Anda di halaman 1dari 6

BULLYING / PERUNDUNGAN

(Tugas Sosiologi 5 Maret 2021)

Oleh Kelompok 2 :
Deni Risky
Devita Setiawan
Dila Puspita Sari
Dinda Pusparani
Fakhira Nur Aini
A. Pengertian
Bullying berasal dari bahasa inggris yang berarti kekuatan atau pengaruh superior
untuk mengintimidasi (seseorang) biasanya untuk memaksa seseorang melakukan apa
yang diinginkannya. Menurut beberapa ahli perundungan / bullying bermakna sebagai
berikut :
 Menurut olweus (2006) : Bullying merupakan suatu perilaku negatif berulang yang
bermaksud menyebabkan ketidaksenangan atau menyakitkan oleh orang lain,
baik satu atau beberapa orang secara langsung terhadap seseorang yang tidak
mampu melawannya
 Menurut American Psychiatric Association (APA) : bullying adalah perilaku agresif
yang dikarakteristikkan dengan 3 kondisi, yaitu (a) perilaku negatif yang
bertujuan untuk merusak atau membahayakan, (b) perilaku yang diulang selama
jangka waktu tertentu, (c) adanya ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan
dari pihak-pihak yang terlibat.
 Menurut Coloroso (2007) : bullying merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan
secara berulang-ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih
lemah, dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korbannya secara
fisik maupun emosional.
 Riauskina, Djuwita dan Soesetio (2005) : school bullying sebagai usaha perilaku
agresif yang dilakukan berukang – ulang oleh seorang atau sekelompok siswa
yang memiliki kekuasaaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan
tujuan menyakiti orang tersebut, yaitu dengan menciptakan sesuana yang tidak
menyenangkan bagi korban, bahkan dilakukan dengan tidak beralasan dan
bertujuan untuk menyakiti orang lain dan pada umumnya membuat korban merasa
tertekan.

Teori Interaksi Simbolik digunakan untuk menguraikan kasus bullying. Teori ini
dikemukan oleh George Herbert Mead teori ini memandang bahwa individu memiliki
simbol-simbol di dalam interaksi dimana masyarakat tersebut dapat memahami simbol-
simbol tersebut. Dalam teori ini bullying merupakan tindakan seseorang yang memiliki
kekuasaan (power) yang dibangun antar siswa dengan menggunakan simbol-simbol
kekerasan.

Berikut beberapa kasus bullying yang terjadi di Indonesia :

1. Siswi SMP Muhammadiyah Dibully 3 Siswa Sekaligus


2. Siswa SMPN 16 Malang Diamputasi Akibat Bullying
3. Kasus Bullying Tewaskan Siswi SMPN 147 Jakarta ( 14 Januari 2020 )
4. Taruna ATKP Tewas pada Februari 2019 akibat perundungan oleh seniornya.
5. Salah satu siswa Sekolah Menengah Atas di Pekanbaru, Riau dengan inisial FA
mengalami patah tulang hidung usai mengaku dibully oleh teman-temannya
Dan masih banyak kasus kasus perundungan yang terjadi baik yang terekspos ataupun
belum, yang sudah selesai kasusnya ataupun masih berlangsung hingga sekarang.

B. Macam Pelaku Bullying / Perundungan

Secara umum pelaku bully dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :


 Pure bully merupakan perundung yang tidak mempunyai pengalaman di-bully.
Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi
pula. Pure bully cenderung bersifat agresif, berwatak keras, impulsif, tidak punya
empati, toleransi terhadap frustasi yang rendah, memiliki kebutuhan kuat untuk
mendominasi orang lain.
 bully-victim ialah perundung yang dulunya di-bully. Kemungkinan mereka akan
merasa tertekan, cemas, gelisah, kesepian, dan impulsif sampai usia dewasa.
Mereka juga diketahui lebih sering merundung daripada pure bully.

