Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Keperawatan Komunitas II yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Kelompok Kerja”
Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Makalah ini masih jauh dari kata sempuna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
kami butuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah berikutnya. Atas kontribusi
tersebut, kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB 1 : PENDAHULUAN
BAB 3 : PENUTUP
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Komunitas bukan sebagai suatu unit yang homogen, melainkan campuran dinamis
dari beragam kelompok, kepentingan dan sikap. Berbagi kesamaan tempat, isu, dan
masalah yang memberikan suatu rasa saling memiliki. Salah satu bentuk komunitas adalah
kelompokusaha kerja, dimana dalam kelompok terdapat anggota yang memiliki beragam
kepentingan, bekerja bersama dalam kelompok di satu tempat tertentu. Kelompok usaha
kerja merupakansalah satu area komunitas yang perlu diperhatikan kesejahtejahteraan
kesehatannya. Bidang yangmencakup keselamatan kerja dalam keperawatan disebut
Occupation Health Nurses (OHN)atau Keperawatan Kesehatan Kerja (KKK).Ilmu
kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan bagian dari ilmu Kesehatan
Masyarakat Keilmuan K3 merupakan perpaduan dari multidisiplin ilmu antara ilmu-
ilmukesehatan, ilmu perilaku, ilmu alam, teknologi dan lain-lain baik yang bersifat kajian
maupunilmu terapan dengan maksud menciptakan kondisi sehat dan selamat bagi pekerja,
tempatkerja, maupun lingkungan sekitarnya, sehingga meningkatkan efisiensi dan
produktifivitas kerja.. Menurut buku Ilmu Kesehatan Masyarakat, kesehatan kerja
merupakan aplikasikesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan,
pabrik, kantor, dll) dan yangmenjadi pasien dari kesehatan.
sekitar perusahaan tersebut. Dasar Hukum untuk kesehatan kerja ini terdapat dalam
UU 23/1992 pasal 23 dan pasal 10 tentang kesehatan kerja dan upaya kesehatan
kerja.Praktik Keperawatan Kesehatan Kerja berfokus pada upaya promosi, preventif
danrehabilitasi kesehatan dalam konteks keselamatan dan keamanan lingkungan kerja.
Aplikasi praktik keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan
masyarakat ditatanan industri kecil, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas,
dan lain-lain. Didalam menjalankan fungsinya, perawat kesehatan kerja memiliki tugas
antara lain mampumenilai secara sistematis status kesehatan kerja, mampu melakukan
analisa data yangdikumpulkan untuk menegakkan diagnosis keperawatan, mampu
1
mengidentifikasi tujuan spesifik keperawatan yang diharapkan, mampu mengembangkan
rencana keperawatan yang komprehensif dan memformulasikan tindakan intervensi yang
dilakukan pada setiap tingkat.
Yang perlu dikaji dalam kelompok khusus ini secara mendalam adalah latar belakang
yang menyebabkan timbulnya masalah pada kelompok tersebut, Karena setiap kelompok
mempunyai kebutuhan yang berbeda. Pengkajian ini menjadi dasar untuk membuat
perencanaan keperawatan yang tepat. Perawat komunitas dapat memberikan pelayanan
keperawatan pada kelompok khusus di tatanan komunitas, penyusunan modul ini
diharapkan dapat membantu perawat lebih memahami tentang kebutuhan keperawatan
pada kelompok khusus.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengorganisasian pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok
pekerja tertentu?
2. Apa kegunaan kesehatan keselamatan kerja pada kelompok pekerja tertentu?
3. Bagaimana proses keperawatab komunitas pada kelompok pekerja tertentu?
1.3 Tujuan
1. menjelaskan pengorganisasian pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus pekerja.
2. menjelaskan kegunaan kesehatan keselamatan kerja pada kelompok pekerja
3.menjelaskan proses keperawatan komunitas pada kelompok pekerja tertentu.
3
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK PEKERJA
2.1 Pengkajian
a. Data Inti
1. Riwayat atau sejarah perkembangan
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas dan studi
dokumentasi sejarah komunitas tersebut.
2. Data demografi
Mengkaji jumlah komunitas, berdasarkan: usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau
suku, bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agam dan komposisi
keluarga.
