Anda di halaman 1dari 3

MOSI DEBAT : SIDANG INI AKAN MENERAPKAN SISTEM AKM ( ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM )

DALAM MENGGANTIKAN UJIAN NASIOANL (UN)

(PRO)

menyatakan bahwa pendidikan karakter menjadi kunci mengukur kualitas


pendidikan siswa. karena sistem pendidikan kita tidak cukup efektif menjalankan
tanggung jawab utamanya: mengasah kritisisme dan nalar logis para siswa. Kita
terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengurus prosedur dan formalitas,
kurang memedulikan esensi. Dengan demikian, karakter menjadi suatu ukuran
yang proporsional dalam pendidikan.

Dalam kebijakan tersebut, setidaknya ada dua hal yang akan mampu
meningkatkan kualitas pendidikan kita. pertama, peningkatan kualitas literasi. Ke
depannya siswa tidak hanya diajarkan untuk mampu menjawab soal, tetapi juga
mampu berpikir kritis. Artinya kebijakan tersebut telah menjalankan philosophy
based curriculum, kurikulum pendidikan kritis yang sudah banyak diterapkan di 
negara-negara maju di seluruh dunia.

Kedua, revolusi mental dan karakter sekaligus. Dengan konsepsi revolusi mental,
maka siswa akan mampu meningkatkan kualitas mentalnya untuk mampu
bersaing dengan siswa yang lain. 

Sudah menjadi rahasia umum ketidakjujuran yang dilakukan ketika UN. Misalnya
ketika UN berlangsung siswa dan para guru bekerja sama agar para siswa
mampu menjawab materi soal dari UN yang cukup rumit dengan membagikan
kunci jawabannya. Karena sekolah juga tidak ingin siswanya banyak yang tidak
lulus hanya karena nilai UN-nya tidak mencukupi.

Nadiem makarim menyatakan, ia akan menggantikan UN dengan asesmen


kompetensi minimum dan survei karakter sebagai tolok ukur pendidikan
Indonesia. UN dianggap kurang ideal untuk mengukur prestasi belajar. Materi UN
juga terlalu padat, sehingga cenderung berfokus pada hafalan, bukan
kompetensi. UN belum menyentuh ke aspek kognitifnya, lebih kepada
penguasaan materi. UN juga belum menyentuh karakter siswa secara holistik.

Dia memisalkan, apakah jika dalam perusahaan mempromosikan seseorang harus menggunakan pilihan
ganda? Tentu tidak. Pemilihan pemimpin tim harus dilakukan secara holistik. Melihat pengalaman, kinerja,
kemampuan berinisiatif, gagasan, dan seberapa disiplin orang tersebut. ”Secara eksplisit saya menyatakan,
tidak ada penilaian holistik yang 100 persen objektif. Ini realita dan saya akan berdebat dengan siapapun
mengenai poin itu,” jelasnya.
Nadiem setuju bahwa karakter tidak bisa hanya dites. Karakter bisa juga berubah. Tapi bukan di situ sisi
objektifnya. Tapi, tujuannya untuk mengetahui ekosistem belajar, kondisi stres anak, mengidentifikasi
psikologi anak, dan perilaku lainnya.
Menteri termuda kabinet Indonesia Maju itu membenarkan, kualitas guru di Indonesia saat ini kurang
terasah. Tapi, yang perlu diingat, kebijakan pemerintah memberikan guru opsi untuk tetap menggunakan
pola lama. Di sisi lain, bagi guru yang ingin berinovasi dan berubah, Kemendikbud menjamin hak mereka.
Nadiem juga menjelaskan, konsep asesmen bukan untuk menjustifikasi klaster sekolah tinggi-rendah dan
baik-buruk. Bagi yang kualitasnya rendah bukan dihukum. Justru, pemerintah akan mengirim bantuan
fasilitas, menambah resource yang harus dibantu.

B. Dampak negatif penghapusan ujian nasional

1. Motivasi belajar siswa berkurang


Tak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan ujian nasional selama ini justru berefek
pada meningkatnya semangat belajar siswa selain memiliki target untuk lulus ujian
nasional  sebagian dari mereka juga menganggap ujian nasional sebagai ajang
rivalitas untuk melihat siapa yang terbaik. Dan seperti yang kita ketahui bahwa
mental sebagian anak-anak indonesia memang butuh dipaksa agar bisa berprestasi,
jadi ujian nasional juga sebagai wadah yang melecut semangat siswa untuk belajar
dan berprestasi.

2. siswa akan menjadi acuh tak acuh untuk belajar


Salah satu dampak negatif penghapusan ujian nasional adalah sebagian siswa akan
menjadi acuh tak acuh untuk belajar. dimana pada saat pelaksanaan kebijakan ujian
nasional pun masih ada siswa yang malas belajar dan menganggap belajar sebagai
hal yang tidak penting apalagi jika ujian nasional dihapus. Memang peranan ujian
nasional selama ini adalah memunculkan rasa khawatir tersendiri bagi yang
memancing siswa untuk lebih giat belajar.

3. Anak-anak akan sulit mengetahui potensi dalam


dirinya
Ujian nasional selain yang berfungsi sebagai standarisasi nasional untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam skala nasionalselain itu ujian nasional  juga
menjadi tolok ukur tersendiri bagi siswa untuk mengukur kemampuan dirinya.
melalui hasil yang diraih melalui ujian nasional siswa akan memahami kemampuan
serta potensi yang dimilikinya. akan tetapi ketika ujian nasional dihapus siswa akan
kesulitan mematakan kemampuan dalam dirinya dalam menentukan pilihan dalam
studi ditingkat pendidikan selanjutnya.
Negara-negara yang tidak menerapkan UN
Ujian Nasional (UN) adalah sebuah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah
serta persamaan mutu tingkat pendidikan antardaerah yang dilakukan secara nasional.
Pelaksanaan UN di Indonesia didasari oleh UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Namun, tidak sedikit negara-negara yang tidak menggunakan UN sebagai penentu kelulusan
siswa-siswanya, seperti di Asia, Jepang salah satunya. Negeri matahari terbit ini tidak
menggunakan UN sebegai penentu kelulusan. Di sana para siswa cukup mengikuti satu kali
ujian, yakni ujian masuk perguruan tinggi yang disebut dengan Senta Shiken.
Negara tetangga, Australia, juga sama sekali tidak mengenal UN. Laiknya Jepang, Australia juga
menerapkan ujian yang diberi nama Australian Tertiary Admission Rank (ATAR) bagi siswa-
siwanya yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah.
Sementara di Eropa, negara-negara seperti Finlandia dan Jerman juga tidak menerapkan UN. Di
Jerman, para siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan hanya cukup
mengikuti tes yang bernama Abitur, yakni kualifikasi yang diberikan sekolah-sekolah persiapan
universitas di Jerman. Mereka yang lulus tes Abitur berkesempatan untuk melanjutkan
pendidikan di universitas-universitas di negeri yang terletak di jantung Eropa tersebut.
Selain itu, beberapa negara bagian di Amerika Serikat juga diketahui telah menghapus UN yang
dikenal dengan nama High School Exit Exams. Mereka menilai ujian akhir tersebut tidak
membantu siswa dalam melanjutkan jenjang pendidikan mereka, malah justru menyulitkan para
siswa yang tidak lulus. Para siswa di Amerika cukup mengikuti tes-tes masuk perguruan tinggi
bagi mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang perkuliahan, salah satunya Scholasstic
Assessment Test (SAT). Namun, untuk mengikuti tes ini, siswa harus merogoh kocek mencapai
lebih kurang US$100 atau setara dengan Rp1.400.000

Anda mungkin juga menyukai