Allah subhanahu wa ta'ala telah menciptakan manusia dalam sebaik-baiknya bentuk (ahsanu
taqwim). Memiliki jasmani dan ruhani, yang dilengkapi dengan nafsu dan akal fikiran. Dengan nafsunya
manusia menjadi memiliki gairah hidup untuk berjuang menggapai apa yang dicita-citakan, dan dengan
akal fikirannya manusia akan dapat membedakan mana yang dibolehkan oleh agama dan mana yang
dilarang oleh agama
Sebagai wujud rasa syukur sebagai makhluk Allah yang diciptakan dengan bentuk sebaik-baiknya
adalah dengan taat beribadah kepada Allah dan mengabdi kepadaNya dengan sebaik-baiknya.
Tujuan Penciptaan Manusia
Manusia diciptakan oleh Allah dengan tujuan untuk beribadah (mengabdi) kepada Allah
subhanahu wa ta'ala sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam Al-Quran surat Adz-Dzariyat ayat 56:
َ ت ْال ِج َّن َواإْل ِ ْن
س ِإاَّل لِيَ ْعبُدُو ِن ُ َو َما َخلَ ْق
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Adz-
Dzariyat ayat 56)
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut
istilah (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu
antara lain adalah berikut ini:
Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa
Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah
ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan
lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad
adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang
berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.
Dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah dijelaskan pengertian ibadah. Menurut
HPT, ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintahNya, menjauhi
larangan-laranganNya, dan mengamalkan segala yang diizinkan oleh Allah.
Ibadah ada yang umum (ghairu mahdhah) dan ada yang khusus (Mahdhah). Ibadah yang umum adalah
segala amal yang diizinkan Allah. Sementara ibadah khusus adalah apa yang telah ditetapkan Allah akan
perincian-perinciannya, tingkah, dan cara-caranya yang tertentu.
Contoh amal ibadah yang umum misalnya manusia beribadah dengan mendirikan sekolah, rumah sakit,
lembaga ZIS (zakat, infaq, shadaqah), dan lain-lainnya.
Sedangkan ibadah yang bersifat khusus contohnya seperti: shalat, puasa, hajji, dan lain-lainnya.
Ibadah-ibadah tersebut sifatnya final. Kita tidak boleh menambah-nambah atau berkreasi dengan model
lainnya. Misal shalat subuh 2 rakaat. Karena dilaksanakan pagi hari dan kondisi badan sedang segar-
segarnya, maka kita berkreasi dengan melaksanakan shalat subuh sebanyak 10 rakaat. Maka perbutan
seperti ini dilarang dan berdosa.
"Barang siapa menjumpai Allah (mati) dalam keadaan tidak mempersekutukanNya dengan suatu
apapun pasti dia masuk surga, dan barang siapa menjumpai Allah (mati) dalam keadaan
mempersekutukanNya dengan suatu apapun pasti dia masuk neraka. (HR. Muslim)
Hadits riwayat Muslim ini berisi jaminan bagi manusia yang menyembah (beribadah) hanya
kepada Allah, pasti dia kelak akan masuk surga. Pelajar Muhammadiyah harus selalu menjunjung tinggi
kalimat tauhid (Laa ilaaha illallaah) dalam hidupnya. Menjaganya dan mengaplikasikan tuntutan dari
kalimat tauhid tersebut sepanjang hidupnya. Sehingga kelak ketika berjumpa Allah dalam kondisi
mentauhidkan (mengesakan) Allah Subhanahu wa ta'ala.
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al Baqarah : 30)
Kandungan ayat
Ayat di atas berisi tentang dialog antara malaikat dengan Allah swt, tentang penciptaan manusia
oleh Allah swt yang akan dijadikan sebagai khalifah di bumi. Pada dialog tersebut, malaikat bertanya
kepada Allah swt, mengapa manusia yang dijadikan pemimpin (khalifah), padahal manusia memiliki
sifat-sifat yang buruk, jika dibandingkan dengan sifat yang dimiliki malaikat.
Pada ayat ini Allah swt menjelaskan tentang sifat-sifat baik dan buruk yang dimiliki oleh malaikat
dan manusia, yaitu:
Sifat baik malaikat: bertasbih (( نُ َسبِّ ُح, memuji ( )بحمدك, dan menyucikan Allah swt ()نقدس لك
Sifat buruk yang dimiliki oleh manusia adalah : merusak ( )يفسدdan menumpahkan darah ( يسفك
)الدماء
Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi agar manusia dapat menjadi kalifah di muka bumi
tersebut. Khalifah ialah manusia diciptakan untuk menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di
bumi, seperti tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya, perikanannya
dan seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada di bumi untuk
kemaslahatannya.
Dan untuk dapat melaksanakan tugas yang luhur tersebut, manusia diwajibkan selama masa
hidupnya meningkatkan kemampuan jasmani dan rohaninya (akal, kalbu, dan nafsu) ke arah yang lebih
maju dan positif. Dan yang terpenting adalah, manusia harus selalu ingat kepada Allah swt (Zikrullah),
melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya (Bertaqwa)
Allah swt menginformasikan kepada para malaikat tentang rencana Allah swt menciptakan Adam
(manusia) yang kedudukannya sebagai khalifah di bumi.
Para malaikat belum mengetahui secara pasti , apa yang akan diperbuat manusia setelah rencana Allah
swt terwujud.
Allah swt Maha Mengetahui atas apa yang telah Allah swt gariskan pada takdir kehidupan makhluk-Nya.
B. QS AL MUKMINUN: 12-14 (tentang Proses Penciptaan Manusia)
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 13.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14.
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik.” (QS Al Mukminun : 12-14)
Kandungan ayat
Penegasan Allah swt bahwa manusia merupakan makhluk ciptaan-Nya yang asal kejadiannya dari saripati
tanah. Dan ini telah membantah teori revolusi milik Darwin yang mengatakan manusia merupakan
keturunan dari kera.
Dalam syariat Islam, diketahui bahwa ada empat model penciptaan manusia, (1), Nabi Adam (diciptakan
dari tanah). (2). Hawa, (diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam as. (3). Nabi Isa, (diciptakan tanpa ayah),
(4). Manusia pada umumnya, (diciptakan dari ayah dan ibu).
Dan berdasarkan ayat di atas, yang difirmankan Allah swt manusia terbuat dari saripati tanah, ternyata
secara ilmu pengetahuan telah dibuktikan, dimana ketika seorang manusia di bakar, kemudian abunya
diteliti, ternyata abu dari pembakaran manusia tersebut, memiliki unsur yang sama dengan tanah,
diantaranya yaitu, Oksigen, Hidrogen, Zat Belerang, Zat Arang dll.
Informasi dari Allah swt tentang proses kejadian manusia ketika masih berada dalam kandungan.
Al Quran dan Ilmu Pengetahuan tidak akan pernah berbenturan, keduanya selaras, salah satunya adalah
bukti nyata dari proses kejadian manusia di rahim (( قرار مكينseorang ibu. Proses yang berururat tersebut
adalah sebagai berikut:
Kandungan ayat
Surat Adz dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk Allah, termasuk jin dan manusia
diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya
kepada Allah SWT, karena makna dari ibadah adalah, taat, patuh, tunduk dan menurut. Pada ayat di atas,
kata jin lebih didahulukan, karena dalam kenyataannya memang jin lah yang terlebih dahulu diciptakan
dari manusia oleh Allah swt. dan dalam ayat ini hanya jin dan manusia saja yang di sebutkan, sedangkan
syaitan, iblis, hewan, dan tumbuhan tidak disebutkan, hal ini dikarenakan jin dan manusia adalah makhluk
Allah swt yang dapat berfikir, tentang baik dan buruk dalam kehidupan.
Menurut bahasa, ibadah berarti tunduk dan taat. Menurut istilah, ibadah berarti mengabdikan diri kepada
Allah swt dengan jalan bertakwa. Ibadah dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Ibadah Mahdah, yaitu ibadah yang memiliki tata cara tertentu. Contoh: syahadat, salat, zakat, puasa,
dan haji.
2. Ibadah Gairu Mahdah, yaitu ibadah yang tidak memiliki tata cara tertentu. Contoh: mencari nafkah,
berhusnuzan, belajar (menuntut ilmu), membantu orang tua, makan, tidur, dan lain-lain.
Kandungan:
Manusia ketika pertama kalinya dilahirkan dalam kondisi tidak mengetahui apa-apa, atau tidak berilmu
sama sekali. Kemudian Allah swt memberikan kepada manusia itu tiga karunia untuk dijadikan sarana
mendapatkan ilmu, ketiga sarana tersebut adalah, (1). Pendengaran ()السمع, (2). Pengelihatan ()األبصـار, (3).
Hati ( )األفئدةdan tujuan Allah swt memberikan karunia ini adalah agar manusia mendapatkan kebaikan dari
karunia tersebut, diantaranya untuk mendapatkan ilmu, oleh karena itu kewajiban manusia yang
mendapatkan karunia Allah swt agar selalu bersyukur.
Kandungan ayat:
Menyerahkan hidup dan mati, dan segala ritualitas yang dilakukan hanya kepada Allah swt, dalam hal ini
manusia harus menghambakan dirinya kepada Allah swt semata.
Memelihara diri dari perilaku syirik (mempersekutukan Allah swt). seperti; menggunakan jimat, percaya
dengan ramalan dan lain-lain. Dan perbuatan syirik adalah perbuatan dosa yang tidak akan diampuni oleh
Allah swt, hal ini seperti yang difirmankan Allah pada QS. An Nisa’: 78
Melandasi segala peribadatan atau ritualitas ibadah yang dilakukan setiap muslim dengan ikhlas, ikhlas
yang memiliki arti adalah murni, suci dan bersih. Murni dari segala perbuatan syirik (menyekutukan
Allah swt), suci dari perbuatan riya (memperlihatkan suatu perbuatan dengan tujuan sombong dan bukan
karena Allah swt), dan bersih dari perbuatan sum’ah (memperdengarkan sesuatu dengan niatan ujub dan
takabur, dan bukan di niatkan karena Allah swt.)
Islam sebagai agama yang lurus ()دين القيمةselalu memberikan aturan dan rambu-rambu demi kebaikan
umatnya. Aturan-aturan tersebut bersifat mengikat di kehidupan dunia, tetapi akan memberikan sebuah
kebahagiaan untuk nantinya di alam akhirat. Aturan yang terpenting dalam Islam adalah segala amal
perbuatan baik itu yang bersifat ibadah ritual – shalat, zakat atau haji- dan amal perbuatan yang biasa
dilakukan oleh manusia, misalnya makan, minum dan berolah raga, tetap dan harus didasarkan atas niatan
kepada Allah swt, seperti yang disampaikan oleh Rasulullah saw, “setiap urusan yang baik (bermanfaat)
yang tidak dimulai dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim maka terputuslah berkahnya” (HR. Ibnu
Majah)
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DAN HAMBA ALLAH