Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN SOSIOLOGI

TENTANG

BULLYING
(STUDI KASUS DI SMPN16 MALANG)

Disusun Oleh :

1.SASTI PRAMITA
2. ANNISA SARAGIH
3.FITRIA
4.HEBER SIHOMBING

SMA N 1 PANTAI LABU


TAHUN AJARAN 2019/ 2020
KATA PENGANTAR
 Puji syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
pertolongan-Nya, kami dapat menyusun karya tulis ini yang
berjudul “BULLYING“. Kemudian kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada guru kami Ibu Gandiz Pratiwi sebagai guru sosiologi di XII IPS 1 yang
telah membimbing kami dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kami yang
telah memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana, tidak lupa pula untuk
teman kelompok kami yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Dengan
adanya tugas ini, kami berharap agar dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan serta pengaruh bullying terhadap siswa disekolah.
Dengan adanya tugas ini juga kami dapat memahami arti sebuah
kekompakan dalam sebuah kelompok.
Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat banyak kekurangan.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk
menyempurnakan karya tulis ini.

Pantai Labu, 29 Februari 2020

(Sumber:Pikiran Kelompok)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Bullying sudah lama terjadi tetapi permasalahan ini tetap saja menjadi topik yang masih
hangat diperbincangkan dan belum menemukan titk terang. Keberadaan bullying seakan akan di
pandang sebelah mata, sehingga mungkin baru sedikit yang menyadari bahaya dari keberadaan
bullying tersebut. Padahal bahaya dari bullying dapat sampai mengakibatkan kehilangan nyawa.
Kini saatnya di butuhkan pentyadaran terhadap berbagai pihak untuk mengatasi masalah
bullying.
            Bullying seakan akan sudah menjadi tradisi yang rutin terjadi sehingga menimbulkan
pola diantara orang orang, contohnya saja disekolah yang kami teliti saat ini. Bullying dapat
dikatakan sebagai hal yang sangat wajar. Setiap masalah pasti selalu ada penyebab yang
melatarbelakangi, sehingga kami sebagai peneliti dapat mengetahui mengapa bullying selalu
terjadi bahkan sudah menjadi sebuah tradisi. Bullying bukan saja bisa terjadi karena tradisi yang
dilestarikan, tetapi juga bisa terjadi karena ketidaksadaran seorang pelaku, korban dan saksi yang
berujung terhadap tindakan bullying.
Sekarang ini berbagai macam masalah tengah melanda dunia pendidikan di Indonesia.
Salah satunya adalah kekerasan atau bullying baik oleh guru terhadap siswa maupun siswa
dengan siswa lainnya. Bentuk kekerasan ini bukan hanya dalam bentuk fisik saja tetapi juga
secara psikologis. Kekerasan dapat terjadi di mana saja, termasuk di sekolah, tempat bermain, di
rumah, di jalan, dan di tempat hiburan. Bullying seolah-olah sudah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan anak-anak di zaman sekarang ini. Maraknya aksi kekerasan atau
bullying yang dilakukan oleh siswa di sekolah semakin banyak menghiasi deretan berita di
halaman media cetak maupun elektronik.
Bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi di kalangan remaja. Kasus bullying
biasanya menimpa anak sekolah. Pelaku bullying akan mengintimidasi/mengejek kawannya
sehingga kawannya tersebut jengkel. Atau lebih parah lagi, korban bullying akan mengalami
depresi dan hingga timbul rasa untuk bunuh diri. Bullying harus dihindari karena bullying
mengakibatkan korbannya berpikir untuk tidak berangkat ke sekolah karena di sekolahnya ia
akan di bully oleh si pelaku. Selain itu, bullying juga dapat menjadikan seorang anak turun
prestasinya karena merasa tertekan sering di bully oleh pelaku.

