Anda di halaman 1dari 13

KARYA ILMIAH

“DAMPAK BULLYING TERHADAP PELAJAR”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1. BENNY R SIAHAAN
2. DWI THIRTA ANDREAN
3. EKA A SIRINGORINGO
4. FITO A SINULINGGA

KELAS : XI IS 1
MAPEL : BAHASA INDONESIA
SMA SWASTA TELADAN
2019
PEMATANGSIANTAR
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puji
syukur atas kehadirat nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan karya ilmiah tentang dampak bullying bagi prestasi di kalangan pelajar

Karya ilmiah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan karya ilmiah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah ikut berkontribusi dalam pembuatan karya tulis ini

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaikinya

Akhir kata kami berharap semoga karya ilmiah tentang bullying ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga
merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas
perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan
permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah
konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak
salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat
labil. Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba
sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga,
sekolah, teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya baik yang
bersifat positif maupun negatif akan diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan kepribadian
masing-masing. Remaja dituntut untuk menentukan dan membedakan yang terbaik dan yang buruk
dalam kehidupannya. Disinilah peran lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk
kepribadian seorang remaja.
Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang
memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun
potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan
faktor lingkungan yang memadai Yuyun (2011). Lemahnya emosi seseorang akan berdampak pada
terjadinya masalah dikalangan remaja, misalnya bullying yang sekarang kembali mencuat di media.
Akhir-akir ini kasus akibat kekerasan di sekolah makin sering ditemui baik melalui informasi di media
cetak maupun yang kita saksikan di layar televisi.Selain tawuran antar pelajar sebenarnya ada bentuk-
bentuk perilaku agresif atau kekerasan yang mungkin sudah lama terjadi di sekolah-sekolah, namun tidak
mendapat perhatian, bahkan mungkin tidak dianggap sesuatu hal yang serius.Misalnya bentuk intimidasi
dari teman-teman atau pemalakan, pengucilan diri dari temannya, sehingga anak jadi malas pergi ke
sekolah karena merasa terancam dan takut, sehingga bisa menjadi depresi tahap ringan dan dapat
mempengaruhi belajar di kelas.

Budaya bullying (kekerasan) atas nama anak senior masih terus terjadi di kalangan peserta didik.
Karena meresahkan, pemerintah didesak segera menangani masalah ini secara serius. Bullying adalah
suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang (anak) yang
lebih ‘rendah’ atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu.
Biasanya bullying terjadi berulang kali pelaku bullying dalam beberapa kasus merupakan korban dari
tindakan para senior sebelumnya.berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan peserta didik
disebabkan kurangnya pemahaman anak terhadap nilai diri yang positif sehingga berdampak pula pada
kurangnya pemahaman moral atau nilai yang di terimanya, seperti akrab dengan kekerasan,
kebohongan,dan sebagainya yang merupakan perilaku negatif.

Dalam bertindak, bukan berarti anak tidak tau apa yang dilakukan salah tapi pemahaman baik buruk
anak masih mengacu pada suatu tingkah laku benar bila tidak dihukum dan salah bila dihukum
pemahaman anak yang berdasarkan perilaku baik tidak dihukum dan buruk dihukum termasuk dalam
pemahaman moral yang pra-konvensional.Seorang anak yang memiliki pemahaman moral yang tinggi,
maka kecenderungan melakukan tindakan yang melanggar norma seperti mengejek, memukul,
menendang temannya lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan pemahaman moral bahwa hal-hal tersebut
merupakan tindakan yang tidak baik dan melanggar moral.semakin seorang individu memiliki tingkat
pemahaman moral yang tinggi akan mengurangi perilaku menyimpang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bullying?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya bullying?
3. Apa saja jenis- jenis bullying?
4. Bagaimana ciri-ciri pelaku dan korban bullying?
5. Apa saja dampak bullying bagi pelajar?
6. Apa saja unsur-unsur bullying?
7. Bagaimana cara mengatasi bullying?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bullying
2. Untuk mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya bullying
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari bullying
4. Untuk mengetahui ciri-ciri pelaku dan korban bullying
5. Untuk mengetahui dampak bullying bagi pelajar
6. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur bullying
7. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi bullying
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Bullying
Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan cara menyakiti dalam bentuk
fisik, verbal atau emosional/psikologis oleh seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada
korban yang lebih lemah fisik ataupun mental secara berulang-ulang tanpa ada perlawanan dengan
tujuan membuat korban menderita.

