PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian
1
pernah mengalami tindakan bullying di lingkungan kampus
universitas airlangga
D. Manfaat Penelitian
2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Bullying
2.1.1 Pengertian Bullying
Bullying memiliki berbagai definisi yang beragam yang
dikemukakan oleh beberapa tokoh. Olweus (2005) mendefinisikan
bullying sebagai tindakan negatif dalam waktu yang cukup panjang
dan berulang yang dilakukan oleh satu orang atau lebih terhadap orang
lain, dimana terdapat ketidakseimbangan kekuatan dan korban tidak
memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya. Sullivan (2009)
menjelaskan bahwa bullying termasuk ke dalam bentuk perilaku
agresif yang dilakukan secara sengaja dan sadar oleh seseorang atau
sekelompok orang terhadap orang atau sekelompok orang yang lain
dengan tujuan menyakiti.
3
Harga diri rendah dapat membuat seorang anak merasa tidak
mampu menjalin hubungan dengan temannya sehingga dirinya
menjadi mudah tersinggung dan marah. Akibatnya anak tersebut
akan melakukan perbuatan yang menyakiti temannya.
3) Norma kelompok
Menurut O’Connell (2003), norma kelompok dapat membuat
perilaku bullying sebagai perilaku yang wajar dan dapat diterima.
Biasanya anak yang terlibat dalam perilaku bullying agar dapat
diterima dalam kelompok.
4) Sekolah
Budaya sekolah juga dapat mempengaruhi perilaku bullying.
Menurut O’Connell (2003), guru dan pihak sekolah yang bersikap
tidak peduliterhadap kekerasan yang dilakukan oleh para siswa
dapat meningkatkan perilaku bullying di sekolah.
4
c. Karakter mental Secara mental atau perasaan, korban melihat diri
m ereka sendiri sebagai orang yang bodoh dan tidak
berharga.Kepercayaan diri mereka rendah, dan tingkat kecemasan
social mereka tinggi.Tanda-tanda seperti kecemasan, depresi, dan
tekanan jiwa sering terdapat dalam korban
d. Karakter fisik Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, dan
pembully mengambil kesempatan tersebut. Pembully juga
menarget orang yang punya kelemahan fisik tertentu.Pembully
sering menarget korban yang cacat, kelebihan berat badan, secara
umum tidak menarik secara fisik. Korban laki-laki lebih sering
mendapat siksaan secara langsung, misalnya bullying fisik,
dibandingkan korban laki-laki, korban perempuan lebih sering
mendapat siksaan secara tidak langsung, misalnya melalui kata-
kata atau bullying verbal
e. Karakter antar perorangan Walaupun korban bullying sangat
menginginkan penerimaan secara sosial, mereka jarang sekali
untuk memulai kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah
sosial.Anak yang menjadi korban bullying kurang diperhatikan
oleh pembina, karena korban bullying tidak bersikap aktif dalam
sebuah aktivitas
5
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan
metode pendekatan studi kasus. Metode deskriptif yaitu metode
penulisan yang bertujuan untuk mendiskripsikan peristiwa–peristiwa
penting yang terjadi pada masa kini ( Nursalam, 2009 ).
B. Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah satu orang klien korban
bully di universitas airlangga. Teknik semling yang di gunakan adalah
convenience sampling method do mana penulis memilih subyek atas
dasar karena kemudahan atau keinginan penulis ( Nursalam , 2009 ).
Pemilihan sampel didasarkan oleh kriteria penulis yang tetapkan
meliputi :
1. Klien pernah menjadi korban bully di masa lalu
2. Klien bersedia menjadi responden
3. Mahasiswa universitas airlangga
C. Lokasi &Waktu
Senin 26 september 2017 pukul 10.00 di universitas airlangga.
D. Instrumen Penelitian
Pertanyaan waawancara untuk korban bully
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan :
Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien,
riwayat pola asuh, lingkungan klien, lingkungan sekolah,konsep diri
klien, tokoh yang dianut, pengalaman melihat atau mendengar perilaku
bullying, pengalaman menjadi korban bullying, permasalahan yang
dihadapi, reaksi yang muncul, efek yang dirasakan akibat menjadi
korban bullying
6
interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi
oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk
selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai
bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Wawancara dilakukan pada tanggal 26 september 2017 pukul
10.00 di FKP Universitas Airlangga pada Nn. R 21 tahun, jenis kelamin
perempuan klien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara.
Dari hasil wawancara klien tentang pola asuh. Saat di rumah
klien kurang baik dalam berkomunikasi dengan orang tua karena kedua
orang tuanya sibuk melakukan kegiatan di luar rumah. Untuk
kebutuhan aktualisasi diri klien kurang dihargai, di rumah klien dekat
dengan ibunya karena ayahnya mudah marah dan kasar.
Untuk pengkajian lingkungan tempat tinggal klien kurang akrap
dengan tetangga di sekitarnya terbukti klien tidak mengenal tetangga
yang ada di sekitarnya, klien hanya tahu nama tetangga yg di depan
dan samping kananya saja. Di lingkungan rumah klien juga kurang
dapat bersosialisai dengan baik terbukti klien jarang ikut kegitan di
lingkungan rumah.
Dari hasil lingkungan sekolah klien tidak memiliki teman yg
biasa di gunakan untuk bercerita dan berkeluh kesah, klien tidak
memiliki teman yang dekat selain di diploma 3 dulu.
Dari hasil konsep diri, klien tidak mampu mengetahui
kelebihanya sendiri, klien menganggap bahwa dirinya itu jelek dan
bodoh, klien juga tidak optimis bila menyelesaikan sesuatu.
Dari hasil wawancara nilai- nilai yang di anut oleh klien, klien
seringkali berusaha bersikap biasa di depan orang banyak ketika
sebenarnya ada sesuatu hal yang mengecewakanmu, banyak teman-
teman yang memanfaatkanya untuk kepentingan sendiri, klien juga
tidak mampu mengungkapkan marahnya klien lebih suka
memendam perasaanya sendiri.
Pada hasil wawancara Pengalaman Melihat atau Mendengar
Perilaku Bullying klien sering melihat perilaku bully yang terjadi
di sekolah maupun di luar sekolah tp klien tidak membela dan
hanya diam saja.
Untuk hasil Pengalaman Menjadi Korban Bullying klien pernah
menjadi korban buli secara verbal oleh teman laki – laki di SMP
Sejak kelas 1 SMP sampai kelas 3 SMP, klien selalu di olok olok
dengan kata kata yg kurang enak di dengar olehnya. Klien tidak
pernah mengalami bully psikologis maupun fisik. Dampaknya klien
menjadi minder dan malu. Dalam berprestasi klien tidak ada
masalah akan tetapi klien tidak percaya diri saat harus berbicara di
depan umum selain itu klien sering menghindar dari beberapa tempat
tertentu di sekolah, seperti lapangan bermain sekolah, kantin, karena
dengan alasan takut dibully jika mereka kesana.
8
4.2 Pembahasan
Dari hasil wawancara klien di dapat kesamaan data penyebab
perilaku pembullyan pada korban adalah dari sifat klien yang introvert
cenderung menutup diri dari kehidupan luar. Secara body image klien
memandang dirinya jelek dan tidak berdaya hal ini sesuai dengan
pendapat Ma,2000 Tentang Karakteristik korban dibedakan menjadi lima
yaitu :
a. Karakter akademis Secara akademis, korban terlihat lebih tidak
cerdas dari orang yang tidak menjadi korban atau sebaliknya.
b. Karakter Sosial Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki
hubungan yang erat dengan orang tua mereka.
c. Karakter mental Secara mental atau perasaan, korban melihat
diri mereka sendiri sebagai orang yang bodoh dan tidak
berharga.Kepercayaan diri mereka rendah, dan tingkat
kecemasan social mereka tinggi.Tanda-tanda seperti
kecemasan, depresi, dan tekanan jiwa sering terdapat dalam
korban
d. Karakter fisik Secara fisik, korban adalah orang yang lemah,
dan pembully mengambil kesempatan tersebut. Pembully juga
menarget orang yang punya kelemahan fisik tertentu.Pembully
sering menarget korban yang cacat, kelebihan berat badan,
secara umum tidak menarik secara fisik. Korban laki-laki lebih
sering mendapat siksaan secara langsung, misalnya bullying
fisik, dibandingkan korban laki-laki, korban perempuan lebih
sering mendapat siksaan secara tidak langsung, misalnya
melalui kata-kata atau bullying verbal
e. Karakter antar perorangan Walaupun korban bullying sangat
menginginkan penerimaan secara sosial, mereka jarang sekali
untuk memulai kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah
sosial.Anak yang menjadi korban bullying kurang diperhatikan
oleh pembina, karena korban bullying tidak bersikap aktif
dalam sebuah aktivitas
Sedangkan dampak yang di alami klien dari hasil wawancara di
peroleh akibat dari perilaku buli yang di dapat oleh klien klien menjadi
malu dan merasa dirinya jelek klien juga menghindar dari beberapa
tempat tertentu di sekolah, seperti lapangan bermain sekolah, kantin,
karena dengan alasan takut dibully jika mereka kesana. hal ini sesuai
dengan teori yang di kemukakan oleh (Rigby dalam Djuwita dkk,
2005),bahwa dampak yang dialami oleh korban bullying adalah
mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesehjateraan
psikologis yang rendah (low psychological well-being) di mana korban
akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri serta tidak berharga
9
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Korban bullying itu merupakan seseorang yang mendapatkan
perlakuan agresi berulangkali dari teman sebaya baik berupa bentuk
serangan fisik, atau serangan verbal, atau dapat pula berupa kekerasan
psikologis.
Karakteristik korban dibedakan menjadi lima, antara lain (Ma, 2002) :
f. Karakter akademis Secara akademis, korban terlihat lebih tidak
cerdas dari orang yang tidak menjadi korban atau sebaliknya.
g. Karakter Sosial Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki
hubungan yang erat dengan orang tua mereka.
h. Karakter mental Secara mental atau perasaan, korban melihat diri
mereka sendiri sebagai orang yang bodoh dan tidak berharga.
i. Karakter fisik Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, dan
pembully mengambil kesempatan tersebut.
j. Karakter antar perorangan seperti anak yg introvert
Reaksi yang paling umum terjadi pada para korban
bully adalah menghindar dari beberapa tempat tertentu di sekolah,
seperti lapangan bermain sekolah, kantin, karena dengan alasan
takut dibully jika mereka kesana
5.2. Saran
1. Bagi korban bullying, hendaknya membaur dengan teman-teman
saat disekolah, bersikap lebih aktif di sekolah seperti mengikuti
ekstra kulikuler sehingga tidak dianggap remeh oleh teman yang
lain.
2. Bagi orangtua, agar lebih aktif mengikuti perkembangan perilaku
anak di lingkungan sekolah. Dengan terus adanya komunikasi
yang baik dengan pihak sekolah dan anak.
3. Bagi sekolah dan guru, hendaknya tetap mengawasi kegiatan
yangdilakukan muridmuridnya, tidak menganggap remeh setiap
permasalahan yang dihadapi murid serta menindak lanjuti
perilaku bullying yang terjadi di sekolah dan berusaha mencari
penyelesaian untuk murid yang menjadi korban bullying agar
tidak ada lagi murid yang menjadi korban. Serta menanamkan
konsep diri positif pada semua siswa seperti pentingnya untuk
saling menghargai antar sesame.
4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
sebagai tambahan informasi sehingga dapat lebih memperdalam
lagi tema terkait dinamika psikologis korban bullying.
11
DAFTAR PUSTAKA
Argiati, S.H. (2010). Study Perilaku Bullying Pada Siswa SMA Di Kota
Yogyakarta. Jurnal Penelitian, 5, 54-62
Fiftina, Ajeng. Fifte. (2010). Hubungan Kepercayaan diri dengan
Perilaku Asertif pada Siswa SMA Korban Bullying. Skripsi
(diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma
Soendjojo, D. (2009). Mengajarkan Asertifitas Pada Remaja. Jurnal
Psikologi, 4(3), 5-7
Dayakisni, Tri., Novalia (2013). Perilaku Asertif dan
Kecenderungan Menjadi Korban Bullying. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang Volume 1 Nomor 1,Januari 2013
12