Anda di halaman 1dari 6

ESSAY

PERILAKU MENYONTEK DI KALANGAN MAHASISWA

Diusulkan Oleh
Gracela Mariana Gero
NIM : 2161050067
Kelompok : 3B

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


JAKARTA
2021

PERILAKU MENYONTEK DI KALANGAN MAHASISWA


Setiap peserta didik menginginkan prestasi belajar yang baik, karena keinginan tersebut segala
cara dilakukan baik itu positif maupun negative. Salah satu cara negative yang dilakukan adalah
menyontek. Perilaku menyontek atau cheating merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering
dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar (1). Perilaku menyontek sering
disebut ketidakjujuran akademis (2). Saat ini perilaku menyontek tidak hanya terjadi pada jenjang
pendidikan SD, SMP dan SMA saja namun juga perguruan tinggi (2).
Menyontek menurut kamus besar Bahasa Indonesia ( Tim Pustaka Phoenix,2009), menyontek
berasal dari kata sontek yang berarti melanggar,menocoh, menggocoh yang artinya mengutip tulisan, dan
lain sebagainya sebagaimana aslinya (3).
Deighton menyatakan menyontek atau cheating adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak fair atau tidak jujur. Sedangkan Bower
mendefinisikan cheating sebagai perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan
yang sah atau terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis
(Suhardi, 2008) (4).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku menyontek adalah
tindakan melanggar aturan yang sengaja dilakukan mahasiswa saat mengerjakan tugas-tugas akademik
dengan cara-cara yang tidak jujur dan curang untuk mendapatkan keberhasilan akademik dan
menghindari kegagalan akademik (5).
Banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswa suka berperilaku menyontek. Hal ini sebagaimana
dinyatakan oleh Haryono dkk. (2001: 10) bahwa mahasiswa menyontek karena berbagai faktor atau
alasan, antara lain yaitu karena malas belajar, takut mengalami kegagalan sehingga menimbulkan ketidak
percayaan pada diri sendiri dan tuntutan orang tua untuk memperoleh nilai atau peringkat kelas yang baik
(4). Dorongan untuk menyontek akan semakin kuat apabila dosen sebagai pendidik membangkitkan
suasana kompetisi antar siswa. Seorang mahasiswa yang merasakan tingkat kompetisi kuat, akhirnya akan
terdorong untuk menyontek (4).
Selain itu, perilaku menyontek dapat terjadi karena terpengaruh setelah melihat orang lain yang
juga melakukan perbuatan sama meskipun pada awalnya tidak ada niat melakukannya (4). Perilaku
menyontek disebabkan juga oleh belum adanya kesadaran akan pentingnya tugas yang diberikan seperti
yang diungkapkan oleh Djamarah (2002) bahwa, kecurangan yang dilakukan oleh pelajar itu disebabkan
karena belum adanya kesadaran pada dirinya tentang pentingnya tugas dan menerimanya sebagai
tantangan yang baik, sehingga tidak mau bekerja keras mempertaruhkan harga dirinya demi keberhasilan
belajarnya (4).
Pada dasarnya menyontek dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu menyontek dengan
usaha sendiri dengan membuka buku catatan atau membuat berbagai catatan kecil yang ditulis di tangan
atau di tempat lain yang dianggap aman (4). Dan yang kedua yaitu dengan meminta bantuan teman.
Misalnya dengan meniru jawaban dari teman atau dengan berkompromi menggunakan berbagai macam
kode tertentu. Menerima dropping jawaban dari pihak luar dan mencari bocoran soal juga termasuk
perilaku menyontek (4).
Menyontek membawa dampak negative bagi mahasiswa. Dampak negative tersebut adalah
mahasiswa tidak menghargai proses belajar, yang mana mahasiswa tersebut hanya mengandalkan
menyontek ketika ujian, di dalam belajar pun mahasiswa tersebut hanya akan bermain-main saja karena
bagi mereka yang penting adalah hasil ujian dan proses belajar tidak penting (5). Perilaku menyontek juga
dapat melahirkan koruptor, penipu, plagiator, dan penjahat yang menghalalkan segala cara karena
menyontek dapat mengikis kejujuran dan mendidik mahasiswa untuk berbohong (5). Mahasiswa yang
suka menyontek biasanya tidak mau berusaha sendiri dan selalu menggantungkan dirinya kepada orang
lain dalam berbagai hal. Dalam pembelajaran, masalah ini dapat menimbulkan penurunan kemampuan
peserta didik atau mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugasnya, sehingga usaha belajarnya menjadi
rendah (5). Menyontek juga dapat membuat mahasiwa menjadi malas belajar, malas berpikir, malas
membaca dan tidak suka meneliti, karena setiap ujian sudah terbiasa tidak belajar sebelum menempuh
ujian, maka lama-kelamaan akan menimbulkan perilaku demikian (5). Mahasiswa yang suka menyontek
tidak akan memahami materi pelajaran dan menyontek juga berarti berbohong pada diri sendiri, hal
tersebut akan membuat mahasiswa membodohi dirinya sendiri (5).
Perilaku menyontek perlu dihindari dan dicegah dengan berbagai upaya, misalnya dengan
membangkitkan rasa percaya diri pada mahasiswa, sehingga mahasiswa akan mampu untuk mandiri dan
tidak tergantung pada orang lain (5). Lalu meningkatkan kesadaran akan berbagai kecurangan akademik
dan berusaha menghindarinya (6). Mahasiswa dapat menghindari perbuatan curang, jika mereka sadar
bahwa apa yang hendak mereka lakukan merupakan tindakan kecurangan akademik (6). Orang tua yang
terlalu mengharapkan anaknya mendapatkan prestasi yang baik akan mempengaruhi anak untuk
memperoleh nilai yang baik bagaimanpun caranya, termasuk menyontek, sehingga perlunya komunikasi
yang baik antara orang tua dan anak dengan menjelaskan bahwa mereka mengharapkan hasil terbaik
yang anak bisa berikan, bukan menjadi terbaik dan orang tua perlu mengakui kerja keras anak dan
memotivasi anak (5).
Pencegahan perilaku menyontek juga dapat dilakukan oleh pendidik seperti, pendidik
menggunakan model pembelajaran yang membuat semua mahasiswa memahami materi yang
disampaikan, memotivasi mahasiswa untuk selalu bertindak disiplin dan beretika, membantu mahasiswa
yang mengalami kesulitan di dalam proses pembelajaran dan memberikan aturan serta sanksi yang tegas
terhadap berbagai bentuk kecurangan (6).
Lembaga pendidikan juga harus turut serta dalam pencegahan perilaku menyontek, seperti
menerapkan aturan dan sanksi akademik dengan tegas, mensosialisasi secara rutin aturan dan sanksi
akademik kepada pendidik dan mahasiswa, memberikan fasilitas yang memadai untuk mendukung
pembelajaran yang berkualitas, langsung memberi sanksi yang sesuai ketika terjadi
kecurangan/menyontek dan melakukan pengawasan ketat ketika ujian berlangsung (6).
Ajaran agama apapun tentunya melarang untuk berbuat tidak jujur dan mencuri. Salah satu
tindakan tidak jujur dan mencuri adalah menyontek. Dalam ajaran Kristiani, Tuhan Yesus selalu
mengajarkan umatnya untuk berbuat jujur dan tidak mencuri, seperti pada ayat yang tertulis di Alkitab,
yaitu pada Imamat 19:11 yang berbunyi: “Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan
janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya”. Oleh karena itu, mahasiwa sebagai umat beriman
harus menjauhi tindakan yang menjurus pada ketidakjujuran dan mencuri, yang dalam hal ini adalah
menyontek.
Indonesia merupakan negara yang diatur oleh hukum. Dalam system hukum, terdapat asas-asas
hukum (7). Asas-asas hukum tersebut menciptakan tata norma (7). Kejujuran merupakan bagian dari tata
norma. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa hukum di Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai
kejujuran dan tidak mendukung adanya kebohongan/kecurangan, dalam hal ini adalah menyontek.
Sebagai warga negara yang baik, maka mahasiswa harus turut menjunjung tinggi nilai kejujuran dengan
menghindari perilaku menyontek.
Pendidikan membentuk manusia yang dapat berpikir kreatif menghadapi dan memecahkan suatu
masalah, dapat menciptakan sesuatu yang berguna untuk dirinya serta bagi orang lain (8) dan juga
membentuk karakter mahasiswa kearah yang positif, salah satunya adalah menanamkan nilai kejujuran.
Dalam hal ini berarti pendidikan menginginkan mahasiswanya untuk mandiri dan rajin belajar serta
bertindak jujur sehingga menghasilkan sesuatu yang dapat berguna. Menyontek merupakan perilaku yang
menimbulkan dampak negative seperti, membohongi diri sendiri dan orang lain, mengakibatkan
rendahnya minat belajar, dan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap kemampuan dir sendiri (2), yang
mana pendidikan tidak menginginkan hal tersebut terjadi pada mahasiswa. Oleh karena itu pendidikan
sangat tidak mendukung adanya perilaku menyontek.

Dalam semua kebudayaan apapun, di mana pun dan kapan pun tentunya selalu diajarkan untuk
bersikap jujur dalam melakukan apapun, termasuk dalam mengerjakan ujian maupun tugas, yaitu dengan
cara tidak menyontek. Mahasiswa sebagai manusia berbudaya, harus melestarikan budaya dengan cara
berbuat jujur, seperti tidak menyontek.
Dalam ilmu ekonomi ada bisnis (9). Bisnis mempunyai etika, yang disebut prinsip etika bisnis
(10). Salah satu prinsipnya adalah kejujuran, dimana menjadi hal yang paling penting dalam mendukung
keberhasilan suatu perusahaan (10). Nilai kejujuran tersebut harus diterapkan dalam usahanya. Oleh
karena itu, terkait dengan menyontek, sudut pandang ekonomi secara tidak langsung menentang perilaku
menyontek karena menyontek merupakan tindakan ketidakjujuran dalam berusaha.
Dalam kehidupan bersosial ada nilai-nilai moral yang perlu diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Salah satu nilai moral tersebut adalah nilai kejujuran (11). Jadi dalam hal ini, perilaku
menyontek juga tidak dibenarkan dari sudut pandang social karena menyontek adalah perbuatan yang
tidak jujur dan bertolak belakang dengan nilai-nilai moral.
Menyontek merupakan perilaku tidak jujur yang tidak dapat dibenarkan dari sudut pandang
apapun, karena akan membawa dampak negative bagi mahasiswa. Oleh karena itu menyontek perlu di
hindari oleh mahasiswa. Mahasiswa harus mengandalkan cara-cara benar dalam proses pembelajaran,
seperti belajar dan memahami materi dengan baik, sehingga mampu menjadi mahasiswa yang mandiri,
kreatif, inovatif, beriman, dan tentunya menjadi mahasiwa yang bermutu.

Daftar Pustaka:
1. Fachrosi E. DITINJAU DARI KECENDERUNGAN LOCUS OF CONTROL Anniez
Rachmawati Musslifah.
2. Wulandari A, Zen WL. PERILAKU MENYONTEK DI KALANGAN PESERTA DIDIK DI
SMPN 3 KOTO XI TARUSAN. J Al-Taujih. 2021;7(1):15.
3. Purwatib P. Efektifitas Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk Mengatasi Masalah Menyontek
dan Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 11 Ambon. J Bimbing dan Konseling
Terap. 2018;2(1):42.
4. Fitri M, Dahliana, Nurdin S. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek pada siswa
SMA Negeri dalam wilayah Kota Takengon. J Ilm Mhs Bimbing dan Konseling. 2017;2(1):22.
5. Amelia SH, Tanjung Z, Riyant E, A. M RA, Novita MNN, Ranny. Perilaku Menyontek Dan
Upaya Penanggulangannya. J Ris Tindakan Indones. 2016;1:2.
6. Sagoro EM. Pensinergian Mahasiswa, Dosen, Dan Lembaga Dalam Pencegahan Kecurangan
Akademik Mahasiswa Akuntansi. J Pendidik Akunt Indones. 2013;11(2):54–67.
7. Atmadja DG. Asas-asas hukum dalam sistem hukum. Kertha Wicaksana [Internet].
2018;12(2):145–55. Available from:
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/kertawicaksana/article/view/721
8. Masada C, Dachmiati S. Faktor Pemengaruh Perilaku Siswa Dan Mahasiswa Menyontek. Sosio e-
kons. 2016;8(3):227–33.
9. M. Fuad, Christin H, Nurlela, Sugiarto, Paulus YE. Pengantar Bisnis , (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama), hal. 1 1. 2000;25–42. Available from: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwitxKDlhqHwAhXCgeYK
Hd36AhEQFjAAegQIAhAD&url=http%3A%2F%2Frepository.uin-suska.ac.id%2F7281%2F4%2FBAB
%2520III.pdf&usg=AOvVaw08OD2ns1s1xfJpqfLbmoQf
10. Etika BABII. BISNIS. (1987):9–21.
11. Parise CK, Pinto F, Aravéquia JA, Ribeiro BZ, Dutra LMM, Loureiro RNA, et al. No 主観的健
康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. Rev Bras
Geogr Física [Internet]. 2016;11(9):141–56. Available from:
http://biblioteca.ibge.gov.br/visualizacao/monografias/GEBIS - RJ/RBG/RBG 1995 v57_n1.pdf
%0Ahttps://periodicos.ufpe.br/revistas/rbgfe/article/view/234295

Anda mungkin juga menyukai