Anda di halaman 1dari 33

Lembar persetujuan menjadi respoden penelitian

Pengaruh Distraksi terhadap Frekuensi dan Durasi Halusinasi Pendengaran


Klien Skizofrenia di RSJD Provsu Medan

Saya yang bernama Febe Dian Marpaung adalah mahasiswa Program


Studi Ilmu Keperawatan Uiversitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh distraksi terhadap frekuensi dan
durasi halusinasi pendengaran klien skizofrenia di RSJ Provsu Medan. Penelitian
ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Fakultas
Keperawatan Uiversitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk menjadi responden dan


memberikan informasi secara sukarela dan sesuai dengan kondisi saudara tanpa
dipengaruhi orang lain. Peneliti menjamin penelitian ini tidak menimbulkan
dampak negatif pada siapapun. Peneliti hanya akan menggunakan informasi
tersebut untuk keperluan penelitian dan hasil penelitian untuk peningkatan
pelayanan asuhan keperawatan. Peneliti berjanji akan menjaga kerahasiaan data
yang diberikan mulai dari pengumpulan data, hingga penyajian hasil penelitian
ini. Peneliti juga menghargai kebebasan responden untuk tidak berpartisipasi
dalam penelitian ini.

Apabila saudara secara sukarela bersedia menjadi responden dalam


penelitian ini, dipersilahkan menandatangani sebagai bukti kesediaan untuk
berpartisipasi dari awal hingga akhir. Terima kasih.

Medan, ……………………...2014

Responden,

(……………………………..)

Universitas Sumatera Utara


Kuisioner Penelitian

Pengaruh Distraksi Terhadap Frekuensi dan Durasi Halusinasi Pendengaran

Klien Skizofrenia di RSJD Provsu Medan

Petunjuk:

1. Isilah pertanyaan dengan memberi tanda (√) pada kotak yang tersedia

2. Isilah pertanyaan sesuai dengan keadaan anda

1. Inisial : ………………………………………….

2. Usia :…………………… tahun

3. Jenis kelamin : Laki- laki

Perempuan

4. Status Perkawinan : Kawin

Belum Kawin

Janda

Duda

5. Pendidikan terakhi : SD

SMP

SMA

PT

6. Pekerjaan terakhir : Pegawai Negeri

Wiraswasta

Pegawai swasta

Lainnya: sebutkan…………

Universitas Sumatera Utara


7. Lama rawat saat ini: …………………………………………………………….

8. Terapi Medik saat ini:…………………………………………………………....

9. Lama sakit:…………………………………………………………………….

No 10 dan 11 diisi oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara terhadap


responden
10. Seberapa sering saudara mengalami halunasi?

Suara-suara tidak ada atau hanya sekali dalam seminggu

Suara-suara terjadi kurang dari seminggu

Suara-suara terjadi kurang dari sehari

Suara-suara terjadi kurang dari satu jam

Suara-suara terjadi secara terus-menerus atau hanya diberhenti dalam

beberapa menit atau detik

11. Berapa lama halusinasi itu terjadi?

Suara-suara tidak ada

Suara- suara ada selama beberapa detik

Suara-suara ada selama beberapa menit

Suara-suara ada selama satu jam

Suara-suara ada selam berjam-jam

Universitas Sumatera Utara


Modul

Pengaruh Distraksi Terhadap Frekuensi dan Durasi Halusinasi Pendengaran

Klien Skizofrenia

Membaca dengan Suara Keras dan Merangkum

1. Latar Belakang

Membaca dengan suara keras dan merangkum merupakan salah satu tehnik pengalihan

perhatian pasien dari halusinasi ke suara keras saat membaca dan juga pada bacaan yang

sedang dibacanya.

2. Tujuan

Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara mengalihkan focus perhatian dari

halusinasi kepada bacaan yang sedang dibaca dan suara keras yang dikeluarkan saat

membaca.

3. Setting

a. Pertemuan dilakukan di salah satu ruangan yang ada di rumah sakit

b. Suasana ruangan tenang dan nyaman

c. Pasien duduk membenruk setengah lingkaran dan perawat berada di depan

4. Alat

a. Bangku/ meja

b. Bahan bacaan

5. Metode

a. Demonstrasi

Universitas Sumatera Utara


6. Langkah- langkah kegiatan

A. Persiapan

1. Kontrak waktu, tempat dan topik dengan pasien sebelum pertemuan. Pasien

ddiberitahu bahwa distraksi akan dilakukan secara individual dam Distraksi yang

akan didemonstrasikanadalah membaca dengan suara keras dan merangkum.

2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

B. Pelaksanaan

1. Orientasi

a. Salam terapeautik

1) Salam dari perawat

2) Perkenalan nama lengkap dan paggilan perawat

3) Menanyakan nama lengkap dan panggilan pasien

b. Evaluasi/ validasi

1) Menanyakan bagaimana perasaan pasien saat ini

2) Mengevaluasi cara yang telah diketahui dan dilakukan pasien dalam

mengontrol halusiasinya

c. Kontrak

1) Menjelaskan Tujuan

a. membantu pasien untuk mengontrol halusinasi yang dialami

b. mendemonstrasikandistraksi membaca dengan suara keras dan

merangkum

2) Menjelaskan aturan yaitu:

Universitas Sumatera Utara


I. Kegiatan yang akan dilakukan adalah distraksi membaca dengan suara

keras dan merangkum, dilakukan 3 kali pertemuan dengan waktu

sekali dua hari sehingga akan selesai dalam satu minggu

II. Lama kegiatan 20-30 menit

III. Pasien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir dan berperan aktif

dalam kegiatan

2. Fase kerja

a. Berdiskusikan dengan pasien tentang cara yang biasa pasien lakukan untuk

mengontrol halusinasinya

b. Menjelaskan bahwa selain keempat cara tersebut, ada cara tambahan untuk

mengontrol halusinasi yaitu distraksi salah satu contohnya adalah membaca

dengan suara keras dan merangkum

c. Mendemonstrasikan membaca dengan suara keras, kemudian meminta pasien

untuk membaca dengan suara keras.

d. Setelah pasien selesai membaca, minta pasien untuk menceritakan kembali isi

bacaan tersebut.

e. Memberikan pujian setelah pasien melakukan dengan baik

3. Terminasi

a. Evaluasi

1. Menanyakan perasaan pasien setelah demonstrasi distraksi membaca dengan

suara keras dan merangkum

2. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam melakukan distraksi yang telah

didemonstrasikan

Universitas Sumatera Utara


b. Tindak lanjut

1. Menganjurkan pasien untuk latihan secara mandiri minimal 2 kali dalam

sehari dan memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

2. Menganjurkan pasien untuk melakukan tehnik distraksi membaca dengan

suara keras ketika halusinasi muncul

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati kontrak waktu, topik, dan tempat untuk pertemuan selanjutnya

2. Salam terminasi dari perawat.

Referensi:

1. Mandal, M.K., Nizamie, S.H. (2004), Current Depelovement in Schizophrenia.

New Delhi: Allied Publisher Private Limited

Universitas Sumatera Utara


PROSES PELAKSANAAN INTERVENSI DISTRAKSI PADA

KELOMPOK INTERVENSI

MINGGU I

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

Pre test SP 1,2 SP 3,4

MINGGU II

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

Pertemuan Pertemuan Pertemuan


I II III & post
test

Universitas Sumatera Utara


PROSES PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN GENERALIS
HALUSINASI PADA KELOMPOK KONTROL

MINGGU I

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu


Pre test SP 1,2 SP 3,4

MINGGU II

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu


Post test

Universitas Sumatera Utara


JADWAL KEGIATAN HARIAN (MEMBACA DENGAN SUARA KERAS)

Nama:

Ruangan:

HARI/TANGGAL PUKUL KEGIATAN KETERANGAN


(D/TD)

KETERANGAN:

D= DILAKUKAN

Universitas Sumatera Utara


TD= TIDAK DILAKUKAN

Bahan bacaan

Sukses Meski Menyandang Skizofrenia


Elyn R. Saks* Minggu, 27 Januari 2013,
11:00WIB

Elyn R. Saks, penyandang Skizofrenia yang juga Profesor Hukum


schizophrenedanslacite.com
TIGA puluh tahun lalu, dokter mendiagnosis saya menderita skizofrenia. Dan
katanya itu berarti kuburan: tidak akan pernah bisa hidup mandiri, tak akan bisa
bekerja, tidak akan menemukan pasangan hidup, tidak bisa menikah. Rumah saya
akan berupa fasilitas perawatan, hari-hari saya habis di depan TV bersama sesama
penderita penyakit mental ; saya hanya bisa bekerja untuk pekerjaan-pekerjaan
kasar pada saat pikiran saya tenang.

Setelah rawat inap psikiatri terakhir pada usia 28, seorang dokter mendorong saya
untuk bekerja sebagai kasir. Dan ini mendatangkan perubahan. Katanya, jika saya
bisa melakukannya, mereka akan meninjau ulang kapasitas saya untuk memegang
posisi yang lebih menuntut kemampuan berpikir dan menganalisis, bahkan
mungkin saya mendapat pekerjaan full-time.

Lalu saya membuat keputusan: saya ingin menuliskan cerita hidup saya. Dan hari
ini, saya seorang profesor di Sekolah Hukum University of Southern
California Gould. Saya juga aktif di departemen psikiatri Sekolah

Universitas Sumatera Utara


Kedokteran University of California , San Diego, menjadi anggota fakultas di New
Center for Psychoanalysis dan mendapat beasiswa dari Yayasan McArthur.
Meskipun saya berjuang menentang diagnosis itu selama bertahun-tahun,
akhirnya saya bisa menerima bahwa saya memang menyandang skizofrenia dan
akan menjalani perawatan selama hidup. Memang, terapi psikoanalitik dan obat-
obatan berperan penting untuk keberhasilan ini. Yang ingin saya tolak adalah
prognosis bahwa skizofrenia berarti hidup yang “mati”.

Pandangan psikiatri konvensional menganggap bahwa orang seperti saya ini tidak
akan pernah ada. Menurut mereka, pasti saya tidak menderita skizofrenia (tolong
katakan itu pada delusi yang berkerumun dalam pikiran saya), atau saya tidak bisa
mencapai apa yang sekarang telah saya capai (tolong katakan pada panitia
penerimaan mahasiswa di USC). Tapi inilah saya: penyandang skizofrenia
sekaligus profesor hukum. Berbagai penelitian dengan rekan-rekan di USC dan
U.C.L.A. menunjukkan bahwa saya tidak sendirian. Ada banyak orang yang
menyandang skizofrenia dengan gejala aktif seperti delusi dan halusinasi,
sekaligus memiliki prestasi akademik dan profesional yang signifikan.

Selama beberapa tahun terakhir, saya dan beberapa rekan, termasuk Stephen
Marder, Alison Hamilton dan AmyCohen, mengumpulkan 20 subyek penelitian
dengan high-functioningskizofrenia di Los Angeles . Mereka menderita gejala
seperti delusi ringan atau perilaku halusinasi. Rata-rata usia mereka adalah 40.
Setengah dari mereka laki-laki, setengahnya perempuan, dan lebih dari
separuhnya adalah minoritas. Dan mereka semua memiliki ijazah SMA, dan
mayoritas sudah atau sedang berupaya memasuki perguruan tinggi atau meraih
gelar sarjana. Mereka adalah mahasiswa pascasarjana, manajer, teknisi dan
profesional, pengacara, psikolog, dokter, dan chief executive dari sebuah
organisasi nirlaba.

Pada saat yang sama, sebagian besar belum menikah dan punya anak, yang mana
ini konsisten dengan diagnosisnya. (Kami berniat melakukan studi lain pada
orang-orang dengan skizofrenia yang berfungsi tinggi dalam hal hubungan. Saya
sendiri menikah di usia pertengahan 40-an. Hal terbaik yang pernah terjadi pada
saya, mengingat hampir 18 tahun tidak pernah berkencan). Di antara subyek
penelitian kami itu, lebih dari 75% telah dirawat di rumah sakit antara dua sampai
lima kali karena penyakit mereka, sedangkan tiga orang lainnya belum pernah
dirawat.

Bagaimana orang-orang dengan skizofrenia dapat berhasil dalam studi mereka dan
memiliki pekerjaan tingkat tinggi? Kami belajar bahwa, di samping pengobatan
dan terapi, semua peserta telah mengembangkan teknik pengendalian diri saat
terkurung dalam kungkungan skizofrenia. Bagi sebagian orang, teknik ini
kognitif. Seorang pendidik dengan gelar master mengatakan ia telah belajar untuk
menghadapi halusinasi dan bertanya, "Apa bukti untuk itu?” Atau, “itu hanya
masalah persepsi?” Peserta lain berkata, "Saya mendengar suara-suara menghina
sepanjang waktu. ... Anda hanya harus meniup mereka pergi."

Universitas Sumatera Utara


Bagian penting dari kewaspadaan terhadap gejala skizofrenia adalah
"mengidentifikasi pemicu" agar "gejala-gejala tersebut tidak meledak hingga
tingkat maksimum," kata seorang peserta yang bekerja di sebuah organisasi
nirlaba. Misalnya, jika berada di sekeliling banyak orang terlalu lama dapat
memicu gejala skizofrenia, maka sisihkan waktu beberapa saat untuk menyendiri
saat Anda bepergian dengan teman-teman.

Teknik lain yang disampaikan peserta termasuk mengendalikan masukan


sensorik. Bagi beberapa orang, ini berarti menjaga ruang hidup mereka tetap
sederhana (dinding kosong, tidak ada TV, hanya musik yang tenang), sedangkan
untuk orang lain itu justru berarti memanfaatkan gangguan musik. "Saya akan
mendengarkan musik keras jika saya tidak ingin mendengar hal-hal lain," kata
seorang peserta yang berprofesi sebagai asisten perawat bersertifikat. Yang lain
menyebut olahraga, diet sehat, menghindari alkohol dan cukup tidur. Keyakinan
pada Tuhan dan doa juga memainkan peran bagi beberapa partisipan lain.
Salah satu teknik yang paling sering disebutkan membantu pengelolaan gejala
skizofrenia adalah pekerjaan. "Pekerjaan telah menjadi bagian penting dari siapa
saya," kata seorang pendidik dalam kelompok kami. "Ketika Anda merasa
berguna dan merasa dihormati dalam organisasi itu, maka Anda merasa memiliki
nilai tertentu sebagai bagian dari organisasi itu.” Orang ini bahkan bekerja pada
akhir pekan juga karena "factor-faktor gangguan." Dengan kata lain, dengan
terlibat dalam pekerjaan, hal-hal “gila” akan terdesak ke pinggir.

Secara pribadi, saya mencoba menghubungi dokter, teman-teman dan keluarga


setiap kali saya merasa mulai tergelincir, dan saya mendapatkan dukungan besar
dari mereka. Saya makan makanan yang menyamankan (untuk saya itu adalah
sereal) dan mendengarkan musik yang tenang. Saya meminimalkan stimulasi luar.
Biasanya teknik ini, dikombinasikan dengan obat dan terapi, akan membuat gejala
skizofrenia luntur. Tapi hal-hal terkait pekerjaan—menggunakan pikiran—adalah
pertahanan terbaik saya saat ini. Ini membuat saya terfokus. Pikiran saya, saya
dapat simpulkan, adalah musuh terburuk saya sekaligus teman terbaik.

Berbagai kisah itu membuat saya menyesali betapa sering dokter mengatakan
kepada pasien mereka untuk tidak mengharapkan atau mengejar karier. Terlalu
sering, pendekatan kejiwaan konvensional untuk penyakit mental adalah
mengucilkan mereka. Oleh karena itu, banyak psikiater berpandangan bahwa
mengobati penyakit mental hanya bisa dilakukan dengan obat-obatan. Pandangan
ini gagal memperhitungkan kekuatan dan kemampuan individu, menjadikan para
profesional kesehatan mental memandang remeh apa yang dapat dicapai pasien
dalam kehidupan mereka.

Dan ini bukan hanya tentang skizofrenia: awal bulan ini, The Journal of Child
Psychology and Psychiatry memuat sebuah studi yang menunjukkan bahwa
sekelompok kecil orang yang diberi diagnosa autisme, gangguan perkembangan,
belakangan berhenti menunjukkan gejala-gejala gangguan itu. Mereka tampaknya

Universitas Sumatera Utara


telah pulih—meskipun setelah bertahun-tahun pula menjalani terapi perilaku dan
pengobatan. Sebuah artikel di The New York Times baru-baru ini juga
menggambarkan sebuah perusahaan baru yang mempekerjakan orang dewasa
dengan gangguan autisme, memanfaatkan kemampuan mereka yang tidak biasa
dalam hal memori dan perhatian terhadap detail.

Tentu saya tak ingin berlebihan juga. Gangguan mental melahirkan batasan-
batasan, tentu, dan sangatlah penting untuk tak terjebak pada romantika. Tidak
bisa semua orang seperti peraih Nobel, John Nash, seperti dalam film "A
Beautiful Mind." Namun benih-benih pemikiran kreatif kadang dapat ditemukan
dalam penyakit mental, dan orang sering meremehkan kekuatan otak manusia
untuk beradaptasi dan mencipta.

Sebuah pendekatan yang berusaha menggali kekuatan individu, di samping


mempertimbangkan gejala gangguan, dapat membantu menghilangkan pesimisme
yang melingkupi penyakit mental. Menemukan "kesehatan dalam penyakit,"
seperti diistilahkan seorang penyandang skizofrenia, haruslah menjadi tujuan
terapeutik. Dokter harus mendesak pasien mereka untuk mengembangkan
hubungan dan terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan yang berarti. Mereka harus
mendorong pasien menemukan perbendaharaan mereka sendiri, teknik untuk
mengelola gejala gangguan mereka dan meraih tujuan hidup sebagaimana mereka
sendiri mendefinisikannya. Para dokter juga harus menyediakan bagi pasien
sumber daya—terapi, pengobatan dan dukungan—untuk membuat semua itu bisa
terwujud.

"Setiap orang memiliki talenta dan diri yang unik, yang dibawanya saat lahir ke
dunia,” ujar seorang pastisipan studi kami. Dia mengungkapkan kenyataan bahwa
sebagian dari kita yang menyandang skizofrenia dan penyakit mental lainnya
menginginkan apa yang semua orang inginkan: dalam kata-kata Sigmund Freud,
untuk bekerja dan mencintai.

Universitas Sumatera Utara


Jadwal Penelitian

September Oktober November Desember Januari Pebruari Maret April ‘14 Mei ‘14 Juni ‘14 Juli ‘14
‘13 ‘13 ‘13 ‘13 ’14 ’14 ’14
No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Mengajukan judul danACC
judul proposal penelitian
2 Penyelesaian Proposal dan
Kuisioner
3 Mengajukan Sidang Proposal
4 Sidang Proposal
5 Revisi Proposal Penelitian
6 Uji validitas, uji kompetensi,
uji reliabilitas
7 Megajukan Izin Pengumpulan
Data
8 Pengumpulan Data Penelitian
9 Analisa Data
10 Penyusunan Laporan/Skripsi
11 MengajukanSidangSkripsi
12 SidangSkripsi
13 Revisi
14 MengumpulkanSkripsi

Universitas Sumatera Utara


Taksasi Dana Penelitian

PROPOSAL

- Biaya kertas 2 Rim : Rp. 60.000

- Fotocopi sumber tinjauan pustaka : Rp. 50.000

- Biaya survey awal : Rp. 20.000

- Biaya jilid Proposal : Rp. 10.000

- Sidang Proposal : Rp. 150.000

- Ethical Clearance : Rp. 100.000

PENGUMPULAN DATA

- Izin penenelitian : Rp. 100.000

- Transportasi : Rp. 250.000

- Penggandaan kuisioner : Rp. 6.500

- Alat distraksi : Rp. 30.000

ANALISA DATA dan PENYUSUNAN LAPORAN

- Biaya kertas : Rp. 60.000

- Penjilidan : Rp. 150.000

- Penggandaan : Rp. 200.000

- Sidang Skripsi : Rp. 150.000

BIAYA TAK TERDUGA : Rp. 100.000

JUMLAH : Rp. 1586.500

Universitas Sumatera Utara


Daftar Riwayat Hidup

Nama : Febe Dian Marpaung

Tempat Tanggal Lahir : Narumonda, 19 Pebruari 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat Rumah : Desa Narumonda I Kec. Siantar Narumonda- Tobasa

Alamat Kost : Jl. Setia Baru No. 72 Medan

Riwayat Pendidikan:

1. SDN No. 173636 Narumonda (1997-2003)


2. SMP Sw. Budhi Dharma Balige (2003-2006)
3. SMAN 2 Soposurung-Balige (2006-2009)
4. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (2010- sekarang)

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai