KATA PENGANTAR
Puji syukur mari ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Bullying ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak
lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah ini yang berjudul Pembullyan yang terjadi di X fase E 7. Dan
kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
Makalah Bullying ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,
dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Bullying ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.
BAB 1
1.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa. Di mana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial,
fisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati
dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati
beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan
mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang
ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar
tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut. Pada masa ini juga
kondisi psikis remaja sangat labil.
1
Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin
tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan
sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan dan masyarakat.
Semua pengetahuan yang baru diketahuinya diterima dan ditanggapi oleh remaja
sesuai dengan kepribadian masing-masing. Di sinilah peran lingkungan sekitar sangat
diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang remaja. Setiap remaja sebenarnya
memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang
memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam
lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal
jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang dimaksud bullying?
2.Apa jenis jenis bullying?
3.Apa saja dampak prilaku bullying ?
4.Apa saja factor yang menyebabkan prilaku bullying ?
BAB 2
A.DEFINI BULLY
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bullying
Definisi bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Bullying
berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang yang
lemah. Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai masyarakat
untuk menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah penindasan,
penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi. Dari definisi di
atas, ada beberapa para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang bullying, di
antaranya:
2
Barbara Coloroso (2003: 44): “Bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan
secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, seperti menakuti melalui
ancaman agresi dan menimbulkan teror. Termasuk juga tindakan yang direncanakan
maupun yang spontan bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, di hadapan seseorang
atau di belakang seseorang, mudah untuk diidentifikasi atau terselubung dibalik
persahabatan, dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak”.
Olweus (1993) dalam Pikiran Rakyat, 5 Juli 2007: “Bullying can consist of any
action that is used to hurt another child repeatedly and without cause”. Bullying
merupakan perilaku yang ditujukan untuk melukai siswa lain secara terus-menerus
dan tanpa sebab. Sedangkan menurut Rigby (2005: dalam Anesty, 2009)
merumuskan bahwa “bullying” merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini
diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan
secara langsung oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat, tidak
bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang (Retno
Astuti, 2008: 3). Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001) mendefinisikan school
bullying sebagai perilaku agresif kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang-
ulang oleh seorang/kelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain
yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan serangan
berulang secara fisik, psikologis, sosial, ataupun verbal, yang dilakukan dalam posisi
kekuatan yang secara situasional didefinisikan untuk keuntungan atau kepuasan
mereka sendiri. Bullying merupakan bentuk awal dari perilaku agresif yaitu tingkah
laku yang kasar. Bisa secara fisik, psikis, melalui kata-kata, ataupun kombinasi dari
ketiganya. Hal itu bisa dilakukan oleh kelompok atau individu. Pelaku mengambil
keuntungan dari orang lain yang dilihatnya mudah diserang. Tindakannya bisa
dengan mengejek nama, korban diganggu atau diasingkan dan dapat merugikan
korban.
3
1. Bullying secara verbal
Perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan,
pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror,
surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar kasak-kusuk
yang keji dan keliru, gosip dan sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullying dalam
bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan dan bullying
bentuk verbal akan menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat
menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanju
4. Bullying elektronik
Bullying elektronik merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelakunya
melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting
room, email, SMS, dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban
dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar, dan rekaman video atau film yang
sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya
dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup baik
terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.
4
Pada umumnya, anak laki-laki lebih banyak menggunakan bullying secara fisik dan
anak wanita banyak menggunakan bullying relasional/emosional, namun keduanya
sama-sama menggunakan bullying verbal. Perbedaan ini, lebih berkaitan dengan pola
sosialisasi yang terjadi antara anak laki-laki dan perempuan (Coloroso, 2006: 51).
Menurut psikolog Seto Mulyadi, bullying disebabkan karena saat ini remaja di
Indonesia penuh dengan tekanan. Terutama yang datang dari sekolah akibat
kurikulum yang padat dan teknik pengajaran yang terlalu kaku. Sehingga sulit bagi
remaja untuk menyalurkan bakat non akademisnya penyalurannya dengan kejahilan-
kejahilan dan menyiksa. Budaya feodalisme yang masih kental di masyarakat juga
dapat menjadi salah satu penyebab bullying sebagai wujudnya adalah timbul budaya
senioritas, yang bawah harus menurut sama yang atas.
1. Faktor keluarga
Anak yang melihat orang tuanya atau saudaranya melakukan bullying sering akan
mengembangkan perilaku bullying juga. Ketika anak menerima pesan negatif berupa
hukuman fisik di rumah, mereka akan mengembangkan konsep diri dan harapan diri
yang negatif, yang kemudian dengan pengalaman tersebut mereka cenderung akan
lebih dulu menyerang orang lain sebelum mereka diserang. Bullying dimaknai oleh
anak sebagai sebuah kekuatan untuk melindungi diri dari lingkungan yang
mengancam.
2. Faktor sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka
untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan
pesat dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan yang negatif pada
siswanya misalnya, berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
6
3. Faktor kelompok sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman sekitar rumah
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Kadang kala beberapa anak
melakukan bullying pada anak yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan bahwa
mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak
nyaman dengan perilaku tersebut.
2. Dampak positif
Dari dampak negatif di atas, ternyata bullying dapat mengakibatkan dampak positif
yaitu:
Bullying bisa menjadi stresor positif bagi remaja yang kuat fisik dan mental dalam
menjalani hidupnya.
Remaja yang terkena bullying akan termotivasi untuk berani membela dirinya di
hadapan orang lain, dapat membela temannya (berjiwa ksatria).
Lebih proaktif dan tanggap akan permasalahan yang dihadapi.
Timbul keinginan untuk belajar lebih giat (karena mendapat ejekan masalah
akademik).
Timbul rasa setia kawan yang tinggi karena ada rasa peduli akan derita teman.
Bisa mengontrol emosi dengan baik.
Lebih percaya diri karena merasa dirinya memiliki harga diri yang pantas untuk
dihargai dan dihormati (tidak mau disakiti).
Meningkatkan keberanian berkomunikasi, menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dalam diri sendiri (introspeksi diri).
Menjadi lebih dewasa dalam bersikap.
Berusaha bangkit dan menjadi pribadi yang tanggung dan kuat secara fisik dan
mental.
Berani menghadapi tantangan dan cobaan hidup.
Lebih dekat dengan orang tua dan guru.
7
F. UPAYA MENGATASI BULLY
Pelajari bagaimana cara berpikir tukang “bully”. Mereka cenderung memilih orang-
orang yang mereka anggap tidak mau atau tidak mampu membela diri sendiri.
Pengganggu memilih sasaran empuk dan “mengujinya” dengan kata-kata yang
menusuk dan tindakan yang mengganggu. Cara tercepat dan cara terbaik untuk
mengakhiri intimidasi mereka adalah dengan membela diri dan menyuruhnya dengan
tegas untuk menghentikan tingkahnya dan mengulanginya sampai mereka
mendengarkannya.
Berdiri tegak dan tatap mereka. Perhatikan gestur tubuh di hadapan si pengganggu.
Bahkan jika mereka lebih besar (yang memang seringnya demikian) berdirilah tegak
dan tatap langsung di matanya. Lawan pandangan mereka secara dingin. Perhatikan
mereka dengan saksama dari ujung kaki ke ujung rambutnya. Seolah-olah melihat
dan tahu sesuatu yang mereka tidak sadari.
8
Ciptakan sebuah mantra jika diganggu secara terus-menerus. Bacakan mantra
tersebut secara berulang di dalam pikiran saat tukang “bully” sedang beraksi. Sebuah
mantra yang baik mungkin berasal dari satu bait lirik lagu yang Anda sukai, atau
berbentuk doa, ataupun kutipan kata-kata yang memotivasi Anda. Jika mereka
semakin mendekat, katakan untuk berhenti dan terus menatapnya dengan tatapan
dingin Anda. Tetap tenang dan ulangi mantra Anda.
Pertahankan diri dengan cerdas. Jangan biarkan diri Anda terjebak dalam sebuah
situasi saling menghina dengan mereka. Anda akan hampir selalu kalah jika beradu
mulut satu lawan satu, bahkan jika Anda lebih jenaka, lebih lucu, dan lebih cerdas
(sebagaimana seharusnya Anda) sekalipun. Karena merekalah yang merancang
permainan ini. Jangan mencoba membalas dengan hinaan yang lebih hebat yang
hanya dapat membuat keadaan dirinya menjadi lebih buruk.
Abaikan tukang “bully” di dunia maya. Hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk
melawan pengganggu maya secara online adalah dengan mengabaikan mereka. Jika
seseorang melakukan bully kepada Anda secara online, apakah itu melalui email,
teks, Facebook, atau jejaring sosial lainnya, Anda harus melepaskan diri dari
pengganggu itu sebisa mungkin. Hindari tersedot ke dalam situasi saling bertukar
hinaan atau argumen melalui internet, terutama yang bersifat publik. Terkadang
memang sangat menggoda untuk membalasnya, namun hindari godaan itu sebisa
mungkin.
Satukan persepsi dengan istri/suami. Sangat penting bagi suami-istri untuk satu suara
dalam menangani permasalahan yang dihadapi anak-anak di sekolah. Karena kalau
tidak, anak akan bingung, dan justru akan semakin tertekan. Kesamaan persepsi yang
dimaksud meliputi beberapa aspek, misalnya: apakah orang tua perlu ikut campur,
apakah perlu datang ke sekolah, apakah perlu menemui orang tua pelaku intimidasi,
termasuk apakah perlu lapor ke polisi.
Pelajari dan kenali karakter anak kita. Perlu kita sadari, bahwa satu-satu penyebab
terjadinya bullying adalah karena ada anak yang memang punya karakter yang mudah
dijadikan korban.
Jalin komunikasi dengan anak. Tujuannya adalah anak akan merasa cukup nyaman
(meskipun tentu saja tetap ada rasa tidak nyaman) bercerita kepada kita sebagai orang
tuanya ketika mengalami intimidasi di sekolah. Ini menjadi kunci berbagai hal,
termasuk untuk memonitor apakah suatu kasus sudah terpecahkan atau belum.
Masuklah di saat yang tepat. Jangan lupa, bahwa sering kali anak kita sendiri (yang
menjadi korban intimidasi) tidak senang kalau kita (orang tuanya) turut campur.
Bahwa prestasi belajar anak mulai terganggu
9
3. Penanganan yang bisa dilakukan oleh guru
Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian
tersebut bukan kesalahannya. Bantu anak mengatasi rasa tidak nyaman yang ia
rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi. Pastikan Anda
menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti anak. Jangan pernah
menyalahkan anak atas tindakan bullying yang ia alami. Mintalah bantuan pihak
ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu mengembalikan anak ke kondisi
normal, jika dirasakan perlu. Untuk itu bukalah mata dan hati Anda sebagai orang
tua. Jangan tabu untuk mendengarkan masukan pihak lain.
Amati perilaku dan emosi anak Anda, bahkan ketika kejadian bully yang ia alami
sudah lama berlalu (ingat bahwa biasanya korban menyimpan dendam dan potensial
menjadi pelaku di kemudian waktu). Bekerja samalah dengan pihak sekolah (guru).
Mintalah mereka membantu dan mengamati bila ada perubahan emosi atau fisik anak
Anda. Waspadai perbedaan ekspresi agresi yang berbeda yang ditunjukkan anak
Anda di rumah dan di sekolah (ada atau tidak ada orang tua/guru/pengasuh).
Binalah kedekatan dengan teman-teman anak. Cermati cerita mereka tentang anak.
Waspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasa. Minta bantuan pihak ke tiga
(guru atau ahli profesional) untuk menangani pelaku.
Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya
merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahlinya agar masalah
10
tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas. Cari penyebab anak melakukan hal
tersebut. Penyebab menjadi penentu penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena
rasa rendah diri tentu akan ditangani secara berbeda dengan pelaku yang disebabkan
oleh dendam karena pernah menjadi korban. Demikian juga bila pelaku disebabkan
oleh agresivitasnya yang berbeda. Posisikan diri untuk menolong anak dan bukan
menghakimi anak.
Kunci utama dari antisipasi masalah bullying adalah hubungan yang baik dengan
anak. Hubungan yang baik akan membuat anak terbuka dan percaya bahwa setiap
masalah yang dihadapinya akan bisa diatasi dan bahwa orang tua dan guru akan
selalu siap membantunya. Dari sinilah anak kemudian belajar untuk menyelesaikan
masalah dengan cara yang tepat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dimana
tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan membuat
seseorang merasa tidak nyaman. Jenis bullying dapat dibedakan menjadi 4, bullying
secara verbal, bullying secara fisik, bullying secara relasional, dan bullying
elektronik.
Ciri orang yang membullying salah satunya adalah haus perhatian, sedangkan ciri
orang yang dibullying salah satunya adalah karena anak yang dibully itu paling
miskin atau paling kaya. Faktor dari bullying bisa berasal dari faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor kelompok sebaya.
Dampak dari bullying ada yang positif dan ada juga yang negatif. Solusi atau upaya
untuk mengatasi bullying bisa dilakukan dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
sebagainya.
B. Saran
Hendaknya pihak sekolah proaktif dengan membuat program pengajaran
keterampilan sosial, problem solving, manajemen konflik, dan pendidikan karakter.
Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam maupun
di luar kelas; dan perlu kerja sama yang harmonis antara guru BK, guru-guru mata
pelajaran, serta staf dan karyawan sekolah.
Sebaiknya orang tua menjalin kerja sama dengan pihak sekolah untuk tercapainya
tujuan pendidikan secara maksimal tanpa adanya tindakan bullying antar pelajar di
sekolah.
12