Anda di halaman 1dari 23

UPAYA PENCEGAHAN

BULLYING
TERHADAP ANAK
Kelompok 1:
Astri Rahayu
Andrian Aziz Widodo
Dini
Muhammad Abid
Neni Suryani
Wahid Hasim
AL-QUR’AN SURAT AL-
HUJARAT AYAT 11
URAIAN MATERI
 Pergaulan di sekolah tidak jarang kita jumpai perilaku anak yang suka mengejek, memukul &
mengintimidasi, mengompas , memfitnah dan sebagainya. Perilaku ini dikategorikan dalam
perilaku bullying.
 Bullying sangat merugikan bagi anak-anak yang menjadi korbannya, karena korban bullying
akan merasa tidak nyaman, terancam, terganggu konsentrasi belajarnya sampai pada ketakutan
yang berlebihan.
 Apabila tindakan bullying ini tidak dilawan maka akan semakin merugikan anak yang menjadi
korban bullying.
PENDAHULUAN
 Maraknya bullying pada anak–anak saat ini mulai terjadi.

 Bullying tidak hanya terjadi pada anak usia remaja. Saat


ini, anak usia Sekolah Dasar (SD) sudah mulai mengenal
bullying.
 Tanpa disadari, mereka melakukan tindakan bullying
kepada teman sebaya ataupun teman sekelas. Tindakan
yang mereka lakukan biasanya, yaitu mengejek teman,
menjauhi teman, mengancam, bahkan melakukan tindakan
fisik seperti memukul dengan tangan.
KASUS BULLYING DI
INDONESIA
 Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat bahwa kasus perundungan (bullying) di

satuan pendidikan sejak Januari sampai Sepetmber 2023 mencapai 23 kasus. Dari 23 kasus
tersebut, 50% terjadi di jenjang SMP, 23% terjadi di jenjang SD, 13,5% di jenjang SMA, dan
13,5% di jenjang SMK.

 Dari 23 kasus perundungan tersebut, telah memakan korban jiwa. Satu siswa SDN di

Kabupaten Sukabumi meninggal setelah mendapatkan kekerasan fisik dari teman sebaya.
Lalu, satu santri MTs di Blitar (Jawa Timur) meninggal dunia usai mengalami kekerasan dari
teman sebaya.
PENGERTIAN BULLYING
 Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan”) merupakan segala bentuk
penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok
orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain dengan tujuan untuk menyakiti dan
dilakukan secara terus menerus.
 Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) mendefinisikan school bullying sebagai perilaku
agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki
kekuasaan terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
KATEGORI BULLYING (6)

Bullying dapat dikelompokkan ke dalam 6 kategori:


1. Kontak fisik langsung.
Tindakan memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam
ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang yang dimiliki orang
lain.
2. Kontak verbal langsung
Tindakan mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama
(name-calling), sarkasme, merendahkan (put- downs), mencela/mengejek, mengintimidasi,
memaki, menyebarkan gosip.
3. Perilaku non-verbal langsung.
Tindakan melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang
merendahkan, mengejek, atau mengancam; biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal.
4. Perilaku non-verbal tidak langsung.
Tindakan mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja
mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng.
5. Cyber Bullying
Tindakan menyakiti orang lain dengan sarana media elektronik (rekaman video intimidasi,
pencemaran nama baik lewat media sosial)
6. Pelecehan seksual.
Kadang tindakan pelecehan dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal.
PENYEBAB MUNCULNYA
PRILAKU BULLYING (6)
1. Bullying terjadi karena adanya tradisi turun menurun dari senior
2. Keinginan untuk balas dendam karena sebelumnya pernah mendapatkan perilaku yang
sama
3. Perasaan ingin menunjukan kekuasaan dan kekuatan (superior)
4. Kecewa karena orang lain tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan
5. Dorongan untuk mendapatkan kekuasaan
6. Dianggap menghina atau mengganggu kelompok tertentu (geng)
DAMPAK BULLYING
 Dampak bullying dapat mengancam setiap
pihak yang terlibat, baik anak- anak yang
di-bully, anak-anak yang mem-bully,
anak-anak yang menyaksikan bullying,
bahkan sekolah dengan isu bullying secara
keseluruhan.
 Bullying dapat membawa pengaruh buruk
terhadap kesehatan fisik maupun mental
anak.
 Pada kasus yang berat, bullying dapat
menjadi pemicu tindakan yang fatal,
seperti bunuh diri dan sebagainya.
DAMPAK BAGI KORBAN
- Depresi dan marah
- Rendahnya tingkat kehadiran dan rendahnya
prestasi akademik siswa,
- Menurunnya skor tes kecerdasan (IQ) dan
kemampuan analisis siswa.
DAMPAK BAGI PELAKU
Pelaku yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi cenderung
bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras,
mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap frustasi.
Memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati terhadap
targetnya. Dengan melakukan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa mereka memiliki
kekuasaan terhadap keadaan.
Jika dibiarkan terus menerus tanpa intervensi, maka perilaku bullying ini dapat menyebabkan
terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya.
DAMPAK BAGI YANG
MENYAKSIKAN
Jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain yang menjadi penonton dapat
berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial.
Dalam kondisi ini, beberapa siswa mungkin akan bergabung dengan penindas karena takut
menjadi sasaran berikutnya dan beberapa lainnya mungkin hanya akan diam saja tanpa
melakukan apapun dan yang paling parah adalah mereka merasa tidak perlu menghentikannya.
PERMASALAHAN
Anak yang memiliki kontrol diri yang rendah, berpotensi menjadi:
1. Pembully, karena sebelumnya menjadi korban kekerasan dan menganggap bahwa dirinya
selalu terancam dan biasanya bertindak menyerang sebelum diserang, tidak memiliki
perasaan bertanggungjawab terhadap tindakan yang telah dilakukan, serta selalu ingin
mengontrol dan mendominasi serta tidak menghargai orang lain. Mereka melakukan
bullying sebagai bentuk balas dendam.
2. Korban bully, berkaitan dengan ketidakmampuan atau kekurangan korban dari aspek fisik,
psikologi sehingga merasa dikucilkan.
SOLUSI MENGATASI
PERMASALAHAN
Pencegahan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, dimulai dari anak, keluarga, sekolah dan
masyarakat.
1) Pencegahan melalui anak dengan melakukan pemberdayaan pada anak agar:
a. Anak mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya bullying
b. Anak mampu melawan ketika terjadi bullying pada dirinya
c. Anak mampu memberikan bantuan ketika melihat bullying terjadi (melerai/mendamaikan,
mendukung teman dengan mengembalikan kepercayaan, melaporkan kepada pihak
sekolah, orang tua, tokoh masyarakat)
2) Pencegahan melalui keluarga, dengan meningkatkan ketahanan keluarga dan memperkuat
pola pengasuhan, antara lain:
a. Menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta kasih antar sesama
b. Memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang sejak dini dengan memperlihatkan cara
beinteraksi antar anggota keluarga.
c. Membangun rasa percaya diri anak, memupuk keberanian dan ketegasan anak serta
mengembangkan kemampuan anak untuk bersosialiasi.
d. Mengajarkan etika terhadap sesama (menumbuhkan kepedulian dan sikap menghargai),
memberikan teguran mendidik jika anak melakukan kesalahan.
e. Mendampingi anak dalam menyerap informasi utamanya dari media televisi, internet dan media
elektronik lainnya.
3) Pencegahan melalui sekolah
a. Merancang dan membuat desain program pencegahan yang berisikan pesan kepada murid
bahwa perilaku bullying tidak diterima di sekolah dan membuat kebijakan “anti bullying”.
b. Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid
c. Diskusi dan ceramah mengenai perilaku bullying di sekolah
d. Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif.
e. Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bullying.
f. Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah dalam meningkatkan
kesadaran dan cara mengambil tindakan yang disepakati terhadap bullying.
g. Pelatihan untuk guru dan staf sekolah tentang bagaimana mengatasi bullying.
SEBAGAI GURU, APA YANG HARUS SAYA LAKUKAN
KETIKA SEORANG ANAK MEMBERI TAHU SAYA BAHWA
DIA DI-BULLY ATAU DILECEHKAN?
1. Tanggapi kejadian itu dengan serius.
2. Hargai dan berterimakasihlah pada siswa tersebut karena telah melapor kepada Anda.
3. Yakinkan dia bahwa itu bukan salahnya.
4. Tunjukkan empati.
5. Bantu anak yang di-bully untuk membela dirinya sendiri bahwa dia bisa mengatakan tidak
suka jika dikerjai oleh temannya.
6. Tanyakan kepada anak tentang apa yang dapat dilakukan untuk membuat dia merasa aman.
7. Bicaralah dengan setiap anak yang terlibat dalam situasi ini secara terpisah.
8. Hindari menyalahkan, mengkritik, atau meneriaki di depan wajah mereka. Dorong dan
hargai nilai kejujuran.
SEBAGAI GURU, APA YANG HARUS SAYA LAKUKAN
KETIKA SEORANG ANAK MEMBERI TAHU SAYA BAHWA
DIA DI-BULLY ATAU DILECEHKAN?
1. Pertimbangkan peran atau pengaruh 'kelompok sebaya'. Bullying terkadang dilakukan oleh
kelompok. Jika bullying dilakukan oleh seorang anak maka dengan bantuan atau dukungan
dari anak-anak lain, mereka semua juga harus menanggung konsekuensinya bersama,
terutama agar mengetahui dampak perbuatan mereka kepada anak yang di-bully, serta
meminta maaf.
2. Ambil tindakan kepada pelaku bullying. Beritahu si anak, orang tuanya, dan kelas mengenai
perkembangan kasusnya dengan tetap menghormati semua pihak.
3. Tindak lanjuti secara teratur dengan anak tersebut mengenai kemajuan yang dibuat
mengenai masalah ini sesudahnya.
4. Jika perlu, carilah bantuan dari pihak eksternal. Ketika menghadapi masalah yang parah
atau signifikan yang tidak diketahui cara mengatasinya, maka laporkan kepada guru
konseling sekolah, atau pekerja sosial, atau psikolog.
SEBAGAI GURU, BAGAIMANA
CARA MENGHADAPI ANAK-ANAK
YANG MENJADI PELAKU
BULLYING?
Dengarkan cerita versi mereka.
1.
2. Soroti perilaku yang tidak pantas dan tidak dapat diterima dan ingatkan mereka akan aturan
dan pedoman anti-bullying yang dibuat di tingkat sekolah/kelas.
3. Bantu mereka dengan memahami alasan dibalik perilaku bullying mereka (seperti: apakah
mereka punya masalah di rumah, kurangnya perhatian, pengalaman bullying sebelumnya,
dll.)
4. Tunjukkan empati dan kasih sayang dengan membagikan perasaan anak yang di-bully.
5. Terapkan konsekuensi tertentu untuk membantu mereka belajar dari situasi ini.
Konsekuensi yang diberikan harus berhubungan dengan kesalahan mereka, tetap
menghormati anak sebagai pelaku, masuk akal dan logis, serta dapat diterima untuk
mengajarkan anak agar berperilaku lebih baik.
SEBAGAI GURU, BAGAIMANA
CARA MENGHADAPI ANAK-ANAK
YANG MENJADI PELAKU
BULLYING?
Anak harus memperbaiki kesalahannya. Misalnya, dengan meminta maaf kepada anak yang
1.
di-bully, melakukan sesuatu yang baik padanya agar dia merasa lebih baik, membantunya
menyelesaikan sesuatu yang sedang dia kerjakan, memperbaiki atau mengganti sesuatu
yang mereka hancurkan atau curi, dll.
2. Menghargai dan mengenali segala perubahan perilaku yang positif, termasuk mengakui
kesalahan.
3. Jelaskan bahwa untuk menerima hak di kelas/sekolah, maka mereka harus mematuhi
peraturan. Hak tersebut misalnya untuk berpartisipasi dalam acara sekolah, bergabung
dalam ekskul, perjalanan study tour, pelajaran olahraga, kegiatan pentas seni, atau apa pun
yang dianggap sesuai dan menarik oleh anak agar mereka tetap berusaha berbuat baik.
4. Bicaralah kepada orang tua mereka dan saling menyetujui rencana agar berbuat baik.
PENUTUP
 Menurut para ahli dalam laporan National Academies of Sciences, Engineering and Medicine,
perundungan (bullying) bukanlah bagian alami dari tumbuh besar dan harus dianggap sebagai
masalah kesehatan masyarakat secara luas,
 Lingkungan sekolah dan keluarga menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap
tindakan bullying yang dilakukan oleh anak. Hal ini berarti bahwa orang tua dan guru
memiliki faktor penting dalam tumbuh kembang anak di rumah maupun di sekolah. Tontonan
mereka seperti televisi, youtube, ataupun saluran media sosial yang lain juga menjadi faktor
anak menjadi pelaku bullying.
BULLYING DAPAT TERJADI PADA
SEMUA ORANG, DAN DAPAT
DIHENTIKAN OLEH SEMUA ORANG

Anda mungkin juga menyukai