Istilah bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu "bull" yang berarti banteng. Secara etimologi kata
"bully" berarti penggertak, orang yang mengganggu yang lemah. Bullying dalam bahasa Indonesia
disebut "menyakat" yang artinya mengganggu, mengusik, dan merintangi orang lain (Wiyani, 2012).
Perilaku bullying melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya
berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan
negatif yang diterimanya.

Bullying memiliki pengaruh secara jangka panjang dan jangka pendek terhadap korban bullying.
Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan akibat perilaku bullying adalah depresi karena mengalami
penindasan, menurunnya minat untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru, dan
menurunnya minat untuk mengikuti kegiatan sekolah. Sedangkan akibat yang ditimbulkan dalam
jangka panjang dari penindasan ini seperti mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik
terhadap lawan jenis, selalu memiliki kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang tidak
menyenangkan dari teman-teman sebayanya (Berthold dan Hoover, 2000).

Berikut ini beberapa pengertian dan definisi bullying dari beberapa sumber buku:

 Menurut Olweus (2005), bullying adalah sebuah tindakan atau perilaku agresif yang disengaja,
yang dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang dan dari waktu ke
waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan mudah atau
sebagai sebuah penyalahgunaan kekuasaan/kekuatan secara sistematik.
 Menurut Wicaksana (2008), bullying adalah kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang
dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan
dirinya dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat
dia tertekan.
 Menurut Black dan Jackson (2007), bullying merupakan perilaku agresif tipe proaktif yang di-
dalamnya terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti, atau menyingkirkan,
adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia, kemampuan kognitif, keterampilan,
maupun status sosial, serta dilakukan secara berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak
terhadap anak lain.
 Menurut Sejiwa (2008), bullying ialah sebuah situasi di mana terjadinya penyalahgunaan
kekuatan/kekuasaan fisik maupun mental yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok, dan
dalam situasi ini korban tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya

 Menurut Rigby (1994), bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti yang diperlihatkan ke
dalam aksi secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung
jawab, biasanya berulang, dan dilakukan secara senang bertujuan untuk membuat korban
menderita. ( https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-unsur-jenis-ciri-ciri-dan-
skenario-bullying.htm )
Faktor penyebab terjadinya bullying
Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain:
(https://www.researchgate.net/publication/326515030_FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI
_REMAJA_DALAM_MELAKUKAN_BULLYING )
a. Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang
sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan
permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang
terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak
ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku cobacobanya itu, ia akan belajar
bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku
agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak
mengembangkan perilaku bullying;

b. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anakanak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk
melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan
sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang
tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar
sesama anggota sekolah;

c. Faktor Kelompok Sebaya.


Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah,
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam
usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun
mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

d. Kondisi lingkungan sosial


Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying.
Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan.
Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan
hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar
siswanya.
e. Tayangan televisi dan media cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang
mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas (Saripah, 2006) memperlihatkan bahwa
56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya
(64%) dan kata-katanya (43%).

Jenis jenis bullying


Adapun macam atau jenis bullying adalah dalam bentuk tindakan fisik atau verbal yang bisa
dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Barbara Coloroso (2006:47-50), menyatakan ada empat jenis bullying, diantaranya:

( http://www.onoini.com/pengertian-bullying/ )

Bullying Secara Verbal


Jenis perbuatan yang dilakukan pada bullying ini adalah dalam bentu julukan nama, celaan, fitnah,
kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan yang seperti ajakan seksual atau pelecehan seksual,
teror, surat-surat yang melakukan intimidasi, gosip dan lain sebagainya. Bullying berupa verbal adalah
salah satu jenis bullying yang paling mudah dilakukan dan bullying ini merupakan awal dari perbuatan
bullying lainnya.

Bullying Secara Fisik


Jenis bullying ini seperti melakukan tindakan memukuli, menampar, mencekik, menggigit, mencakar,
meludahi dan merusak serta menghancurkan barang milik orang yang ditindas. Bullying jenis ini adalah
jenis bullying yang sangat terlihat dan mudah diidentifikasi, tetapi peristiwa secara fisik tidak sebanyak
bullying bentuk lain. Remaja yang sering melakukan perbuatan bullying berupa fisik seringkali adalah
remaja yang sering bermasalah dan cenderung akan beralih di tindakan kriminal yang lebih lanjut

Bullying Secara Relasional


Jenis bullyin ini adalah jenis bullying dalam bentuk pelemahan harga diri korban secara sistematis
melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perbuatan ini bisa meliputi sikap yang tersembunyi
seperti pandangan agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang
mengejek. Perbuatan bullying macam ini cenderung yang sulit terbaca dari luar. Bullying secara
relasional mencapai puncak kekuatan di awal masa remaja, karena ketika itu terjadi perubahan fisik,
mental emosional dan seksual dan juga mencoba mengetahui diri dan menyesuaikan diri dengan teman-
teman sebaya.

Bullying Elektronik
Bullying ini adalah jenis bullying yang berupa perbuatan bullying yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan elektronik, seperti komputer, smartphone, internet, website, sosial media, chatting, email,
sms dan lain sebagainya. Bullying ini seringkali ditujukan untuk melakukan tindakan teror korban
dengan tulisan, animasi, gambar, rekaman atau video film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti, atau
menyudutkan. Bullying jenis ini seringkali dilakukan oleh kelompok remaja yang sudah memiliki
pemahaman yang cukup baik pada sarana elektronik infomrasi dan media elektronik lainnya.
Menurut Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005), Terdapat 5 jenis bullying yaitu:

( http://www.onoini.com/pengertian-bullying/ )

 Kontak fisik langsung, seperti: memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang,


mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak
barang yang dimiliki orang lain.
 Kontak verbal langsung, seperti: mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu,
memberi panggilan nama, sarkasme, merendahkan, mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki,
menyebarkan gosip.
 Perilaku non-verbal langsung, seperti: melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan
ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai oleh bullying
fisik atau verbal.
 Perilaku non-verbal tidak langsung, seperti: mendiamkan seseorang, memanipulasi
persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan
surat kaleng.
 Pelecehan seksual, terkadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal. Meskipun laki-laki
dan perempuan melakukan bullying cenderung menggunakan bullying verbal, tetapi umumnya,
perilaku bullying fisik lebih banyak dilakukan laki-laki dan bullying verbal banyak dilakukan
perempuan.

Ciri-Ciri pelaku bullying

Menurut Astuti (2008), ciri-ciri pelaku bullying antara lain adalah sebagai berikut:
( https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-unsur-jenis-ciri-ciri-dan-skenario-bullying.html )

1. Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial siswa di sekolah.


2. Menempatkan diri ditempat tertentu di sekolah/sekitarnya.
3. Merupakan tokoh populer di sekolah.
4. Gerak-geriknya seringkali dapat ditandai, yaitu sering berjalan di depan, sengaja menabrak,
berkata kasar, menyepelekan/melecehkan.

Ciri-Ciri korban bullying

Ciri-ciri anak yang menjadi korban bullying, yaitu :

( http://astrinityas.blogspot.com/2012/08/mengenali-korban-bullying.html )

Fisik

1. Luka fisik yang tidak dapat dijelaskan’pakaian dan barang yang rusak karena sesuatu ya
ng tidak dapat dijelaskan.
2. Kehilangan uang.
3. Keluhan fisik.
4. Gangguan tidur
5. Kehilangan nafsu makan.
6. Terlihat kelaparan karena bekal mereka diambil.
Sosial

1. Terlibat dalam perkelahian dimana mereka terlihat tidak dapat mempertahankan diri.
2. Sering diganggu.
3. Terisolasi (terlihat menyendiri) pada saat jam istirahat.
4. Berusaha dekat dengan orang dewasa pada saat jam istirahat.
5. Kontak dengan teman sekelaas yang rendah.
6. Sedikit menerima ajakan dari teman.

