Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh pacaran pada remaja

PENDAHULUAN

            Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi pada masa transisi remaja dari
masa kanak-kanak menuju dewasa. Satu proses masa yang semua anak manusia sedang dan akan terjadi
dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja. Dunia remaja memang unik, sejuta peristiwa terjadi dan
sering diciptakan dengan ide-ide cemerlang dan positif. Namun demikian tidak sedikit juga hal-hal
negatif yang terjadi.

            Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran yang digemari
sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor yang
menarik, bahwasannya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum mempunyai identitas diri
yang lengkap. Memang tidak dapat dipungkiri bila pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan
remaja. Dan kalaupun dicari satu definisi tersendiri pacaran maka akan sulit. Sebagian ada yang
mendefinisikan pacaran adalah ajang dari untuk mendapatkan kepuasan libido seksual, atau pacaran
hanya sebagai label “saya punya pacar dan mendongkrak percaya diri”. Ataukah pacaran adalah suatu
hal yang penting karena dengan pacaran kita punya seseorang yang bisa membantu kita dalam
mengatasi persoalan hidup untuk definisi pacaran tentu akan ada banyak yang lainnya.

ANALISIS TEORI DAN PEMBAHASAN

Pengertian pacaran

            Menurut DeGenova & Rice (2005) pengertian pacaran adalah menjalankan suatu hubungan
dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal
satu sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan
wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikan
pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan di Amerika.

            Benokraitis (1996) menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana seseorang bertemu
dengan seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan sesuai
atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup. Menurut Saxton (dalam Bowman, 1978),
pacaran adalah suatu peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama antara
dua orang (biasanya dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah dan berlainan jenis).

            Kyns (1989) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang yang berlawanan
jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini didasarkan karena adanya perasaan-
perasaan tertentu dalam hati masing-masing. Menurut Reiss (dalam Duvall & Miller, 1985) pacaran
adalah hubungan antara pria dan wanita yang diwarnai keintiman. Menurut Papalia, Olds & Feldman
(2004), keintiman meliputi adanya rasa kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk mengungkapkan
informasi penting mengenai diri pribadi kepada orang lain (self disclosure) menjadi elemen utama dari
keintiman.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan pengertian pacaran adalah serangkaian
aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri) serta
adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling
mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah.

Penyebab Pacaran di Usia Remaja

Globalisasi

Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung. Globalisasi yang paling mempengaruhi
para remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya internet. Dari situlah para remaja
mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak sesuai diterapkan di Indonesia
seperti konsumtif, hedonisme dan gonta-ganti pasangan hidup. Sehingga mendorong para remaja untuk
berpacaran di usia dini.

Membuktikan diri cukup menarik

Pada saat ini, para remaja sudah melewati batas bergaul yang telah ditetapkan oleh orang tua. Mereka
sudah mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu bentuk
gengsi yang membanggakan. Selain itu, pacar merupakan sesuatu yang dapat membuktikan bahwa
mereka cukup menarik dan patut untuk mendapat perhatian dari lingkungan sekelilingnya.

Adanya pengaruh kawan

Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu bentuk prestasi tersendiri. Makin
banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Akan tetapi, jika tidak dapat
dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti
juga mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti halnya berpacaran. Apabila si remaja berusaha
mengikuti tetapi tidak sanggup memenuhinya maka remaja tersebut kemungkinan besar akan dijauhi
oleh teman-temannya.

Dampak Pacaran Di Usia Remaja

Dampak Positif

Belajar bersosialisasi

            Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan pasangan kita, sehingga kita mampu
mengetahui karakteristik seseorang dan membuat kita tidak canggung dalam bersosialisasi dengan
orang asing yang baru kita jumpai. Karena kita telah belajar bersosialisasi dengan pasangan kita.

Mempelajari karakteristik berbagai macam orang

            Namun, kalau kita perhatikan apa yang dapat remaja lakukan ketika dia mendapati bahwa
pasangannya itu tidak cocok dengannya? Kata yang keluar adalah ‘putus’! Bukannya mencoba untuk bisa
mengerti satu sama lain, para remaja hanya mempelajari untuk bercerai. Bagaimana tidak? Karena
faktor usia yang dibawakan dalam diri hanya emosi sesaat. Jika dikatakan alangkah lebih menyenangkan
untuk mempelajari diri sendiri dulu, membenahi diri, dan berupaya untuk bisa beradaptasi dengan
banyak orang. Ketimbang mengikatkan diri dengan satu orang yang kadang kala membuat sakit hati,
lebih baik seorang remaja mencoba untuk berbaur dengan yang lainnya. Di situ dia bisa ‘mempelajari
karakteristik orang lain’. Dan, dia juga sedang mempelajari dirinya sendiri tentunya.

