Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN MATERNITAS

“PACARAN SEHAT”

Di Susun Oleh :
Arlita Melinda C. L (NIM: 14.IK.377)
Ayu Lestari (NIM: 14.IK.378)
Deo Rizkyandri (NIM: 14.IK.383)
Noor Laila Sari (NIM: 14.IK.407)
Reza Januar Permana (NIM: 14.IK.410)
Sri Linda (NIM: 14.IK.416)
Tri Agustina (NIM: 14.IK.417)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
PEMBAHASAN

A. Pengertian pacaran.
Menurut DeGenova & Rice (2005) pengertian pacaran adalah menjalankan
suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas
bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Menurut Bowman (1978)
pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum
menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikan
pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan di
Amerika.
Benokraitis (1996) menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana
seseorang bertemu dengan seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan
untuk menjajaki kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan
pasangan hidup. Menurut Saxton (dalam Bowman, 1978), pacaran adalah suatu
peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama antara
dua orang (biasanya dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah dan
berlainan jenis).
Kyns (1989) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua
orang yang berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana
hubungan ini didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati
masing-masing. Menurut Reiss (dalam Duvall & Miller, 1985) pacaran adalah
hubungan antara pria dan wanita yang diwarnai keintiman. Menurut Papalia, Olds
& Feldman (2004), keintiman meliputi adanya rasa kepemilikan. Adanya
keterbukaan untuk mengungkapkan informasi penting mengenai diri pribadi
kepada orang lain (self disclosure) menjadi elemen utama dari keintiman.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan pengertian
pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti
adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi
antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling
mnengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan
sebelum menikah.
B. Penyebab Pacaran di Usia Remaja
b. Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung.
Globalisasi yang paling mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi
akibat berkembangnya internet. Dari situlah para remaja mendapat dorongan
untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak sesuai diterapkan di
Indonesia seperti konsuntif, hedonisme dan gonta-ganti pasangan hidup.
Sehingga mendorong para remaja untuk berpacaran di usia dini.
c. Membuktikan diri cukup menarik
Pada saat ini, para remaja sudah melewati batas bergaul yang telah di
tetapkan oleh orang tua. Mereka sudah mengenal pacaran sejak awal masa
remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu bentuk gensi yang
membanggakan. Selain itu, pacar merupakan sesuatu yang dapat membuktikan
bahwa mereka cukup menarik dan patut untuk mendapat perhatian dari
lingkungan sekelilingnya.
d. Adanya pengaruh kawan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu
bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di
mata teman-temannya.
Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan
menimbulkan kekecawaan. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga
mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti halnya berpacaran. Apabila si
remaja berusaha mengikuti tetapi tidak sanggup memenuhinya maka remaja
tersebut kemunginan besar akan di jauhi oleh teman-temannya.

