Anda di halaman 1dari 9

BULLYING

Agung Nurdiansyah
UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
agungnurdiansyah@gmail.com

ABSTRAK
Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok
orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan
tak berdaya. Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah
kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-
anak yang menjadi korban bullying, antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti
depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan
kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada
di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis. Dalam kasus
yang cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat kekerasan.
Seperti yang dialami seorang remaja 15 tahun di Denpasar, Bali, yang tega membunuh temannya
sendiri karena dendamnya kepada korban. Pelaku mengaku kerap menjadi target bullying korban
sejak kelas satu SMP. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya
bullying oleh remaja, peran-peran dalam tindakan bullying, dan jenis-jenis bullying. Sumber data
tulisan ini dilakukan dengan metode studi dokumentasi. Dalam artikel ini didapatkan hasil bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying bisa datang dari individu, keluarga,
kelompok bermain, hingga lingkungan komunitas pelaku. Tindakan ini sangat berhubungan
dengan dunia pekerjaan sosial, yang dalam kasus ini dituntut untuk menjadi konselor bagi pelaku
bullying.
Kata kunci : Bullying, intimidasi.
ABSTRACT
Bullying is an act of using power to hurt a person or group of people either verbally, physically
or psychologically so that the victim feels depressed, traumatized and helpless. Teens who are
victims of bullying are more at risk of experiencing various health problems, both physically and
mentally. There are problems that are more likely to suffer by children who are victims of
bullying, including the emergence of various mental problems such as depression, anxiety and
sleep problems that may carry over to adulthood, physical health complaints, such as headaches,
abdominal pain and muscle tension, feelings of discomfort. safe in the school environment, and
decreased enthusiasm for learning and academic achievement. In rare enough cases, child
victims of bullying may show a violent nature. As experienced by a 15 year old teenager in
Denpasar, Bali, who had the heart to kill his own friend because of his grudge against the victim.
The perpetrator admitted that he had often been the target of bullying since the first grade of
junior high school. This article aims to determine the factors that cause bullying by adolescents,
the roles in bullying, and the types of bullying. The data source of this paper was done by using
the documentation study method. In this article, the results show that the factors that influence
the occurrence of bullying can come from individuals, families, play groups, to the perpetrator's

1
community environment. This action is closely related to the world of social work, which in this
case is required to be a counselor for the bully.
Keywords: Bullying, intimidation.

Pendahuluan

  Pada fase ini, bayi ditanamkan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Bertumbuh
dewasa dan menjadi remaja, manusia sebagai individu mulai mengenal lingkungan yang lebih
luas daripada keluarga. Sosialisasi yang dialami individu mulai bertambah luas. Jika nilai-nilai
yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya diserap dengan baik, maka keterampilan sosial yang
dimiliki oleh individu tersebut bisa menjadi lebih baik.

Hal itu disebabkan karena manusia tumbuh dan berkembang dari fase ke fase tanpa
meninggalkan apa yang telah ia pelajari dari fase sebelumnya. Sebaliknya, apabila sosialisasi
nilainilai yang ditanamkan keluarga kurang terserap oleh anak, maka bisa jadi perkembangan
perilaku dan psikososialnya terhambat. Saat ini, bullying merupakan istilah yang sudah tidak
asing di telinga masyarakat Indonesia. Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini pun sangat
luas cakupannya.

Remaja yang menjadi korban bullying lebihberisiko mengalami berbagai masalah


kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-
anak yang menjadi korban bullying , antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti
depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan
kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada
di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis. Contoh kasus
terjadi pada seorang siswa sekolah dasar di Ohio yang tewas gantung diri menggunakan dasi
karena dibully oleh teman sekolahnya.

Metode penelitian

Metode penelitian rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan
masalah sebagai berikut

1. Apa pengertian bullying secara umum?


2. Bagaimana pemahaman para ahli mengenai bullying secara luas?

2
3. Bagaimana bentuk-bentuk bullying ?
4. Bagaimana Jenis-jenis Bullying ?

Pembahasan

A. Pengertian Bullying

Bullying menurut KBBI adalah penindasan perundungan, perisakan, atau


pengintimidasian dengan menggunakan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk
menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Ini berpotensi untuk menjadi kebiasaan yang
mencakup pelecehan, ancaman, atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban
yang sengaja dituju. Dasar melakukan perundungan ini 1dapat berupa ras agama, gender
seksualitas atau kemampuan. Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan
dengan cara melukai secara fisik, verbal atau emosional/psikologis oleh seseorang atau
kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang secara fisik atau mental lemah berulang
kali tanpa perlawanan untuk membuat korban menderita. Istilah bullying sendiri berasal dari
bahasa Inggris, yaitu “bull” yang berarti banteng. Secara etimologis kata “bully” berarti
gertakan, seseorang yang mengganggu yang lemah.2 Penindasan dalam bahasa Indonesia disebut
“menyakat” yang berarti mengusik, mengganggu, dan menghalangi orang lain. Perilaku bullying
melibatkan kekuasaan dan kekuatan yang tidak seimbang, sehingga korban berada dalam
keadaan tidak mampu membela diri secara efektif terhadap tindakan negatif yang mereka terima.

