OLAHRAGA DI OLIMPIADE
(KONTRA)
Kehadiran esports juga enggak bisa lepas dari karakter-karakter video game yang
disukai oleh para penggemarnya. Sebagai salah satu negara yang kaya dengan
budaya pop lewat anime dan manga, Jepang berpeluang membuka kesempatan
untuk menghadirkan para cosplayer. Hal ini memberi kesempatan untuk
kompetisi cosplay, merakit Gundam, dan kompetisi geeky lainnya, tentu dilihat
dari aspek Olimpiade yang juga menilai hal lain di luar aspek olahraga fisik.
Sekali lagi, hal ini bisa menarik perhatian generasi muda untuk berpartisipasi
dalam Olimpiade.
***
Akan tetapi, kalian jangan berkecil hati. Esports telah menjadi cabang olahraga
demonstrasi dalam Asian Games 2018. Selain itu, Olympic Council of Asia (OCA)
juga mengumumkan bahwa esports akan menjadi olahraga medali yang akan
dipertandingkan di Asian Games 2022 di Tiongkok.
Memang, awalnya terlihat mustahil bagi esports untuk hadir di Olimpiade 2020.
Akan tetapi, penggemar esports di seluruh dunia wajib optimis. Soalnya, semua
upaya di atas akan memantapkan langkah esports untuk bisa hadir dalam
Olimpiade 2024 yang bakal diadakan di Perancis.
Olahraga ini akan memantapkan generasi muda untuk mengambil gairah dan
permainan kompetitif serta meraih penghasilan dari esports. Hal inilah yang jadi
alasan untuk merayakan dan mendukung olahraga secara umum.
Selanjutnya, jika dalam olahraga faktor kebugaran adalah kunci utama, dalam eSport
pun demikian. Meskipun seorang pemain eSport tidak harus memiliki stamina sekuat
atlet kelas dunia akan tetapi, kebugaran fisik tetap menjadi kunci keberhasilan seorang
pemain eSport.
Seorang pemain eSport profesional akan dituntut untuk dapat kuat duduk di depan
perangkat komputer selama kurang lebih 14 jam sehari. Hal Itu hanya bisa diperoleh
tentunya dari makanan bernutrisi tinggi dan olahraga teratur, layaknya seorang atlet
olahraga konvensional.
Selain itu, esport bisa masuk sebagai salah satu cabang olahraga karena sifatnya yang
sama dengan olahraga konvensional, yaitu memiliki aturan dan juga membutuhkan
strategi dalam permainannya. Jika Anda berpikir seorang pemain eSport tidak
membutuhkan strategi dan tidak harus mematuhi aturan, Anda salah besar.
Kenyataannya, para pemain eSports juga diatur dengan berbagai aturan. Dalam soal
bermain pun para pemain eSport membutuhkan strategi khusus agar bisa
memenangkan permainan.
Kementerian Pemuda dan Olahraga menyatakan eSport sudah memenuhi unsur olahraga.
Deputi Pembudayaan Olahraga Raden Isnanta menilai eSport tak beda seperti cabang
olahraga catur atau bridge. "ESport itu membutuhkan konsentrasi, daya tahan, dan
stamina," kata Isnanta di Jakarta, Senin, 28 Januari 2019.
Selain itu, lanjut dia, dari sisi edukasi ada nomor eSport yang memerlukan
kerja sama karena harus membentuk tim. Ia menilai unsur tersebut juga
ada pada cabang olahraga lainnya. Di sisil lain, pemain yang sudah
masuk kategori atlet harus berlatih fisik untuk menjaga dan meningkatkan
stamina. "Pemain juga harus cepat dan cermat dalam mengambil
keputusan," kata Isnanta.
Hal utama yang membedakan dengan olahraga lainnya, ucap Isnanta,
medium pertandingan eSport menggunakan layar. Perbedaan itu yang
kerap menjadi pertanyaan apakah eSport masuk dalam kategori olahraga
atau tidak. "Untuk jenis permainannya kami tidak merekomendasikan
peperangan (kekerasan)," ucapnya.
Pandangan orang awam memang jadi kendala. Ada yang bilang: Apaan, sih, ini main game olahraga? Tapi,
kita tinggal jelaskan bahwa eSports dan bermain game itu beda. Ketika main game, mereka tidak punya
tujuan, tidak ada kemauan untuk menang. Kalaupun ingin menang, tidak tahu caranya," kata Eddy ketika
sama-sama menghadiri diskusi eSports bersama Helen.
"Ketika mereka mau bermain game eSports atau atletnya, mereka akan tahu bahwa kalau mau jago harus
latihan, jaga kondisi fisik, dan pola makan. Diharapkan dengan mereka masuk jalur eSports, sisi positifnya
mulai keluar karena sudah ada tujuan. Mereka akhirnya juga tahu, tidak boleh main game setiap hari,"
tambahnya.
"Coba kita ingat-ingat saja, sekitar 100 tahun yang lalu kita belajar bela diri untuk apa? Berkelahi. Tapi,
setelah ada olahraga karate dan taekwondo, pandangannya jadi beda. Sama-sama menendang, tapi ada
aturannya. Begitu juga eSports. Kalau tidak ada regulasi dan aturan seperti olahraga, sama saja dengan
main game biasa."
Dalam praktiknya, memang tidak semua video game termasuk ke dalam kategori eSports. Untuk bisa
diakui sebagai eSports, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebuah game. Salah satunya, pernah
dipertandingkan dalam kompetisi berskala luas dan menghadirkan beberapa negara.
eSports yang kompetitif bisa disebut sebagai kegiatan olahraga, karena
para pemain yang terlibat harus mempersiapkan diri dan berlatih
dengan intensitas yang mungkin saja sebanding dengan atlet dalam
olahraga tradisional. Tapi, kepastian apakah eSports akan menjadi cabor
di Olimpiade masih membutuhkan pembahasan lebih lanjut,