C. Dampak Pacaran Di Usia Remaja


1. Dampak Positif
a. Belajar bersosialisasi
Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan pasangan
kita, sehingga kita mampu mengetahui karakteristik seseorang dan membuat
kita tidak canggung dalam bersosialisasi dengan orang asing yang baru kita
jumpai. Karena kita telah belajar bersosialisasi dengan pasangan kita.
b. Mempelajari karakteristik berbagai macam orang
Namun, kalau kita perhatikan apa yang dapat remaja lakukan ketika
dia mendapati bahwa pasangannya itu tidak cocok dengannya? Kata yang
keluar adalah ‘putus’! Bukannya mencoba untuk bisa mengerti satu sama
lain, para remaja hanya mempelajari untuk bercerai. Bagaimana tidak?
Karena faktor usia yang dibawakan dalam diri hanya emosi sesaat.
Jika dikatakan alangkah lebih menyenangkan untuk mempelajari diri
sendiri dulu, membenahi diri, dan berupaya untuk bisa beradaptasi dengan
banyak orang. Ketimbang mengikatkan diri dengan satu orang yang kadang
kala membuat sakit hati, lebih baik seorang remaja mencoba untuk berbaur
dengan yang lainnya. Di situ dia bisa ‘mempelajari karakteristik orang lain’.
Dan, dia juga sedang mempelajari dirinya sendiri tentunya.
Setelah dia bisa mengendalikan emosinya – ini merupakan saat yang
tepat untuk berpacaran – tentunya dia sudah berani berkomitmen. Jadi,
berpacaran bukan hanya untuk having fun. Tidaklah pantas menurut penulis
jika seseorang mempermainkan perasaan orang lain. Lagipula, masa remaja
yang penuh gejolak ini akan sangat memberikan keragu-raguan dalam hal
berpacaran. Maka dari itu, beberapa orang tua melarang anaknya untuk
berpacaran (walau ada juga yang tidak).
2. Dampak Negatif
a. Kekerasan fisik
Koalisi Antikekerasan di Alabama menyebutkan bahwa satu dari
tiga anak mengalami kekerasan fisik selama pacaran usia dini. Bentuknya
seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan
tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui
adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada
remaja di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari
pasangan si anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si
anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat
oleh si anak sebagai bentuk perhatian.
b. Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam
pacaran. Komisi Nasional Antikekerasan terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan kekerasan
jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual
terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal
dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi
saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang
paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu
memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.
c. Cenderung menjadi pribadi yang rapuh
Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak
mengalami sakit kepala, perut dan pinggang. Mereka juga lebih banyak
depresi dibanding rekan seusianya yang belum pernah pacaran.Seseorang,
yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi yang rapuh,
sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi, contohnya remaja,
akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama jika remaja itu
menjalin hubungan yang buruk dengan pasangannya.
Mereka punya kecenderungan tingkat rasa sakit yang lebih
mendalam. Mereka benar-benar meresapi perasaan buruk seperti sedih atau
kesal karena secara psikologi mereka sudah mengenalnya ketika
berhubungan dengan pasangannya. Akibat terlalu mendalami perasaan sedih
dan emosional itu adalah depresi dan penyakit lainnya. Karena terlalu sedih
atau marah, perasan depresi pun bisa muncul. Akibatnya mereka jadi tidak
mau makan, kurang tidur atau tidak mau melakukan apa-apa. Dari situlah
muncul penyakit-penyakit seperti pusing, sakit perut dan lainnya
Mereka yang mengenal cinta dan mengalami masalah dalam
berhubungan dengan pasangan lebih dulu memiliki pandangan yang lebih
serius dan sikap yang lebih tertutup. Hal itu memicu perasaan stres dan
penyakit fisik lainnya.
d. Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan
yang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat
memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular
seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC), kelompok
remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang
memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS. Sekedar mengingatkan
bahaya kehamilan pada remaja:
1) Hancurnya masa depan karena tidak bisa melanjutkan sekolah.
2) Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama
kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
3) Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian
(umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
4) Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga
non medis (dukun bayi, tenaga tradisional) sering mengalami kematian
karena mengalami sakit dan pendarahan yang hebat.
5) Pengguguran kandungan yang diperbolehkan oleh undang-undang,
kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga
kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang
meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum berat .
6) Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami
kecacatan dan gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
7) Jadi bahan pembicaraan dan ejekan masyarakat sekitar .
8) Stress berkepanjangan dan bisa jadi GILA.
e. Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja telah mengakhiri hubungan dengan
pacarnya sehingga emosinya menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar
karena terus memikirkan pacarnya sehingga remaja tersebut tidak dapat
menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya dan mengerjakan
ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.
f. Menguras harta
Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu
berkorban untuk pacarnya, bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung
bisa habis untuk membelikan hadiah untuk pacarnya.

