Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

Khoiril Ilmiah, kelas 3B, 170621100057


Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Trunojoyo Madura (UTM)
(khoirilalmusawwa@gmail.com)

Kajian ini bertujuan untuk memaparkan masalah sosial yang terdapat di


lingkungan pendidikan mengenai dampak sosial ekonomi orang tua terhadap
prestasi siswa. Dengan di sadari atau tidak kondisi sosial ekonomi orang tua
mampu memberikan dampak bagi siswa. Hal tersebut mampu memicu
kesenjangan sosial antar siswa yang tentunya mampu juga mempengaruhi prestasi
bagi siswa itu sendiri. Selain itu, kondisi sosial ekonomi orang tua yang rendah,
kondisi siswa cenderung tidak diperhatikan oleh orang tua, pemenuhan kebutuhan
belajar mereka kurang, karena orang tua hanya terfokus pada pemenuhan financial
mereka.

Kata kunci: Sosial ekonomi (sosioekonomi), siswa, orang tua, kesenjangan


sosial, prestasi

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Tuntutan
masyarakat juga semakin kompleks. Salah satu upaya untuk menghadapi hal
tersebut adalah dengan meningkatkan mutu sumber daya manusia yang
berkualitas melalui jalur pendidikan.
Keberhasilan Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga
(orang tua), anggota masyarakat dan pemerintah. Pemerintah dan masyarakat
menyediakan tempat untuk belajar yaitu sekolah. Sekolah menampung siswa-
siswinya dari berbagai berbagai macam latar belakang atau kondisi sosial
ekonomi yang berbeda. Keadaan latar belakang siswa yng berbeda atau ekonomi
orang tua antar siswa yang berbeda pula mampu mempengaruhi siswa dalam
belajar. Baik dalam tingkat motivasi mereka, pemenuhan kebutuhan dan fasilitas
serta proses adaptasi sosial di lingkungan sekolahnya. Anak- anak yang berlatar
belakang ekonomi rendah, kurang dapat mendapat bimbingan dan pengarahan
yang cukup dari orang tua mereka, karena orang tua lebih memusatkan
perhatiannya pada bagaimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

1.2 Teori yang digunakan

Untuk mengkaji lebih jauh mengenai permasalahan dalam pembahasan yakni


tentang pengaruh ekonomi terhadap prestasi siswa, peneliti melakukan observasi
ke salah satu sekolahan di daerah Madura tepatnya di SMPN 1 Socah yang
terletak di Desa Socah, Kec. Socah Kab. Bangkalan .
Seperti yang kita ketahui kasus sosioekonomi merupakan bentuk dari
keragaman siswa. Siswa yang satu dengan siswa yang lainnya tentu saja berbeda.
Mereka bisa saja berbeda dalam tingkat kinerja, kecepatan belajar, dan gaya
belajar. Mereka berbeda dalam kesukuan, budaya, kelas sosial, dan bahasa dalam
keluarga. Mereka berbeda dalam jender. Beberapa menderita cacat dan beberapa
berbakat dalam satu bidang atau lebih.
Dalam kasus ini kondisi sosial ekonomi orang tua tentu saja memiliki andil
atau pengaruh dalam pencapaian siswa. Bahkan di kota-kota pedesaan kecil
dimana hamper setiap orang mempunyai suku dan agama yang sama, anak-anak
banker, dokter, dan guru di kota itu barangkali mempunyai pengasuhan yang
berbeda daripada yang dialami anak-anak kebanyakan buruh tani atau pekerja
rumah.
Para pakar sosiologi mendefinisikan kelas sosial, atau status sosioekonomi
(SEE), dari segi penghasilan, pekerjaan, pendidikan, dan gengsi seseorang di
dalam masyarakat. Faktor-faktor ini cenderung berjalan bersamaan, sehingga SEE
paling sering diukur sebagai kombinasi penghasilan dari jangka waktu
pendidikanindividu tersebut, karena keduanya paling mudah dihitung.
Levine dan Levine (1996) membagi struktur kelas sosioekonomi Amerika ke
dalam lima kelompok: atas (3 persen ), menengah atas (22 persen), menengah
bawah (34 persen), pekerja atas (28 persen), dan pekerja bawah (13 persen) .
Dalam kelas pekerja bawah, keduanya membedakan sub kelompok yang angat
miskin, yaitu kelas bawah perkotaan, yang menghadapi kesulitan yang sangat
parah dari segi pengangguran,kejahatan, dan disorganisasi sosial (Danzinger,
Sandefur & Weinberg, 1994; Miller & Ferrogiarro, 1995). Dalam buku ini, istilah
kelas menengah digunakan untuk mengacu pada keluarga yang pencari nafkahnya
mempunyai pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lumayan; kelas pekerja
merujuk pada orang-orang yang mempunyai pekerjaan yang relative stabil yang
tidak memerlukan pendidikan yang lebih tinggi; dan kelas bawah merujuk pada
orang-orang dalam kelas bawah perkotaan atau pedesaan yang sering menganggur
dan mungkin hidup dalam bantuan pemerintah.
Namun, kelas sosial menunjukkan lebih daripada sekedar tingkat penghasilan
dan pendidikan. Bersama kelas sosial terdapat seperangkat perilaku, harapan, dan
sikap yang ditemukan dimana-mana, yang saling bersinggungan dengan dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya lainnya. Asal kelas sosial siswa
kemungkinan mempunyai efek yang sangat besar terhadap sikap dan perilaku di
sekolah. Siswa dari latar belakang kelas pekerja dan kelas bawah mempunyai
kemungkinan yag lebih kecil daripada siswa kelas menengah memasuki sekolah
yang tahu bagaimana berhitung, menyebut nama huruf, dan memotong dengan
gunting atau menyebut warna. Mereka mempunyai kemungkinan yang lebih kecil
tampil bagus di sekolah daripada anak-anak dari keluarga kelas menengah (MC
Loyd, 1998; Natriello, 2002; Sirin, 2003). Tentu saja, perbedaan ini hanya berlaku
secara rata-rata; banyak orang tua kelas pekerja dan kelas bawah mempunyai
pekerjaan yang luar biasa untuk mendukung keberhasilan anak-anak mereka di
sekolah, dan banyak anak-anak dari kelas pekerja dan kels bawah mencapai
tingkat yang sangat tinggi.
Kelas sosial ditemukan dalam segala kategori ras dan suku. Walaupun benar
bahwa keluarga Amerika keturunan Latin dan Afrika secara rata-rata mempunyai
kelas sosial yang lebih renda daripada keluaga kulit putih, terdapat tumpang tindih
yang sangat besar; mayoritas dari semua keluarga yang berpenghasilan rendah di
Amerika Serikat berkulit putih, dan ada banyak keluarga non-putih kelas
menengah (Biro Sensus A.S., 2001). Definisi kelas sosial didasarkan pada faktor-
faktor seperti penghasilan, pekerjaan, dan pendidikan,tidakpernah pada ras dan
suku. Anak-anak orang tua yang lebih berpendidikan (komponen utama kelas
sosial) secara konsisten mempunyai nilai yang lebih tinggi daaripada anak-anak
orangtua yang kurang berpendidikan.

1.3 Fokus Penelitian

Atas dasar permasalahan di atas, kajian ini bertujuan untuk memaparkan


Bagaimana pengaruh kondisi soial ekonomi terhadap prestasi siswa.

1.4 Metode Penelitian


Kajian ini dilakukan dengan observasi dengan cara penyebaran angket ke salah
satu sekolah yaitu SMP Negeri 1 Socah di kelas tertentu. Kajian ini menggunakan
metode kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-
fakta yang kemudian disusul dengan analisis dengan secukupnya.

2. PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian dengan metode penyebaran angket, maka hasil angket
yang sudah diisi oleh 30 siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Socah dapat diambil
paparan data sebagai berikut:
a. Keadaan orang tua
Keadaan orang tua siswa 90% masih hidup keduanya, 7% hanya orang tua
laki-laki (ayah) yang masih hidup dan 3% hanya orang tua perempuan (ibu)
yang masih hidup.
b. Pendidikan formal terakhir ayah
Pendidikan formal terakhir ayah siswa 40% tamat SD, 27% tamat
SMP/sederajat, 20% tamat SMA/ sederajat, dan 13% tamat D3/S1 sederajat.
c. Pendidikan formal terakhir ibu
Pendidikan formal terakhir ibu siswa 63% tamat SD, 17% tamat
SMP/sederajat, 17% tamat SMA/sederajat, dan 3% tidak sekolah.
d. Perkiraan pendapatan ayah siswa/bulan
Perkiraan pendapatan ayah siswa/bulan 30% kurang dari 500.000, 30%
sebesar 500.000 - 1.000.000, 20% sebesar 1.000.000-2.000.000, 10% lebih
dari 2.000.000, dan 10% dengan penghasilan yang tidak menentu.
e. Perkiraan pendapatan ibu siswa/bulan
Perkiraan pendapatan ibu siswa/ bulan 80% tidak berpenghasilan, 10%
berpenghasilan kurang dari 500.000, dan 10% berpengasilan lebih dari
1.000.000.
f. Pekerjaan ayah siswa
Pekerjaan ayah siswa 43% sebagai nelayan/petani, 23% sebagai wiraswasta,
15% sebagai buruh supir/kuli bangunan, 7% pelayaran, 3% polisi/tentara, 3%
guru/ dosen, 3% pensiunan, dan 3% tidak bekerja .
g. Pekerjaan ibu siswa
Pekerjaan ibu siswa 79% sebagai ibu rumah tannga, 15% sebagai pedagang/
penjaga toko, 3% sebagai petani, dan 3 % sebagai TKW.
h. Kesenjangan sosial antar siswa dalam pembelajaran
Dari angket yang sudah mereka isi diperoleh data sebagai berikut; 57%
menjawab tidak ada kesenjangan sosial 27% menjawab kadang-kadang
terdapat kesenjangan sosial, dan 23% menjawab bahwa kesenjangan sosial
diantara mereka itu ada.
I. Dukungan atau motivasi belajar dari orang tua
Dari 30 siswa dapat diperoleh prentase sebagai berikut; 83% mereka
menjawab mendapat motivasi/dukungan dari orang tua mereka, 7%
menjawab kadang-kadang mendapat motivasi/dukungan, dan 10% menjawab
jarang sekali mendapat motivasi/dukungan.

J. Pemenuhan kebutuhan/fasilitas belajar dari orang tua


Dari angket 30 siswa mengenai pemenuhan kebutuhan/fasilitas belajar dari
orang tua dapat diperoleh presentase sebagai berikut; 73% menjawab
dipenuhi dengan baik, 10% menjawab kadang-kadang dipenuhi, 17%
menjawab jarang sekali dipenuhi.

Selain paparan data diatas, Dari hasil wawancara singkat juga dengan
salah satu siswa di kelas IX B SMP Negeri Socah yang dipilih secara random,
anak tesebut berpendapat dampak sosioekonomi orang tua bagi siswa selain
menimbulkan kesenjangan sosial antar siswa yang mampu mempengaruhi
prestasi mereka juga berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan belajar.
Orang tua lebih terfokus untuk mencari tambahan financial daripada
memperhatikan kebutuhan belajar anak.
Dari kasus diatas dapat kita tarik benang merah bahwa kondisi sosial
ekonomi orang tua ini cukup berpengaruh bagi beberapa siswa. Meskipun
bagi beberapa siswa yang lainnya merasa tidak terdapat masalah atau dampak
yang cukup jelas, namun sebagian siswa yang lain cukup jelas merasakan hal
tersebut.
 Cara penyelesaian masalah;
Sesuai dengan paparan data di atas dalam hal kesenjangan sosial bagi
siswa sebagian siswa menganggap bahwa kesenjangan sosial diantara mereka
memang ada, sebagian menganggap kadang-kadang terjadi kesenjangan sosial dan
sebagian lagi menganggap bahwa tidak terdapat kesenjangan sosial diantara
mereka. Seorang siswa yang menganggap bahwa kesenjangan sosial itu ada atau
kadang-kadang memang terjadi diantara mereka mungkin saja siswa tersebut
merupakan siswa dengan latar belakang kelas bawah sedangkan yang
menganggap bahwa kesenjangan sosial di antara mereka tidak ada adalah para
siswa yang berada di kalangan kelas menengah, kelas atas atau memang mereka
yang tidak memeprdulikan lingkungan sekitar.
Guru dalam hal ini harus mengambil tindakan agar deskriminasi dan
kesenjangan sosial antar siswa tidak terjadi dan semakin menghambat majunya
suatu pendidikan dalam suatu lingkungan. Oleh karena itu, seorang guru
setidaknya harus memahami latar belakang siswanya untuk mengetahui celah dan
cara penyelesaian suatu masalah yang terjadi di kalangan siswa. Guru harus
menekankan pada siswa bahwa setiap siswa yang sekolah di suatu lembaga
memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam penggunaaan fasilitas,
pembelajaran dan lain sebagainya. Guru memberikan motivasi pada siswa
kalangan kelas bawah yang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, agar
keminderan siswa kelas bawah tidak terus terjadi. Selain itu, Guru seharusnya
memberikan usul bantuan kepada kepala sekolah untuk memberikan keringanan
biaya atau beasiswa bagi siswa kalangan bawah yang memang memiliki
kemampuan yang baik.

3. PENUTUP
a. Kesimpulan
Kelas sosial menunjukkan lebih daripada sekedar tingkat penghasilan dan
pendidikan. Bersama kelas sosial terdapat seperangkat perilaku, harapan, dan
sikap yang ditemukan dimana-mana, yang saling bersinggungan dengan dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya lainnya. Asal kelas sosial siswa
kemungkinan mempunyai efek yang sangat besar terhadap sikap dan perilaku di
sekolah.

b. Saran
Dalam melakukan penelitian ke suatu sekolah hendaknya peneliti melakukan
kerjasama yang baik dengan pihak sekolah agar kegiatan bisa berjalan dengan
baik. Jika penelitian melibatkan seorang siswa hendaknya peneliti mampu
membangun komunikasi yang baik pula dengan siswa dan dianjurkan untuk
memahami karaker siswa agar siswa mampu membatu memberikan data dengan
baik.

DAFTAR RUJUKAN
Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta:
Macanan Jaya Cemerlang
Soerjono Soekanto, 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press

Anda mungkin juga menyukai