi pembullyan. Nah, dengan begini
para pembully akan menjadi jera dan tidak melakukan pembullyan lagi.
e. Memberikan Teladan atau Contoh yang Baik
Bullying pada anak sering terjadi karena mencontoh orang-orang di
sekitarnya. Sebagai guru, maka Guru Pintar harus sangat berhati-hati dalam bertindak
maupun bertutur kata. Jangan sampai suka memberikan hukuman verbal yang tanpa
disadari sudah masuk dalam kategori pembullyan. Hal ini tentu akan dicontoh oleh
siswa-siswanya.
f. Mengajarkan Siswa untuk melawan bullying
Bentuk perlawanan terhadap tindakan perundungan atau bullying tidak harus
dengan cara kekerasan atau melakukan hal yang sama dengan pembullyinya. Salah
satu cara melawan bullying adalah dengan berani melaporkan tindakan bullying
terhadap gurunya. Dengan begitu, guru dan pihak sekolah akan dapat segera
mengambil tindakan untuk menghentikan pembullyian.
g. Membantu Pelaku Menghentikan perilaku buruknya
Bullying merupakan contoh perilaku buruk. Guru Pintar wajib membantu
pelaku bullying untuk menghentikan perilaku buruknya, apalagi mengucilkan mereka.
Selain korban, pelaku juga membutuhkan penanganan supaya tidak melakukan
pembullyan lagi. Ajarkan pada mereka bersimpati dan berempati pada orang lain.
Selain itu berikan juga pengetahuan bahaya pembullyan terhadap korban-korbannya.
3. Pencurian
Dalam mengajar peserta didik, sudah barang tentu beraneka ragam karakternya. Antara
karakter peserta didik yang satu dengan yang lainnya sudah pasti berbeda. Tidak mungkin
sama. Tidak akan mungkin karakter peserta didik tersebut dapat disamakan. Ketika
sedang mengajar, dalam sekolah digegerkan dengan banyaknya peserta didik yang
kehilangan uang. Ketika ditanya satu per satu siapa yang mencuri uang, tak ada satu pun
peserta didik yang mau menjawab dengan jujur. Cara mengatasi masalah ini antara lain:
a. Jelaskan akibat dari perbuatan mencuri
Jelaskan padanya bahwa mencuri atau mengambil barang milik orang lain
adalah perbuatan ilegal dan dapat membuat seseorang mendapatkan hukuman
(semisal, hukuman penjara). Jangan menganggap remeh situasi atau mencoba
bercanda dengan mengatakan bahwa tidak apa-apa jika ia mau mencuri selama hal
tersebut tidak diketahui orang lain.
b. Terapkan hukuman yang membutuhkan tindakan positif dari anak
Daripada menerapkan hukuman fisik atau mempermalukan anak Anda yang
dapat membuat anak Anda semakin marah dan menyimpan dendam, cobalah berfokus
pada pembuatan jenis hukuman yang mengharuskan anak Anda untuk membayar
kesalahannya dengan tindakan positif. Hukuman-hukuman seperti itu dapat
menunjukkan pada anak Anda bahwa perbuatan mencuri dapat memengaruhi
hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya, dan memungkinkan ia untuk
mempelajari nilai kejujuran.
4. Pemerasan atau Pemalakan
Pemerasan adalah tindak kriminal karena menggunakan ancaman untuk memaksa
seseorang memberikan uang, layanan, atau harta pribadi di luar kehendak mereka. Sering
kali, ancaman yang berbuntut pemerasan melibatkan kekerasan fisik, pemaparan
informasi sensitif, atau perlakuan buruk terhadap orang yang dicintai. Berurusan dengan
pemerasan bisa menjadi proses panjang yang penuh tekanan. Solusinya sebagai berikut:
a. Jangan menerima permintaan pelaku walaupun pelaku memaksa.
b. Cari barang bukti yang akurat atau bisa menjadikan teman di sekolah sebagai saksi.
c. Laporkan ke guru ketika ada siswa yang melakukan kejahatan ini.
d. Nasehat dan hukuman.
5. Menyontek Saat Ulangan
Menyontek adalah bentuk kecurangan yang dilakukan siswa terhadap guru. Selain itu
siswa yang suka menyontek memiliki sifat yang tidak jujur. Jika sifat tidak jujur dan
curang tersebut dibiarkan saja tanpa adanya penanganan yang tepat maka bisa merugikan
siswa sendiri. Di masa depan nanti kedua sifat buruk tersebut akan menjauhkan siswa dari
kesuksesan. Terdapat tiga cara dalam mengatasi siswa yang sering menyontek:
a. Faktor pribadi dari penyontek
1) Bangkitkan rasa percaya diri
2) Arahkan self consept mereka ke arah yang lebih proporsional
3) Biasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius
b. Faktor Lingkungan dan Kelompok
Ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan
moral.
c. Faktor Sistem Evaluasi
1) Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap)
2) Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif
3) Lakukan pengawasan yang ketat
4) Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan
dengan mempertimbangkan prinsip paedagogi.
6. Perkelahian atau Tawuran Antar Siswa
Tawuran antar pelajar adalah perkelahian atau keributan antar sesama pelajar
tetapi berbeda sekolah dan biasanya menggunakan senjata tajam seperti gear, samurai,
sabit, dan lainnya. Oleh karena itu, biasanya tawuran antar pelajar ini dapat menyebabkan
luka yang cukup berat akibat senjata tajam dan tidak jarang jika terjadi tawuran ada yang
meninggal. Cara mengatasinya:
a. Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas
Bagi siswa siswi yang terlibat dalam tawuran akan dikeluarkan dari sekolah.
Jika semua siswa terlibat tawuran maka sekolah akan memberhentikan semua siswa
dan melakukan penerimaan siswa baru dan pindahan. Setiap pelajar siswa siswi harus
dibuat takut dengan berbagai hukuman yang akan diterima jika ikut serta dalam aksi
tawuran. Bagi yang membawa senjata tajam dan senjata khas tawuran lainnya juga
harus diberi sanksi.
b. Memberikan Pendidikan Anti Tawuran
Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar-akan
penyebab tawuran dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika terjadi
suatu hal, selalu berperilaku sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar badung
yang merencanakan penyerangan terhadap pelajar sekolah lain. Jika diserang
diajarkan untuk mengalah dan tidak melakukan serangan balasan, kecuali terpaksa.
c. Memisahkan Pelajar Berotak Kriminal dari Yang Lain
Setiap manusia memiliki sifat bawaan masing-masing. Ada yang baik, yang
sedang dan ada yang kriminil. Daripada menularkan sifat jahatnya kepada siswa yang
lain lebih baik diidentifikasi dari awal dan dilakukan bimbingan konseling tingkat
tinggi untuk menghilangkan sifat-sifat jahat dari diri siswa tersebut. Jika tidak bisa
dan tetap berpotensi tinggi membahayakan yang lain segera keluarkan dari sekolah.
d. Kolaborasi Belajar Bersama Antar Sekolah
Selama ini belajar di sekolah hanya di situ-situ saja sehingga tidak saling kenal
mengenal antar pelajar sekolah yang satu dengan yang lainnya. Seharusnya ada
kegiatan belajar gabungan antar sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki
kecenderungan untuk terjadi tawuran pelajar. Dengan saling kenal mengenal karena
sering bertemu dan berinteraksi maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran
pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
e. Membuat Program Ekstrakurikuler Tawuran
Diharapkan setiap sekolah membuat ekskul konsep baru bertema tawuran,
namun tawuran pelajar yang mendidik, misalnya tawuran ilmu, tawuran olahraga,
tawuran otak, tawuran dakwah, tawuran cinta, dan lain sebagainya yang bersifat
positif. Tawuran-tawuran ini sebaiknya bukan bersifat kompetisi, tetapi bersifat saling
mengisi dan bekerjasama sehingga bisa bergabung dengan ekskul yang sama di
sekolah lain.

Anda mungkin juga menyukai