            Setelah dia bisa mengendalikan emosinya, ini merupakan saat yang tepat untuk berpacaran.
Tentunya dia sudah berani berkomitmen. Jadi, berpacaran bukan hanya untuk having fun. Tidaklah
pantas menurut penulis jika seseorang mempermainkan perasaan orang lain. Lagi pula, masa remaja
yang penuh gejolak ini akan sangat memberikan keragu-raguan dalam hal berpacaran. Maka dari itu,
beberapa orang tua melarang anaknya untuk berpacaran (walau ada juga yang tidak).

Dampak Negatif

Kekerasan fisik

      

            Koalisi Anti Kekerasan di Alabama menyebutkan bahwa satu dari tiga anak mengalami kekerasan
fisik selama pacaran usia dini. Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh.
Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya
masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja diantaranya kecemburuan,
sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara
berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan  yang sering kali dilihat oleh si anak
sebagai bentuk perhatian.

Kekerasan seksual

            Pemerkosaan dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi Nasional
Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan kekerasan jenis
itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual terjadi ketika seseorang diserang secara
seksual oleh orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga
terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya Pesta menjadi ajang yang paling mudah bagi pelaku
untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban
kekerasan seksual.

Cenderung menjadi pribadi yang rapuh

            Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala, perut dan
pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum pernah pacaran.
Seseorang  yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi yang rapuh, sakit-sakitan, merasa
tidak aman dan mudah depresi, contohnya remaja akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih tinggi,
terutama jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk dengan pasangannya.
            Mereka punya kecenderungan tingkat rasa sakit yang lebih mendalam. Mereka benar-benar
meresapi perasaan buruk seperti sedih atau kesal karena secara psikologi mereka sudah mengenalnya
ketika berhubungan dengan pasangannya. Akibat terlalu mendalami perasaan sedih dan emosional itu
adalah depresi dan penyakit lainnya. Karena terlalu sedih atau marah, perasaan depresi pun bisa
muncul. Akibatnya mereka jadi tidak mau makan, kurang tidur atau tidak mau melakukan apa-apa. Dari
situlah muncul penyakit-penyakit seperti pusing, sakit perut dan lainnya

Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual

      

            Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk
melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan
penyakit menular seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC), kelompok remaja dan
dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular
PMS.

Sekedar mengingatkan bahaya kehamilan pada remaja:

1. Hancurnya masa depan karena tidak bisa melanjutkan sekolah.

2. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan
fisiknya belum siap.

3. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa
kawin karena nafsu, bukan karena cinta).

4. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun bayi, tenaga
tradisional) sering mengalami kematian karena mengalami sakit dan pendarahan yang hebat.

5. Pengguguran kandungan yang diperbolehkan oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si
ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang
meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum berat .

6. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami kecacatan dan gangguan kejiwaan
saat ia dewasa.

7. Jadi bahan pembicaraan dan ejekan masyarakat sekitar .

8. Stress berkepanjangan dan bisa jadi GILA.

Menurunkan konsentrasi

            Hal ini terjadi jika remaja telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga emosinya
menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya sehingga remaja tersebut
tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya dan mengerjakan ulangan dengan
baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.
Menguras harta

            Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya, bahkan
uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah untuk pacarnya.

Dampak Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar

            Bagi remaja (siswa) pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat atau juga dilakukan oleh
para remaja (siswa), secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut dapat berpengaruh terhadap
prestasi belajar mereka menjadi menurun atau semakin giat belajar, Berpacaran dapat membuat
prestasi belajar seorang siswa menurun antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut,
ketika belajar seorang siswa yang berpacaran pasti akan terganggu konsentrasinya untuk belajar karena
pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya dan siswa tersebut pasti hanya fokus untuk membalas SMS
pasangan dan melupakan waktu belajarnya, kemudian siswa yang berpacaran juga dapat membuat
malas untuk masuk sekolah di saat bertengkar dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan karena
malas bertemu denganya di sekolah, mungkin beberapa contoh tadi dapat mewakili dampak negative
yang ditimbulkan berpacaran pada saat usia remaja mesi masih banyak contoh-contoh lainya.

            Berpacaran dapat pula membuat prestasi belajar seorang remaja (siswa) meningkat dan semakin
giat belajar antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, pada saat seorang siswa yang
sedang berpacaran mereka dapat merasa tidak ingin kalah dari pasanganya dalam hal apapun karena di
saat dia kalah dari pasanganya maka dia akan merasa malu dan ingin melebihi apa yang di raih
pasanganya itu terutama dalam hal pelajaran teradang mereka membuat suatu permainan kecil dimana
apabila salah satu seorang pasangan mendapat nilai yang jelek dari pasanganya maka pasangan yang
menang dia dapat meminta apa saja pada pasanganya tetapi dalam batas kewajaran seperti dibelikan
coklat,snack dll. Hal tersebut juga dapat membuat mereka menjadi giat belajar dan apabila seoarang
siswa yang sedang berpacaran maka mereka akan selalu ingin masuk sekolah setiap hari karena ingin
bertemu pasanganya hal ini juga dapat mempengaruhi absensi siswa dapat juga menjadi dorongan
semangat untuk lebih giat belajar.

Dari beberapa hal diatas seorang remaja (siswa) yang berpacaran hendaknya mendapat bimbingan dari
guru terutamanya adalah orang tua sehingga mereka dapat mendapat sisi positif dan terhindar dari sisi
negatif yang ditimbulkan.

Kiat-Kiat  Menghindari Dampak Negatif Dalam Pacaran Di Usia Remaja

Hati-hati berpacaran

Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh alias
berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing pasangan.
Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas seksual yang berlebihan.
Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan hawa nafsu dari masing-masing pasangan.
Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual. Saling memberi
perhatian, merancang cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan
bagian penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh, mengungkapkan
perasaan kasih sayang, ciuman kasih sayang adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap
sebagai bagian yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima,
namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan seksual tidak
dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan mengotori makna dari
pacaran itu sendiri.

No Seks

Katakan “tidak pada seks”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama
bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, cuma ngapusi ! Karena yang
paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan
menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian.
Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan
dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak.
Kepuasan cuma sesaat , penderitaan akan selalu menghantui . Ingat !!!

Rem Keimanan

Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat
dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut,
tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Untuk itu, “Say Good Bye” sajalah…!
Masih banyak pria dan wanita lain yang mempunyai iman dan moral yang baik yang kelak dapat
membantu keluarga bahagia.

Bagaimanapun seorang remaja (siswa) yang berpacaran, berpacaran memiliki dampak negatif yang lebih
banyak dibandingkan dampak positifnya oleh karena itu peranan orang tua dan guru sangat diperlukan
untuk membimbing para remaja agar terhindar dari perilaku-perilaku negatif yang ditimbulkan
berpacaran.

            Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membimbing anak-anaknya adalah
memantau dan selalu mengawasi kegiatan mereka apakah mereka dapat menepatkan waktu yang tepat
atau tidak seperti saat belajar maka harus belajar dll. Hal itu dapat membuat mereka tidak melupakan
kegiatan belajarnya karena terlalu memikirkan hubunganya, selain itu orang tua juga dapat mengajarkan
hal-hal apa yang dilarang oleh agama kepada seseorang yang bukan muhrimnya sehingga perilaku
negatif dapat dihindarkan akibat berpacaran.

Guru adalah salah satu yang sangat berperan dalam prestasi belajar di sekolah bagi seorang siswa
dimana guru merupakan orang tua setelah di sekolah selain di rumah ada ayah dan ibu, peran guru
dalam membimbing siswa yang berpacaran agar tidak menurun prestasi belajarnya adalah dengan cara
selalu memberi nasihat semangat dan dorongan kepada siswa dan tak lupa mengajarkan bagaimana
berpacaran yang baik dan tidak melupakan kewajiban belajarnya selain hal tersebut seorang guru dapat
pula mengajarkan mana hal yang baik dan buruk terutama pada guru agama sehingga mereka dapat
mengerti dan menghindari perilaku yang tidak baik pada saat berpacaran.
KESIMPULAN

            Pada dasarnya berpacaran saat remaja merupakan hal yang tidak baik karena secara usia dan
psikologi seorang remaja belum siap, tetapi apabila hanya untuk mengenal satu-sama lain dan dalam
batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa dilakukan terutama untuk meningkatkan prestasi belajar
mereka sendiri selain itu peran orang tua dan guru sangat penting agar mereka tidak terjerumus dalam
perilaku-perilaku tidak baik yang ditimbulkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. (2010). “Pengaruh Pacaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa”. Retrieved Desember 10, 2013,
from anneahira.com/Pengaruh Pacaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa.htmlp

Seo, Dany. (2013). Retrieved Desember 10, 2013, from Makalah Bahasa Indonesia Pengaruh Berpacaran
Saat Usia Remaja ~ Pusat Sekolah.htm

KOMPASIANA ADALAH PLATFORM BLOG, SETIAP ARTIKEL MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS.

Anda mungkin juga menyukai