Anda di halaman 1dari 6

Fenomena Circle Pertemanan di Kelas XI F3 SMA Negeri 1

Jeruklegi
Armiyatul Luqqoyyah
Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap
armiyaluqqoyyah@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi penulis dan wawancara dengan
beberapa siswa peserta bimbingan kelompok dari kelas XI F3 SMA Negeri 1
Jeruklegi Kabupaten Cilacap, dimana terjadi gejala sosial yang berkembang di
lingkup kelas terutama XI F3 bahwa para siswa cenderung berinteraksi dan
berkumpul dengan individu yang memiliki banyak kesamaan baik hobi, kebiasaan,
pola pikir dan kesamaan-kesamaan lainnya. pembentukan kelompok peer group
atau yang lebih sering dikenal dengan circle pertemanan pada siswa terutama di
kelas XI F3 SMA Negeri 1 Jeruklegi ini tidak serta merta menimbulkan pengaruh
yang baik saja. Dalam interaksi hubungan antar circle pertemanan di kelas terdapat
gesekan-gesekan yang membuat kondisi sosial di kelas tidak nyaman.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa circle pertemanan teman sebaya pada
siswa kelas XI F3 angkatan 2023/2024. Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan tekhnik purposive sampling kemudian dilanjutkan dengan snow ball
sampling dengan metode wawancara mendalam (indepth interview) dengan jumlah
sampel sebanyak 12 siswa dari kelas XI F3 SMAN 1 Jeruklegi angkatan
2023/2024.
Hasil penelitian menyebutkan circle pertemanan teman sebaya memberikan dampak
perubahan pada kehidupan peserta didik kelas XI F3 angkatan tahun 2023/2024.
Seorang individu dapat berfikir kritis tentang pilihan hidup dan membuat
keputusan. Dengan adanya pertemanan membantu seorang peserta didik dalam
mengembangkan potensi dengan mengikuti aktivitas kelompok pertemanannya.
Hasil terakhir yang didapatkan adalah circle pertemanan menjadi penyemangat
peserta didik dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Kesimpulan berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti paparkan mengenai fenomena
circle pertemanan teman sebaya pada peserta didik di SMA Negeri 1 Jeruklegi,
peneliti menyimpulkan circle pertemanan dapat memberikan pengaruh pada
seseorang dalam menentukan sebuah pilihan, pengembangan diri dan penyemangat
hidup.

Kata Kunci : Konstruksi sosial, Circle Pertemanan, Interaksi Siswa

PENDAHULUAN
Dalam menjalani aktivitas baik di sekolah maupun di kelas, semua peserta
didik pasti senantiasa membutuhkan individu lainnya dalam bentuk interaksi untuk
melancarkan dan mempermudah dirinya dalam mencapai suatu tujuan. Para ahli
sosiologi sepakat bahwa interaksi sosial adalah syarat utama terjadinya aktivitas
sosial hingga kenyataan sosial pun terbentuk (J. Dwi Narwoko, 2015). Saat interaksi
berlangsung, saat itulah manusia tengah mengalami proses cara untuk memahami
tindakan seseorang. Manusia berada di dalam sistem yang saling berkaitan, manusia
satu dengan manusia lainnya akan berusaha saling memahami untuk meminimalisir
adanya kekacauan yang terjadi.
Maka dari itu, peran yang diemban oleh masing-masing individu perlu
dijalankan sesuai dengan sistem yang telah terbentuk. Untuk menjalani peran
tersebut peserta didik memerlukan sebuah tempat untuk membantu memuluskan
tujuannya. Tempat tersebut yakni kelompok sosial primer teman sebaya.
Dalam sosiologi, kelompok sejawat atau kelompok sebaya adalah kelompok
sosial dan kelompok utama orang-orang yang memiliki kesamaan minat (homofili),
usia, latar belakang, atau status sosial. Anggota kelompok ini cenderung
mempengaruhi keyakinan dan perilaku seseorang (Wikipedia Bahasa Indonesia).
Hubungan sosial yang tercipta dalam kelompok teman sebaya akan membentuk
kelompok yang akhirnya menentukan ciri khas dalam kelompok tersebut. Adapun
kelompok-kelompok teman sebaya yang terbentuk dalam pertemanan peserta didik
sering disebut dengan circle pertemanan.
Circle pertemanan ini dapat diartikan sebagai lingkaran pertemanan terbatas.
Biasanya kelompok terbatas ini memiliki hobi dan tujuan yang sama. Bisa berupa
kesukaan mengoleksi sesuatu, kelompok pecinta olahraga, tanaman, atau bahkan
pertemanan karena penyuka kehidupan bebas. Di mana anggota didalamnya telah
melewati proses adaptasi dengan individu yang sejenis. Dalam menghadapi proses
adaptasi, sebagian besar peserta didik membuat lingkaran pertemanan (circle
pertemanan) yang memuat sekumpulan individu yang memiliki rasa ketertarikan
yang sama terhadap suatu hal atau individu dalam kumpulan tersebut merasa satu
frekuensi dan memiliki pola pikir yang sama. Sejalan dengan perkembangan individu
pada tiap fasenya (balita, remaja, dewasa, hingga lansia), individu akan melakukan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya (Hurlock,1980).
Berdasarkan latar belakang usia, Sebagian besar siswa kelas XI. F3 berusia
antara 16-17 tahun yang berarti tengah berada pada fase remaja tengah. Usia dimana
mereka tengah mengalami penyesuaian sosial yang kompleks, gejolak emosi disertai
krisis identitas karena transisi menuju pendewasaan diri (Hurlock, 1980). Walaupun
tidak seluruh peserta didik mengalami tekanan dalam menjalani penyesuaian sosial,
tapi sebagian besar dari peserta didik mengalami ketidakstabilan sebagai bagian dari
akibat usaha penyesuaian diri pada harapan sosial dan pola perilaku baru.

Kajian Pustaka
Remaja pada umumnya lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan
teman-teman sebaya sebagai kelompok maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh
teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih
besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, 1980). Menurut Horrocks dan Benimoff
dalam Harlock (1980) dijelaskan bahwa kelompok pertemanan sebaya yang dalam
hal ini dimaknai sebagai circle pertemanan merupakan dunia nyata bagi kaum muda
untuk menyiapkan panggung di mana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain di
dalam kelompok sebaya yang merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya. Di
sinilah ia dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat
memaksakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindari. Kelompok
sebaya memberikan sebuah Dunia tempat Kaula muda dapat melakukan sosialisasi
dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan
oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya jadi di dalam masyarakat
sebaya inilah remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasi dan
disitu pulalah ia dapat menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak sebagai
pemimpin.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa circle pertemanan memiliki
pengaruh yang besar bagi remaja.
Hasil dan Pembahasan
Pada pembahasan ini peneliti akan menjelaskan tiap tema yang diperoleh
sebagai hasil dari wawancara antara peneliti dengan partisipan mengenai fenomena
circle pertemanan pada peserta didik Kelas XI.F3 di SMA Negeri 1 Jeruklegi.
Terdapat 5 tema yang muncul dalam analisa circle pertemanan teman sebaya. Berikut
ini analisa masing-masing tema yang muncul :
1. Penentu Pilihan
Hasil wawancara pada penelitian ini didapatkan tema circle pertemanan
menjadi faktor penentu pilihan peserta didik kelas XI.F3 di SMA Negeri 1
Jeruklegi. Pertemanan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu
dengan individu lainnya atau suatu kelompok (Ginting, Ginting, & Irmayani,
2020). Dalam usia remaja, biasanya memiliki emosi yang sangat labil, dan mudah
terpengaruh terhadap bujukan. Selain itu peer group merupakan sekelompok
individu yang saling berinteraksi serta mempunyai kesamaan mulai dari usia,
pola fikir, minat, dan tingkat perkembangan yang sama. melihat hal ini tepat
kiranya circle pertemanan dapat mempengaruhi pilihan individu.
2. Pengembangan Diri
Kehadiran kelompok teman sebaya dapat memberikan pengaruh terhadap
perkembangan individu. Pengaruh dapat berupa hal positif maupun negative
terhadap perkembangannya. Masa remaja ataupun dewasa seseorang telah
mencari identitas diri. Dimana identitas diri ini dibentuk dari hubungan
psikososial remaja dengan individu lain yaitu dengan teman dan sahabat. Secara
emosional, circle pertemanan mendatangkan pengaruh besar bagi seorang
individu dalam kelompok. Remaja yang memiliki hubungan circle pertemanan
yang positif akan membantu mengatasi stres karena dukungan dari teman-
temannya.
Komunikasi atau keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi
seorang remaja untuk memperoleh informasi, mengevaluasi, dan memperbaiki
pengetahuan. Melihat hal ini maka hubungan dengan kelompok teman sebaya
dapat menjadi pemicu dan sarana pengembangan diri.
3. Penyemangat
Penyemangat disebut juga sebagai motivasi. Motivasi dalam penelitian ini
adalah circle pertemanan memberikan dampak yang baik untuk peserta didik
kelas XI.F3 dalam menjalankan kehidupan maupun menyelesaikan tugas akhir.
Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan lingkungan pertemanan berperan
memberikan motivasi yang baik bagi seseorang dalam memperoleh prestasi
belajarnya (Aulia & Hasanah, 2020). Lingkungan kelompok sebaya khususnya
yang masih bersekolah, antara satu dengan yang lain saling berinteraksi dalam
memecahkan masalah pelajaran yang diberikan sekolah. Kelompok teman sebaya
akan memberikan motivasi untuk bersaing dalam mencapai prestasi, tetapi ada
juga yang menimbulkan dampak yang negative. Salah satu contoh adalah adanya
pengaruh media, lingkungan, teman, budaya, maupun nilai atau norma pada
masyarakat dalam menimbulkan perilaku anak yang mengarah pada seks bebas,
tidak sopan, urakan, dan lain-lain (Sugiyanto, 2019).
Penyemangat atau motivasi dapat menentukan penilaian baik tidaknya dalam
mencapai tujuan. Semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan
dalam belajar. Sedangkan seseorang dengan motivasi yang rendah akan terlihat
acuh tak acuh, cepat bosan, mudah putus asa dan berusaha menghindar dari
kegiatan belajar. Motivasi ini berhubungan erat dengan kebutuhan aktualisasi diri
sehingga motivasi yang paling mewarnai kebutuhan siswa dalam belajar adalah
motivasi belajar untuk mencapai prestasi yang tinggi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti paparkan
mengenai gejala sosial circle pertemanan di kelas XI F3 SMA Negeri 1 Jeruklegi,
peneliti menyimpulkan circle pertemanan dapat memberikan pengaruh pada
seseorang dalam menentukan sebuah pilihan, pengembangan diri dan penyemangat
hidup.
DAFTAR REFERENSI
Aulia, R., & Hasanah, N. (2020). Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya
Dengan Motivasi Berprestasi Kelas Vii Mts Budaya Langkat Tahun Pelajaran
2019/2020. Jurnal Serunai Bimbingan Dan Konseling, 9, 22–36.
https://doi.org/10.37755/jsbk.v9i1.282

Ginting, R., Ginting, D. Y., & Irmayani. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pergaulan Bebas Pada Remaja Di Smk Swasta Jaya Krama Beringin
Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Kesmas Dan Gizi (Jkg),
2(2), 132–136. https://doi.org/10.35451/jkg.v2i2.400

Sugiyanto. (2019). Pentingnya motivasi berprestasi dalam mencapai keberhasilan


akademik siswa. Universitas Negeri Yogyakarta, 1–15. Retrieved from
http://universitas.widyamandala.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id =336:pentingnya-motivasi-
berprestasi&catid=65:krida-rakyat

Hurlock, Elizabeth (1980). Psikologi Perkembangan. Erlangga. Jakarta

https://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_sebaya, diakses pada 20 Oktober 2023


pukul 15.13 WIB

https://gramedia.com/best-seller/circle-pertemanan/ diakses pada tanggal 20 Oktober


2023, pukul 16.05 WIB

Anda mungkin juga menyukai