C. Jenis Perundungan / Bullying

Menurut hasil kajian Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter tahun


2014, tindakan perundungan terjadi hampir di setiap sekolah di Indonesia. Tetapi, hanya
87 kasus bullying yang dilaporkan ke sektor pendidikan. Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), mengelompokan tindakan bullying
menjadi enam kategori, yakni :
1. Kontak fisik langsung. Contohnya ialah memukul, mendorong, menggigit,
menjambak, menendang, menampar, mengunci seseorang dalam ruangan,
mencubit, mencakar, memeras dan merusak barang yang dimiliki orang lain
2. Kontak verbal langsung. Misalnya mengancam, mempermalukan, merendahkan,
mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme,
merendahkan (put-downs), mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan
gosip.
3. Perilaku nonverbal langsung. Termasuk melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,
menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam.
Umumnya, jenis bullying ini disertai oleh kontak fisik atau verbal.
4. Perilaku nonverbal tidak langsung. Tindakan mendiamkan seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau
mengabaikan, serta mengirimkan surat kaleng.
5. Cyber bullying. Kemajuan teknologi ternyata memiliki sisi negatifnya. Menyakiti
orang lain dengan media elektronik seperti mengirim rekaman video intimidasi
dan menuliskan komentar jahat di media sosial tergolong ke dalam
perundungan di dunia maya.
6. Pelecehan seksual. Terkadang, tindakan pelecehan dikategorikan sebagai
perilaku agresi fisik atau verbal.

D. Dampak Perundungan / Bullying

1. Bagi Korban
Dampak yang dihasilkan akibat Perundungan / Bullying bisa berdampak dalam
jangka panjang pada penderitanya, bahkan hingga dewasa. Berikut dampak dari
Perundungan / Bullying bagi korban :
 Memiliki gangguan secara fisik seperti, sakit kepala, sakit perut, otot jadi tegang,
palpitasi atau jantung berdetak kencang, nyeri kronis, dll.
 Gangguan mental, mulai dari sensitif, rasa marah yang meluap-luap, depresi,
rendah diri, cemas, kualitas tidur menurun, keinginan menyakiti diri sendiri, hingga
bunuh diri.
 Menggunakan obat-obatan terlarang.
 Tidak semangat berangkat ke sekolah.
 Prestasi belajar menurun.
 Menarik diri dari lingkungan sosial sehingga tidak bisa berinteraksi dengan orang
lain.
 Menjadi perundung juga (bully-victim) atau melakukan balas dendam.
 Korban bullying pun kerap merasa tidak aman, terutama saat berada di
lingkungan yang memungkinkan terjadinya perundungan.

2. Bagi Pelaku
Tidak hanya berdampak pada korban, pelakunya pun mendapatkan dampaknya.
Berikut adalh dampak dampaknya :
 Pelaku bully di usia remaja berisiko mengalami masalah psikologis jangka
panjang.
 Perundung dapat tumbuh menjadi pribadi yang tidak bahagia. Mereka pun
cenderung tidak bisa mengendalikan emosinya, sehingga ia akan kesulitan
membangun hubungan sosial.
 Tindakan bullying dapat berubah menjadi kekerasan terhadap anak dan
perilaku kriminal.
 Pelaku bully-victim juga berisiko memiliki pemikiran menyakiti diri sendiri,
bunuh diri, depresi, kecemasan dan gangguan kepribadian antisosial.

E. Penyebab Seseorang Melakukan Perundingan / Bullying

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Douglas Gentile dan Brad Bushman dalam
Psychology of Popular Media Culture, disebutkan bahwa anak-anak yang terlihat baik
juga memiliki risiko untuk menjadi seorang pengganggu dan memiliki beberapa perilaku
yang agresif. Berdasarkan penelitian ini, Gentile dan Bushman mengungkapkan, ada
enam faktor yang bisa menyebabkan anak menjadi seorang pengganggu atau
melakukan bullying pada temannya, yaitu :
1. Kecenderungan permusuhan
Dalam hubungan keluarga maupun pertemanan, permusuhan seringkali tak bisa
dihindari. Merasa dimusuhi akan membuat anak merasa dendam dan ingin
membalasnya.
2. Kurang perhatian
Rendahnya keterlibatan dan perhatian orang tua pada anak juga bisa
menyebabkan anak suka mencari perhatian dan pujian dari orang lain. Salah
satunya pujian pada kekuatan dan popularitas mereka di luar rumah.
3. Gender sebagai laki-laki
Seringkali orang menilai bahwa menjadi seorang laki-laki harus kuat dan tak
kalah saat berkelahi. Hal ini secara tak langsung menjadi image kuat yan
menempel pada anak laki-laki bahwa mereka harus mendapatkan pengakuan
bahwa mereka lebih kuat dibanding teman laki-laki lainnya. Akhirnya perilaku ini
membuat mereka lebih cenderung agresif secara fisik.
4. Riwayat korban kekerasan
Biasanya, anak yang pernah mengalami kekerasan khususnya dari orang tua
lebih cenderung 'balas dendam' pada temannya di luar rumah.
5. Riwayat berkelahi
Kadang berkelahi untuk membuktikan kekuatan bisa menjadikan seseorang
ketagihan untuk tetap melakukannya. Bisa jadi karena mereka senang karena
memperoleh pujian oleh banyak orang.
6. Ekspos kekerasan dari media
Televisi, video game, dan film banyak menyuguhkan adegan kekerasan, atau
perang. Meski seharusnya, orang tua melakukan pendampingan saat menonton
atau bermain video game untuk anak di bawah umur, nyatanya banyak yang
belum melakukan ini. Ekspos media terhadap adegan kekerasan ini sering
menginspirasi anak untuk mencobanya dalam dunia nyata.

F. Pencegahan
Kita dapat melakukan pencegahan sejak dini untuk menanggulangi kasus kasus
pembullyan, agar tidak ada korban maupun pelaku pembullyan. Berikut adalah cara
caranya :
 Pencegahan melalui anak dengan melakukan pemberdayaan pada anak agar :
 Anak mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya bullying
 Anak mampu melawan ketika terjadi bullying pada dirinya
 Anak mampu memberikan bantuan ketika melihat bullying terjadi
(melerai/mendamaikan, mendukung teman dengan mengembalikan
kepercayaan, melaporkan kepada pihak sekolah, orang tua, tokoh
masyarakat)
 Pencegahan melalui keluarga, dengan meningkatkan ketahanan keluarga dan
memperkuat pola pengasuhan. Antara lain :
 Menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta kasih antar
sesama
 Memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang sejak dini dengan
memperlihatkan cara beinterakasi antar anggota keluarga.
 Membangun rasa percaya diri anak, memupuk keberanian dan ketegasan
anak serta mengembangkan kemampuan anak untuk bersosialiasi
 Mengajarkan etika terhadap sesama (menumbuhkan kepedulian dan sikap
menghargai), berikan teguran mendidik jika anak melakukan kesalahan
 Mendampingi anak dalam menyerap informasi utamanya dari media televisi,
internet dan media elektronik lainnya.
 Pencegahan melalui sekolah
 Merancang dan membuat desain program pencegahan yang berisikan pesan
kepada murid bahwa perilaku bully tidak diterima di sekolah dan membuat
kebijakan “anti bullying”.
 Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid
 Diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah
 Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif.
 Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bully.
 Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah
 Pencegahan melalui masyarakat dengan membangun kelompok masyarakat yang
peduli terhadap perlindungan anak dimulai dari tingkat desa/kampung
(Perlindungan Anak Terintegrasi Berbasis MAsyarakat : PATBM).

G. Solusi Menghadapi Perundungan / Bullying

1. Ceritakan pada orang dewasa yang dapat dipercaya. Ceritakan pada orang
tua maupun guru yang memiliki otoritas untuk menindaklanjutinya.
2. Abaikan penindas dan jauhi. Penindas akan merasa senang apabila
mendapatkan reaksi seperti yang dia inginkan.
3. Tingkatkan keberanian dan rasa percaya diri. Tunjukkan pada lingkungan sekitar
bahwa Anda bukan orang yang lemah dan mudah untuk ditindas.
4. Bicara pada pelaku. Tunjukkan bahwa apa yang dilakukan pelaku bukan hal
yang baik dan bahkan berbahaya.
5. Bantu teman yang menjadi korban. Jika menyaksikan perilaku bully, jangan diam
saja dan cobalah untuk memberi dukungan pada korban.

Anda mungkin juga menyukai