D. Dampak Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar


Bagi remaja (siswa) pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat
atau juga dilakukan oleh para remaja (siswa), secara langsung maupun tidak
langsung hal tersebut dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka menjadi
menurun atau semakin giat belajar, Berpacaran dapat membuat prestasi belajar
seorang siswa menurun antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut,
ketika belajar seorang siswa yang berpacaran pasti akan terganggu konsentrasinya
untuk belajar karena pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya dan siswa
tersebut pasti hanya fokus untuk membalas SMS pasangan dan melupakan waktu
belajarnya, kemudian siswa yang berpacaran juga dapat membuat malas untuk
masuk sekolah di saat bertengkar dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan
karena malas bertemu denganya di sekolah, mungkin beberapa contoh tadi dapat
mewakili dampak negative yang ditimbulkan berpacaran pada saat usia remaja
mesi masih banyak contoh-contoh lainya.
Berpacaran dapat pula membuat prestasi belajar seorang remaja (siswa)
meningkat dan semakin giat belajar antara lain contoh-contoh tersebut adalah
sebagai berikut, pada saat seorang siswa yang sedang berpacaran mereka dapat
merasa tidak ingin kalah dari pasanganya dalam hal apapun karena di saat dia
kalah dari pasanganya maka dia akan merasa malu dan ingin melebihi apa yang di
raih pasanganya itu terutama dalam hal pelajaran teradang mereka membuat suatu
permainan kecil dimana apabila salah satu seorang pasangan mendapat nilai yang
jelek dari pasanganya maka pasangan yang menang dia dapat meminta apa saja
pada pasanganya tetapi dalam batas kewajaran seperti dibelikan coklat,snack dll.
Hal tersebut juga dapat membuat mereka menjadi giat belajar dan apabila
seoarang siswa yang sedang berpacaran maka mereka akan selalu ingin masuk
sekolah setiap hari karena ingin bertemu pasanganya hal ini juga dapat
mempengaruhi absensi siswa dapat juga menjadi dorongan semangat untuk lebih
giat belajar.
Dari beberapa hal diatas seorang remaja (siswa) yang berpacaran
hendaknya mendapt bimbingan dari guru terutamanya adalah orang tua sehingga
mereka dapat mendapat sisi positif dan terhindar dari sisi negative yang di
timbulkan.

E. Kiat-Kiat Menghindari Dampak Negatif Dalam Pacaran Di Usia Remaja


1. Hati-hati berpacaran
Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling
mengenal lebih jauh alias berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk
mengenal pribadi dari masing-masing pasangan. Sayangnya, tujuan untuk
mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas seksual yang berlebihan.
Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan hawa nafsu dari
masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya
diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual. Saling memberi perhatian,
merancang cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing
merupakan bagian penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti
saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih sayang, ciuman kasih
sayang adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian
yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat
diterima, namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang
menjurus pada hubungan seksual tidak dapat diterima oleh norma yang kita
anut. Karena justru aktivitas seksual akan mengotori makna dari pacaran itu
sendiri.
2. No Seks
Katakan “tidak pada seks”, jika pasangan menghendaki aktivitas
berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai
“bukti cinta”, jangan dipenuhi, cuma ngapusi ! Karena yang paling rugi adalah
pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia
akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap
mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak
pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan
dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak.
Kepuasan cuma sesaat , penderitaan akan selalu menghantui . Ingat !!!
3. Rem Keimanan
Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian
kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut
hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat
diharapkan menjadi pasangan yang baik. Untuk itu, “Say Good Bye”
sajalah…! Masih banyak pria dan wanita lain yang mempunyai iman dan moral
yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.
4. Kiat Sadar Diri
a. Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat
dan belajar untuk memahami karakter lawan jenis.
b. Hindari pacaran di tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung
atau mendukung untuk aktivitas seksual.
c. Hindari makan dan minuman yang merangsang sebelum/selama pacaran.
d. Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
e. Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan.
Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang
perlu diperhatikan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran
yang sehat mencakup berbagai unsur yaitu sebagai berikut:
1. Sehat Fisik.
Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul,
menampar ataupun menendang.
2. Sehat Emosional.
Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan
keterbukaan. Harus mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus
mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.
3. Sehat Sosial.
Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain
harus tetap dijaga agar tidak merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik
apabila seharian penuh bersama dengan pacar.