Emosi

1. Terlihat cemas, lemah, tidak bahagia dan sedih tapi tidak mampu mengatakan penyebab
nya.
2. Perubahan mood dan perilaku.
3. Kemarahan yang meledak-ledak.
4. Self-esteem (harga diri) rendah.
5. Ketakutan untuk pergi ke sekolah.
6. Meminta untuk meninggalkan sekolah.

Akademik

1. Tiba-tiba kesulitan dalam bertanya atau menjawab pertanyaan di kelas.


2. Penurunan prestasi di sekolah dan penurunan konsentrasi.
3. Tidak mau berpartisipasi dalam aktivitas kelas.
4. Sering meninggalkan kelas (mangkir).

Sedangkan menurut Susanto (2010), ciri-ciri korban bullying antara lain adalah sebagai berikut:
( https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-unsur-jenis-ciri-ciri-dan-skenario-bullying.html )

1. Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari orang yang tidak menjadi korban atau
sebaliknya.
2. Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang erat dengan orang tua mereka.
3. Secara mental atau perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang bodoh dan
tidak berharga. Kepercayaan diri mereka rendah dan tingkat kecemasan sosial mereka tinggi.
4. Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, korban laki-laki lebih sering mendapat siksaan
secara langsung, misalnya bullying fisik. Dibandingkan korban laki-laki, korban perempuan
lebih sering mendapat siksaan secara tidak langsung misalnya melalui kata-kata atau bullying
verbal.
5. Secara antar perorangan, walaupun korban sangat menginginkan penerimaan secara sosial,
mereka jarang sekali untuk memulai kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah sosial. Anak
korban bullying kurang diperhatikan oleh pembina, karena korban tidak bersikap aktif dalam
sebuah aktivitas
Dampak bullying bagi pelajar

Dampak bagi korban

Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center
Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat remaja merasa
cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk
menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-
esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja
rentan terhadap stress dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih
ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan
bunuh diri (committed suicide).

Coloroso (2006) mengemukakan bahayanya jika bullying menimpa korban secara berulang-ulang.
Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu korban akan merasa depresi dan marah. Ia marah
terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap
orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut kemudan mulai
mempengaruhi prestasi akademiknya. Berhubung tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang
konstruktif untuk mengontrol hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke dalam
pengasingan.

Terkait dengan konsekuensi bullying, penelitian Banks (1993, dalam Northwest Regional Educational
Laboratory, 2001; dan dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa perilaku bullying berkontribusi
terhadap rendahnya tingkat kehadiran, rendahnya prestasi akademik siswa, rendahnya self-esteem,
tingginya depresi, tingginya kenakalan remaja dan kejahatan orang dewasa. Dampak
negatif bullying juga tampak pada penurunan skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan analisis siswa.
Berbagai penelitian juga menunjukkan hubungan antara bullying dengan meningkatnya depresi dan
agresi.

Dampak bagi pelaku

Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) National Youth Violence Prevention mengemukakan bahwa pada
umumnya, para pelaku ini memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula,
cenderung bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras,
mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Para pelaku bullying ini memiliki
kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati terhadap targetnya. Apa yang
diungkapkan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Coloroso (2006:72) mengungkapkan
bahwa siswa akan terperangkap dalam peran pelaku bullying, tidak dapat mengembangkan hubungan
yang sehat, kurang cakap untuk memandang dari perspektif lain, tidak memiliki empati, serta
menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat mempengaruhi pola hubungan sosialnya di
masa yang akan datang.

Dengan melakukan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan terhadap
keadaan. Jika dibiarkan terus-menerus tanpa intervensi, perilaku bullying ini dapat menyebabkan
terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya.
Dampak positif

 Lebih kuat dan tegar dalam menghadapi suatu masalah


 Termotivasi untuk menunjukkan potensi mereka agar tidak lagi direndahkan
 Terdorong untuk berintrospeksi diri

Dampak negatif

 Munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur (lihat grafik
di atas). Masalah ini mungkin akan terbawa hingga dewasa.
 Keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot (lihat grafik di
atas).
 Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah
 Penurunan semangat belajar dan prestasi akademis
 Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat
kekerasan.

Dampak bagi siswa lain yang menyaksikan bullying (by Standers)

Jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain yang menjadi penonton dapat
berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial. Dalam kondisi ini, beberapa
siswa mungkin akan bergabung dengan penindas karena takut menjadi sasaran berikutnya dan beberapa
lainnya mungkin hanya akan diam saja tanpa melakukan apapun dan yang paling parah mereka merasa
tidak perlu menghentikannya. ( http://www.stella-maris.sch.id/detail-article-22-1-dampak-bullying-
bagi-siswa.htm )

Anak-anak yang menyaksikan bullying mungkin akan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk:

 Merasa tidak aman berada di lingkungan sekolah


 Mengalami berbagai masalah mental, seperti depresi dan kegelisahan
 Menyalahgunakan obat-obatan dan alkohol.

( https://generasiindonesiaantibullying.wordpress.com/2014/02/13/dampak-dampak-bullying/ )

Unsur-unsur bullying

Coloroso dalam bukunya mengartikan bullying sebagai suatu penindasan. Ia berpendapat bahwa
bullying akan selalu melibatkan keempat unsur berikut:
( http://antibullyid.blogspot.com/2015/11/unsur-unsur-bullying.html )

1. Ketidakseimbangan kekuatan (imbalance power).


Bullying bukan persaingan antara saudara kandung, bukan pula perkelahian yang melibatkan dua pihak
yang setara. Pelaku bullying bisa saja orang yang lebih tua, lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara
verbal, lebih tinggi secara status sosial, atau berasal dari ras yang berbeda
2. Keinginan untuk mencederai (desire to hurt).
Dalam bullying tidak ada kecelakaan atau kekeliruan, tidak ada ketidaksengajaan dalam pengucilan
korban. Bullying berarti menyebabkan kepedihan emosional atau luka fisik, melibatkan tindakan yang
dapat melukai, dan menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan penderitaan
korbannya.
3. Ancaman agresi lebih lanjut.
Bullying tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang hanya terjadi sekali saja, tapi juga repetitif atau
cenderung diulangi.
4. Teror
Unsur muncul ketika bullying semakin meningkat. Teror bukan hanya sebuah cara untuk mencapai
bullying tapi juga sebagai tujuan bullying. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwasanya bullying adalah perilaku negatif yang dilakukan seseorang yang memiliki kekuasaan yang
lebih kuat kepada orang lain yang lebih lemah dan perilaku tersebut terjadi secara berulang-ulang.

Cara mengatasi bullying


( https://revolusimental.go.id/ide/cara-mengatasi-bullying-di-sekolah )
1. Buktikan Bahwa Kita Lebih Baik Dari Mereka

Mereka menindas korban karena mereka tahu bahwa korban memiliki kelemahan.

Coba jika kita memiliki kelebihan (jago matematika, ahli IT, atau pintar bermain sepak bola), di sisi
lain mereka akan sadar dengan dirinya sendiri jika mereka memiliki kelemahan.

2. Berani Melaporkannya ke Orang Tua atau Guru

Permasalahan ini perlu diketahui pihak ketiga si korban.

Jangan membiarkannya dan menutupinya, karena itu akan memperparah keadaan dan semakin tidak
percaya diri dalam bergaul.

Lebih baik orang tua atau guru perlu dilibatkan agar adanya keterbukaan satu sama lain.

3. Berdo'a Kepada TUHAN YANG MAHA ESA

Sebesar dan sebagaimana pun masalah yang kita hadapi, kita harus tetap sabar.Selalu memohon
pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kelak pasti akan diberikan jalan keluar dari-Nya.
BAB III

KESIMPULAN & SARAN


Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dimana tindakan tersebut
sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan membuat seseorang merasa tidak
nyaman. Diperlukan pemahaman moral individu, yang menekankan pada alasan mengapa suatu
tindakan dilakukan dan bagaimana seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah
baik atau buruk.
Perlu adanya perhatian dari semua pihak baik orang tua, guru dan pihak sekolah agar kasus
bullying dapat dihapuskan dan tidak aka nada lagi korban-korban bullying selanjutnya. Hal ini perlu
diseriusi, agar generasi penerus tidak mengalami gangguan-gangguan yang mungkin dapat
mengakibatkan kerugian besar bahkan trauma dikemudian hari

Anda mungkin juga menyukai