3. Vital statistic
Menguraikan tentang angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian, angka
pertambahan anggota, angka kelahiran.
4. Status kesehatan komunitas
- Keluhan yang dirasakan saat itu di komunitas
- Tanda-tanda vital
- Kejadian penyakit (dalam kurun 1 tahun)
- Riwayat Penyakit keluarga
- Pola pemenuhan sehari-hari: nutrisi, cairan dan elektrolit, istirahat dan tidur,
eliminasi, aktivitas gerak, pemenuhan kebersihan diri
- Status psikososial: peran di masyarkat, hubungan dengan orang lain, komunikasi,
kesedihan yang dirasakan, stabilitas emosi, penelantaran anak atau lansia, perlakuan
yang salah atau perlakuan kekerasan
- Status pertumbuhan dan perkembangan
- Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
- Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
4
- Pola perilaku tidak sehat: kebiasaan merokok, minum kopi yang berlebihan,
mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep, penyalahgunaan obat
terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.
b. Data Lingkungan Fisik
- Pola pemukiman: Luas bangunan, bentuk bangunan, jenis bangnan, atap rumah,
dinding, lantai, ventilasi, pencahayaan, penerangan, kebersihan, pengaturan ruangan
dan perabot, kelengkapan alat rumah tangga
- Sanitasi: penyediaan air bersih (MCK), pengelolaan jamban, penyediaan air minum,
sarana pembuangan air limbah, pengelolaan sampah, polusi, sumber polusi
- Fasilitas: pekarangan, sarana olahraga, taman, lapangan, ruang pertemuan
- Batas-batas wilayah
- Sarana ibadah
c. Pelayanan kesehatan dan sosial: lokasi, kepemilikan, kecukupan, sumber daya yang
dimiliki, jumlah kunjungan, sistem rujukan
d. Ekonomi: jenis pekerjaan, jumah penghasilan, jumlah pengeluaran, jumlah pekerja
dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lansia
e. Keamanan dan transportasi: sistem keamanan lingkungan, penanggulangan bencana,
penanggulangan polusi, kondisi jalan, jenis transportasi yang dimiliki
f. Politik dan pemerintahan: sistem dan struktur organisasi, peran serta kelompok
organisasi dalam kesehatan
g. Sistem komunikasi: sarana umum, jenis komunikasi, cara penyebaran informasi
h. Pendidikan: tingkat pendidikan, fasilitas pendidikan
i. Rekreasi: kebiasaan rekreasi, fasilitas rekreasi
5
d. Konsultan
e. Pendidik kesehatan
f. Peneliti: Analisis kesehatan pekerja untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan
pekerja yang berhubungan dengan kinerja yang dapat menguntungkan perusahaan
2.2 Definisi
Stoner, Fredman, dan Gilbert mendefinisikan kelompok sebagai dua orang atau lebih
yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi untuk suatu tujuan tertentu yang
dipahami Bersama. Karakteristik kelompok :
1. Merupakan kumpulan yang beranggotakan lebih dari satu orang, yang berarti adanya
karakteristik yang berbeda dari setiap orang.
2. Adanya interaksi di antara kumpulan orang tersebut
3. Adanya tujuan Bersama yang ingin dicapai
6
Berdasarkan karakteristik ini maka kelompok kerja dapat didefinisikan sebagai
kelompok yang disusun oleh organisasi dengan tujuan untuk menjalankan berbagai
pekerjaan yang terkait dengan pencapaian tujuan organisasi.
b. Kepanitiaan
Kelompok kerja yang disusun oleh manajer dan beranggotakan beberapa
orang yang bisa berasal dari bagian yang sama, atau juga dari bagian lain dari
organisasi. Kepanitiaan disusun berdasarkan tugas-tugas tertentu yang tidak
rutin, namun disusun sebagai upaya untuk mencapai tujuan organisasi.
7
Biasanya, dibuat untuk jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh
organisasi.
c. Kelompok kerja temporal atau khusus
Kelompok kerja yang disusun untuk kepentingan-kepentingan khusus yang
bersifat sementara. Diantara contoh dari kelompok kerja seperti ini, misalnya
ketika perusahaan melakukan kerja sama dengan perusahaan lain dalam
sebuah kegiatan, maka perusahaan dapat membentuk kelompok kerja ini, atau
juga untuk suatu kepentingan internal perusahaan. Kelompok kerja ini tetap
disusun untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi, hanya saja biasanya
dibentuk dari program-program yang bersifat tidak tetap dan sementara.
8
dengan kecenderungan tidak ada badan usaha ataupun pemilik yang secara langsung
bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan kerja mereka terutama yang
berhubungan dengan berbagai penyakit dan gangguan akibat kesehatan dan kecelakaan
kerja.
1. Perkiraan ILO (1999) :
- 1,1 juta jiwa meninggal karena kecelakaan & penyakit akibat kerja (PAK)
- 160 juta jiwa disebabkan oleh penyakit akibat kerja (PAK) per tahun
2. Perkiraan WHO (1995) :
- 40 – 50 % penduduk dunia mempunyai resiko kecelakaan kerja /PAK
- 120 juta jiwa kecelakaan kerja per tahun
3. Penelitian Depkes (1989) :
- Penyakit/gangguan kesehatan :
a. Gangguan visual : petani, nelayan
b. Gangguan pendengaran : penyelam, pengrajin besi
c. Kelainan paru : penyelam, pengrajin batu bata
d. Kelainan kulit : petani dan nelayan
b. POS UKK
Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) merupakan upaya kesehatan kerja bagi
pekerja informal yang bersumber daya dari, oleh dan untuk masyarakat
9
pekerja itu sendiri. Kegiatan yang dilakukan meliputi upaya promotif,
preventif dan pengobatan sederhana yang bersifat pertolongan pertama pada
kecelakaan dan pertolongan pertama pada penyakit. Penekanan terhadap
upaya promosi dan preventif guna mengubah perilaku para pekerja untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
serta upaya meningkatkan kesehatan pekerja.
c. Program Kesehatan Kerja dan Olahraga
Dalam UU No. 36/2009 tentang Kesehatan pada Bab XII Kesehatan Kerja
Pasal 164-166 menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk
melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan
serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Pemerintah harus
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap masyarakat dan setiap
penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di
bidang kesehatan dan upaya kesehatan.
10
3) Pengembangan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja ke arah yang
mendukung K3. Juga meningkatkan kondisi sosial yang positif dan operasi yang
lancar dan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Konsep budaya kerja
yang dimaksudkan dalam kerangka ini adalah refleksi sistem nilai pokok yang
diadopsi oleh perusahaan tertentu. Budaya yang demikian itu diwujudkan dalam
praktek sebagai sistem manajemen, kebijakan personalia, prinsip partisipasi,
kebijakan pelatihan dan manajemen mutu perusahaan.
B. Tujuan
Kesehatan Kerja bertujuan untuk mengenali hazard (bahaya) kesehatan di tempat
kerja, menilai risiko hazard dan melakukan intervensi terhadap risiko, agar
menghilangkan atau meminimalkan risiko kejadian penyakit (Taylor G, 2004).
C. Peraturan Perundangan
1. UU yang berkaitan dengan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Konstruksi:
a. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
c. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
d. PMP No. 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta
Penerangan dalam Tempat Kerja.
2. UU yang berkaitan dengan Kesehatan dan Lingkungan Kerja:
a. Permenakertrans No. Per. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
b. Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja.
c. Kepmenakertrans No. Kep. 68/Men/IV/2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
11
bahan produksi, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses
produksi.
B. Tujuan
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya baik fisik, mental maupun sosial
2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja
3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga
kerja
4. Meningkatkan produktivitas kerja (Manulang, 2001)
C. Fungsi
1. Melindungi pekerja dari kecelakaan kerja
2. Meminimalisir kerugian perusahaan akibat kecelakan kerja
3. Membantu perusahaan dalam pencapaian target dari perusahaan sesuai yang
telah direncanakan
D. Indikator
1. Kesadaran karyawan akan pentingnya keselamatan kerja
2. Berkurangnya angka kecelakaan kerja yang terjadi
3. Ketelitian karyawan dalam bekerja makin meningkat
4. Peningkatan kinerja karyawan
5. Meningkatkan omset karyawan
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14