4. Sehat Seksual.
Dalam berpacaran kita harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan
hal-hal yang beresiko. Jangan sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang
beresiko, seperti berciuman hebat (kissing), berpelukan hebat (petting),
meraba-raba bagian sensitif wanita dan apalagi melakukan hubungan seks. ”
SAY NO TO SEKS “

F. Pembimbingan Remaja yang Berpacaran


Bagaimanapun seorang remaja(siswa) yang berpacaran, berpacaran
memiliki dampak negative yang lebih banyak di bandingkan dampak postifnya
oleh karena itu peranan orang tua dan guru sangat di perlukan untuk membimbing
para remaja agar terhindar dari prilaku-prilaku negative yang ditimbulkan
berpacaran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membimbing
anak-anaknya adalah memantau dan slalu mengawasi kegiatan mereka apakah
mereka dapat menepatkan waktu yang tepat atau tidak seperti saat belajar maka
harus belajar dll. Hal itu dapat membuat mereka tidak melupakan kegiatan
belajarnya karena terlalu memikirkan hubunganya, selain itu orang tua juga dapat
mengajarkan hal-hal apa yang di larang oleh agama kepada seseorang yang bukan
muhrimnya sehingga prilaku negative dapat dihindarkan akibat berpacaran.
Guru adalah salah satu yang sangat berperan dalam prestasi belajar
disekolah bagi seorang siswa dimana guru merupakan orang tua setelah di sekolah
selain di rumah ada ayah dan ibu,peran guru dalam membimbing siswa yang
berpacaran agar tidak menurun prestasi belajarnya adalah dengan cara selalu
memberi nasihat semangat dan dorongan kepada siswa dan tak lupa mengajarakan
bagaimana berpacaran yang baik dan tidak melupakan kewajiban belajaranya
selain hal tersebut seorang guru dapat pula mengajarkan mana hal yang baik dan
buruk terutama pada guru agama sehingga mereka dapat mengerti dan
menghindari perilaku yang tidak baik pada saat berpacaran.

Ilustrasi Kasus Tentang Pacaran Sehat


Seorang siswi bercerita bahwa saat dia duduk di bangku SD dan SMP nya , dia
selalu diajarkan oleh ayah dan ibunya tentang agama bahkan ibunya mendaftarkan
anaknya di sekolah bernuansa religius atau islami. Namun saat dia duduk
dibangku SMA dia mulai tertarik dengan seorang cowok ganteng yang sempat
menyukai dia, siswi ini pun juga tertarik untuk mencintainya dan menjadi
kekasihnya.
Namun hal tersebut tidak membuat prestasi dia menurun bahkan prestasinya
meningkat, bahkan perhatian sang kekasihnya malah membuat dia semakin
termotivasi untuk belajar. Disisi lain dia juga memberitahu kepada orang tuanya
memiliki seorang temen dekat dan dia berjanji hal tersebut tidak akan membuat
prestasinya menurun , saat bepergian pun mereka tidak hanya berdua melainkan
bersama teman-temannya yang lain, dan janji yang dia ucapkan kepada orang
tuanya telah dia buktikan dengan menjuarai UAN tingkat Nasional.

DAFTAR PUSTAKA
http://cahnjuwet.blogspot.com/2011/04/pengaruh-pacaran-terhadap-prestasi.html
http://www.anneahira.com/pengaruh-pacaran-terhadap-prestasi-belajar.htm
http://id.scribd.com/doc/96548972/Dampak-Positif-Dan-Negatif-Pacaran-Bagi-
Remaja
Ahira, Anne. (2010). “Pengaruh Pacaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa”.
Retrieved Desember 10, 2013, from anneahira.com/Pengaruh Pacaran Terhadap
Prestasi Belajar Siswa.htmlp
Seo, Dany. (2013). Retrieved Desember 10, 2013, from Makalah Bahasa
Indonesia Pengaruh Berpacaran Saat Usia Remaja ~ Pusat Sekolah.htm

Anda mungkin juga menyukai