Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TARUNG DERAJAT

Disusun Oleh:

Nama : Siti Salwa Mahirah


Kelas : IX-10
Pelajaran : Penjas Orkes

MTsN MODEL BANDA ACEH


TAHUN AJARAN 2018/ 2019
1. Pengertian dan Sejarah Tarung Derajat

Tarung Derajat adalah seni bela diri berasal dari Indonesia yang diciptakan dan
dirintis oleh Achmad Dradjat asal kota Bandung - Jawa Barat. Ia mengembangkan teknik
melalui pengalamannya bertarung di jalanan pada tahun 1960-an di Bandung. Tarung
Derajat secara resmi diakui sebagai olahraga nasional dan digunakan sebagai latihan bela
diri dasar oleh TNI Angkatan Darat dan Brigade Mobil Polri.

Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri TARUNG DERAJAT dideklarasikan, di Bandung 18 Juli
1972 oleh peciptanya seorang putra bangsa yaitu Achmad Dradjat yang memiliki nama
julukan dengan panggilan Aa Boxer.

Achmad Dradjat dilahirkan di Garut 18 Juli 1951 dari pasangan Bapak dan Ibu
H.Adang Latif dan Hj.Mintarsih dalam suasana sedang terjadi pertempuran melawan
Gerombolan pemberontak yang dikenal dengan sebutan kelompok Darul Islam. Berkat
kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dapat selamat dari peristiwa itu dan saat
itulah Achmad Dradjat lahir dalam keadaan sehat.

Peristiwa tersebut mengilhami kedua orang tuanya memberikan nama DARAJAT


(DRADJAT / DERAJAT), yang berarti Berkat yaitu suatu Rahmat karunia Tuhan Yang Maha
Esa yang membawa atau mendatangkan kebaikan pada kehidupan manusia.

Pria yang sekarang dikenal dengan sebutan AA Boxer, dibesarkan dalam lingkungan
yang “keras seringkali membuat Aa mengalami berbagai tindak kekerasan, perkelahian
demi perkelahian harus ia lalui walau lebih sering kalah dari pada menangnya, dengan
segala keuletan yang didasari oleh Akhlak dan Agama, dirinya mampu mengatasi berbagai
rintangan hidup setahap demi setahap secara pasti, hingga pada usia 13 tahun tindak
kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda remaja yang tidak
bermoral nyaris merenggut jiwanya.

Kejadian serupa terjadi dialami Achmad Dradjat pada saat belajar latihan beladiri secara
resmi sebagai anggota suatu perkumpulan beladiri, dalam peristiwa tersebut dirinya
dipaksa untuk berkelahi menggunakan teknik yang berlaku di beladiri itu sendiri melawan
anggota senior yang bertubuh jauh lebih besar, dengan demikian Achmad Dradjat yang
baru belajar dasar teknik perkelahian tidak mampu berbuat banyak selain bertahan diri,
disaksikan anggota senior lain, pelatih dan guru besarnya. Achmad Dradjat dengan teknik
yang terbatas tadi seluruh badannya penuh dengan luka memar, namun demikian tidak ada
rasa iba dari penyaksi termasuk guru besarnya untuk bertindak, menghentikan dan
menyelamatkan perkelahian.

Dari perkelahian ke perkelahian itulah Achmad Dradjat secara alami dirinya


tertempa dan terlatih untuk menjawab tantangan hidup yang keras.
Bersamaan dengan itulah proses penciptaan gerak dan jurus dibentuk dan diuji dari
perkelahian. Proses ini disempurnakan melalui suatu penempaan diri, baik secara fisik
maupun mental dengan cara yang tersendiri dan mandiri dan didasari gerak reflek yang
alamiah.

Semua ini sebenarnya dimiliki semua manusia sebagai fitrah dan bisa
dikembangkan secara mandiri, inilah yang mendasari lahirnya sebuah prinsip hidup
Tarung Derajat “Jadikanlah Dirimu oleh Diri Sendiri.” Achmad Dradjat juga menularkan
kemampuan beladirinya pada rekan-rekan dekat dan masyarakat lain yang
membutuhkannya, yang sebagian besar memintanya untuk menjadi “Guru.” Akhirnya, pada
tanggal 18 juli 1972 diikrarkan pendirian Perguruan Tarung Derajat yang menjadi tanda
utama resminya kelahiran Ilmu Olah Raga Seni Ilmu Pembelaan Diri karya cipta Achmad
Dradjat.

Gelar “SANG GURU” menjadi sebuah panggilan kehormatan dan penghargaan


sekaligus sebagai Saripati Jati Dirinya dari apa yang diperjuangkannya dalam menciptakan
ILmu Olah Raga Seni Pembelaan Diri TARUNG DERAJAT.

ACHMAD DRAJAT / AA BOXER


"Box!" adalah salam persaudaraan di antara anggota Tarung Derajat. Tarung Derajat
menekankan pada agresivitas serangan dalam memukul dan menendang. Namun, tidak
terbatas pada teknik itu saja, bantingan, kuncian, dan sapuan kaki juga termasuk dalam
metode pelatihannya. Tarung Derajat dijuluki sebagai "Boxer". Praktisi Tarung Derajat
disebut "Petarung".
Sejak 1990-an, Tarung Derajat telah disempurnakan untuk olahraga. Pada tahun
1998, Tarung Derajat resmi menjadi anggota KONI. Sejak itu, Tarung Derajat memiliki
tempat di Pekan Olahraga Nasional. Keluarga Olahraga Tarung Derajat sekarang memiliki
suborganisasi di 22 provinsi di Indonesia. Setelah diperkenalkan pada 2011 SEA Games di
Palembang, namun Tarung Derajat tidak disertakan pada SEA Games 2013 di Myanmar.
2. Semboyan Tarung Derajat
Para petarung memiliki jiwa dan perilaku yang tidak menyombongkan diri.
Mereka terkesan seperti orang yang penurut dengan sikapnya yang tunduk demi
menghindari keangkuhan. Hal tersebut tergambar dalam semboyan Tarung
Derajat:

“Aku ramah bukan berarti takut. Aku tunduk bukan berarti takluk”

3. Arti Lambang Tarung Derajat

1. Kepalan tangan warna kuning arah ke depan

Kepalan tangan adalah lambang gerakan-gerakan bela diri. Dua buah


lingkaran bermakna bahwa gerakan-gerakan Tarung Derajat didasarkan pada
kemampuan otok dan otak. Tangan memukul ke depan melambangkan bahwa
tarung derajat senantiasa menuju ke masa depan yang lebih baik. Warna kuning
adalah simbol angin.

2. Sepasang kilat warna merah

Gambar ini melambangkan suatu cita-cita yang luhur serta tekad yang
membara didukung oleh semangat yang tinggi. Warna merah adalah simbol api.

3. Lingkaran tebal 3/4 warna hitam dengan lima kotak putih

Simbol ini melambangkan wadah/ tempat untuk pembinaan diri. Warna


hitam adalah simbol tanah. Penggodokan/pembinaan yang dilakukan berdasarkan
atas lima unsur daya gerak yaitu kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian dan
keuletan. Lima unsur tersebut disimpulkan oleh lima kotak putih. Sedangkan warna
putih adalah lambang air.
4. Prinsip Gerak dan Jurus Tarung Derajat
Dasar dari gerakan dan jurus Tarung Derajat adalah
refleks/naluri/insting,yang terkristalisasi melalui pengalaman. Refleks dan
pengulangan, refleks bersenyawa dengan kreatifitas kemudian melalui proses
terlatih, yaitu latihan dan latih tanding. Sesuai dengan latar belakang penciptaan,
seluruh gerak dan jurus dalam Tarung Derajat terbentuk dalam kaidah praktis,
efektif, realistis dan rasional.

Dalam pengembangan jurus, Tarung Derajat membentuk seluruh tubuh


menjadi senjata, dan segala sesuatu yang terdapat di lingkungan sekitarnya adalah
juga senjata. Semua ini membentuk Tarung Derajat menjadi suatu seni keperkasaan
diri reaksi cepat yang mempelajari dan melatih teknik, taktik dan strategi
pergerakan tangan, kaki, kepala, serta anggota tubuh lainnya secara praktis dan
efektif dalam pola dan bentuk latihan bertahan-menyerang, dengan kemampuan
otot, otak dan nurani. Lima unsur daya gerak khas dalam Tarung Derajat yaitu
Kekuatan, Kecepatan, Ketepatan, Keberanian, dan Keuletan.

Seluruh gerakan merupakan senyawa teknik bertahan-menyerang-


mematikan. Setiap gerakan dan jurus Tarung Derajat merupakan senyawa gerak
reaksi dari suatu aksi. Posisi pertama atau posisi dasar adalah pertahanan dan
ketahanan diri. Posisi bukan pertahanan pasif, tetapi sekaligus merupakan posisi
dasar menyerang.

TANGAN DAN PUKULAN

Dalam Tarung Derajat mengenal enam jenis pukulan, yaitu:

– Pukulan lurus {1x, 2x dan 3x};

– Pukulan gibas {dalam, luar, atas dan bawah};

– Pukulan sikut {samping, atas dan bawah};

– Pukulan sentak {atas dan bawah};

– Pukulan cepat {tunggal, double dan beruntun};

– Pukulan lingkar {dalam, luar, atas dan bawah}


Dalam melakukan teknik pukulan, terdapat lima gerakan utama, yaitu:

– Membentuk kepalan;

– Rapat lengan bawah dengan lengan atas;

– Meluruskan lengan;

– Menarik lengan; dan

– Kembali ke posisi awal.

Dengan uraian : gerakkan membentuk kepalan adalah merapatkan jari-


jemari hingga tidak ada rongga udara didalamnya gerakan, merapatkan lengan atas
dengan lengan bawah membidik titik sasaran. Garis lurus yg terbentuk dari pangkal
lengan ke kepalan akan menunjuk ke arah titik sasaran yang diincar. Gerakan
mengayun dan hentakkan bahu saat meluruskan lengan memberikan kekuatan
[power] awal pukulan yang bersenyawa dengan gerakan berikutnya. Gerakan
meluruskan lengan yang baik manakala lengan bawa dan lengan atas dalam keadaan
rapat dan bahu memberi efek lecutan dan jangkauan saat titik kena menyentuh titik
sasaran.

Efektifitas dari pukulan merupakan senyawa dari kekuatan [hentakkan],


kecepatan [lecutan], dan ketepatan [ke titik sasaran]. Dua gerakan terakhir, menarik
lengan dan kembali pada posisi siaga di lakukan untuk melakukan serangan susulan
atau antisipasi gerakan lawan. Seperti telah di sebutkan di atas, karena ketepatan
pukulan di tentukan oleh ”bidikan lengan”, garis yang di bentuk dari pangkal lengan
dan kepalan harus benar-benar mengarah ke titik sasaran. misalnya titik sasaran
pada wajah adalah titk antara dua mata, mata, hidung, dagu, telinga, dan leher.

Bentuk titik sasaran yang ada disesuaikan dengan titik kena. Ujung kepalan
tangan yang memiliki titik kena yang memanjang cocok digunakan untuk titik
sasaran serupa, misalnya pada mata, hidung, pelipis, telinga dan rahang Untuk
mencapai titik sasaran pada muka yang relatif lebih sulit, diperlukan latihan yang
baik dan benar.
KAKI DAN TENDANGAN

Dalam Tarung Derajat dikenal lima jenis tendangan, yaitu:

– Tendangan lurus;

– Tendangan samping;

– Tendangan belakang;

– Tendangan lingkar {dalam, luar dan belakang};

– Tandangan kait {depan dan belakang}

Dalam melakukan teknik tendangan, terdapat empat gerakan utama, yaitu:

– Mengangkat lutut;

– Meluruskan kaki;

– Menarik kaki; dan

– Kembali ke posisi awal.

Dengan uraian gerakkan mengangkat lutut adalah gerakan membidik titik


sasaran. Garis lurus yg terbentuk dari pangkal paha ke lutut akan menunjuk ke arah
titik sasaran yang diincar. Gerakan mengayun saat mengangkat lutut memberikan
kekuatan [power] awal tendangan yang bersenyawa dengan gerakan berikutnya.
Gerakan mengangkat lutut yang baik manakala paha dan betis dalam keadaan rapat.
Gerakan meluruskan kaki adalah gerakan yang akan memberi efek lecutan saat titik
kena menyentuh titik sasaran.

Efektifitas dari tendangan merupakan senyawa dari kekuatan [ayunan],


kecepatan [lecutan], dan ketepatan [ke titik sasaran]. Dua gerakan terakhir, menarik
kaki dan kembali pada posisi siaga di lakukan untuk melakukan serangan susulan
atau antisipasi gerakan lawan. Seperti telah di sebutkan di atas, karena ketepatan
tendangan di tentukan oleh ”bidikan lutut”, garis yang di bentuk dari pangkal paha
dan lutut harus benar-benar mengarah ke titik sasaran. misalnya titik sasaran pada
wajah adalah titk antara dua mata, mata, hidung, dagu, telinga, dan leher.

Bentuk titik sasaran yang ada disesuaikan dengan titik kena. Punggung kaki
yang memiliki titik kena yang memanjang cocok digunakan untuk titik sasaran
serupa, misalnya pada telinga dan rahang Untuk mencapai titik sasaran pada muka
yang relatif lebih sulit, diperlukan latihan yang baik dan benar.
5. Peraturan Pertandingan Tarung Derajat

Peraturan pertandingan tarung derajat ada tiga nomor resmi yang


pertandingkan mulai pada Kejuaraan Nasional ke X tahun 2005 di Jakarta. Nomor
tersebut adalah: (1) tarung bebas putra, (2) tarung bebas putri, dan (3) seni gerak;
rangkaian gerak “RANGER” atau jurus dan gerak tarung “GETAR”. Peraturan
pertandingan adalah merupakan komitmen petarung/atlet yang dijalankan di dalam
suatu kompetisi, sebagai tolok ukur untuk menetapkan prestasi seorang
petarung/atlet pada suatu pertandingan yang diikutinya.

Ada dua jenis Peraturan pertandingan, yaitu peraturan umum yang berkaitan
dengan ketentuan-ketentuan yang bersifat non teknis dan peraturan khusus yang
bersifat teknis. Pada olahraga kompetisi umumnya menyusun peraturan non teknis
cendrung disebut peraturan pertandingan dan peraturan yang teknis cenderung
disebut peraturan permainan yang diterapkan pada saat kompetisi berlangsung.
Kedua macam peraturan tersebut sebenarnya saling berkaitan dan saling menentukan
kepada suksesnya penyelenggaran pertandingan.

A. Nomor Pertandingan
Pertandingan yang resmi dipertandingkan baik Kejuaraan Nasional maupun
Pekan Olahraga Nasional adalah (1) Nomor Tarung bebas Putra terdiri 9 kelas,
(2) nomor tarung bebas putri terdiri 3 kelas, (3) Seni rangkaian gerak
(RANGER/Jurus) putra dan putri, (4) Seni Gerak Tarung (GETAR) putra.

 Tarung Bebas (Putra)


Kelas (49 Kg – Ke Bawah)
Kelas (49,1 Kg - 52 Kg)
Kelas (52,1 Kg - 55 Kg)
Kelas (55,1 Kg - 58 Kg)
Kelas (58,1 Kg - 61 Kg)
Kelas (61.1 Kg - 64 Kg)
Kelas (64,1 Kg - 67 Kg)
Kelas (67,1 Kg - 70 Kg)
Kelas (71 Kg – Ke atas)

 Tarung Bebas (Putri)


Kelas (52 Kg – Ke Bawah)
Kelas (53 Kg - 58 Kg)
Kelas (58 Kg Ke Atas )

 Seni Rangkaian Gerak (RANGER) Putra dan Putri


Renger yang dipertandingkan adalah Jurus Drajat II yang diperagakan
dalam kelompok yang berjumlah 3 orang untuk ketegori putra dan 3
orang kategori putri.
 Seni Gerak Tarung (GETAR) Putra.
Getar yang dipertandingkan adalah Getar Versi A yang diperagakan dengan
berpasangan/ 2 orang oleh atlet putra.

B. Petunjuk Penilaian dan perolehan angka


a) Tarung Putra
a. Teknik tangan (serangan tangan)
• Sasaran kepala, --------------- nilai = 2
• Sasaran badan, --------------- nilai = 1
• Sasaran badan dan kepala --- nilai = 3
b. Teknik kaki (serangan kaki)
• Sasaran kepala, --------------- nilai = 3
• Sasaran badan, --------------- nilai = 2
• Sasaran badan dan kepala --- nilai = 4

b) Tarung Putri
a. Teknik tangan (serangan tangan)
• Sasaran badan, --------------- nilai = 1
• Sasaran badan dan kepala, --------------- nilai = 3

b. Teknik kaki (serangan kaki)


• Sasaran kepala, --------------- nilai = 3
• Sasaran badan, --------------- nilai = 2
• Sasaran kepala dan badan --- nilai = 4

c. Penilaian khusus:
Agresivitas dan sportivitas tinggi dalam melakukan teknik-teknik
menyerang dan bertahan, mendapat nilai = 1.

C. Pengurangan Nilai/Angka (Penentuan Diskualifikasi)

a) Pengurangan nilai : 1, (pelanggaran ringan).


Apabila melakukan pelanggaran yang merugikan lawan, seperti tidak
menguasai teknik tangan dan kaki, menjatuhkan diri saat diserang, lari
keluar lapangan, membalikkan badan saat lawan menyerang tanpa
melakukan/melanjutkan dengan serangan atau pertahanan.
b) Pengurangan nilai : 2, (pelanggaran berat).
Apabila melakukan pelanggaran yang sangat membahayakan keselamatan
diri lawan, seperti menyerang lawan yang sudah roboh atau ketika sedang
mendapat hitungan dari wasit, secara sengaja menyerang anggota tubuh
lawan yang rawan seperti menendang atau memukul ke arah selangkangan
atau kepala bagian belakang, memukul atau menendang lawan diluar arena
pertandingan.
D. Diskualifikasi
• Apabila seorang petarung melakukan pelanggaran ringan sebanyak 3x dalam
satu ronde setelah sebelumnya mendapat 1x peringatan dari wasit.
• Apabila seorang petarung melakukan pelanggaran berat sebanyak 2x dalam
satu ronde.

6. Ronde Bertarung
Pertandingan babak penyisihan dan semifinal dilaksanakan dalam 2 (dua)
ronde, dengan durasi waktu tiap ronde 3 (tiga) menit, dan waktu istirahat 1 (satu)
menit. Babak final dilaksanakan 3 (tiga) ronde dengan durasi waktu tiap ronde 2 (dua)
menit, dan waktu istirahat 1 (satu) menit.

7. Tugas dan Wewenang Hakim Pertandingan


 Menentukan Wasit dan juri yang akan memimpin Pertarungan.
 Menghentikan Pertarungan apabila kepemimpinan Wasit dianggap tidak benar.
 Memberikan hasil penilaian Juri sebelum diumumkan pemenang, dan
mempunyai keputusan tertinggi dan mutlak.

8. Peralatan Perlindungan
I. PETARUNG PUTRA

Peralatan perlindungan bagi petarung putra yang wajib dikenakan selama


pertandingan adalah :

1. Alat pelindung bagian tangan (kepalan tangan/hands box).


2. Pelindung gigi (gumseal)

3. Pelindung selangkangan (testicural protector).

4. Pelindung kepala

5. Pelindung badan
II. PETARUNG PUTRI

Peralatan perlindungan bagi petarung putrI yang wajib dikenakan selama


pertandingan adalah :

1. Alat pelindung bagian tangan (kepalan tangan/hands box).

2. Pelindung gigi (gumseal).

3. Pelindung selangkangan (testicural protector).

4. Pelindung kepala.

5. Pelindung badan.

9. Arena Pertarungan
1. Untuk semua pertandingan Tarung, pertarungan harus dilaksanakan diatas arena
pertandingan yang selanjutnya disebut MATRAS, dengan ukuran 12 x 12 M2.

2. Matras terbuat dari bahan karet / busa yang ketebalannya lebih kurang 1,5 cm yang
terdiri dari tiga warna. Bagian tengah sebagai tempat pertandingan berukuran 8 x 8
m,

3. lalu dikelilingi lapis kedua sebagai batas arena pertandingan dengan ukuran 10 x 10
M, dan lapis ketiga berukuran 12 x 12 M.

4. Pada batas 10 x 10 m, peringatan bagi petarung untuk tidak saling menyerang.


Melakukan serangan pada batas 10 x 10 m, setelah mendapatkan peringatan 1 kali,
petarung mendapatkan pemotongan nilai dan sebaliknya. Kecuali akibat
serangan/pertahanan dari arena 8 x 8 m.

5. Pada batas 12 x 12 adalah batas penyelamatan petarung.

6.Untuk pertandingan SENI GERAK, pertandingan dapat dilaksanakan diatas matras


maupun tanpa matras.

7. Pada kejuaraan-kejuaraan tertentu (pesertanya banyak), matras dapat lebih dari satu.
10. Peralatan Petarung
1. Peralatan yang diijinkan dibawa dan dipakai oleh petarung saat masuk lokasi
arena pertarungan adalah :

a) Pelindung Kepalan tangan (hands box)


b) Pelindung gigi (gumseal).
c) Pelindung alat vital (testiciural protector).
d) Pelindung kepala.
e) Pelindung badan.
f) Handuk.
g) Minuman (air mineral).
h) Sabuk sudut (panitia).

2. Anggota hakim pertandingan berkewajiban memeriksa kelengkapan


peralatan pertandingan petarung. Bagi petarung yang tidak memiliki
kelengkapan peralatan maka akan mendapat peringatan dari Hakim
Pertandingan, bahkan petarung dapat dinyatakan kalah.

11. Teknik-tenik yang tidak boleh dilakukan pada Tarung


Bebas

a) Menyerang dengan tangan terbuk.


b) Menyapok kaki lawan,
c) Memegang anggota tubuh lawan dan merangkul lawan baik pada posisi berdiri
maupun pada posisi jatuh.
d) Menangkap serangan lawan, serangan tangan maupun kaki,
e) Membalikkan badan tetapi tidak melakukan serangan dan pertahanan,
f) Mundur atau menghindari lawan secara terus menerus dan meninggalkan arena
pertarungan.
g) Menyerang lawan diluar arena pertarungan.
h) Melakukan serangan dengan teknik tangan maupun teknik kaki yang tidak dikuasai
sehingga menyebabkan gerakan asal-asalan.
i) Tidak agresif dalam bertahan dan menyerang.
j) Menyerang kepala dan badan lawan bagian belakang.
k) Menyerang bagian badan di bawah pinggang.
l) Menyerang lawan ketika lawan di bawah atau terjatuh.
m) Meninggalkan lawan atau menjatuhkan diri sesudah menyerang lawan.
n) Menggunakan teknik pukulan dan tendangan yang tidak berimbang.
o) Menggunakan teknik tangan dan kaki selain teknik-teknik yang diperbolehkan.

Anda mungkin juga menyukai