            Dalam penelitian ini kami ingin mengetahui dan mendalami mengapa bullying bisa
terjadi. Pengaruh apa saja yangdapat dirasakan bagi pelaku, korban, dan saksi dari kasus
bullying. Dari pengaruh yang berdampak negatip tersebut apakah ada sebuah pengaruh yang
berkaitan terhadap keaktifan siswa disekolah.

(Sumber:http://masalahbullyingdalamsekolah.blogspot.com/2017/03/masalah-bullying-dalam-
sekolah.html)
B. Identifikasi Masalah
Masalah Bullying sangatlah luas dan kompleks. Beberapa faktor penyebab terjadinya
tindakan Bullying adalah :

1.         Faktor pribadi anak itu sendiri


2.         Faktor keluarga
3.         Faktor lingkungan
4.         Faktor sekolah
5.         Faktor pengaruh media
Faktor-faktor tersebut merupakan penyebab munculnya tindakan Bullying di dalam dan luar
dunia pendidikan.

C.      Pembatasan Masalah

         Penulis mengangkat topik tindakan Bullying ini bertujuan  untuk mengembalikan Tujuan


Pendidikan Nasional sesuai UUD 1945 (versi Amandemen), seperti yang sudah termaktub di
latar belakang penulisan, Pasal 31, ayat 3, menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan, yang diatur dengan
undang-undang.”

C.   Perumusan Masalah
1. Apakah pengaruh bullying pada siswa?
2. Apa dampak dari bullying?
3. Bagaimana cara mengatasi bullying?

D.    Tujuan Penelitian
 Menjawab dari rumusan masalah di atas.

E.     Manfaat Penelitian


Melalui penelitian ini agar tidak terjadi lagi bullying diantara kalangan pelajar atau siswa
maupun disekolah. Selanjutnya, Manfaat penulisan laporan ini adalah :
1. Sebagai referensi bacaan untuk para pembaca .
2. Sebagai pengetahuan terhadap pembaca.
3. Sebagai standarisasi nilai siswa.

(Sumber: http://putrinoviaaanti.blogspot.com/2016/06/contoh-proposal-penelitian-ilmiah.html)
BAB II
KERANGKA TEORI ATAU KAJIAN PUSTAKA
A. Defenisi Teori
 Makna Bullying
Berikut ini beberapa definisi bullying menurut beberapa para ahli:
1) Olweus (2005)
Definisi bullying menurut Olweus adalah sebuah tindakan atau perilaku agresif yang disengaja,
yang dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang dan dari waktu ke
waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan mudah atau
sebagai sebuah penyalahgunaan kekuasaan/kekeraan secara sistematik.

2) Black dan Jackson (2007)


Definisi bullying menurut Black dan Jackson adalah perilaku agresif tipe proaktif yang
didalamnya terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti, atau menyingkirkan adanya
ketidaksengajaan untuk mendominasi, menyakiti atau menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan
kekuatan baik secara fisik, usia atau kemampuan kognitif, keterampilan, maupun status sosial, serta
dilakukan secara berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain.

3) Sejiwa (2008)
Definisi bullying menurut Sejiwa adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan
kekuatan atau kekuasaan fisik maupun mental yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok,
dan dalam situasi ini korban tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya.

4) Rigby (1994)
Definisi bullying menurut Rigby adalah suatu hasrat untuk menyakiti yang diperlihatkan ke dalam
aksi secara langsung oleh seseorang atau sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab,
biasanya berulang, dan dilakukan secara senang yang tujuannya untuk membuat korban menderita.

5) Wicaksana (2008)
Definisi bullying menurut Wicaksana adalah kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang
dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan
dirinya dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia
tertekan.

Dari beberapa pengertian diatas maka pada dasarnya bullying adalah bentuk tindakan atau
perilaku,  agresif seperti mengganggu, menyakiti atau melecehkan yang dilakukan secara sadar,
sengaja dengan cara berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok orang.
Bullying dapat terjadi di mana saja, tidak memilih umur atau jenis kelamin korban. Korban
bullying pada umumnya adalah anak yang lemah, pemalu, pendiam dan special (cacat, tertutup,
cantik atau punya ciri-ciri tubuh yang tertentu) yang dapat menjadi bahan ejekan.

(Sumber: https://www.onoini.com/pengertian-bullying/)
 Jenis-Jenis Bullying
1. Bullying secara verbal (dengan kata-kata)

Bentuk bullying secara verbal ialah berupa intimidasi seperti ejekan, hinaan, fitnah,


hingga terror. Bahkan, hinaan yang disampaikan bukan hanya seputar fisik, tetapi juga isu
SARA, etnis, status ekonomi hingga orientasi seksual. Karena dampaknya bikin sakit hati,
bahkan bullying secara verbal dapat dikategorikan sebagai jembatan menuju bullying dalam
bentuk lainnya.

2. Bullying secara Fisik
Bullying ini melibatkan kontak fisik antar pelaku dan korban, seperti memukul, menendang,
menampar, meludahi, merusak barang hingga melakukan tindakan lain yang terus berulang
hingga merugikan secara fisik. Bullying secara fisik sangat mudah diidentifikasi dan biasanya
terjadi di antara remaja yang sedang bermasalah serta bentuk lanjutan dari bullying secara
verbal.

3. Social Bullying
Bullying jenis ini melibatkan banyak pelaku dan biasanya dilakukan
berkelompok. Bullying dilakukan dengan cara mengabaikan, mengucilkan atau menghindari.
Sikap berupa pandangan sinis, tawa yang mengejek hingga bahasa tubuh yang bermaksud
untuk merendahkan juga jadi bentuk dari social bullying. Dampaknya tentu saja akan membuat
korban merasa tidak betah di lingkungan sekitarnya bahkan bisa menimbulkan depresi.

4. Cyberbullying
Bullying yang satu ini paling banyak dirasakan dan ditemui akhir-akhir ini, terutama di zaman
kemajuan teknologi saat ini. Contohnya sudah pasti kamu tahu, yaitu berupa komentar kasar,
ancaman hingga kata-kata yang bermaksud menyakiti hati di media sosial atau platform internet
lainnya. Mengirimkan kata-kata kasar melalui media elektronik seperti SMS atau instant
messenger juga termasuk cyberbullying.

(sumber: https://www.youngontop.com/read/24017/stop-bullying-inilah-4-macam-jenis-bullying-yang-
harus-kamu-tahu/)

 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Bullying


a. Hubungan Keluarga

Pengasingan keluarga dari masyarakat, kurangnya kepedulian terhadap hidup


bermasyarakat, serta kurangnya keterlibatan keluarga dalam aktivitas bermasyarakat;
konflik yang terjadi antara orangtua, dan ketidakharmonisan dalam keluarga penggunaan
disiplin, orangtua gagal untuk menghukum atau malah memperkuat perilaku agresi dan
gagal untuk memberikan penghargaan;pola asuh orang tua yang otoriter dengan
menggunakan kontrol dan hukuman sebagai bentuk disiplin yang tinggi, orang tua mencoba
untuk membuat rumah tangga dengan aturan yang standar dan kaku.
b. Teman Sebaya
Pada usia remaja, anak lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah. Pada masanya
remaja memiliki keinginan untuk tidak lagi terlalu bergantung pada keluarganya dan mulai mencari
dukungan dan rasa aman dari kelompok sebayanya, oleh karena itu salah satu faktor yang sangat
besar dari perilaku bullying pada remaja disebabkan oleh teman sebaya yang memberikan pengaruh
negatif dengan cara memberikan ide baik secara aktif maupun pasif bahwa bullying tidak akan
berdampak apa-apa dan merupakan suatu hal yang wajar dilakukan.

Pencarian identitas diri remaja dapat melalui penggabungan diri dalam kelompok teman sebaya
atau kelompok yang diidolakannya. Bagi remaja, penerimaan kelompok penting karena mereka bisa
berbagi rasa dan pengalaman dengan teman sebaya dan kelompoknya. Untuk dapat diterima dan
merasa aman sepanjang saat-saat menjelang remaja dan sepanjang masa remaja mereka, anak-
anak tidak hanya bergabung dengan kelompok-kelompok, mereka juga membentuk kelompok yang
disebut klik. Klik memiliki kesamaan minat, nilai, kecakapan, dan selera. Hal ini memang baik namun
ada pengecualian budaya sekolah yang menyuburkan dan menaikan sejumlah kelompok diatas
kelompok lainnya, hal itu menyuburkan diskriminasi dan penindasan atau perilaku bullying.
C. Pengaruh Media
Program televisi yang tidak mendidik akan meninggalkan jejak pada benak pemirsanya. Akan
lebih berbahaya lagi jika tayangan yang mengandung unsur kekerasan ditonton anak-anak pra
sekolah perilaku agresi yang dilakukan anak usia remaja sangat berhubungan dengan kebiasaannya
dalam menonton tayangan di televise.
Adapun korban mempunyai persepsi bahwa pelaku melakukan bullying karena.
1. Tradisi;
2. Balas dendam karena dia dulu pernah diperlakukan sama;
3. Ingin menunjukkan kekuasaan;
4. Marah karena korban tidak berperilaku sesuai yang diharapkan;
5. Mendapat kepuasan;
6. Irihati.
Adapun korban mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena.
1. Penampilan mencolok;
2. Berperilaku dengan tidak sesuai;
3. Perilaku dianggap tidak sopan;
4. Tradisi.

(Sumber: http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/faktor-penyebab-terjadinya-
bullying.html)
B. Penelitian Relevan
Berdasarkan data yang didapat dalam sebuah penemuan internasional dikatakan 59 persen
siswa di Indonesia yang disurvey melaporkan bahwa siswa tersebut mendengar ejekan yang
menyakitkan hati dan perasaannya setiap harinya di sekolah sehingga merasa enggan atau
malas untuk datang ke sekolah lantaran trauma dan 10% sampai 16% siswa di Indonesia yang
disurvey melaporkan bahwa siswa tersebut telah diejek, diolok-olok, dikucilkan, dipukul,
ditendang, atau didorong setidaknya sekali dalam setiap minggunya di sekolah. (Huneck, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan oleh seorang psikolog bernama A. Kasandra
Putranto pada seminar yang diadakan di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta pada
tanggal 21 November 2012 lalu, menunjukkan bahwa dari 353 siswa yang dijadikan sampel
penelitian, tindak bullying yang pernah dialami oleh mereka merupakan tindak bullying dalam
klasifikasi fisik dan psikis. Bullying tersebut 33% disebabkan karena siswa kesulitan dalam
bergaul dan 26% disebabkan karena fisik yang kecil/ lemah dan cacat. Hasil penelitian tersebut
juga menunjukkan dampak yang ditimbulkan oleh aksi bullying membuat 55% siswa merasa
tertekan dan gugup, sedangkan 37% siswa mengalami kekurangan dalam berkonsentrasi. Dalam
penelitian tersebut, ditunjukkan pula bahwa 36% korban bullying membalas tindak bullying yang
mereka terima ( Koebler, Jason. 2011 ).
Menurut Ratna (dalam Juwita, 2008, h.2) selaku ketua peneliti kekerasan bullying yang
hasilnya diumumkan di seminar nasional ketiga anti-bullying yang digelar di Hotel JW Marriott, 
meningkatnya kasus bullying di kalangan remaja disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya
melibatkan peran media massa, yaitu begitu banyaknya film yang selalu menampilkan adegan
kekerasan.
C. Kerangka Berfikir
Menurut teori konvergensi yang dikemukan oleh William Stern, dikemukakan bahwa
perkembangan individu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bawaan saja, tetapi faktor
lingkungan juga ikut berpengaruh. Sehingga manusia perlu berinteraksi dengan lingkungan
sekitar.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud
dengan anak adalah:“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.”
Menurut Ganter & Yeakel adalah lembaga yang terakreditasi bagi anak pengaruhnya
terhadap sikap mereka mengembangkan adalah signifikan. Sikap dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan bagi seorang anak untuk mendapatkan proses yang tepat. Salah satu fungsi utama
dari sekolah adalah mencari pengetahuan. Sikap anak terhadap belajar terutama ditandai oleh
pengetahuan mencari, dan sikap ini sering berubah dalam kondisi sekolah formal. Di banyak
sekolah anak masih diharapkan menjadi tidak aktif, anak terkadang bersikap malas dan kurang
ada rasa ingin tahu.
School Bulying menurut Riauksina, Djuwita dan Soesinto didefinisikan sebagai perilaku
agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/sekelompok pelajar yang memiliki
kekuasaan, terhadap pelajar/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang
tersebut.
Cohen dengan teori subkebudayaan delinkuennya menjelaskan bahwa perilaku kenakalan
dilakukan oleh anak-anak yang berkelompok dengan teman-temannya. Kenakalan ini salah
satunya adalah bullying, yang menurut Cohen sebuah tindakan yang tidak memiliki asas atau
tujuan yang jelas.
Shawn dan Mc Kay mengemukakan sebuah teori yang berpendapat bahwa kenakalan perlu
di transmisi karena pengaruh gaya hidup dan  mendapatkan status merupakan hal yang
penting. Teori ini dinamakan sebagai Cultural Transmission Theory.
D. Hipotesis Penelitian
1. Pengertian  Bullying
Bullying  berasal  dari  kata  asal  bully,  yaitu  suatu  kata  yang  mengacu  pada  pengertian
adanya  “ancaman”  yang  dilakukan  seseorang  terhadap  orang  lain  (yang  umumnya  lebih
lemah  atau  “rendah”  dari  pelaku),  yang  menimbulkan  gangguan  psikis  bagi  korbannya,
berupa  stres  yang  muncul  dalam  bentuk  gangguan  fisik  atau  psikis,  atau  keduanya. Bully
biasanya  berlangsung  dalam  waktu  yang  lama  (tahunan),  sehingga  sangat  mungkin
mempengaruhi  korban  secra  psikis.  Korban  bully akan  merasa  marah  dan  kesal  dengan
kejadian  yang  menimpa  mereka,  ada  juga  peresaan  marah,  malu,  dan  kecewa  pada  diri
sendiri,  karena  “membiarkan”  kejadian  tersebut, dan   tidak  berani  untuk  melaporkan
pelaku pada orang dewasa.
2. Pengertian  Pengaruh  Bullying  Terhadap  Siswa
Bullying  menurut  psikolog  Andrew  Mellor  adalah pengalaman    yang  terjadi ketika
seseorang  merasa  teraniaya  oleh  tindakan  orang  lain  dan ia  takut  apabila   perilaku  buruk
tersebut  akan  terjadi  lagi .  Ron  Banks memaparkan sebuah penelitian  pada  tahun  1997 di
Scandinavian  bahwa  ada  koleksi  yang kuat antara  bullying  yang   dilakukan  oleh  siswa
selama beberapa  tahun. Mereka  sebagai  korban  bullying  sering  mengalami  ketakutan
untuk  sekolah  dan  menjadi tidak  percaya  diri, merasa  tidak  nyaman,  dan  tidak  bahagia.
Aksi  bullying  menyebabkan  seseorang  menjadi  terisolasi dari  kelompok  sebayanya karena
teman  sebaya korban  bullying  tidak  mau  akhirnya  mereka  menjadi target  bullying  karena
mereka  berteman  dengan  korban.

3. Dampak dari Bullying


Para korban bullying umumnya bukanlah pemberani, memiliki rasa cemas, dan rendah
diri, yang menjadikan mereka sebagai korban tindak kekerasan ( Ramdan, Dadan Muhammad.
2008 ). Akibat mendapat perlakuan ini,korban pun memiliki rasa dendam,untuk suatu ketika
akan mebalasnya terhadap individu lain. Sehingga bukan tak mungkin korban bullying akan
menjadi pelaku bullying pada anak lain yang ia pandang sesuai dengan tujuannya,yaitu guna
mendapat kepuasan dengan cara membalas dendam. Ada proses belajar yang sudah ia jalani,
dan ada dendam yang tak terselesaikan.siswa korban “bullying” akan mengalami permasalahan
kesulitan dalammembina hubungan interpersonal dengan orang lain dan jarang datang ke
sekolah. Akibatnya, mereka (korban bullying) ketinggalan pelajaran dan sulit berkonsentrasi
dalam belajar sehingga hal tersebut mempengaruhi kesehatan fisik dan mental baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Beberapa hal yang bisa menjadi indikasi awal bahwa
anak mungkin sedang mengalami “bullying” di sekolah oleh bullying, tidak menyadari dampak
bullying yang merusak kegiatan belajar siswa, serta tida ada campur tangan secara efektif dari
sekolah.
4.  Cara mengatasi bullying
Di samping itu cara mengatasi bullying yang terjadi di kalangan
remaja adalahmenghimbau para orang tua untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak
sejak dini.Ajarkan anak untuk memliki rasa empati, menghargai orang lain, dan menyadarkan
sang anak bahwa dirinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam
kehidupannya. Masyarakat mendesak pemerintah agar memiliki program yang tegas, jelas dan
terarah, kalau kita diam saja, maka itu sama saja dengan melegalkan tradisi dendam di sekolah
tersebut. Dan merupakan bahaya yang akan kerap menghantui para siswa sekolah, baik pada
generasi ini, dan pada generasi mendatang.Untuk mengatasi dan mencegah masalah bullying
diperlukan kebijakan yang bersifat menyeluruh di sekolah, sebuah kebijakan yang melibatkan
komponen dari guru sampai siswa, dari kepala sekolah sampai orang tua murid ,kerja sama
antara guru,orang tua dan masyarakat atau pihak lain yang terkait seperti kepolisian, aparat
hukum dan sebagainya sangat diperlukan dalam menangani masalah ini.

(Sumber:http://putrinoviaaanti.blogspot.com/2016/06/contoh-proposal-penelitian-ilmiah.html)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Kami melakukan penelitian ini di SMPN 16 Malang melalui perantara media massa.

B. Waktu Penelitian
Kami melakukan penelitian ini dari awal selama 4 minggu. Dengan rincian sebagai
berikut :
      Minggu ke-1    : Melakukan survei terhadap masyarakat sekitar.
  Minggu ke-2    : Pembuatan teknis penelitian,mencari informan dan merumuskan masalah
  Minggu ke-3    : Memasukkan data yang telah didapat serta menganalisisnya.

C. Sumber Data
Data yang kami peroleh adalah sumber data yang kami dapat di Internet dan pemikiran
dari sebagian anggota kelompok.

D. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Prof. Heru (2006) Observasi adalah Aktivitas yang dilakukan seseorang
terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya,untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu
penelitian.

E. Teknik Analisis
Deskriptif Kualitatif adalah Prosedur penelitian berdasarkan data deskriptif ,yaitu berupa
lisan atau kata tertulis dari seseorang subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik bahwa
data yang tidak diubah serta menggunakan cara yang sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenaranya.

  
DAFTAR PUSTAKA
http://masalahbullyingdalamsekolah.blogspot.com/2017/03/masalah-bullying-dalam-sekolah.html

http://putrinoviaaanti.blogspot.com/2016/06/contoh-proposal-penelitian-ilmiah.html

https://www.onoini.com/pengertian-bullying/

https://www.youngontop.com/read/24017/stop-bullying-inilah-4-macam-jenis-bullying-yang-harus-
kamu-tahu/

http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/faktor-penyebab-terjadinya-bullying.html

Anda mungkin juga menyukai