Bullying memiliki pengaruh jangka panjang dan jangka pendek pada korban bullying.
Efek jangka pendek yang disebabkan oleh perilaku bullying tertekan karena penindasan,
penurunan minat dalam melakukan tugas sekolah yang diberikan oleh guru, dan menurunnya
minat untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Sementara konsekuensi jangka panjang dari
penindasan ini seperti mengalami kesulitan dalam membangun hubungan baik dengan lawan
jenis, selalu mengalami kecemasan akan mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari
rekan-rekan mereka . Perilaku ini dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja, namun memang

1
Widya Ayu Safitri, Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini,(Semarang: Guepedia, 2020), hal, 11.
2
Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA), Bullying Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan
Sekitar Anak,(Jakarta: PT Grasindo, 2008), hal, 2.

3
paling sering terjadi pada anak-anak. Menurut data KPAI pada tahun 2018, kasus bullying dan
kekerasan fisik masih menjadi kasus yang mendominasi pada bidang pendidikan.3

Pengertian Bullying Menurut Para Ahli

1. Menurut Olweus

Bullying adalah tindakan atau perilaku agresif yang disengaja, yang dilakukan oleh
sekelompok orang atau seseorang berulang kali dan dari waktu ke waktu kepada seorang korban
yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan mudah atau sebagai penyalahgunaan
kekuasaan / kekuatan sistematis.

2. Menurut Wicaksana

Bullying adalah kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak dapat membela diri dalam situasi di
mana ada keinginan untuk menyakiti atau menakut-nakuti orang tersebut atau membuatnya
murung.

3. Menurut Black and Jackson

Bullying adalah tipe perilaku agresif proaktif di mana ada aspek yang disengaja untuk
mendominasi, menyakiti, atau menyingkirkan, ada ketidak seimbangan kekuatan baik secara
fisik, usia, kemampuan kognitif, keterampilan, dan status sosial, dan dilakukan berulang kali
oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain.

4. Menurut Sejiwa

Bullying adalah situasi di mana penyalahgunaan kekuatan / kekuatan fisik / mental


dilakukan oleh seseorang / kelompok, dan dalam situasi ini korban tidak dapat membela atau
membela diri.

5. Menurut Rigby

Bullying adalah keinginan untuk menyakiti yang ditunjukkan dalam tindakan langsung oleh
seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang-ulang,
dan dilakukan dengan senang hati bertujuan untuk membuat korban menderita.4
3
Widya Ayu Safitri, Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini,(Semarang: Guepedia, 2020), hal, 12-13.
4
Titi Keke, All about bully, Cet I,(Jakarta: Rumah Media, 2019), hal, 8-9.

4
Unsur-unsur bullying menurut coloroso, terdapat empat unsur dalam perilaku bullying
kepada seseorang, yaitu sebagai berikut:

1. Ketidakseimbangan kekuatan. Perundungan dapat saja orang yang lebih tua, lebih besar,
lebih kuat, lebih Mahir secara verbal, lebih tinggi dalam status sosial, berasal dari ras yang
berbeda, atau tidak berjenis kelamin yang sama.
2. Niat untuk mencederai titik menyakat berarti menyebabkan kepedihan emosional dan atau
luka fisik, mana memerlukan tindakan untuk dapat melukai, dan menimbulkan rasa senang di
hati sang pelaku saat menyaksikan luka tersebut.
3. Ancaman agresi lebih lanjut. Baik pihak pelaku maupun pihak korban mengetahui bahwa
risak dapat dan kemungkinan akan terjadi kembali titik rundung tidak dimaksudkan sebagai
peristiwa yang terjadi sekali saja.
4. Teror. Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk mengintimidasi dan
memelihara dominasi titik teror yang menusuk tepat di jantung korban bukan hanya
merupakan sebuah cara untuk mencapai tujuan tindakan rundung teror itulah yang
merupakan tujuan dari tindakan bullying tersebut.5

Faktor Penyebab terjadinya Bullying Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab


terjadinya bullying antara lain:

a. Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang sering
menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan
permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik
yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika
tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku cobacobanya itu, ia akan
belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif,
dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak
mengembangkan perilaku bullying

b. Sekolah

5
Titi Keke, All about bully, Cet I,(Jakarta: Rumah Media, 2019), hal, 11

5
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anakanak sebagai
pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan
intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah
sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak
membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar
sesama anggota sekolah

c. Faktor Kelompok Sebaya


Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang
kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha
untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka
sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut

d. Kondisi lingkungan sosial Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya
perilaku bullying.
Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying adalah
kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi
kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi
pemalakan antar siswanya.
e. Tayangan televisi dan media cetak Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku
bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan.
Survey yang dilakukan kompas (Saripah, 2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak
meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan
kata-katanya (43%).

Jenis-jenis Bullying

6
Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Menurut Coloroso (2007), bullying
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:6

a. Bullying Fisik
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling dapat
diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun kejadian penindasan fisik
terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan yang dilaporkan oleh siswa. Jenis
penindasan secara fisik di antaranya adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju,
menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke
posisi yang menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barangbarang
milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin
berbahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara
serius.

b. Bullying Verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan, baik oleh
anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat
dibisikkan dihadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi. Penindasan verbal
dapat diteriakkan di taman bermain bercampur dengan hingar binger yang terdengar oleh
pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik di
antara teman sebaya. Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik
kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan
seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-
barang, telepon yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi
ancaman kekerasan, tuduhantuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta gosip.

c. Bullying Relasional
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasionaladalah pelemahan harga diri
si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau
penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang
6
Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA), Bullying Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan
Sekitar Anak,(Jakarta: PT Grasindo, 2008), hal, 3-4.

7
terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan
mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau
menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku
ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata,
helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.

d. Cyber bullying
Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya teknologi,
internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban terus menerus mendapatkan pesan
negative dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya.

Bentuk-bentuk bullying dan model pencegahannya

Dalam psikologi bullying dipahami beberapa peneliti mempunyai dua aliran teori

 Teori yang merujuk bullying pada tindakan agresi reaktif yang dikembangkan oleh
heinemann titik sebagai tindakan agresi reaktif, heinemann menjelaskan bullying sebagai
aksi yang dimulai dan dilakukan oleh sebuah kelompok. Heinemann memang pada mulanya
menggunakan istilah mobbning , bermula dari kata mobing dalam bahasa Inggris yang berarti
aksi kelompok yang berlangsung sesaat. Aksi ini terjadi secara mendadak, oleh karena siswa
anggota kelompok tersebut tersinggung oleh tindakan siswa lain yang mengganggu atau
merusak kedamaian kelompok tersebut. Siswa itu kemudian menyerang, namun segera
kembali ke kondisi normal untuk menjaga keseimbangan kelompok.
 Teori yang merujuk pada tindakan agresi proaktif yang dikembangkan oleh olweus. Tindakan
secara proaktif ini bersifat lebih luas, yakni merupakan tindakan seseorang atau kelompok
yang disengaja untuk maksud tertentu, sebagai motivasi, dan hukuman pada korbannya untuk
mendapatkan balasan. Caranya antara lain dengan melakukan imitasi penekanan dalam
modeling Melalui penggunaan elemen temperamental untuk meraih objektifnya. Tindakan ini
dilakukan misalnya dengan meminta uang korban dengan paksa yang di Indonesia populer
disebut pemalakan. Dalam tindakan ini yang penting diketahui adalah pelaku dapat
memperoleh uang kekuasaan dan kontrol.7

7
Ponny Retno Astuti, Merendam Bullying 3Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan Pada Anak, (Jakarta:
PT Grasindo, 2008), hal, 20-21.

8
Kesimpulan

Dapat kita simpulkan bahwasanya Bullying memiliki pengaruh jangka panjang dan
jangka pendek pada korban bullying. Efek jangka pendek yang disebabkan oleh perilaku
bullying tertekan karena penindasan, penurunan minat dalam melakukan tugas sekolah yang
diberikan oleh guru, dan menurunnya minat untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.
Sementara konsekuensi jangka panjang dari penindasan ini seperti mengalami kesulitan dalam
membangun hubungan baik dengan lawan jenis, selalu mengalami kecemasan akan mendapatkan
perlakuan tidak menyenangkan dari rekan-rekan mereka. Bullying juga merupakan suatu bentuk
perilaku agresif yang diwujudkan dengan perlakuan secara tidak sopan dan penggunaan
kekerasan atau paksaan untuk mempengaruhi orang lain, yang dilakukan secara berulang atau
berpotensi untuk terulang dan melibatkan ketidakseimbangan kekuatan dan atau pemaksaan, dan
dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu mungkin atas dasar ras agama, gender,
seksualitas, atau kemampuan.

DAFTAR PUSTAKA

Widya Ayu Safitri, 2020, Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini,Semarang: Guepedia.

Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA), 2008, Bullying Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan
Lingkungan Sekitar Anak, Jakarta: PT Grasindo.

Titi Keke, 2019, All about bully, Cet I, Jakarta: Rumah Media.

Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA), 2008, Bullying Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan
Lingkungan Sekitar Anak, Jakarta: PT Grasindo.

Ponny Retno Astuti, 2008, Merendam Bullying 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan Pada
Anak, Jakarta: PT Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai