Anda di halaman 1dari 12

1.

KATA PENGANTAR

Puji syukur mari ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Bullying ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak
lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah ini yang berjudul Pembullyan yang terjadi di X fase E 7. Dan
kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
Makalah Bullying ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,
dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Bullying ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.

BAB 1
1.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa. Di mana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial,
fisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati
dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati
beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan
mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang
ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar
tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut. Pada masa ini juga
kondisi psikis remaja sangat labil.

1
Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin
tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan
sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan dan masyarakat.
Semua pengetahuan yang baru diketahuinya diterima dan ditanggapi oleh remaja
sesuai dengan kepribadian masing-masing. Di sinilah peran lingkungan sekitar sangat
diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang remaja. Setiap remaja sebenarnya
memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang
memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam
lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal
jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai.

Lemahnya emosi seseorang akan berdampak pada terjadinya masalah dikalangan


remaja , misalnya bullying yang sekarang kembali muncul dimedia. Kekerasan di
sekolah ibarat fenomena gunung es yang nampak kepermukaan hanya bagian
kecilnya saja . Akan terus berulang , jika tak ditangani secara tepat dan
berkesinambungan dari akar persoalannya.

Budaya BULLYING ( kekerasan ) atas nama senioritas masih terus terjadi


dikalangan peserta didik. Karna meresahkan , pemerintah didesak segera menangani
masaah ini secara serius.BULLYING adalah suatu bentuk kekerasan anak ( child
abouse ) yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang yang lebih lemah untuk
mendapat keuntungan atau kepuasan tertentu

B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang dimaksud bullying?
2.Apa jenis jenis bullying?
3.Apa saja dampak prilaku bullying ?
4.Apa saja factor yang menyebabkan prilaku bullying ?

BAB 2
A.DEFINI BULLY
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bullying
Definisi bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Bullying
berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang yang
lemah. Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai masyarakat
untuk menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah penindasan,
penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi. Dari definisi di
atas, ada beberapa para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang bullying, di
antaranya:

2
Barbara Coloroso (2003: 44): “Bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan
secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, seperti menakuti melalui
ancaman agresi dan menimbulkan teror. Termasuk juga tindakan yang direncanakan
maupun yang spontan bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, di hadapan seseorang
atau di belakang seseorang, mudah untuk diidentifikasi atau terselubung dibalik
persahabatan, dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak”.

Olweus (1993) dalam Pikiran Rakyat, 5 Juli 2007: “Bullying can consist of any
action that is used to hurt another child repeatedly and without cause”. Bullying
merupakan perilaku yang ditujukan untuk melukai siswa lain secara terus-menerus
dan tanpa sebab. Sedangkan menurut Rigby (2005: dalam Anesty, 2009)
merumuskan bahwa “bullying” merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini
diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan
secara langsung oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat, tidak
bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang (Retno
Astuti, 2008: 3). Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001) mendefinisikan school
bullying sebagai perilaku agresif kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang-
ulang oleh seorang/kelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain
yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Beberapa ahli meragukan pengertian-pengertian di atas bahwa bullying hanya


sekedar keinginan untuk menyakiti orang lain, mereka memandang bahwa “keinginan
untuk menyakiti seseorang” dan “benar-benar menyakiti seseorang” merupakan dua
hal yang jelas berbeda. Oleh karena itu beberapa ahli psikologi menambahkan bahwa
bullying merupakan sesuatu yang dilakukan bukan sekedar dipikirkan oleh
pelakunya, keinginan untuk menyakiti orang lain dalam bullying selalu diikuti oleh
tindakan negatif.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan serangan
berulang secara fisik, psikologis, sosial, ataupun verbal, yang dilakukan dalam posisi
kekuatan yang secara situasional didefinisikan untuk keuntungan atau kepuasan
mereka sendiri. Bullying merupakan bentuk awal dari perilaku agresif yaitu tingkah
laku yang kasar. Bisa secara fisik, psikis, melalui kata-kata, ataupun kombinasi dari
ketiganya. Hal itu bisa dilakukan oleh kelompok atau individu. Pelaku mengambil
keuntungan dari orang lain yang dilihatnya mudah diserang. Tindakannya bisa
dengan mengejek nama, korban diganggu atau diasingkan dan dapat merugikan
korban.

B. Jenis-jenis Tindakan Bullying


Barbara Coloroso (2006: 47-50) membagi jenis-jenis bullying ke dalam empat jenis,
yaitu sebagai berikut:

3
1. Bullying secara verbal
Perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan,
pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror,
surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar kasak-kusuk
yang keji dan keliru, gosip dan sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullying dalam
bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan dan bullying
bentuk verbal akan menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat
menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanju

2. Bullying secara fisik


Yang termasuk dalam jenis ini ialah memukuli, menendang, menampar, mencekik,
menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang-barang
milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan
mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak
bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur melakukan bullying dalam
bentuk fisik kerap merupakan remaja yang paling bermasalah dan cenderung akan
beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut.

3. Bullying secara relasional


Bullying secara relasional adalah pelemahan harga diri korban secara sistematis
melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup
sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan
nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek. Bullying dalam
bentuk ini cenderung perilaku bullying yang paling sulit dideteksi dari luar. Bullying
secara relasional mencapai puncak kekuatannya di awal masa remaja, karena saat itu
terjadi perubahan fisik, mental emosional dan seksual remaja. Ini adalah saat ketika
remaja mencoba untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman
sebaya.

4. Bullying elektronik
Bullying elektronik merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelakunya
melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting
room, email, SMS, dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban
dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar, dan rekaman video atau film yang
sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya
dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup baik
terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.

4
Pada umumnya, anak laki-laki lebih banyak menggunakan bullying secara fisik dan
anak wanita banyak menggunakan bullying relasional/emosional, namun keduanya
sama-sama menggunakan bullying verbal. Perbedaan ini, lebih berkaitan dengan pola
sosialisasi yang terjadi antara anak laki-laki dan perempuan (Coloroso, 2006: 51).

C. Ciri Orang yang Membullying dan Orang yang Dibullying


1. Ciri Orang yang Membullying
Menurut Ubaydillah (AN dalam e-psikologi.com), siswa/orang yang mempunyai
kecenderungan sebagai pelaku bullying umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Suka mendominasi anak lain.


Suka memanfaatkan anak lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Sulit melihat situasi dari titik pandang anak lain.
Hanya peduli pada keinginan dan kesenangannya sendiri, dan tak mau peduli dengan
perasaan anak lain.
Cenderung melukai anak lain ketika orang tua atau orang dewasa lainnya tidak ada di
sekitar mereka.
Memandang saudara-saudara atau rekan-rekan yang lebih lemah sebagai sasaran.
Tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya.
Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan atau masa bodoh terhadap akibat
dari perbuatannya.
Haus perhatian.
2. Ciri Orang yang Dibullying
Sedangkan siswa/orang yang akan dijadikan atau menjadi korban bullying biasanya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Anak baru di lingkungan itu.


Anak termuda atau paling kecil di sekolah.
Anak yang pernah mengalami trauma sehingga sering menghindar karena rasa takut.
Anak penurut karena cemas, kurang percaya diri, atau anak yang melakukan sesuatu
karena takut dibenci atau ingin menyenangkan.
Anak yang perilakunya dianggap mengganggu orang lain.
Anak yang tidak mau berkelahi atau suka mengalah.
Anak yang pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik
perhatian orang lain.
Anak yang paling miskin atau paling kaya.
Anak yang ras atau etnisnya dipandang rendah.
Anak yang orientasi gender atau seksualnya dipandang rendah.
Anak yang agamanya dipandang rendah.
Anak yang cerdas, berbakat, memiliki kelebihan atau beda dari yang lain.
Anak yang merdeka atau liberal, tidak memedulikan status sosial, dan tidak
berkompromi dengan norma-norma.
Anak yang siap mendemonstrasikan emosinya setiap waktu.
5
Anak yang gemuk atau kurus, pendek atau jangkung.
Anak yang memakai kawat gigi atau kacamata.
Anak yang berjerawat atau memiliki masalah kondisi kulit lainnya.
Anak yang memiliki kecacatan fisik atau keterbelakangan mental.
Anak yang berada di tempat yang keliru pada saat yang salah (bernasib buruk).
D. Faktor Penyebab Bullying
Bullying dapat terjadi di mana saja, di perkotaan, pedesaan, sekolah negeri, sekolah
swasta, di waktu sekolah maupun di luar waktu sekolah. Bullying terjadi karena
interaksi dari berbagai faktor yang dapat berasal dari pelaku, korban, dan lingkungan
di mana bullying tersebut terjadi. Dalam penelitian Riauskina, Djuwita, dan Soesetio,
(2005) alasan seseorang melakukan bullying adalah karena korban mempunyai
persepsi bahwa pelaku melakukan bullying karena tradisi, balas dendam karena dia
dulu diperlakukan sama (menurut korban laki-laki), ingin menunjukkan kekuasaan,
marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, mendapatkan
kepuasan (menurut korban laki-laki), dan iri hati (menurut korban perempuan).
Adapun korban juga memersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena
penampilan yang mencolok, tidak berperilaku dengan sesuai, perilaku dianggap tidak
sopan, dan tradisi.

Menurut psikolog Seto Mulyadi, bullying disebabkan karena saat ini remaja di
Indonesia penuh dengan tekanan. Terutama yang datang dari sekolah akibat
kurikulum yang padat dan teknik pengajaran yang terlalu kaku. Sehingga sulit bagi
remaja untuk menyalurkan bakat non akademisnya penyalurannya dengan kejahilan-
kejahilan dan menyiksa. Budaya feodalisme yang masih kental di masyarakat juga
dapat menjadi salah satu penyebab bullying sebagai wujudnya adalah timbul budaya
senioritas, yang bawah harus menurut sama yang atas.

1. Faktor keluarga
Anak yang melihat orang tuanya atau saudaranya melakukan bullying sering akan
mengembangkan perilaku bullying juga. Ketika anak menerima pesan negatif berupa
hukuman fisik di rumah, mereka akan mengembangkan konsep diri dan harapan diri
yang negatif, yang kemudian dengan pengalaman tersebut mereka cenderung akan
lebih dulu menyerang orang lain sebelum mereka diserang. Bullying dimaknai oleh
anak sebagai sebuah kekuatan untuk melindungi diri dari lingkungan yang
mengancam.

2. Faktor sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka
untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan
pesat dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan yang negatif pada
siswanya misalnya, berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
6
3. Faktor kelompok sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman sekitar rumah
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Kadang kala beberapa anak
melakukan bullying pada anak yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan bahwa
mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak
nyaman dengan perilaku tersebut.

E. Dampak Tindakan Bullying


1. Dampak negatif
Bullying memiliki dampak yang sangat buruk bagi seorang. Berikut ini adalah
beberapa dampak bullying di antaranya: prestasi belajar menurun, fobia sekolah,
gelisah, sulit tidur, gangguan makan, menyendiri, mengucilkan diri, sensitif, lekas
marah, agresif , bersikap kasar pada orang lain (contoh: pada kakak atau adik bahkan
orang tua), depresi, hasrat bunuh diri (data dari jepang dinyatakan bahwa 10% korban
bullying mencoba bunuh diri), rendahnya kepercayaan diri/minder, dan merasa
terisolasi dalam pergaulan.

2. Dampak positif
Dari dampak negatif di atas, ternyata bullying dapat mengakibatkan dampak positif
yaitu:

Bullying bisa menjadi stresor positif bagi remaja yang kuat fisik dan mental dalam
menjalani hidupnya.
Remaja yang terkena bullying akan termotivasi untuk berani membela dirinya di
hadapan orang lain, dapat membela temannya (berjiwa ksatria).
Lebih proaktif dan tanggap akan permasalahan yang dihadapi.
Timbul keinginan untuk belajar lebih giat (karena mendapat ejekan masalah
akademik).
Timbul rasa setia kawan yang tinggi karena ada rasa peduli akan derita teman.
Bisa mengontrol emosi dengan baik.
Lebih percaya diri karena merasa dirinya memiliki harga diri yang pantas untuk
dihargai dan dihormati (tidak mau disakiti).
Meningkatkan keberanian berkomunikasi, menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dalam diri sendiri (introspeksi diri).
Menjadi lebih dewasa dalam bersikap.
Berusaha bangkit dan menjadi pribadi yang tanggung dan kuat secara fisik dan
mental.
Berani menghadapi tantangan dan cobaan hidup.
Lebih dekat dengan orang tua dan guru.

7
F. UPAYA MENGATASI BULLY

1. Cara menghadapi tukang “bully”


Tatap mata mereka dan katakan pada mereka untuk berhenti. Jika pengganggu
semakin mendekat, letakkan tangan Anda seperti menghentikan kendaraan saat
menyeberang, ciptakan penghalang antara Anda dan si tukang bully. Tataplah mata
mereka dan katakan dengan tenang tapi tegas, “Cukup! Kamu harus berhenti
sekarang!” Jika mereka terus melewati batas atau terus mengejek Anda berbagai cara,
cukup ulangi kalimat Anda. “Hentikan! Aku ingin kamu berhenti sekarang!” Jangan
mengatakan atau melakukan apa pun selain terus mempertahankan jarak Anda dan
ulangi lagi.

Pelajari bagaimana cara berpikir tukang “bully”. Mereka cenderung memilih orang-
orang yang mereka anggap tidak mau atau tidak mampu membela diri sendiri.
Pengganggu memilih sasaran empuk dan “mengujinya” dengan kata-kata yang
menusuk dan tindakan yang mengganggu. Cara tercepat dan cara terbaik untuk
mengakhiri intimidasi mereka adalah dengan membela diri dan menyuruhnya dengan
tegas untuk menghentikan tingkahnya dan mengulanginya sampai mereka
mendengarkannya.

Negosiasi, mencoba untuk berteman, atau menunjukkan bahwa Anda terganggu


hanya akan memberi mereka lebih banyak kesempatan dan akan semakin menjadi-
jadi. Jangan merengek, cobalah untuk tidak menangis, dan tetap teguh. Mereka akan
bosan dan kehilangan minat ketika santai saja dan tidak memberi mereka alasan apa-
apa untuk mengganggu. Tidak ada yang lucu dengan berkata “berhenti atau cukup.”
Mereka tidak akan bisa mengejek jika terlihat kuat.

Berdiri tegak dan tatap mereka. Perhatikan gestur tubuh di hadapan si pengganggu.
Bahkan jika mereka lebih besar (yang memang seringnya demikian) berdirilah tegak
dan tatap langsung di matanya. Lawan pandangan mereka secara dingin. Perhatikan
mereka dengan saksama dari ujung kaki ke ujung rambutnya. Seolah-olah melihat
dan tahu sesuatu yang mereka tidak sadari.

Tutup telinga. Jangan mendengarkan hal-hal yang dikatakannya atau


memasukkannya ke dalam hati. Mereka mengatakan hal-hal tersebut untuk membuat
Anda emosi, bukan karena itu yang mereka pikirkan, bukan karena itu benar, dan
bukan karena mereka mencoba untuk membantu Anda. Mereka mencoba untuk
membuat Anda terpuruk sebagai cara menaikkan posisi mereka sendiri, karena
mereka sebenarnya merasa tidak aman dan memiliki hati yang lemah.

8
Ciptakan sebuah mantra jika diganggu secara terus-menerus. Bacakan mantra
tersebut secara berulang di dalam pikiran saat tukang “bully” sedang beraksi. Sebuah
mantra yang baik mungkin berasal dari satu bait lirik lagu yang Anda sukai, atau
berbentuk doa, ataupun kutipan kata-kata yang memotivasi Anda. Jika mereka
semakin mendekat, katakan untuk berhenti dan terus menatapnya dengan tatapan
dingin Anda. Tetap tenang dan ulangi mantra Anda.

Pertahankan diri dengan cerdas. Jangan biarkan diri Anda terjebak dalam sebuah
situasi saling menghina dengan mereka. Anda akan hampir selalu kalah jika beradu
mulut satu lawan satu, bahkan jika Anda lebih jenaka, lebih lucu, dan lebih cerdas
(sebagaimana seharusnya Anda) sekalipun. Karena merekalah yang merancang
permainan ini. Jangan mencoba membalas dengan hinaan yang lebih hebat yang
hanya dapat membuat keadaan dirinya menjadi lebih buruk.

Abaikan tukang “bully” di dunia maya. Hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk
melawan pengganggu maya secara online adalah dengan mengabaikan mereka. Jika
seseorang melakukan bully kepada Anda secara online, apakah itu melalui email,
teks, Facebook, atau jejaring sosial lainnya, Anda harus melepaskan diri dari
pengganggu itu sebisa mungkin. Hindari tersedot ke dalam situasi saling bertukar
hinaan atau argumen melalui internet, terutama yang bersifat publik. Terkadang
memang sangat menggoda untuk membalasnya, namun hindari godaan itu sebisa
mungkin.

2. Solusi/upaya buat orang tua atau wali orang tua

Satukan persepsi dengan istri/suami. Sangat penting bagi suami-istri untuk satu suara
dalam menangani permasalahan yang dihadapi anak-anak di sekolah. Karena kalau
tidak, anak akan bingung, dan justru akan semakin tertekan. Kesamaan persepsi yang
dimaksud meliputi beberapa aspek, misalnya: apakah orang tua perlu ikut campur,
apakah perlu datang ke sekolah, apakah perlu menemui orang tua pelaku intimidasi,
termasuk apakah perlu lapor ke polisi.

Pelajari dan kenali karakter anak kita. Perlu kita sadari, bahwa satu-satu penyebab
terjadinya bullying adalah karena ada anak yang memang punya karakter yang mudah
dijadikan korban.

Jalin komunikasi dengan anak. Tujuannya adalah anak akan merasa cukup nyaman
(meskipun tentu saja tetap ada rasa tidak nyaman) bercerita kepada kita sebagai orang
tuanya ketika mengalami intimidasi di sekolah. Ini menjadi kunci berbagai hal,
termasuk untuk memonitor apakah suatu kasus sudah terpecahkan atau belum.

Masuklah di saat yang tepat. Jangan lupa, bahwa sering kali anak kita sendiri (yang
menjadi korban intimidasi) tidak senang kalau kita (orang tuanya) turut campur.
Bahwa prestasi belajar anak mulai terganggu
9
3. Penanganan yang bisa dilakukan oleh guru

Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian
tersebut bukan kesalahannya. Bantu anak mengatasi rasa tidak nyaman yang ia
rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi. Pastikan Anda
menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti anak. Jangan pernah
menyalahkan anak atas tindakan bullying yang ia alami. Mintalah bantuan pihak
ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu mengembalikan anak ke kondisi
normal, jika dirasakan perlu. Untuk itu bukalah mata dan hati Anda sebagai orang
tua. Jangan tabu untuk mendengarkan masukan pihak lain.

Amati perilaku dan emosi anak Anda, bahkan ketika kejadian bully yang ia alami
sudah lama berlalu (ingat bahwa biasanya korban menyimpan dendam dan potensial
menjadi pelaku di kemudian waktu). Bekerja samalah dengan pihak sekolah (guru).
Mintalah mereka membantu dan mengamati bila ada perubahan emosi atau fisik anak
Anda. Waspadai perbedaan ekspresi agresi yang berbeda yang ditunjukkan anak
Anda di rumah dan di sekolah (ada atau tidak ada orang tua/guru/pengasuh).

Binalah kedekatan dengan teman-teman anak. Cermati cerita mereka tentang anak.
Waspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasa. Minta bantuan pihak ke tiga
(guru atau ahli profesional) untuk menangani pelaku.

4. Pencegahan buat anak yang menjadi korban bullying


Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika
tidak ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di dekatnya. Bekali anak dengan
kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan yang mungkin ia
alami dalam kehidupannya Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri
dan dibekali kemampuan agar tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap
beritahukan anak ke mana ia dapat melaporkan atau meminta pertolongan atas
tindakan kekerasan yang ia alami (bukan saja bullying). Terutama tindakan yang
tidak dapat ia tangani atau tindakan yang terus berlangsung walau sudah diupayakan
untuk tidak terulang. Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik
dengan sebaya atau dengan orang yang lebih tua.

5. Penanganan buat anak yang menjadi pelaku bullying

Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya
merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahlinya agar masalah
10
tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas. Cari penyebab anak melakukan hal
tersebut. Penyebab menjadi penentu penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena
rasa rendah diri tentu akan ditangani secara berbeda dengan pelaku yang disebabkan
oleh dendam karena pernah menjadi korban. Demikian juga bila pelaku disebabkan
oleh agresivitasnya yang berbeda. Posisikan diri untuk menolong anak dan bukan
menghakimi anak.

6. Cara paling ideal untuk mencegah terjadinya bullying

Mengajarkan kemampuan asertif, yaitu kemampuan untuk menyampaikan pendapat


atau opini pada orang lain dengan cara yang tepat. Hal ini termasuk kemampuan
untuk mengatakan tidak atas tekanan-tekanan yang didapatkan dari teman/pelaku
bullying. Sekolah meningkatkan kesadaran akan adanya perilaku bullying (tidak
semua anak paham apakah sebenarnya bullying itu) dan bahwa sekolah memiliki dan
menjalankan kebijakan anti bullying. Murid harus bisa percaya bahwa jika ia menjadi
korban, ia akan mendapatkan pertolongan. Sebaliknya, jika ia menjadi pelaku,
sekolah juga akan bekerja sama dengan orang tua agar bisa bersama-sama membantu
mengatasi permasalahannya. Memutus lingkaran konflik dan mendukung sikap
bekerja sama antar anggota komunitas sekolah, tidak hanya interaksi antar murid
dalam level yang sama tapi juga dari level yang berbeda.

7. Cara mencegah supaya anak tidak menjadi pelaku bullying

Kunci utama dari antisipasi masalah bullying adalah hubungan yang baik dengan
anak. Hubungan yang baik akan membuat anak terbuka dan percaya bahwa setiap
masalah yang dihadapinya akan bisa diatasi dan bahwa orang tua dan guru akan
selalu siap membantunya. Dari sinilah anak kemudian belajar untuk menyelesaikan
masalah dengan cara yang tepat.

8. Cara bagaimana supaya anak tidak menjadi korban bullying

Membekali anak dengan keterampilan assertive, sehingga bisa memberikan pesan


yang tepat pada pelaku bahwa dirinya bukan pihak yang bisa dijadikan korban.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

11
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dimana
tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan membuat
seseorang merasa tidak nyaman. Jenis bullying dapat dibedakan menjadi 4, bullying
secara verbal, bullying secara fisik, bullying secara relasional, dan bullying
elektronik.

Ciri orang yang membullying salah satunya adalah haus perhatian, sedangkan ciri
orang yang dibullying salah satunya adalah karena anak yang dibully itu paling
miskin atau paling kaya. Faktor dari bullying bisa berasal dari faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor kelompok sebaya.

Dampak dari bullying ada yang positif dan ada juga yang negatif. Solusi atau upaya
untuk mengatasi bullying bisa dilakukan dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
sebagainya.

B. Saran
Hendaknya pihak sekolah proaktif dengan membuat program pengajaran
keterampilan sosial, problem solving, manajemen konflik, dan pendidikan karakter.
Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam maupun
di luar kelas; dan perlu kerja sama yang harmonis antara guru BK, guru-guru mata
pelajaran, serta staf dan karyawan sekolah.
Sebaiknya orang tua menjalin kerja sama dengan pihak sekolah untuk tercapainya
tujuan pendidikan secara maksimal tanpa adanya tindakan bullying antar pelajar di
sekolah.

KAMI KELOMPOK 2 YANG TERDIRI DARI


1. FAATHIR FATH WA KHAIR
2. RENALDI SETIAWAN
3. AULIA HANI ATUNNISA
4. HESTI APRIANI
5. FEBRISKA TRIANA PUTRI
6. FIONA ANTASENA

12

Anda mungkin juga menyukai