Apa Itu Bullying?
Jenis-jenis Bullying
Pertama, ada bullying yang dilakukan dengan kontak fisik langsung. Bullying fisik
merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan sebagai usaha mengontrol korban
dengan kekuatan yang dimiliki pelaku.
3. Bullying Non-Verbal Langsung
Bullying non-verbal tidak langsung atau bisa disebut juga dengan agresi
relasional. Ini adalah jenis bullying yang dilakukan secara emosional. Namun,
bullying jenis ini kerap luput dari perhatian orang tua dan guru di sekolah.
Padahal, bullying non-verbal tidak langsung punya dampak yang tidak kalah
berbahaya.
5. Cyber Bullying
Tak hanya bullying secara langsung, para pelaku juga kini menyasar korban di
dunia maya dan tindakan ini disebut dengan cyber bullying.
Pelaku bakal menargetkan korban di media online dengan cara menyakiti orang
lain melalui rekaman video intimidasi, pencemaran nama baik, mempermalukan,
hingga melecehkan. Biasanya, orang tua dan guru tidak menyadari jenis bullying
ini.
Contoh sexual bullying adalah komentar kasar, gerakan vulgar, sentuhan tanpa
persetujuan kedua belah pihak, hingga memanggil seseorang dengan nama
yang tak pantas. Dalam kasus yang lebih parah, sexual bullying bisa membuka
pintu untuk melakukan kekerasan seksual.
Penyebab Bullying
Bullying bisa terjadi karena beberapa faktor. Terlepas dari apapun alasannya,
tindakan bullying sangat tidak dibenarkan karena dapat merugikan korban
seumur hidup. Berikut beberapa penyebab bullying:
Pelaku bullying jelas tidak memiliki perasaan dan tanggung jawab terhadap
tindakan yang telah dilakukan. Pembully selalu ingin mengontrol, mendominasi,
dan tidak menghargai orang lain. Mereka melakukan bullying sebagai bentuk
balas dendam.
2. Faktor Keluarga
Kehidupan keluarga yang tidak harmonis juga bisa menjadi penyebab muncul
pelaku bullying. Orang tua yang sering bertengkar dan melakukan tindakan
agresif biasanya mendorong anak melakukan bullying. Orang tua seperti ini juga
tidak mampu memberikan pengasuhan yang baik.
3. Ada Supporter
Teman sebaya yang menjadi supporter atau penonton membuat pelaku bullying
makin menjadi-jadi. Secara tidak langsung, kehadiran suporter membantu
pembully memperoleh dukungan kuasa, popularitas, dan status.
4. Kebijakan Sekolah
5. Media Massa
Tidak sepenuhnya media massa menyajikan konten yang mendidik dan sesuai
untuk umur anak. Banyak tontonan kekerasan yang muncul di media massa
membuat anak terdorong untuk mencontoh dan melakukan hal serupa di
sekolah. Peran orang tua di sini juga dibutuhkan untuk mengontrol konsumsi dan
tontonan anak agar tak muncul bibit-bibit pembully.
Penampilan Fisik
Perbedaan Kelas atau Strata Sosial
Tradisi Senioritas
Karakter Buruk Pelaku Bullying
Pencegahan
Langkah pertama adalah dengan melakukan pencegahan. Pencegahan bullying
perlu dilakukan secara menyeluruh, melalui sang anak, keluarga, sekolah,
hingga lingkungan masyarakat.
Selain itu, edukasi anak agar bisa memberikan bantuan ketika melihat tindakan
bullying terjadi. Misalnya dengan melerai/mendamaikan, mendukung korban
agar kembali percaya diri, hingga melaporkan tindakan bullying kepada pihak
sekolah, orang tua, dan tokoh masyarakat.
Pihak sekolah juga wajib untuk membangun lingkungan sekolah yang aman,
nyaman, dan anti bullying. Ini bisa dimulai dengan menerapkan komunikasi
efektif antara guru dan murid, melakukan pertemuan berkala dengan orang tua
murid, hingga menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban
bullying.
5. Rehabilitasi
Langkah ini juga merupakan proses intervensi yang memberikan gambaran jelas
kepada pembully bahwa tingkah laku bullying adalah tindakan yang tidak bisa
dibiarkan berlaku di sekolah dan di lingkungan masyarakat manapun.
Anda sebagai orang tua atau guru harus peka terhadap tanda-tanda bullying
yang terjadi pada anak. Jika telat menyadari, tak menutup kemungkinan anak
bakal mengalami depresi berat. Berikut tanda-tanda anak terkena bullying:
Sering tidur larut malam atau bahkan tidak tidur sama sekali
Nilai mata pelajaran perlahan menurun
Tidak minat makan, pendiam, dan mudah tersinggung
Menarik diri dari pergaulan serta muncul ketakutan terhadap lawan jenis
Tidak pernah membicarakan soal pertemanannya di sekolah atau marah
ketika ditanya hal tersebut
Sangat protektif terhadap alat-alat elektronik yang dimilikinya, seperti HP
atau komputer
Krisis percaya diri serta gaya berpakaian berubah
Sering meminta uang untuk alasan yang mungkin kurang jelas atau
mencurigakan
Ada luka memar di wajah, tangan, punggung, dan bagian tubuh lainnya
secara tiba-tiba.
Bahkan, beberapa orang tua mungkin tidak tahu apakah anak-anak mereka
adalah korban, saksi, atau bahkan pelaku dari perbuatan bullying. Berikut
beberapa cara membicarakan bullying dengan anak menurut UNICEF
Langkah pertama adalah pahami dulu apa itu bullying. Setelah paham apa
pengertian bullying hingga tanda-tanda anak yang terkena perbuatan berbahaya
ini, Anda bisa melakukan langkah-langkah pencegahan.
2. Lakukan Pencegahan
Jangan sampai perilaku bullying itu malah bersumber dari perilaku Anda sebagai
orang tua. Bertindaklah dengan baik dan jadilah teladan untuk anak-anak Anda,
ajarkan nilai-nilai keagamaan serta etika kepada anak, dan tanamkan
kepercayaan diri serta keberanian kepada anak Anda.
3. Komunikasikan Langsung
Jika merasa ada sikap yang berbeda dari anak Anda bahkan mengarah kepada
tanda-tanda anak terkena bullying, segera komunikasikan langsung. Buat anak
Anda senyaman mungkin agar mau bercerita, dengarkan dengan tenang, dan
bantulah anak bangkit serta kembali percaya diri.
Teguran lisan, tertulis, atau sanksi lain yang bersifat edukatif kepada peserta
didik
Selain itu, ada juga sanksi sosial yang bakal menanti para pelaku bullying.
Itu dia penjelasan lengkap memahami apa itu bullying, penyebab, dan cara
mengatasinya. Segala tindakan bullying tidak dibenarkan, apapun alasannya.
Jangan sampai anak Anda menjadi pelaku atau korban bullying karena langkah
pencegahan bisa dimulai dari lingkungan keluarga. Semoga bermanfaat