Medan, ……………………...2014
Responden,
(……………………………..)
Petunjuk:
1. Isilah pertanyaan dengan memberi tanda (√) pada kotak yang tersedia
1. Inisial : ………………………………………….
Perempuan
Belum Kawin
Janda
Duda
5. Pendidikan terakhi : SD
SMP
SMA
PT
Wiraswasta
Pegawai swasta
Lainnya: sebutkan…………
9. Lama sakit:…………………………………………………………………….
Klien Skizofrenia
1. Latar Belakang
Membaca dengan suara keras dan merangkum merupakan salah satu tehnik pengalihan
perhatian pasien dari halusinasi ke suara keras saat membaca dan juga pada bacaan yang
sedang dibacanya.
2. Tujuan
Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara mengalihkan focus perhatian dari
halusinasi kepada bacaan yang sedang dibaca dan suara keras yang dikeluarkan saat
membaca.
3. Setting
4. Alat
a. Bangku/ meja
b. Bahan bacaan
5. Metode
a. Demonstrasi
A. Persiapan
1. Kontrak waktu, tempat dan topik dengan pasien sebelum pertemuan. Pasien
ddiberitahu bahwa distraksi akan dilakukan secara individual dam Distraksi yang
B. Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terapeautik
b. Evaluasi/ validasi
mengontrol halusiasinya
c. Kontrak
1) Menjelaskan Tujuan
merangkum
III. Pasien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir dan berperan aktif
dalam kegiatan
2. Fase kerja
a. Berdiskusikan dengan pasien tentang cara yang biasa pasien lakukan untuk
mengontrol halusinasinya
b. Menjelaskan bahwa selain keempat cara tersebut, ada cara tambahan untuk
d. Setelah pasien selesai membaca, minta pasien untuk menceritakan kembali isi
bacaan tersebut.
3. Terminasi
a. Evaluasi
didemonstrasikan
Referensi:
KELOMPOK INTERVENSI
MINGGU I
MINGGU II
MINGGU I
MINGGU II
Nama:
Ruangan:
KETERANGAN:
D= DILAKUKAN
Bahan bacaan
Setelah rawat inap psikiatri terakhir pada usia 28, seorang dokter mendorong saya
untuk bekerja sebagai kasir. Dan ini mendatangkan perubahan. Katanya, jika saya
bisa melakukannya, mereka akan meninjau ulang kapasitas saya untuk memegang
posisi yang lebih menuntut kemampuan berpikir dan menganalisis, bahkan
mungkin saya mendapat pekerjaan full-time.
Lalu saya membuat keputusan: saya ingin menuliskan cerita hidup saya. Dan hari
ini, saya seorang profesor di Sekolah Hukum University of Southern
California Gould. Saya juga aktif di departemen psikiatri Sekolah
Pandangan psikiatri konvensional menganggap bahwa orang seperti saya ini tidak
akan pernah ada. Menurut mereka, pasti saya tidak menderita skizofrenia (tolong
katakan itu pada delusi yang berkerumun dalam pikiran saya), atau saya tidak bisa
mencapai apa yang sekarang telah saya capai (tolong katakan pada panitia
penerimaan mahasiswa di USC). Tapi inilah saya: penyandang skizofrenia
sekaligus profesor hukum. Berbagai penelitian dengan rekan-rekan di USC dan
U.C.L.A. menunjukkan bahwa saya tidak sendirian. Ada banyak orang yang
menyandang skizofrenia dengan gejala aktif seperti delusi dan halusinasi,
sekaligus memiliki prestasi akademik dan profesional yang signifikan.
Selama beberapa tahun terakhir, saya dan beberapa rekan, termasuk Stephen
Marder, Alison Hamilton dan AmyCohen, mengumpulkan 20 subyek penelitian
dengan high-functioningskizofrenia di Los Angeles . Mereka menderita gejala
seperti delusi ringan atau perilaku halusinasi. Rata-rata usia mereka adalah 40.
Setengah dari mereka laki-laki, setengahnya perempuan, dan lebih dari
separuhnya adalah minoritas. Dan mereka semua memiliki ijazah SMA, dan
mayoritas sudah atau sedang berupaya memasuki perguruan tinggi atau meraih
gelar sarjana. Mereka adalah mahasiswa pascasarjana, manajer, teknisi dan
profesional, pengacara, psikolog, dokter, dan chief executive dari sebuah
organisasi nirlaba.
Pada saat yang sama, sebagian besar belum menikah dan punya anak, yang mana
ini konsisten dengan diagnosisnya. (Kami berniat melakukan studi lain pada
orang-orang dengan skizofrenia yang berfungsi tinggi dalam hal hubungan. Saya
sendiri menikah di usia pertengahan 40-an. Hal terbaik yang pernah terjadi pada
saya, mengingat hampir 18 tahun tidak pernah berkencan). Di antara subyek
penelitian kami itu, lebih dari 75% telah dirawat di rumah sakit antara dua sampai
lima kali karena penyakit mereka, sedangkan tiga orang lainnya belum pernah
dirawat.
Bagaimana orang-orang dengan skizofrenia dapat berhasil dalam studi mereka dan
memiliki pekerjaan tingkat tinggi? Kami belajar bahwa, di samping pengobatan
dan terapi, semua peserta telah mengembangkan teknik pengendalian diri saat
terkurung dalam kungkungan skizofrenia. Bagi sebagian orang, teknik ini
kognitif. Seorang pendidik dengan gelar master mengatakan ia telah belajar untuk
menghadapi halusinasi dan bertanya, "Apa bukti untuk itu?” Atau, “itu hanya
masalah persepsi?” Peserta lain berkata, "Saya mendengar suara-suara menghina
sepanjang waktu. ... Anda hanya harus meniup mereka pergi."
Berbagai kisah itu membuat saya menyesali betapa sering dokter mengatakan
kepada pasien mereka untuk tidak mengharapkan atau mengejar karier. Terlalu
sering, pendekatan kejiwaan konvensional untuk penyakit mental adalah
mengucilkan mereka. Oleh karena itu, banyak psikiater berpandangan bahwa
mengobati penyakit mental hanya bisa dilakukan dengan obat-obatan. Pandangan
ini gagal memperhitungkan kekuatan dan kemampuan individu, menjadikan para
profesional kesehatan mental memandang remeh apa yang dapat dicapai pasien
dalam kehidupan mereka.
Dan ini bukan hanya tentang skizofrenia: awal bulan ini, The Journal of Child
Psychology and Psychiatry memuat sebuah studi yang menunjukkan bahwa
sekelompok kecil orang yang diberi diagnosa autisme, gangguan perkembangan,
belakangan berhenti menunjukkan gejala-gejala gangguan itu. Mereka tampaknya
Tentu saya tak ingin berlebihan juga. Gangguan mental melahirkan batasan-
batasan, tentu, dan sangatlah penting untuk tak terjebak pada romantika. Tidak
bisa semua orang seperti peraih Nobel, John Nash, seperti dalam film "A
Beautiful Mind." Namun benih-benih pemikiran kreatif kadang dapat ditemukan
dalam penyakit mental, dan orang sering meremehkan kekuatan otak manusia
untuk beradaptasi dan mencipta.
"Setiap orang memiliki talenta dan diri yang unik, yang dibawanya saat lahir ke
dunia,” ujar seorang pastisipan studi kami. Dia mengungkapkan kenyataan bahwa
sebagian dari kita yang menyandang skizofrenia dan penyakit mental lainnya
menginginkan apa yang semua orang inginkan: dalam kata-kata Sigmund Freud,
untuk bekerja dan mencintai.
September Oktober November Desember Januari Pebruari Maret April ‘14 Mei ‘14 Juni ‘14 Juli ‘14
‘13 ‘13 ‘13 ‘13 ’14 ’14 ’14
No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Mengajukan judul danACC
judul proposal penelitian
2 Penyelesaian Proposal dan
Kuisioner
3 Mengajukan Sidang Proposal
4 Sidang Proposal
5 Revisi Proposal Penelitian
6 Uji validitas, uji kompetensi,
uji reliabilitas
7 Megajukan Izin Pengumpulan
Data
8 Pengumpulan Data Penelitian
9 Analisa Data
10 Penyusunan Laporan/Skripsi
11 MengajukanSidangSkripsi
12 SidangSkripsi
13 Revisi
14 MengumpulkanSkripsi
PROPOSAL
PENGUMPULAN DATA
Riwayat Pendidikan: